• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PENULISAN KANJI SESUAI HITSUJUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PENULISAN KANJI SESUAI HITSUJUN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN PENULISAN KANJI SESUAI HITSUJUN

Wili Yang

Jl. Harapan Baru Barat Blok DA1 no. 7, Bekasi, 083873819194, wiliyang@outlook.com Wili Yang, Rosita Ningrum, S.S., M.Pd

ABSTRAK

Mempelajari kanji adalah sesuatu yang sulit bagi pembelajar yang tidak memiliki latar belakang huruf kanji, seperti orang Indonesia. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis faktor penyebab kesalahan penulisan kanji sesuai hitsujun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tes dan wawancara. Di antara 20 kanji yang diujikan, penulis menganalisis 7 kanji dengan kesalahan di atas 60%.

Analisis dilakukan menggunakan konsep kanji, teori kognitif dan konsep kesalahan belajar.

Hasilnya menunjukkan skema atas kanji-kanji yang sebelumnya telah dipelajari mempengaruhi pembelajaran selanjutnya. Selain itu ditemukan fakta bahwa kesalahan di antara responden dari kedua universitas hampir sama.

Kata kunci: hitsujun, kanji, urutan penulisan, skema

ABSTRACT

The learning of kanji characters is one of the most difficult problems for learners from non- kanji backgrounds, such as the Indonesian learners. In this study writer will analyze the factors causing mistakes in writing kanji according the ‘hitsujun’. Qualitative research methods is used in this study. The data was collected by conducting tests and interviews. Among the 20 tested kanji, the writer analyzed 7 kanji with mistakes above 60%. Content analysis is based on kanji concept, cognitive theory and error learning concept. The result indicates the schema of previous studied kanji affects subsequent learning. Moreover, the fact that the mistakes were found among respondents from both universities is almost the same.

Keywords: hitsujun, kanji, stroke order, schema

(2)

PENDAHULUAN

Dalam mempelajari bahasa Jepang, unsur paling dasar yang harus dipelajari oleh siswa adalah huruf.

Huruf diperlukan untuk menyimpan dan menyampaikan informasi secara tertulis agar tidak mudah hilang dan terlupakan. Huruf dalam bahasa Jepang disebut moji/monji (文字) atau ji (字).

Berbeda dengan bahasa lainnya, tulisan dalam bahasa Jepang menggunakan empat jenis huruf yang berbeda, yaitu hiragana, katakana, kanji dan romaji. Walaupun telah terdapat huruf kana, peranan kanji dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Jepang dalam jangka waktu yang lama tidak bisa dipandang rendah. Fujiwara (1990: (2)) mengungkapkan bahwa jumlah huruf kanji dalam Joyō Kanji atau kanji yang digunakan sehari-hari berjumlah 1945 huruf.

Bagi pemelajar bahasa Jepang yang berasal dari luar Jepang, pembelajaran awal adalah huruf hiragana, katakana kemudian kanji. Menurut Kaiho (2001: 53) mempelajari kanji adalah sesuatu yang sulit bagi pemelajar yang tidak memiliki latar belakang huruf kanji, seperti orang Indonesia. Bagi pemelajar pada jenjang perguruan tinggi, mempelajari, memahami, mengingat dan dapat mengaplikasikan kanji merupakan hal yang penting dan harus dilakukan. Dalam mempelajari kanji, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah cara membaca, cara menulis, arti dan cara mengaplikasikannya.

Di dalam penulisan kanji perlu diperhatikan beberapa titik dan garis yang membentuknya sebagaimana penulisan huruf hiragana dan katakana. Perlu diperhatikan bahwa coretan demi coretan dalam pembentukan kanji tidak ditulis secara sembarangan. Urutan penulisan atau stroke order ini disebut hitsujun (筆順). Terdapat sembilan prinsip hitsujun menurut Mitamura (1998: 5-7). Salah satunya urutan penulisan dari atas ke kanan, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Prinsip Hitsujun dari Kiri ke Kanan (Sumber: Mitamura, 1998: 5)

Fujiwara (1990: (2)) juga menyatakan bahwa ada hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika menulis kanji sesuai hitsujun. Kita sebaiknya menulis urutan tersebut secara natural, tidak dipaksakan atau tidak kaku. Kemudian memperhatikan kecepatan penulisan dan besar kecil dari bentuk kanji tersebut, agar mempermudah pemahaman kita mengenai kanji tersebut.

Menurut Matsuo dan Michiko (1989: xiv) ketika menulis dengan pensil memang tidak terlihat jika terjadi kesalahan urutan penulisan. Tetapi ketika menulis kaligrafi menggunakan kuas, akan terlihat kesalahannya. Oshiki, Mukae, Maeda, Tatsuoka dan Saiki (2008: 23) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengajar perlu mengetahui secara langsung cara pemelajar dalam menulis kanji. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran mengenai hitsujun lebih tepat sasaran. Oleh karena itu pada saat pengajaran terutama kepada pemelajar yang mempelajari kanji baru perlu diberi bimbingan mengenai penulisan sesuai urutan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian “Faktor Penyebab Kesalahan Penulisan Kanji Sesuai Hitsujun: Studi Kasus pada Mahasiswa Semester Empat Jurusan Sastra Jepang Binus University dan Universitas Nasional”. Penelitian ini penulis lakukan dengan menitikberatkan pada analisis faktor penyebab kesalahan mahasiswa dalam menulis kanji sesuai hitsujun. Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa semester empat jurusan Sastra Jepang dari Binus University dan Universitas Nasional.

(3)

METODE PENELITIAN

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif. Cara yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan dan mendapatkan data, yaitu dengan mengujikan tes kanji kepada mahasiswa semester empat jurusan Sastra Jepang Binus University (Binus) dan Universitas Nasional (Unas).

Setelah mengetahui hasil dari tes tersebut, penulis akan memilih beberapa kanji yang paling banyak mengalami kesalahan. Selanjutnya penulis akan mengadakan wawancara untuk memperkuat hasil tes kanji sebelumnya. Dalam menganalisis data-data tersebut, penulis menggunakan metode deskriptif.

HASIL DAN BAHASAN

Kanji yang penulis analisa berjumlah 20 kanji. Kanji-kanji tersebut adalah忙しい (isogashii), 乗る (noru), 降る (furu), 様 (sama), 駅 (eki), 若い (wakai), 区 (ku), 右 (migi), 必ず (kanarazu), 離れる (hanareru), 教える (oshieru), 違う (chigau), 九 (kokonokaka), 働く(hataraku), 左 (hidari), 医や (iya), 長い (nagai), 政 (matsurigoto), 心 (kokoro), dan 機 (hata). Agar lebih mudah memahami hasil dari tes tersebut, berikut ini penulis sertakan tabel dari hasil tes kanji tersebut. Tabel di bawah ini berisikan jumlah kesalahan dari masing-masing kanji yang dilakukan oleh responden Binus dan Unas.

Tabel 1 Hasil Tes Kanji Mahasiswa Binus University dan Universitas Nasional

漢字 漢字漢字

漢字 Jumlah Kesalahan Persentase

Binus (25) Unas (23) Total (48) Binus (25) Unas (23) Total (48)

忙 4 1 5 16% 4,35% 10,42%

乗 10 11 21 40% 47,83% 43,75%

降 12 20 32 48% 86,96% 66,67%

様 16 8 24 64% 34,78% 50%

駅 9 7 16 36% 30,43% 33,33%

若 23 23 46 92% 100% 95,83%

区 14 17 31 56% 73,91% 64,58%

右 12 19 31 48% 82,61% 64,58%

必 25 23 48 100% 100% 100%

離 14 21 35 56% 91,30% 72,92%

教 8 11 19 32% 47,83% 39,58%

違 16 12 28 64% 52,17% 58,33%

九 11 14 25 44% 60,87% 52,08%

働 15 12 27 60% 52,17% 56,25%

左 6 2 8 24% 8,70% 16,67%

医 14 18 32 56% 78,26% 66,67%

長 6 5 11 24% 21,74% 22,92%

政 5 5 10 20% 21,74% 20,83%

心 5 - 5 20% - 10,42%

機 11 15 26 44% 65,22% 54,17%

(4)

Setelah mendapatkan data dari hasil tes kanji di atas, penulis mengambil kanji-kanji yang memiliki kesalahan paling banyak dengan persentase lebih dari 60%. Kanji-kanji tersebut adalah kanji降る (furu), 若い (wakai), 区 (ku), 右 (migi), 必ず (kanarazu), 離れる (hanareru) dan 医や (iya). Penulis akan menganalisis kanji-kanji tersebut berdasarkan teori hitsujun yaitu prinsip-prinsip penulisan sesuai urutan yang tepat. Digunakan juga teori pendukung yaitu teori kognitif mengenai skema (plural: skemata).

Skema merupakan konsep di dalam pikiran seseorang untuk mengatur dan menafsirkan informasi. Teori tersebut digunakan karena bersinggungan dengan penelitian ini. Untuk memperkuat data penulis menyertakan hasil tes berupa tabel dan grafik.

Konsep kesalahan berbahasa juga dapat mempengaruhi saat mempelajari penulisan kanji sesuai hiitsujun.

Seperti salahnya pemahaman pemelajar mengenai prinsip hitsujun serta pengaruh bahasa asing yang dipelajari sebelum bahasa Jepang. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara. Berikut ini adalah pemaparan analisis kesalahan urutan penulisan ketujuh kanji tersebut. Penjelasan ini diurutkan berdasarkan kanji yang paling banyak terdapat kesalahan urutan penulisan pada responden Binus dan Unas.

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

必ず 必ず (Kanarazu) 必ず 必ず

Dilihat dari bushu, kanji 必ず (kanarazu) ber-bushu 心 (kokoro), tetapi urutan penulisannya tidak sama.

Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji 必ず (kanarazu) termasuk kedalam Keisei moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan.

Kesalahan pada responden Binus dan Unas terjadi karena responden memulai coretan short-sweep pada bagian kiri terlebih dahulu. Urutan penulisan yang tepat (sesuai hitsujun) untuk kanji 心 (kokoro) ditulis dari kiri ke kanan. Tetapi penulisan sesuai prinsip hitsujun untuk kanji 必ず (kanarazu) dimulai dengan coretan pada bagian atas lebih dahulu (Mitamura, 1998: 5).

Gambar 1 Kesalahan Urutan Penulisan pada Kanji 必ず (kanarazu)

Gambar 2 Urutan Penulisan Kanji 必ず (kanarazu) Sesuai Hitsujun

Para responden yang terlebih dahulu mempelajari kanji 心 (kokoro) sebelum kanji 必ず (kanarazu) telah memiliki skema mengenai urutan penulisan dari kanji 心 (kokoro). Secara otomatis mereka akan menerapkan skema tersebut ke situasi penulisan kanji 必ず (kanarazu). Dalam mempelajari kanji, akan terjadi proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang ada dengan informasi (kanji) baru. Saat responden melihat kanji 必ず (kanarazu) sebagai informasi baru, hal ini disebut dengan asimilasi. Ketika mereka menerima penjelasan mengenai kanji 必ず (kanarazu), hal tersebut adalah proses akomodasi.

Pembelajar akan mengasimilasi lingkungan (pembelajaran kanji) ke dalam skema kemudian menyesuaikan skema mereka ke lingkungan (Santrock, 2004: 43).

(5)

Penjelasan di atas didukung dengan hasil wawancara. Kesalahan penulisan tersebut terjadi karena persepsi (skema) mereka yang mengganggap bahwa urutan penulisan kanji 必ず (kanarazu) serupa dengan urutan penulisan kanji 心 (kokoro).

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

若い 若い (Wakai) 若い 若い

Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji 若い (wakai) termasuk kedalam Kai’i moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna masing-masing kanji tersebut. Letak kesalahan yang penulis temui dari kedua universitas serupa yaitu pada urutan keempat.

Gambar 3 Kesalahan pada Penulisan Kanji 若い (wakai)

Gambar 4 Urutan Penulisan Kanji 若い (wakai) Sesuai Hitsujun

Mitamura (1998: 7) mengungkapkan bahwa garis diagonal ノ pada kanji 若い (wakai) adalah garis short-left-sweep bukan long-left-sweep seperti pada kanji 左 (hidari) dan 友 (tomo). Urutan yang tepat menurut prinsip hitsujun yaitu garis short-left-sweep ditulis terlebih dahulu sebelum garis horizontal.

Sehingga coretan yang tepat pada urutan keempat adalah garis ノ(hidari barai), tetapi responden menulis garis horizontal terlebih dahulu.

Responden melakukan kesalahan karena skema mereka mengenai kanji-kanji yang garis horizontalnya ditulis terlebih dahulu, seperti pada kanji 左 (hidari) dan 友 (tomo). Sehingga skema tersebut dilakukan juga saat menulis kanji 若い (wakai) (Santrock, 2004: 43). Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara terhadap beberapa responden.

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

離れる 離れる (Hanareru) 離れる 離れる

Bushu dari kanji 離れる (hanareru) adalah 隹, yang berarti “old bird”. Oleh karena itu bagian dari bushu tersebut ditulis terakhir. Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji 離れる (hanareru) termasuk kedalam Keisei moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan. Urutan penulisan sesuai hitsujun untuk kanji 離れる (hanareru) adalah sebagai berikut.

(6)

Gambar 5 Urutan Penulisan Kanji 離れる (hanareru) Sesuai Hitsujun

Sebanyak 35 dari 48 responden melakukan kesalahan urutan penulisan pada kanji 離れる (hanareru).

Pada kanji ini ditemukan paling banyak ragam kesalahan urutan penulisan. Salah satunya kesalahan pada penulisan urutan ketiga.

Gambar 6 Kesalahan pada Penulisan Kanji 離れる (hanareru)

Gambar di atas menunjukan kesalahan pada urutan ketiga penulisan kanji 離れる (hanareru). Secara hitsujun, penulisan kanji ini termasuk ke dalam prinsip kelima yakni ditulis dari luar ke dalam. Tetapi pada prinsip ini terdapat pengecualian yakni ditulis dari dalam ke luar, seperti pada penulisan kanji 離れ る (hanareru) (Mitamura, 1998: 6).

Secara kognitif, kesalahan tersebut dapat terjadi karena responden memiliki skema mengenai prinsip penulisan dari luar ke dalam, padahal terdapat pengecualian. Penyebab lainnya dari kesalahan ini dapat dikarenakan kurangnya pemahaman responden dalam mempelajari kanji. Selain itu dapat juga terjadi karena kurangnya penjelasan mengenai kanji tersebut (Yoshikawa, 1997: 15-16). Penjelasan ini diperkuat dengan hasil wawancara terhadap beberapa responden bahwa mereka kurang paham atau tidak mengetahui keseluruhan prinsip-prinsip hitsujun.

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

降る 降る(Furu) 降る 降る

Setelah menganalisa soal test terhadap kanji 降 る (furu), terdapat 32 responden yang mengalami kesalahan. Dari Binus sebanyak 12 responden dan Unas sebanyak 21 responden. Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji 降る(furu) termasuk kedalam Kai’i moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna masing-masing kanji tersebut. Pada kanji ini ditemukan beberapa ragam kesalahan, berikut ini penjelasan mengenai salah satu kesalahan serupa yang dilakukan responden dari kedua universitas.

Gambar 7 Kesalahan pada Penulisan Kanji 降る (furu)

(7)

Pada kesalahan ketiga, bagian阝 bukan ditulis dalam dua coretan, melainkan tiga coretan. Kesalahan seperti ini tidak hanya menyebabkan kesalahan secara hitsujun, tetapi juga menyebabkan salahnya jumlah coretan (kakusuu). Kesalahan seperti ini menyebabkan jumlah coretan menjadi tidak tepat dari 10 coretan menjadi 9 coretan.

Menurut Yoshikawa (1997: 10-14), bagi pembelajar yang sebelumnya telah mempelajari bahasa asing sebelum bahasa Jepang dapat menyebabkan kesalahan penulisan kanji Jepang. Dari wawancara, fakta tersebut ditemukan pada kasus beberapa responden Binus yang telah mempelajari bahasa China sebelum bahasa Jepang.

Gambar 8 Penulisan Kanji China 降 (jiàng)

Contoh kasus pada kesalahan yang menuliskan bagian 阝 hanya dalam dua coretan, seperti pada gambar penulisan kanji China降 (jiàng). Skema yang mereka miliki mengenai huruf kanji China, tanpa disadari akan dilakukan kembali pada saat menulis kanji Jepang.

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

医や 医や (Iya) 医や 医や

Setelah menganalisa jawaban dari tes kanji responden Binus dan Unas terhadap kanji 医 や (iya), ditemukan 32 responden yang mengalami kesalahan. Dari Binus sebanyak 14 responden dan Unas sebanyak 18 responden. Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji医や (iya) termasuk kedalam Keisei moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan. Pada kanji ini ditemukan beberapa ragam kesalahan, berikut ini penjelasan mengenai salah satu kesalahan serupa yang dilakukan responden dari kedua universitas.

Gambar 9 Kesalahan pada Penulisan Kanji 医や (iya)

Berdasarkan gambar di atas, responden melakukan kesalahan urutan penulisan pada urutan kedua. Urutan penulisan yang tepat adalah sebagai berikut.

Gambar 10 Urutan Penulisan Kanji 医や (iya) Sesuai Hitsujun

(8)

Responden yang sebelumnya mempelajari kanji dengan urutan dari luar ke dalam, seperti kanji 日 (me) dan 同じ (onaji), kemudian mendapat proses asimilasi dari kanji baru (医や (iya)). Skema yang dimiliki para responden tersebut adalah penyebab utama kesalahan penulisan kanji 医や (iya). Kesalahan terjadi karena responden tidak dapat menyeimbangkan proses asimilasi dan akomodasi mengenai kanji 医や (iya) (Santrock, 2004: 43).

Menurut Yoshikawa (1997: 15-17), kurangnya penjelasan dari pengajar atau pemahaman dari pembelajar mengenai kanji 医や (iya) juga menjadi faktor penyebab kesalahan. Contohnya mengenai pengecualian dalam prinsip hitsujun. Seperti pada prinsip kelima yakni ditulis dari luar ke dalam, tetapi terdapat pengecualian yakni ditulis dari dalam ke luar.

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

区 (Ku) 区 区

Berdasarkan tes yang telah penulis ujikan terhadap responden Binus dan Unas, 31 dari 48 responden melakukan kesalahan pada kanji 区 (ku). Dari Binus sebanyak 14 responden dan 17 responden dari Unas.

Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji 区 (ku) termasuk kedalam Keisei moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan.

Seperti kanji 離れる (hanareru) dan 医や (iya), secara hitsujun penulisan kanji ini termasuk ke dalam prinsip kelima yakni ditulis dari luar ke dalam. Tetapi pada prinsip ini terdapat pengecualian yakni ditulis dari dalam ke luar (Mitamura, 1998: 6). Urutan penulisan yang tepat adalah sebagai berikut.

Gambar 11 Kesalahan pada Penulisan Kanji 区 (ku)

Responden yang sebelumnya mempelajari kanji dengan urutan dari luar ke dalam, seperti kanji 日 (me) dan 同じ (onaji), kemudian mendapat proses asimilasi dari kanji baru (区 (ku)). Skema yang dimiliki para responden tersebut adalah penyebab utama kesalahan penulisan kanji区 (ku). Kesalahan terjadi karena responden tidak dapat menyeimbangkan proses asimilasi dan akomodasi mengenai kanji 区 (ku) (Santrock, 2004: 43).

ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN KANJI

Kesalahan yang sama dilakukan oleh 31 dari 48 responden Binus University dan Universitas Nasional, pada penulisan kanji 右 (migi). Kesalahan yang dilakukan adalah memulai penulisan dengan garis horizontal terlebih dahulu. Sesuai dengan teori naritachi dalam rikusho (Shimura, 1990: 34), kanji (migi) termasuk kedalam Keisei moji. Yakni kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan. Urutan yang tepat untuk kanji 右 (migi) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(9)

Gambar 12 Urutan Penulisan Kanji 右(migi) Sesuai Hitsujun

Seperti pada penjelasan kanji 若い (wakai), garis diagonal pada kanji 右 (migi) bukan long-left-sweep melainkan short-left-sweep. Menurut prinsip kesembilan penulisan hitsujun pada bab sebelumnya, yaitu garis short-left-sweep ditulis terlebih dahulu sebelum garis horizontal (Mitamura, 1998: 7). Kesalahan penulisan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 13 Penulisan yang Salah pada Kanji 右 (migi)

Menurut Yoshikawa (1997: 10-14), bagi pembelajar yang sebelumnya telah mempelajari bahasa asing sebelum bahasa Jepang dapat menyebabkan kesalahan penulisan kanji Jepang. Dari hasil wawancara, fakta tersebut ditemukan pada kasus responden dari Binus yang telah mempelajari bahasa China sebelum bahasa Jepang. Pada huruf kanji China, penulisan kanji右 (yòu) dan 左 (zuǒ) tidak ada persamaan urutan.

Keduanya dimulai dengan garis horizontal lebih dahulu. Berbeda dengan penulisan kanji Jepang pada kanji右 (migi) dan 左 (hidari) yang terdapat persamaan.

Gambar 14 Penulisan Kanji China 右 (yòu) dan 左 (zuǒ)

Gambar 15 Penulisan Kanji Jepang 右 (migi) dan 左 (hidari)

Dalam wawancara terhadap responden Unas, sebagian dari mereka menjawab hal yang serupa dengan responden Binus. Responden Unas tidak yakin karena takut tertukar dengan penulisan kanji左 (hidari).

Tetapi 5 responden menjawab mereka tidak mengetahui adanya perbedaan urutan penulisan antara kanji 右 (migi) dan 左 (hidari). Penjelasan dari pengajar serta pemahaman dari pembelajar juga tidak kalah penting untuk menghindari kesalahan dalam mempelajari bahasa asing. Khususnya bahasa Jepang bagi masyarakat Indonesia yang bahasa ibunya tidak memiliki latar belakang mengenai kanji (Yoshikawa, 1997: 10-14).

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan bahasan di atas, ditemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab kesalahan penulisan dalam penelitian ini. Pertama, kesalahan terjadi karena responden tidak mengetahui atau memahami secara jelas mengenai prinsip-prinsip hitsujun dalam penulisan kanji. Terutama adanya pengecualian dalam suatu prinsip hitsujun. Contohnya pada prinsip histujun kelima yakni ditulis dari luar ke dalam. Tetapi terdapat pengecualian yakni ditulis dari dalam ke luar, seperti pada penulisan kanji 離れ る (hanareru), 医や (iya) dan 区 (ku). Terbukti dengan tingginya persentase kesalahan pada ketiga kanji tersebut yakni di atas 60%.

Selanjutnya, ditemukan fakta bahwa skema atas kanji-kanji yang sebelumnya dipelajari mempengaruhi pembelajaran selanjutnya. Selain skema, proses asimilasi dan akomodasi juga mempengaruhi kesalahan penulisan kanji menurut hitsujun. Bagaimana pembelajar menggabungkan informasi (kanji-kanji) baru yang mereka terima dengan informasi lama dalam proses asimilasi. Kemudian mengatur atau menyesuaikan diri dengan informasi baru tersebut dalam proses akomodasi.

Contoh peranan skema, asimilasi dan akomdasi dalam pembelajaran kanji terdapat pada kasus kesalahan kanji 必ず (kanarazu). Para responden yang terlebih dahulu mempelajari kanji 心 (kokoro) sebelum kanji 必ず (kanarazu) telah memiliki skema mengenai urutan penulisan dari kanji 心 (kokoro). Secara otomatis mereka akan menerapkan skema tersebut ke situasi saat menulis kanji 必ず (kanarazu). Saat responden melihat kanji 必ず (kanarazu) sebagai informasi baru, hal ini disebut dengan asimilasi. Ketika mereka menerima penjelasan mengenai kanji 必ず (kanarazu), hal tersebut adalah proses akomodasi.

Pada kedua universitas yang menjadi objek penelitian ini terdapat kesalahan yang identik. Di antara 20 kanji yang diujikan, kesalahan identik ini terjadi pada 12 kanji. Kesalahan identik ini bersinggungan dengan teori kognitif yang mengutamakan skema dalam proses pembelajaran penulisan kanji sesuai hitsujun. Contohnya pada pembahasan sebelumnya mengenai kanji必ず (kanarazu). Seluruh responden dari Binus dan Unas mengalami kesalahan pada kanji必ず (kanarazu).

Selain itu penulis melihat faktor pembelajaran bahasa asing lain sebelum bahasa Jepang juga dapat mempengaruhi kesalahan penulisan kanji sesuai hitsujun. Dari hasil wawancara, fakta tersebut ditemukan pada kasus beberapa responden dari Binus yang telah mempelajari bahasa China sebelum bahasa Jepang.

Pada huruf kanji China, penulisan kanji右 (yòu) dan 左 (zuǒ) tidak ada perbedaan urutan. Keduanya dimulai dengan garis horizontal lebih dulu. Berbeda dengan penulisan kanji Jepang pada kanji右 (migi) dan 左 (hidari) yang terdapat perbedaan. Kanji 右 (migi) dimulai dengan garis diagonal ノ lebih dulu.

Sedangkan pada kanji 左 (hidari) dimulai dengan garis horizontal lebih dulu.

Fakta lain yang didapat dari wawancara yaitu beberapa responden yang sebenarnya mengetahui urutan yang tepat dari “kanji x” tetapi tidak menulisnya sesuai hitsujun. Hal ini dikarenakan responden merasa lebih nyaman dengan menulis sesuai skema yang selama ini melekat dalam pikirannya tentang kanji tersebut. Selain itu kesalahan di antara responden dari kedua universitas hampir sama. Hal ini membuktikan bahwa faktor penyebab yang disebutkan di atas tidak hanya terjadi di Binus tetapi juga di Unas.

Pada penelitian ini, penulis membatasi analisis mengenai faktor penyebab kesalahan menulis kanji sesuai hitsujun. Penulis berharap dengan penelitian ini dapat menjadi ide atau referensi bagi penulis lain yang tertarik pada analisis huruf kanji. Karena selama ini penelitian yang dilakukan mahasiswa Binus University jurusan Sastra Jepang Strata 1 terbatas pada bushu kanji. Sedangkan masih banyak lagi hal lainnya tentang kanji yang dapat diambil untuk diteliti lebih dalam.

Selain itu dengan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengajar dan pembelajar untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran kanji. Khususnya dalam penulisan kanji sesuai hitsujun, sehingga dapat lebih baik lagi kedepannya. Pengajar diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai pentingnya hitsujun secara kontinu dalam pembelajaran kanji.

Sehingga pemahaman pembelajar dalam penulisan kanji sesuai hitsujun dapat diaplikasikan dengan konsisten dan benar.

(11)

REFERENSI

Ajideh, P. (2003). Schema Theory-Based Pre-reading Tasks: A Neglected Essential in The ESL Reading Class. The Reading Matrix, 3 (1), 1-14.

Algeo, J. (2005). The Origins and Development of the English Language. (6th edition). Wadsworth:

Cengage Learning.

Blake, B., & Pope, T. (2008). Developmental Psychology: Incorporating Piaget’s and Vygotsky’s Theories in Classrooms. Journal of Cross-Disciplinary Perspectives in Education, 1 (1), 59-67.

Fujiwara, H. (1990). Kanji kakijun jiten. Tokyo: Dai Ippoki Shuppan.

Kaiho, H., & Gamage, Haththotuwa G. (2001). Cognitive considerations for effective methods of learning Kanji for non-native learners of Japanese. Tsukuba Psychological Research, 23, 53-57.

Kobayashi, M. (1998). Yoku wakaru kyoujuhou : Nihongo kyouiku nouryoku kentei shiken taiou. Tokyo: Aruku.

Matsuo, S., & Michiko, Y. (1989). Basic Kanji. Tokyo: Taishukan Publishing Company.

Mitamura, Joice Y., & Mitamura, Yasuko K. (1998). Let’s learn kanji: an introduction to radicals, components, and 250 very basic kanji. (2nd edition). Tokyo: Kodansha International.

Noguchi, Mary, S. 1995. Component Analysis of Kanji for Learners from Non-kanji Using Countries.

The Language Teacher, 19 (10). Retrieved (06-29-2013) from www.kanjiclinic.com/langteacherca.htm Novianti, N. (2012). The Implementation of Cognitive and Constructivism Theory in Media Activities for Sakubun in Seventh Semester at Bina Nusantara University. Jurnal Humaniora, 3 (1), 310-317.

Ogawa, T. (2013) Semantic similarities among Japanese Kanji characters sharing same left radicals in the Japanese Educational Kanji List. Bulletin of Tokai Gakuin University, 6, 217-223.

Oshiki, H., Mukae, K., Tatsuoka, R., Maeda, K., Saiki, K. (2008). Analysis of HITSUJUN as Decomposed Kanji Pattern : Investigation of Stroke Order of Junior High School Students. Jitsugi Kyōiku Kenkyū, 2, 23-32.

Santrock, J., Woloshyn, V. E., Gallagher, T. L., Di Petta, T., & Marini, Z. (2004). Educational Psychology: First Canadian Edition. Toronto: McGraw-Hill Ryerson.

Sari, Dhita P. (2012). Analisis Kesalahan Mahasiswa Semester 8 Tahun Akademik 2011/2012 dalam Menggunakan Verba Sonkeigo dan Kenjoogo. Skripsi S1. Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Humaniora, Binus University, Jakarta.

Shimura, U. (1990). Kanji. Tokyo: Meiji Shouin

Tamamura, F. (2001). Nihongogaku o manabu hito no tameni. (2nd edition). Kyoto: Sekai Shisousha.

Widhiarso, W. 2002. The influence of language on thought Study Benjamin Whorf Hypothesis and Edward Sapir. Psikomedia Workshop at Faculty of Psychology Gadjah Mada University. Retrieved (07- 10-2013) from http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_-_language_and_thought.pdf

Yoshikawa, T. (1997). Nihongo Goyou Bunseki. Tokyo: Meiji-shoin.

RIWAYAT PENULIS

Wili Yang lahir di kota Bekasi, pada tanggal 22 Maret 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada

MODEL PENINGKATAN DAYA SAING BERKELANJUTAN INDUSTRI BATIK MELALUI PERBAIKAN KOMPETENSI INTI DAN RANTAI NILAI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF LOKAL DI

Kedua refluk rasio tidak memiliki perbedaan yang nyata jika refluk rasio mempengaruhi berat jenis, namun demikian dapat dilihat bahwa persentase kesalahan berat

Perencanaan pajak dan corporate governance yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan institusional, dan komite audit sebagai variabel independen

D alam hal penyedia jas a akan melaks anakan kemitra an, wajib mempunyai perjanjian kerjas ama operas i/kemitraan yang memuat pros entas e kemitraan dan perus aha

Kondisi tapak untuk kelas pasar yang jangkauan penjualannya sampai ke luar wilayah Jabodetabek seharusnya bisa lebih baik. Dan ini sebuah pekerjaan rumah yang besar untuk Pemda Kota

Berawal dari kecintaan dalam dunia pendidikan untuk merealisasikan visualisasi impian meraih sekolah dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) impian sampai kepada sebuah cita-cita

Melalui inkuiri terbimbing guru bimbingan dan arahan kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan penyelidikan, misalnya guru harus memberikan permasalahan,