• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting. Di Kab. Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting. Di Kab. Serdang Bedagai"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting Di Kab. Serdang Bedagai

1.Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

Upaya pembinaan gizi masyarakat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui pendekatan siklus kehidupan secara bertahap dan berdasarkan prioritas pembangunan nasional. Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (kejar tumbuh) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.

TABEL 1 : DATA STUNTING TAHUN 2020 Pemerintah Kab. Serdang Bedagai

NO Kecamatan sasaran Stunting

1 Kotarih 687 19

2 Silinda 721 64

3 Bintang Bayu 1040 56

4 Dolok Masihul 3340 158

5 Serbajadi 1127 36

6 Sipispis 2670 34

7 Dolok Merawan 1483 24

8 TebingTinggi 3138 39

9 T Syahbandar 2909 20

10 Bandar Khalipah 1299 69

11 T Beringin 1745 68

12 Sei Rampah 2308 104

13 Sei Bamban 2656 42

14 T. Mengkudu 2779 23

15 Perbaungan 5931 43

16 Pegajahan 1961 89

17 P Cermin 4112 17

Jumlah 39906 905

Prevalensi Tahun 2020 sebesar 2,2 %

(2)

TABEL 2 : DATA STUNTING TAHUN 2021 Pemerintah Kab. Serdang Bedagai

NO Kecamatan sasaran Stunting

1 Kotarih 719 23

2 Silinda 690 30

3 Bintang Bayu 1056 26

4 Dolok Masihul 3632 136

5 Serbajadi 1622 27

6 Sipispis 2783 8

7 Dolok Merawan 1469 8

8 TebingTinggi 3596 23

9 T Syahbandar 2001 61

10 Bandar Khalipah 2362 29

11 T Beringin 3290 66

12 Sei Rampah 6646 79

13 Sei Bamban 3183 42

14 T. Mengkudu 3830 19

15 Perbaungan 7217 32

16 Pegajahan 2948 31

17 P Cermin 3604 43

Jumlah 50948 678

Prevalensi Data Balita Stuntring Tahun 2021 1,3%

Grafik sebaran Stunting Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2021

Dari analisa Tabel data Stunting Tahun 2021 Jumlah prevalensi data stunting mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, prevalensi stunting Tahun 2021 menjadi 1, 3 % dibandingkan prevalensi Tahun 2020 sebesar 2,2%. Prevalensi dari Kecamatan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Prevalensi

(3)

Silinda penyumbang prevalensi Stunting tertinggi yaitu 4,3% dan Kecamatan Sipispis menunjukkan angka yang lebih rendah jumlah stuntingmya bila dibandingkan dengan Kecamatan yang lain yaitu 0,2%. Grafik diatas menunjukkan sebaran yang merata jumlah balita pendek dan sangat pendek. Masing masing Kecamatan memiliki data stunting yang perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar lebih kompak lagi dalam menangani stunting di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Berbagai upaya yang telah ditempuh di Kecamatan

Bandar Khalipah guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan kegiatan sosialisasi ASI-Eksklusif, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, Pemberian TTD untuk Rematri melalui sekolah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas Bandar Khalipah, IMD, Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian PMT lokal balita dan Ibu hamil untuk, konseling catin di KUA dan lain lain.

2. Faktor Determinan yang memerlukan perhatian

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga untuk memenuhi kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Secara garis besar kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu kebutuhan akan pangan dan bukan pangan. Jumlah anggota keluarga turut berperan terhadap ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Jumlah anak dan anggota keluarga yang besar akan mempengaruhi asupan makanan pada balita dalam keluarga menjadi berkurang dan distribusi makanan menjadi tidak merata. Ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur. Ketahanan pangan keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi keluarga. Semakin tinggi status ekonomi keluarga maka pangan yang ada di keluarga akan cukup jumlah, variasi, dan mutu bahan pangan. Rendahnya jumlah, variasi dan mutu pangan akan menyebabkan timbulnya masalah gizi pada balita yaitu stunting.

Akses air bersih dan sanitasi keluarga memiliki peranan penting pada kesehatan anggota keluarga.Rendahnya pendapatan akan menyebabkan keluarga tersebut mengalami rawan pangan. Keluarga yang mengalami rawan pangan akan menyebabkan masalah gizi stunting pada balita. enai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan perkotaan, menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita yang berada di wilayah pedesaan dan perkotaan adalah pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink, tingkat kecukupan zat besi, riwayat penyakit infeksi.

(4)

1. Perilaku kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang masih bermasalah

Keadaan gizi ibu bisa berdampak terhadap pertumbuhan bayi dalam kandungan. Sehingga mengakibatkan anak lahir dengan berat rendah dan juga menjadi stunting yang sering dikaitkan terhadap tinggi badan pendek. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting pada balita yang salah satunya ialah status gizi ibu saat hamil, yang disebabkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan gizi yang baik dan cukup sesuai kebutuhan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal dan mudah terserang penyakit infeksi yang dimasa akan datang mengakibatkan risiko terjadinya stunting pada balita Ibu. Oleh sebab itu, dibutuhkannya usaha pendeteksian untuk menguatkankan kebijakan pelaksanaan gizi dari saat remaja. ibu hamil dengan gizi kurang tidak hanya berdampak buruk pada ibu juga pada janin yang dikandung. Ibu hamil dengan gizi kurang kemungkinan lahirnya anak BBLR. Dampak kekurangan makanan pada ibu hamil akan diderita bayi seumur hidup. Serta bayi dengan BBLR jika terlambat penanganan bisa mangakibatkan masalah bagi proses tumbuh kembangnya dikemudian hari`. Faktor lainnya yaitu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga.

Faktor tidak terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi yang baru lahir, gagalnya pemberian ASI Eksklusif dan proses penyapihan dini pada balita.

3. Kelompok sasaran beresiko

Stunting penting dicegah karena dapat mengancam pertumbuhan anak yang tidak dapat optimal karena dampak stunting dapat menghambat prestasi anak dan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Kurangnya ketersediaan akses air minum yang aman dan sanitasi yang layak merupakan kunci untuk mencegah paparan yang menjadi penyebab terjadi diare, kecacingan dan lain-lain. salah satu upaya intervensi yang dilakukan yaitu pencegahan resiko stunting yaitu terkait dengan penyediaan air minum aman. Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang balita, sanitasi dan keamanan makan yang kurang dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi, kejadian penyakit infeksi dapat menjadi penyakit. Perbaikan dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air adalah penting untuk mencegah penyakit dan dengan demikian dapat mengurangi resiko hambatan pertumbuhan tinggi badan balita.

Kendala pada kelompok resiko seperti TTD pada ibu hamil belum maksimal diberikan yakni tingkat kepatuhan Ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD. Kelompok sasaran yang beresiko pada Ibu hamil terutama dengan keadaan anemia. Anemia

(5)

merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Pada Ibu hamil meningkatnya kebutuhan zat besi yang masih belum terpenuhi dari makanan saja perlu Tablet Tambah darah. Kurangnya informasi pengetahuan Ibu hamil tentang manfaat Tablet Fe minimal 90 hari selama masa kehamilan, sehingga perlu pendampingan pada ibu hamil dalam pemberian Tablet Fe. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat tablet tambah darah, Ibu hamil kurang menerapkan informasi tentang tablet Fe dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya dukungan keluarga untuk menjadi motivasi bagi ibu hamil dalam mengkonsumsi Tablet Fe. Perlunya supervisi dan monitoring untuk melihat apakah tablet fe betul dikonsumsi oleh sasaran. Pengetahuan Ibu yang kurang tentang manfaat tablet Fe dapat menimbulkan gangguan dan hambatan pada sel tubuh maupun sel otak sehingga ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan, dan pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi.

Kelompok sasaran balita di usia 0-59 bulan yang tidak dipantau tumbuh kembang nya di posyandu. Masalah terjadi pada kelompok balita yang tidak datang ke posyandu setelah imunisasi di usia balita 1 tahun. Kurangnya pengetahuan orangtua untuk mencegah anak terhindar dari penyakit dan dapat menjaga kekebalan tubuh untuk anak mereka sendiri. Orang tua yang mengatakan menimbang setiap bulan tidak penting, karena sudah di beri ASI dan tubuh balita mereka bertambah besar. Orangtua merasa tidak perlu menimbang anak balita untuk dipantau tumbuh kembang mereka setiap bulan, hal ini terjadi karena pengetahuan orangtua masih kurang untuk memanfaatkan posyandu. Kurangnya memanfaatkan posyandu sebagai alat pemantauan pertumbuhan dan perkembagnga balita. Ketrampilan kader posyandu yang masih kurang dalam deteksi tumbuh kembang dan kurangnya partisipasi kader posyandu yang belum maksimal. Keterbatasan waktu orangtua balita untuk datang ke posyandu sehingga tidak datang rutin datang ke posyandu, jadwal posyandu disaat ibu bekerja jarang membawa anaknya ke posyandu. Ibu yang bekerja berdampak pada tidak adanya waktu ibu untuk mencari informasi dan lokasi posyandu mempengaruhi karena tidak tahu jadwal posyandu di tempat tinggal mereka.

Gambar

TABEL 1 : DATA STUNTING TAHUN 2020                                   Pemerintah Kab. Serdang Bedagai

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Status Gizi Ibu saat Hamil dengan Kejadian Stunting pada Anak usia 6-23 Bulan di Kabupaten Bantul. Repos UGM

dan KB Mempercepat penurunan prevalensi balita stunting melalui optimalisasi intervensi spesifik dalam pemenuhan gizi ibu hamil dan balita serta penguatan surveilans gizi, edukasi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari seluruh balita stunting yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota, Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam

Hubungan Status Gizi Balita dengan Kejadian Stunting di wilayah kerja Puskesmas Kota Timur Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 68 balita yang memiliki status gizi normal, 65

Banyak faktor yang mempengaruhi stunted , diantaranya adalah karakteristik orang tua balita (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi ibu saat hamil,

Hubungan gizi ibu pada saat hamil dengan peningkatan kasus stunting pada balita Berdasarkan Hasil penelitian di Kabupaten Probolinggo mengenai hubungan gizi ibu pada saat hamil

Menurut peneliti faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita yaitu faktor BBLR adanya gangguan pada saluran pencernaan yang tidak berfungsi dengan baik dikarenakan karena

Riwayat Status Gizi Pada Ibu Hamil Riwayat status gizi pada ibu hamil yang mempunyai balita diperoleh sebagian besar dari ibu responden kondisi normal tidak KEK saat hamil berjumlah