• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2016/PP/M.IB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2016/PP/M.IB Tahun 2018"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-118809.99/2016/PP/M.IB Tahun 2018

Jenis Pajak : Gugatan Pajak

Tahun Pajak : 2016

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam Gugatan ini adalah Penerbitan Keputusan Tergugat Nomor: KEP-01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf c Karena Permohonan Wajib Pajak Kedua, yang tidak disetujui oleh Penggugat;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Tergugat : bahwa Surat Tagihan Pajak Nomor 00428/107/16/123/16 tanggal 5 Desember 2016 Masa Pajak April 2016 diterbitkan karena berdasarkan penelitian dalam data administrasi perpajakan, yaitu pelaporan SPT masa PPN Masa Pajak April 2016 diketahui bahwa Penggugat melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak April 2016 sebesar Rp348.181.272,00. Penerbitan Surat Tagihan tersebut telah sesuai dengan Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 183/PMK.03/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak yang menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak setelah meneliti data administrasi perpajakan;

bahwa berdasarkan penelitian dalam data administrasi perpajakan, yaitu pelaporan SPT masa PPN Masa Pajak April 2016 diketahui bahwa Penggugat melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak April 2016 sebesar Rp348.181.272,00. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-29/PJ/2015 Pasal 7 ayat (1) huruf a, PKP diperkenankan melaporkan faktur pajak dalam SPT Masa PPN 1111 dengan cara digunggung adalah PKP pedagang eceran sebagaimana dimaksud Pasal 20 PP nomor 1 tahun 2012. Karena Penggugat tidak memenuhi pengertian pedagang eceran, sehingga Penggugat dikenakan sanksi administrasi denda Pasal 14 ayat (4) KUP sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak sebesar Rp6.963.625,00 karena Penggugat tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-undang PPN 1984;

bahwa dengan melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak April 2016 sebesar Rp348.181.272,00 berarti Penggugat membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, serta nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak dengan jumlah total sebesar Rp348.181.272,00 sebagaimana hanya pedagang eceran yang diperkenankan membuat faktur pajak tanpa mencantumkan identitas pembeli, nama dan tandatangan yang membuat faktur pajak dan melaporkannya sebagai Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung;

bahwa kriteria pedagang eceran yang diperkenankan membuat faktur pajak tanpa mencantumkan identitas pembeli, nama dan tandatangan yang membuat faktur pajak dan melaporkannya sebagai Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung berdasarkan peraturan berlaku adalah pengusaha kena pajak yang:

1) Melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penjualan eceran atau langsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;

b. dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c. pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan secara tunai dan penjual atau pembeli langsung menyerahkan atau membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.

2) Melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau langsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;

b. dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c. pada umumnya pembayaran atas penyerahan Jasa Kena Pajak dilakukan secara tunai.

bahwa berdasarkan data Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak diketahui bahwa Penggugat terdaftar di KPP pada tanggal 11 April 1991 dengan Klasifikasi Lapangan Usaha 68110 : Real Estate yang dimiliki sendiri atau disewa.

bahwa berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa usaha Penggugat tidak termasuk sebagai pedagang eceran karena lazimnya perusahaan penjualan/penyewaan real estate penyerahan barang/jasa kepada konsumen dilakukan dengan perjanjian atau kontrak sewa selama jangka waktu tertentu sehingga tidak memenuhi kriteria sebagai pedagang eceran sebagaimana diatur dalam Pasal 20 PP Nomor 1 Tahun 2012;

bahwa berdasarkan penjelasan Penggugat dalam penjelasan tertulis dalam persidangan, Penggugat menyatakan bahwa Penggugat berusaha di bidang penyewaan dan Pengelolaan Medan Mall dan kios-kios di Central Pasar Medan, bekerja sama dengan Pemda Kodya Medan selaku pemilik. Bahwa Penggugat mengelola dalam arti menyewakan dan melakukan maintenance terhadap penyewa (tenant) sebanyak 78 (tujuh puluh delapan) penyewa di Medan Mall dan 546 penyewa kios di Central Pasar Medan total 624 tenant. Berdasarkan penjelasan kegiatan usaha dari Penggugat tersebut disimpulkan bahwa usaha Penggugat tidak termasuk sebagai pedagang eceran karena lazimnya perusahaan penjualan/penyewaan real estate penyerahan barang/jasa kepada konsumen dilakukan dengan perjanjian atau kontrak sewa selama jangka waktu tertentu sehingga tidak memenuhi kriteria sebagai pedagang eceran sebagaimana diatur dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2012 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013;

bahwa karena kegiatan usaha Penggugat tidak memenuhi kriteria dan pengertian sebagai pedagang eceran maka faktur pajak yang dibuat oleh Penggugat sejumlah Rp348.181.272,00 yang dilaporkan Penggugat sebagai penyerahan yang faktur pajaknya digunggung di SPT Masa PPN Masa Pajak April 2016 merupakan faktur pajak yang diisi secara tidak lengkap berdasarkan Pasal 14 ayat (1) huruf e UU KUP sehingga dikenakan sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) KUP;

bahwa dengan demikian Tergugat berpendapat bahwa penerbitan STP PPN Dalam Negeri Nomor 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016 Masa Pajak April 2016 dan Surat Keputusan Tergugat Nomor KEP- 01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-118809.99/2016/PP/M.IB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Penggugat : bahwa Penggugat dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya di bidang Penyewaan dan Pengelolaan Medan Mall dan Kios-kios di Central Pasar Medan, melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa menyewakan kios-kios di Medan Mall dan di Central Pasar Medan langsung kepada konsumen akhir yaitu Penyewa Kios;

bahwa transaksi sewa menyewa dilakukan dan diserah-terimakan langsung kepada si Penyewa sebagai konsumen akhir;

bahwa dengan demikian Penggugat telah memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b dan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012;

bahwa atas transaksi dengan masing-masing Penyewa yang bukan PKP dan tidak memiliki NPWP, Penggugat sudah membuat dan mengisi Faktur Pajak (sederhana) secara lengkap identitas masing-masing penyewa sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (5) UU PPN, sehingga tidak sepatutnya diterbitkan STP berdasarkan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (4) UU KUP;

bahwa tidak benar dalil Tergugat menyatakan Penggugat melakukan transaksi penyerahan dengan menggunakan Faktur Pajak yang digunggung. Karena kepada masing-masing Penyewa dibuatkan Faktur Pajak Standar untuk Penyewa PKP dan memiliki NPWP) maupun Faktur Pajak Sederhana untuk Penyewa yang tidak memiliki NPWP;

bahwa Penggugat dalam menerbitkan Faktur Pajak sudah memenuhi syarat formal dan material sbagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (9) UU PPN;

bahwa karena Penggugat sudah memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b dan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012, maka sesuai Pasal 7 ayat (1) huruf a Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER- 29/PJ/2015, maka Penggugat seharusnya diperkenankan melaporkan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN 1111 dengan cara digunggung;

bahwa oleh karena Faktur Pajak tersebut sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN, maka terhadap Penggugat tidak seharusnya diterbitkan STP dengan mengenakan sanksi administrasi sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak;

bahwa Tergugat telah keliru menggunakan dasar hukum penerbitan STP Pasal 14 ayat (4) yang seharusnya diterapkan untuk PKP yang keliru membuat Faktur Pajak bukan untuk PKP yang keliru melaporkan SPT Masa-nya;

bahwa Lembar Penghitungan STP Pajak Pertambahan Nilai yang dibuat Tergugat karena Penggugat dianggap keliru (quod non) melaporkan SPT Masa- nya dengan cara digunggung, dan bukan mempersoalkan pembuatan Faktur Pajak oleh Penggugat;

SIMPULAN

1. Bahwa Tergugat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Masa PPN berdasarkan Pasal 14 ayat (4) karena laporan SPT Masa PPN yang dilaporkan Penggugat dianggap tidak benar;

2. Bahwa Pasal 14 ayat (4) UU KUP adalah dasar hukum untuk penerbitan STP jika PKP membuat Faktur Pajak yang, tidak benar, bukan untuk pelaporan SPT Masa yang tidak benar;

3. Bahwa Penggugat dalam menerbitkan Faktur Pajak sudah memenuhi syarat formal dan material sbagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (9) UU PPN;

4. Bahwa Penggugat sudah memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN dalam menerbitkan Faktur Pajak atas transaksi penyerahan Jasa Kena Pajak;

5. Bahwa Penggugat dalam transaksinya telah menyerahkan Jasa Kena Pajak langsung kepada konsumen akhir, yaitu Penyewa;

6. Bahwa Tergugat beranggapan bahwa Penggugat tidak boleh menggunakan laporan Faktur Pajak digunggung dalam laporan SPT Masa PPN-nya karena Penggugat bukan Pedagang Eceran, meskipun secara faktuil Penggugat sudah memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai pengertian Pedagang Eceran sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b PP Nomor 1 Tahun 2012 dan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013;

7. Bahwa karena Penggugat sudah memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b dan Pasal 20 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012, maka sesuai Pasal 7 ayat (1) huruf a Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-29/PJ/2015, maka Penggugat seharusnya diperkenankan melaporkan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN 1111 dengan cara digunggung;

8. Bahwa oleh karena Faktur Pajak yang dibuat Penggugat sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN, maka terhadap Penggugat tidak seharusnya diterbitkan STP berdasarkan Pasal 14 ayat (4) UU KUP, atas Laporan SPT Masa PPN-nya yang dianggap keliru oleh Tergugat;

Permohonan

bahwa dari penjelasan dan Kesimpulan yang dikemukakan di atas, Penggugat berpendapat sengketa ini adalah sengketa yuridis yang sepenuhnya menjadi wewenang Majelis Hakim. Untuk itu Penggugat mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Pajak dapat memutus sebagai berikut :

1. Mengabulkan seluruhnya Gugatan Penggugat;

2. Membatalkan. Keputusan Tergugat Nomor: KEP- 01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 tentang Pengurangan Sanksi Administrasi Atas Surat Tagihan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor : 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016 Masa Pajak April 2016;

3. Membatalkan Surat Tagihan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor: 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016 Masa Pajak April 2016;

bahwa demikian permohonan Penggugat, apabila Majelis Hakim Pengadilan Pajak berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono);

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-118809.99/2016/PP/M.IB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa adalah Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor: KEP-01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf c Karena Permohonan Wajib Pajak Kedua Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak April 2016 Nomor: 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016 yang tidak disetujui Penggugat;

bahwa Tergugat telah menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) PPN Masa Pajak April 2016 Nomor: 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016 yang berisi tagihan atas sanksi administrasi berupa denda sesuai Pasal 14 Ayat (4) UU KUP sebesar Rp6.963.625,00;

bahwa Penggugat dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak berdasarkan Pasal 14 ayat (4) Undang- undang KUP terhadap pengusaha kena pajak sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang-undang PPN;

bahwa menurut Tergugat berdasarkan penelitian dalam data administrasi perpajakan, yaitu pelaporan SPT masa PPN Masa Pajak April 2016 diketahui bahwa Penggugat melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak April 2016 sebesar Rp348.181.272,00.

bahwa menurut Tergugat, dengan melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung berarti Penggugat membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, serta nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak;

bahwa menurut Tergugat, pembuatan Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak, serta nama dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak hanya diperkenankan dilakukan oleh PKP Pedagang Eceran;

bahwa menurut Tergugat, kegiatan usaha Penggugat tidak memenuhi kriteria sebagai pedagang eceran sebagaimana dimaksud Pasal 20 PP nomor 1 tahun 2012, maka faktur pajak yang dibuat oleh Penggugat yang dilaporkan sebagai penyerahan yang faktur pajaknya digunggung merupakan faktur pajak yang diisi secara tidak lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-undang PPN dan Pasal 14 ayat (1) huruf e UU KUP sehingga dikenakan sanksi administrasi berupa denda Pasal 14 ayat (4) KUP;

bahwa menurut Penggugat, kegiatan usaha Penggugat adalah Penyewaan dan Pengelolaan Medan Mall dan Kios-kios di Central Pasar Medan, melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa menyewakan kios-kios di Medan Mall dan di Central Pasar Medan langsung kepada konsumen akhir yaitu Penyewa Kios dengan demikian Penggugat telah memenuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) huruf b dan Pasal 20 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012;

bahwa menurut Penggugat, dalam melaksanakan kewajiban PPN terhadap Penyewa Perorangan yang semuanya bukan PKP di Central Pasar Medan yang jumlahnya lebih dari 500 penyewa, maka PPN dipungut dengan cara Faktur Pajak yang digunggungkan atas seluruh pungutan PPN kepada Penyewa Perseorangan di Central Pasar Medan yang bukan PKP tersebut;

bahwa menurut Penggugat, atas transaksi dengan masing-masing Penyewa yang bukan PKP dan tidak memiliki NPWP, Penggugat sudah membuat dan mengisi Faktur Pajak (sederhana) secara lengkap identitas masing-masing penyewa sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (5) UU PPN, sehingga tidak sepatutnya diterbitkan STP berdasarkan Pasal 14 ayat (1) dan ayat (4) UU KUP;

bahwa menurut Penggugat, cara menerbitkan dan melaporkan Faktur Pajak yang dilakukan Penggugat sudah benar dan tidak pernah ditegur oleh Tergugat.

Penggugat sudah patuh memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang dipungutnya selama ini, sehingga secara material tidak ada kerugian pada penerimaan keuangan negara sehingga sesuai dengan azas material yang dianut dalam Undang-Undang Perpajakan, maka sanksi administrasi karena kesalahan formal pemakaian Faktur Pajak yang dianggap keliru oleh Tergugat tanpa peringatan atau teguran terlebih dahulu, seharusnya dapat dihapuskan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, bukti-bukti dan penjelasan para pihak dalam persidangan serta hasil pemeriksaan terhadap bukti- bukti yang diserahkan dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut :

bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Undang-undang KUP), antara lain diatur sebagai berikut :

Pasal 14

(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara Iengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, selain:

f. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya; atau

g. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;

h. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak; atau

i. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya;

(4) Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, atau huruf f masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak;

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor: 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor: 42 tahun 2009 (selanjutnya disebut dengan Undang-undang PPN), antara lain diatur sebagai berikut:

Pasal 13:

(1) Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:

a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D;

b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c;

c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; dan/atau

d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h.

(5) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur

Pajak.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(9) Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal dan material.

bahwa sebagai pelaksanaan dari Pasal 13 ayat (8) Undang-undang PPN telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak antara lain mengatur sebagai berikut:

Pasal 5

(1) Pedagang eceran yang membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual, tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

(2) Pedagang eceran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pengusaha Kena Pajak yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penjualan eceran atau Iangsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;

b. dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c. pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan secara tunai dan penjual atau pembeli langsung menyerahkan atau membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya.

(3) Termasuk dalam pengertian pedagang eceran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pengusaha Kena Pajak yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau langsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir lainnya;

b. dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c. pada umumnya pembayaran atas penyerahan Jasa Kena Pajak dilakukan secara tunai.

Pasal 9

(1) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;

b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;

c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur

Pajak.

(2) Untuk Faktur Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g berupa Tanda Tangan Elektronik.

(3) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak.

(4) Persyaratan yang harus dipenuhi dan keterangan yang harus dicantumkan dalam dokumen tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

(5) Dalam hal Faktur Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak.

Pasal 10

(1) Faktur Pajak wajib diisi secara lengkap, jelas, dan benar.

(2) Pengusaha Kena Pajak yang membuat Faktur Pajak tidak sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 1 Tahun 2012 tentang pelaksanaan Undangundang Nomor: 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor: 42 tahun 2009 tentang perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor: 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (selanjutnya disebut dengan PP Nomor : 1 Tahun 2012), antara lain diatur sebagai berikut:

Pasal 20

(1) Pedagang eceran yang membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan keterangan mengenai identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual, tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a angka 2 Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

(2) Pedagang eceran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pengusaha Kena Pajak yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penjualan eceran atau langsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir Iainnya

b. dengan cara penjualan eceran yang dilakukan Iangsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang

c. pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan secara tunai dan penjual atau pembeli Iangsung menyerahkan atau membawa Barang Kena Pajak yang dibelinya

(3) Termasuk dalam pengertian Pedagang eceran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pengusaha Kena Pajak yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan cara sebagai berikut:

a. melalui suatu tempat penyerahan jasa secara Iangsung kepada konsumen akhir atau Iangsung mendatangi dari satu tempat konsumen akhir ke tempat konsumen akhir Iainnya;

b. dilakukan secara Iangsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang; dan

c. pada umumnya pembayaran atas penyerahan Jasa Kena Pajak dilakukan secara tunai.

bahwa Penggugat bergerak dalam bidang usaha Penyewaan dan Pengelolaan Medan Mall dan Kios-kios di Central Pasar Medan yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa menyewakan kios-kios di Medan Mall dan di Central Pasar Medan kepada Penyewa Kios melalui perjanjian sewa menyewa;

bahwa berdasarkan bukti-bukti dan keterangan para pihak dalam persidangan, Majelis berpendapat Penggugat bukan termasuk PKP Pedagang Eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010, oleh karenanya Penggugat harus membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan oleh Penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (5) Undang-undang PPN dan Pasal 14 ayat (1) huruf e angka 1 Undang-undang KUP;

bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diserahkan dalam persidangan diketahui Penggugat telah membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan yang dilakukan Penggugat;

bahwa Penggugat telah membuat Faktur Pajak Standar untuk penyerahan kepada penyewa yang memiliki NPWP dan penyewa yang tidak memiliki NPWP di Medan Mall yang dilaporkan Penggugat dalam lampiran A2 SPT Masa PPN, dan berdasarkan bukti yang diberikan dalam persidangan, Faktur Pajak yang diterbitkan Penggugat tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-undang PPN dan Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang-undang KUP berserta peraturan pelaksanaannya;

bahwa Penggugat juga membuat Faktur Pajak Sederhana yang atas penyerahan kepada penyewa yang tidak memiliki NPWP di Central Pasar Medan yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN sebagai penyerahan dengan Faktur Pajak yang Digunggung;

bahwa berdasarkan bukti yang diberikan dalam persidangan, Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Penggugat atas penyerahan kepada penyewa yang tidak memiliki NPWP di Central Pasar Medan, tidak mencantumkan keterangan secara lengkap sebagaimana di maksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-undang PPN dan Pasal 14 ayat (1) huruf e Undang-undang KUP berserta peraturan pelaksanaannya;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (4) Undang-undang KUP, Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara Iengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai selain identitas pembeli, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut Majelis berpendapat, penerbitan Surat Tagihan Pajak PPN Masa Pajak April 2016 oleh Tergugat untuk mengenakan sanksi Pasal 14 Ayat (4) Undang-undang KUP telah sesuai dengan fakta dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan keputusan Tergugat Nomor: KEP-01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf c Karena Permohonan Wajib Pajak Kedua, atas STP PPN Masa Pajak April 2016 Nomor 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016, tetap dipertahankan;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-118809.99/2016/PP/M.IB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk menolak gugatan Penggugat;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini;

Memutuskan : Menolak Gugatan Penggugat terhadap Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-01462/NKEB/WPJ.01/2017 tanggal 15 November 2017 tentang Pembatalan Ketetapan Pajak Atas Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 36 Ayat (1) Huruf c Karena Permohonan Wajib Pajak Kedua Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Masa Pajak April 2016 Nomor: 00428/107/16/123/16 tanggal 05 Desember 2016, atas Penggugat;

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Rabu tanggal 04 Juli 2018 oleh Hakim Majelis IB Pengadilan Pajak dengan susunan Majelis sebagai berikut:

ABC, Ak, MSi DEF, S.E., Ak, MBT GHI, SP, M.M.

Dengan dibantu oleh JKL, S.E., Ak., M.M.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Rabu, tanggal 29 Agustus 2018, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Penggugat namun tidak dihadiri oleh Tergugat.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

1) Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajak Khususnya telah diterbitkan, Faktur Pajak Khusus tersebut harus dibatalkan. 2)

 Meminta penjelasan Pimpinan KPK terkait dengan penanganan kasus yang dilakukan oleh KPK terhadap kasus-kasus yang menarik perhatian masyarakat dan nilai kerugian

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah koreksi Terbanding atas besarnya Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp1.739.380.932,00 yang dihitung

bahwa dengan melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak Mei 2016 sebesar Rp1.987.955.818,00 berarti Penggugat membuat Faktur Pajak

Perinsip ini sangat pentingyang karenanya Washil bin „Atha memisahkan diri dari Hasan Basri. Washil memutuskan bahwa orang yang berbuat dosa besar selain syirik, tidak

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar iodium dari sampel urin sesaat pada semua rentang waktu pengambilan sampel urin dalam sehari dengan kadar

Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa: “Pejabat

bahwa menurut Pemeriksa, hutang direksi berasal dari buku kas masuk, sedangkan pada saat pemeriksaan Pemohon Banding belum / tidak menunjukkan bukti perjanjian lainnya;.