• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil DJBC Kanwil Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil DJBC Kanwil Jawa Barat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil DJBC Kanwil Jawa Barat

Penelitian ini dilakukan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kanwil Jawa Barat. Objek penelitian DJBC Kanwil Jawa Barat merupakan nama dari salah satu instansi pemerintah yang berkewajiban mengamankan hak keuangan negara di bidang kepabeanan dan cukai, memfasilitasi perdagangan, mendukung industri dan melindungi masyarakat, berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai. Dalam menjalankan fungsi tersebut, DJBC dituntut untuk memberikan pelayanan yang efisien dan melakukan pengawasan yang efektif merujuk pada praktik-praktik terbaik dalam kepabeanan internasional (international customs best practices). Diharapkan dalam pelaksanaan fungsi tersebut dapat dicapai tingkat kepatuhan yang tinggi baik secara internal maupun eksternal dalam rangka mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, reformasi kepabeanan dan cukai merupakan bagian dari reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan dengan tujuan meningkatkan kinerja organisasi dan integritas sumber daya manusia, yang direalisasikan melalui penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, peningkatan disiplin dan manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan remunerasi.

1.1.2 Visi dan Misi DJBC

Peran DJBC yang multi dimensi, yaitu sebagai pemungut pajak dalam rangka impor, fasilisator perdagangan internasional, pengawas lalu lintas perdagangan impor dan ekspor serta penegak hukum di bidang kepabeanan dan cukai, mengharuskan seluruh aparat DJBC untuk mempunyai cara pandang yang antisipatif dan jauh ke depan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

(2)

2 Sejalan dengan hal tersebut, DJBC menyadari sepenuhnya bahwa untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut dengan baik, mengharuskan DJBC untuk melaksanakan cara pandang yang antisipatif dan jauh kedepan didalam melaksanakan tugas dan fungsinya agar mampu memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders. Cara pandang tersebut dikristalisasikan dalam satu visi DJBC yang juga menjadi visi Kanwil DJBC Jawa Barat sebagai berikut: “Menjadi Administrasi Kepabeanan dan Cukai dengan Standar Internasional”

Agar pelaksanaan tugas dapat tercapai secara optimal, DJBC menetapkan misi yang terkait, yang juga menjadi misi Kanwil DJBC Jawa Barat yaitu:

a. Memungut penerimaan negara dari sektor perdagangan internasional dan cukai.

b. Memberikan pelayanan terbaik di bidang kepabeanan dan cukai yang sederhana dengan berbasis teknologi informasi.

c. Mengembangkan pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat.

d. Mengembangkan institusi kepabeanan dan cukai yang berdaya guna dan berhasil guna.

e. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan investasi.

f. Mengembangkan kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan cukai.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Seperti diketahui bahwa perkembangan perdagangan internasional, baik yang menyangkut kegiatan di bidang impor maupun ekspor akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pesatnya kemajuan di bidang ini ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Dengan kata lain, masalah birokrasi di bidang kepabeanan yang berbelit merupakan permasalahan yang nantinya akan semakin tidak populer. Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya pemerintah untuk terus melakukan penataan berbagai kebijakan di bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi dengan adanya berbagai

(3)

3 perkembangan bilateral, regional, dan multilateral di bidang perdagangan yang semakin diwarnai oleh arus liberalisasi dan globalisasi perdagangan serta investasi, sehingga permasalahan yang timbul di bidang perdagangan akan semakin kompleks. Perubahan pola perdagangan internasional ini pada akhirnya akan membuat persaingan pasar semakin kompetitif. Di samping itu, pola perdagangan akan berubah pada konteks Borderless World, dengan kata lain liberalisasi perdagangan dan investasi yang membuat barriers atas perdagangan menjadi semakin dihindari.

Pemberlakuan Undang-Undang nomor 17 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Undang- Undang nomor 39 tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai juga telah memberikan konsekuensi logis bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) berupa kewenangan yang semakin besar sebagai institusi pemerintah untuk memainkan perannya sesuai dengan ruang lingkup tugas dan fungsi yang diperankan. Kewenangan yang semakin besar ini pada dasarnya merupakan keinginan dari para pengguna jasa internasional (termasuk dengan tidak berlakunya lagi pemeriksaan pra-pengapalan atau pre- shipment inspection oleh PT. Surveyor Indonesia, dan sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC), yang berarti bahwa kewenangan Customs yang universal, serta merupakan konsekuensi logis atas keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi GATT (General Agreement on Tariff and Trade), AFTA (ASEAN Free Trade Agreement), APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), dan lain-lain.

Berbagai langkah persiapan terus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC (International Chamber of Commerce) yang pada dasarnya mengajukan kriteria-kriteria yang sebaiknya dimiliki oleh Custom yang sifatnya modern. Dengan beralihnya fungsi dan misi dari Tax Collector menjadi Trade Facilitator, maka sebagai institusi global, peran DJBC bagi masa kini maupun masa depan harus mampu memberikan save time, save cost, safety, dan simple. Semua ciri tersebut harus menjadi bagian yang integral dari sistem dan prosedur kepabeanan dan cukai, jika DJBC ingin berperan dalam upaya pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang semakin tajam, era liberalisasi perdagangan dan investasi serta

(4)

4 globalisasi dalam arti seluas-luasnya. Sejalan dengan hal tersebut, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self Assessment, maka secara ringkas peran DJBC diharapkan dapat do more with less cost (berbuat lebih banyak dengan biaya lebih rendah). DJBC juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang time sensitive, predictable, available pada saat dibutuhkan dan adjustable. Kerangka dasar totalitas pelayanan tersebut bersumber pada fenomena speed dan flexibility sebagai formula penting. Hal yang terpenting adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan bahwa revenue collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus barang sehingga akan menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya mengakibatkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di area perdagangan internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa business operation akan semakin tegantung pada performance customs di manapun.

Efisiensi usaha mereka juga bergantung pada mutu dan kecepatan pelayanan custom. Kegagalan bea dan cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja akan mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat opportunity, mengubah keuntungan komparatif menjadi keuntungan kompetitif, tetapi juga secara substansial dapat mengakibatkan larinya para investor yang semula akan melakukan investasinya di Indonesia dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya. Keinginan dan tuntutan dari para pengguna jasa internasional tersebut adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah menjadi kewajiban moral bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan yang cukup mendasar, baik dari segi penyempurnaan organisasi dan tata laksana DJBC, simplifikasi dan sekaligus transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan dan Cukai, serta pengembangan kualitas sumber daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa dan kepentingan dari Undang-Undang Kepabeanan dan Undang-Undang Cukai itu sendiri.

(5)

5 Berikut dibawah ini saya lampirkan data kepegawaian DJBC Kanwil Jabar :

Tabel 1.1

Komposisi Pegawai Kepegawaian Kanwil DJBC Jawa Barat Berdasarkan Masa Kerja

Sumber : Kepegawaian Kanwil DJBC Jawa Barat

Tabel 1.2.

Data Jenjang Pendidikan

Pegawai Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Sumber : Kepegawaian Kanwil DJBC Jawa Barat

No Masa kerja Jumlah Prosentase

(%)

1. Di bawah 1 Tahun 0 0

2. 1 Tahun sampai dengan 5 Tahun 4 4,13 3. 5,1 Tahun sampai dengan 10 Tahun 22 22,92 4. 10,1 Tahun sampai dengan 15 Tahun 20 20,83 5. 15,1 tahun sampai dengan 20 tahun 15 15,63 6. 20,1 tahun sampai dengan 25 Tahun 19 19,79

7. Lebih dari 25,1 tahun 17 17,71

Jumlah Keseluruhan 97 100

No Pendidikan Jumlah Prosentase

(%)

1. S 2 18 18,75

2. S 1 / D-IV 29 30,21

3. Diploma 34 35,42

4. SLTA/sederajat 16 15,63

5. SLTP/sederajat 0 0

6. SD/sederajat 0 0

Jumlah Keseluruhan 97 100

(6)

6 Berdasarkan hasil observasi di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat diketahui sekilas informasi sebagai berikut.

Tabel 1.3

Hasil Observasi dan Wawancara kepada Karyawan

NO

Dampak Pelaksanaan Gaya Kepemimpinan di Dirjen Bea dan Cukai Kantor Wilayah Jawa Barat

Penerapan Pernyataan

1

Pimpinan saya sering terlibat langsung dalam melaksanakan

pekerjaan

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan sebagai berikut:

Empat karyawan menyatakan bahwa pimpinan terlibat langsung dalam melaksanakan suatu pekerjaan / proyek.

Satu karyawan menyatakan bahwa pimpinan jarang / hanya sedikit terlibat langsung dalam melaksanakan suatu pekerjaan / proyek. Satu karyawan menyatakan bahwa pimpinan jarang / hanya sedikit terlibat langsung dalam melaksanakan suatu pekerjaan / proyek.

2

Hubungan kerjasama antar pegawai pada perusahaan

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keteran gan bahwa hubungan kerjasama antar pegawai berjalan dengan sangat baik.

3

Loyalitas karyawan pada perusahaan.

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan bahwa loyalitas karyawan pada perusahaan sangat tinggi.

4

Pimpinan perusahaan sangat komunikatif dalam menyampaikan gagasan dan perintah

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan bahwa komunikasi antar karyawan pada perusahaan berjalan dengan baik

(7)

7 kepada karyawannya

sehingga terjalin komunikasi yang baik antar pimpinan pada karyawan dan antar karyawan itu sendiri.

NO

Dampak Pelaksanaan Motivasi Kerja Karyawan di Dirjen Bea dan Cukai Kantor Wilayah Jawa Barat

Penerapan Pernyataan

1

Gaji sangatlah penting bagi karyawan di dalam pekerjaan

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan bahwa gaji sangatlah penting bagi karyawan yang dapat memotivasi mereka dalam bekerja.

2

Kondisi kerja yang

baik sangat

dibutuhkan

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan bahwa kondisi kerja yang baik sangat dibutuhkan dalam memotivasi

3

Kenyamanan dalam bekerja sangat penting

Dari lima karyawan yang diwawancarai didapatkan keterangan bahwa kenyamanan dalam bekerja sangat penting.

Sumber: Hasil wawancara dengan karjawan Dirjen Bea dan Cukai

(8)

8 Tabel 1.4

Komposisi Pegawai Berdasarkan Ketidakhadiran kerja

No Ketidakhadiran MAY 2014

JUNE 2014

JULY 2014

AUG 2014

SEPT 2014

1 Sakit 3% 2% 2% 5% 3%

2 Izin 7% 8% 10% 6% 5%

3 Tanpa Keterangan 9% 7% 5% 6% 9%

Sumber : Kepegawaian Dirjen Bea dan Cukai Kanwil Jawa Barat

Dari data tersebut diatas memperlihatkan bahwa tingkat kehadiran Pegawai Dirjen Bea dan Cukai masih kurang optimal.

Sebagai landasan empiris dibuktikan dari observasi di lapangan, bahwa Motivasi Kerja Pegawai Dirjen Bea dan Cukai Jawa Barat masih kurang optimal.

Hal ini dalam indikasinya dapat dilihat dengan masih adanya Pegawai yang pada saat jam kerja mengisi kegiatannya dengan hal-hal yang bukan merupakan tugas pokoknya, seperti : tidak menepati jadwal apel yang sudah ditentukan secara normatif, mengobrol sambil minum kopi dan merokok di Warung kopi dan Kantin, mengobrol di kantor pada saat jam kerja, membaca koran pada jam-jam sibuk, meninggalkan kantor pada jam kerja untuk mengurus hal-hal lain yang bukan dalam lingkup tugas, menyerahkan pekerjaan pada orang lain yang bukan tugasnya, menunda-nunda pekerjaan, dan lain sebagainya.

Dengan demikian hal ini akan menyulitkan kepada Pegawai Dirjen Bea dan Cukai untuk produktif, berkembang dan meningkatkan Kinerjanya sesuai dengan kompetensi, motivasi dan pengalaman kerja pada khususnya, dan sulit pula untuk tercipta dan tercapainya tujuan organisasi secara optimal pada umumnya. Hal ini akan menjadi kendala, hambatan dan masalah yang cukup signifikan di dalam memberikan pelayanan prima yang memuaskan bagi warga masyarakat Jawa Barat.

(9)

9 Fenomena tersebut di atas diduga terjadi karena Gaya Kepemimpinan yang masih lemah, Motivasi Kerja yang masih kurang, sehingga mengakibatkan Kinerja Pegawai yang tidak optimal. Salah satu indikasi lain yang merujuk pada fenomena tersebut di atas dapat dilihat dari tingkat kehadiran Pegawai yang masih relatif belum maksimal.

Tabel 1.5

Data Komposisi Pegawai Berdasarkan Keterlambatan Kerja

NO. KETERLAMBATAN MAY

2014

JUNE 2014

JULY 2014

AUG 2014

SEP 2014 1 Terlambat kurang dari 15 menit 6% 3% 3% 5% 8%

2 Terlambat sampai dengan 15 menit 4% 5% 7% 7% 6%

3 Terlambat lebih dari 30 menit 4% 5% 6% 7% 3%

Sumber : Kepegawaian DJBC Kanwil Jabar

Berdasarkan pengamatan data tersebut diatas menjelaskan bahwa kondisi Pegawai yang ada di Dirjen Bea dan Cukai Kanwil Jabar, terlihat masih adanya Pegawai yang belum memperlihatkan disiplin dan motivasi kerja yang optimal dalam melaksanakan tugas pelayanan terhadap publik.

Kondisi kinerja saat ini dapat dilihat, diantaranya sebagai berikut :

1. Adanya Pegawai yang belum menguasai sepenuhnya pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, hal ini berhubungan dengan kemampuan Pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan kepada masing-masing Pegawai.

2. Adanya Pegawai yang kurang mampu mengatasi kendala dalam hal menyelesaikan pekerjaan, hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan Pegawai yang masih rendah dan kurang profesional di bidang tertentu.

3. Masih kurangnya motivasi dan semangat Pegawai dalam bekerja.

(10)

10 4. Adanya keterlambatan realisasi pekerjaan, belum mencapai target yang

telah ditetapkan.

5. Kurangnya inisiatif dan kreatifitas Pegawai dalam bekerja.

Motivasi kerja juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan optimal atau tidaknya Kinerja Pegawai. Terjadinya penurunan Kinerja Pegawai sering diakibatkan oleh hilangnya motivasi dan semangat kerja Pegawai. Motivasi merupakan daya dorongan bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi dan organisasi baik dalam Perusahaan maupun dalam organisasi Pemerintahan. Perilaku yang termotivasi cenderung meningkat pada saat para Pimpinan memberikan kepada Pegawai arahan, dan perlengkapan kerja yang lengkap untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan bimbingan yang efektif. Motivasi melibatkan suatu proses psikologis untuk mencapai puncak keinginan dan maksud seseorang individu untuk berperilaku dengan cara tertentu. Perilaku mencerminkan sesuatu yang dapat kita lihat atau kita dengar.

Kelangsungan hidup suatu instansi pemerintah sangat tergantung pada prestasi kerja aparaturnya dalam melaksanakan pekerjaan. Aparatur merupakan unsur yang sangat penting yang harus mendapat perhatian. Pencapaian tujuan instansi pemerintah kurang efektif apabila banyak aparatur yang tidak berprestasi dan ini akan menimbulkan kinerja yang rendah (Sedarmayanti, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menganggap penting untuk meneliti tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja” (Studi pada Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat tahun 2014)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang dihadapi, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gaya kepemimpinan di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

(11)

11 2. Bagaimana motivasi kerja karyawan pada Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

3. Bagaimana kinerja pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

4. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

6. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Gaya kepemimpinan di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

2. Motivasi kerja pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

3. Kinerja pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

4. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap peningkatan kinerja pegawai di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

5. Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap peningkatan kinerja pegawai di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

6. Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan, dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat;

(12)

12 1.5 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Sebagai sumbangan bagi kajian dan pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia yang berhubungan dengan kegiatan bisnis sehingga dapat dijadikan rujukan penelitian di masa yang akan datang.

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai melalui upaya peningkatan peran kepemimpinan dan motivasi kerja pegawai.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur kinerja pegawai, kepemimpinan, dan motivasi kerja di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat dalam menyelenggarakan tugas secara profesional.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi yang dibahas dalam tiap bab. Sistematika penulisan dari penelitian ini disusun sebagai berikut :

 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran objek penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan serta sistematika penulisan.

 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam tinjauan pustaka ini diuraikan landasan teori yang digunakan sebagai dasar dari penelitian, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran.

 BAB III METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini diuraikan tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai jenis lampu penerangan memiliki karakter yang berbeda-beda, dengan memperhatikan daya yang diperlukan dan tingkat pencahayaan yang dihasilkan dapat dilihat

• Aspek lingkungan didefinisikan adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang.. dapat berinteraksi

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung 07/Ba-HPL/Pengawasan IV/BM- APBD/PU/X/2014 Tanggal 03

[r]

1. Mengetahui aliran daya secara cepat, dengan menggunakan komunikasi data yang cepat dan akurat. Mengetahui secara langsung jumlah beban pelanggan, sehingga dapat

Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami Konsep

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Terdapat pengaruh positif motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar mata pelajaran