• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan Manusia (IPM), Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan Manusia (IPM), Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

Russmarinda Rakhmawati, tahun 2016, dengan judul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian tersebut menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Pertumbuhan indeks pembangunan manusia (IPM), tenaga kerja, dan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Tengah adalah variabel IPM sebesar 0,5052>0,10 jadi Ho diterima maka variabel IPM tidak mempengaruhi signifikan, pada variabel tenaga kerja sebesar 0,0392<0,10 jadi Ho ditolak maka variabel TK memiliki pengaruh signifikan dan pada variabel pendidikan sebesar 0,0344<0,10 jadi Ho ditolak maka variabel EDUL memiliki pengaruh signifikan.

Phany Ineke Putri, tahun 2014, dengan judul “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Belanja Modal dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa”.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuadrat terkecil (OLS) dan bantuan program eviews 6. Pengaruh investasi, tenaga kerja, belanjua modal dan infrastruktur terhadap peertumbuhan ekonomi di pulau Jawa adalah cariabel PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar 0,0037 <0,05 maka memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. PMA (Penanaman Modal Asing) sebesar 0,0016

<0,05 maka berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja sebesar

(2)

0,0043<0,05 maka berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. belanja modal sebesar 0,0198<0,05 maka berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Jalan aspal sebesar 0,0210<0,05 maka berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan jalan tidak aspal sebesar 0,0659. Maka tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Denty Oktavianingrum (2015), Analisis pengaruh Investsi, Tenaga kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta : Studi 5 Kabupaten/Kota. Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan bantuan eviews 8. Pengaruh investasi, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah istimewa Yogyakarta tersebut adalah jumlah investasi dan tingkat pendidikan memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun probabilitas tenaga kerja lebih dari 0,05 maka tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Lainus Gwijangge, George M.V Kawung, Hanli Siwu (2018), Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua. Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan bantuan eviews 8. Pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua tersebut adalah secara parsial investasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(3)

LANDASAN TEORI 1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan dekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Oleh karena itu, pemahaman indicator pertumbuhan ekonomi biasanyaakan dilihat dalam kurun waktu tertebtu,misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisis sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestic dapat dinilai efektifitasnya.

Terdapat perbedaan sudut pandang dalam penjelasan pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan tersebut berdasarkan alirannya, yaitu :

(4)

1. Teori pertumbuhan ekonomi klasik a. Adam Smith

Menyatakan bahwa suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembangan jika ada pertambahan penduduk yang akan memperluas pasar serta mendorong spesialisasi. Munculnya spesialisasi akan meningkatkan produktivitas pekerja dan mendorong kemajuan teknologi hingga pertumbuhan ekonomi. Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada satu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, menginkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar.

Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin pesat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan paa akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya alam dan manusia.

Pertumbuhan ekonomi satu negara akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam dan keterampilan penduduk tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang sedang berlangsung. Keterbatasan sumber daya merupakan faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, bahkan dalam perkembangannya hal tersebut justru menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Penurunan pertumbuhan ekonomi akan terus terjadi dikarenakan mata rantai tabungan, akumulasi modal, dan investasi tetap terjalin dan berkaitan erat satu sama lain. Jika investasi rendah maka kemampuan menabung akan turun sehingga akumulasi modal akan mengalami penurunan pula. Begitu pula, jika penduduk tidak memiliki

(5)

keahlian yang relevan untuk menjalankan produksi maka laju investasi juga akan rendah dan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Akhirnya kapitalisme dalam hal ini akan berada pada kondisi stasioner, yaitu pada tingkat pertumbuhan sama dengan nol.

b. David Ricardo

Menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang besar akan menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja yang melimpah akan menyebabkan upah yang diterima masing-masing menurun. Dimana upah tersebut hanya bias untuk membiayai tingkat hidup minimum. Pada tahap tersebut, perekonomian mengalami stagnasi. Satu satunya harapan untuk menarik ke atas perekonomian adalah dengan adanya kemungkinan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas kapital. Jadi, dengan adanya kemajuan teknologi, bekerjanya the Law of Diminishing Return dapat diperlambat, dan kemerosotan tingkat upah dan tingkat keuntungan ke arah tingkat minimumnya diperlambat.

c. Thomas Robert Malthus

Menyatakan pertumbuhan penduduk yang besar akan membuat kekurangan pangan, sehingga masyarakat akan hidup pas-pasan. Masalah penting dalam pembahasan Malthus yang menarik perhatian dan sampai sekarang masih relevan bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang ialah segi institusi yang bersifat

(6)

sosiologis-ekonomis. Dalam masyarakat di negara-negar maju, termasuk di kalangan cendekiawan, sering terdapat pandangan seolah-olah keterbelakangan dan kemacetan ekonomi di belahan dunia lain (Amerika Latin, Afrika, Asia) disebabkan oleh tabiat dan perilaku penduduk setempat, yaitu sikap memudahkan sesuatu, malas dan mempunyai ketergantungan pada lam yang sangat tinggi, keadaan sumber daya alam yang sangat menguntungkan dan memudahkan kehidupan manusia.

2. Teori pertumbuhan ekonomi non klasik a. Horrod-Domar

menyatakan perlunya pembentukan modal (investasi) sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik. Bila pembentukan modal telah dilakukan, maka perekonomian akan sanggup memproduksikan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar. Teori Harrod menekankan bahwa pada proses pertumbuhan melekat suatu faktor ketidakstabilan yang menjadi gangguan terhadap kondisi ekuilibrium. Hal itu lazim disebut instability theorem sebagi ciri pokok gagasan Harrod. Konsekuensi dari instability Theorem ini adalah diperlukannya langkah-langkah kebijaksanaan tertentu untuk menanggulangi ketidakstabilan guna menjaga pertumbuhan yang berdasarkan ekuilibrium yang stabil.

Gagasan domar berpangkal tolak ada berlakunya asas investment multiplier. Laju pertumbuhan pada permintaan efektif langsung dihadapkan keoada pertumbuhan oada kapasitas produksi. Teori Harrod-Domar menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungna dan

(7)

investasi rendah, pertumbuhan ekonomi msyarakat atau negara tersebut akan rendah. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, tabungan dan investasi ini kemudian dirumuskan dalam rumus Harrod-Domar yang sangat terkenal hingga kini.

b. Schumpeter

Menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan, karena mereka berani berinovasi dalam aktivitas produksi.

Perumbuhan okonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah fakto produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh invasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi merupakan perbaikan teknologi dalam arti luas misalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru yang bersumber dari kreativitas par wiraswasta untuk perbaikan kualitatif dari sistem ekonomi itu sendiri.

c. Robert Solow

Menyatakan dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat menentukan modal proses produksi. Artinya semakin tinggi tingkat tabungan semakin tinggi pula modal dan output yang dia simpan. Petumbuhan output terjadi jika uda faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapung yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku,

(8)

mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi.

3. Teori pertumbuhan ekonomi historis a. Frederich List

Menyatakan tahapan pertumbuhan ekonomi menurut kebiasaan masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup produksinya. Dimulai dari berburu dan mengembara, beternak dan bertani, pertanian dan kerajinan, hingga kerajinan, industri, dan perniagaan.

b. Werner Sombart

Menyatakan pertumbuhan ekonomi terjadi karena masyarakat memiliki susunan organisasi dan ideology masyarkat. Tahapannya adalah zaman perekonomian tertutup, zaman kerajinan dan pertumbuhan, dan zaman kapitalis.

c. Walt Whitman Rostow

Menyatakan dalam pertumbuhan ekonomi, Negara akan mengalami tahapan tradisional yaitu ekonomi didominasi sector pertanian, transisi yaitu terjadi peralihan struktur tenaga kerja dan pertanian industri, tinggal landas yaitu hambatan dalam struktur social dan politik dapat iatasi, menuju kematangan yaitu serikat buru dan dagang semakin maju, dan tahap konsumsi masa tinggi yaitu tenaga kerja didominasi tenaga kerja terdidik dan penduduk di kota lebih besar daripada di desa.

(9)

d. Karl Bucher

Menyatakan tahapan pertumbuhan ekonomi suatu Negara berdasarkan hubungan produsen dengan konsumen. Tahapannya adalah masa rumah tangga tertutup atau masyarakat hanya memenuhi kebutuhan kelompoknya sendiri, masa rumah tangga kota yaitu muncul hubungan dagang antar desa dan desa dengan kota, masa rumah tangga bangsa kemsyarakatan yaitu melakukan pertukaran dagang dalam Negara dan masa rumah tangga dunia yaitu masa dimana perdagangan telah melewati masa- masa Negara seperti saat ini.

4. Teori pertumbuhan ekonomi Kuznets

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan jangka panjang suatu Negara dalam menyediakan berbagai jenis barang-barang ekonomi dengan jumlah yang banyk kepada penduduknya. Kuznets juga mengemukakan ada 3 faktor untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, yaitu peningkatan persediaaan barang terus menerus, perkembangan teknologi, dan penggunaan teknologi secara efektif dan efisien.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja juga adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut undang-undang tenaga kerja,

(10)

mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Sedangkan bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan kerja. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan teapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah ketika mereka yang berumur 10 tahun keatas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainnya. Contoh kemlompok ini adalah:

1. Anak sekolah dan mahasiswi/mahasiswa 2. Para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan 3. Para pengangguran sukarela.

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu cengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:

apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain. Tenaga kerja tidak terdidik dan terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

(11)

Gambar2.2

Kurva Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

W SL W Excess SL W1

We DL

DL

0 Ne N 0 N1 N2 N

Sumber: Subri, 2003 Keterangan:

SL : penawaran tenaga kerja (supply of laabor) DL : permintaan tenaga kerja (demand for labor) W : upah riil

N : jumlah tenaga kerja

Ada dua teori penting yang perlu dikemukakan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan.

Pertama adalah teori Lewis dalam Subri (2003) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja

(12)

satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain.

Kedua adalah teori Fei-Ranis dalam Subri (2003) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. kelebihan buruh

2. sumber daya alam belum dapat diolah

3. sebaggian besar penduduk bergerak di sektor pertanian 4. banyak pengangguran

5. tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi

Selain itu penyerapan tenaga kerja juga sangat terkait dengan tujuan makro ekonomi nasional dan daerah, yakni pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Ketiganya sangat terkait antara satu dengan yang lainnya, misalnya antara pengangguran (kebalikan penyerapan tenaga kerja) dengan tingkat inflasi. Mankiw (2007) menjelaskan tentang tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pada saat yang samapengangguran juga rendah, tetapi seringkali kedua tujuan ini bertentangan. Menurutnya terjadi trade-off antara inflasi dan pengangguran. Pada saat dibutuhkan output yang tinggi, berarti pengangguran akan lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja ketika memproduksi banyak. Sebaliknya, motif untuk meningkatkan jumlah output didorong oleh permintaan yang tinggi, yang berarti pula pada tingkat harga yang relatif tinggi dari tahun sebelumnya (inflasi).

(13)

Lebih lanjut menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh :

a. dimana penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama

b. tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh dialihkan ke sektor industri.

c. tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari pada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkatkan terus menerus sejalana dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.

2.1 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tenaga kerja yang terserap diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini sejalan dengan analisis dari sisi penawaran (sisi produksi), dimana output dibayar sebagai pembayaran faktor kepada tenaga kerja dan modal. Dalam konteks ini ertumbuhan output akan mendorong terjadinya peningkatan upah, yang pada akhirnya mendorong permintaan dan penawaran kerja.

Hukum okum yang melihat bahwa dalam jangka pendek, tingkst pengangguran dan output berhubungan erat. Okun (dalam Dornbuschet.al, 2004), menjelaskan bahwa 1 point tambahan pengangguran akan menurunkan PDB sebesar 2 persen atau dengan kata lain, 1 point tambahan pengangguran membebani 2 persen PDB. Berdasarkan pada hukum Okun ini, juga dijelaskan antara penyerapan kerja dengan pertumbuhan PDB

(14)

riil, dimana keduanya mempenyuai hubungan yang positif. Seperti yang dikatakan Okun dalam Sultan (2010) bahwa setiap laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,2 persen diatas tingkat trend yang dicapai pada tingkat tertentu, tenaga kerja terserap naik sebesar 1 persen. Tingkat pengangguran yang minimal (4 persen per bulan) akan dicapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (full employment).

Selain itu penyerapan tenaga kerja juga sangat terkait dengan tujuan makro ekonomi nasional dan daerah, yakni pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.

Ketiganya sangat terkait antara satu dengan yang lainnya, misalnya antara pengangguran (kebalikan penyerapan tenaga kerja) dengan tingkat inflasi. Mankiw (2007) menjelaskan tentang tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat kebijakan ekonomi adalah inflasi yang rendah dan pada saat yang samapengangguran juga rendah, tetapi seringkali kedua tujuan ini bertentangan. Menurutnya terjadi trade-off antara inflasi dan pengangguran. Pada saat dibutuhkan output yang tinggi, berarti pengangguran akan lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja ketika memproduksi banyak. Sebaliknya, motif untuk meningkatkan jumlah output didorong oleh permintaan yang tinggi, yang berarti pula pada tingkat harga yang relatif tinggi dari tahun sebelumnya (inflasi). Jadi, tindakan pengambil kebijakan untuk meningkatkan permintaan agregat dalam jangka pendek dan menurunkan pengangguran, tetapi inflasi meningkat. Sebaliknya, menurunnya permintaan agregat akan meningkatkan pengangguran serta inflasi akan menurun.

(15)

3. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi Batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Asset tetap tersebut digunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari satuan kerja bukan untuk dijual.

Belanja modal termasuk belanja langsung. Belanja langsung yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Jenis belanja langsung dapat diukur dengan hasil suatu program dan kegiatan yang dianggarkan, termasuk efisiensin dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk membayar honorarium atau upah kerja, belanja barang, jasa dan belanja modal. Belanja modal digunakan untuk menganggarkan belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian atau pengadaan atau pembanguunan asset tetap berwujud yang memiliki nilai manfaatnya lebih dari 12 bulan. Honorarium panitia dalam rangka pengadaan dan administrasi pembelian atau pembangunan untuk memperoleh asset dianggarkan dalam belanja pegawai dan atau belanja barang dan jasa.

Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkan maka secara relative pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hokum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan, dan sebagainya.

(16)

Wagner menyadari bahwa dengan bertumbuhnya perekonomian akan menyebabkan hubungan antara industri dengan industri dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks. Sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negative semakin besar. Berkaitan dengan hokum wagner, ada beberapa penyebab semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah ada 5 hal yaitu perkembangan ekonomi, tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarkat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

3.1 Pengaruh Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pelayan sektor publik secara berkelanjutan akan meningkatkan sarana dan prasarana publik, investasi pemerintah juga meliputi perbaikan fasilitas pendididkan, kesehatan serta sarana penunjang lainnya. Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan peningkatan PDB/PDRB. Pembentukan modal tersebut harus didefinisikan secara luas sehingga mencakup semua pengeluaran yang sifatnya menaikkan produktivitas (Seragih, 2003:47).

Menurut Priyo (2005:8), dengan ditambahnya insfratukstur dan perbaikan infrastruktur yang ada oleh pemerintah daerah, maka diharapkan akan memacu perumbuhan perekonomian di daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang

(17)

meningkatnya pendapatan penduduk. Seiring dengan meningkatnya pendapatan pendududk akan berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat. Jika pemerintah daerah menetapkan anggaran belanja pembangunan lebih besar dari pengeluaran rutin maka kebijakan ekspansi anggaran daerah akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah. Pemerintah perlu untuk meningkatkan investasi modal guna meningkatkan peetumbuhan ekonomi daerah. Belanja modal mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi belanja modal untuk pengembangan insfratukstur penunjang perekonomian akan mendorong produktivitas penduduk (Machfud, 2002:12).

Alexiou (2009) pada penelitiannya yang berjudul “Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Pada Negara Eropa Selatan”, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh belanja modal pemerintah, belanja konsumsi pemerintah, investasi swasta, tenaga kerja, perdagangan bebas serta bantuan luar negeri. Jimmy dan Ahmad (2013), menyatakan bahwa belanja modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. IPM

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah suatu metode pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standart hidup untuk semua Negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk dapat mengklasifikasikan apakah sebuah Negara ialah Negara maju, Negara berkembang, atau Negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

(18)

Untuk mengukur IPM maka digunakan 3 unsur dasar pembangunan manusia.

Unsur-unsur tersebut adalah usia harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Metode perhubungan IPM yang diukur dengan 3 komponen tersebut dengan membuat indicator maximum dan minimum. Kisaran nilai minimum dan maximum adalah : 1. Harapan hidup kelahiran : 25-85

2. Tingkat melek huruf : 0-100 3. Rata-rata lama sekolah : 0-10

Bagi negara-negara didunia saat ini, keberhasilan pembangunan yang mereka jalankan tidak hanya dinilai dari besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang mereka miliki, tetapi juga dari seberapa berhasil mereka membangun kualitas sumber daya manusia masyarakatnya yang dicerminkan melalui IPM.

4.1 Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Brata (2002:121), tingkat pembangunan manusia yang relatif tinggi akan mempengaruhi kinerja perekonomian melalui kepabilitas penduduk dan konsekuensinya produktivitas dan kreativitas masyarakat. Dengan meningkatnya produktivitas dan kreativitas tersebut, maka penduduk dapat menyerap dan mengelola sumber daya yang penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut sebagai mutu modal manusia (Ramis, 2004:6). Peningkatan kualitas modal manusia

(19)

dapat tercapai apabila memperhatikan dua faktor penentu yang seringkali disebutkan dalam beberapa literatur yaitu pendidikan dan kesehatan. Dalam perspektif yang lebih makro, pendidikan dikaitkan langsung dengan pertumbuhan ekonomi. Disamping pendidikan, kesehatan juga memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi terjai secara langsung maupun tidak langsung.

Pengaruh secara tidak langsung faktor kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi umumnya melalui beberapa cara, antara lain misalnya perbaikan kesehatan penduduk akan meningkatkan partisispasi angkatan kerja, perbaikan kesehatan menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, ataupun taraf perbaikan kesehatan mendorong bertambahnya jumlah penduduk yang akan mempengaruhi penguasaan keterampilan dan kemampuan mengendalikan tekanan, sehingga mampu mengembangkan intensitas riset dan kemajuan teknologi akan tercapai. Kemajuan teknologi akan mempengaruhi kemampuan produksi barang dan jasa yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

B. Kerangka Pemikiran

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur diperlukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah antara lain faktor tenaga kerja. Pertumbuhan tenaga kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memicu pertumbuhan ekonomi, jadi meningkatkan tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

(20)

Kerangka Pemikiran

Sumber : Data, 2022 KAJIAN TEORI

1. Pertumbuhan Ekonomi : Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, harrod-Domar, Schimpeter, Robert Solow, Frederich List, Werner Sombart, Walt Whitman Rostow, Karl Bucher.

2. Tenaga Kerja : Kuznets

1.Rusmarinda Rakhmawati (2016). Pengaruh IPM, Tenaga Kerja, dan Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah.

2. Phany Ineke Putri (2014), Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Belanja Modal dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa.

3. Denty Oktavianingrum (2015). Analisis pengaruh Investsi, Tenaga kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta : Studi 5 Kabupaten/Kota.

4. Lainus Gwijangge, George M.V Kawung, Hanli Siwu (2018), Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja, IPM, dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur

Metode Kualitatif Deskriptif

Alat Analisis Data Panel

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Tenaga Kerja (X1) Belanja Modal (X2) IPM (X3)

HASIL

(21)

1. Definisi Oprasional

Variabel merupakan konesp yang digunakan untuk menghitung nilai tertentu memberikan gambaran terkait permasalahan yang akan di teliti. Pada penelitian ini menggunakan vairabel dipenden dan variabel independent. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk variabel inependen dalam penelitian ini, tenaga kerja indeks pembangunan manusia, dan belanja modal yang berada pada provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 2012 sampai 2018. Setelah menentukan variabel dalam penelitian, selanjutnya mendefinisikan operasional dari variabel-variabel tersebut dengan jelas, sistematis, dan terukur. Definisi operasional yang digunakan dalam variabel- variabel tersebut yaitu :

A. Variabel Terikat (Dependen variable)

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan dari kapasitas produksi maupun jasa dalam kurun waktu tertentu. Dimana diolah menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Data pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam bentuk resentase menurut provinsi Jawa Timur dengan kurun waktu 7 tahun, dari tahun 2012 sampai 2018.

B. Variabel Bebas ( Independen Variable) 1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja salah satu dari variabel yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada setiap negara maupun daerah untuk meningkatkan

(22)

GDP. Data diperoleh dari data angkatan kerja, dimana dalam data angkatan kerja terbagi menjadi dua yaitu, data yang bekerja dan tidak bekerja. Data yang digunakan adalah data yang seang bekerja dalam ribuan jiwa menurut provinsi Jawa Timur tahun 2012 sampai 2018.

2. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi Batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Asset tetap tersebut digunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari satuan kerja bukan untuk dijual.

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu variabel pertumbuhan ekonomi untuk mengukur perbandingan harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk suatu negara dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Data diperoleh dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari provinsi Jawa Timur dan data yang digunakan untuk penelitian adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam bentuk presentase menurut provinsi Jawa Timur tahun 2012 sampai 2018.

(23)

2. Keterkaitan Hubungan Variabel

a. Tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi

Hubungan pertumbuhan ekonomi dan enyerapan tenaga kerja pertumbuhan ekonomi pada hakekatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara sektor-sektor ekonomi sehingga dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja, pemerataan pendapatan taraf hidup masyarakat. Dalam suatu proses pembangunan ekonomi yang mengupayakan pengoptimalan penggunaan faktor-faktor ekonomi yang tersedia sehingga menciptakan nilai ekonomis, salah satu faktor ekonomi yang dimaksud adalah tenaga kerja.

b. Belanja modal dengan pertumbuhan ekonomi

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pelayan sektor publik secara berkelanjutan akan meningkatkan sarana dan prasarana publik, investasi pemerintah juga meliputi perbaikan fasilitas pendididkan, kesehatan serta sarana penunjang lainnya. Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan peningkatan PDB/PDRB. Pembentukan modal tersebut harus didefinisikan secara luas sehingga mencakup semua pengeluaran yang sifatnya menaikkan produktivitas.

(24)

c. IPM dengan pertumbuhan ekonomi

Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia atau dalam ilmu ekonomi lazim disebut sebagai mutu modal manusia (Ramis, 2004:6). Peningkatan kualitas modal manusia dapat tercapai apabila memperhatikan dua faktor penentu yang seringkali disebutkan dalam beberapa literatur yaitu pendidikan dan kesehatan. Dalam perspektif yang lebih makro, pendidikan dikaitkan langsung dengan pertumbuhan ekonomi. Disamping pendidikan, kesehatan juga memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi terjai secara langsung maupun tidak langsung.

Referensi

Dokumen terkait

By com- parison, values of HDL-P were not only significantly higher in subjects with normal coronaries than those with occluded arteries, but there were also significant

Kendala yang ditemui dalam penerapan model inkuiri terbimbing untuk mengurangi miskonsepsi siswa kelas X SMAN 2 Ponorogo pada pokok bahasan perpindahan panas

• To prevent an avoidable event, detect an event earlier, and respond an event rapidly, do rapid risk assessment and disseminate it to relative agencies on

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti sampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diteliti adalah : konflik batin yang dialami tokoh Akira Sakamoto

Tujuan percobaan uji hedonik adalah untuk menentukan tingkat kesukaan panelis terhadap sifat organoleptik dalam suatu produk pangan, dengan prinsip percobaan uji hedonik

Dalam tahapan ini, didapatkan permasalahannya adalah menurunnya produktivitas kedelai edamame dan terbatasnya jumlah tenaga pakar yang tersedia untuk membantu

Kedua, Hasil belajar mahasiswa prodi pendidikan biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya pada perkuliahan biokimia materi sintesis protein meningkat dengan

Kereta Api Indonesia (persero) divisi regional Sumatera Utara &amp; NAD, dengan pedoman kepada peraturan, ketentuan perusahaan, anggaran pendapatan dan anggaran biaya serta