• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEMINAR UJI EFEKTIFITAS DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUMROBX) SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP PITYROSPORUM OVALE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SEMINAR UJI EFEKTIFITAS DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUMROBX) SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP PITYROSPORUM OVALE"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

509

SEMINAR UJI EFEKTIFITAS DAUN PANDAN WANGI (PANDANUS AMARYLLIFOLIUMROBX) SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP

PITYROSPORUM OVALE

Saadah Siregar1 , Novandi Purba 2

1Program Studi Teknologi Laboratorium Medik

2Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara – Indonesia

*email korespondensi author: Ghozalirusman@gmail.com

Abstrak

Tanaman daun pandan wangi merupakan tanaman yang termasuk dalam famili pandanaceae. Kandungan metabolit daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) alkaloid, flavonoid, saponin, tanin diketahui senyawa itu yang memiliki efek antijamur. Pityrosporum ovale yaitu yeast atau jamur bersel tunggal yang termasuk anggota genus Malassezia sp, dan termasuk famili Cryptococcaceae.

Pityrosporum ovale ini penyebab dermatomikosis superfisialis dimana mengenai stratum korneum pada lapisan epidermis. Jamur ini merupakan flora normal di kulit kepala, namun pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak yang berlebih, jamur ini dapat tumbuh dengan subur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui zona hambat dari daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40% terhadap Pytirosporum ovale pada media Potato Dextrose Agar dengan metode difusi menggunakan kertas cakram.

Metode difusi digunakan untuk mengukur diameter zona hambat terhadap pertumbuhan jamur. Kontrol positif yang digunakan adalah ketokonazole 2% dan control negative DMSO 1%. Hasil penelitian menggunakan pengukuran diameter zona hambat pada konsentrasi 10% adalah 7,86 mm, zona hambat pada konsentrasi 20% adalah 8,53 mm, zona hambat pada konsentrasi 30% adalah 8,76 mm, dan zona hambat pada konsentrasi 40% adalah 9,43 mm.

Kata kunci : Daun Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), Pityrosporum ovale

(2)

510

Abstract

The Pandan Wangi leaf plant is a plant that belongs to the Pandanaceae family. The metabolite content of fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Alkaloids, flavonoids, saponins, tannins are known to have an antifungal effect.

Pityrosporum ovale is a yeast or single-celled fungus that belongs to the genus Malassezia sp, and belongs to the Cryptococcaceae family. Pityrosporum ovale causes superficial dermatomycosis which affects the stratum corneum in the epidermis layer.

This fungus is a normal flora on the scalp, but in conditions of hair with excess oil glands, this fungus can thrive. The purpose of this study was to determine the inhibition zone of fragrant pandanus leaves (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Concentrations of 10%, 20%, 30%, and 40% of Pytirosporum ovale on Potato Dextrose Agar media by diffusion method using disc paper. The diffusion method was used to measure the diameter of the zone of inhibition against fungal growth.

The positive control used was ketoconazole 2% and negative control DMSO 1%. The results of the study using the diameter of the inhibition zone at a concentration of 10% were 7.86 mm, the inhibition zone at a concentration of 20% was 8.53 mm, the inhibition zone at a concentration of 30% was 8.76 mm, and the inhibition zone at a concentration of 40% was 9, 43 mm.

Keywords: Fragrant Pandan Leaves (Pandanus amaryllifolius Roxb.), Pityrosporum ovale

(3)

511

1. Pendahuluan

Tumbuhan merupakan sumber penting dalam menghasilkan senyawa obat-obatan, hal ini disebabkan tumbuhan mengandung senyawa bioaktif (Mahidol et al., 2002). Berbagai senyawa bioaktif dalam tumbuhan – tumbuhan telah banyak diidentifikasi, diisolasi dan diekstraksi sehingga senyawa bioaktif dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, antifungi, antivirus dan antiparasit (Keller dan Nugraha, 2011).

Indonesia merupakan Negara suhu yang tinggi, dan kelembaban

menyebabkan tumbuhnya

mikroorganisme seperti jamur atau yang disebut dengan istilah dermatomikosis. Dermatomikoscis digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu dermatomikosis superfisialis dan dermatomikosis profunda

(Kurnianti, 2018).

Salah satu penyakit jamur yaitu ketombe.Jamur ini merupakan flora normal di kulit kepala, namun pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak yang berlebih, jamur ini dapat tumbuh dengan subur.Pityrosporum Ovale salah satu penyebab penyakit kulit salah satu contohnya adalah ketombe (Kurnianti, 2018).

Pityrosporum ovale merupakan mokroorganisme diduga sebagai penyebab utama ketombe.Pityrosporum ovale yaitu yeast atau jamur bersel tunggal yang termasuk anggota genus

Malassezia sp, dan termasuk family Cryptococcaceae. Pityrosporumovale ini penyebab dermatomikosis superfisialis dimana mengenai wstratum korneum pada lapisan epidermis.(Oktaviani, 2016).

Ketombe memiliki kelembapan lebih tinggi. Banyak penderita mengeluh kurangnya rasa percaya diri, adanya bau tidak sedap, dan sisik putih yang jatuh di sekitar bahu. Pengobatan dilakukan menggunakan shampo, perawatan rambut yang mengandung bahan kimia. Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tanama ini sebagai mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan mikroba, ataupun sintetis. Masyarakat kurang berfikir akan dampak bahan kimia tersebut. Efek samping bahan kimia tersebut yaitu: kerusakan rambut seperti kerontokan, patah, dan perubahan warna, terjadinya dermatitis pada kulit kepala, efek samping sistemik. Hal ini jarang terjadi, namun pada penggunaan jangka panjang akan mengalami efek yang lebih serius. Adapun zat kimia yang terkandung pada kosmetik anti ketombe seperti: Sulfur, asam salisilat, selenium sulfida, seng pirition, dan pirokton olamine (Kurnianti, 2018).

Salah satu contoh tanaman yang digunakan sebagai alternatif antijamur adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Robx), dimana pandan wangi adalah jenis tanaman

(4)

512

yang banyak ditemukan di Indonesia (Leksono dkk., 2018). Senyawa - senyawa yang dimiliki daun pandan wangi diduga memberikan kontribusi dalam aktivitas antifungi antara lain flavonoid, saponin, alkaloid, tannin (Nanda, dkk., 2019).

Kandungan senyawa kimia pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb), memiliki kandungan aktivitas antifungi (Aisyah, 2016).

Penelitian ini dilakukan untuk bertujuan menguji efektifitas antijamur dengan penggunaan ekstrak etanol-etil asetat (1:1) pada pandan wangi (Pandanus amaryllifolius roxb.) terhadap jamur Pityrosporum ovale serta konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan jamur tersebut.Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan panda wangi sebagai alternatife pengobatan herbal yang di sebabkan infeksi jamur.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen laboratorium dengan tahapan penelitian yaitu, pengujian ekstrak daun pandan wangi terhadap Pityrosporum ovale dengan metode difusi menggunakan kertas cakram untuk melihat aktivitas jamur.

Parameter yang diamati adalah besar diameter hambat pada konsentrasi 40%, 30%, 20%, 10%. Kegiatan pengabdian ini diarahkan kepada tenaga lab di RSUD Deli Serdang.

Prosedur yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah sebagai berikut:

3. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan adalah autoklaf, blender, tabung reaksi, erlenmayer, cawan petri, gunting, gelas ukur, spatula, batang pengaduk, oven, labu alas bulat, incubator, kapas, benang pengikat, rotary evaporator, timbang analitik, pembakar Bunsen, hot plate, jamur ose, pipet tetes, kain kasa, labu erlenmayer, penjepit tabung, mikroskop, kertas perkamen, Laminar Air Flow, rak tabung reaksi, kertas cakram, beaker glass, pipet mikro, tissue, serbet, jangka sorong dan penggaris. Alat-alat yang digunakan dalam uji aktifitas antijamur ini disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekstrak daun pandan wangi, media Potato Dextrose Agar (PDA) suspense standar Mc Farland 0,5. Bahan kimia yang digunakan : Mg serbuk, preaksi mayer, FeCl3 1%, NaOH4 40%, asam asetat, aquadest, etanol 96%, asam klorida 2N, asam sulfat 2N, NaCL 0,9%, pereaksi Bouchardat, Dragendorff, pereaksi klorahidrat, preaksi Liebermann- Burchard, timbale (II), larutan dimetilsulfoksida (DMSO), H2SO4 1%, BaCl2, Na CMC 0,5%, preaksi molisch, amil alkohol, methanol, kloroform- isopronolol.

(5)

513

4. Penyiapan Sampel

Sampel yang digunakan daun Panda Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) yang diperoleh dari Gg.

Pantai Cermin Kiri Dusun V, Kec.

Pantai Cermin, Kab. Serdang Bedagai, Medan. Sampel ysng digunakanakan sama kandungan dan khasiatnya dengan daerah lain.

a. Pembuatan dan Pemeriksaan Karakteristik Simplisia.

Sampel yang sudah di kumpulkan dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir, ditiriskan hingga kering lalu ditimbang berat basahnya. Setelah itu sampel diiris/dirajang kecil-kecil, karena semakin kecil diameter yang di potong maka semakin cepat proses pengeringannya. Setelah diiris/dirajang kecil-kecil sampel diangin- anginkan didalam ruangan yang terhindar dari sinar matahari, hingga kering lalu ditimbang berat kering. Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air yang ada didalam daun agar mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri atau jamur. Selanjutnya dilakukan penyerbukan yaitu membuat sampel menjadi partikel-partikel yang lebih halus dengan menggunakan diblender. Tujuan penyerbukan ini adalah untuk memperluas permukaan sehingga memudahkan untuk memasukan cairan penyari dari sel- sel daun dan terjadi perpindahan zat aktif dari serbuk kedalam penyari.

Untuk pemeriksaan karakteristik

simplisia ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu Pemeriksaan makrokopik dan organoleptic yang meliputi sifat morfologi luar, rasa, warna, dan bau dari sampel, penetapan kadar air, Penetapan kadar sari yang larut dalam air dan etanol, penetapan kadar abu total dan yang tidak larut pada asam.

b. Uji Golongan Senyawa Kimia Skrining fitokimia serbuk simplisia meliputi pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavanoid, saponin, dan tannin.

c. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (EEDPW)

Serbuk simplisia ekstrak daun pandan wangi sebanyak 500 gram dilarutkan dengan pelarut etanol 96%

sebanyak 3,75 liter menggunakan wadah kaca, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyaring secukupnya. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari.Diendap tuangkan atau disaring.

Hasil yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C sampai sebagian besar pelarutnya menguap dan dilanjutkan peruses pengguapan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental.

5. Pembuatan Media

a. Pembuatan Media Potato Destrose Agar (PDA)

(6)

514

Komposisi: Potato extract (40,0 gram), Dextrose (20,0 gram), Agar (15,0 gram).

Cara pembuatan : Ditimbang sebanyak 7,8 gram serbuk PDA ke dalam suling hingga volume keseluruhan menjadi 200 ml lalu didihkan hingga larut.

Disterilkan pada suhu 121°C selam 15 menit.Diaduk dengan baik sebelum dituang ke dalam cawan petri.

b. Larutan NaCl 0,9%

Komposisi: Natrium Klorida (9 gram), Aquadest (1000 ml).

Cara pembuatan: natrium klorida ditimbang 0,9 gram lalu larutkan dalam suling steril sedikit demi sedikit dalam Erlenmeyer 100 ml sampai larut sempurna, disterilkan diautoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.

c. Suspensi Standar Mc Farland 0,5

H2SO4 1% sebanyak 9,95 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi steril lalu ditambahkan BaCl2 1%

sebanyak 0,05 mL. Larutan tersebut dihomogenkan secara merata lalu diukur kekeruhannya.Kekeruhan larutan ini digunakan sebagai standar kekeruhan untuk suspensi jamur.

d. Peremajaan Jamur

Pityrosporum ovale

Pityrosporum ovale diambil dari suatu biakan murni sebanyak 1-2 ose, lalu menggoreskan ke media Potato Destrose Agar(PDA). Pada tabung dan diinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 25-27°C.

e. Pembuatan Suspensi Pityrosporum ovale

Diambil Pityrosporum ovale yang telah diremajakan pada media PDA menggunakan jarum ose steril, lalu disuspensikan kedalam tabung reaksi NaCL o,9% sebanyak 9ml lalu dihomogenkan.

f. Pembuatan Inokulum Jamur Kultur jamur yang sudah tumbuh diambil dengan menggunakan jamur ose steril, kemudian disuspensikan ke dalam 10 ml media Potato Dextrose Agar (PDA) steril lalu diikubasi pada suhu 36-37°C selama 48 jam.

6. Hasil dan Pembahasan a. Hasil Identifikasi Tanaman.

Hasil identifikasi tanaman yang dilakukan di Hebarium USU, menunjukkan bahwa sampel yang diteliti adalah sukuPandanaceae, spesies Pandanus amaryllifolius Roxb.

b. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) 1. Hasil Pemeriksaan Makroskopik.

Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun panda wangi, adalah sebagai berikut:Daun berwarna hijau berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata bertulang sejajar, dan memiliki bau yang khas, diameter 3-5cm, panjang 40-80 cm, rasa pahit.

2. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik.

Serbuk simplisia menunjukkan adanya fragmen mesofil, fragmen

(7)

515

stomata, fragmen epidermis atas, fragmen kalsium oksalat berbentuk kubus dan rapida.

3. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amary llifolius Roxb).

Hasil karakterisasi simplisia Daun Pandan Wangi yaitu penetapan kadar air yaitu sebesar 7,3%, kadar sari yang larut dalam air yaitu sebesar 5,13%, kadar sari yang larut dalam etanol yaitu sebesar 4,5%, kadar abu total yaitu sebesar 7,14%, Penetapan kadar abu total tidak larut dalam asam yaitu sebesar 0,71% . Standarisasi simplisia untuk daun pandan wangi tertera pada monografi buku. Materia Medika Indonesia, sehingga hasil yang didapatkan dalam penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi buku Materi Medika Indonesia.

Tabel A. Hasil pemeriksaan karakterisasi ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb). Sumber :Sagala (2017)

C. Hasil Skrining Fitokimia

Golongan senyawa kimia terhadap serbuk simplisia daun pandan wangi dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya.

Adapun pemeriksaan golongan senyawa Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tannin.

Table B. Hasil golongan senyawa kimia serbuk simplisia daun pandan

wangi.

Keterangan:

(+) positif = mengandung golongan senyawa

(-) negative = tidak mengandung golongan senyawa

7. Hasil Ekstrak

Ekstraksi daun Pandan Wangi menggunakan metode maserasi yang diekstraksi dengan pelarut etanol 96%

untuk memperoleh estrak etanol.Hasil dari penyaringan 500g serbuk simplisia daun pandan wangi diproleh ekstrak etanol 84,231 g, diperoleh hasil rendaman sebesar 16,847%.

8. Hasil Uji Daya Hambat Estrak Etanol Daun Pandan

Wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb) Sebagai

Antijamur Terhadap

Pityrosporum ovale.

Metode yang digunakan dalam uji efektifitas daun pandan wangiv (Pandanus Amaryllifolius Roxb)

No Karakterisasi Hasil

1. Penetapan Kadar Air 7,3%

2. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air 5,13 3. Penetapan Kadar Sari Larut Dalam %

Etanol

4,5%

4. Penetapan Kadar Abu Total 7,14 5. Penetapan kadar abu total tidak larut %

dalam asam

0,71

%

No Perameter Pereaksi Perubahan Hasil 1. Alkaloid Kloroform,

mayer

Terbentuk endapan putih

+ 2. Flavonoid Mg, HCl

pekat

Larutan berwarna jingga

+ 3. Saponin Aquadest Terbentuk

busa

+ 4. Tannin FeCl3 Larutan

berwarna biru

kehitaman +

(8)

516

adalah metode difusi cakram dengan menggunakan kertas cakram dengan konsentrasi 40%, 30%, 20% dan 10%. Hal ini ditunjukkan dengan zona bening disekitar cawan petri. Hal ini disebabkan karena ekstrak daun pandan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, dan tanin, dimana senyawa tersebut dapat menghambat antijamur.

Semakin tinggi jumlah ekstrak yang digunakan maka semakin besar zona hambat yang terbentuk. Zona hambat terbesar pada jamur Pytirosporum ovale dengan konsentrasi 40% sebesar 9,43 mm yang termasuk katagori kuat. Diikuti dengan konsentrasi 30% sebesar 8,76mm yang termasuk katagori kuat, diikuti konsentrasi 20% sebesar 8,53 mm yang termasuk katagori kuat, dan konsentrasi 10% sebesar 7,86 mm yang termasuk katagori sedang.

DMSO dengan konsentrasi 1%

digunakan sebagai control negative karena mempunyai aktivitas antijamur. Ketokonazol dengan konsentrasi 2% digunakan sebagai control positif sebesar 9,76mm dengan katagori sangat kuat.

Berdasarkan keseluruhan hasil pengujian aktivitas antijamur dapat diperoleh hasil bahwa ekstrak daun pandan diperoleh hasil bahwa ekstra daun pandan yang diujikan menghambat jamur Pytirosporum ovale.

Tabel C . Hasil uji daya hambat ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) sebagai antijamur terhadap Pytirosporum ovale.

9. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian:

a. Adanya ekstrak daun pandan wangi memiliki efektifitas antijamur terhadap Pityrosporum ovale.

b. Diameter Zona hambat efektifitas ekstrak daun pandan wangi sebagai antijamur terhadap Pityrosporum ovalepada konsentrasi 40% adalah 9,4 mm, pada konsentrasi 30% adalah 8,9 mm, pada konsentrasi 20% adalah 8,3 mm, pada konsentrasi 10% adalah 7,9 mm.

10. Ucapan Terima Kasih

Saya mengucapkan terimakasih pada seluruh dosen serta staff Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang memberi membimbing dalam penulisan jurnal ini, dan keluarga serta teman- teman yang turut membantu memberi

Konsentrasi Ekstrakdiameter

DI DII DII Rata- Rata

Ket.

10% 7,7 7,9 8 7,86 Sedang 20% 8,3 8,5 8,8 8,53 Kuat 30% 8,5 8,8 9 8,76 Kuat 40% 9,2 9,5 9,6 9,43 Kuat

DMSO 1% - - - - -

Ketoconazole 2% 9,5 9,8 10 9,76 Sangat kuat

(9)

517

motivasi dan dukungan moral kepada saya.

11. Daftar Pustaka

Aisyah.(2016). Daya Hambat Ekstra Panda Wangi (Pandanus amaryllifolius) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri

Staphylacoccus aureus. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Keller PA, Nugraha AS, 2011. Revealing Indigenous Indonesian Traditional Medicine:

antiinfective agents. Natural Product Communications, 6 (12): 1953-1966.

Kurnianti, Windy Try. (2018). Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Dan Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarius (Burm. f.) Merr.) Terhadap Jamur Pityrosporum ovale ATCC 3179 Dengan Metode Difusi. [Skripsi].

Universitas Setia Budi Surakarta.

Leksono P, Komala O, Ismanto.

(2018). Aktivitas Ekstrak

Daun Pandan Wangi

(Pandanus amaryllifolius Roxb.) Sebagai Antifungi Candida

albican.

Nanda FN, Wuryandari W. (2019).

Aktivitas Antifungi Perasan Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Terhadap Pertumbuhan Candida albicans.

Hal: 8-11,

Oktaviani, D. (2016). Uji Banding Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Merah( Piper croatum) dengan Zinc pyrthion 1% terhadapt Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada Penderita Ketombe[Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Diponerogo Semarang. Hal 22.

Gambar

Tabel  C .   Hasil  uji  daya  hambat  ekstrak  daun  pandan  wangi  (Pandanus  amaryllifolius  Roxb)  sebagai  antijamur  terhadap Pytirosporum ovale

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan pemantauan kualitas garam beryodium untuk konsumsi melalui pengawasan kualitas garam pada tingkat produksi dan distribusi, koordinasi tindak lanjut hasil

Temuan dari penelitian ini diketahui bahwa Kinerja Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menanggulangi dan Menertibkan Pekerja Seks Komersial di Kota Samarinda

Infeksi Human Immunodefisiensi Virus (HIV) dapat terjadi pada ibu dan janin, penularan pada bayi dapat terjadi Virus (HIV) dapat terjadi pada ibu dan janin, penularan pada bayi

G 1 (guru 1) menggunakan pola permainan siswa dalam pembelajaran begitupun halnya G 2 (guru 2), sebab kebersamaan siswa terutama pada saat istirahat sekolah, terlihat setiap siswa

Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam dan kehidupan secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta- fakta,

Pengambilan data arus lalu lintas kendaraan dilakukan dengan cara merekam pergerakan kendaraan, geometri simpang dilakukan dengan cara mengukur langsung menggunakan roda

Sebagaimana yang kita ketahui lewat berbagai media pada kasus tawuran yang terjadi di Universitas Sumatera Utara (USU), di mana kedua fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan