• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Riska, (2012) dengan judul Analisis preferensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Riska, (2012) dengan judul Analisis preferensi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Riska, (2012) dengan judul Analisis preferensi Konsumen Terhadap Buah Jeruk Lokal dan Impor di Kabupaten Kudus. Tujuan Penelitian (1) Mengkaji atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten Kudus. (2) Mengkaji atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di Kabupaten Kudus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis berlokasi di Toko Buah Sumber, Pasar Kliwon, Pasar Bitingan, Hypermart, Ramayana Mall, Ada Swalayan di Kabupaten Kudus dengan responden sebanyak 96 orang dengan sengaja. Hasil penelitian yaitu hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor mayoritas oleh perempuan berusia produktif yaitu antara 20 hingga 40 tahun (77,08%). Tingkat pendidikan mayoritas SLTA (39,58%). Pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta (29,17%). Tingkat pendapatan mayoritas adalah Rp 1.500.000,00 - Rp 2.499.000,00 (26,04%). Jumlah anggota keluarga mayoritas 4-5 orang (54,17%). Tempat pembelian yang sering dituju responden buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor adalah di pasar tradisonal. Berdasarkan analisis Chi Square terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap semua atribut-atribut yang ada buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kecuali pada atribut warna buah jeruk impor tidak ada perbedaan preferensi. Buah jeruk lokal yang menjadi

(2)

preferensi konsumen di Kabupaten Kudus adalah buah jeruk yang mempunyai rasa manis sedikit asam, warna buah kuning hijau, ukuran buah sedang (8-9 buah/kg), dan aroma buah yang segar. Sedangkan buah jeruk impor yang menjadi preferensi konsumen di Kabupaten Kudus adalah buah jeruk yang mempunyai rasa manis, warna buah oranye, ukuran sedang (8-9 buah.kg), dan aroma buah yang segar.

Berdasarkan analisis Multiatribut Fishbein Atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor di Kabupaten Kudus berturut-turut adalah rasa buah, warna buah, ukuran buah, adan aroma buah. Saran yang bisa diberikan untuk tetap mempertahankan buah jeruk lokal adalah dengan perbaikan mutu dan ketersediaan buah jeruk lokal, serta perlu adanya pembatasan impor.

Penelitian yang dilakukan oleh Sabrina, (2017) dengan judul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Jeruk Lokal Dan Impor Pada Pasar Modern.

Tujuan Penelitian (1) Menganalisis atribut-atribut buah jeruk lokal dan impor yang menjadi preferensi konsumen di Giant Hypermarket Mall Olympic Garden (MOG) (2) Menganalisis atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah jeruk lokal dan impor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Hasil penelitian yaitu berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jeruk lokal yang menjadi kesukaan konsumen pada pasar modern Giant MOG Malang adalah buah jeruk yang memiliki harga buah yang sesuai dengan mutu buah dengan persentase 68,75 %, rasa buah jeruk yang manis sedikit asam dengan persentase 46,25 %, memiliki ukuran buah yang sedang dengan persentase 87,5 %, warna buah hijau kekuningan dengan persentase 52,5 %,

(3)

ketersediaan buah yang selalu tersedia dengan persentase 75 %, kesegaran yang memiliki kulit buah bersih dan segar dengan persentase 76,25 %, serta promosi buah yang diberikan sesuai dengan fakta dengan persentase 68,75 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Nababan, (2019) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Buah Jeruk Impor dan Buah Jeruk Lokal (Studi Kasus : Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan).

Tujuan Penelitian (1) Perkembangan volume jeruk impor dan jeruk lokal di Sumatera Utara. (2) Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli buah jeruk impor dan buah jeruk lokal. (3) Perbedaan tingkat kepercayaan dan sikap konsumen terhadap buah jeruk impor dan buah jeruk lokal. (4) Masalah yang dihadapi konsumen buah jeruk impor dan buah jeruk lokal.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari wawancara kepada konsumen secara langsung dan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi-instansi terkait. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk menganalisis perkembangan volume jeruk impor dan volume produksi jeruk Sumatera Utara dan permasalahan yang dihadapi konsumen buah jeruk impor dan buah jeruk lokal, metode analisis faktor untuk menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli buah jeruk impor dan buah jeruk lokal, dan metode analisis multiatribut fishbein untuk menganalisis tingkat kepercayaan dan sikap konsumen terhadap buah jeruk impor dan buah jeruk lokal.

Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : (1) Ada perkembangan volume jeruk impor dan jeruk lokal di Sumatera Utara. (2) Ada terdapat hubungan faktor-faktor

(4)

yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli buah jeruk impor dan buah jeruk lokal (3) Ada terdapat perbedaan tingkat kepercayaan dan sikap konsumen terhadap buah jeruk impor dan buah jeruk lokal. (4) Ada permasalahan yang dihadapi oleh konsumen jeruk impor dan jeruk lokal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulina, (2016) dengan judul Analisis Preferensi Konsumen atas Buah Jeruk Lokal dan Impor di Kota Medan. Tujuan Penelitian : (1) Untuk menjelaskan urutan atribut buah jeruk siam/keprok lokal dan impor berdasarkan tingkat kepentingan (importance values) menurut preferensi konsumen di Kota Medan. (2) Untuk menjelaskan kombinasi level atribut buah jeruk siam/keprok lokal dan impor berdasarkan nilai kegunaan (utility values) menurut preferensi konsumen di Kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis konjoin dengan aplikasi SPSS 24. Pada penelitian ini menggunakan delapan atribut yang mempengaruhi yaitu warna kulit, warna daging buah, rasa, tekstur kulit, kandungan air, aroma, kemasan dan harga.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli buah jeruk lokal maupun buah jeruk impor didominasi oleh perempuan dengan mayoritas kisaran usia produktif yaitu antara 20 hingga 30 tahun. Pendidikan terakhir mayoritas adalah sarjana. Pekerjaan mayoritas adalah pegawai swasta. Tingkat pendapatan mayoritas adalah Rp 3.000.000,00 - Rp 6.000.000,00. Mayoritas tidak memiliki tanggungan dengan jumlah pembelian sekitar 1-3 kg. Mayoritas alasan membeli karena khasiat buah. Mayoritas lebih memilih mengonsumsi buah jeruk impor. Berdasarkan analisis konjoin, tingkat kepentingan atribut yang menjadi perhatian konsumen dalam keputusan mengonsumsi buah jeruk lokal dan impor yang dimulai dari yang

(5)

pertama dan kedua adalah rasa dan warna kulit untuk jeruk lokal dan kebalikanya untuk jeruk impor, yang ketiga adalah atribut harga untuk jeruk lokal dan impor, yang keempat dan kelima adalah aroma dan kandungan air untuk jeruk lokal dan kebalikannya untuk jeruk impor, yang keenam kemasan untuk jeruk lokal dan impor, yang ketujuh dan kedelapan warna daging buah dan tekstur kulit untuk jeruk lokal dan kebalikannya untuk jeruk impor. Terdapat kesamaan model kombinasi yang paling disukai konsumen terhadap semua atribut-atribut yang ada pada buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kecuali pada atribut warna kulit buah, tekstur kulit dan harga. Model kombinasi yang paling disukai konsumen adalah jeruk lokal dan impor dengan rasa manis, aroma harum, kandungan air banyak, tidak dibungkus, warna daging buah oranye cerah. Sedangkan warna kulit untuk jeruk lokal adalah berwarna hijau kekuningan dan oranye untuk jeruk impor. Tekstur kulit jeruk lokal adalah kasar berpori besar dan halus berpori kecil untuk jeruk impor. Harga yang disukai untuk jeruk lokal adalah Rp 17.500/kg dan impor Rp 17.501/kg – Rp 25.500/kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Isen, Lamusa, dan Effendy, (2016) dengan judul Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Buah Jeruk Lokal Dan Buah Jeruk (Sunkis) Impor Kota Palu. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui atribut buah jeruk lokal dan jeruk impor apa yang paling dipertimbangkan dan menjadi preferensi konsumen di Kota Palu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penentuan responden dilakukan secara Insidental sampling (teknik sampling kebetulan) jumlah responden penelitian yaitu sebanyak 60 responden, Analisis data yang digunakan ialah analisis chi square dan analisis multiatribut fishbein. Hasil

(6)

penelitian menunjukkan bahwa yang membeli jeruk lokal dan jeruk impor dengan usia 19-27 sebanyak 8 responden, sebagian besar perempuan, dengan usia 28-36 sebanyak 21 responden, 35,00% sedangkan jeruk impor ialah responden yang berusia diatas 36 sebanyak 18 responden, 30,00% kemudian usia 46 sebanyak 13 responden. Hasil Chi Square terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap semua atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kecuali pada atribut warna buah jeruk impor. Hasil multiatribut fishbein, menunjukkan sikap dan atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli jeruk lokal baik jeruk impor. Jeruk lokal ialah rasa buah, harga, ukuran dan warna buah, sedangkan jeruk impor ialah rasa, warna, ukuran, dan harga buah.

Berdasarkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menganalisi preferensi konsumen jeruk keprok 55 dapat mempengaruhi masyarakat untuk mengkonsumsi buah jeruk terutama pada saat sandemi covid 19 khususnya varietas keprok 55 asli kota batu. Perbedaan metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu ialah metode analisis conjoin dan Insidental sampling (teknik sampling kebetulan). Analisis yang diguanakan penelitian ini menggunakan metode deskriptif faktor dan variable yaitu sindemi covid 19, faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen, dan motivasi konsumen.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Covid 19

Virus merupakan organisme mikroskopik yang bersifat parasit dan menjadi penyebab beberapa penyakit diantaranya Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).

(7)

Penyebaran COVID-19 telah menjadi wabah pandemi dan penyakit menular dengan gejala demam, batuk dan sesak nafas. Salah satu upaya untuk membatasi pengaruh dari infeksi virus yaitu dengan membangun sistem imun. Sistem imun berfungsi mempertahankan tubuh dari agen asing serta memudahkan perbaikan jaringan. Sistem imun dapat dipertahankan melalui kecukupan gizi 4 terutama vitamin dan mineral serta senyawa bioaktif yang dapat ditemukan pada sayuran (Adawiyah et al. 2019).

Vitamin C banyak tersedia di banyak sumber alami, termasuk buah-buahan dan sayuran segar. Sumber terkaya berasal dari asam askorbat buah jeruk seperti limau, jeruk dan lemon, tomat, kentang, pepaya, paprika hijau dan merah, buah kiwi, stroberi dan melon, sayuran berdaun hijau seperti brokoli. Vitamin C juga berperan dalam melindungi vitamin lain (vitamin A dan vitamin E) dari efek oksidasi yang. Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan juga disebut asam askorbat. Vitamin C terkenal karena perannya dalam sintesis kolagen dalam jaringan ikat dan bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C mendukung fungsi kekebalan tubuh dan melindungi tubuh terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus corona. Vitamin C dapat berfungsi sebagai agen antihistamin yang lemah untuk meringankan gejala seperti flu seperti bersin, hidung yang tersumbat, dan sinus yang bengkak (Tim Dosen Fakultas Kedokteran Unisba 2020).

2.2.2 New Normal

Seperti kita ketahui dengan semakin berbahayanya virus ini yang semakin hari semakin memakan banyak masyarakat Indonesia yang positif oleh karena itu

(8)

pemerintah melakukan berbagai kebijkan demi untuk menekan masyarakat yang positif covid-19 ini. Mulai dari himbauan di rumah saja, dengan cara kerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan badah dari rumah. Kebijakan seperti social distancing lalu berubah menjadi physical distancing. Karena penggunaan kata jarak sosial dirasa kurang tepat secara tidak langsung orang-orang harus berhenti berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Kata sosial diganti dengan fisik dengan tujuan setiap orang tetap bisa berkomunikasi namun dengan menjaga jarak fisik setidaknya satu meter. Kebijakan-kebijakan dan peraturan yang kembali dibuat oleh pemerintah demi menekan masyarakat yang positif covid-9 seperti karantina wilayah dan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar). Saat ini ada peraturan baru yang akan diberlakukan oleh pemerintah dan sudah diberitahu masyarakat yaitu dengan akan adanya kebijakan new normal. New normal adalah cara penanganan percepatan covid-19 dalam aspek kesehatan, ekonomi,dan sosial tentunya dengan SOP yang harus dikaji terlebih dahulu terutama dengan protokol kesehatan yang diterapkan saat pelaksanaan new normal. Kebijakan new normal yang akan diterapkan di Indonesia apakah hal ini akan menimbulkan masalah dan keresahan dalam masyarakat. Tentunya ini masih menjadi pertanyaan karena setiap orang memiliki pendapat dan pilihan masing masing, ada masyarakat yang menyambut baik dan ada pula yang mengalami kecemasan dalam kebijakan ini.

Masyarakat yang menyambut baik mereka yang memiliki kepentingan pribadi seperti mereka yang memiliki usaha berdagang, karena mereka ingin tetap melanjutkan usahanya agar bisa menyambung hidup dimasa sulit seperti ini.

Adapula masyarakat mengalami kecemasan dengan beberapa faktor seperti faktor

(9)

usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir setiap orang. Faktor usia tentunya bisa saja menjadi faktor yang membuat alasan kecemasan masyarakat karena sepertikita ketahui usia yang sudah menginjak lanjut usia sangat mudah terkena covid-19, lalu ketika berbicara jenis kelamin tentunya kita bisa menyimpulkan bahwa tentunya kedua memiliki perbedaan seperti fisik dan mental walaupun tidak semua bisa kita sama ratakan, dan pendidikan adalah satu faktor yang bisa saja mempengaruhi kecemasan akan covid-19. Seperti kita ketahui setiap jenjang pendidikan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda dalam segi menerima informasi dan mengolah informasi (Gumantan, 2020). Adanya Covid-19 dan diberlakukannya social distancing juga membuat adaptasi konsumen dengan cepat merespon kehidupan new normal dalam berbagai bidang. Himbauan stay at home atau work from home menjadikan kegiatan terbatas (working- living-playing) dan meningkatkan konsumsi. Diperkuat pula dengan imbauan makanan sehat dan bergizi sebagai upaya meningkatkan imunitas (Dzikrayah, 2020).

2.2.3 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah pemilihan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai produk pilihan yang ada. Pemahaman preferensi konsumen bertujuan untuk meneruskan strategi pemasaran yang secara berkelanjutan agar barang atau jasa yang dijual atau dipasarkan tetap diminati oleh konsumen (Aiman, Handaka, dan Lili 2017).

(10)

Preferensi konsumen dipengaruhi oleh atribut dari dalam produk serta indikator dari luar produk dan deskripsi yang diberikan oleh penjual produk.

Sebuah barang dapat dikatakan sebagai barang yang dibutuhkan ketika konsumen dapat melihat atribut yang relevan sebelum pembelian misalnya harga, dimensi, ukuran, dan warna (Moser, Raffaelli, and Thilmany-McFadden 2011).

2.2.4 Perilaku Konsumen

Menurut Hawkins dan Mothersbaugh (2010) perilaku konsumen adalah:

“consumer behavior is the study of individuals, groups, or organization and the pro-cesses they use to select, secure, use and dispose of products, services, experiences, or ideas to satisfy needs and the impacts that these processes have an the consumer and the society” Artinya : perilaku konsumen adalah studi tentang individu, kelompok organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan membuang produk, jasa, pengalaman, atau ide dimana proses ini memiliki dampak terhadap konsumen dan dilingkungan masyarakat.

Perilaku konsumen pada dasarnya merupakan keputusan yang diambil oleh konsumen dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia yaitu waktu, uang, dan upaya, untuk ditukar dengan barang untuk dikonsumsi. Secara sederhana perilaku konsumen meliputi keputusan tentang apa yang dibeli oleh konsumen, mengapa, dimana, kapan, dan seberapa sering ia membeli. Perilaku konsumen juga dapat didefenisikan sebagai proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca konsumsi produk (Aiman, Handaka, and Lili 2017).

(11)

Menurut Tooy (2015) Ada bagian dari perilaku konsumen yang dapat berubah ketika perbedaan jenis kelamin terlibat untuk memilih produk atau jasa yang tepat, yaitu impulse buying. Impulse buying adalah bagian dari suatu kondisi yang dinamakan Uplanned Purchase atau pembelian yang tidak direncanakan yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi ternyata berbeda dengan perencanaan pembelanjaan seorang konsumen Fitriani (dalam Tooy, 2015). Coley (dalam Tooy, 2015) menyatakan komponen kognitif dan afektif secara bersama mempengaruhi bagaimana dan besarnya emosi dan atau alasan menciptakan impulsif atau kontrol diri. Sejauh mana impulsif terjadi bergantung pada dua komponen ini, impulsif afektif dan kontrol diri kognitif. Meskipun tidak dapat dibedakan secara konseptual, proses afektif (emosional), yang menciptakan impulsivitas, dan proses kognitif (beralasan), yang memungkinkan kontrol diri adalah tidak saling bergantung satu sama lainnya. Komponen kognitif dan afektif bersama-sama mempengaruhi bagaimana dan seberapa besarnya emosi dan atau alasan menciptakan impulsivitas atau kontrol diri. Tingkatan dimana impulsivitas muncul bergantung pada seberapa besar dua komponen ini, impulsivitas afektif dan kontrol diri kognitif.

2.2.5 Tahap - Tahap dalam Proses Pembelian

Menurut Edi Wibowo dan Diah Madusari (2018) Tahap-tahap pengambilan keputusan ada 5 (lima) tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli barang dan jasa yang umum dilakukan seseorang yaitu :

(12)

1. Pengenalan kebutuhan, kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi baru tentang suatu produk, kondisi ekonomi,periklanan atau karena kebetulan.

2. Proses informasi konsumen, proses informasi dilakukan secara selektif, konsumen memilih informasi yang relevan bagi benefit yang dicari dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka.

3. Evaluasi produk (Merk), konsumen akan mengevaluasi karakteristik dari berbagai produk atau merk dan memilih produk /merk yang mungkin paling memenuhi benefit yang diinginkannya.

4. Pembelian, dalam pembelian beberapa aktifitas lain diperlukan.

5. Sekali konsumen melakukan pembelian maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika kriteria produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas.

2.2.6 Komoditas Jeruk Keprok Batu 55

Jeruk keprok Batu 55 telah dilepas dan dinyatakan oleh pemerintah sebagai varietas jeruk unggul nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

307/Kpts/SR.120/4/2006, melengkapi varietas jeruk lain yang sudah ada. Dengan ketetapan pemerintah ini, maka jeruk keprok Batu 55 sudah dapat dikembangkan secara bebas dan massal sebagai benih sebar untuk materi tanaman di lapang, dengan proses produksi sesuai dengan alur proses produksi pohon induk dan distribusi benih jeruk bebas penyakit yang telah diberlakukan pemerintah. Jeruk keprok Batu 55 merupakan salah satu jeruk unggul nasional yang berkualitas, baik dari segi warna maupun rasa. Jeruk Keprok Batu 55 mempunyai tinggi tanaman

(13)

rata-rata 2,25 rn, dapat berumur sampai 15 tahun, relatif bulat, bentuk tanaman speroid, cabang rapat mengarah keatas, diameter batang atas rata – rata 8,5 cm, daun berwarna hijau sepanjang tahun dengan tipe daun tunggal dan berbentuk oval, jumlah bunga per tandan 2 – 6 kuanturn dan bentuk bijinya oval. Jeruk Keprok batu 55 memiliki buah berbentuk oblate, dengan warna kulit kehijauan dan permukaan kulit buah kasar agak bergelombang. Jurnlah buah per tandan 2 - 5 buah bobot buah rata –rata mencapai 110,62. Keunggulan jeruk keprok varietas 55 mampu beradaptasi dengan baik didaerah dengan ketinggian 700 - 1200 m dpl (Ashari et al. 2018). Selain rasanya manis, sedikit masam dan segar dengan tingkat kemanisan 10-120 brix, jeruk keprok Batu 55 disukai masyarakat karena kandungan vitamin C-nya tinggi (32,27 mg/100 g), warna kulit buahnya menarik, mudah dikupas, cara budidayanya tidak terlalu sulit dan rajin berbuah (Sugiyatno 2009).

2.2.7 Kerangka Berfikir

Berdasarkan variabel penelitian tersebut maka peneliti memutuskan untuk menggunakan 3 variabel yakni New Normal, faktor faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dan motivasi konsumen. Mengutip Teori Kotler dan Amstrong dalam penelitian Bahari dan Ashoer (2018) tentang keputusan pembelian konsumen adalah pribadi, persepsi terhadap produk, psikologis, sosial, motivasi, dan gaya hidup akan dibagi kedalam variabel yang sudah ditentukan. Variabel yang sudah diteliti adalah kebiasaan baru/ New Normal, kesesuaian harga , kesegaran, kebersihan produk, kemasan, rasa, dan motivasi kesehatan. Variabel yang menjadi preferensi dalam keputusan pembelian jeruk keprok Batu 55 adalah ketersediaan

(14)

produk, sumber informasi, kemudahan, dan pembelian berulang, menggunakan analisis deskriptif.

Bagan 1. Kerangka berfikir Penelitian Terdahulu Variabel Preferensi Konnsumen

1. Harga 9. Hidup Sehat

2. Rasa 10. Kebutuhan gizi 3. Tempat 11. Alasan pembelian 4. Mutu 12. Sumber informasi 5. Ketersediaan produk 13. Lokasi

6. Atribut buah 14. Promosi 7. Kemasan

8. Pendapatan

Jeruk Keprok Batu 55 di Kota Malang

Analisis Faktor Analisis Deskriptif

1. Kebiasaan Baru/New Normal a) Aktivitas Hidup Sehat b) Ketertarikan

c) Pendapatan 2. Persepsi Produk

a) Kesesuaian Harga b) Kesegaran

c) Kebersihan Produk d) Kemasan

e) Rasa 3. Pelayanan 4. Motivasi

a) Motivasi Kesehatan Variabel

preferensi konsumen:

Ketersediaan produk Sumber informasi Kemudahan memperoleh

Pembelian berulang

(15)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir dapat ditarik hipotesis penelitian ini yaitu:

Faktor kebiasaan baru/new normal, persepsi produk, pelayanan, dan motivasi berpengaruh terhadap preferensi konsumen jeruk keprok Batu 55.

Referensi

Dokumen terkait

Abdul, Majid, 2014, Pembelajaran Tematik Terpadu, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal.. Penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa dalam menemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi inokulasi isolat bakteri diazotrof endofit dengan tanpa pemupukan nitrogen memberikan hasil pertumbuhan vegetatif terbaik untuk

1) Mengawal, mengamankan dan mendukung keberhasilan jalannya pemerintahan dan pembangunan melalui upaya-upaya pencegahan/preventif dan persuasive di daerah hukum

Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu merupakan suatu DAS besar yang berada pada wilayah CAT Bandung-Soreang dengan luas wilayah DAS mencapai 1812 Km2. Wilayah DAS Citarum

Dari hasil perhitungan dan analisa dapat disimpulkan bahwa (1) pada akuifer sumur tunggal (baik yang medianya diratakan ataupun dipadatkan) ketinggian airnya lebih

g. U ntuk dapat memilki sikap dan keterampilan umum sebagaimana dinyatakan pada lampiran SN DIKTI maupun ketrampilan khusus sebagaimana telah dirumuskan di atas,

Untuk terjadinya pemadatan memerlukan waktu atau lama reaksi (gel time) (Gupta, 2014). Pada pembuatan propelan yang baik adalah dengan reaksi yang tidak terlalu cepat

 Variabel bebas: bahan, hambatan listrik, dan tegangan listrik  Variabel terikat: arus listrik. Berdasarkan rumusan masalah dan identifikasi variabel, maka dapat diajukan