• Tidak ada hasil yang ditemukan

When we communicate, we are trying to establish a commonness with someone. That

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "When we communicate, we are trying to establish a commonness with someone. That"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

RADIO KOMUNITAS SEBAGAI MEDIA DAKWAH

A. Kajian Tentang Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi

Studi tentang komunikasi termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan yang lebih luas yang berkenaan dengan komunikasi manusia, dalam tatanan kehidupan manusia, kegiatan komunikasi sangat berperan penting.

Kemampuan manusia dalam berkomunikasi telah menjadikan manusia sangat berbeda dibandingkan dengan mahluk lainnya. Bahkan untuk kelangsungan hidupnya manusia memerlukan peranan komunikasi, agar dapat hidup berdampingan dengan sesamanya.

Perkataan komunikasi berasal dari kata Communicare yang didalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi, atau brasal dari kata commones yang berarti sama=common. (Toto Tasmara, 1997:1)

Melihat pengertian secara etimologi diatas, dengan demikian secara sederhana, dapat difahami bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengaharapkan agar orang lain dapat ikut serta “berpartisipasi” atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan.

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber pada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

(Lukiati, 2009:73)

Sementara itu, menurut effendy “Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris disebut communications berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari commoness yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna”.

(Effendy, 2005:9)

Menurut Prof. Wilbur Schramm dalam Toto Tasmara, memberikan penjelasan dalam pernyataan sebagai berikut :

“When we communicate, we are trying to establish a commonness with someone. That

(2)

is we are trying to share information, an idea or an attitude, communication always requires at least three elements-The Source, The Massage, and Destination”

Dari uraian diatas, Schramm ingin menekankan bahwa dengan berkomunikasi berarti berusaha untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain, dengan cara menyampaikan keterangan, berupa sebuah gagasan (idea) maupun sebuah sikap tertentu. Juga dijelaskan bahwa sebuah komunikasi harus memenuhi syarat- syarat tertentu yang sekurang-kurangnya terdiri dari tiga unsure yaitu : Sumber (Source), Isi pesan, (Message), Tujuan (Destination). (Toto Tasmara, 1997:1-2)

Agar lebih memahami pengertian komunikasi, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structur and Function of Communications in society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :Who says What in Which Channel to Whom With What Effect? Jadi berdasarkan paradigma Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator pada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2005 : 10)

2. Unsur-unsur Komunikasi

Unsur-unsur Komunikasi dapat dijabarkan dari paradigma Lasswell, yakni diantaranya sebagai berikut :

a. Who, menunjukkan kepada siapa orang yang mengambil inisiatif untuk memulai komunikasi. Atau biasa dikenal dengan istilah komunikator.

b. Salk What, menunjukkan hubungan dengan isi komunikasi atau apa pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.

c. In which channel, menunjukkan media yang dipakai untuk menyampaikan pesan dari komunikator.

d. To whom, menunjukkan siapa yang menjadi audiens atau penerima dari komunikasi. Atau biasa dikenal dengan komunikan

e. With what effect, menunjukkan apa efeknya dari komunikasi tersebut. Mengenai apa efek komunikasi ini dapat menanyakan dua hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut, dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. (Lukiati, 2009 : 104)

(3)

3. Komunikasi Massa

Komunikasi massa, hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh cirri khas institutionalnya yakni gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya.

Secara Istilah kata "massa" dalam komunikasi massa menggambarkan sesuatu (orang atau barang) dalam jumlah besar, sementara komunikasi mengacu pada pemberian dan penerimaan arti, pengiriman dan pengiriman pesan. (Morissan, 2010:

7).

Menurut pendapat Para ahli komukasi, bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (Mass Communication) adalah komunikasi melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (Mass Media Communication). (Effendy 2005:20).

Menurut Denis Mc Quail dalam bukunya Teori Komunikasi Masa Menjelaskan, bahwa “

“Sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal, dan “sang pengirim”-nya seringkali merupakan komunikator professional. Pesannya tidak unik dan beraneka ragam, serta dapat diperkirakan. Disamping itu, pesan tersebut seringkali “diproses” , distandarisasi, dan selalu diperbanyak. Pesan itu juga merupakan suatu produk komoditi yang mempunyai nilai tukar serta acuan simbolik yang mengandung nilai “Kegunaan”. (Mc Quail, 1994:33)

Beberapa ahli lainnya menjelaskan bahwa Komunikasi Massa merupakan sebuah proses komunikasi yang identik menggunakan media massa, misalnya Surat kabar, majalah, radio, televisi atau film, dimana mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :

a. Berlangsung satu arah.

Komunikasi yang berlangsung satu arah ( One way- communication ) tidak t erdapat arus b alik d ari k o m unikasi k epada komunikator. Komunikator tidak mengatahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkan demikan pula penyiar radio. Komunikator pada komunikasi massa harus melakukan perencanaan sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikan

(4)

harus komunikatif dalam arti dapat diterima secara inderawi (Received) dan secara rohani (Accepted) pada 1 kali penyiaran.

b. Komunikator pada komunikasi media massa melembaga.

Berdasarkan kenyataan, komunikator pada komunikasi massa dinamakan juga komunikator kolektif (Collective Communicator) karena tersebarnya pesan komunikasi massa merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja.

Sebagai saluran komunikasi massa, Media massa yang merupakan lembaga suatu institusi atau organisasi. Memeilik Konsukuensi dari sifat komunikator yang melembaga itu diman peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang-orang lain.

c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini, namun tidak semua fakta dan penstiwa yang terjadi disekeliling dapat dimuat dimedia massa.

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukkan utuk semua orang dan tidak ditujukkan untuk sekelompok orang tertentu (Elvinaro Ardianto, 2007: 7-8).

d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari media masa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. Oleh karena itulah pada umumnya yang termasuk kedalam media massa adalah Surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film yang mengandung ciri keserempakan tersebut.

Radio dan televisi karena merupakan media massa elektronik, tidak diragukan lagi keserempakannya ketika khalayak mendengarkan radio dan menyaksikan tayangan televisi.

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya

(5)

relative banyak dan tidak terbatas, bahkan lebih dari itu komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. (Elvinaro Ardianto, 2007:9 ).

e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Khalayak atau Komunikan yang merupakan masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.

Keberadaannya secara terpencar-pencar, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi.

Heterogenitas khalayak seperti itulah yang menjadi kesulitan seorang komunikator dalam menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dari khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi.

4. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi Massa, fungsi komunikasi massa adalah sebagai berikut :

a. Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Fakta-fakta yang dicari wartawan di lapangan kemudian dituangkannya dalam tulisan juga merupakan informasi.

b. Hiburan

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi dan Radio sebagai media hiburan. Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas, tetapi informasi. Namun media cetak juga harus memungsikan hiburan. Fungsi komunikasi massasebagai hiburan adalah: bagi masyarakat:

sebagai pelepasan lelah bagi kelompok-kelompok massa. Individu:

pelepasan lelah. Sub kelompok tertentu (misal kelompok politik) : memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan. Sedangkan

(6)

disfungsi dari fungsi media massa sebagai hiburan adalah: bagi masyarakat:

mengalihkan publik menghindarkan aksi sosial. Individu: meningkatkan kepastian, memperendah cita rasa, memungkinkan pelarian/pengasingan diri. Kebudayaan: memperlemah estetik budaya pop.

c. Persuasi

Persuasi adalah sebuah usaha untuk membuat yakin atau usaha untuk membujuk orang agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu mempercayai sesuatu atau tidak mempercayai sesuatu. Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasidan hiburan.Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilashanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi.

d. Transmisi Budaya

Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer dan historis. Di dalam tingkatan kontemporer, media massa memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara terus menerus. Hal ini merupakan faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa, mereka secara serempak pengukuhstatus quodan mesin perubahan. Sementara itu, secara historis umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan.

e. Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa yang memberitakan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa itu mendorong kohesi sosial. Akan tetapi, ketika media massa mempunyai fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, sebenarnyadi sisi lain

(7)

media juga memiliki peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Jadi, sebenarnya peluang untuk menciptakan integrasi dan disintegrasi sama besarnya.

f. Pengawasan

Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan.

Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakniwarning or beware surveillanceatau pengawasan peringatan daninstrumental surveillanceatau pengawasan instrumental.

Fungsi peringatan dapat dilihat dari pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang laut yang mengganas, angin rebut disertai hujan lebat, dan sebagainya. Fungsi pengawasan peringatan juga meliputi informasi tentang suatu wabah penyakit yang mulai menyebar akan adanya serangan militer yang dilakukan Negara lain. Sementara itu, fungsi pengawasan yang kedua yaitu pengawasan instrumental. Aktualisasi dari fungsi ini adalah penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat. Harga kebutuhan sehari-hari merupakan informasi penting yang sangat dibutuhkan masyarakat.

g. Korelasi Fungsi

Korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang menghubungkan bagian- bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi jugatermasuk menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. (Nurudin : 63/2007)

5. Media Komumanikasi Massa

Media komunikasi masa sangat banyak jumlahnya, mulai dari komunikasi yang bersifat tradisional sampai komunikasi modern yang banyak dipergunakan dewasa ini, berawal dari kentongan, bedug, pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, dan bahkan didalamnya termasuk Radio komersil

(8)

dan Radio Komunitas yang pada umumnya dapat diklasifikasi sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural, dan audio-visual.

untuk mencapai sasaran komunkasi, maka dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai pesan da n ya ng akan disa mpa ika n dengan Tekhnik yang a kan dipergunakan.

B. Kajian Tentang Radio Komunitas

1. Pengertian dan karakteristik Radio Komunitas

Secara umum, Radio pada mulanya hanya merupakan tekhnologi yang mencari kegunaan, bukannya sesuatu yang lahir sebagai respons terhadap suatu kebutuhan pelayanan baru.

Menurut Raymond Wiliam (1975) dalam Danil Mc Quali menturkan bahwa: “berbeda dengan jenis komunikasi terdahulu, Radio dan televisi merupakan system yang dirancang terutama untuk kepentingan trasmisi dan penerimaan yang merupakan proses abstrak, yang batasan isinya sangat terbatas atau bahkan sama sekali tidak ada”. (Danil Mc Quali, 1994, 15)

Tidak dapat disangsikan lagi, pada mulanya radio hanya merupakan suatu tekhnolgi, setelah itu barulah radio berperan sebagai alat pelayanan.

Dewasa ini, seiring dengan kemajuan tekhnolgi yang mengirinya. Radio menjadi salah satu gaya hidup masyarakat, melalui radio masyarakat dapat memperoleh segala kebutuhan hidupnya akan informasi dan hiburan, bahkan dari situ pula muncullah Radio yang bersipat komersil dan non komersil seperti radio komunitas.

Secara umum Radio dapat diartikan sebagai perubahan bentuk energi elektromagnetik dari gelombang radio yang ditangkap oleh pesawat radio, kemudian diubah melalui loudspeaker (pengeras suara) menjadi energi bunyi sehingga bisa kita dengar. Gelombang suara yang kita dengar dari pesawat radio bisa berisi tentang hiburan, misalnya musik, humor, berita dan berbagai informasi lainnya. Jadi penyebutan istilah radio pada umumnya masih rancu. Pengertian pertama adalah alat pesawat untuk mengubah gelombang radio menjadi gelombang bunyi atau suara. Sedang pengertian lainnya adalah gelombang radio yang merupakan bagian dari gelombang elektromagnetik.

Dalam perkembangannya Radio Siaran menjadi dua jenis radio siaran, yakni

(9)

Radio yang bersifat Komersil dan Radio Komunitas (Non Komersil). Kaitan dengan radio komunitas, yaitu memiliki karakteristik yang berbeda dengan siaran Radio komersil, terutama pada aspek pengawasan, serta tujuan dan fungsinya.

Perbedaan tersebut diantaranya, radio komunitas bersifat independen, tidak komersil, daya pancar rendah, luas jangkauan terbatas, dan untuk melayani komunitasnya.

Menurut Estrada (2001:15). dalam Atie Rachmiatie, (2007:78) Mengemukakan bahwa Fokus yang khas dari radio komunitas adalah membuat audiens/khalayaknya sebagai protagonist (tokoh utama), melalui keterlibatan mereka dalam seluruh aspek menejemen, produksi programnya serta menyajikan program yang membantu mereka dalam pembangunan dan kemajuan social dikomunitas mereka. (Atie Rachmiatie, 2007:78)

Adapun berikut ini, adalah beberapa pandangan lain tentang pengertian Radio Komunitas, antara lain :

a. Lembaga Penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hokum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat indeoenden dan tidak komersil, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya (UU Penyiaran, 2002)

b. Terdapat perbedaan antara lembaga penyiaran public, komersial dan komunitas. Lembaga penyiaran public dan komersil termasuk katagori memperlakukan pendengar sebagai objek, sedangkan radio komunitas memperlakukan pendengar sebagai subjek dan pesertanya terlibat dalam penyelenggaraannya. (Fraser & Estrada, UNESCO, 2001 : 29)

Atie Rahmawati lebih lanjut menjelaskan, bahwa masalah media komunitas, khususnya Radio Komunitas penting untuk dikaji di Indonesia karena setidaknya ada dua factor yang melatarbelakinya. Pertama, mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk pedesaan yang umumnya menempati wilayah relaitif miskin dengan kualitas SDM rendah dengan potensi yang belum tergali secara optimal. Oleh karena itu dengan tekhnologi yang sederhana dan biayaya yang murah, radio komunitas sangat tepat untuk dikembangkan di Indonesia. Kedua, media komunitas berasal dari kebutuhan warga, oleh warga dan untuk warga komunitas sehingga tidak ada campur

(10)

tangan dari luar, yang memasukan ideology, kepentingan atau misi apapun yang belum tentu cocok dengan kondisi dan kebutuhan komunitas tersebut. (Atie Rachmiatie, 2007:79)

2. Sejarah Perkembangan Radio

Radio mengalami proses yang panjang dalam sejarahnya. Diawali dari penemuan gelombang elektromagnetik, hingga bermunculannya siaran-siaran radio modern radio satelit hingga radio internet.

Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam paperya di Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara 1861 dan 1865.

Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Henrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio.

(Morissan, 2005 : 1).

Tahun 1894, Guglielmo Marconi tergugah dengan ide bahwa gelombang ini bisa dimanfaatkan mengirim tanda-tanda melintasi jarak jauh tanpa lewat kawat yang menyediakan banyak kemungkinan berkembangnya komunikasi yang tak bisa dijangkau telegram. Misalnya, dengan cara ini berita-berita dapat dikirim ke kapal di tengah laut.

Tahun 1895, hanya setahun kerja keras, Marconi berhasil memprodusir peralatan yang diperlukan. Tahun 1896 dia memperagakan alat penemuannya. di Inggris dan memperoleh hak paten pertamanya untuk penemuan ini. Marconi bergegas mendirikan perusahaan dan "Marconi" pertama dikirim tahun 1898. Tahun berikutnya dia sudah sanggup kirim berita tanpa lewat kawat menyeberang selat Inggris. Meskipun patennya yang terpenting diperolehnya tahun 1900, Marconi meneruskan pembuatan dan me mpa t enka n ba nya k penyempurnaan-penyempurnaan a tas da sar penemuannya sendiri. Di tahun 1901 dia berhasil mengirim berita radio melintasi Samudera Atlantik, dari Inggris ke New foundland.

Radio awalnya cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru itu hanya terpusat sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan

(11)

penyampaian informasi dan berita. Awalnya radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideology dan politik secara umum. (Morison, 2005:2).

B e l a k a n g a n s e t e l a h d i k e n a l t e k n o l o g i b e r s i f a t p e n y i a r a n (broadcasting), media radio memasuki era baru sebagai media massa.

Keberadaan radio siaran ditandai dengan fungsinya yang sangat familiar dengan khalayak, sebab menjadi sumber informasi utama baik yang bersifat informasional maupun hiburan.

Dengan media radio, informasi social menjadi lebih cepat sampai ke khalayak. Sembari itu berita dalam lingkup lokal dan nasional semakin dipertajam sesuai dengan kebutuhan pragmatic khalayak. Begitu pula dengan format station dari masing-masing stasion penyiaran, program hiburan menyebabkan khalayak mencari stasion secara spesifik. Varian dari genre musik dalam dunia hiburan diperkaya karena dukungan dari bertumbuhnya peminat khusus ini. Dengan kata lain, radio siaran dengan sifat lokalitasnya bertumpu kepada dukungan khalayak yang spesifik. Karenanya merupakan media massa yang paling kuat dalam mengembangkan orientasi kepada kebutuhan khalayak ( Routh, 1978 : 164).

3. Sejarah Pertumbuhan Radio Komunitas di Indonesia

Berawal dari media globasisasi yang melanda Negara-negara di dunia, maka muncullah kecenderungan perusahan-perusahaan media komunikasi untuk lebih mementingkan aspek komersial, termasuk di Indonesia, Fenomena majalah, surat kabar, televise dan radio. Media global pada umumnya memiliki karakteristik bersifat komersil dan harus menarik mayoritas khalayak. Oleh karena itu, mereka berkolaborasi dengan pemasangan iklan sebagai sumber kehidupan media tersebut.

Umumnya, program yang disiarakan harus bisa memuaskan masyarakat dengan mengacu pada standar yang universal.

Agar terciptanya penyediaan media komunikasi alternative yang tepat untuk pencapaian perluasan dan pemerataan kebutuhan informasi. Dengan kata lain untuk mencapai demokratisasi informasi. Radio komunitas menjadi salahsatu alternative media komunikasi karena daya jangkauannya luas, dan relative murah dengan tekhnologi penyiaran yang sederhana.

(12)

Menurut Atie Rachmiatie dalam bukunya Radio Komunitas Eksalasi Demokratisasi Komunikasi menjelaskan : Evolusi radio komunitas di dunia bermula dari radio yang dimiliki oleh para buruh tambang di Bolivia dan Kolumbia tahun 1947.

Radio di Bolivia beroperasi saat terjadi pertentangan antara Marxisme dan Kapitalisme. Saat itu, yang diperjuangkan radio adalah memperbaiki kondisi kerja yang lebih baik dan adil. Hampir serupa dengan radio Sutatenza di kolumbia, yang didirikan oleh Pastor Joaquin Salcedo di desa Sutatenza, di pegunungan Ansez. Pastor ini lebih memperhatikan kondisi social ekonomi para petani kolumbia daripada masalah gereja sehingga tujuan radio ini umtuk mendukung komunitas penggarap lahan. Banyak umpan balik yang datang dari penggarap lahan, misalnya dengan 50.000 surat per tahun sebagai bentuk penyatuan keinginan dan kebutuhan mereka akan radio. (Atie Rachmiatie, 2007: 81)

Di Indonesia, perkembangan media komunitas memiliki peranan penting dalam membangun kesadarn public. Kata “Media Komunitas” mulai dipakai oleh masyarakat pada awal tahun 2000 dengan muncul bulletin komunitas “Angkiran”. Yang digagas oleh sekelompok anak muda di Timbulharjo, Yogyakarta. Bulletin forum warga kamal muara, “Fokal” dan beberapa forum di Bandung. Memasuki tahun 2001, pengelola bulletin angkiran mulai mengembangkan Radio komunitas, yang mereka sebut radio Angkiran FM, kemudia menginspirasi paguyuban pengembangan informasi terpadu (PINTER) di Terban Yogyakarta untuk mendirikan Panagati FM, Forum warga Cibangkong (FWC) mendirikan radio komunitas Cibagkong di Bandung, Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera (MASE) dan Forum Komuniaksi Warga Kamal Muara mendirikan Radio Komunitas Kamal Muara di Jakarta. (Bowo Usodo Dkk.,2008:32)

Lebih lanjut Bowo Usodo dkk, menjelaskan, pada bulan Februari 2002 beberapa radio komunitas yang digagas oleh forum warga mulai terlibat advokasi rencana Undang-Undang (RUU) penyiaran, revisi UU. No. 24 tahun 1997 tentang penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3701). Untuk kepentingan advokasi itulah pada tanggal 22 sampai dengan tanggal 24 Maret 2002 diadakanlah workshop pertama radio komunitas, yang dihadiri oleh 18 radio komunitas; 2 radio komunitas yang didirikan oleh Forum Warga, 5 Radio kampus, 9 Radio Hobby, Radio Komunitas Angkiran dan Radio Komunitas Serikat Petani Pasundan. Pada workshop inilah mulai

(13)

dibahas tentang devinisi, cirri dan karakteristik radio komunitas. Selain itu juga dirumuskan strategi untuk melakukan advokasi RUU Penyiaran yang mengakomodir Lembaga Penyiaran komunitas dan sebagai alat perjuangannya, pada hari minggu tanggal 24 Maret 2002 pukul 14.00 Wib. Dideklarasikan Jaringan Radio Komunitas (JRK) Jawa Barat, kemudian menyusul deklarasi Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) pada tanggal 6 Mei 2002, kemudian dilanjutkan dengan Loka Karya Nasional pada tanggal 12-15 Mei 2002 sekaligus Deklarasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Pada tanggal 28 Desemner 2002, perjuangan radio komunitas menampakan hasil yang cukup menggembirakan dengan disahkannya UU Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran yang didalamnya mengakui keberadaan Lembaga Penyiaran Komunitas tepatnya pada bagian keenam pasal 21-24 tentang Lemba ga Penyiaran Komunitas. (Bowo Usodo Dkk.,2008:33)

4. Tipologi Radio Komunitas

Menurut Riset Combine Resources Institutions (CRI) pada tahun 2002, tipologi radio komunitas khusunya di Indonesia terdiri dar empat bentuk, yaitu :

a. Community Based (Radio berbasis komunitas)

Radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis tertentu sehingga basisnya adalah komunitas yang menempati suatu daerah dengan batasa-batas tertentu, seperti kecamatan, kelurahan dan desa.

b. Issue/Sector Based (Radio Berbasis Masalah/sector tertentu)

Radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat oleh kepentingan dan minat yang sama sehingga basisnya adalah komunitas yang terikat oleh kepentingan yang sama dan terorganisasi, seperti komuntas petani, buruh dan nelayan.

c. Personal Initiative Based (Radio berbasis inisiatif pribadi)

Radio yang didirikan oleh perorangan karena hobby atau memiliki tujuan lainnya, seperti hiburan, informasi dan tetap mengacu pada kepentingan komunitas.

d. Campus Based (Radio berbasis kampus)

Radio yang didirikan oleh warga kampus perguruan tinggi dengan berbagai tujuan, termasuk sebagai sarana laboratorium dan sarana belajar Mahasiswa. (Atie Rachmiatie, 2007: 83)

(14)

5. Jenis-Jenis Radio Komunitas

Dalam proses pendirian radio komunitas dibandingakan dengan radio komersil relatif lebih mudah, dan dewasa ini beradasrkan data permohonan pendirian radio komunitas yang diajukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terdapat beberapa kategori radio komunitas, yaitu :

a. Radio Komunitas Pendidikan

Radio ini ada di sekolah-sekolah atau kampus perguruan tinggi, komunitasnya adalah siswa, guru, karyawan, dosen dan orang-orang yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan itu. Tujuan utama didirikannya radio ini adalah untuk media pendukung pembelajaran, dalam arti lebih menyebarluaskan materi-materi belajar, menjadi percontohan, model praktikum dan sejenisnya.

b. radio Komunitas Peminatan

Radio ini didirikan oleh sekelompok orang yang memiliki minat atau pekerjaan yang sama. Komunitas ini beragam mulai dari petani, nelayan, buruh, supir, pedagang dan lainnya. Karena berangkat dari kepentingan atau permasalahan bersama pada komunitas ini, tujuan utama dibentuknya radio adalah untuk mencari solusi dari pemasalahan, tukar menukar informasi dan pengalaman, atau memperjuangkan cita-cita dalam bidang pekerjaan yang diminatinya.

c. Radio Komunitas Agama

Radio ini ada pada komunitas agama tertentu, diantaranya pesantren untuk yang beragama islam, atau dikomunitas agama tertentu. Radio lebih cenderung sebagai media dakwah atau media penyebaran misionaris. Dibentuk untuk memperkuat misi dakwah atau misionaris sebuah lembaga keagamaan.

Sejalan dengan radio pendidikan, radio ini umumnya bertujuan untuk menyebarluaskan informasi keagamaan serta mengoptimalkan hasil belajar.

d. Radio Komunitas Wilayah

Radio ini didirikan oleh sekelompok warga komunitas yang menempati wilayah tertentu yang relative terbatas, seperti dusun, kelurahan, atau kecamatan tertentu. Warga yang mendiami satu wilayah terbatas, berinteraksi dan beraktivitas sehari-hari , biasanya memiliki kepentingan dan permasalahan yang khas, yang mereka hadapi bersama, seperti masalah ketertiban, keamanan,

(15)

kebersihan lingkungan dan sejenisnya. Karena merasa sepenanggungan, media radio dianggap bisa lebih meraih warga setempat untuk sama-sama berpartisipasi memecahkan masalah.

e. Radio Komunitas Darurat

Radio komunitas ini mengacu pada radio komunitas yang didirikan secara darurat karena ada bencana alam. Ditengah-tengah keadaan yang tidak menentu, suatu wilayah yang porak poranda sebagai akibat adanya bencana alam, seperti tsunami, gempa bumi dan lainnya.

Kategori tersebut tidaklah mutlak, pada tataran empirik bisa saja sebuah radio komunitas memiliki dua atau tiga identitas, namun diantara itu pasti ada yang lebih dominan. (Atie Rachmiatie, 2007; 107)

6. Karakteristik Radio

Secara Umum Radio memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan media komunikasi lainnya, karakteristik Radio antara lain:

a. Auditori, Radio adalah “Suara”. untuk didengar. Karenanya isi siaran hanya sepintas lalu tanpa bisa diulang kembali.

b. Transmisi, prosesnya disampaikan kepada pendengar melalui pemancaran (Transmisi)

c. Mengandung gangguan. Seperti timbul tenggelam (Fading) dan gangguan tekhnis “ Channel noise factor”.

d. Theatre of mind. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara. Radio mencipatakan gambar (makes pictures) dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Pendengar bisa membayangkan apa yang dikemukakan penyiar. Bahkan pendengar bisa berimajinasi dengan sosok penyiar tersebut.

C. Kajian Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da'a yad'u da'watan yang berarti panggilan atau ajakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hasanuddin "dakwah merupakan isim masdhar yang berasal dari fi’il madhi da'a yang berarti panggilan, seruan, ajakan. (Hasanuddin, 1996:26)

Kata dakwah dapat diidentifiisikan bahwa dakwah Islam adalah sebagai

(16)

k b b N

d b y m

t m a n p u

kegiatan m bashiran u berjuang b Nahl 125 :

Arti dan pelaja baik. Sesu yang terses mendapat p Dak tindakan y menyampa adalah aktiv nasihat ya perintah k umat keluar 2. H

h a c m s k

p 5 s s

Hukum Da Cara hukumnya atau dengan cara membe menunujuka selalu mend keahliannya

Penj pembahasan 51). Kepast secara syari sebagaiman

mengajak, untuk men bersama dal

inya: Seru aran yang ungguhnya

sat dari jal petunjuk. (Q kwah adala yang haru aikan send vitas menga ang baik, kepada Al

r dari kegel kwah a berdakw

bagi setiap n kata lain i eri nasehat B

an bahwa sy dapatkan h a (Syukir, 1 jelasan lebi n tentang a tian hukum iah dan kep na tercantum

, mendoro niti jalan

lam agama

ulah (man g baik dan

Rabbmu lan-Nya dan QS. 16:125)

ah ucapan d us diterap diri sebelu ajak manusi

sehingga llah SWT.

apan jahiliy

wah yang muslim, y ialah jihad d

Bil-Lisan, B yari’at atau hasil yang m

983 : 27 ) ih lanjut ten arti landasan m yang di m

pastian huku m dalam Alq

ong dan m Allah SW

Allah SWT

nusia) kep n bantahl

Dia-lah y n Dia-lah y

dan perbua kan perta um disam ia kepada A

manusia m . Dakwah yah kepada

dilakukan yakni denga

di jalan Alla Bil-Qolbi, B u hukum isla maksimal m

ntang hukum n berdakwa maksud ialah um syariah m

quran Surah

memotivas WT. dan ist T. Seperti d

pada jalan ah mereka yang lebih yang lebih m

atan, syiar d ama-tama mpaikan ke

Allah yang d mengingka

dilakukan cahaya Islam

dengan s an melaksak

ah. Perihal t Bil-Yad atau am tidak me mungkin se

m-hukum te ah, menuru h kepastian menjelaskan h Ali’Imran

si orang tiqomah d di dalam A

n Rabbmu a dengan

mengetah mengetahui

dan kenyat terhadap epada oran dilakukan m

ari thaugh n dengan m.

lain berda di jalan-Ny Al-Qur'an Su

u dengan cara yan hui tentang

i orang-ora

taan, kata-k diri orang ng lain. D melalui hikm hat (syaita

tujuan m

asarkan ya serta urat An-

hikmah g lebih g siapa ang yang

kata dan g yang Dakwah mah dan an) dan membawa

egala bent kan amar m tersebut bis u sebagainya

ewajibkan b esuai denga

ersebut aka ut Samsul M

hukum ata n bahwa da

ayat 104:

tuk, adalah ma’ruf nahi sa dilakukan a. Pernyataa bagi umatny an kemamp

an di uraika Munir Amin

au penilaian akwah adala

h wajib munkar n dengan an diatas ya untuk uan dan

an dalam n (2008:

n hukum ah wajib,

(17)

Artinya: Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeluruh berbuat kebajikan, melarang berbuat kejahatan. Dan itulah orang-orang yang mendapat kemanangan. (QS. Ali’Imran (3):104).

Dalam ayat yang lain Allah SWT. berfirman:

⌧ ☺

Artinya: Adalah kamu sebaik – sebaiknya umat yang dilahirkan untuk umat manusia, supaya kamu menyuruh mengerjakan kebaikan dan melarang berbuat kejahatan. (QS. Ali’Imran (3):110).

Dari penjelasan ayat di atas huruf Mim tersebut mengandung arti yang menerangkan (lit’tabyin) dan bukan mengandung arti yang menunjukan sebagian (lit tab’idh). Sehingga dengan demikian, kewajiban berdakwah adalah individual atau fardhu’ain bagi setiap orang islam yang mukallaf. Tentu saja kewajiban ini semua dengan kemampuan masing – masing.

Memahami arti dari landasan hukum dakwah yang fardhu’ain tersebut kita mengerti, bahwa islam yang datang sebagai risalah terakhir yang memodifikasi ajaran–ajaran sebelumnya adalah merupakan risalah yang terkandung nilai-nilai humanis teosentris yang bersifat universal. Pengertian tersebut, berarti tidak terkecuali umat islam atau bukan adalah manusia yang harus mendapatkan risalah terakhir tersebut. Maka jika tidak adanya pewajiban secara “ain” (individual) tanggung jawab akan tergantung kepada kelompok-kelompok tertentu secara ajarannya merupakan rahmat bagi alam semesta. (Samsul Munir Amin, 2008: 51).

3. Unsur-unsur Dakwah

Dalam kegiatan dakwah ada beberapa unsur atau komponen yang saling berkaitan satu sama lain, diantaranya da'i (pelaku dakwah), mad'u (penerima dakwah), maddah (materi dakwah), media dakwah (wassilah) dan metode dakwah.

a. Da'i (Pelaku Dakwah)

Da'i adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik dengan perbuatan, perkataan ataupun seruan yang dilakukan baik secara individu,

(18)

kelompok maupun melalui organisasi. Da'i sering disebut juga dengan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).

Nasarudin Latief mendefinisikan bahwa da'i adalah muslim dan muslimah yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliyah pokok bagi tugas ulama (Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006:22).

Berhasil tidaknya dakwah islamiyah sangat tergantung pada da'i-nya.

b. Mad'u (Penerima Dakwah)

Salah satu unsur penting lainnya dalam komponen dakwah adalah Mad'u (masyarakat yang menjadi sasaran dakwah).

Slamet Muhaiman Abda membedakan macam-macam masyarakat sebagai objek dakwah berdasarkan beberapa hal sebgai berikut :

1) Nilai-nilai yang dianut seperti kepercayaan, agama, tradisi dan turun temurun.

2) Pengetahuan 3) Keterampilan

4) Bahasa (Najamuddin, 2008:29) c. Maddah (Materi Dakwah)

Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad'u. Materi dakwah dari sumber yang benar dan terpercaya, dari Al-Qur'an dan hadist Nabi, kedua kitab inilah yang menjadi sumber utama materi dakwah.

Al-Qur'an sebagi pedoman hidup, petunjuk, pemberi peringatan, pembeda. sekaligus obat, di dalamnya terkandung secara lengkap yang bersangkutan dengan peribadatan, keyakinan, akhlak, politik, ekonomi, hubungan dengan Allah , manusia, alam dan berbagai aspek lainnya.

Sumber pokok kedua dari materi dakwah adalah hadist Nabi SAW., yakni segala sesuatu yang bersangkut paut dengan perbuatan Rasulullah SAW, baik ucapan maupun tingkah laku. Hadist berfungsi sebagai penjelas dari maksud ayat yang belum jelas ataupun masih bersifat umum, dan pengokoh terhadap isi kandungan Al-Qur'an.

d. Media Dakwah (Wassilah)

Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan ajaran islam kepada ummat.

(19)

Hamzah Ya'qub membagi media dakwah menjadi 5 macam. (Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006:32)

1) Lisan adalah media dakwah paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara.

2) Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, Surat kabar.

3) Lukisan adalah media dakwah melalui media gambar, karikatur.

4) Audio visual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran dan pengelihatan.

5) Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad'u

e. Metode Dakwah

Metode dakwah merupakan jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam, sehingga materi dakwah dapat diterima oleh objek dakwah. Metode dakwah diantaranya, yakni :

1) Bil Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan kepada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran Islam tidak merasa terpaksa dan keberatan.

2) Mau'idzatul Khasanah, berdakwah dengan memberikan nasehat- nasehat atau menyampaikan dengan penuh kasih sayang sehingga ajaran islam yang disampaikan dapat menyentuh Nil mereka.

3) Mujaddalah billati hiya Ahsan, adalah berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya sehingga tidak menimbulkan suatu permusuhan.

4. Sumber Metode Dakwah a. Al – Qur’an

Dalam Al-Qur’an dapat dijumpai, banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah dakwah. Diantara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan kisah para Rasul dalam menghadapi umatnya. Selain itu ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. ketika beliau melancarkan dakwahnya.

(20)

Semua a oleh seti dijadikan berdasark

ayat-ayat ter iap muslim.

n suri taula kan metode

rsebut menu . Karena A adan dan da e-metode ya

unjukan me Allah SWT.

apat memb ang tersurat

etode yang h tidak akan antu dalam dan tersirat

harus dipah menceritak m rangka m

t dalam Al-

hami dan di kan melaink

enjalankan Qur’an.

i pelajari kan agar dakwah

bb. Sunnah RRasul D dengan d yang bel Makkah dakwahn dialami j

Di dalam S dakwah. Be liau pakai

maupun d nya, karena jiga oleh jur

Sunnah Ras egitu juga d dalam men di Madinna setidaknya ru dakwah s

sul banyak dalam sejara nyiarkan da ah. Semua a kondisi ya sekarang ini

kita temui ah hidup dan akwahnya b

ini memb ang dihadap

i

i hadits-had n perjuanga baik ketika erikan con pi Rasululla

dits yang b annya dan c beliau berj ntoh dalam ah SAW. k

berkaitan cara-cara juang di metode ketika itu

5. AAplikasi Metode Dakwwah

R m d

Met Rasulullah menjadi lim diskusi, pen

ode- Meto SAW. dala ma bagian y ndekatan pe

ode dakwah am berbagai yaitu: pende enawaran, da

h yang tela i pendekata ekatan pers an pendekat

ah diuraika an. Pendeka

onal, pende tan misi.

an diatas, atan dakwah ekatan pend

diaplikasik h dalam me didikan, pen

kan oleh etodenya ndekatan

m d

Dala metode, sia dakwah.

am berdakw asat, taktik

wah memer atau manu

rlukan stra uver yang

ategi, dikare dipergunak

enakan dak kan dalam a

kwah islam aktivitas (k

m artinya kegiatan)

b d d

Untu berbagai fa dakwah isla dakwah, se

uk mencapa actor penunj am mengen ecara global

ai keberhasi jang, dianta na sasaran,

l disebutkan

ilan dakwah aranya adala seperti pad n dalam Alq

h islam seca ah setrategi da setrategi quran surat A

ara maksima i dakwah ya pendekatan An-Nahl (1

al, maka dip ang tepat, s n dakwah,

6) :125).

perlukan sehingga setrategi

d b y m

m

Arti dan pelaja baik. Sesu yang terses mendapat p Dala melaksanak

inya: Seru aran yang ungguhnya

sat dari jal petunjuk. (Q am ayat t kan dakwah

ulah (man g baik dan

Rabbmu lan-Nya dan QS. 16:125)

ersebut jel , yaitu:

nusia) kep n bantahl

Dia-lah y n Dia-lah y

las ada 3

pada jalan ah mereka yang lebih yang lebih m

(tiga) str

n Rabbmu a dengan

mengetah mengetahui

u dengan cara yan hui tentang

i orang-ora

hikmah g lebih g siapa ang yang

rategi yangg dilakukann untuk

(21)

• Hikmah (dengan kebijaksanaan)

• Mau’izhah hasanah (nasehat nasehat yang baik)

• Mujadalah bil lati hiya ahsan (diskusi dengan cara yang baik).

Menerut Ali Musatafa ya’kub setrategi pendekatan dakwah yang dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW. setidaknya ada 6 (enam) pendekatan yang dilaksanakan beliau yaitu:

1. Pendekatan personal

Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’I dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui. Pendekatan dakwah seperti ini pernah dilakukan pada zaman Rasulullah ketika berdakwah secara rahasia. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan di zaman era modern seperti sekarang ini pendekatan personal harus tetap dilakukan karena mad’u terdiri dari berbagai karakteristik. Di sinilah letak elastisitas pendekatan dakwah.

2. Pendekatan Pendidikan

Pada masa Nabi, dakwah pendidikan dilakukan beriringan dengan masukanya islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga – lembaga pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi materi keislaman.

3. Pendekatan Diskusi

Pendekatan diskusi pada era sekarang dilkukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da’i berberan sebagai nara sumber sedangkan mad’u berberan sebgai audience. Tujuan dari diskusi ini adalah membahas dan menemukan pemecahan semua problematika yang ada kaitannya dengan dakwah sehingga apa yang menjadi permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya.

4. Pendekatan Penawaran

Salah satu falsafah pendekatan penawaran yang dilakukan Nabi adalah ajakan untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutuka-Nya dengan yang lain. Cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad’u ketika meresponnya tidak dalam keadaan tertekan

(22)

bahkan ia melakukan dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.

Cara ini pun dilakukan oleh da’I dalam mengajak mad’unya.

5. Pendekatan Misi

Maksud dari pendekatan misi adalah pengiriman tenaga para da’i ke daerah-daerah di luar tempat domisisli. kita bisa mencermati untuk masa sekarang ini, ada banyak organisasi yang bergerak dibidang dakwah mengirimkan da’i mereka untuk disebarluaskan ke daerah-daerah yang minim para da’inya, dan di samping itu daerah yang menjadi tujuan adalah biasanya kurang memahami ajaran-ajaran islam yang prinsipil. Pendekatan-pendekatan diatas adalah sebagian kecil dari seluruh pendekatan yang ada dan semua itu bisa dijadikan acuan oleh para da’i dalam melakukan kegiatan dakwahnya.

6. Penggunaan Media Dakwah.

Dalam pengertian etimologi, kata “Media” barasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari “Median” yang berarti alat atau perantara. Adapun Media dakwah merupakan subsistem dari sistem-sistem dakwah yang lain, seperti metode, subyek, obyek, materi dan unsur-unsur dakwah lainya. Sebagai subsistem media dakwah akan sangat berpengaruh terhadap subsistem-subsistem lainya. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibanding subsistem lainya.

Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki asas efektivitas dan efesiensi, peranan dakwah menjadi begitu jelas peranannya. Bahsannya media dakwah harus universal dalam menjalankan aktivitas dakwah walaupun bersifat sederhana dan sementara. (Syukir, 1983 : 164)

Seperti diterangkan sebelumnya bahwa media adalah alat atau sarana. Maka pengertian media dakwah adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya dakwah didalam mencapai tujuanny, baik berupa benda (material) atau bukan benda (imateri), maka dakwah ini jika dilihat dari bentuk penyampaiannya akan memiliki kesamaan sebagai metode dakwah. Karena metode ini juga merupakan bentuk ekspresi dakwah melalui berbagai media atau medium.

Disisi lain, metode dakwah tersebut merupakan media dakwah dalam bentuk imateri, bentuk imateri lainnya seperti bahasa. Hal ini dapat dilihat dari segi bentuknya, dan bentuk lainya yaitu bentuk materi berupa seluruh alat bantu dalam pelaksanaan sebuah dakwah seperti podium, surat kabar, radio, televisi dan lain-lain.

(23)

Dewasa ini, media dakwah ini hampir dapat dilakukan dengan semua wahana.

Berbagai pendapat juga berbeda-beda dalam mengklasifikasikan bentuk-bentuk media dakwah. Seperti Syukri dalam metode dakwah islam mengelompokan media dakwah menjadi enam bagian, yaitu: lembaga pendidikan, lingkungan keluarga, organisasi- organisasi isalam, hari-hari besar islam, media masa dan seni budaya.

a. Lembaga Pendidikan

Sebagaimana dipahami bersama bahwa lembaga pendidikan diindonesia dapat dikelompkan menjadi dua, yaitu lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non- formal .

Pendidikan formal setidaknya memiliki karakteristik yang nyata dalam kurikulum, kemampuan siswanya sejajar juga adanya pertemuan yang rutin dengan komponen tersebut pelaksanaan dakwah akan sangat terbantu, sementara untuk pendidikan non formal sama-sama menyelenggarakan pendidikan tetapi tidak ada kurikulum pasti yang mengaturnya.

Keberadaan kurikulum akan memudahkan dalam penyampaian pesan- pesan dakwah. Kemampuan siswa yang sejajar juga secara spikologi akan memudahkan seseorang da’i (dalam hal mengajar) dalam melaksanakan sebuah (pendidikan). Apalagi adanya pertemuan yang rutin memungkinkan pesan-pesan dakwah tersebut akan tersirat secara universal dan mendalam, sehingga memberikan adanya perubahan prilaku kearah yang positif.

Setelah mendapatkan pendidikan islam di dalam lingkungan keluarga, langkah selanjutnya adalah memberikan anak anak kita untuk mengenyam pendidikan di lingkungan formal. Lembaga pendidikan formal dapat juga dikategorikan sebagai media dakwah, yakni sebuah alat yang dapat digunakan untuk berdakwah kepada peserta didik.

Setelah mendapat pengetahuan awal dari orang tua, dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar, namun dirasakan belum sistematis. Pengetahuan anak yang diperoleh hanya dari peniruan, pengulangan atau kebiasaan. Diperlukan sebuah kegiatan yang terstruktur dalam berdakwah. Salah satunya adalah didirikannya lembaga lembaga formal pendidikan islam.

(24)

Pendidikan siswa artinya lembaga pendidikan yang memiliki kurikulum, siswa sejajar kemampuannya, pertemuan rutin, dan sebagainya. Contohnya adalah sekolah dan lain sebagainya. (Asmuni Syukir, 1983:168).

Didalam pedidikan formal, terdapat proses belajar mengajar. Sebuah usaha untuk mengajarkan pendidikan agama yakni dengan usaha usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam. Dengan pendidikan agama yang terdapat di dalam lembaga formal tersebut, menjadikan ia sebagai sebuah media dakwah yang dapat digunakan oleh da’i.

Lembaga pendidikan islam di Indonesia, dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok, yakni pesantren, madrasah dan sekolah, dimana ketiganya sama sama mencoba mendidik generasi penerus bangsa kearah yang lebih baik sesuai dengan ajaran islam. Pesantren sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam tradisional tertua di Indonesia.

Pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya tempat menginap atau asrama, sedangkan pesantren adalah berasal dari kata santri, bahasa tamil yang berarti para penuntut ilmu.

Pada awal perkembangannya, ada dua fungsi pondok pesantren, yakni sebagai lembaga pendidikan, dan kedua sebagai lembaga penyiaran agama. Pada masa colonial dahulu, pondok pesantren mempunyai peranan yang aktif dalam menentang penetrasi kolonialisme dengan uzlah yakni menutup diri daripengaruh luar.

Lembaga pendidikan formal ketiga dalam islam adalah sekolah islam.

Lembaga ini merupakan pengembangan dari madrasah dengan falsafah yang dipengaruhi oleh ajaran ajaran barat. Kurikulumnya lebih dekat dengan sekolah sekolah umum.

Di dalam pendidikan formal terdapat seorang guru sekaligus dai yang tugasnya bukan semata mata utuk mengajarkan ilmu agama atau islamologi, melainkan juga mendidik. Karena mengajar hanyalah memberikan pengetahuan agama saja, sehingga anak padai ilmu agama tapi tidak taat terhadap ajaran agama. Sebaliknya mendidik mempunyai arti menanamkan tabiat kepada anak anak agar mereka taat kepada ajaran agama (membentuk pribadi muslim).

(25)

Itulah lembaga lembaga formal pendidikan islam yang biasa dijadikan sebagai media dalam berdakwah.

Kedua dari lembaga pendidikan formal islam adalah madrasah. Lembaga ini muncul pada permulaan abad ke 20. Madrasah berasal dari bahasa arab, darasa yang artinya belajar. Jadi madrasah adalah tempat belajar. Lembaga ini muncul dikarenakan beberapa alasan diantaranya.

b. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan suatau kesatuan social yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau kesatuan social yang terdiri dari beberapa keluarga yang masih memiliki hubungan darah (keturunan). Disini jelas adanya yang kuat yang dapat menumbuhkan semangat solidaritas dan biasanya memiliki ideology dan agama yang sama.

Persamaan ideology dan agama akan memudahkan sebuah proses dakwah, ditambah dengan semangat ukhumah (Solidaritas) tersebut pesan – pesan dakwah akan lebih cepat meresap kedalam objek-objek dakwah. Disini peran seorang juru dakwah dalam hal ini pemimpin keluarga (biasanya ayah) mempunyai otoritas dalam menyampaikan amanat Allah SWT.

Keluarga adalah unit komunitas terkecil dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga adalah sekumpulan kapasitas individu dan dari keluarga lah unit-unit yang lebih besar akan dibentuk. Dalam konteks Islam, keluarga digambarkan dalam tiga kata kunci: sakinah mawaddah warahmah yang didalamnya nilai-nilai Islami kental diaplikasikan. Dan keluarga ideal seperti inilah yang menjadi cita-cita kita bersama, yakni menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang taat kepada Allah SWT.

Kehidupan yang paling sederhana adalah kehidupan keluarga. Sudah barang tentu di dalam keluarga haruslah ada penanaman nilai-nilai dakwah.

Keluarga disini dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Banyak sekali anjuran dari Al-Quran maupun dari hadist Rasullah SAW. tentang keutamaan dan perintah untuk berdakwah kepada keluarga.

Dakwah dalam lingkungan keluarga dimaksudkan untuk menjadikan sebuah tatanan rumah tangga yang berdiri dari beberapa tujuan. Pertama, mendirikan Syariat Islam dalam segala permasalahan rumah tangga. Artinya

(26)

mendirikan sebuah rumah tangga yang mendasarkan kehidupannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologi. Ketiga, mewujudkan Sunah Rasullullah SAW. dengan melahirkan anak-anak saleh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadirannya. Keempat, memenuhi kebutuhan cinta kasih anak-anak dengan menyayanginya. Kelima menjaga, fitrah anak agar anak tidak melalkukan penyimpangan penyimpangan. (Abdurrahman an Nahlawi, 1995:144)

Dalam bagian ini, menjaga anak dalam fitrah adalah hal yang paling mutlak dilaksanakan. Karena sesuai yang dikatakan Rasulullah SAW. dalam sebuah hadist bahwa, “Setiap anak yang dilahirkan adalah fitrah dan tergantung orang tuanya akan menjadikannya majusi, nasrani atau yang lainnya”. Hal yang paling harus dilakukan adalah membiasakan anak untuk mengingat kebesaran Allah SWT. dan nikmat yang diberikanNya. Hal ini dapat mengokohkan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian dan kesiapan untuk mengagungkan Allah SWT. Kemudian, membiasakan anak anak untuk mewaspadai penyimpangan penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negative terhadap diri anak misalnya dalam tayangan film, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Dalam sebuah forum, dijelaskan ada beberapa kriteria mendasar yang harus dimiliki dan dirasakan dalam sebuah keluarga Islami. Pertama, keluarga harus menjadi tempat kembali utama dalam kehidupan individunya. “Nuansa baiti jannati”, rumahku surgaku harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Hal inilah yang akan menjadikan rasa kerinduan yang amat sangat bagi setiap anggota keluarga untuk bertemu dalam satu atap keluarga. Seberat dan sesibuk apapun aktivitas anggota keluarga di luar rumah maka keluarga menjadi tempat kembalinya.

Kedua, keluarga menjadi madrasah dimana dalam setiap aktivitas kekeluargaan dijadikan sebagai aktivitas pembinaan, dan proses transfer of value.

Setiap anggota keluarga harus mampu menjadi inspirasi atau qudwah hasanah bagi anggota keluarga yang lain dan orang tualah yang menajadi faktor penentu keberhasilan madrasah ini karena orang tualah sang murrabi.

Ketiga, keluarga menjadi markas perjuangan Islam. Hal ini sangat penting mengingat menikah bukan hanya sekedar mencari pendamping hidup namun lebih untuk melanjutkan perjuangan Islam bersama dengan pasangannya. Keluarga lah

(27)

yang menjadi batu bata dari bangunan Islam. Dan semua kativitas dakwah tercermin dari aktivitas keluarga.

Untuk mencapai ketiga kriteria di atas maka dibutuhkan beberapa nilai yang harus dimiliki dala sebuah keluarga: keimanan, cinta, tarbiyah, dan komunikasi. Dan inilah nilai-nilai minimal yang harus dimiliki oleh sebuah keluarga Islami, keluarga dakwah.

c. Organisasi islam

Organisasi islam yang paling berkompeten dalam melaksanakan dakwah islam. Karena setidaknya organisasi-organisasi islam ini memiliki visi dakwah yakni membawa manusia kearah perbaikan, kearah pengetahuan. Terlebih media ini lebih memiliki struktur organisasi dan agenda-agenda yang telah disusun secara matang. Kemudian lainnya yakni dana dakwah, perkumpulan- perkumpulan dan pertemuan-pertemuan yang dapat disisipi dengan misi – misi dakwah islam.

d. Hari Besar Islam

Kesempatan menggunakan media hari besar islam ini sangat besar, terutama di Indonesia yang hamper setiap peringatannya dengan upacara – upacara keagamaan. Media ini sangat tepat karena peringatan – peringatan hari besar islam dengan upacara – upacara mendatangkan banyak massa, massa tersebut sebagian besar telah siap dalam suasana memperoleh dan menerima kajian-kajian islam. Dengan kesiapan mad’u setidaknya pesan-pesan dakwah yang disampaikan seorang da’i dapat dengan mudah mereka terima.

e. Media Massa

Penggunaan media massa sebagai dakwah di Indonesia khususnya belum begitu optimal. Padahal, jumblah media massa ini cukup banyak dan potensi dan penduduk Indonesia mayoriatas islam.

Dengan media massa sebuah rubrik atau acara dakwah dapat dengan cepat menyebar ke masyarakat, rubrik atau acara tersebut dapat diformat sedimikan rupa, baik secara langsung yakni memuat atau menanyakan rubric atau acara khusus dakwah maupun secara eksplisit yakni tulisan-tulisan atau acara-acara yang memuat pesan-pesan dan nilai-nilai dakwah. Atau dengan membuat sesuatu jurnal khusus dakwah baik melalui media cetak maupun media elektronik.

(28)

D. Radio Komunitas Sebagai Media Dakwah

Arus globalisasi yang semakin deras, dewasa ini terus menerus menggerus dan menelan nilai-niai dan Norma masyarakat terutama masyarakat komunitas tertentu yang terus semarak dari mulai komunitas masyarakat perkotaan sampai pedesaan dan pinggiran.

Tantangan globalisasi muncul dengan menderasnya infiltrasi budaya asing melalui berbagai media cetak dan elektronik yang sarat dengan nilai-nilai perang pemikiran (ghazw al-fiqr) dan demoralisasi (pergeseran moral). (Koesmarwanti dan Nugroho Widyantoro, 2002:38).

Awalnya manusia berkomunikasi melalui lisan, kemudian dengan tulisan, audio, visual dan audio visual. Karena semua media disebut memiliki kelebihan dan kekurangan, maka menguasai semua media tersebut untuk berdakwah, menjadi penting adanya. (Aep Kusmawan, 2004:6).

Berdakwah secara konvensional tidak lagi efektif bila dibandingkan dengan semakin derasnya tantangan dakwah, terkait kemajuan teknologi dewasa ini. hal ini harus diamati dengan baik oleh para praktisi dakwah.

Pada era globalisasi sekarang ini, tentu banyak yang perlu dibenahi bagaimana seharusnya da'i atau lembaga dakwah melakukan aktivitas dakwah, termasuk penggunaan dimensi untuk kepentingan dakwah komunikasi, psikologi, public relations. jurnalistik, tradisi kepenulisan, manajemen, seni, media mutakhir (elektronik : seperti film, sinetron, internet) dan lain-lain untuk kepentingan dakwah Islam. (Syamsul Munir Amin, 2008 xii).

Dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi ini secara tidak langsung menuntut juru dakwah (da'i) untuk memanfaatkan peluang yang ada, sehingga kegiatan dakwah dapat efektif dan efisien.

Bentuk teknologi sebagai alat penyampaian informasi diantaranya adalah radio, televisi, telepon, majalah dan lain-lain. Sarana informasi yang mampu menjangkau masyarakat luas diantaranya adalah radio. Oleh karena itu, radio dianggap efektif dalam penyampaian informasi pada masyarakat, sebab radio merupakan alat informasi yang paling banyak dimiliki masyarakat dengan harga yang bisa dijangkau pula, karena radio mempunyai daya persuasi yang khusus bagi masyarakat pendengar, kapan dan di mana saja.

Oleh karena itu, sebagai sarana penyiaran agama radio komunitas juga

(29)

dapat memberikan rangsangan terhadap persepsi atau tanggapan dan tingkah laku bagi masyarakat dalam lingkungan dan komunitasnya. Ketepatan dalam penyampaian nilai-nilai dakwah melalui radio komunitas inilah yang lebih memudahkan daya tarik masyarakat terhadap nilai-nilai yang disampaikan oleh subyek dakwah melalui radio tersebut.

Dalam menerima pesan dakwah yang disampaikan tentu saja masyarakat berbeda dalam menerimanya. Begitu juga kepastian tingkat efektifitas pemanfaatan media dakwah. Radio dalam proses berbeda dengan keberadaan pada daya serap pemahaman terhadap nilai yang disampaikan melalui masing- masing media dakwah. (Hafidhuddin, 1998 : 3).

Dengan demikian radio komunitas dalam proses dakwahnya berbeda dengan keberadaan media dakwah lainnya. Misalnya dalam penyiaran- penyiaran yang berupa ceramah tentang keagamaan dan siaran pengajian salafi yang semuanya itu merupakan upaya penyebaran ajaran yang mudah diterima masyarakat sebagai pedoman hidup guna memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

K e h a d i r a n r a d i o , da r i mu l a i r a d i o k o m e r s i l s a m a i r a d i o k o m u n i t a s s e b a g a i m e d i a d a k w a h a d a l a h s u d a h l a m a dimanfaatkan, tinggal bagaimana mengemas dakwah melalui media radio agar lebih efektif masih merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam oleh pengelola radio dan lembaga- lembaga dakwah.

E. Model Komunikasi Uses and Gratifications

Radio sebagai media komunikasi massa cenderung menerapkan model komunikasi uses and gratifications dimana khalayak bebas memilih dan menentukan media yang diinginkannya. Disim khalayak bersifat aktif Dengan kata lain, khalayak akan menggunakan media yang berguna baginya dan cenderung tidak akan memilih media yang tidak berguna baginya.

Apabila analisis kita alihkan dari analisis makro ke analisis mikro, maka pada taraf individual, pendekatan fungsional diberi nama umum uses and gratifications model atau model penggunaan dan pemuasan. (Effendi.2005:31)

Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi massa tidak hanya menyediakan informasi bagi masyarakat. tetapi dengan informasi itu komunikasi massa mempengaruhi kita. secara tidak sadar sebenarnya telah menciptakan

(30)

suatu agenda atau catatan tentang bagaimana rata-rata pikiran, perasaan, perbuatan dari pada pembacanya. (Nurudin 2002:35)

Jika model-model penelitian komunikasi massa yang terdahulu menyelidiki pengaruh pesan efeknya terhadap komunikasi secara mekanistik (satu sisi kepentingan komunikator belaka) maka sekitar tahun 1940-an dengan pergeseran anggapan efek beralih pada hubungan social dalam khalayak lahiriah persepektif baru yang disebut : Uses and Gratifications. Alo Liliweri (1991 : 133).

Menurut Tan (1981) konsep Uses and Gratifications secara teoritik dapat dijelaskan sebagai berikut :

Asumsi-asumsi Dasar

Model penelitian Uses and Gratifications bukan pada sejauh mana media tersebut dapat mengubah sikap dan perilaku kita, tetapi pada sejauh mana media tersebut dapat mempertemukan kebutuhan sosial dengan kebutuhan pribadi.

Jadi penekanannya adalah pada khalayak yang dianggap aktif, yang dengan sengaja menggunakan media massa untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendekatan Uses and Gratifications bukanlah hal yang baru. Di awal tahun 1940 sampai dengan 1950 para peneliti telah mengadakan penelitian mengenai mengapa khalayak melibatkan din' dalam berbagai jenis perilaku komunikasi massa, misalnya dengan mendengarkan program-program kuis nicho, mcmbaca buku komik, dan Surat kabar.

Walaupun proses pendekatan dalam pengukuran kebutuhan khalayak agak berbeda sate sama lainnya tetapi akhirnya studi uses and gratifications dilandasi pada kesamaan asumsi antara lain :

a. Penggunaan media pada akhirnya untuk mencapai suatu tujuan. Kita menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya spesifik. Kebutuhan in berkembang dalam lingkungan sosial kita.

Khalayak mernilih jenis dan isi media untuk memenuhi kebutuhannya, jadi khalayak terlibat dalam suatu proses komunikasi massa dan mereka dapat mempengaruhi media untuk kebutuhankebutuhan mereka secara lebih cepat dibandingkan dengan media yang dapat menguasai mereka.

b. Selain media massa sebagai sumber informasi maka ada pula pelbagai sumber lain yang dapat memuaskan kebutuhan kahalayak. Oleh karena

(31)

itu media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain. Dari sekian banyak sumber yang bukan media yang dapat memuaskan kebutuhan antara lain misalnya keluarga, teman-teman, komunkasi antar pribadi (dengan media maupun tanpa media), mengisi waktu luang bahkan minum obat tidur. Khalayak mengetahui kebutuhan tersebut dapat memenuhinya jika dikehendaki, mereka juga mengetahui alasan-alasannya untuk menggunakan media massa. Alo Liliweri (1991 : 134).

Model ini dimulai dengan adanya lingkungan sosial yang menentukan semua kebutuhan kita, lingkungan sosial meliputi ciri-ciri demografis, afiliasi kelompok, ciri-ciri kepribadian. Khalayak dalam model ini mempunyai kebutuhan misalnya kebutuhan kognitif, afektif, intergartif personal, integratif sosial, maupun kebutuhan untuk melepaskan ketegangan atau melarikan diri dari kenyataan. (Alo Liliweri 1991 : 135).

D. Pengertian Wawasan Keagamaan

Secara Etimologi kata wawasan berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi, ditambahkan akhiran (an) bermakna cara pandang, cara tincau atau cara melihat. Dari kata wawas muncul kata mawas yang berarti; memandang, meninjau atau melihat. Wawasan artinya; pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi, atau cara pandang atau cara melihat.

(www.kamusbahsaindonesia.org)

Untuk menjadi seseorang yang memiliki wawasan bukan menjadi hal perkara yang mudah, butuh proses untuk mencapai tingkatan tersebut, tetapi kalau proses tersebut dilakukan dengan usaha dan tinkat ketekunan yang maksimal serta diimbangi dengan keikhlasan dalam belajar, maka semua hal akan menjadi sangat mudah. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menjadi seseorang yang memiliki wawasan, yang akan membekali dirinya dengan ilmu, pengetahuan. Ilmu dan wawasan bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat sebuah proses. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu system, perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta.

Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains dan macam-macam yang telah diketahui bersama antara lain Ilmu Humaniora, Ilmu sosial, Ilmu pasti, Ilmu terapan,

(32)

Matematika, Ilmu alam, Ilmu kedokteran dan farmasi serta ilmu Agama yang menjadi pondasi dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Pengetahuan itu sendiri adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Pengetahuan bisa juga berarti berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Sedangkan wawasan adalah cara pandang mengenai suatu hal

Dalam pengertian lain, wawasan adalah pokok kata dari wawas , secara harfiah berarti pandangan/teropong. Sampai saat ini belum ada arti baku dari wawasan, namun hal ini pada umumnya diartikan sebagai pandangan/teropong multi dimensi seseorang dalam melihat dan menjabarkan keberadaan suatu bidang tertentu secara utuh.

Seseorang mempunyai wawasan luas jika dia mempunyai pengetahuan . Hal ini diperoleh melalui banyak factor antara lain:

1) Banyak mempelajari 2) Banyak mencoba 3) Banyak membahas 4) Banyak membaca 5) Banyak menulis

Sedangkan Pengertian lain tentang Pengetahuan dapat diartikan sebagai modal dasar kehidupan. Manusia tidak bisa hidup dan berkembang tanpa memiliki pengetahuan.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui tentang objek tertentu dan disisi lain kehadiran teknologi seperti halnya kehadiran media masa yang berupa media cetak dan elektronik merupakan alat alternatif untuk perpanjangan tangan manusia dalam mencapai tujuannya, terutama dalam hal capaian peningkatan ilmu pengetahuan dan wawasan lainnya.

Sementara itu, ketika menjelaskan tentang pengertian Agama atau din, menurut Al-Syahrastani yang di kutip oleh Amin Syukur, dapat dijelaskan sebagai berikut: “Din yaitu suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk memegang peraturan Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan di akhirat”. (Amin Syukur, 16:2003)

Referensi

Dokumen terkait

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2015 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

Tesis berjudul Pengaruh Jenis Kelamin dan Perbedaan Usia Terhadap Product, Purchase Decision, Consumption, dan Advertising Involvement Dalam Industri Fashion di

To discuss the mean difference based on teaching experience between inexperienced teacher group, relatively experienced teachers group, and very experienced teacher group,

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri berbantuan media blok pecahan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

Sebab itu, dapat di- simpulkan dalam tulisan ini bahwa trend tari Piring yang telah mentradisi bagi masyarakat pencinta seni pertunjukan hiburan saat ini adalah

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan bahwa secara dominan komunikasi interpersonal guru dan siswa cenderung mengarah

PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 14.. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Adapun kelengkapan yang harus dibawa pada saat Klarifikasi dan Pembuktian Dokumen Kualifikasi adalah data isian Saudara yang tercantum pada aplikasi Isian