• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilin Nurhamidah (Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ilin Nurhamidah (Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 106

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL TEKS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI EXE UNTUK SISWA KELAS VII

DI MTS NEGERI LAWANG KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Ilin Nurhamidah

(Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma Email: [email protected])

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar bahasa Indonesia pada teks cerpen pada modul “Materi Sumber Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi” yang merupakan pengembangan dari buku siswa Kurikulum 2013 edisi revisi 2014 di mana kurang sesuai dengan karakteristik kebutuhan siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang. Model pengembangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian penelitian model 4-D (define, design, develop, and disseminate) yang diadaptasi menjadi model 4-P merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu sehingga menghasilkan produk baru melalui tahapan pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Dengan berbagai keterbatasan, di sini peneliti membatasi tahapan pengembangan.

Untuk tahapan penyebaran tidak dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya menguji keefektivan produk yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu analisis kebutuhan, desain produk, ujicoba terbatas, revisi produk, ujicoba praktisi, validasi ahli, revisi produk, uji coba lapangan, produk final. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) isi produk bahan ajar bahasa Indonesia cerita fantasi sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang.

(2) Penyajian produk bahan ajar bahasa Indonesia cerita fantasi sesuia dengan karakteristik siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang Kab. Malang.

dan (3) bahasa dalam produk bahan ajar bahasa Indonesia cerita fantasi sesuai dengan karakteristik siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang Kab.

Malang. Simpulan hasil penelitian pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dapat digunakan sebagai bahan ajar cerita fantasi untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang Kabupaten Malang.

Kata-kata Kunci: pengembangan, bahan ajar, teks cerpen, cerita fantasi, program aplikasi eXe

PENDAHULUAN

Menyongsong abad XXI ini per- kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat.

Seiring dengan laju perkembangan tersebut manusia semakin mudah menyelesaikan tugas kesehariannya.

Tidak berbeda dengan dunia pendidik- an, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi kepada pendidik dan peserta didiknya.

Menuju era globalisasi tersebut pendidik lebih mudah mendapatkan

tambahan sumber belajar dengan tanpa batas ruang dan waktu.

Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen membawa harapan banyak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Peningkatan tenaga pendidik menjadi tenaga profesional dalam memaksimalkan tugas dan tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang efektif dapat dimaksimalkan dengan mengunakan salah satu unsur yang penting dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Media

(2)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 107

pembelajaran dapat berupa teks, foto, vedeo, atau animasi yang memudahkan proses transformasi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari pendidik kepada siswa.

Seiring dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), media pembelajaran juga berkembang dengan pesat. Hal itu terutama dido- rong dengan kemajuan yang luar biasa pada perangkat lunak (software). Aki- batnya media pembelajaran semakin bervariatif, tidak terkecuali pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu diperlukan kemampuan pendidik da- lam mengembangkan media pembelajaran supaya pembelajaran menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Salah satu program aplikasi yang efektif, kreatif, dan inovatif adalah eXe (e-Learning XHTML editor). Aplikasi ini mampu membantu pendidik mengembangkan bahan ajarnya dengan didukung sarana dan prasarana website sekolah mampu menyuguhkan pembelajaran berbasis internet di dalam kehidupan belajar siswa. Seorang pendidik juga tidak harus menguasai pemprograman HTML karena aplikasi ini sudah siap pakai. Yang diperlukan ialah kemampuan dan memahami materi yang akan disampaikan, sehingga hasil bahan ajar yang dibuat akan komunikatif dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Warjana (2009:1) mengatakan bahwa e-Learning XHTML editor merupakan salah satu aplikasi open source gratis yang dapat digunakan dalam pembuatan bahan ajar berbasis web. eXe dirancang untuk me- ngembangkan dan mempublikasikan bahan ajar berbasis web tanpa perlu penguasaan XHTML, XML, ataupun aplikasi publikasi web yang rumit.

E-learning adalah sistem pembel- ajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran

(Daryanto, 2012:177). Adapun peman- faatan e-Learning untuk pembelajaran menurut Rosenberg (dalam Rusman, 2012:346) menekankan bahwa e- Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat mening- katkan pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Darin E. Hartley (dalam Romi S W, 2003), e-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan tekno- logi komputer, jaringan komputer dan/atau internet. E-Learning memung- kinkan pembelajar untuk belajar mela- lui komputer di tempat mereka masing- masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. Terlebih dengan kebiasaan baru pesarta didik saat ini yaitu ia lebih enjoy bermain di depan komputer/laptop daripada dengan buku sebagai penyebar ilmu secara konvensional. Peserta didik dapat memperdalam materi pembel- ajaran dengan cara membaca materi dan berlatih soal-soal ujian tanpa harus ada guru disampingnya. Salah satu fitur aplikasi ini adalah semua soal latihan atau ujian sudah tersedia jawabannya secara tersembunyi yang tidak diketahui kunci jawaban sebe- lumnya. Aplikasi ini mampu menjadi tutor elektronik bagi peserta didik di rumahnya masing-masing.

Permendikbud nomor 8 tahun 2016 adanya aturan yang mewajibkan kepada tiap-tiap satuan pendidikan untuk menggunakan Buku Siswa Kurikulum 2013 revisi 2016 untuk dijadikan rujukan utama dalam pembelajaran. Materi dalam Kurikulum 2013 yang berbasis teks masih dijadikan pembelajaran utama kepada peserta didik, beberapa perbedaan pada buku sebelumnya yakni Buku Siswa revisi 2014 adalah (1) teks laporan hasil observasi, (2) teks deskripsi, (3) teks eksposisi, (4) teks eksplanasi, dan (5) teks narasi dengan menyuguhkan cerpen sebagai

(3)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 108

materinya. Sedangkan pada Buku Siswa revisi 2016 adalah (1) teks deskripsi, (2) teks narasi dengan menyuguhkan cerita fantasi sebagai materinya, (3) teks prosedur, (4) teks laporan hasil observasi, (5) puisi rakyat, (6) teks narasi dengan materi cerita fabel, (7) teks rekon pada materi surat pribadi dan surat dinas, (8) teks literasi pada materi membaca efektif.

Cerita fantasi merupakan perkembangan dari cerita pendek(cerpen) yang disesuaikan dengan tumbuh kembang usia peserta didik dan perkembangan nalar berimajinasi peserta didik menjadi simbol kreatif anak dalam menuangkan gagaan cerita. Tidak ada perbedaan yang menonjol pada jenis teks dan unsur intrinsik cerpen dan cerita fantasi yaitu sama-sama jenis teks narasi dan sama-sama terdapat unsur intrinsik (1) tokoh, (2) watak, (3) latar, (4) alur, (5) amanat, (6) gaya bahasa, dan (7) sudut pandang. Sedikit yang berbeda antara cerpen dan cerita fantasi ialah (1) ide cerita, latar yang menggunakan lintas ruang dan waktu. (2) tokoh memiliki keunikan dari umumnya, dan (3) bersifat fiktif, daya imajinasi khayal atau bukan kejadian nyata sebagai daya kuat dalam cerita fantasi.

Pengembangan bahan ajar modul teks cerpen ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar yang ke depan akan berdampak pada pemahaman, dan kebermaknaan, serta minat dan kreativitas siswa dalam menulis teks cerpen. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut, (1) masih terbatasnya sumber pembelajaran teks cerita fantasi sesuai kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2016 bagi guru dan siswa. (2)adanya keterkaitannya antara teks cerpen pada buku siswa kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2014 dengan teks cerita fantasi

pada buku siswa edisi revisi 2016. (3) Bahan ajar modul yang dikembangkan menggunakan acuan buku siswa Kurikulum 2013 revisi 2014, sedangkan aturan pemerintah terbaru menggunakan buku siswa revisi 2016.

(4) Terdapat beberapa perubahan materi dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia yang menjadi acuan utama dalam pembelajaran. Terlebih modul sudah tercetak dan disebarkan ke peserta didik. (5) Belum adanya keberanian dari guru untuk mengembangkan bahan ajar/modul. (6) Masih minimnya minat dan pengetahuan siswa terhadap kegiatan menulis cerpen maupun cerita fantasi.

(7) Maraknya game dalam jaringan internet yang memicu siswa berlama- lama di depan komputer atau gadget sementara ia melupakan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. (8) Usia pelajar SMP/MTs kelas VII (tujuh) merupakan bagian dari masa-masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke remaja, di mana mereka memiliki daya bernalar dan fantasi yang unik. (9) Masih minimnya media pembelajaran teks cerpen yang menggunakan aplikasi tertentu. (10) Perlunya referensi lain bagi guru agar mampu meningkatkan keterampilan menyusun media pembelajaran teks cerpen. (11) Perlunya sebuah inovasi berupa teknik menyusun media pembelajaran berbasis teknologi yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan (12) pembelajaran teks cerpen dapat menumbuhkan jiwa kreatif menulis cerita fantasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti menjabarkan beberapa rumusan masalah: (1) bagaimana proses pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (2) bagaimana hasil pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan

(4)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 109

pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (3) bagaimana hasil uji coba produk pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (4) bagaimana hasil uji efektivitas produk pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang.

Dari rumusan masalah tersebut peneliti menjabarkan tujuan penelitia yakni sebagai berikut: (1) mendes- kripsikan proses pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (2) mendeskripsikan hasil pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (3) mendeskrip- sikan hasil uji coba produk pengem- bangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang, (4) mendeskripsikan hasil uji efektivitas produk pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang.

Produk yang dikembangkan berupa bahan ajar modul teks cerpen dengan memanfaatkan program aplikasi eXe untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut: (1) bahan ajar yang dikembangkan berupa modul, (2) modul ini berisi materi teks cerpen, (3) Pengembangan materi teks cerpen dan cerita fantasi yang merupakan subsidi dari buku siswa terbaru revisi 2016, (4) penyusunan bahan ajar modul sesuai dengan aspek kelayakan isi/materi, penyajian, dan bahasa. (5) pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan

aplikasi eXe berisi halaman judul, kompetensi inti dan kompetensi dasar, deskripsi dan petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir pembelajaran, rangkuman materi teks cerpen dan teks cerita fantasi, rekam jejak, berpikir kritis dan memecahkan masalah, menalar, tugas proyek, dan daftar pustaka, (6) pengembangan modul teks cerpen diintegrasikan dengan menggunakan aplikasi eXe, (7) aplikasi eXe dapat dijalankan dengan menggunakan flash disk, CD atau DVD, jadi tanpa adanya jaringan nirkabel pun siswa dapat belajar di rumahnya masing-masing.

Asumsi dalam pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan aplikasi eXe untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang kab.

Malang adalah sebagai berikut: (1) materi pembelajaran cerita fantasi adalah bagian dari standart kompetensi Kurikulum 2013 yang harus diberikan kepada siswa kelas VII dalam yang terdapat dalam Permendikbud Tahun 2016 nomor 20, 21, 22, 23, dan 24. (2) Pembuatan bahan ajar dengan pemanfaatanprogram aplikasi eXe merupakan salah satu alternatif media pembelajaran yang mudah bagi guru dan komunikatif bagi siswa (Warjana, 2009:1). (3) Pengajar, ahli media, ahli bahasa, praktisi bidang studi bahasa Indonesia memiliki pemahaman sama tentang kualitas perangkat pembel- ajaran bahasa Indonesia yang baik. (4) Item-itemdalam angket validasi mencerminkan penilaian produk secara komprehensif, menyatakan layak dan tidaknya produk untuk digunakan.

Ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) bahan ajar ini ditujukan kepada guru dan siswa, sehingga pada pelaksanaannya guru harus memper- siapkan rancangan pengembangan, materi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran terlebih dahulu. (2) Teks cerpen atau teks cerita fantasi adalah

(5)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 110

jenis karya tulis fiksi yang habis dibaca sekali duduk. Pengembangan materi yakni penda-laman materi teks cerita fantasi yang lebih mengedepankan krestivitas siswa dalam berimajinasi melalui penulisan cerita fantasi. (3) Pengembangan bahan ajar ini berupa media pembelajaran dengan pemanfa- atan program aplikasi eXe yang dapat dipublikasikan melalui website madra- sah sebagai sarana/prasarana yang disediakan. Apabila siswa tidak dapat menjangkau internet maka dapat menggunakan CD/DVD. Keterbatasan peneliti dalam pengembangan bahan ajar adalah (1) Uji coba hanya sampai pada ketepatan produk, kelayakan produk, dan uji efektivitas. (2) Peneliti membatasi tahapan pengembangan hanya sampai pada tahap pendefinisi- an, perancangan, pengem-bangan, untuk tahap penyebarantidak dilakukan oleh peneliti. (2) Uji coba produk dalam penelitian ini dilakukan melalui tahapan uji kelompok ahli dalam bidangnya dan uji kelompok siswa.

Produk diujikan pada ahli pembelajar- an teks dari segi isi, bahasa, dan penyajian/grafis. (3) Penerapan bahan ajar ini diuji-cobakan hanya pada kelompok kecil terdiri dari 10 orang Siswa kelas VII MTs Negeri Lawang Tahun Pelajaran 2016/2017 yang memiliki kemampuan yang sama di atas rata-rata pada kelas VII.

METODE

Pengembangan bahan ajar modul teks cerpen kelas VII MTs Negeri La- wang menggunakan pengembangan model 4D (four D model).Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I.Mo- del pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu define, design, develop, dan dissemi- nate atau diadaptasikan menjadi model 4-P (model 4P), yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.peneliti membatasi pe-

ngembangan hanya pada tahap pende- finisian, perancangan, dan pengem- bangan, untuk tahap penyebaran tidak dilakukan oleh peneliti.

Model pengembangan 4-D pada bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe kelas VII MTs Negeri Lawang terdiri dari tiga tahap pengembangan, yaitu dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1 Model Pengembangan 4-D

Prosedur pengembangan yang pertama adalah tahap pendefinisian.

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajar-an.Tahap ini meliputi (1) analisis ujung depan(awal akhir), (2) analisis siswa, (3) analisis tugas, (4) analisis konsep, dan (5) perumusan tujuan pembelajaran.

Tahap pengembangan yang ke- dua adalah perancangan. Tahapan ini terdiri dari beberapa proses diantara- nya, (1) menyusun bahan ajar awal, (2) penyusunan instrumen bahan ajar eXe cerita fantasi, (3) menentukan kompo- nen, layout, judul bahan ajar eXe cerita fantasi.

Tahap ketiga pada prosedur pengembangan adalah pengembangan.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengahasilkan bahan ajar eXe Cerita Fantasi yang sudah direvisi berdasar-

(6)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 111

kan instrumen validasi dari ahli pakar(validator). Tahap ini meliputi, (1) kebutuhan bahan ajar, (2) validasi eXe Cerita Fantasi, (3) respon siswa.

Uji coba produk dilakukan setelah memperoleh validasi dari ahli bahasa dan media. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas disesuakan dengan kondisi pada lapangan. Sebelum melaksanakan uji coba produk peneliti menyiapkan desain uji coba, subjek penelitian, jenis data yang dibutuhkan, teknik analisa data, mulai data kebutuhan bahan ajar, data penilaian oleh validator, data hasil uji coba, hingga data respon siswa terhadap produk pengembangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model pengembangan 4-D terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan(develop), dan penyebaran(disseminate). Dengan ber- bagai keterbatasan, untuk tahap penye- baran tidak dilakukan oleh peneliti.

Pada tahap pendefinisian mulai disebar angket kebutuhan bahan ajar.

Dengan tujuan mengetahui masalah pada produk dan pemecahan berdasar kebutuhan bahan ajar. Sebelum angket diberikan kepada subjek uji terlebih dahulu dikonsultasikan kepada valida- tor lembar validasi instrumen. Peneliti juga harus mengetahui bagaimana karakteristik siswa meliputi kemampu- an, latar belakang pengetahuan, dan tingkat perkembangan kognitif siswa, serta minat dan motivasi.

Tahap berikutnya adalah perancangan yang terdiri dari tiga langkah, yaitu perangkat pembelajaran yang menggunakan materi pada bahan ajar eXe Cerita Fantasi, penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media, dan pemilihan format. Materi bahan ajar cerita fantasi diambil daribeberapa sumber diantarnya Buku Siswa Kurikulum 2013 revisi 2016 dan dilengkapi literatur dari internet untuk

memperkaya contoh kebahasaan yang dititipkan. Penyusunan tes acuan patokan mealui perumusan KI/KD, perumusan tujuan pembelajaran, penentuan jenis evaluasi, dan jumlah tagihan yang harus diselesaikan oleh siswa. Peneliti menggunakan media sebagai bahan ajar diantaranya media cetak “Materi Sumber Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi”

sebagai rujukan bahan ajar yang dikembangkan, buku cetak “Buku Siswa Kurikulum 2013 Revisi 2016”

sebagai rujukan utama penyusunan produk pengembangan, program aplikasi eXe versi 1.04.1 yang dilengkapi dengan adobe photo player dan pemanfaatan program photoshop versi CS3 untuk kemenarikan desain tampilan produk. Penggunaan program aplikasi eXe perlu dilakukan set up atau setting program aplikasi eXe pada PC yang dijadikan media penyususnan produk, setelah PC dilengkapi dengan program eXe, peneliti dapat mema- sukkan semua materi dengan menggu- nakan teknik yang sangat mudah.

Apabila semua materi ajar dan jenis evaluasi sudah masuk dalam program tahap akhir produk diekspor ke dalam folder agar penggunaan produk lebih mudah digunakan dan menarik dijadikan sebagai bahan ajar.

Tahap pengembangan Tahap ini meliputi, yaitu (1) kebutuhan model pengembangan, (2) validasi eXe bahan ajar teks cerpen, dan (3) simulasi.

Kebutuhan model pengembangan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang diha- dapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan ajar modul teks cerpen berupa eXe cerita fantasi untuk siswa kelas VII MTs Negeri Lawang. Kebutuhan ini dijaring melalui wawancara tertutup dan angket yaitu analisis angket kebutuhan siswa dan guru.

(7)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 112

Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan siswa menunjukkan angka 704 setara dengan 88% atau pada kategori sangat baik atau dapat dideskripsikan sebagai bahan ajar yang dibutuhkan untuk pembelajaran cerita fantasi. Peneliti berpendapat bahwa perlu pengembangan bahan ajar teks cerpen yaitu bahan ajar eXe Cerita Fantasi yang sangat sesuai dengan pencapaian tujuan pemebelajaran bahasa Indonesia khususnya materi struktur teks, jenis cerita, unsur intrinsik, dan unsur kebahasaan dalam cerita fantasi. Bahan ajar ini dipandang dapat menumbuhkan keterampilan membaca dan dapat menuangkan ide atau gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dengan memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaannya. Siswa berpendapat halaman cover bahan ajar akan tampak menarik dengan perpaduan warna yang lembut dengan keterangan halaman cover. Penampilan bahan ajar animasi dapat membantu siswa dalam belajar berimajinasi dan dapat dengan mudah memahami cerita fantasi. Jenis evaluasi pilihan ganda, pilihan benar- salah, melanjutkan cerita, dan soal essay sangat membantu siswa dalam memahami materi cerita fantasi.

Harapan siswa adalah agar bahan ajar dikemas lebih praktis, efektif, dan efisien melalui jaringan internet siswa mudah mempelajarinya dengan cukup mendownload tanpa harus menggunakan CD karena banyak laptop yang tidak terdapat CD/RW nya.

Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru menunjukkan perolehan nilai 38 atau 95% atau pada kategori sangat baik atau dapat dideskripsikan sebagai bahan ajar yang dibutuhkan guru untuk dijadikan sebagai bahan ajar pada materi pembelajaran cerita fantasi. Peneliti berpendapat bahwa perlu

pengembangan bahan ajar teks cerpen yaitu bahan ajar eXe Cerita Fantasi yang sangat sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi struktur teks, jenis cerita, unsur intrinsik, dan unsur kebahasaan dalam cerita fantasi. Bahan ajar ini dipandang dapat menumbuhkan keterampilan membaca dan ide atau gagasan kreatif dalam bentuk cerita fantasi secara lisan dengan memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaannya. Guru berpendapat halaman cover bahan ajar akan tampak menarik dengan perpaduan warna yang mencolok. Penampilan bahan ajar animasi dapat membantu siswa dalam belajar berimajinasi dan dengan mudah memahami cerita fantasi. Jenis evaluasi pilihan ganda, pilihan benar- salah, melanjutkan cerita, dan soal essay sangat membantu siswa dalam memahami materi cerita fantasi. Dan harapan praktisi mengenai eXe bahan ajar cerita fantasi adalah agar anak dapat merespon materi yang diajarkan dengan baik sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Analisis Validasi Produk

Validasi eXe bahan ajar teks cerpen oleh para ahli diikuti dengan revisi. Penelitian memilih sebagai validator ahli materi, dua orang dosen bahasa dan sastra Indonesia sebagai validator ahli rancangan dan media pembelajaran, satu orang dosen Sastra Anak, pembelajaran bahasa dan sastra anak sebagai validator ahli bahasa, serta satu orang guru bahasa Indonesia kelas VII MTs Negeri Lawang sebagai praktisi.

Hasil validasi ahli isi/materi menunjukkan hasil total skor 79 atau setara 94% dengan kategori sangat baik. Kategori tersebut dapat dideskripsikan bahwa bahan ajar sudah memenuhi standar materi pembelajaran Cerita Fantasi baik itu KI/KD dan

(8)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 113

Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil validasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa bahan ajar eXe Cerita Fantasi valid menurut isi dan materi pembelajaran yang merupakan pengembangan dari bahan ajar modul teks cerpen Kurikulum 2013 pada Buku Siswa revisi 2016.

Hasil validasi aspek bahasa oleh ahli pakar bahasa dan praktisi menunjukkan total skor 57 dengan prosentase 79% atau dengan kategori sangat baik namun ada beberapa yang harus direvisi yakni pada ketepatan EYD pada kalimat perintah kepada siswa. Berdasarkan hasil validasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa produk hasil pengembangan bahan ajar modul sudah valid pada aspek bahasa.

Hasil validasi aspek tampilan/

desain oleh ahli dan praktisi menunjuk- kan total skor sebesar 55 atau setara dengan 92% dengan kategori sangat baik. Grafik perolehan skor dari para ahli juga menunjukkan angka yang sangat baik. Berdasarkan hasil validasi dari para ahli dapat diambil kesimpul- an bahwa tampilan/desain bahan ajar eXe cerita fantasi dikembangkan dengan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan nilai yang sangat tinggi.

Hasil validasi produk pada aspek rencangan oleh ahli dan praktisi menunjukkan skor perolehan 61 atau setara 90% dengan kategori sangat baik. Grafik perolehan skor menunjuk- kan rerata yang tidak jauh rentan per- bedaannya. Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat diambil kesimpulan bah- wa rancangan produk bahan ajar valid sesuai dengan proses pengembangan bahan ajar eXe Cerita Fantasi.

Hasil validasi produk pada aspek desain/teknis oleh ahli media pembel- ajaran dan rancangan menunjukkan skor perolehan 12 atau setara 60%

dengan kategori baik. Grafik perolehan skor menunjukkan satu rerata nilai yakni hanya dari ahli rancangan, media pembelajaran, dan isi yang menunjuk-

kan kategori tinggi. Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat diambil kesim- pulan bahwa Desain/teknis produk bahan ajar valid namun masih memer- lukan revisi teknis sesuai dengan hasil yang diinginkan pada pengembangan bahan ajar eXe Cerita Fantasi.

Hasil validasi produk pada aspek komunikasi oleh ahli media pembel- ajaran dan rancangan menunjukkan skor perolehan 7 atau setara 58%

dengan kategori baik. Grafik perolehan skor menunjukkan satu rerata nilai yakni hanya dari ahli rancangan, media pembelajaran, dan isi yang menunjuk- kan kategori baik. Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat diambil kesim- pulan bahwa aspek komunikasi produk bahan ajar masih memerlukan revisi aspek komunikasi yakni petunjuk penggunaan bahan ajar sesuai dengan prosedur yang dilakikan pada saat menggunakan bahan ajar eXe Cerita Fantasi.

Setelah produk direvisi sesuai dengan saran, tanggapan, dan komentar dari ahli produk diujicobakan ke subjek produk.

Uji Coba Produk

Dalam pengembangan eXe bahan ajar teks cerpen yang telah dirancang dipilih uji coba kelompok kecil pada 10 siswa kelas VII MTs Negeri Lawang tahun pelajaran 2016/2017. Siswa yang dipilih adalah anak yang memiliki kemampuan yang setara pada satu kelas. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui menarik tidaknya bahan ajar, apa sebabnya, mengerti tidaknya siswa akan materi yang disampaikan, jelas atau kurang jelasnya latihan dan contoh yang diberikan, kejelasan bahasa, kesesuaian materi dan prosedur dengan tingkat pemahaman penggunaan bahan ajar.

Hasil uji coba produk menununjukkan akumulasi angka 473 dari 6 aspek penilaian atau setara dengan 78,8% setelah dibagi 6 aspek

(9)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 114

tersedia. Yang maknanya produk sangat efektif jika digunakan sebagai media pembelajaran cerita fantasi.

Analisis Respon Siswa

Kegiatan analisis data terakhir adalah menyebar angket respon siswa untuk mengetahui sejauh mana respons Siswa terhadap produk pengembangan.

Data angket perolehan angket respons siswa yaitu pada angka 362 atau 90,5%

yang maknanya produk tersebut dapat diterima, dapat dibaca, dan dapat dijadikan bahan ajar pada materi cerita fantasi untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang.

Revisi Final

Revisi final atau revisi tahap akhir adalah tahap akhir dari pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe untuk Siswa kelas VII di MTs Negeri Lawang Kab. Malang Tahun 2016/2017 berupa produk bahan ajar eXe Cerita Fantasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Produk Pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan peman- faatan program aplikasi eXe ini sangat menarik, siswa merasa sangat senang ketika belajar menggunakannya. Tanpa adanya tutor atau guru les di rumah siswa dapat dengan mudah belajar dan berlatih soal-soal.

Proses pengembangan bahan ajar modul teks cerpen dengan pemanfaatan program aplikasi eXe dapat digunakan oleh siswa kelas VII MTs Negeri La- wang telah dilakukan oleh peneliti melalui tiga tahapan yang diadaptasi dari 4D atau 4P yaitu pendefinisian, perencanaan, dan pengembangan namun karena keterbatasan tahapan penyebaran tidak dilakukan oleh peneliti.

Penelitian pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan produk bahan ajar eXe Cerita Fantasiuntuk Siswa kelas VII di MTs Negeri La- wang. Dilakukan uji coba kelayakan

dan proses validasi oleh ahli pakar bahasa, media pembelajaran, dan praktisi sebagai langkah memaksimal- kan produk yang dikembang-kan.

Hasil uji kebutuhan produk menunjukkan produk pengembangan sangat dibutuhkan untuk memudahkan pembelajaran cerita fantasi. Hasil validasi oleh ahli bahasa, media, dan praktisi pada produk pengembangan menunjukkan produk pengembangan valit dan layak digunakan sebagai bahan ajar. Hasil uji coba efektivitas produk pengembangan menunjukkan sangat efektif digunakan sebagai bahan ajar cerita fantasi.

Produk pengembangan ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti, guru, siswa, sekolah, dan peneliti berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Daryanto. 2012. Media Pembelajaran.

Bandung: Satu Nusa Gunadarma, University. 2008.

Pengertian E-Learning.

http://elearning.gunadarma.ac.id/i ndex.php?option=com_content&t ask=view&id=13. Online:

2/10/2016

Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang:

Program Pascasarjana Universitas Islam Malang Nurhamidah, Ilin, & Lutfiana. 2016.

Materi Sumber Peningkatan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Malang: MTsN Lawang.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.

Gajah Mada University Press.

Nurjanah, Eka. 2015. Pengembangan e-Book Interaktif pada Materi Menyimak Unsur-unsur Intrinsik Cerpen Berbasis Kearifan Lokal Pangkalan Bun Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Kumai.

Tesis. Unisma

Prastowo. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan ajar. Jakarta:

Pusat Perbukuan.

(10)

NOSI Volume 5, Nomor 1, Februari 2017 ______________________________________ Halaman 115

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran

Memngembangkan

Profesionalisme Guru-edisi kedua. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sayuti, Suminto. A, 2000. Evaluasi Teks Sastra (2000, terjemahan The Evaluation of Literary Texts karya Rien T. Segers).

Yokyakarta. Adi Citra Karya Nusa.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta:

Gama Media

Semi, Attar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunaryo, Soenarto. 2009. Multimedia Interaktif dan Implementasinya.

Makalah Pelatihan Multimedia Pembelajaran. P3AI UNY.

Taufikurrohman. 2016. Pengembangan Perangkat Menulis Kreatif Cerpen dengan Menggunakan Model Kooperatif tipe teams games Tournament(TGT). Tesis.

Unisma

Taufiq, Fuad. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Aplikasi Mobile Learnig untuk meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII MTs.

Madrasatul Quran Tebuireng Jombang Tapel 2013/2014.

Tesis. Unisma

Thiagarajan, S. Semmel, D.S &

Semmel, MI. (1974).

Instructional Development for Training Teachers of

Exceptional Children.

Indiana:Indiana University Bloomington.

Warjana & Razaq, Abdul. 2009.

Membuat Bahan Ajar Berbasis Web dengan eXe. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Zainudin, Moh. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Teks Cerpen

Berdasarkan Strategi

Terbimbing pada Siswa Kelas VII MTs. Darun Najah Jatirejo Mojokerto. Tesis. Unisma.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Intensitas stres yang dirasakan oleh responden sebelum dilakukan terapi life review (telaah

Pemberian onggok terfermentasi Bacillus mycoides dalam ransum tidak memberikan pengaruh (F hitung < F tabel) terhadap konversi ransum dan persentase karkas

→ Menjawab pertanyaan tentang materi Pola penyerangan dengan pukulan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.. → Bertanya tentang

Prastowo (2011: 77) mengemukakan bahwa pustakawan adalah tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pendidikan,

Pada pembelajaran kooperatif, peran guru dalam pengajaran sangat berbeda dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Di dalam pembelajaran kooperatif guru lebih bertindak

Berhubung dengan pertemuan diantara Kepala Staf Angkatan Perang, pejabat- pejabat Staf Umum Angkatan Darat dan para Panglima, (Kepala Staf Angkatan Darat, Kolonel Nasution dan

UD Merol tidak terdaftar sebagai ekportir dan selama periode September 2016 s/d Agustus 2017 tidak melakukan kegiatan ekspor untuk seluruh hasil

Banyak hal yang dilakukan para guru untuk mempersiapkan murid-muridnya menghadapi Ujian Nasional, salah satunya adalah dengan mempelajari kembali soal-soal ujian nasional yang