• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT KOMUNIKASI KAMPANYE STOP NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI T E S I S OLEH YENI JELITA NABABAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AUDIT KOMUNIKASI KAMPANYE STOP NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI T E S I S OLEH YENI JELITA NABABAN"

Copied!
374
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

T E S I S

OLEH

157045032

YENI JELITA NABABAN

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH

YENI JELITA NABABAN 157045032

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

Judul Tesis : AUDIT KOMUNIKASI KAMPANYE STOP NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Nama Mahasiswa : Yeni Jelita Nababan Nomor Pokok : 157045032

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua,

(Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D)

Anggota,

Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si NIP. 196710021994031002 NIP. 198011072006042001

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP. 196704051990032002 NIP. 197409302005011002

Tanggal Lulus: Agustus 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D Anggota : 1. Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D

2. Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si 3. Prof. Dr. Badaruddin, MS

4. Drs. HR Danan Djaja, MA Tanggal: 23 Agustus 2017

(5)

AUDIT KOMUNIKASI KAMPANYE STOP NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:

1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Oktober 2017 Penulis,

Yeni Jelita Nababan

(6)

AUDIT KOMUNIKASI KAMPANYE STOP NARKOBA BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SERDANG

BEDAGAI

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis proses audit komunikasi serta menganalisis tanggapan masyarakat yang pada akhirnya menghasilkan evaluasi terhadap kampanye Stop Narkoba tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan metode deskriptif kuantitatif.

Penelitian dilakukan terhadap kampanye Stop Narkoba yang dilakukan BNNK Serdang Bedagai sepanjang Januari hingga Juni 2017. Audit komunikasi yang dilakukan secara internal dan eksternal. Secara internal, audit komunikasi dilakukan dalam merencanakan dan mempersiapkan pesan kampanye Stop Narkoba dengan teknik Profil Komunikasi Keorganisasian dari Pace & Faules.

Sampel yang diambil berjumlah 31 responden yang merupakan pegawai BNNK Serdang Bedagai. Audit komunikasi eksternal dilakukan dengan melihat tanggapan masyarakat terhadap pelaksanaan kampanye Stop Narkoba. Sampel yang diambil secara acak dari 2 (dua) kecamatan sebanyak 114 responden.

Hasil audit komunikasi internal dan eksternal yang diperoleh dalam kategori baik, dengan skor 3.145 dari skala 4. Audit komunikasi dalam internal organisasi mengindikasikan bahwa organsiasi dalam keadaan sehat. Hal ini sejalan dengan Teori Informasi yang dipakai yang dengan melihat aliran informasi dalam organisasi berjalan lancar. Tanggapan masyarakat menunjukkan bahwa strategi komunikasi publik yang dilakukan telah efektif. Meskipun demikian terdapat beberapa hal yang dapat diperbaiki dalam rangka pencapaian keberhasilan kampanye Stop Narkoba di kegiatan selanjutnya, yaitu pemilihan saluran, media, teknik komunikasi dan khalayak yang harus lebih diperhatikan sesuai dengan karakteristik masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.

Kata kunci: Audit Komunikasi, Kampanye Stop Narkoba, BNNK Serdang Bedagai.

(7)

BEDAGAI DISTRICT

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the process of communication audit and analyze the response of the community which ultimately resulted in the evaluation of the Drug Stop campaign. This research uses positivistic paradigm with quantitative descriptive method.

The research was conducted on the Drug Stop campaign conducted by BNNK Serdang Bedagai during January to June 2017. Internal and external communication audit. Internally, the communication audit is done in planning and preparing Stop Drugs campaign messages with the Organizational Communication Profile of Pace & Faules. Samples taken amounted to 31 respondents who are employees of BNNK Serdang Bedagai. External communication audit is done by looking at the community's response to the implementation of the Drug Stop campaign. Samples taken at random from 2 (two) sub-districts were 114 respondents.

Internal and external communication audit results obtained in good category, with score 3.145 from scale 4. Internal communication audit indicates that organization is healthy. This is in line with the Information Theory used which by seeing the flow of information in the organization run smoothly. The public response shows that the public communication strategy undertaken has been effective. Nevertheless there are several things that can be improved in order to achieve the success of the Drug Stop campaign in the next activities, namely the selection of channels, media, communication techniques and audiences that must be more attention in accordance with the characteristics of existing communities in Serdang Bedagai District.

Keywords: Communication Audit, Drug Stop Campaign, National Anti Narcotics Agency of Serdang Bedagai District.

(8)

Penulis mengucapkan puji dan syulur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini berjudul Audit Komunikasi Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Studi Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagai salah satu karya ilmiah, sejak awal hingga akhir penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan terbesar seluruh keluarga, ayahanda K. Nababan dan HT. Purba atas doa, kasih sayang, dan nasehatnya yang tidak terbalas dengan apapun. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada suami tercinta Midian Hasudungan Situmorang, anak-anak yang dikasihi David Felix Situmorang dan Josia Hiroki Situmorang atas bantuan doa, moril maupun materil yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Selama penelitian dan penyelesaian tesis ini, penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, serta dorongan berbagai pihak hingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak. Prof Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO) Republik Indonesia di Jakarta yang telah memberikan beasiswa pendidikan S2 Ilmu Komunikasi di Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU kepada penulis.

3. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU.

5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D, selaku Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU sekaligus Ketua Panitia Penguji Tesis.

(9)

Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS dan Bapak Drs. HR Danan Djaja, MA selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran yang berharga untuk perbaikan penulisan tesis ini.

8. Keluarga Besar Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai yang telah bersedia menerima dan membantu penulis untuk dapat melakukan penelitian di wilayah kerjanya.

9. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Magister Ilmu Komunikasi, Sri Handayani,S.Sos dan Zikra Khasiyah, S.Sos, yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan di Magister Ilmu Komunikasi FISIP USU.

10. Seluruh rekan angkatan III Kemkominfo yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi mulai dari awal perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Amin.

Medan, Oktober 2017 Penulis

Yeni Jelita Nababan

(10)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... i

LEMBAR PENETAPAN PENGUJI TESIS ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Paradigma Penelitian ... 11

2.2. Penelitian Sejenis Terdahulu ... 12

2.3. Kerangka Teori... 22

2.3.1. Audit Komunikasi ... 22

2.3.1.1. Definisi Audit Komunikasi ... 22

2.3.1.2. Tujuan Audit Komunikasi ... 25

2.3.1.3. Model dan dimensi Audit Komunikasi ... 26

2.3.2. Komunikasi Publik ... 30

2.3.2.1. Pengertian Komunikasi Publik ... 31

2.3.2.2. Tahapan Kampanye Komunikasi Publik ... 33

2.3.2.3. Efektifitas Kampanye Komunikasi Publik ... 34

2.3.2.4. Model-model Kampanye ... 35

2.3.3. Teori Informasi Organisasi ... 36

2.4. Kerangka Konsep ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 45

3.1. Metode Penelitian... 45

3.2. Metode Pengukuran ... 48

3.2.1 Variabel Penelitian ... 48

3.2.2 Definisi Operasional ... 50

3.3. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 53

3.3.1. Populasi ... 53

3.3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 54

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 56

3.5. Validitas dan Reabilitas... 58

(11)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN ... 64

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 64

4.2. Proses Penelitian ... 67

4.2.1. Tahap Awal ... 68

4.2.2. Pengumpulan Data ... 68

4.2.3. Pengolahan Data ... 70

4.2.3.1 Penomoran Kuesioner... 70

4.2.3.2 Pengeditan (editing) ... 70

4.2.3.3 Pengkodean ... 71

4.2.3.4 Inventarisasi Tabel ... 71

4.2.3.5 Tabulasi Data ... 72

4.3. Analisis Data ... 72

4.3.1. Data Umum Responden... 72

4.3.1.1 Jenis Kelamin ... 74

4.3.1.2 Usia Responden ... 74

4.3.1.3 Pekerjaan ... 76

4.3.1.4 Suku ... 80

4.3.2. Temuan Audit Komunikasi BNNK Serdang Bedagai ... 81

4.3.2.1 Iklim Organisasi ... 81

4.3.2.1.1 Kepercayaan... 81

4.3.2.1.2 Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan ... 83

4.3.2.1.3 Pemberian Dukungan ... 85

4.3.2.1.4 Keterbukaan Informasi ... 87

4.3.2.1.5 Perhatian Terhadap Kinerja Tinggi... 89

4.3.2.2 Kepuasan Organisasi ... 91

4.3.2.2.1 Kepuasan Kerja ... 91

4.3.2.2.2 Kepuasan Supervisi... 93

4.3.2.2.3 Kepuasan Upah dan Keuntungam... 95

4.3.2.2.4 Kepuasan Promosi ... 96

4.3.2.2.5 Kepuasan Rekan Sejawat ... 97

4.3.2.3 Kualitas Media ... 100

4.3.2.4 Kemudahan Memperoleh Informasi ... 102

4.3.2.5 Muatan Informasi ... 105

4.3.2.6 Penyebaran Informasi ... 108

4.3.2.7 Ketepatan Pesan ... 110

4.3.2.8 Kepuasan Pengalaman Komunikasi ... 111

4.3.3. Temuan Audit Komunikasi Peserta Kampanye Stop Narkoba .. 113

4.3.3.1 Saluran ... 101

4.3.3.2 Intensitas ... 102

4.3.3.3 Kredibilitas Sumber ... 103

4.3.3.4.Konteks Pesan ... 113

4.3.3.5 Isi Pesan ... 116

4.3.3.6 Kejelasan ... 122

4.3.3.7 Kapabilitas Pendengar ... 125

(12)

4.3.4.1 Stakeholher BNNK Serdang Bedagai ... 145

4.3.4.2 Peserta Kampanye Stop Narkoba... 149

BAB V PEMBAHASAN ... 152

5.1. Audit Komunikasi Pelaksana Kampanye Stop Narkoba ... 152

5.2. Tanggapan Masyarakat terhadap Kampanye Stop Narkoba ... 158

5.3 Evaluasi Audit Komunikasi Kampanye Stop Narkoba ... 162

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 167

6.1 SIMPULAN ... 167

6.2 SARAN ... 168

DAFTAR PUSTAKA ... 170 RIWAYAT HIDUP

(13)

Tabel Hal

1. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba ... 4

2. Perbandingan antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Audit 21 Komunikasi Kampanye Stop Narkoba ... 21

3.1 Dimensi dan Indikator Penelitian ... 48

3.2 Populasi Penelitian ... 54

3.3 Proporsi Sampel Per Kecamatan ... 55

3.4 Proporsi Sampel Penelitian ... 56

4.1 Media dan Bentuk Kampanye Stop Narkoba ... 65

4.2. Frekuensi Responden BNNK Sergai menurut Jabatannya ... 77

4.3. Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi-Kepercayaan ... 82

4.4. Statistik Iklim Organisasi-Kepercayaan ... 83

4.5 Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi-Partisipasi dalam Pembuatan 84 Keputusan ... 84

4.6. Statistik Iklim Organisasi-Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan 85 4.7. Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi-Pemberian Dukungan ... 86

4.8. Statistik Iklim Organisasi-Pemberian Dukungan ... 87

4.9. Distribusi Frekuensi Iklim Organisasi-Keterbukaan Informasi ... 88

4.10. Statistik Iklim Organisasi-Keterbukaan Informasi... 89

4.11. Distribusi Frekuensi Perhatian Terhadap kinerja Tinggi ... 90

4.12. Statistik Perhatian Terhadap kinerja Tinggi ... 91

4.13. Skor Indikator iklim Organisasi BNNK Serdang Bedagai ... 92

4.14. Distribusi Frekuensi Kepuasan Organsiasi-Kerja ... 93

4.15. Statistik Kepuasan Organisasi-Kerja... 94

4.16. Distribusi Frekuensi Kepuasan Organisasi-Supervisi ... 95

4.17. Statistik Kepuasan Organisasi-Upah dan Keuntungan ... 96

4.18. Distribusi Frekuensi Kepuasan Organisasi-Upah ... 96

4.19. Distribusi Frekuensi Kepuasan Organisasi-Promosi ... 97

4.20. Distribusi Frekuensi Kepuasan Organisasi- Rekan Sejawat ... 99

4.21. Statistik Kepuasan Organisasi Rekan Sejawat ... 100

(14)

4.22. Nilai Kepuasan Organisasi ... 100

4.23. Distribusi Frekuensi Kualitas Media ... 102

4.24. Statistik Kualitas Media ... 103

4.25. Distribusi Frekuensi Kemudahan Memperoleh Informasi ... 104

4.26. Statistik Kemudahan Memperoleh Informasi ... 106

4.27 . Distribusi Frekuensi Muatan Informasi ... 107

4.28. Statistik Muatan Informasi ... 107

4.29. Skor Nilai Muatan informasi ... 108

4.30. Distribusi Frekuensi Penyebaran Informasi ... 110

4.31. Distribusi Frekuensi Ketepatan Pesan ... 111

4.32. Kepuasan Pengalaman Komunikasi ... 112

4.33 Skor Penilaian Dimensi Audit Komunikasi BNNK Sergai ... 113

4.34. Persentase Sebaran Pengenalan akan Saluran Komunikasi ... 114

4.35. Persentase Sebaran Intensitas ... 115

4.36. Skor Konteks Pesan ... 131

4.37. Distribusi Frekuensi Isi Pesan-Kecamatan Sei rampah ... 132

4.38. Distribusi Frekuensi Isi Pesan-Kecamatan Tanjung Beringin ... 133

4.39. Distribusi Frekuensi Kejelasan Sei Rampah... 135

4.40. Distribusi Frekuensi Kejelasan Tanjung Beringin ... 137

4.41. Persentase Sebaran Kapabilitas Pendengar ... 138

4.42. Persentase Sebaran Kepuasan Metode Kampanye ... 141

4.43. Persentase Sebaran Keinginan Memperoleh informasi ... 142

4.44. Persentase Sebaran Konsistensi ... 143

4.45. Skor Penilaian Dimensi Audit Komunikasi Peserta Kampanye ... 144

(15)

Gambar Hal

1. Angka Prevalensi Pernah Pakai dan Setahun Pakai 2015 ... 5

2.1 Konsep Umum Audit Komunikasi ... 29

3. Kerangka Konsep Penelitian... 44

4.1 Jenis Kelamin Responden ... 72

4.2 Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73

4.3. Usia Responden ... 74

4.4 Usia Responden Kecamatan Sei Rampah ... 74

4.5 Usia Responden Kecamatan Tanjung Beringin ... 75

4.6 Usia Responden-Pegawai BNNK Serdang Bedagai ... 76

4.7 Komposisi Subbagian BNNK Serdang Bedagai ... 76

4.8 Lamanya Bekerja di BNNK Serdang Bedagai ... 78

4.9 Pekerjaan Responden di Kecamatan Sei Rampah ... 79

4.10 Pekerjaan Responden di Kecamatan Tanjung Beringin ... 79

4.11 Suku Pegawai BNNK Serdang Bedagai ... 80

4.12 Interval Penilaian Muatan Informasi ... 108

4.13 Penilaiaan Penyuluh-Narasumber yang dihadirkan ... 117

4.14 Penilaian Penyuluh-Sikap Pengisi Acara... 118

4.15 Penilaian Penyuluh-Materi yang disampaikan ... 119

4.16. Penilaian Penyuluh-Alat Peraga yang dipakai ... 120

4.17 Penilaian Penyuluh-Interaksi Narasumber dengan peserta... 121

4.18 Penilaian Penyuluh-Kemampuan Menjawab pertanyaan ... 122

4.19 Penilaian Siaran Radio-Narasumber yang dihadirkan ... 123

4.20 Penilaian Siaran Radio-Sikap Pengisi Acara ... 124

4.21 Penilaian Siaran Radio-Materi yang Disampaikan ... 124

4.22 Penilaian Siaran Radio-Interaksi Narasumber Dengan Peserta ... 125

4.23 Konteks Pesan-Jenis-Jenis Narkoba ... 126

4.24 Konteks Pesan-Efek Penggunanan Narkoba ... 127

4.25 Konteks Pesan-Cara Mencegah Narkoba ... 128

4.26 Konteks Pesan-Tempat Pengaduan... 129

(16)

4.29 Kepuasan Pengalaman Komunikasi Peserta Kampanye ... 143

(17)

DAFTAR SINGKATAN

BNN : Badan Narkotika Nasional

BNNK : Badan Narkotika Nasional Kabupaten/ Kota

LAKIP : Laporan Akuntabilitas & Kinerja Instansi Pemerintahan LitBang : Penelitian dan Pengembangan

P4GN : Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba

Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri Sergai : Serdang Bedagai

TA : Tahun Anggaran

UU : Undang-Undang

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Daftar Populasi dan Sampel Terpilih Peserta Kampanye Stop Narkoba . 1

2. Tabel Excel Responden Pegawai BNNK Serdang Bedagai ... 6

3. Tabel Excel Responden Kec Tanjung Beringin ... 8

4. Tabel Excel Responden Sei Rampah ... 12

5. Kuisioner penelitian sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ... 14

6. Hasil Uji Validitas KuesionerPenelitian ... 22

7. Hasil Uji ReliabilitasKuesioner Penelitian ... 24

8. Kuisioner penelitian setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

9. Transkrip Wawancara ... 41

10. Surat Penelitian ... 52

11. Riwayat Hidup ... 53

(19)
(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi pada awalnya dianggap hanya sekedar alat antar manusia, agar manusia dapat saling berhubungan. Pada masa itu, sebagai suatu kegiatan yang biasa dilakukan, komunikasi tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus diberi perhatian, dikaji atau distrukturkan dalam bentuk yang lebih kompleks. Di dalam sebuah organisasi, segala kegiatan, interaksi, dan saling ketergantungan antar anggota dapat berlangsung berkat komunikasi, karena hanya dengan komunikasi, pengaruh atas perilaku individu dapat terjadi. Menurut Koontz dan Wienrich (dalam Mohammed, 2015:4) komunikasi merupakan hal yang penting dalam manajemen suatu organisasi, karena dapat menghubungkan keseluruhan fungsi-fungsi manajemen. Dalam proses komunikasi, penyaluran informasi yang tepat, mudah dipahami, berkecukupan, dan mudah diperoleh akan menjadi katalis untuk perubahan.

Penyaluran informasi yang efektif akan membantu tercapainya tujuan organisasi. Menurut Goldhaber (1993) untuk mengkomunikasikan informasi di dalam organisasi maka dilakukanlah komunikasi publik, dimana terjadi pertukaran pesan antara organisasi dengan publiknya baik internal maupun eksternal.

Organisasi dapat berkomunikasi dengan publiknya baik secara tatap muka secara langsung (face to face) atau melalui saluran (media) seperti rekaman gambar, radio, telepon, newsletter, brosur, leafleat, dan lain-lain.

(21)

Setiap organisasi melakukan aktivitas komunikasi publik dalam rangka menyelaraskan pertukaran informasi antara organisasi dengan lingkungannya, karenanya para eksekutif organisasi seyogianya dapat menyelenggarakan audit komunikasi. Konsep audit komunikasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kajian mendalam dan menyeluruh tentang sistem komunikasi keorganisasian yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi.

Audit komunikasi selain dilakukan dengan berfokus pada organisasi juga banyak diterapkan pada bidang-bidang seperti public relations, bisnis, psikologi komunikasi publik & penyuluhan, bahkan komunikasi perkotaan. Audit mengenai komunikasi publik, kampanye dan bidang penyuluhan juga sering kali menjadi kajian yang menarik untuk diteliti.

Salah satu program yang juga sering kali dilakukan di Indonesia adalah program penyuluhan stop narkoba. Penyuluhan stop narkoba selain dilakukan oleh organisasi sosial, secara vertikal dilaksanakan oleh suatu badan yaitu Badan Narkotika Nasional. Badan Narkotika Nasional yang pada penelitian ini selanjutnya disingkat dengan BNN, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002. Dengan diterbitkannya UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK) dengan struktur vertikal ke Propinsi dan Kabupaten/Kota. Di Propinsi dibentuk BNN Propinsi, dan di Kabupaten/Kota dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN sebagai suatu lembaga dipimpin oleh seorang Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BNN sendiri berkedudukan di bawah serta

(22)

bertanggungjawab kepada Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan Kerja Sama. Pada saat ini BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33 Propinsi, sedangkan di tingkat kabupaten dan kota, telah terdapat 100 Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota (BNNK). Secara bertahap perwakilan ini direncanakan akan ditambah seiring dengan perkembangan tingkat kerawanan penyalahgunaan narkoba di daerah. Dengan adanya perwakilan BNN di setiap daerah diharapkan dapat memberi ruang gerak yang lebih luas dan strategis bagi BNN dalam upaya peningkatan performa Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)

Penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai pada tahun 1971. Permasalahan yang dihadapi adalah ancaman bahaya narkoba. Jika merujuk kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, maka yang dinamakan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

(23)

Permasalahan tentang narkoba dapat dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah tingginya angka pengguna narkotika. Indonesia sendiri sebenarnya sudah dinyatakan darurat narkotika sejak 2014. Di beberapa negara, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di tingkat rumah tangga merupakan proxy untuk menilai besaran permasalahan narkoba. Berdasarkan hasil survei pada tahun 2015 yang dilakukan oleh pusat penelitian dan pengembangan (litbang) BNN, terdapat lebih dari empat juta orang pengguna narkotika di Indonesia.

Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dengan kategori “pernah pakai” di tingkat rumah tangga relatif stagnan sekitar 2,4% (2005 dan 2010). Sedangkan mereka yang pakai narkoba “setahun terakhir” menunjukkan penurunan dari 0,8%

pada 2005 menjadi 0,6% di tahun 2010. Angka penyalahgunaan “pernah pakai”

narkoba di tingkat rumah tangga cenderung turun dari 2010 ke 2015, tetapi mereka yang “setahun pakai” cenderung stabil dari 2010 ke 2015. Namun bila diperhatikan kembali, angka prevalensi pada kelompok umur 10-19 tahun ditahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun 2010. Tingkat prevalensi penyalahgunaan narkoba dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 1. Tingkat Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba

RT RK RT RK RT RK RT RK RT RK RT RT 2.4 13.1 2.4 7.5 1.7 5.9 0.8 5.2 0.6 4.0 0.6 3.8 Kelompok Umur

10-19 Tahun 1.2 8.9 0.7 0.0 0.9 1.7 0.8 3.3 0.4 0.0 0.3 1.0 20-29 Tahun 5.1 14.3 4.2 2.8 1.8 6.5 1.8 5.9 1.5 1.9 0.9 4.6 Lebih dari 30 Tahun 1.7 9.9 2.3 8.3 1.9 7.8 0.3 2.5 - 4.2 0.6 3.6

-

Kota 2.8 - 2.7 - 1.9 - 0.9 - 0.7 - 0.6 -

Kabupaten 1.3 - 1.5 - 1.4 0.5 - 0.4 - 0.6 -

Kampus - 13.4 - 0.0 - 6.4 - 5.7 - 0.0 - 5.0

Industri/ Pabrik - 3.8 - 5.2 - 3.2 - 1.8 - 2.5 - 1.9

Perkantoran - 14.6 - 4.3 - 4.1 - 5.5 - 0.7 - 2.1

Pasar - 11.0 - 15.4 - 4.6 - 0.5 - 9.4 - 2.5

Tempat Hiburan - 24.0 - 11.6 - 14.5 - 9.6 - 7.3 - 8.4

2010 2015

Keseluruhan Keterangan

Lokasi Administrasi Lokasi Area

Semasa Hidup Setahun

2005 2010 2015 2005

Sumber : Litbang BNN 2015

(24)

0 1 2 3 4 5 6

DKI Jakarta DI Aceh Papua Sumut Sulsel Jawa Barat Bali Papua Barat Sulut Jambi NTT Jawa Timur Sul-Teng Kal-Tara Kal-Tim Maluku Kep. Babel Kep. Riau Kal-Bar

Pernah Pakai Setahun Pakai

Berdasarkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba, maka dapat dipetakan angka prevalensi narkoba berdasarkan Provinsi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh BNN di tahun 2015, menemukan terdapat kota-kota tertentu yang memiliki angka prevalensi yang tinggi. Kategorinya dibagi menjadi dua yang pertama yaitu angka prevalensi pernah pakai dan angka prevalensi setahun pakai narkoba. Berdasarkan angka prevalensi pernah pakai, lima kota yang tertinggi yaitu DKI Jakarta, Yogyakarta, Aceh, Papua dan Sumut.

Gambar 1. Angka Prevalensi Pernah dan Setahun Pakai 2015

Sumber : Litbang BNN 2015

Survei yang dilakukan mulai 2005, 2010, dan 2015 menunjukkan hasil terdapat dua daerah yang menjadi perhatian khusus karena rata-rata prevalensinya masih tinggi yaitu DKI Jakarta dan Sumatera Utara. Sumatera Utara sendiri hanya memiliki 11 BNN Kabupaten/ Kota, dimana seharusnya terdapat 33 BNN Kabupaten/ Kota. Kota Medan dan Deli Serdang termasuk yang tertinggi dalam penyalahgunaan narkoba, namun kota-kota lain juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan sehingga angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara menjadi tinggi.

(25)

Di Kabupaten Serdang Bedagai sendiri, berdasarkan data BNNK (2016) tercatat terdapat sekitar 13.269 jiwa penduduk Serdang Bedagai yang pernah menggunakan narkoba, dengan rincian perkiraan untuk pecandu yang harus direhabilitasi rawat inap sekitar 3317 jiwa dan rawat jalan sekitar 9.952 jiwa. Para pecandu tersebut sebaiknya memang harus direhabilitasi agar dapat sembuh dari kecanduan narkoba. Namun, tingginya jumlah pecandu dan korban penyalahgunaan narkoba tidak diimbangi dengan tersedianya balai kesehatan (rehabilitasi). Tidak semua daerah memiliki tempat-tempat panti rehabilitas dikarenakan mahalnya biaya pemulihan para pecandu dan penyalahguna narkoba.

Hal ini mendorong Kabupaten Serdang Bedagai bersama dengan BNNK Sergai ditahun 2017 untuk mendirikan panti rehabilitasi sendiri agar program pencegahan dan pemberantasan narkoba dapat dituntaskan.

Berdasarkan data litbang BNN (2015) juga tercatat bahwa dilihat dari kelompok umur, kenyataannya para pengguna narkoba yang paling banyak berasal dari kelompok Rumah Tangga Khusus dibandingkan dengan kelompok Rumah Tangga Umum yang besaran usianya 20-45 tahun dengan angka prevalensi cenderung naik setiap tahunnya pada usia produktif. Hal ini mengindikasikan bahwa penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan bukan saja oleh kaum remaja, tetapi juga di kalangan pekerja yang dalam masa produktif.

BNN bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. BNN sendiri menyelenggarakan program penyuluhan yang dijalankan pada seksi pencegahan dan pemberdayaan masyarakat dengan

(26)

berkoordinasi dengan seksi lainnya seperti pemberantasan dan rehabilitasi. Dalam implementasinya penyuluhan yang dilakukan terkoordinasi dalam suatu bentuk kampanye, yang dinamakan kampanye Stop Narkoba. Kampanye Stop Narkoba ini dilakukan tidak hanya dalam bentuk penyuluhan secara tatap muka, namun juga dilakukan dengan beberapa bentuk komunikasi publik yang beragam baik dengan media maupun tanpa media tertentu. Adapun kegiatan/tugas Penyuluh Narkoba, meliputi: menyusun gambaran umum tentang kondisi, situasi, isu-isu, permasalahan, karakteristik masyarakat, akses terhadap media dan atau program narkoba pada sasaran lingkungan pekerja, masyarakat, pendidikan, keluarga, dan kesehatan.

BNNK Sergai mulai Januari sampai dengan Juni 2017 telah melakukan beberapa aktifitas penyuluhan dan diseminasi informasi dalam rangka Kampanye Stop Narkoba. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti penyuluhan kedaerah- daerah yang rawan dan darurat narkoba seperti Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Sei Rampah. Kegiatan tersebut dilakukan beberapa kali terhadap kelompok umur-umur produktif yang menyasar pada pelajar, pekerja dan keluarga. Di Kecamatan Tanjung Beringin telah dilaksanakan penyuluhan berbentuk diseminasi informasi yang dinamakan program kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi P4GN sebanyak 3 kali dengan jumlah peserta 40 orang per kegiatan. Sementara di Kecamatan Sei Rampah dilakukan satu kali kegiatan penyuluhan dengan peserta 40 orang.

Kampanye Stop Narkoba disampaikan dengan berbagai media melalui penyebaran brosur, leaflet, spanduk, stiker dan kampanye melalui media massa seperti radio daerah serta publikasi media surat kabar dan iklan radio. Beberapa

(27)

media radio yang digunakan yaitu Radio Sergai FM 92.5 MHz Sei Rampah, Radio Akar Rumput (SAR) FM 107.9 MHz Perbaungan dan Radio UISU Nusantara Mandiri (U-FM) 102.4 Mhz Perbaungan. Kegiatan kampanye yang dilakukan diradio berbentuk Talk Show dan Iklan Radio. Sementara untuk Surat Kabar, BNNK Sergai menyampaikan Kampanye Stop Narkoba dengan menggunakan Surat Kabar Harian Sumut Pos dengan memasang iklan kampanye Anti Narkoba.

Melihat masih tingginya angka prevalensi penyalahgunaan narkoba maka dirasa perlu melakukan upaya komunikasi, edukasi, dan informasi yang lebih maksimal terutama dalam aspek penguatan topik atau isu tentang cara melakukan pencegahan yang efektif dari ancaman bahaya narkoba. Pelaksanaan audit komunikasi dapat membantu mengatasi kesenjangan antara perencanaan dengan pelaksanaan program komunikasi. Kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan kegiatan telah dilakukan menyebabkan lembaga tidak dapat menilai, mengevaluasi, dan mengukur efektivitas dan efisiensi kinerja program komunikasi yang telah dijalankan.

Persoalan komunikasi dapat bersumber dari ketidakefektifan pengemasan pesan yang disampaikan, ketidakakuratan penetapan media yang digunakan, kesalahan pendefinisian khalayak sasaran, atau ketidakmampuan merumuskan dampak komunikasi yang diharapkan. Dalam hal inilah diperlukan audit komunikasi, apakah implementasinya telah tepat sasaran atau belum. Pada konteks komunikasi di dalam organisasi, yang dapat dilakukan adalah melakukan audit komunikasi di dalam organisasi mulai dari perencanaan, pengorganisasiannya, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi programnya.

(28)

BNNK Serdang Bedagai sendiri secara teknis belum pernah melakukan audit komunikasi, yang sering dilakukan yaitu evaluasi terhadap input dan output kegiatan. Selain itu, masih tingginya jumlah penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Serdang Bedagai menjadi salah satu faktor mendorong untuk dilakukannya suatu penelitian di bidang ini, terkhusus komunikasi dengan melihat dari segi kualitas komunikasi orang-orang yang terlibat dalam kampanye Stop Narkoba, baik konseptor maupun khalayak sasaran dari kampanye ini.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kampanye Stop Narkoba yang dilakukan oleh BNNK Serdang Bedagai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Bagaimanakah proses audit komunikasi Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai ?

2) Apakah tanggapan masyarakat terhadap Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai ?

3) Bagaimana evaluasi Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

(29)

1) Menganalisis proses audit komunikasi Kampanye Stop Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai;

2) Menganalisis tanggapan masyarakat terhadap Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai;

3) Mengevaluasi Kampanye Stop Narkoba Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat untuk : 1) Secara akademis, dapat memperkaya ilmu komunikasi terutama kajian

tentang audit komunikasi;

2) Secara teoritis, penelitian ini memberikan masukan bagi instansi yang terkait yakni Badan Narkotika Nasional Kabupaten Serdang Bedagai untuk meningkatkan efektifitas kampanye Stop Narkoba dengan berbagai temuan yang didapat melalui audit komunikasi;

3) Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai proses dan teknik audit komunikasi kampanye komunikasi publik dan mampu menerapkan kedepannya di dunia pemerintahan.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Paradigma Penelitian

Pengertian paradigma secara lebih jelas diutarakan oleh Ritzer (2014:6) adalah pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/ disiplin ilmu pengetahuan. Penelitian ini menggunakan paradigma positivis. Positivisme dilahirkan oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Auguste Comte membangun suatu studi masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam. Positif berarti “apa yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna” serta yang mengklaim memiliki kesahihan mutlak. Savoir pour prevoir (mengetahui untuk meramalkan) merupakan salah satu prinsip dasar positivisme sebagai hasil dari pengandaian penelitian ilmu-ilmu alam (Ardianto & Q-Anees, 2012:88-90).

Aliran positivistik memandang realitas sebagai suatu yang bersifat nyata (kongkrit) dapat diamati dengan panca indera. Aliran positivistik menjabarkan bahwa hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat independen dan peneliti harus menilai seobjektif mungkin sehingga untuk melakukan kajian terhadap suatu fenomena, harus dipilah secara nyata antara subjek penelitian dengan objek penelitian. Pendekatan Positivisme atau logika positif yang dikembangkan oleh Comte sangat memperhatikan ketepatan dalam pembentukan teori atau terikat pada ketepatan konstruksi teori. Teori terbentuk dari konsep, proposisi, saling hubungan antar-proposisi (Silalahi, 2009:75).

(31)

Filsafat positivisme memandang realitas/ gejala/ fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramat, terukur dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Positivistik bekerja dengan pola pikir deduktif yang berangkat dari generalisasi untuk ditemukan data empiriknya yang mendukung dan membuktikan teori. Data diambil dalam populasi yang luas untuk dapat diperlakukan secara universal. Suatu penelitian menjadi terpercaya karena generalisasi yang diambil dalam populasi yang luas dan dapat diuji dengan hasil yang relatif sama.

2.2. Penelitian Sejenis Terdahulu

Sebuah penelitian yang baik adalah penelitian yang merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu yang membahas masalah yang sama dengan apa yang hendak diteliti saat ini. Penelitian terdahulu diharapkan dapat mempermudah peneliti untuk memahami dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan berkaitan dengan penelitiannya.

Audit komunikasi kebanyakan dilakukan pada organisasi. Dilihat dari beberapa penelitian terdahulu, audit komunikasi sebagian besar dapat ditemukan dari jurnal dan buku-buku public relations, bisnis dan komunikasi organisasi.

Pertama sekali bahasan yang mengkaji tentang audit komunikasi dilakukan pada awal tahun 1950-an. Ada beberapa teknik mengumpulan data yang dilakukan di dalam melakukan audit komunikasi seperti kuesioner, wawancara tatap muka, analisis jaringan, pengalaman komunikasi, dan buku harian komunikasi (Goldhaber, 1993). Teknik yang digunakan tersebut sudah umum dipakai dalam audit komunikasi dan telah menjadi standar pengukuran ICA (International

(32)

Communication Association) yang dibakukan di tahun 1976 (Tourish & Hargie, 1996:39). Kemudian penelitian dengan audit komunikasi mulai berkembang dengan alat ukur lain seperti analisis isi dan focus group discusion. Hal ini menyebabkan banyak peneliti yang mengembangkan hasil penelitiannya dengan metode dan teknik yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Teknik yang digunakan dalam meneliti akan menentukan arah penelitian pada kuantitatif, kualitatif maupun mix method sesuai dengan tujuan penelitian yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil penelitian. Keseluruhan alat ukur dan teknik audit tersebut pada dasarnya hanyalah cara yang dipakai untuk memudahkan peneliti di dalam melihat masalah yang dihadapi dan menemukan jalan keluar untuk menemukan jawaban permasalahan yang dihadapi tersebut.

Sebagian peneliti (Booth, 1986; Hamilton, 1987) mengadopsi teknik yang disajikan oleh Golhaber & Rogers tanpa benar-benar melihat kesesuaiannya dengan studi komunikasi organisasi. Itulah sebabnya banyak literatur yang memakai istilah audit komunikasi sebagai hal yang luas dalam melihat organisasi dengan hanya melihat hasil audit organisasi saja (Alrich, 2007; Paollela, 2004;

Ramadani, Lestari & Susilo, 2015). Beberapa penelitian (Hargie & Tourish, 2000) juga diterapkan pada studi kasus namun belum bisa menerapkan metode validitas dan reliabilitasnya.

Audit komunikasi kemudian dapat diimplementasikan dan disejajarkan pada bidang-bidang seperti public relations (Goldhaber, 1979; Hargie, Tourish &

Wilson 2002; Murdock, 2003; Yudiarti, 2015), bisnis (Carter 2005; DeWine &

James 1988; Paolella 2004; Tourish & Hargie 1996), kesehatan dan penyuluhan (Agustina 2016; Allrich 2007; Purbaya 2013), komunikasi perkotaan dan kajian

(33)

antar budaya (Jeffres 2008). Meskipun pada dasarnya penelitian audit komunikasi kebanyakan didasarkan pada penelitian deskriptif kuantitatif (Carter, 2005; Gray

& Laidlaw, 2004; Koesmastuti, 2015; Quinn & Hargie, 2004; Varona, 1996;

Zwijze-Koning & Jong, 2005; Zwijze-Koning & Jong, 2007), namun banyak juga penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif (Agustina, 2016; Alltrich, 2007; Ramadani dkk., 2015; Purbaya, 2013).

Audit komunikasi dapat didefinisikan sebagai analisis menyeluruh pada komunikasi internal maupun eksternal (Kopec,1982:24). Audit komunikasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran kebutuhan komunikasi, kebijakan, pelaksanaan dan kemampuan yang berguna untuk menemukan data yang tepat bagi pimpinan untuk menginformasikan dalam membuat keputusan yang ekonomis dan objektif di masa depan dalam komunikasi organisasi. Ada peneliti yang melihat dari segi internal saja, eksternalnya saja maupun melihat dari kedua sisi, baik internal dan eksternal organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian.

Penelitian audit komunikasi dalam internal organisasi juga memiliki metode yang beragam. Dari kelima teknik audit komunikasi, selalu ada teknik khusus yang dijadikan alat utama. Studi yang menggunakan ICT (Incident Critical Technique) dalam organisasi yang oleh Goldhaber (1979) didefinisikan sebagai pengalaman komunikasi (Communication Experience), banyak dilakukan untuk melakukan audit komunikasi internal dalam organisasi (Flanagan, 1954; Jeffres, 2008; Quinn & Hargie, 2004; Walt, 2006; Zwijze-Koning & Menno, 2005;

Zwijze-Koning & Menno, 2007). Teknik ICT dilakukan dengan mengumpulkan data-data tentang episode bermakna tentang pengalaman organisasi.

(34)

Penelitian pada eksternal organisasi juga tidak kalah menarik, seperti yang dilakukan oleh Murdock (2003) yang meneliti pelaksanaan audit komunikasi di organisasi untuk dapat melihat efektifitas hubungan eksternal sebuah lembaga Taman Nasional Tanaman Tropis beserta dengan pesan-pesan yang disampaikannya. Metode yang digunakan adalah wawancara, analisis isi dan survei yang umum dikenal dengan teknik CSQ (Communication Satisfaction Question). Berbeda dengan Murdock (2003) yang penelitiannya difokuskan pada eksternal organisasi, dengan teknik yang sama juga dapat digunakan oleh peneliti lain pada internal organisasi (Carter, 2005; Varona, 1996).

Penelitian Murdock (2003) sendiri selain menggunakan teknik CSQ juga memakai alat ukur lainnya yang dikembangkan Gayenski (2000) tentang Information System Analysis. Dari hasil audit komunikasi dapat dilihat adanya gangguan dari segi sistem komunikasi dan teknologi yang dipakai, mengingat pada masa sekarang komunikasi tidak saja berjalan secara tatap muka tetapi juga dengan perangkat elektronik dan komputer. Teknik CSQ dapat diadaptasikan pada sistem informasi berbasis komputer sehingga tepat dikombinasikan dengan sistem informasi organisasi dan bisnis (Carter 2005; DeWine & James 1988; Paolella 2004). Penelitian audit komunikasi khususnya eksternal organisasi banyak diterapkan dalam bidang public relations, bisnis, kampanye maupun pemasaran karena berhubungan dengan publik yang ada di luar organisasi.

Instrumen kuesioner psikometrik CSQ (The Communication Satisfaction Quesionnaire) yang dikembangkan Down & Hazen (1977) berpedoman pada ICA (International Communication Audit). Umumnya instrumen ini menggunakan metode kuantitatif. Selain itu metode kuantitatif juga diterapkan dalam teknik

(35)

OCD (Organizational Communication Development) yang dikembangkan oleh Wiio (1974) dan OCS (Organizational Communication Scale) yang dikembangkan oleh Roberts dan O‟Rilley (1973).

Kajian audit komunikasi dengan metode campuran (mix method) juga banyak dilakukan dalam audit komunikasi (Agustin, 2016; Jeffres, 2008;

Murdock, 2003; Quinn & Hargie, 2004; Paolella, 2004 ). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih menyeluruh mengenai permasalahan yang dihadapi. Umumnya metode campuran sering dipakai dengan menggunakan ICT (Inciddent Critical Technique) yang dipopulerkan oleh Flanagan (1954) dan dikembangkan Goldhaber (1979), dan juga OCP (Organizational Communication Profile) yang dipopulerkan oleh Down & Adrian (2004).

Metode campuran ini menggunakan kuesioner untuk menemukan pengalaman-pengalaman berarti dari tiap individu dan kelompok, sebelum kemudian menarik kesimpulan dan menemukan jalan keluar yang dapat dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada respondennya. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan Zwijze-Koning & Jong (2005) yang bertujuan untuk menemukan permasalahan komunikasi yang menyebabkan organisasi (sekolah menengah atas di Inggris) menjadi tidak efektif. Dengan teknik ICT, mereka dapat menginventirasisasi masalah-masalah spesifik. Dari audit tersebut kemudian dapat ditemukan beberapa peristiwa komunikasi yang mengindikasikan perlunya perbaikan teknik komunikasi di antara para pegawai, staf pengajar, maupun staf administrasi dalam menyampaikan pesan-pesan organisasi agar proses belajar mengajar tidak terkendala hal-hal teknis.

(36)

Quinn & Hargie (2004) melakukan penelitian dengan teknik ICT, wawancara tatap muka dan kuesioner ICA yang disusun oleh Hargie & Tourish (2000). Penelitian dilakukan di divisi kepolisian di Inggris. Hubungan antara atasan dan bawahan berjalan dengan sangat baik, bahkan hasil kuesioner dan wawancara menunjukkan tidak terdapat permasalahan yang berarti di dalam organisasi, namun dari hasil ICT muncul beberapa kejadian atau peristiwa tertentu yang mengidentifikasikan suatu permasalahan antara petugas lapangan dengan petugas kepolisian yang ada di kantor terutama yang berurusan dengan administrasi. Sehingga didapat kesimpulan bahwa diperlukan perbaikan dalam strategi komunikasi antara pegawai yang ada di lapangan dengan di dalam kantor agar setiap pegawai merasakan puas dan menjadi bagian dari organisasi tanpa dibeda-bedakan.

Selain mengenai organisasi, beberapa penelitian juga mulai berkembang kearah komunikasi publik yang banyak dilakukan untuk melihat efektivitas dan efisiensi organisasi baik itu eksternal maupun internal. Beberapa penelitian tentang komunikasi publik di bidang kesehatan dan lingkungan telah banyak dilakukan bahkan sudah dilakukan dari perspektif ilmu komunikasi. Tentunya dari segi komunikasi yang dinilai adalah bagaimana aspek-aspek komunikasi dapat berjalan dengan baik mulai dari komunikator, komunikan, isi pesan, saluran, efek dan umpan baliknya (Abramson, Keefe & Chou, 2014; Flanagan, 1953; Kreps, 2014). Para peneliti tersebut melihat peran komunikasi di dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang sering dilakukan melalui kampanye maupun sosialisasi. Ada yang meneliti kampanye yang dilakukan di media massa & media sosial (Abramson et al, 2014), media konvensional seperti penyuluhan dan

(37)

sosialisasi (Purbaya; 2013) ataupun keseluruhan teknik komunikasi sebagai bagian dari komunikasi publik (Kreps, 2014; Trowbridge & Thaker, 2016).

Snyder & LaCroix (2013) memetakan beberapa media yang cocok dipakai dalam kasus-kasus kampanye kesehatan tertentu. Tidak semua pendekatan komunikasi efektif untuk dilakukan, misalnya untuk masalah kesehatan seperti pencegahan HIV, mamografi, merokok, kampanye dengan media terlihat lebih efektif dari pada tanpa memakai media. Selain itu, kombinasi pemakaian komunikasi lewat media dan strategi komunikasi antarpribadi lebih baik dari pada hanya menggunakan media saja. Hal ini terjadi pada kampanye HIV negara- negara berkembang, kampanye donor organ termasuk juga kampanye rokok, alkohol dan kekurangan gizi. Pemakaian media akan meningkatkan kedekatan interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian ini didapat pesan media massa terkhusus internet sangat berpengaruh dan menjangkau banyak orang dengan biaya lebih murah daripada melakukan pertemuan tatap muka maupun kelompok yang memakan waktu dan biaya.

Berkaitan dengan penelitian audit komunikasi, beberapa penelitian juga telah dilakukan dengan menggabungkan antara audit komunikasi dengan kampanye komunikasi publik dibidang kesehatan (Agustina, 2016; Allrich, 2007;

Purbaya, 2013; Ramadani dkk., 2015). Beberapa pendekatan memakai istilah audit komunikasi namun seperti yang dikemukakan oleh Zwijze-Koning & Jong (2005, 2007) penelitian yang dilakukan hanya memakai hasil audit komunikasi secara universal tanpa melihat teknik audit secara spesifik. Purbaya (2013) bertolak pada model kampanye Ostegaard untuk melakukan audit, namun kurang spesifik menjabarkan teknik audit yang bagaimana yang dipakai dalam penelitian.

(38)

Peneliti berfokus pada teknik-teknik kampanye sehingga tidak dapat menemukan suatu permasalah komunikasi secara mendalam yang dapat diperbaiki maupun komunikasi yang bagaimana yang harus dipertahankan untuk organisasi.

Ramadani dkk. (2015) juga melakukan penelitian audit komunikasi berhubungan dengan kampanye lingkungan hidup dalam organisasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode wawancara tatap muka, observasi dan studi dokumen di dalam melakukan suatu audit komunikasi.

Peneliti melakukan penjabaran mengenai jenis komunikasi, tujuan komunikasi, serta hambatan yang terjadi dalam komunikasi di organisasi WALHI Yoygakarta.

Dari hasil penelitian didapat bahwa terdapat beberapa media komunikasi yang digunakan dalam mencapai tujuan komunikasi dan juga terdapat hambatan dalam komunikasi. Hambatan yang terjadi berupa hambatan lingkungan, sumber daya manusia dan tugas serta tanggung jawab individu. Hambatan tersebut mempengaruhi kinerja organisasi baik secara vertikal maupun horizontal.

Meskipun demikian berdasarkan hasil penelitian audit komunikasi, tidak terdapat kemacetan informasi dari berbagai sumber di internal maupun eksternal organisasi.

Allrich (2007) lebih memfokuskan pada teori agenda building berkaitan dengan kampanye jantung sehat dilihat dari peran public relations dalam menjalannya fungsinya. Di Indonesia Agustina (2016) melakukan audit dengan tema yang sama yaitu audit mini penyuluhan kanker. Dasar penelitian ini adalah kegiatan dari public relations yang dilakukan pada Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jawa Timur. Program yang dilakukan berupa penyuluhan dan motivasi kanker dalam rangka World Cancer Day. Program ini diikuti oleh para penderita

(39)

kanker yang tinggal di rumah singgah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja komunikasi dalam program penyuluhan dan motivasi kanker Yayasan Kanker Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Agustina (2016) tidak menemukan masalah yang begitu penting dalam organisasi dan hanya menjabarkan proses audit yang cenderung subjektif karena hanya dilakukan dengan kualitatif yang tidak diikuti data kuantitatif sebagai tolak ukurnya. Sementara Allrich (2007) dengan teknik analisis isi lebih memiliki dasar yang kuat untuk menunjukkan kelemahan yang dilakukan dalam proses kampanye public relations tersebut.

Dilihat dari penelitian-penelitian yang telah ada, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam konteks audit komunikasi beberapa pendekatan harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Melakukan evaluasi merupakan hal yang berbeda dengan audit komunikasi. Audit komunikasi adalah evaluasi yang menyuruh, oleh karena itu ada baiknya di dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik-teknik khusus yang dipakai untuk dapat mengukur efektivitas dan efisiensi komunikasi. Selain itu audit komunikasi tidak selalu menemukan hasil-hasil yang negatif, namun penelitian hendaknya juga menemukan hal-hal yang positif dalam organisasi untuk dapat dikembangkan dan menjadi percontohan bagi organisasi di segala bidang. Berdasarkan hal inilah kemudian peneliti tertarik untuk meneliti dengan tema audit komunikasi.

Adapun beberapa perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan metode dan kajian terdahulu dapat dilihat dari tabel berikut.

(40)

Tabel 2. Perbandingan antara Penelitian terdahulu dengan penelitian Audit Komunikasi Kampanye Stop Narkoba

No Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 An External Communication

Audit of The National Tropical Botanical Garden. Oleh Jennifer Melofy Murdock.

2003.

 Meneliti Eksternal Organisasi dengan tema audit komunikasi

 Fokus penelitian pada public relation.

 Menggunakan mix method

 Teknik wawancara, analisis isi dan survei.

2 Improving the Measurement of Communication Satisfaction oleh Judy Gray & Heather Laidlaw . 2004.

 Menggunakan tema audit komunikasi dengan penelitian kuantitatif

 Mengukur kepuasan perusahaan dibidang ritel.

 Menggunakan teknik audit CSQ dari Down

3 Revitalizing the subaru difference; a communications audit to

Determine effectiveness at subaru of america inc.oleh Thomas Paolella. 2004.

 Melihat internal organisasi dengan tema audit komunikasi

 Menggunakan penelitian kuantitaif

 Perspektif penelitian dari bidang bisnis dan manajemen

4 Internal Communication Audit: A Case Study oleh Quinn, Dennis & Hargie.

2004.

 Melihat internal organisasi dengan tema audit

 Fokus penelitian tentang organisasi kepolisian

 Teknik audit

menggunakan metode ICT

 Penelitian mix method dengan penggunaan face to face interview dan kuesioner.

5 The Critical Incident Technique as communication audit as tool oleh Karen Zwijze-Koning &Menno De Jong. 2005.

 Membahas tentang audit organisasi

 Teknik audit

menggunakan metode ICT

6 Communication at ICG : The internal communication audit as an integrated measured instrument oleh Samanta Walt.

2006

 Membahas audit internal organisasi

 Teknik audit

menggunakan metode ICT

 Metode kualitatif

7 The hearth truth campaign : A communication audit oleh Helen Allrich, 2007.

 Melihat audit kampanye kesehatan

 Penelitian kualitatif

 Analisis SWOT

8 An Internal Communication Analysis of U.S Credit

Reporting agency oleh Styletta Carter. 2007

 Menggunakan penelitian kuantitaif

 Perspektif penelitian dari bidang bisnis dan manajemen

9 Measurement of

Communication Satisfaction oleh Karen Zwijze-Koning.

Menno De Jong 2007

 Melihat kepuasan organisasi khususnya internal organisasi

 Perbandingan antara teknik ICT dan CSQ

10 An Urban Communication Audit: Measuring Aspects of a

 Meneliti teknik audit dengan menggunakan

 Fokus pada kajian antarbudaya

(41)

“Communicative City” oleh Leo W. Jeffres. 2008

ICA sebagai kuesioner nya

 Mix method:Mengukur kepuasan dengan ICT, Diari komunikasi, Analisis isi, Observasi perilaku

11 Audit Komunikasi Kampanye Program Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Dinas Kesehatan Serang oleh Gagah Kharisma Purbaya.

2013.

 Melihat internal organisasi dengan tema audit

 Penelitian kualitatif

12 Audit Komunikasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk oleh Yudiarti, Dwi Pramesti. 2015

 Melihat internal dan eksternal organisasi dalam menyampaikan komunikasi publik

 Bidang penelitian adalah kajian bisnis dan manajemen

 Greenbaum &

Falcione 13 Organisasi WAhana

Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta.oleh Dian Ramadani, Puji Lestari, M. Edy Susilo.2015

 Kampanye Kesehatan/

sosial

 Audit yang dilakukan internal maupun eksternal meskipun berbeda perspektif penelitian

 Menggunakan metode kualitatif

14 Audit Komunikasi Organisasi Pelayanan Publik

(Penggunaan Model Organizational Profile pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Surakarta Tahun 2015).

Agustin, Arnain Dian. 2016

 Komunikasi Organisasi

 Menggunakan tekik OCP dari Pace & Faules dalam melihat internal organisasi

 MIX method dengan metode kualitatif dalam

mengembangkan metode kuantitatif

15 Audit Mini Program

Penyuluhan oleh Gracia Fenta Agustina. 2016

 Menggunakan

pendekatan komunikasi publik bidang

penyuluhan

 Penelitian dilakukan secara kualitatif

Sumber : Olahan Peneliti, 2017

2.3. Kerangka Teori 2.3.1. Audit Komunikasi

2.3.1.1 Definisi Audit Komunikasi

Pada saat mendengar kata „audit‟, yang pertama kali terpikirkan adalah audit atau pemeriksaan yang berkaitan dengan keuangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata „audit‟ diartikan pemeriksaan pembukuan tentang keuangan (pabrik, bank, dan sebagainya) dan pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian kewajaran laporan yang

(42)

dihasilkannya (Hardjana, 2000:6). Audit kemudian dikembangkan pada berbagai bidang, seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi, dan termasuk pada bidang komunikasi.

Audit komunikasi menurut Jane Gibson dan Richard Hodgetts dalam Organizational Communication: A Managerial Perspective (Hardjana, 2000:10) adalah ”suatu analisis yang lengkap atas sistem-sistem komunikasi internal dan eksternal dari suatu organisasi”. Begitu pula definisi yang diberikan oleh Joseph A. Kopec, seperti yang dikutip Cutlip, Center dan Broom (dalam Putra, 1998:26) yang menyatakan audit komunikasi:

”Sebagai sebuah analisis lengkap tentang komunikasi organisasi baik internal maupun eksternal yang dirancang untuk memahami kebutuhan, kebijakan, praktek dan kemampuan komunikasi, dan untuk menemukan data sehingga manajemen puncak dapat membuat keputusan yang ekonomis dan berdasarkan informasi lengkap tentang tujuan kedepan komunikasi organisasi”.

Sedangkan Anthony Booth, mendefinisikan audit komunikasi sebagai

”Proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi didalam organisasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi organisasi”.

Dengan pembatasan ruang lingkup pada komunikasi internal saja dan efisiensi, yang umumnya memiliki arti jangka pendek, menunjukkan kalau audit komunikasi sebaiknya dianggap sesuatu yang mudah untuk ditangani dan perlu dilakukan berulang-ulang secara teratur (Hardjana,2000:11-12). Dengan mempertimbangkan hal-hal penting di atas, maka dapat kita simpulkan sebuah definisi sederhana dan tegas tentang audit komunikasi yaitu :

(43)

Audit komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektifitas organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian audit komunikasi, tidak saja mengenai komunikasi internal tetapi juga komunikasi eksternal, sehingga pengertian audit komunikasi adalah suatu analisis, pengkajian dan pemahaman secara mendalam tentang keseluruhan sistem serta proses komunikasi internal-eksternal organisasi atau program-program khusus dalam organisasi untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan manfaat lain bagi organisasi.

Audit komunikasi dapat dilakukan dengan menyewa tenaga konsultan komunikasi. Namun audit komunikasi juga bisa dilakukan oleh manajer Public Relations sendiri. Seseorang yang bermaksud melakukan audit organisasi secara mendalam, maka pelaku audit dapat menganalisis temuan-temuan di lapangan secara menyeluruh. Mengenai pelaku audit komunikasi, Fraser P Seitel dalam buku The Practice of Public Relations (2001:118) seperti yang dikutip oleh Kriyantono (2008:313) mengatakan :

“Audit komunikasi yang paling efektif adalah yang dimulai dari peneliti yang (1) familiar dengan publik yang diteliti, (2) secara umum memahami sikap dari target publik terhadap organisasi, (3) memahami persoalan- persoalan yang menjadi perhatian target publik, dan (4) memahami kekuatan relatif dari target publik dengan publik lainnya.”

Dengan pelaksana audit komunikasi maka efektifitas dari program- program komunikasi yang meliputi keseluruhan organisasi dalam sebuah divisi

Referensi

Dokumen terkait

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA PURUK CAHU TAHUN ANGGARAN 2012.. Alamat

Proses fusi yang dilakukan telah memperoleh fusan dengan variasi urutan basa yang berbeda dengan induk dan memiliki homologi dengan spesies lain anggota

Dengan demikian, hipotesis penelitian ini terjawab bahwa tidak terdapat perbedaan efek pemberian preload 500 cc cairan koloid HES 200 kD dan cairan RL terhadap

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kota Bengkulu dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan masih sangat

i) Mendingka leka main enggau lenak. ii) Nyebut enggau terang nitihka baris (nyebut & berati). iii) Nyadaka (ngangauka) leka main ngena patah nyawa. iv) Mandangka aksyen

Salah satu yang paling terkenal adalah konsep “membela kebenaran dan membasmi kejahatan” namun selain konsep tersebut sebenarnya superhero juga mengajarkan banyak

DAFTAR : JENIS PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI LINGKUP SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) YANG AKAN DIDELEGASIKAN KE BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

Selain itu sebaiknya dalam proses perancangan telah dibuat terlebih dahulu gambaran cerita dari game tersebut, dan juga jangan lupa buat alur dari cerita game tersebut, karena