7
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Desain Grafis
Menurut Landa (2014), desain grafis adalah bentuk komunikasi visual yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada audiens.
Penggambaran visual tersebut membentuk sebuah ide dengan melalui perancangan, pemilihan, dan penyusunan elemen visual (hlm. 2). Sedangkan, menurut Ambrose dan Harris (2009), desain grafis merupakan seni visual yang mencakup banyak bidang kreatif. Dalam prakteknya, secara disiplin setiap desainer dapat memiliki fokus untuk menjadi spesialis di bidang-bidang tertentu seperti art direction, tipografi, page layout, information technology, dan berbagai aspek kreatif lainnya (hlm. 13).
2.1.1 Prinsip Desain
Prinsip desain adalah suatu hal yang saling bergantungan. Untuk menyusun sesuatu dibutuhkan prinsip desain yang akan dikombinasikan dengan pengetahuan pribadi sehingga dapat diterapkan ke dalam berbagai proyek desain (Landa, 2014, hlm. 29).
2.1.1.1 Keseimbangan
Keseimbangan adalah salah satu prinsip yang dapat dipahami secara intuitif. Keseimbangan dapat diraih ketika terjadi distribusi bobot visual pada semua elemen komposisi. Ketika sebuah desain seimbang akan terbentuk sebuah harmoni. Terbentuknya komposisi yang seimbang dapat berpengaruh pada stabilitas komunikasi karena rata-rata audiens cenderung bereaksi menolak pada ketidakseimbangan. Keseimbangan tetap akan bekerja dengan prinsip desain lainnya (Landa, 2014, hlm. 30-31). Dalam bukunya, Landa menjabarkan terdapat tiga jenis keseimbangan, yaitu simetris, asimetris, dan radial.
8
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.1 Keseimbangan Simetris Sumber: Landa (2014)
Keseimbangan simetris terbentuk dari kesetaraan distribusi bobot visual sehingga menampilkan elemen yang seimbang di kedua sisi sumbu tengah (Landa, 2014, hlm. 31).
Gambar 2.2 Keseimbangan Asimetris Sumber: Landa (2014)
Keseimbangan asimetris terbentuk dari distribusi bobot visual yang peletakkannya disesuaikan pada ukuran, warna, bentuk, dan tekstur sebuah elemen. Pengaturan posisi elemen visual akan mempengaruhi terbentuknya komposisi yang seimbang secara menyeluruh (Landa, 2014, hlm. 31).
Gambar 2.3 Keseimbangan Radial Sumber: Landa (2014)
Keseimbangan radial diperoleh dari distribusi elemen visual ke arah luar secara horizontal maupun vertikal yang mengacu pada sebuah sumbu pusat di tengah komposisi (Landa, 2014, hlm. 33).
9
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.1.2 Hierarki Visual
Salah satu tujuan utama desain grafis adalah mengkomunikasikan sebuah informasi dan hierarki visual menjadi prinsip utama untuk mengorganisasikan informasi. Hierarki visual digunakan untuk menyusun semua elemen grafis berdasarkan penekanannya (Landa, 2014, hlm. 33).
Emphasis adalah susunan dari elemen visual berdasarkan kepentingannya dan relasinya dengan elemen lain, sehingga terbentuk elemen yang dominan. Adanya emphasis ditujukan untuk menentukan elemen grafis mana yang akan dilihat oleh audiens secara berurutan (Landa, 2014, hlm. 33).
2.1.1.3 Ritme
Dalam musik dan puisi, ritme berhubungan dengan ketukan yang terbentuk dari pola tekanan. Mirip dengan ketukan di musik, ritme pada desain grafis adalah sebuah repetisi yang konsisten dari sebuah pola elemen grafis untuk mengarahkan pergerakan mata audiens. Warna, tekstur, hubungan figure/ground, emphasis, dan keseimbangan menjadi faktor-faktor yang berkontribusi dalam pembentukan ritme (Landa, 2014, hlm. 35).
Kunci untuk membentuk ritme adalah dengan memahami perbedaan repetisi dan variasi. Repetisi terjadi ketika mengulang satu atau beberapa elemen visual secara beberapa kali dengan konsistensi yang tepat. Variasi terbentuk dari pemisahan ataupun modifikasi sebuah pola dengan mengubah elemen berupa warna, ukuran, bentuk, jarak, posisi, dan bobot visual (Landa, 2014, hlm. 36).
2.1.1.4 Kesatuan
Ada banyak cara untuk mencapai kesatuan dimana semua elemen grafis dalam sebuah desain dapat saling berkaitan hingga membentuk satu kesatuan yang lebih besar. Ketika disatukan, elemen grafis terlihat seolah- olah saling terkait. Pemahaman ini berawal dari teori gestalt yaitu form yang meletakkan emphasis pada sebuah susunan hingga terbentuk persepsi sebuah kesatuan yang telah diorganisir (Landa, 2014, hlm. 36).
10
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.1.5 Hukum Gestalt
Hukum Gestalt menyatakan pikiran manusia cenderung untuk membentuk sebuah keteraturan, koneksi, dan mencari keseluruhan dengan mengelompokkan elemen visual berdasarkan lokasi, orientasi, kemiripan, bentuk, dan warna. Dalam hukum gestalt terdapat 6 pendekatan, yaitu similarity, proximity, continuity, closure, common fate, dan continuining line.
1) Similarity
Elemen visual yang memiliki kesamaan karakteristik dalam bentuk, tekstur, warna, atau arah dianggap sebagai satu kelompok.
Gambar 2.4 Similiarity
Sumber: https://bashooka.com/inspiration/negative-space-design/
2) Proximity
Elemen visual yang memiliki kedekatan dalam jarak satu sama lain dianggap sebagai satu kelompok.
Gambar 2.5 Proximity
Sumber: https://bashooka.com/inspiration/negative-space-design/
11
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
3) Continuity
Elemen visual yang terikat satu sama lain dalam satu jalur sehingga menimbulkan kesan pergerakan.
Gambar 2.6 Continuity
Sumber: https://moshik.net/pages/paris-pro-typeface-regular-white-style-moshik-nadav- fashion-fonts-
typography?epik=dj0yJnU9bWtiXzktbGFmbU96aktacHZLSHBaQ00xX0c5ZTg1cHcmcD 0wJm49SUlkclBqNzJuU2ZXbjdOcU9xWVJEdyZ0PUFBQUFBR0ZZYmZJ
4) Closure
Kecenderungan pikiran untuk menghubungkan elemen individu menjadi sebuah kesatuan bentuk, unit, atau pola.
Gambar 2.7 Closure
Sumber: https://bashooka.com/inspiration/negative-space-design/
5) Common Fate
Kondisi ketika elemen visual dipersepsikan sebagai sebuah satu kesatuan jika bergerak atau mengacu pada arah tujuan yang sama.
12
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.8 Common Fate
Sumber: https://laughingsquid.com/a-clever-series-of-tic-tac-ads-designed-to-look-like- classic-video-games/
6) Continuining Line
Garis dipersepsikan akan mengikuti jalur yang paling sederhana. Jika terdapat garis yang putus hanya terlihat sebagai pergerakan bukan jeda.
Gambar 2.9 Continuining Line Sumber: http://swissritual.ca
2.1.2 Teori Warna
Warna adalah elemen desain yang kuat dan provokatif. Menurut Landa (2014) warna merupakan deskripsi dari energi cahaya, yaitu ketika cahaya mengenai suatu obyek, sebagian cahaya akan diserap, sedangkan cahaya yang tidak diserap akan dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan disebut dengan warna atau dikenal dengan istilah substractive color (hlm. 23, para.1).
Selain itu, dikenal pula additive color, yaitu warna digital yang terlihat pada layar digital (hlm. 23, para. 2).
13
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.10 Additive & Substractive Color Sumber: Landa (2014)
2.1.2.1 Elemen Warna
Elemen dari warna terbagi ke dalam 3 kategori, yaitu hue, value, dan saturation. Hue adalah nama dari warna, yaitu merah atau hijau, biru atau oranye. Hue juga bisa dipersepsikan sebagai panas atau dingin dari sisi temperaturnya. Warna panas terdiri atas merah, oranye, dan kuning.
Sedangkan, warna dingin terdiri atas biru, hijau, dan ungu. Value merujuk pada tingkatan cahaya pada warna, terkait dengan gelap terangnya warna, seperti biru muda dan merah tua. Shades, tone dan tint merupakan aspek pembeda dalam value yang biasanya digunakan dalam desain grafis untuk menciptakan graytone. Saturation adalah cerah kusamnya suatu warna, yaitu merah cerah atau merah kusam, biru cerah atau biru kusam (Landa, 2014, hlm. 23, para. 4).
2.1.2.2 Color Schemes
Menurut Sutton (2020) tidak terdapat warna yang dapat berdiri sendiri (hlm. 26). Sebuah warna dapat memberikan efek tertentu dengan melihat beberapa faktor, antara lain cahaya yang direfleksikan, warna lain di sekitarnya, dan perspektif seseorang yang melihat warna tersebut. Dalam bukunya, Sutton menyebutkan terdapat 7 skema warna yaitu achromatic.
analogous, clash, complement, monochromatic, neutral, dan split complement (hlm. 26-33).
1) Achromatic Scheme
Skema warna achromatic hanya menggunakan warna hitam, putih, dan abu-abu.
14
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.11 Achromatic Scheme Sumber: Sutton (2020)
1) Analogous Scheme
Skema warna analogous menggunakan 3 warna (hue) berurutan dari salah satu tint atau shade pada color wheel.
Gambar 2.12 Analogous Scheme Sumber: Sutton (2020)
2) Clash Scheme
Skema warna clash menggabungkan hue dari sisi kanan dan kiri yang berkomplemen pada color wheel.
15
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.13 Clash Scheme Sumber: Sutton (2020)
3) Complementary Scheme
Skema warna complementary menggunakan warna yang berseberangan dalam color wheel.
Gambar 2.14 Complementary Scheme Sumber: Sutton (2020)
4) Monochromatic Scheme
Skema warna monochromatic menggunakan 1 hue dengan kombinasi tints serta shadesnya.
16
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.15 Monochromatic Scheme Sumber: Sutton (2020)
5) Neutral Scheme
Skema warna neutral menggunakan hue yang telah dikurangi atau dinetralkan dengan warna komplemennya atau warna hitam.
Gambar 2.16 Neutral Scheme Sumber: Sutton (2020)
6) Split Complementary Scheme
Skema warna split complementary terdiri atas hue dan 2 hue dari kedua sisi komplemennya.
17
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.17 Split Complementary Scheme Sumber: Sutton (2020)
Selain itu, Sutton juga menjabarkan 3 skema warna primary, secondary, dan tertiary (hlm. 34-36).
1) Primary Scheme
Skema warna primer merupakan kombinasi dari pure hue yaitu merah, kuning, dan biru.
Gambar 2.18 Primary Scheme Sumber: Sutton (2020)
2) Secondary Scheme
Skema warna sekunder merupakan kombinasi dari secondary hue, yaitu hijau, ungu, dan oranye.
18
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.19 Secondary Scheme Sumber: Sutton (2020)
3) Tertiary Triad Scheme
Skema warna tersier merupakan gabungan dari merah-oranye, kuning- hijau, biru-ungu atau biru-hijau, kuning-oranye, dan merah-ungu.
Gambar 2.20 Tertiary Triad Scheme Sumber: Sutton (2020)
2.1.2.3 Penggunaan Warna
Sebagai desainer sangat penting untuk memiliki pengetahuan dan ketelitian dalam produksi cetak yang akan berkaitan dengan kualitas warna pada media cetak maupun media digital. Pengetahuan dasar tentang warna meliputi kesadaran akan pemilihan warna dari CMYK dan Pantone®. Sistem Pantone menjadi warna standar yang akan membantu dalam penyocokkan warna digital dengan warna hasil cetak (Landa, 2014, hlm. 25).
19
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.2.4 Psikologi Warna
Psikologi warna merujuk pada reaksi emosional yang dimiliki oleh manusia terhadap warna (Sutton, 2020, hlm. 193). Hal ini terjadi setiap harinya dimana keberadaan warna mampu mempengaruhi manusia secara sadar maupun tidak. Sehingga, dengan memahami bagaimana dan mengapa reaksi tersebut terjadi akan memberikan keuntungan yang baik ketika sebuah warna diaplikasikan dalam kehidupan artisitik, profesional, maupun gaya hidup (Sutton, 2020, hlm. 194). Berikut terdapat 11 psikologi warna yang dijabarkan oleh Sutton (2020),
1) Warna Merah
Merah merupakan warna yang mengejutkan dan menarik perhatian seseorang. Warna merah dapat membuat seseorang merasa gelisah dan di saat yang sama juga dapat memicu seseorang untuk membuat keputusan dalam waktu singkat. Selain itu, warna merah juga memancarkan energi dan keberanian, sehingga mampu memberikan seseorang rasa kekuatan untuk menyelesaikan sesuatu.
Gambar 2.21 Warna Merah Sumber: Sutton (2020)
2) Warna Kuning
Kuning merupakan warna yang paling membahagiakan karena mampu menggambarkan perasaan optimisme, kegembiraan, dan spontanitas.
Sebagai warna yang mewakili warna matahari, kuning memberikan kesan aura yang cerah, kebijaksanaan, kecerdasan, dan imajinasi. Hal in membuat kuning menjadi warna yang tidak bisa diabaikan ketika
20
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
dijumpai. Selain itu, visibilitas warna kuning yang tinggi mendorong pemikiran yang cepat dan jernih.
Gambar 2.22 Warna Kuning Sumber: Sutton (2020)
3) Warna Oranye
Oranye merupakan warna campuran dari merah dan kuning, sehingga membawa energi berupa kekuatan dan kebahagiaan yang bersahabat.
Warna oranye ini kemudian menjadi warna yang berani, berenergi serta menunjukkan kesenangan dan spontanitas. Bright orange menjadi warna yang menarik perhatian dan digunakan secara efektif sebagai peringatan.
Muted orange menjadi warna yang memberikan kehangatan. Burnt orange menjadi warna yang menarik karena mampu memberikan kesan elegan dan eksotis. Intense orange dapat menjadi warna yang memberikan kesan tidak terduga, mewah, dan hangat. Melihat sejarahnya, warna oranye digunakan pada bendera sebagai lambang untuk menandakan kekuatan, daya tahan, dan kesuksesan.
Gambar 2.23 Warna Jingga Sumber: Sutton (2020)
21
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
4) Warna Hijau
Hijau merupakan warna yang paling menenangkan dan mewakili kehidupan serta pertumbuhan. Warna hijau sangat nyaman di mata dan memiliki kekuatan untuk menyembuhkan serta menyegarkan. Semakin pucat warna hijaunya, maka akan semakin memberikan efek menenangkan. Warna hijau juga telah ditetapkan sebagai warna resmi keselamatan. Namun, diketahui pula warna hijau dapat menyampaikan pesan yang berbeda tergantung pada shadenya.
Kelly green dapat menyampaikan perasaan bahagia dan muda, tetapi juga bisa menunjukkan ketidakdewasaan karena merupakan pendatang baru.
Forest green menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan. Olive green menunjukkan kekuatan. Grass green menunjukkan kehidupan baru dan kesuburan. Tetapi, warna hijau juga mengasosiasikan hal negatif berupa kecemburuan dan memuakkan.
Gambar 2.24 Warna Hijau Sumber: Sutton (2020)
5) Warna Biru
Biru merupakan warna yang paling disukai hingga di beberapa budaya diperhitungkan sebagai warna yang dapat memberikan perlindungan.
Light to medium blue dapat memberikan efek menyenangkan dan menenangkan. Navy blue menunjukkan kesetiaan dan kepercayaan, sehingga warna ini dapat mengeskpresikan ketulusan dan keandalan.
Warna biru juga telah menjadi simbol dari kesetiaan, harapan, dan keyakinan sejak zaman kuno.
22
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.25 Warna Biru Sumber: Sutton (2020)
6) Warna Ungu
Ungu merupakan warna campuran dari merah dan biru, sehingga turut membawakan kesan kegembiraan dan ketenangan. Melihat sejarahnya, ungu menjadi warna yang sulit dan mahal untuk diproduksi. Sehingga, warna ungu sering diasosiasikan dengan kekayaaan, royalitas, dan pemborosan.
Warna ungu dapat memberikan emosi yang berbeda bergantung pada shadenya. Darkest plum menunjukkan kedukaan yang menggantikan warna hitam ketika berkabung. Tetapi, warna plum juga memberikan kesan misteri dan keajaiban. Royal purple menunjukkan kemakmuran dan status sosial. Fuschia yaitu warna ungu yang didominasi oleh warna merah memberikan energi yang lebih membahagiakan. Sedangkan, violet dan lavender, yaitu warna ungu yang didominasi oleh warna biru memberikan suasana nostalgia serta romantis.
Gambar 2.26 Warna Ungu Sumber: Sutton (2020)
23
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
7) Warna Merah Muda
Merah muda merupakan warna yang menenangkan dan menyejukkan.
Warna merah mudah juga dapat meningkatkan keramahan serta mampu mencegah niat buruk. Dibandingkan warna merah yang menunjukkan gairah dan cinta, warna merah muda memberikan kesan memelihara.
Gambar 2.27 Warna Merah Muda Sumber: Sutton (2020)
8) Warna Cokelat
Cokelat merupakan warna yang memberikan kenyamanan dan mengingatkan pada rumah. Sebagai warna yang mewakili pohon dan bumi, cokelat memberikan kesan natural dan aman.
Gambar 2.28 Warna Cokelat Sumber: Sutton (2020)
9) Warna Abu-abu
Abu-abu merupakan warna netral yang jarang disukai maupun dibenci orang-orang. Warna abu-abu dapat menunjukkan kesan yang serius, formal, dan bermartabat serta menampilkan kekuasaan dan kekayaan.
Abu-abu juga diasosiasikan pada kedewasaan dan kebijaksanaan.
24
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.29 Warna Abu-abu Sumber: Sutton (2020)
10) Warna Putih
Putih merupakan warna yang mewakili kemurnian, kepolosan, kebajikan, dan kesetiaan. Warna putih juga dapat menunjukkan kejujuran dan kebaikan.
Gambar 2.30 Warna Putih Sumber: Sutton (2020)
11) Warna Hitam
Hitam merupakan warna yang paling berwibawa dan kuat. Warna hitam juga dapat diasosiasikan dengan kematian dan kewaspadaan, sehingga dapat tampak misterius dan berbahaya.
Gambar 2.31 Warna Hitam Sumber: Sutton (2020)
25
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.1.3 Tipografi
Tipografi adalah sebuah desain dari bentuk huruf dan susunannya dalam wujud 2 dimensional (media cetak) maupun dalam wujud ruang dan waktu (media interaktif) (Landa, 2011, hlm. 44).
Huruf yang digunakan pada desain untuk sebuah branded environment akan berbeda dengan huruf yang digunakan pada desain untuk sebuah kartu nama, oleh karena konteks yang berbeda. Untuk itu terdapat prinsip desain yang dapat mengevaluasi karakteristik huruf dari sisi bentuk, proposi, dan keseimbangannya. Selain harus mempertimbangkan kesesuaian bentuk huruf dengan elemen visual, keberadaan huruf harus memperhatikan tingkat keterbacaannya (Landa, 2011, hlm. 44).
2.1.3.1 Anatomi Huruf
Gambar 2.32 Anatomi Huruf Sumber: Landa (2014)
Landa (2014, hlm. 46) menjabarkan terminologi dasar anatomi huruf sebagai berikut :
1) Ascender adalah bagian dari huruf kecil (b, d, f, h, k, l, dan t) yang naik ke atas melebihi x-height.
2) Descender adalah bagian dari huruf kecil (g,j,p, q, dan y) yang turun ke bawah melebihi x-height.
3) Terminal adalah akhir dari goresan yang tidak diakhiri oleh serif.
26
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
4) X-height adalah tinggi huruf kecil yang tidak memuat ascender dan descender.
2.1.3.2 Jenis Huruf
Landa (2014) mengklasifikasikan huruf ke dalam beberapa klasifikasi utama berdasarkan gaya dan sejarahnya (hlm. 47-48).
1) Old Style / Humanist
Old Style merupakan jenis huruf romawi yang diperkenalkan pada akhir abad ke-15. Jenis huruf ini merupakan turunan langsung dari bentuk huruf yang ditulis dengan pena berujung lebar. Old Style memiliki karakteristik berupa serif yang miring dengan bracket. Contoh dari jenis huruf ini adalah Caslon, Garamond, Hoefler Text, dan Times New Roman.
Gambar 2.33 Jenis Huruf Old Style Sumber: Landa (2014)
2) Transitional
Transitional merupakan jenis huruf serif yang secara original berasal dari abad ke-18 sebagai representasi dari perubahan old style ke modern.
Sehingga jenis huruf transitional memiliki karakteristik dari kedua jenis huruf tersebut. Contoh dari jenis huruf ini adalah Baskerville, Century, dan ITC Zapf International.
27
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.34 Jenis Huruf Transitional Sumber: Landa (2014)
3) Modern
Modern merupakan jenis huruf serif yang dikembangkan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Bentuknya memiliki kontruksi yang lebih geometris sehingga berlawanan dari jenis huruf old style. Modern memiliki karakteristik berupa kontras yang tinggi dalam tebal-tipis goresan pada bagian vertikal sehingga menjadi jenis huruf yang paling simetris dari semua huruf romawi. Contoh dari jenis huruf ini adalah Didot, Bodoni, dan Walbaum.
Gambar 2.35 Jenis Huruf Modern Sumber: Landa (2014)
4) Slab Serif
Slab Serif merupakan jenis huruf serif yang diperkenalkan pada awal abad ke-19 dari subkategori Egyptian dan Clarendon. Slab Serif memiliki karakteristik berupa kesan yang berat dan serif menyerupai lempeng (slab). Contoh dari jenis huruf ini adalah American Typewriter, Memphis, ITC Lubalin Graph, Bookman, dan Clarendon.
28
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.36 Jenis Huruf Slab Serif Sumber: Landa (2014)
5) Sans Serif
Sans Serif merupakan jenis huruf yang diperkenalkan pada awal abad ke- 19 sebagai tanda hilangnya serif. Contoh dari jenis huruf ini adalah Futura, Helvetica, dan Univers. Beberapa bentuk huruf tanpa serif ini memiliki goresan yang tipis dan tebal seperti Franklin Gothic, Universal, Futura, dan Frutiger. Subkategori dari jenis huruf ini mecakup Grotesque, Humanist, Geometric, dan lainnya.
Gambar 2.37 Jenis Huruf Sans Serif Sumber: Landa (2014)
6) Blackletter
Blackletter merupakan jenis huruf yang diperoleh dari huruf manuskrip pada abad ke-13 hingga ke-15. Disebut juga sebagai Gothic, jenis huruf ini memiliki karakteristik berupa goresan yang tebal dan huruf yang rapat (condensed) dengan sedikit lekukan. Contoh dari jenis huruf ini adalah Rotunda, Schwabacher, dan Fraktur.
29
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.38 Jenis Huruf Blackletter Sumber: Landa (2014)
7) Script
Script merupakan jenis huruf yang menyerupai tulisan tangan dengan arah yang miring dan tersambung satu sama lain, seperti ketika ditulis dengan menggunakan chisel-edged pen, flexible pen, pointed pen, pensil atau brush. Contoh dari jenis huruf ini adalah Brush Script, Shelley Allegro Script, dan Snell Roundhand Script.
Gambar 2.39 Jenis Huruf Script Sumber: Landa (2014)
8) Display
Display merupakan jenis huruf yang didesain dalam ukuran yang besar dengan fungsi utama sebagai headline dan judul. Biasanya sulit dibaca karena memiliki unsur dekoratif.
30
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.40 Jenis Huruf Display Sumber: Landa (2014)
2.1.3.3 Penggunaan Tipografi
Landa (2014) menyebutkan bahwa tipografi perlu dipilih secara tepat untuk menyampaikan konsep desain kepada audiens (hlm. 52). Huruf yang akan berdampingan dengan elemen visual lainnya harus dipastikan memiliki tingkat keterbacaan yang baik (Landa, 2011, hlm. 44). Selain itu, keberadaan huruf yang digunakan juga harus mudah dikenali oleh seseorang.
Sehingga, dalam perancangan perlu menciptakan sebuah desain dengan tulisan yang mudah untuk dibaca secara menyenangkan. Tingkat keterbacaan sebuah tulisan sendiri dipengaruhi oleh jenis huruf, ukuran, jarak, margin, warna, dan pemilihan kertas (Landa, 2014, hlm.53).
2.1.4 Layout dan Grid
Menurut Ambrose dan Harris (2019), layout adalah susunan teks, gambar, dan elemen visual lainnya yang menyerupai tampilan dari hasil akhir.
Sebuah layout biasanya dibuat berdasarkan sebuah struktur seperti grid. Page layout memiliki area aktif dan pasif seiring dengan pergerakan mata ketika membaca sebuah halaman (hlm. 183).
Grid adalah panduan berupa komposisi struktur secara vertikal maupun horizontal yang membentuk format kolom dan margins. Grid menjadi struktur dasar buku, majalah, brosur, dan website dalam penyusunan tulisan dan gambar (Landa, 2014, hlm. 174).
2.1.4.1 Anatomi Grid
Menurut Landa (2014), penentuan jumlah kolom untuk sebuah grid bergantung pada ukuran dan proporsi format yang digunakan. Sehingga grid
31
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
tersebut dapat mengakomodasi judul dan elemen visual yang besar ataupun membagi captions dengan elemen visual yang kecil. Keberadaan kolom akan menyesuaikan konten serta fungsinya (hlm. 179).
Tondreau (2019) menyebutkan bahwa terdapat 9 komponen utama dalam grid, yaitu margins, columns, markers, flowlines, spatial zone, dan modules (hlm. 8).
Gambar 2.41 Anatomi Grid Sumber: Tondreau (2019)
1) Margin adalah area penyangga yang merepresentasikan besaran jarak antara batas potong termasuk gutter dan page content. Margin juga dapat berguna sebagai letak informasi tambahan seperti notes dan captions.
2) Columns adalah wadah vertikal yang memuat teks atau gambar. Lebar dan jumlah kolom dari selembar kertas atau sebuah layar dapat bervariasi bergantung pada kontennya.
3) Markers membantu pembaca untuk menavigasi dokumen, yaitu mengenali letak elemen yang muncul pada bagian yang sama. Elemen tersebut antara lain nomor halaman, headers dan footers, dan icons.
4) Flowlines adalah pengaturan yang membagi ruang secara horizontal sehingga dapat menciptakan alur visual untuk dinikmati oleh pembaca.
32
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
5) Spatial Zone adalah kelompok modules atau columns yang membentuk area spesifik untuk teks, iklan, gambar, maupun informasi lainnya.
6) Modules adalah unit individu yang terpisah oleh dalam jarak yang konsisten secara berulang untuk membentuk grid. Penggabungan modules dapat membentuk ukuran kolom dan baris yang bervariasi.
2.1.4.2 Jenis Grid
Landa (2014) mengklasifikasikan grid dari segi fungsi dan keindahannya. Berdasarkan fungsinya terdapat single-column grids yang ditujukan untuk menyesuaikan letak ibu jari ketika pembaca sedang akan membalikkan halaman buku atau memegang tablet. Sedangkan, berdasarkan keindahannya terdapat symmetrical margins atau asymmetrical margins dan wide atau narrow margins dalam penyajian konten (hlm. 175).
Tondreau (2019) mengklasifikasikan grid ke dalam 5 jenis berdasarkan variasi konfigurasi dasarnya. Berikut merupakan jenis-jenis grid yang dijabarkan oleh Tondreau (hlm. 9-15).
1) Single-Column Grid
Single-Column Grid secara umum digunakan untuk memuat teks yang berkelanjutan yaitu esai, laporan, atau buku. Block of text menjadi ciri khas yang tampil dalam halaman, spread, ataupun layar perangkat.
Gambar 2.42 Single-Column Grid Sumber: Tondreau (2019)
2) Two-Column Grid
Two-Column Grid dapat digunakan untuk menyusun jumlah teks yang banyak serta mampu mempresentasikan informasi yang berbeda pada
33
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
kolom yang terpisah. Jenis grid ini dapat disusun dengan lebar kolom yang terbagi sama rata maupun tidak. Pada proporsi idealnya, kolom terlebar merupakan ukuran dari dua kalinya kolom tersempit.
Gambar 2.43 Two-Column Grid Sumber: Tondreau (2019)
3) Multicolumn Grids
Multicolumn Grids memiliki fleksibilitas yang lebih baik daripada single atau two-column grids karena merupakan jenis grid yang menggabungkan kolom-kolom dengan lebar yang bervariasi dan biasanya berguna untuk majalah, website, video, dan iklan.
Gambar 2.44 Multicolumn Grid Sumber: Tondreau (2019)
4) Modular Grids
Modular Grids menjadi jenis grid terbaik untuk menyusun informasi kompleks yang biasanya termuat di dalam koran, kalender, charts, dan tabel. Jenis grid ini menggabungkan kolom vertikal dan horizontal hingga untuk membentuk ruang yang lebih kecil.
34
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.45 Modular Grids Sumber: Tondreau (2019)
5) Hierarchical Grids
Hierarchical Grids membagi halaman menjadi beberapa ruang horizontal. Contoh pengaplikasian jenis grid ini yaitu majalah yang menyusun konten setiap halamannya secara horizontal dan banyak perangkat yang memecah kontennya juga secara horizontal.
Gambar 2.46 Hierarchical Grids Sumber: Tondreau (2019)
Identitas Visual
Menurut Landa (2014), identitas visual adalah artikulasi visual dan verbal dari sebuah merek atau kelompok dalam format desain seperti logo, kop surat, kartu nama, dan website. Identitas visual memiliki tujuan untuk membentuk suatu kehadiran dan posisi secara berbeda serta berkelanjutan di sebuah pasar agar sebuah merek atau kelompok dapat teridentifikasi (hlm.245). Sehingga, keberadaan identitas visual mampu mengkomunikasikan makna sebuah merek atau kelompok secara strategis kepada target audiens. Identitas visual harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Identifiable yaitu nama, bentuk, dan warna dapat dibedakan.
2) Memorable yaitu nama, bentuk, dan warna mudah diingat.
35
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
3) Distinctive yaitu nama, bentuk, dan warna memiliki ciri khas tersendiri yang mebedakannya dari kompetitor.
4) Sustainable yaitu nama, bentuk, dan warna dapat tetap relevan untuk waktu yang lama.
5) Flexible/Extendible yaitu nama, bentuk, dan warna secara fleksibel dapat diaplikasikan pada berbagai media serta mampu beradaptasi dengan perpanjangan merek dan submerek.
2.2.1 Logo
Menurut Landa (2014), logo adalah simbol yang mampu merepresentasikan suatu hal secara unik. Dalam sekali pandang, logo seharusnya dapat membantu seseorang untuk mengenali dan menilai sebuah merek atau kelompok. Keberadaan logo tidak hanya berfungsi sebagai label, melainkan mampu menyampaikan pesan tentang citra dan kualitas merek yang turut diperkuat melalui pemasaran dan periklanan, desain kemasan, komunitas yang mengadopsinya, serta manajemen hubungan dengan pelanggan dan kinerja produk itu sendiri. Sebuah logo dapat membawakan sebuah cerita visual yang kompres ke dalam satu unit desain (hlm.246). Unit desain ini terbagi ke dalam beberapa kategori bentuk antara lain (hlm.247- 251):
1) Logotype dikenal pula dengan istilah wordmark yaitu nama merek yang disusun atas tipografi yang unik.
Gambar 2.47 Logotype
Sumber: https://about.netflix.com/id/company-assets
2) Lettermark merupakan sebuah logo yang dibentuk berdasarkan inisial dari nama merek.
36
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.48 Lettermark
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Procter_%26_Gamble
3) Symbol terdiri atas visual berupa pictorial, abstract, dan nonrepresentational atau letterform yang memungkinkan untuk berpasangan dengan nama merek maupun tidak.
a) Pictorial symbol merupakan sebuah visual representasional yang menyerupai maupun mengacu pada seseorang, tempat, aktivitas, atau objek sehingga dapat dengan mudah diidentifikasi.
Gambar 2.49 Pictorial Symbol Sumber: https://macstore.id/apple-logo-black/
b) Abstract symbol merupakan sebuah visual yang terbentuk melalui penataan ulang secara sederhana maupun kompleks dengan cara melakukan distorsi terhadap tampilan awal suatu bentuk. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan sebuah perbedaan gaya ataupun untuk keperluan komunikasi.
37
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.50 Abstract Symbol
Sumber: https://icon-icons.com/id/icon/pepsi-logo/168910
c) Nonrepresentational atau nonobjective symbol merupakan sebuah visual yang secara murni diciptakan tanpa merujuk pada suatu hal apapun.
Gambar 2.51 Nonrepresentational Symbol
Sumber:https://www.nikon.com/about/corporate/brand/brand_symbol/im g/logo.svg
d) Letterform merupakan sebuah visual yang berasal dari bentuk sebuah huruf pada nama merek sehingga membentuk simbol tertentu.
Gambar 2.52 Letterform Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/36/McDonald%27s_
Golden_Arches.svg
e) Character Icon, merupakan trademark dalam wujud karakter yang menampilkan kepribadian suatu merek atau kelompok.
Contohnya adalah emblem, yaitu kombinasi antara tulisan dan
38
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
visual yang selalu ditampilkan dalam satu kesatuan, tidak terpisah.
Gambar 2.53 Emblem Sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Burger_King_logo_(1999).svg
Ilustrasi
Menurut Arntston (2011), ilustrasi adalah bidang seni khusus yang menggunakan gambar sebagai representatif dari pernyataan visual. Ilustrasi biasanya bersifat ekspresionis dan diproduksi sebagai karya komersial dalam media cetak maupun media digital. Selain itu, ilustrasi juga mencakup gambar dan lukisan yang berfungsi sebagai seni rupa untuk ditampilkan dalam pameran (hlm. 151).
Pemilihan ilustrasi oleh seorang desainer didasari oleh kemampuannya untuk menampilkan karakteristik suatu subyek yang tidak dapat diperoleh melalui fotografi. Oleh karena fleksiblitasnya, ilustrasi menjadi sebuah medium yang efektif dalam mempresentasikan emosi, narasi, dan material bersifat fantasi. Wujud dari karya ilustrasi dapat berupa 2 dimensi maupun 3 dimensi yang dapat diperoleh melalui gambar, lukisan, kolase berbagai media, hingga bahkan diproses secara digital (hlm. 152).
2.3.1 Jenis Ilustrasi
Ilustrasi memiliki variasi media dan gaya yang sangat beragam. Hal ini turut berpengaruh pada tujuan penggunaan ilustrasi itu sendiri. Kebutuhan pada bidang advertising and editorial membuat ilustrasi memiliki peran yang sangat penting dengan fokus yang berbeda. Advertising illustration bertujuan untuk menjual produk atau jasa sehingga obyek ditampilkan dengan sorotan dan tekstur yang dramatis. Sedangkan, pada editorial illustration seorang desainer akan berfokus pada cara mengkomunikasikan emosi atau opini
39
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
dengan menggunakan garis, bentuk, serta penempatannya secara ekspresif.
Editorial illustration mampu menampilkan sebuah konsep atau cerita dengan menggunakan bahasa visual yang bersifat eksperimental. Editorial illustration terdiri atas empat varian, antara lain web resources, buku untuk dewasa, buku anak-anak, serta koran dan majalah (Akimova, 2020). Dari kedua bidang ini, Artston (2011) mengklasifikasikan ilustrasi ke dalam beberapa fungsi (hlm. 154-158).
1) Recording and Book Illustration
Ilustrasi secara meluas diterapkan secara kreatif dalam hasil media rekaman dan sampul buku. Media rekaman yang menggunakan ilustrasi tersebut antara lain sampul album, CD, dan DVD. Sampul buku diketahui menjadi bentuk promosi utama dalam penjualan sebuah buku. Untuk itu, banyak penerbit yang akan memberikan arahan visual untuk membuat ilustrasi pada sampul buku. Selain sampul buku, ilustrasi juga digunakan pada bagian dalam buku, contohnya adalah buku anak-anak. Pada jenis buku anak-anak, biasanya seorang ilustrator akan dikontrak dan menerima royalti ketika berpartisipasi dalam perancangan buku. Hal ini dikarenakan keberadaan ilustrasi akan sangat berpengaruh pada konten isi buku untuk menarik pembaca untuk mendalami alur cerita.
2) Magazine and Newspaper Illustration
Ilustrasi memberikan tone tersendiri bagi majalah hingga mampu menarik minat pembaca. Untuk itu, layout sebuah majalah harus diatur agar tidak mengurangi porsi ilustrasi. Pada koran, ilustrasi terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan konten yang disajikan, yaitu busana, olahraga, editorial, produk, dan ilustrasi untuk grafik.
3) Fashion Illustration
Fashion illustration menjadi area khusus dari periklanan. Penggunaan ilustrasi pada bidang ini ditujukan untuk meromantisasi pakaian yang ingin ditampilkan dengan menambahkan efek berupa aksesoris, tinggi model, dan pose.
40
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
4) In-house Illustration
In-house illustration biasanya diandalkan oleh institusi pendidikan, agen pemerintah, perusahaan, dan organisasi non-profit untuk menghasilkan ilustrasi yang bersifat editorial. Contoh media yang membutuhkan ilustrasi ini antara lain, annual report, kalender perusahaan, brosur, poster, kartu ucapan dan website.
5) Greeting Card and Retail Illustration
Varian dari kartu ucapan yang menggunakan ilustrasi antara lain, seasonal cards, special-occasion cards, dan everyday cards. Kartu ucapan dibuat untuk untuk menargetkan gaya hidup audiens secara spesifik. Jenis ilustrasi ini biasanya dibayar dalam bentuk royalti maupun biaya tetap yang telah disepakati.
6) Medical and Technical Illustration
Dalam medical illustration, keakuratan dan kejelasan informasi yang akan disampaikan dalam sebuah ilustrasi menjadi faktor yang sangat penting. Ilustrator pada bidang ini perlu memiliki pengetahuan tentang tubuh manusia dan ketertarikan pada sains serta obat-obatan. Sedangkan, dalam technical illustration dibutuhkan kemampuan untuk menampilkan subyek atau teknologi secara akurat, seperti formasi geologi, reaksi kimia, mesin, dan instrumen sejenis. Ilustrator pada bidang ini akan banyak bekerjasama dengan ilmuwan serta teknisi di lapangan untuk menghasilkan sebuah ilustrasi untuk kebutuhan publikasi, iklan, dan media audiovisual.
7) Animation and Motion Graphics
Bidang ini menggunakan ilustrasi dalam wujud media cetak maupun media digital, seperti CD-ROM, film, dan video presentasi, hingga bahkan mencakup wujud 3 dimensi.
Media Informasi
41
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Menurut Braesel dan Karg (2021), media adalah sebuah sarana dari bentuk komunikasi, informasi, atau hiburan yang secara umum digunakan oleh masyarakat (hlm. 14). Secara umum, media terbagi menjadi 2, yaitu media tradisional (analogue media) dan media digital (new media). Pembagian media ini terjadi di antara akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 dengan penjabaran sebagai berikut:
1) Media Tradisional (Analogue Media)
Media tradisional merupakan media yang dicetak pada kertas dan direkam pada rekamanan atau film. Contohnya yaitu koran, buku, surat, radio, dan TV.
2) Media Digital (New Media)
Media digital merupakan media yang diproduksi dan disebarkan secara elektronik melalui internet. Contohnya yaitu media sosial, blog, dan email.
Selain itu, media juga dapat dibagi ke dalam 4 jenis, yaitu print, visual, sound, dan digital.
1) Print: buku, koran, dan majalah
2) Visual: film, TV, fotografi, dan gambar 3) Sound: radio, rekaman musik, CD, dan mp3
4) Digital: internet, email, video games, dan social media.
Informasi adalah segala sesuatu yang memberikan pengetahuan berdasarkan penelitian atau penyelidikan berupa data atau instruksi. Informasi harus tepat waktu, akurat, dan relevan untuk meningkatkan pemahaman. Informasi dapat berbentuk dokumen, pidato, video, websites, foto, maupun seseorang sebagai sumber informasi tersebut (Braesel & Karg, 2021, hlm. 35).
Desain dari sebuah media informasi ditujukan untuk menyusun data yang kompleks dan belum terorganisir ataupun terstruktur menjadi bernilai dan bermakna (Baer, 2008, hlm. 12). Data yang dimaksud yaitu mencakup tulisan, gambar, pergerakan, dan suara. Desainer dapat berperan untuk mengkomunikasikan
42
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
tujuan serta rencana dari data-data tersebut, sehingga memberikan makna tersendiri bagi orang lain (Baer, 2008, hlm. 13).
2.4.1 Jenis Media Informasi
Jenis-jenis media informasi yang dijabarkan oleh Braesel dan Karg (2021, hlm. 20-21) antara lain:
1) Newspaper and Magazines
Secara tradisional, koran dan majalah merupakan media cetak. Namun, saat ini sudah dipublikasikan secara elektronik melalui internet. Jenis media cetak ini biasanya dipublikasikan secara berkala, seperti setiap hari, seminggu sekali, maupun sebulan sekali. Adanya jadwal publikasi memungkinkan jenis media ini untuk mengangkat cerita dan acara terkini beserta dengan penjelasan latar belakang cerita tersebut.
2) Books
Secara tradisional, buku merupakan media cetak. Namun, saat ini beberapa di antaranya juga dipublikasikan sebagai e-book, yaitu dapat dibaca menggunakan tablet dan komputer. Buku dapat dikategorikan berdasarkan isi kontennya, seperti fiksi, non-fiksi, buku panduan, atau buku teks.
3) Radio
Radio merupakan media elektronik. Saat ini, stasiun radio banyak yang disiarkan melalui internet. Pesan yang dibawa dalam media ini biasanya disesuaikan dengan pemilihan konten dalam program yang diadakan, suara, gaya bicara, musik, informasi terkini, dan hiburan.
4) Movies
Movies merupakan media elektronik yang ditampilkan kepada publik melalui bioskop atau didistribusikan melalui layanan video streaming, seperti Netflix, Amazone Prime Video, atau Disney+. Pesan yang diangkat
43
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
dalam media ini tersampaikan melalui genre, alur cerita, dramatisasi, latar, karakter, akting, kostum, tampilan visual (gelap terang dan warna), dan komponen suara (voices, music, dan sound effects).
5) Television
TV merupakan media elektronik. Banyak tayangan dari TV yang juga ditampilkan secara online melalui internet. Pesan yang diangkat dalam media ini biasanya berdasarkan pemilihan konten program, pemilihan pembawa acara atau moderator, teks tertulis maupun yang diucapkan, dan sound effects.
6) Video Games
Video games merupakan media elektonik yang bisa dimainkan menggunakan game consoles, komputer, dan gawai. Pesan yang diangkat dalam media ini tersampaikan melalu genre, latar, alur cerita, pilihan interaktif, tujuan permainan, bahasa yang digunakan beserta dengan audio dan visual dalam game tersebut.
7) Internet
Internet merupakan media elektronik yang bisa diakses menggunakan perangkat khusus, seperti komputer, gawai, tablet, game consoles, dan pembaca e-book. Pesan yang diangkat dalam media ini tersampaikan melalui gambar, video, audio, teks beserta desain, gaya, dan pilihan interaktifnya.
8) Social Media (Computer/Smartphone)
Social media merupakan media elektronik yang memiliki platform tersendiri dalam internet. Jenis media ini bisa digunakan pada komputer, tablet, dan gawai. Pesan yang diangkat biasanya berbentuk gambar dan tulisan beserta dengan tautan berupa video dan audio.
44
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.4.2 Fungsi Media Informasi
Menurut Turow (2011), media digunakan oleh orang-orang dengan tujuan enjoyment, companionship, surveillance, dan interpretation (hlm. 17- 18).
1) Enjoyment
Keinginan untuk bersenang-senang adalah kecenderungan dasar manusia.
Konten media yang dinikmati dapat menjadi bahan diskusi interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
2) Companionship
Media memberikan rasa persahabatan kepada orang-orang yang merasa kesepian karena sendirian. Bahkan, keberadaan media juga bisa membantu orang-orang yang memiliki masalah dan membutuhkan teman.
Hingga kemudian muncul parasocial interaction, yaitu terbentuknya koneksi secara psikologis antara seseorang dengan selebriti yang diikuti melalui sebuah media.
3) Surveillance
Media dapat digunakan untuk mengawasi segala sesuatu yang terjadi di dunia. Contohnya adalah ketika menyalakan radio dan TV di pagi hari untuk mengetahui berita cuaca, memeriksa daftar saham untuk mengetahui jalannya investasi, membaca iklan baris baik di media cetak maupun digital untuk mencari pekerjaan, tiket konser, atau perabot bekas.
Hal ini dipicu oleh keinginan seseorang untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekitar mereka.
4) Interpretation
Media dapat digunakan untuk menemukan mengapa suatu hal terjadi, siapa dan apa penyebabnya serta apa yang dilakukan terhadap hal tersebut. Banyak orang menggunakan media tidak hanya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, tetapi juga mengapa dan apa, bagaimana jika, serta tindakan yang harus diambil. Ketika seseorang mencari alasan mengapa sesuatu terjadi, mereka sedang melakukan interprestasi.
45
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.4.3 Desain Media Informasi yang Baik
Baer (2008) menyebutkan bahwa desain dari media informasi yang baik ibaratnya seperti penerbangan yang lancar, yaitu tidak adanya turbulensi dan tidak perlu memikirkan mengapa pesawat tersebut bisa terbang. Sama halnya dengan desain yang baik, informasi yang kompleks dapat dilihat dan dipahami secara mudah. Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan oleh desainer untuk merancang media informasi yang baik (hlm. 23):
1) Content-focused
Untuk membuat media informasi yang baik, desainer perlu memahami target atau pesan yang ingin disampaikan.
2) User-centric
Dalam perancangan, desainer harus mempelajari apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh user. Dengan memilik mindset user-centric, desainer memiliki kepekaan terhadap keberadaan hambatan maupun penghalang seseorang untuk menyerap informasi secara berbeda. Sehingga, dengan menerapkan hal ini, proses perancangan media informasi dapat mencapai berkembang dengan baik.
3) Tools of the Trade
Pemahaman terhadap seluruh alat dari desain media informasi akan sangat berpengaruh terhadap hasil dari perancangan. Alat-alat tersebut mencakup prinsip desain, yaitu hierarki dan alur informasi, komposisi dan struktur, berat/kelompok/ritme dari elemen desain, tipografi dan gaya tulisan, penggunaan warna, penggunaan elemen pada wayfinding, imagery, dan negative space berkontribusi pada keberhasilan desain informasi.
Website
Menurut Lal (2013), website adalah sebuah media berbasis online yang ditujukan untuk sebuah perusahaan maupun individu. Umumnya website tersusun atas gambar, dokumen media, teks serta informasi lainnya yang terlampir dalam sebuah tautan. Website dapat diakses melalui sebuah alamat yang disebut URL
46
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
(Uniform Resource Locator) untuk menampilkan homepage dari sebuah website (hlm. 89).
2.5.1 Homepage
Homepage adalah landing page dari sebuah website yang akan muncul ketika user mengakses website. Halaman ini berperan untuk menyambut user dengan informasi dan layanan yang menarik. Perancangan homepage perlu memerhatikan hirarki visual yang berbasis user-centered design, yaitu dengan menonjolkan konten yang relevan bagi user tanpa mengharuskan user melakukan page scroll. Konten yang ditampilkan bersifat sederhana, jelas, dan dapat mudah dipahami dengan menghindari singkatan, ungkapan seruan, dan penulisan semua huruf kapital (Lal, 2017, hlm. 92-93).
Gambar 2.54 Homepage Sumber: Lal (2017)
2.5.2 Single-Page Website
Single-page website merupakan website yang menggunakan satu halaman dan sedang menjadi tren dalam desain website. Jenis website ini adalah satu halaman panjang yang dapat discroll secara vertikal dan tautan navigasi merujuk pada halaman lainnya. Single-page website memberikan user experience yang lebih baik.
47
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.55 Single-page Website Sumber: Lal (2017)
2.5.3 Sitemap
Sitemap menampilkan keseluruhan struktur dan hirarki dalam website.
Sitemap ditujukan untuk user dan search engine dalam melakukan pencarian (Lal, 2013, hlm. 143-144).
Gambar 2.56 Sitemap Sumber: Lal (2017)
2.5.4 Infographic Design
Infographic design merupakan representasi visual meliputi warna, jenis, grafis, ilustrasi, dan bagan dari sebuah data. Melalui infographic design data yang kompleks dapat ditampilkan secara menarik dan lebih mudah dipahami dalam satu rangkuman visual. Infographics bersifat informatif, komparatif, statistik, dan menghibur. dalam inforgraphic design digunakan ilustrasi berbasis vector dan icon untuk masing-masing kelompok informasi serta konten tekstual menggunakan jenis font sans serif.
48
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.57 Infographics Design Sumber: Lal (2017)
Anatomi Website
Beaird (2020) menyebutkan bahwa terdapat 2 faktor untuk menentukan sebuah desain website baik atau buruk, yaitu kegunaan dan keindahan. Kegunaan ini berfokus pada fungsi, efektivitas penyajian informasi, dan efisiensi. Sedangkan, keindahan mencakup nilai artistik dan daya tarik secara visual. Kedua faktor ini perlu dimaksimalkan agar dapat menjangkau dan mempertahankan minat user (hlm. 19).
Penting bagi seorang desainer untuk memahami bahwa komunikasi berperan besar dalam sebuah desain. Sehingga, perancangan website perlu menyeimbangkan konten yang disajikan dengan visual yang menarik. Hal ini dikarenakan oleh 3 hal, yaitu user dapat menikmati sebuah desain namun tetap lebih tertarik dengan kontennya, user dapat menavigasi sebuah website secara intuitif, dan user dapat mengenali setiap halaman website sebagai satu kesatuan. Berikut merupakan anatomi website untuk dapat mengkomunikasikan konten dengan baik terhadap user (hlm. 18-28).
49
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.58 Anatomi Website Sumber: Beaird (2020)
1) Containing Block
Wadah (container) dalam sebuah website berperan untuk memetakan konten berupa teks maupun gambar agar tidak melayang bebas. Lebar wadah ini dapat disesuaikan dengan jendela browser.
2) Logo
Logo dalam sebuah website ditujukan sebagai identitas. Letaknya selalu berada pada setiap sisi halaman website agar dapat meningkatkan brand recognition. Tujuannya adalah agar user dapat terus mengingat bahwa halaman yang sedang dilihat merupakan bagian dari website yang dikunjungi.
3) Navigation
Penting untuk sistem navigasi dapat dengan mudah ditemukan dan digunakan. Penempatan navigasi adalah pada sisi atas website sebagaimana user dapat menemukannya dengan mudah.
4) Content
Konten terdiri atas tulisan, gambar, atau video yang ditampilkan dalam sebuah website. Penting bagi desainer untuk menyajikan satu blok sebagai konten utama agar pengunjung dapat bertahan pada website yang dikunjungi dan mencari informasi yang dibutuhkan.
50
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
5) Footer
Footer terletak pada bagian bawah halaman website. Biasanya footer terdiri atas copyright, kontak yang dapat dihubungi, dan informasi mendasar serta beberapa tautan terhadap konten utama dalam website.
Footer berperan untuk menandakan bahwa user telah mencapai bagian bawah dari halaman website.
6) Whitespace
Whitespace merujuk pada area kosong tanpa tulisan maupun ilustrasi dalam suatu halaman website. Ruang kosong ini sama pentingnya dengan keberadaan konten karena dapat memberikan waktu untuk bernapas bagi user ketika melihat keseluruhan tampilan website. Selain itu, keberadaan whitespace juga mampu membentuk keseimbangan dan kesatuan.
User Interface dan User Experience
Bank dan Cao (2015) menjelaskan bahwa user interface (UI) merupakan desain, tampilan, dan eksekusi elemen dalam sebuah website hingga dapat berinteraksi dengan manusia membentuk suatu pengalaman. Sedangkan, user experience (UX) merupakan perasaan abstrak ketika seseorang telah memahami penggunaan website. Kemampuan untuk menyeimbangkan estetika dan interaksi tanpa ada banyaknya usaha adalah kriteria UI website yang baik. Layaknya sebuah tangan yang tidak terlihat, interface sebuah website mampu memandu user untuk mendapatkan pengalaman dari website tersebut tanpa menerka-nerka (hlm. 10).
Meskipun UI dan UX merupakan konsep yang berbeda, mereka tetap saling berhubungan sebagaimana yang dijabarkan dalam tabel berikut (hlm. 17-18):
Tabel 2.1 Korelasi UI dan UX
Desain UI Hasil UX
Konsistensi yaitu memiliki satu fungsi yang bekerja secara sama untuk keseluruhan website. Contohnya adalah tombol merah yang diklik pada satu halaman memiliki action yang sama secara konsisten pada halaman website lainnya.
User memiliki intuisi sehingga dapat merasa nyaman dan percaya diri memahami bagaimana cara kerja UI yang ditemui.
Sound effects yang digunakan pada masing- masing actions secara konsisten.
Beberapa actions yang serupa dapat dibedakan dengan penggunaan sound effects. Selain itu, gaya sound effects juga dapat memberikan kesan tertentu tergantung pada konteksnya.
51
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Instruksi digunakan untuk menjelaskan
bagaimana suatu hal bekerja. User memahami cara kerja website dan terhindar dari kebingungan.
Skema warna merupakan warna yang digunakan untuk latar belakang, tulisan, dan grafis.
Seperti sound effects, warna membentuk suasana tertentu yang dapat memberikan mood untuk pengalaman tertentu seperti playful ataupun professional. Warna juga memiliki makna kultural dan neurobiologis, sepeti di budaya barat warna merah menandakan bahaya.
Customization options memberikan kesempatan pada user untuk memilih avatar, settings, display, dan lain sebagainya.
User mempunyai rasa kepemilikan pada website dan memberikan dampak yang positif pada UX.
2.7.1 Pemahaman Hirarki Visual dan Pola UI
Bank dan Cao (2015) menyatakan bahwa seorang desainer yang baik perlu mempertimbangkan banyak hal seperti komposisi, warna, ukuran, dan hal yang perlu ditambahkan maupun dikeluarkan ketika merancang sebuah website. Sehingga, penggunaan UI yang mencakup usefulness, usability, dan desirability dapat tercapai. Berikut merupakan tujuan memahami hirarki visual dalam sebuah website interface (hlm. 33):
1) Mengiformasikan User
Tampilan interface layaknya sebuah tangan yang tidak terlihat yaitu mampu memandu user melakukan satu action ke action lainnya tanpa merasa dipaksa.
2) Mengkomunikasikan Hubungan Antarkonten
Tampilan interface sebaiknya menampilkan konten secara urut sesuai dengan prioritas informasi yang dibutuhkan oleh user.
3) Membentuk Kesan Emosional
Tampilan interface tidak jauh berbeda dengan sebuah restoran, yaitu tidak hanya makanan yang layak, melainkan user juga ingin memperoleh rasa, tekstur, presentasi, dan suasana yang berkesan. Sehingga, kekurangan dari sebuah website dapat dimaklumi dengan ketersediaan pesan emosional positif.
52
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
2.7.1.1 Pola dan Arah Membaca
Pada umumnya mata manusia secara naluriah bergerak mengikuti hal-hal yang menarik perhatian. Meskipun demikian, pegerakan mata tersebut tidak hanya bergantung pada individunya, tetapi juga dipengaruhi oleh tren sebagaimana mereka melihat sebuah website. Diketahui bahwa pola membaca seseorang yaitu dari kiri ke kanan. Hal ini sangat membantu ketika menyusun elemen dalam tampilan sebuah wesbite, yaitu dengan mengurutkan informasi yang paling penting hingga yang cukup penting agar dapat memperoleh interaksi yang diharapkan. Dalam bukunya, Bank dan Cao (2015) menjabarkan terdapat 2 pola arah membaca (hlm. 34-38):
1) Pola F
Pola ini digunakan pada website yang penuh dengan tulisan seperti blog.
Tipe pola ini berawal dari pembaca yang melakukan scanning secara vertikal pada sisi kiri untuk melihat keyword yang disukai hingga kemudian membacanya secara horizontal. Arah membaca inilah yang membetuk huruf F maupun E.
Gambar 2.59 Pola F Sumber: Bank & Cao (2015)
2) Pola Z
Pola Z terjadi ketika teks tidak terlalu ditonjolkan. Penggunaan website dengan pola ini dtujukan untuk meraih call to action dari pembaca secara cepat. Pola Z terjadi ketika pembaca melakukan scanning secara horizontal pada bagian atas tampilan website oleh karena keberadaan
53
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
menu bar maupun kebiasaan membaca dari kiri ke kanan. Kemudian, pembaca akan memulai kembali membaca dari sisi kiri ke kanan. Pola ini dapat digunakan pada hampir semua website interface yang mengedepankan hierarki, branding, dan call to action (CTA).
Gambar 2.60 Pola Z Sumber: Bank & Cao (2015)
2.7.1.2 Kontras
Dalam UI website, kontras berperan untuk memberikan daya tarik terhadap user. Kontras ditunjukkan melalui perbedaan elemen yang berdekatan, yaitu dapat berupa warna, tekstur, bentuk, arah, ukuran, dan nama. Penggunaan kontras ditujukan untuk menampilkan hirarki dalam interface. Keberadaan kontras sangat kuat karena menjadi pembeda yang secara naluriah direspon oleh manusia. Sehingga, kontras mampu memberikan first impression dari sebuah elemen dalam interface website (Bank & Cao, 2015, hlm. 40-41).
54
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 2.61 Kontras Sumber: Bank & Cao (2015)
2.7.1.3 Warna, Ukuran, dan Ruang
Ketika merancang sebuah website interface, keberadaan warna dan ukuran menjadi elemen visual yang mampu menarik perhatian, didukung oleh ruang yang membantu dalam menangani hubungan antar elemen visual (Bank
& Cao, 2015, hlm. 41-44).
1) Warna
Keberadaan warna dalam sebuah interface sangat mampu menarik perhatian user. Warna tertentu dapat memberikan kesan dalam keseluruhan tampilan website. Penggunaan warna dengan kontras yang tinggi dapat digunakan untuk meraih call to action dari user.
2) Ukuran
Penggunaan ukuran dalam teks dapat menghindari arah membaca dari kiri ke kanan dan atas ke bawah. Adanya teks dengan ukuran yang besar di bagian kanan bawah dapat menjadi hal yang pertama dibaca oleh user ketika mengunjungi sebuah website. Ukuran dapat berperan untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan sehingga lebih mudah ditangkap dan dipahami.
3) Ruang
Penggunaan ruang sebagai kolom untuk bernapas dapat menambah keindahan tampilan website. Keberadaan elemen visual yang terlalu banyak malah akan mengacaukan tampilan website. Pengurangan elemen visual tersebut dapat digunakan untuk menonjolkan informasi yang ingin disampaikan. Strategi penggunaan white space juga diketahui mampu
55
Perancangan Website Informasi, Christa Bella Evianti, Universitas Multimedia Nusantara
meningkatkan pemahaman user sebesar 20%. Hal ini pun mempengaruhi kepuasan dan pengalaman user ketika mengunjungi sebuah website.
2.7.2 Elemen dan Prinsip dalam UI Website
Bank dan Cao (2015) menyebutkan bahwa prinsip dalam UI website terdiri atas interface design, information design, dan aesthetic design yang bekerja secara berkesinambungan. Interface dalam sebuah website yaitu sebuah pekerjaan dari awal, tengah, hingga akhir untuk memfasilitasi user berinteraksi dalam sebuah website. Penjabaran elemen dalam interface terbagi menjadi empat (hlm. 52-69):
2.7.2.1 Input Controls
Interface npa adanya
interaksi. Interaksi yang muncul tersebut dinamakan input controls. Input controls merupakan elemen dalam UI webite yang menyediakan pilihan bagi user untuk berinteraksi. Namun, user cenderung menginginkan banyak pilihan, tetapi pilihan yang terlalu banyak akan membuat UI menjadi kompleks dan tampilan menjadi kacau. Sehingga, untuk memperoleh keseimbangan tersebut, controls dapat disembunyikan hingga akhirnya dibutuhkan. Contohnya yaitu penggunaan hover dan collapsed drop-down.
Gambar 2.62 Input Controls Sumber: Bank dan Cao (2015)
2.7.2.2 Navigasi
Navigasi merupakan mandatory dari desain UI. Untuk itu, navigasi perlu memiliki konsistensi agar user dapat mengenali keberadaannya dalam sebuah website dengan nyaman. Selain itu, navigasi juga perlu memperhatikan flow untuk penempatan konten secara tepat.