• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYULUHAN KESEHATAN: STUNTING DAN CARA PENCEGAHAN DI DESA LENDA, KECCAMATAN CIBAL BARAT, KABUPATEN MANGGARAI, NTT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYULUHAN KESEHATAN: STUNTING DAN CARA PENCEGAHAN DI DESA LENDA, KECCAMATAN CIBAL BARAT, KABUPATEN MANGGARAI, NTT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Available online at:

http://unikastpaulus.ac.id/jurnal/index.php/jrt/ Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat

E-ISSN: 2622-0636

Volume 3, No 3, Oktober 2020 (130-139) DOI: https://doi.org/10.36928/jrt.v3i3.430

PENYULUHAN KESEHATAN: “STUNTING DAN CARA PENCEGAHAN”

DI DESA LENDA, KECCAMATAN CIBAL BARAT,

KABUPATEN MANGGARAI, NTT

1Oliva Suyen Ningsih

1Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng. Jl.Ahmad Yani, No.10 Ruteng, Flores 86508

e-mail: osningsih@gmail.com Abstrak

Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah mengetahui kejadian stunting pada anak usia 1─5 tahun dan meningkatkan pengetahuan ibu dengan anak stunting tentang stunting dan penanganannya. Sasaran kegiatan ini adalah anak stunting usia 1─5 dan orang tua dengan anak stunting usia 1─5 tahun di Desa Lenda, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2019. Metode yang digunakan meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan persiapan, yakni proses perizinan, observasi lapangan, koordinasi, dan persiapan materi penyuluhan. Tahapan pelaksanaan kegiatan, yakni mengidentifiasi anak usia 1─5 tahun yang mengalami stunting dan memberikan pendidikan kesehatan tentang stunting dan cara pencegahannya. Tahapan evaluasi meliputi interpretasi hasil dan evaluasi pengetahuan ibu dengan anak stunting usia 1─5 tahun mengenai stunting dan cara pencegahannya.

Kata kunci: pendidikan kesehatan; stunting.

HEALTH EDUCATION: "STUNTING AND PREVENTION" IN LENDA

VILLAGE, WEST CIBAL DISTRICT, MANGGARAI REGENCY,

EAST NUSA TENGGARA

Abstract

Stunting is still a major health problem in Indonesia which has an impact on growth and development disorders in children under five. The purpose of community service activities is to know the incidence of stunting in children aged 1-5 years and increase the knowledge of mothers with stunting children in order to know about stunting and its handling. The targets of this activity are stunting children aged 1-5 and parents with stunting children aged 1-5 years in Lenda Village, West Cibal Kec, Kab. Manggarai. This activity was carried out on March 30, 2019. The methods used included the preparation, implementation and evaluation stages. The preparatory stages include the licensing process, field observations, coordination with the Lenda Village Officials, the local Puskesmas and Pustu as well as the preparation of extension materials. Stages of the implementation of activities include identifying children aged 1-5 years who experience stunting and providing health education about stunting and how to prevent it. Evaluation stages include the interpretation of the results, and evaluation of knowledge of mothers with children aged 1-5 years regarding stunting and how to prevent it

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Anak masa balita merupakan kelompok yang rentan mengalami kurang gizi, seperti stunting (WHO, 2010). Stunting dapat menyebabkan gangguan sosial dan emosional, serta penurunan perkembangan kognitif saat usia dewasa. Selain itu, anak-anak stunting lebih rentan mengalami kematian (Manggala et al., 2018). Anak-anak demikian pun mengalami ketidakseimbangan perkembangan motorik dan fungsi-fungsi tubuh. Keterlambatan kognitif dapat terjadi pada anak severe stunting di dua tahun pertama kehidupannya dan pada jangka panjang mempengaruhi mutu sumber daya (Brinkman et al. 2010).

Stunting pada anak balita sering dihubungkan dengan latar belakang aspek gizi, kesehatan, sanitasi, dan lingkungan. Aridiyah, (2015) menegaskan beberapa penyebab stunting, yakni kemiskinan, faktor sosial dan budaya, meningkatnya paparan penyakit infeksi, kerawanan pangan, dan kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Selain itu, status gizi ibu hamil juga memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah (WHO, 2014). Bahkan, asupan ASI Eksklusif pada balita juga berhubungan dengan stunting. Hasil penelitian di Ethiopia Selatan menunjukkan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan memiliki risiko tinggi mengalami stunting (Fikadu, et al., 2014).

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program prioritas pembangunan Kesehatan selama tahun 2015 – 2019 yang diwujudkan melalui paradigma sehat, meningkatkan pelayanan

kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional (Kemenkes, 2017). Salah satu program pembangunan kesehatan ini difokuskan pada penurunan prevalensi balita pendek (stunting). Prevalensi tersebut ditargetkan menurun menjadi 28 % pada anak balita (di bawah 2 tahun) (RPJMN, 2015 – 2019). Upaya mewujudkan paradigma sehat ini dilakukan melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (No. 440/1959/SJ) tentang intervensi penurunan stunting terintegrasi tahun 2018, Desa Lenda menjadi salah satu wilayah prioritas dalam intervensi penuruanan stunting terintegrasi pada tahun 2018 karena merupakan desa dengan kejadian stunting tertinggi dari 10 desa prioritas di Kabupaten Mangggrai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Karena itu, perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan: “Stunting dan Cara Pencegahan” di Desa Lenda Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai yang melibatakan aparat Desa Lenda dan puskesmas setempat.

Analisis situasi

Desa Lenda merupakan salah satu wilayah pemerintahan yang berada di Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sebagian besar penduduk Desa Lenda bersuku Manggarai dan mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah petani. Desa Lenda termasuk wilayah kerja Puskesmas Waecodi, memiliki satu pos kesehatan, dan terdapat 4 posyandu, yakni posyandu Nanu, Malip, Lenda, dan Kawak.

Anak usia 12-60 bulan di Desa Lenda mencapai 103 orang. Lenda ditetapkan sebagai salah satu Desa dengan cakupan anak stunting cukup tinggi di Kabupaten Manggarai. Berdasarkan anlisis situasi, ditemukan beberapa faktor yang memengaruhi tingginya angka

(3)

kejadian stunting di Desa Lenda adalah kurangnya akses terhadap air bersih, sanitasi yang buruk, letak geografis desa yang menyebabkan kurangnya akses transportasi ke tempat pelayanan kesehatan, serta rendahnya pengetahuan ibu terkait pencegahan stunting pada seribu hari pertama kelahiran.

SOLUSI DAN METODE PELAKSANAAN

Tim PkM yang terdiri dari dosen bersama mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan UNIKA Santu Paulus Ruteng melakukan penyuluhan kesehatan dengan tema: “Stunting dan Cara Pencegahan” di Desa Lenda Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, NTT.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2019. Kegiatan ini diawali dengan mengidentifikasi anak usia 1–5 tahun melalui pengukuran tinggi badan sehingga dapat diketahui anak memiliki tinggi badan yang normal sesuai usianya atau mengalami stunting. Selain itu, penimbangan berat badan untuk menentukan status gizi anak.

Setelah proses pengkajian pada anak usia 1-5 tahun, tim melakukan kajian terhadap ibu dengan anak stunting mengenai pengetahuan mereka tentang stunting dan penanganannya.

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dilakukan dengan pengkajian terlebih dahulu usia, jenis kelamin, timbang berat badan, dan ukur tinggi badan.

Gambar 2. Pengukuran Tinggi Badan

(4)

Gambar 3. Timbang Berat Badan

Setelah melakukan kajian dan mengidentifikasi anak-anak yang mengalami stunting serta status gizi anak, tim PkM mengkaji tingkat pengetahuan ibu mengenai stunting.

Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa sebagian besar ibu (50 % ibu tidak memahami stunting). Ibu-ibu yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 50 orang bersama

anak-anak mereka yang mengalami

stunting. Kemudian Tim PkM

melakukan penyuluhan tentang

stunting dan cara pencegahannya.

Selama proses kegiatan, para ibu

terlihat aktif dalam mengikuti

kegiatan penyuluhan dan

mengajukan beberapa pertanyaan

mengenai stunting dan cara

pencegahannya. Tim PkM juga

membagikan leaflet mengenai

stunting dan cara pencegahannya

kepada ibu-ibu untuk meningkatkan

pengetahuannya. Kegiatan

penyuluhan berlangsung selama 60 menit

Gambar 4: Penyuluhan Kesehatan Stunting dan Cara Pencegahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribus Frekuensi Karekteristik Anak Usia 1–5 Tahun di Desa Lenda Tahun 2019. No Data Demografi Stunting (z -score : TB/U) Status Gizi z -score : TB/U) Usia (tahun)

Jenis kelamin Norm al (n) Pendek (n) Sangat pendek (n) Gizi baik (n) Gizi kurang (n) Gizi buruk (n) L (n) W (n) 1 1tahun 0 bulan-1tahun 11 bulan 6 9 7 2 6 8 5 2 2 2 tahun 0 bulan-2 tahun 11 bulan 4 4 4 - 4 6 2 0 3 3 tahun 0 bulan -3 tahun 11 bulan 6 2 3 - 5 6 1 1 4 4-5 8 11 3 9 7 13 6 0 Total 24 26 17 11 22 33 14 3 Sesungguhnya, penyuluhan kesehatan penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dengan anak stunting dalam penanganan stunting dan diharapkan terjadi perubahan perilaku ibu terkait pola asuh anak dengan stunting.

Tabel 1 di atas menunjukkan anak usia 1–5 tahun di Desa Lenda berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 (52 %). Sementara itu, anak usia 1–5 tahun yang mengalami stunting dengan kategori pendek sebanyak 11

anak (22%) dan kategori sangat pendek sebanyak 22 (44%). Status gizi anak usia 1–5 tahun dengan kategori gizi baik sebanyak 33 (66%), gizi kurang 14 (28%), dan gizi buruk 1 (2 %).

Hasil kajian tim menunjukkan bahwa sebagai besar ibu (50 %) belum memahami stunting dan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya stunting serta penangannya. Beberapa ibu mengatakan, anaknya belum mendapatkan imunisasi lengkap

(5)

sesuai usianya, tidak memberikan asi ekslusif, kondisi sanitasi yang buruk dimana beberapa rumah tangga belum memiliki jamban yang sehat.

Stunting merupakan kondisi dimana tinggi badan seseorang yang tidak sesuai (lebih pendek) dibandingkan tinggi badan seusianya dan biasanya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Stunting merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya perkembangan fisik dan kognitif (Kementerian Desa Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017; Pearson, Killedar, & Petravic, 2018). Stunting dapat terjadi akibat kekurangan gizi saat bayi dalam kandungan dan pada masa awal anak lahir, namun kondisi stunting baru terlihat pada anak usia 2 tahun.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting di Desa Lenda, yakni rendahnya tingkat pengetahuan, tidak memberikan asi ekslusif pada saat anak berusia 0-6 bulan, sanitasi yang buruk, dan sebagian besar anak belum mendapatkan immunisasi yang lengkap. Orang tua, khususnya ibu memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ibu harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dari 1000 hari pertama kelahiran sampai usia 6 tahun untuk mencegah

terjadinya gagal tumbuh (stunting).

Penelitian yang dilakukan oleh Mardani, Wetasin, & Suwanwaiphatthana (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai malnutrisi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting pada anak usia di bawah 5 tahun dengan p value < 0.001. Pengetahuan ibu mengenai malnutrisi pada anak secara positif mempengaruhi terjadinya stunting pada anak di bawah usia 5 tahun. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi buruk anak yang kurang memadai lebih cendrung memiliki anak dengan gizi buruk daripada ibu yang

memiliki pengetahuan gizi buruk anak yang cukup memadai. Tingkat pengetahuan yang rendah dimiliki oleh ibu di Desa Lenda mengenai

stunting dan cara pencegahannya

salah satunya dipengaruhi oleh

kurangnya akses pelayanan

kesehatan. Berdasarkan hasil

wawancara petugas kesehatan di Desa Lenda sebagain besar ibu-ibu yang memiliki balita kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan di puskesmas maupun di posyandu. Hal ini disebabkan karena akses transportasi yang kurang memadai dan pelayanan kesehatan yang jauh dengan rumah warga. Hal ini berakibat kuruang informasi yang diperoleh ibu-ibu mengenai stunting dan cara pencegahannya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting adalah pemberian ASI eksklusif. Anak yang tidak mendapatkan ASI ekslusif memiliki sistem imun yang lemah sehingga mudah mengalami penyakit infeksi. Hasil wawancara terhadap beberapa ibu di Desa Lenda ditemukan bahwa ada beberapa alasan Ibu tidak memberikan ASI ekslusif antara lain faktor budaya, pengetahuan mengenai ASI ekslusif, dukungan keluarga dan petugas kesehatan. Faktor budaya sangat berperan penting memengaruhi para ibu di Desa Lenda dalam memberikan ASI ekslusif. Ibu-ibu di Desa Lenda yang memiliki bayi menyakini bahwa kebiasaan orang tua mereka dalam mengasuh bayi merupakan cara yang terbaik dalam merawat bayi termasuk memberikan makanan tambahan kepada bayi selain ASI sebelum usia 6 bulan. Beberapa ibu mengatakan bayi mereka sudah diberikan air putih sebelum usia 6 bulan agar bayi tumbuh menjadi anak yang kuat, bahkan ada yang sudah diberikan makanan tambahan sebelum usia 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif dapat mengurangi prevalensi anak balita mengalami stunting.

Penelitian Ni'mah & Nadhiroh (2015) juga menunjukkan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI

(6)

ekslusif sebagian besar mengalami stunting (88,2 %) dibandingan dengan balita yang mendapatkan ASI ekslusif. Balita yang tidak mendapatkan ASI ekslusif dan pemberian MP-ASI yang terlalu dini meningkatkan risiko terjadinya stunting pada awal kehidupan. Anak yang tidak mendapatkan ASI kurang dari 2 tahun memiliki risiko 5.32 kali lipat mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun atau lebih (Dewana, Fikadu, Fascha, & Mekonnen, 2017).

Sanitasi yang buruk dan kurangnya akses air bersih juga berkontribusi terhadap meningkatnya angka kejadian stunting di Desa Lenda. Berdasarkan hasil wawancara tim dengan petugas di Desa Lenda, sebagaian besar masyarakat di Desa Lenda belum memiliki jamban dan akses air bersih. Sanitasi yang buruk dan kurangnya akses air bersih menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit infeksi seperti diare. Diare dapat menyebabkan malnutrisi pada anak yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan yang progresif (stunting). Diare menyababkan hilangnya nutrisi yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Episode diare yang berulang berhubungan dengan malnutrisi kronik, dan kematian (Unicef, 2019)

Status imunisasi yang tidak lengkap pada anak usia 1-5 tahun di Desa Lenda juga berhubungan dengan kejadian stunting. Menurut Mazengia & Biks (2018), hubungan status imunisasi tidak lengkap dan stunting merupakan hubungan yang tidak langsung. Anak-anak dengan status imunisasi tidak lengkap cendrung tertular penyakit sehingga berrisiko mengalami stunting. Anak yang mengalami stunting memiliki ciri-ciri, anatra lain tanda pubertas terlambat, perfoma buruk terhadap perhatian dan memori belajar, pertumbuhan gigi terlambat, usia 8-10 tahun anak menjadi pendiam dan tidak banyak melakukan kontak

mata, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih mudah dari usianya lain (Kementerian Desa Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017).

Stunting dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan dan pertumbuhan anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek, yakni terhambatnya perkembangan otak, menurunnya kecerdasan, pertumbuhan fisik terganggu, dan gangguan terhadap metabolisme tubuh. Dampak jangka panjang, yakni kemampuan kognitif dan prestasi belajar menurun, mudah mengalami sakit dan berrisiko mengalami diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, dan disabilitas pada usia tua akibat menurunnya kekebalan tubuh (Kementerian Desa Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017)

Tindakan yang dilakukan untuk menangani stunting meliputi intervensi spesifik dan intervensi sensitif pada seribu hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun. Intervensi gizi spesifik meliputi intervensi terhadap ibu hamil dan anak dalam seribu hari pertama kehidupan. Intervensi pada ibu hamil meliputi: pemberiaan makanan tambahan untuk mencegah kekurangan energi dan protein kronis, mencegah kekurangan zat besi dan asam folat, mencegah kekurangan iodium, mencegah kecacingan pada ibu hamil dan mencegah ibu hamil dari malaria. Intervensi pada ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan meliputi mendukung inisiasi dini dan memotivasi dalam pemberian ASI ekslusif.

Intervensi pada Ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan meliputi memberikan motivasi terhadap pemberian ASI hingga usia 23 bulan disertai pemberian MP-ASI yang bergizi. Penyediaan obat cacing, suplemen Zink, fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan, memberikan

(7)

imunisasi lengkap dan mencegah serta mengobati diare. Intervensi gizi sensitif berfokus pada masyarakat dan tidak secara khusus bagi ibu hamil dan balita pada seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Intervensi gizi sensitif meliputi, adanya akses terhadap air bersih, tersedianya sanitasi yang baik, melakukan fortifikasi bahan pangan, adanya Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), adanya layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Persalinan Universal (Jampersal) juga dibutuhkan untuk menjamin ibu hamil mendapatkan layanan persalinan dari tenaga profesional, adanya pendidikan pengasuhan pada Orang Tua, anak-anak mendapatkan pendidikan usia dini secara universal, adanya layananan pendidikan gizi masyarakat, terdapat edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja dan meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

SIMPULAN DAN SARAN

Stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang tidak sesuai dengan umurnya. Stunting dapat terjadi akibat beberapa faktor, yaitu gizi buruk ibu hamil maupun anak balita; rendahnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum hamil, saat kehamilan dan setelah ibu melahirkan; Asi eksklusif tidak diberikan pada anak usia 0-6 bulan; layanan kesehatan yang terbatas dan tidak memadai; kuranya cakupan imunisasi pada anak usia 1-5 tahun; serta kurangnya akses terhadap makanan bergizi, air bersih dan sanitasi.

Orang tua khususnya ibu perlu mendapatkan pengetahuan khusus mengenai stunting dan cara pencegahannya sehingga orang tua memiliki perubahan perilaku terhadap pola asuh anak sejak kehamilan sampai 1000 hari pertama kelahiran. Selain itu, perlu dilakukan kerja sama multisektoral yang melibatkan pemerintah desa, petugas

kesehatan, layanan kesehatan seperti puskesmas dan masyarakat dalam mencegah meningkatnya prevalensi stunting di Desa Lenda.

Pemerintah Desa Lenda dapat memanfaatkan dana desa untuk menyediakan akses air bersih bagi masyarakat, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita dan memberikan bantuan jamban yang sehat bagi masyarakat yang belum memiliki jamban. Petugas kesehatan juga diharapakan meningkatkan layanan kesehatan terhadap ibu hamil, bayi, dan balita dengan memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, mendorong pemberian ASI eksulisif dan pemberian makanan tambahan serta memperluas cakupan imunisasi. Masyarakat juga perlu berkontribusi dalam mencegah stunting dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya diare.

DAFTAR PUSTAKA

Allen H.L & Gillespie, S.R, 2001: What Work? A Review of the Efficacy and Effectiveness of Nutrition Intervention, SR. ACC/SCN: Geneva in collaboration with the Asian Development Bank, Manila. Diakses dari: https://www.adb.org/sites/defa ult/files/publication/27916/wh

at-works-nutrition-interventions.pdf pada tanggal

10 Agustus 2018

Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. e-Jurnal Pustaka Kesehatan,vol. 3 (no. 1).https://jurnal.unej.ac.id/ind ex.php/JPK/ar ticle/view/2520/2029. Diakses pada 13 Agustus 2018. Bishwakarma, R. (2011). Spatial Inequality inChildren Nutrition in

(8)

Nepal: Implications ofRegional

Context and

Individual/HouseholdCompositio n. (Disertasi, University of Maryland,College Park, United States).https://drum.lib.umd.ed

u/handle/1903/11683.

Diakses pada 13 agustus 2018. Brinkman HJ, de Pee S, & Sanogo I et

al. 2010: High Food Prices and The Global Financial Crisis Have Reduced Access to Nutritious Food and Worsened Nutritional Status and Health. The Journal of Nutrition, Volume 140, Issue 1, 1 January, Pages 153S– 161S,https://doi.org/10.3945/j n.109.110767pub 2009 Nov 25. Diakses dari: https://academic.oup.com/jn/a rticle/140/1/153S/4600303 pada tanggal 12 Agustus 2018. Dewana, Z., Fikadu, T., Fascha, W., &

Mekonnen, N. (2017). Prevalence and Predictors of Stunting among Children of Age between 24 to 59 months in Butajira Town and Surrounding District, Gurage Zone, Southern Ethiopia. Health Science Journal, 11(4), 1-5. Diakses dari : www.hsj.gr/archive.php pada tanggal 10 Mei 2019

Fikadu, T., Assegid, S. & Dube, L., 2014: Factor Associated With Stunting Among Children Age 24 to 59 Months in Meskan District, Gurage Zone, South Ethiopia: A case-control study. BMCPublic Health, 14(800). Diakses dari https://bmcpublichealth.biome dcentral.com/articles/10.1186/

1471-2458-14-800 Diakses

tanggal 12 Agustus 2018.

Harian Republika, 2018: WHO: 7,8 Juta Balita di Indonesia Penderita Stunting. Diakses dari: https://www.republika.co.id/be rita/nasional/umum/18/01/24 /p30s85396-who-78-juta-balita-di-indonesia-penderita-stunting diakses Tanggal 11 Agustus

2018

Hasegaw, J., Ito, Y. M. & Yamauchi, T., 2017: Development Of a Screening Tool To Predict Malnutrition Among Children Under Two Years Old In ZAMBIA.

Diakses dari:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pmc/articles/PMC5533133/.

Pada tanggal 11 Agustus 2018. Hunt MJ. 2005: The Potential Impact

of Reducing Global Malnutrition on Poverty Reduction and Economic Development. Asia Pacific Journal Clinical Nutrition 14 (CD Supplement), 10—38.

Diakses dari:

http://apjcn.nhri.org.tw/server

/APJCN/14/s/10.pdf pada

tanggal 12 Agustus 2018.

Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Trasnmigrasi, 2017: Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting, Jakata. Diakses dari: http://siha.depkes.go.id/portal/ files_upload/Buku_Saku_Stunti

ng_Desa.pdf pada tanggal 12

Agustus 2018.

Kementrian Kesehatan, 2013: Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Diakses dari:

http://www.depkes.go.id/resour ces/download/general/Hasil%2

0Riskesdas%202013.pdf pada

tanggal 12 Agustus 2018.

Kementrian Kesehatan RI, 2016: Situasi Balita Pendek. Info Datin, Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Diakses dari: http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/infodat

in/situasi-balita-pendek-2016.pdf pada tanggal: 12

Agustus 2018.

(9)

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2017

Diakses dari:

http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/profil- kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf pada tanggal 12 Agustus 2018. Kementrian Keuangan, 2018:

Penanganan Stunting Terpadu Tahun 2018. Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan, Jakarta.

Diakses dari;

http://www.anggaran.depkeu.g o.id/content/Publikasi/stunting /Penanganan%20Stunting_DJA. pdf pada tanggal 11 Agustus 2018.

Manggala, A. K., Kenwa, K. W., & Kenwa, M. M. (2018). Risk factors of stunting in children aged 24-59 months. Paediatrica Indonesiana, 58(5), 205-212. doi:

http://dx.doi.org/10.14238/pi

58.5.2018.205-12.

Mardani, R. A., Wetasin, K., & Suwanwaiphatthana, W. (2015). The Predicting Factors Affecting The Occurrence Of stunting In Children Under Five Years Of Age. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), 1-7. doi:http://dx.doi.org/10.15294/ kemas.v11i1.3927

Mazengia, A. L., & Biks, G. A. (2018). Predictors of Stunting among School-Age Children in Northwestern Ethiopia. 1-7. doi:https://doi.org/10.1155/20 18/7521751

Ni'mah, K., & Nadhiroh. (2015). Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13-19.

Onis M, Monika B, Borghi E, 2011: Prevalence and Trends of Stunting Among Pre-Schooc Hildren, 1990–2020, Public Health Nutritionpage 1-7 doi:10.1017/S1368980011001 315. Diakses dari: http://www.portal.pmnch.org/ nutgrowthdb/publications/Stu nting1990_2011.pdf Pada Tanggal 12 Agustus 2018

Pearson, R., Killedar, M., & Petravic, J. (2018). Optima Nutrition: an allocative efficiency tool to reduce childhood stunting by better targeting of nutrition-related interventions. BMC Public Health, 2-12.

Susilo, W. H. (2013). Prinsip-prinsip biostatika dan Aplikasi SPSS pada Ilmu Keperawatan. Jakarta: In Media.

Susiolo, W. H. (2014). Biostatistika Lanjut dab Aplikasi Riset. Jakarta: Trans Info Media. UNICEF (United Nation International

Children’s Emergency Fund), 2009: Annual Report 2008.

UNICEF Division

Communication, New York, USA. Diakses dari: HYPERLINK "https://www.unicef.org.hk/u pload/NewsMedia/dowload/in ternational/Annual_Report_20 08.pdf" https://www.unicef.org.hk/u pload/NewsMedia/dowload/in ternational/Annual_Report_20 08.pdf pada tanggal 11 Agustus 2018.

WHO, 2014. Global Nutrition Targets 2025 Stunting Policy Brief. Department of Nutrition for Health and Development World Health Organization. Geneva. Diakases dari: HYPERLINK "http://apps.who.int/iris/bits tream/handle/10665/149019 /WHO_NMH_NHD_14.3_eng.p

(10)

df;jsessionid=FC8B49B0B9B8 448A91152DD475AE799A?se quence=1" http://apps.who.int/iris/bitst ream/handle/10665/149019 /WHO_NMH_NHD_14.3_eng.p df;jsessionid=FC8B49B0B9B8 448A91152DD475AE799A?se

quence=1 pada tanggal 11

Agustus 2018.

_________2017: Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tentang Gerakan Masyarakat Hidup sehat.

Diakses dari: http://www.kesmas.kemkes.g o.id/assets/upload/dir_519d4 1d8cd98f00/files/Inpres- Nomor-1-Tahun-2017- tentang-Gerakan-Masyarakat-Hidup-Sehat_674.pdf pada tanggal 12 Agustus 2018.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemecahan  Masalah
Gambar 4: Penyuluhan Kesehatan  Stunting dan Cara Pencegahan

Referensi

Dokumen terkait

Ada hubungan signifikan antara kejadian stunting dengan pendidikan ibu balita, status gizi ibu saat hamil, asupan nutrisi balita, riwayat ISPA dan diare, serta

Sikap konsumen terhadap promosi Fruitea ditinjau dari usia konsumen diperoleh nilai Hatau Kai-Kuadrat 1,372 (lebih kecil dan X2 tabel o,«)5(2) =5,991) dengan probabilitas p

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hubungan antara intensitas menonton program acara religi di TV dengan tingkat keberagamaan pada

Ditolak karena naskah asli kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/ buruh yang dimohonkan penangguhan pelaksanaan upah minimum Kabupaten/Kota Tahun 2014 tidak

• Pekerja yang mempunyai pengalaman dalam bidang tugas yang berkaitan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik dan cekap?. • Pekerja itu dapat meningkatkan produktiviti

 Bila arah dioda kekanan, maka bagian positif dari sinyal input akan dilewatkan, dan bagian negatif akan dipotong, berarti clippernegatif.  Bila arah dioda kekiri, maka

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi ransum, konsumsi protein, dan kecernaan protein pada ayam broiler yang diberi perlakuan ransum dengan penggunaan

Each transformer shall be provided with 3 (three) approved devices for indicating the hottest spot temperatures of primary &amp; secondary windings and oil. Each