• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan penelitian terdahulu

Zahira & Ratnawati (2021) melakukan penelitian secara empiris mengenai pengaruh CSR, likuiditas, dan leverage terhadap agresivitas pajak menggunakan model regresi linier berganda pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017- 2019. Hasil regresi membuktikan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2017) yang meneliti mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility dan Corporate Governance terhadap agresivitas pajak. Semakin luas CSR yang diungkapkan perusahaan membuat perusahaan memiliki tingkat agresivitas pajak yang tinggi pula.

Berbeda dengan penelitian empiris yang dilakukan oleh Pradnyadari &

Rohman (2015) mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap agresivitas pajak menggunakan model regresi linier berganda.

Hasil regresi membuktikan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak, sehingga semakin luas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dalam aktivitas operasinya maka semakin rendah keinginan perusahaan mengurangi kewajiban pajaknya yang artinya semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang akan dilakukan. Hasil ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2019) yang meneliti mengenai pengaruh corporate social responsibility, likuiditas, dan leverage terhadap agresivitas pajak.

(2)

Penelitian yang dilakukan oleh Andhari & Surakartha (2017) mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas, inventory intensity, capital intensity, dan leverage pada agresivitas pajak menggunakan Net Profit Margin Indeks juga membuktikan hasil yang serupa.

Putri & Chariri (2017) melakukan penelitian secara empiris mengenai pengaruh financial distress dan good corporate governance terhadap praktik tax avoidance menggunakan analisis multivariate dengan regresi linier berganda pada perusahaan manufaktur. Hasil regresi membuktikan bahwa financial distress berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil ini menggunakan ETR sebagai pengukur tingkat agresivitas pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Octaviani & Sofie (2019) mengenai pengaruh good corporate governance, capital intensity ratio, leverage dan financial distress terhadap agresivitas pajak pada perusahaan tambang yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017 menggunakan CETR sebagai pengukur tingkat agresivitas pajak. Penelitian tersebut membuktikan bahwa financial distress tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Perbedaan hasil ini membuat peneliti tertarik menggunakan proksi selain ETR dan CETR dalam penelitiannya.

Adisamartha & Noviari (2015) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh likuiditas, leverage, intensitas persediaan dan intensitas aset tetap pada tingkat agresivitas wajib pajak badan. Penelitian tersebut menggunakan Net Profit Margin Index sebagai pengukur tingkat

(3)

agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan. Net Profit Margin Index dinilai lebih baik dalam memproksikan agresivitas pajak (Adisamartha &

Noviari, 2015).

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori Stakeholder

Menurut Raza et al (2020) teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder internal maupun eksternal. Stakeholders merupakan semua pihak yang berkaitan dengan eksistensi perusahaan yang mencakup shareholders, kreditor, investor, customer, supplier, karyawan, masyarakat, pemerintah dan pihak lainnya.

Teori stakeholder mengasumsikan bahwa perusahaan memerlukan dukungan serta persetujuan stakeholders dalam kegiatannya (Rokhlinasari, 2016). Sehingga stakeholders memiliki kewenangan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan perusahaan khususnya pada laporan keuangan. Untuk itu manajemen perusahaan akan mempertimbangkan apa saja yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan, karena tujuan dari teori ini adalah memberikan manfaat untuk stakeholder dengan meningkatkan dampak positif seperti mengoptimalkan laba dan memperkuat posisi perusahaan, serta dapat meminimalkan dampak negatif seperti kerugian bagi stakeholders.

(4)

Pada era globalisasi saat ini dampak negatif dari kegiatan perusahaan terhadap lingkungan sangat meningkat. Apabila perusahaan tidak dapat mengatasi permasalahan lingkungan atau kurang peduli terhadap lingkungan, maka perusahaan akan mendapat kritikan dari stakeholder seperti lembaga swadaya masyarakat dan pencinta lingkungan. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan dapat melakukan beberapa upaya seperti dengan menciptakan produk yang ramah lingkungan, lebih memperhatikan pembuangan limbah berdasarkan jenisnya dan lain sebagainya.

Perusahaan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut tentunya akan menarik minat investor untuk berinvestasi terhadap perusahaan, karena investor akan memilih perusahaan yang telah melakukan pengembangan kebijakan dan program lingkungan dengan baik.

Sehingga manajemen perusahaan akan mengungkapkan hal tersebut pada laporan keuangan agar para stakeholder mengetahui kegiatan apa saja yang telah dilakukan perusahaan untuk mengatasi dampak negatif yang diberikan perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Masalah tersebut akan diungkapkan pada bagian CSR pada laporan tahunan.

CSR dijadikan sebagai penghubung antara perusahaan dengan stakeholder. Dengan pengungkapan CSR akan berdampak pada kuatnya posisi perusahaan disuatu tempat. Hal ini membuat masyarakat dapat menerima perusahaan di lingkungannya, sehingga keberlangsungan hidup perusahaan dapat terjaga. Pengungkapan CSR

(5)

dalam laporan tahunan tidak hanya diukur dengan indikator yang berkaitan dengan lingkungan saja, tetapi perlu diukur juga melalui faktor-faktor lain seperti ekonomi dan sosial. Sehingga semakin banyak perusahaan mengungkapan CSRnya maka perusahaan dapat meminimumkan beban pajaknya. Hal ini dikarenakan pengungkapan CSR secara berlebihan dapat menyebabkan pendapatan yang seharusnya menjadi objek pajak berkurang. Tindakan ini akan membuat pemerintah mengalami kesulitan dalam melacak cashflow yang terjadi.

Selain pengungkapan CSR, manajemen perusahaan perlu memperhatikan stabilitas keuangan perusahaan. Keuangan menjadi perhatian utama bagi stakeholders. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan merupakan penentu keberlangsungan hidup suatu perusahaan dan akan berdampak langsung terhadap stakeholders (baik perusahaan dapat mengoptimalkan laba atau mengalami financial distress). Untuk itu manajemen perusahaan akan menggunakan metode-metode yang dapat memprediksi financial distress. Apabila perusahaan terindikasi berada didalam kondisi tersebut manajemen perusahaan akan mengambil tindakan untuk memperbaiki kondisi keuangan.

Prediksi tersebut juga dapat digunakan oleh pihak lain seperti kreditor dan investor dalam mengambil keputusan. Perusahaan yang mengalami financial distress cenderung melakukan agresivitas pajak

(6)

untuk meminimumkan beban pajak, karena dengan melakukannya perusahaan dapat menghemat pengeluaran sehingga perusahaan memiliki keuntungan yang maksimal. Pada umumnya manajemen perusahaan akan memanfaatkan beban pajak yang merupakan arus kas keluar untuk menghadapi risiko kebangkrutan. Sebaliknya apabila setelah diprediksi ternyata kondisi keuangan berada dalam kondisi yang baik maka manajemen perusahaan dapat meningkatkan kembali kinerja perusahaan sehingga laba yang diperoleh perusahaan dapat optimal. Laba yang optimal memberikan dampak positif bagi stakeholders.

Perusahaan juga perlu memberikan kontribusinya terhadap pemerintah dengan patuh dalam melakukan pembayaran pajak. Namun perbedaan kepentingan antara perusahaan dan pemerintah membuat perusahaan cenderung untuk melakukan agresivitas pajak guna meminimumkan jumlah kewajiban pajaknya. Hal ini dikarenakan pembayaran pajak yang dilakukan perusahaan akan mengurangi laba perusahaan. Implikasi teori stakeholders dalam penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan menggunakan kelemahan-kelemahan perpajakan guna mengurangi jumlah kewajiban pajaknya. Tindakan agresivitas pajak akan memberikan dampak positif terhadap stakeholder internal dan memberikan dampak negatif terhadap stakeholder eksternal.

(7)

2. Agresivitas Pajak

Perusahan memiliki tujuan untuk mengoptimalkan laba. Namun dengan melakukan pembayaran pajak hal ini tentunya akan mengurangi laba perusahaan. untuk itu perusahaan cenderung melakukan agresivitas pajak. Agresivitas pajak merupakan tindakan meminimumkan jumlah kewajiban pajak menggunakan kelemahan peraturan perpajakan. Agresivitas pajak ini dapat dilakukan dengan memanipulasi penghasilan kena pajak baik secara legal maupun ilegal sebagai staterginya.

Semakin banyak perusahaan menggunakan kelemahan perpajakan untuk meminimumkan jumlah kewajiban pajaknya, maka perusahaan dinilai menjadi perusahaan yang agresif terhadap pajak. Jika perusahaan dapat meminimumkan jumlah kewajiban pajaknya maka perusahaan dapat mengoptimalkan laba yang diperolehnya. Laba yang tinggi dapat meningkatkan citra perusahaan di hadapan investor dan hal ini tentunya akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Hal ini berpengaruh positif pada perusahaaan tetapi berpengaruh negatif terhadap negara karena dengan meminimumkan kewajiban pajak dapat mengurangi pendapatan negara. Agresivitas pajak juga dinilai tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Bagi masyarakat pendapatan negara yang berkurang akan berdampak kepada fasilitas dan kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah.

(8)

Terdapat beberapa pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan, salah satunya adalah Net Profit Margin Index. Net Profit Margin Index akan membandingkan antara Net Profit Margin (NPM) perusahaan dan NPM industri untuk mengetahui tingkat agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan. Menurut Adisamartha & Noviari (2015) jika NPM perusahaan lebih kecil daripda NPM industri perusahaan terindikasi tidak melaporkan laba yang diperoleh dengan sebenarnya.

Apabila laba yang dilaporkan dibawah rata-rata perusahaan dapat dinyatakan melakukan penghindaran pajak. NPM merupakan rasio profitabilitas yang membandingkan antara laba bersih dengan total penjualan. Semakin tinggi NPM sebuah perusahaan menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik.

3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Rokhlinasari (2016) secara umum pengungkapan dibagi menjadi dua jenis yaitu, voluntary disclosure dan mandatory disclosure. Voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan secara sukarela.

Namun kenyataanya pengungkapan secara sukarela ini tidak benar- benar terjadi karena perusahaan pada umumnya akan menyimpan infomasi yang sifatnya menurunkan kas, karena jika diungkapkan hal ini akan merugikan perusahaan. Perusahaan akan mengungkapkan informasi yang dapat menguntungkan perusahaan saja. Sedangkan

(9)

mandatory disclosure merupakan pengungkapan yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan secara wajib dan dinyatakan dalam hukum.

CSR termasuk dalam mandatory disclosure. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Pengungkapan CSR adalah salah satu program yang dilakukan perusahaan sebagai wujud kepeduliannya terhadap lingkungan dan sosial disekitar perusahaan melakukan kegiatan operasional (Kurniawati, 2019).

Awal tahun 1990 pengungkapan CSR mulai populer digunakan di Indonesia. Perusahaan pada saat itu telah menggunakan Corporate Social Activity (CSA) yang pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan CSR. Penerapan CSR dapat membangun kepercayaan publik dan membuat masyarakat dapat menerima perusahaan dilingkungan mereka. CSR menjadi faktor yang sangat penting dalam keberhasilan sebuah perusahaan (Lanis & Richardson, 2013). Hal ini membuat CSR menjadi salah satu variabel yang digunakan perusahaan dalam upaya meminimumkan jumlah pajak terutangnya, karena CSR berpotensi mempengaruhi agresivitas pajak. Pengungkapan CSR yang dilakukan secara berlebihan dapat menyebabkan pendapatan yang menjadi objek pajak berkurang, tindakan tersebut sulit dilacak oleh pemerintah. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan CSR adalah profitabilitas.

(10)

Tingginya profitabilitas disebabkan karena perusahaan dapat mengelola dana secara baik sehingga kegiatan operasional dapat berjalan lancar. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan perusahaan tentunya akan berdampak pada lingkungan dan sosial disekitar perusahaan. Stakeholder akan mendorong perusahaan untuk lebih peduli terhadap masalah tersebut dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunannya.

4. Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga perusahaan memiliki peningkatan risiko kebangkrutan. Perusahaan yang mengalami financial distress berpotensi untuk memanipulasi kebijakan akuntansi dengan meningkatkan penghasilan operasionalnya, sehingga perusahaan dapat melunasi liabilitas perusahaan pada kreditor (Frank et al., 2009). Selain itu, perusahaan yang berada dalam kondisi financial distress juga cenderung akan melakukan penghindaran pajak secara agresif.

Menurut Richardson et al., (2015) terdapat beberapa keterlibatan peraturan pajak perusahaan saat perusahaan mengalami financial distress seperti meningkatnya biaya modal dan berkurangnya sumber keuangan perusahaan secara eksternal akan membuat perusahaan

(11)

berusaha menyeimbangkan hal tersebut dengan mengambil risiko melalui penghindaran pajak. Selain itu, perusahaan akan lebih agresif dalam melakukan penghindaran pajak apabila kas perusahaan berada di dalam kondisi kritis dan beban pajak perusahaan menjadi hal utama dalam cashflow (Putri & Chariri, 2017).

Menurut Edwards et al., (2013) melakukan agresivitas pajak untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat menambah arus kas perusahaan yang berasal dari internal, seperti dengan memanfaatkan beban pajak. Menurut Richardson et al., (2015) perusahaan memanipulasi kemampuan untuk membayar liabilitas pada kreditor dengan melakukan pelaporan pajak agresif. Jika perusahaan melakukan praktik pajak agresif, perusahaan dapat menghemat pengeluaran sehingga perusahaan memiliki keuntungan yang maksimal.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan mengalami financial distress. Pertama, faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar perusahaan. Hal ini tidak dapat diprediksi oleh perusahaan seperti bencana alam dan kebijakan pemerintah.

Kedua, faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam perusahaan, faktor ini dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti modal yang berkurang. Financial distress dapat diprediksi dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Salah satu metode

(12)

yang dapat digunakan untuk menganalisis financial distress adalah altman z-score.

C. Perumusan Hipotesis

1. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan sebagai wujud kepeduliannya kepada lingkungan dan sosial di sekitar perusahaan melakukan kegiatan operasional. Dengan penerapan CSR perusahaan dapat membangun kepercayaan publik.

Hal tersebut akan membuat masyarakat dapat menerima perusahaan dilingkungan mereka.

Selain dijadikan sebagai bentuk pertanggungjawaban yang wajib dimuat pada laporan tahunan, CSR dapat dimanfaatkan untuk meminimumkan jumlah kewajiban pajak. Terdapat beberapa indikator yang dapat mengurangi jumlah kewajiban pajak, hal ini dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 93 tahun 2010. CSR tidak hanya mengukur indikator yang berkaitan dengan lingkungan saja, tetapi juga mengukur faktor-faktor lain seperti ekonomi dan sosial. Untuk itu masih terdapat biaya-biaya lainnya yang tidak disebutkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 93 tahun 2010 yang dapat digunakan perusahaan sebagai indikator untuk meminimumkan jumlah kewajiban pajaknya. Pengungkapan CSR yang dilakukan hingga berlebihan ini

(13)

dapat menyebabkan pendapatan yang menjadi objek pajak berkurang.

Tindakan tersebut sulit dilacak oleh pemerintah.

Zahira & Ratnawati (2021) serta Gunawan (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak, sehingga semakin luas CSR perusahaan maka tingkat agresivitas pajak akan semakin tinggi. Berbeda dengan Pradnyadari &

Rohman (2015), Kurniawati (2019), serta Andhari & Surakartha (2017) yang menyimpulkan bahwa CSR berpengaruh secara negatif, artinya semakin luas CSR perusahaan maka tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah. Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa variabel CSR memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak, sehingga dapat dibuat hipotesis:

H1: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

2. Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan. Pada umumnya financial distress merupakan masalah yang berkaitan dengan peningkatan biaya, penurunan pada sumber biaya, dan ketidakmampuan perusahaan melunasi liabilitas secara tepat waktu atau saat jatuh tempo. Hal ini membuat perusahaan berusaha untuk bertahan agar tidak mengalami kebangkrutan, sehingga manajemen perusahaan akan cenderung untuk bertindak agresif dalam melakukan penghindaran pajak atau bisa

(14)

dikatakan sebagai agresivitas pajak (Octaviani & Sofie, 2019).

Menurut Edwards et al., (2013) dengan meningkatkan agresivitas pajaknya perusahaan dapat menambah arus kas yang berasal dari internal, seperti memanfaatkan beban pajak yang merupakan arus kas keluar. Menurut Richardson et al., (2015) terdapat beberapa keterlibatan peraturan pajak perusahaan saat perusahaan mengalami financial distress seperti saat meningkatnya biaya modal dan berkurangnya sumber keuangan perusahaan secara eksternal akan membuat perusahaan berusaha menyeimbangkan hal tersebut dengan mengambil risiko melalui penghindaran pajak. Selain itu, perusahaan akan lebih agresif dalam melakukan penghindaran pajak apabila kas perusahaan berada di dalam kondisi kritis dan beban pajak perusahaan menjadi hal utama dalam cashflow (Putri & Chariri, 2017).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri & Chariri (2017) membuktikan bahwa financial distress berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Semakin besar financial distress yang dialami perusahaan membuat perusahaan cenderung melakukan agresivitas pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin perusahaan mengalami kondisi financial distress maka perusahaan akan melakukan agresivitas pajak untuk menambah arus kas nya. Berdasarkan uraian diatas dan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa variabel financial distress memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak, sehingga dapat dibuat hipotesis:

(15)

H2: Financial Distress berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

D. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah kerangka pemikiran yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini:

Corporate Social Responsibility (X1)

Financial Distress (X2)

Agresivitas pajak (Y1)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran H1

H2

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran H1

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, agar proses pembelajaran yang demikian itu dapat terlaksanakan dengan baik maka perlu dilakukan penelitian tentang “ penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Dari hasil penelitian pada siklus II terhadap materi teknik lay up shoot bola basket diperoleh data motivasi belajar siswa secara klasikal yaitu sebesar 15,31 berada

Karena itulah Mapala Pasca STAIN Ponorogo akan mengadakan kegiatan Diklatsar yang di samping sebagai ajang penjaringan calon anggota (kader) Mapala Pasca juga

Berapakah proyeksi penggunaan energi di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mempertimbangkan target-target aktivitas perekonomian di setiap

Berdasarkan Visi dan Misi yang telah Di usung serta Berdasarkan Rapat Kerja Wilayah Berdasarkan Rapat Kerja Wilayah III ke VI yang diadakan di HMP KOVALEN UNS tentang

Abdulrachman Saleh menyampaikan rencana-rencana para petugas radio, untuk mempersembahkan Radio Republik Indonesia kepada Presiden dan Pemerintah RI guna perhubungan dengan

Penelitian ini bertolak pada tujuan 1) mengungkap strategi ketidaksantunan berbahasa yang dilakukan oleh masyarakat Maluku Utara di media social, 2) memaparkan skala

Ada perbedaan prestasi hasil belajar kimia antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dengan peserta