• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan individu yaitu pendapatan yang diterima oleh semua rumah tangga ekonomi atas pembayaran dari faktor-faktor produksi yang dimiliki. Setiap usaha yang dilakukan pada akhirnya akan memberikan hasil berupa uang yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.

(Sukirno, 2013).

Menurut Sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income).

Samuelson (2002:128) mengatakan pendapatan adalah suatu penerimaan bagi seseorang atau kelompok dari hasil sumbangan, baik tenaga dan pikiran yang dicurahkan sehingga akan memperoleh balas jasa. Seseorang melakukan aktivitas untuk memperoleh tingkat penerimaan sebagai pendapatan. Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh sesorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

(2)

7

2.2 Konsep Pembagian Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Menurut Budiman (1982: 2), pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin (seksual) ialah pembagian kerja atas perbeadaan biologis dan sosio-kultural, dimana wanita bersifat lemah lembut, bersifat melayani, ketergantungan, emosional, dan tidak bisa bekerja keras. sedangkan laki-laki makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Sehingga laki-laki dan wanita memiliki perannya masing masing. Hal ini akan membudaya dalam masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang alamiah.

Menurut (Skolnick 1987: 131) dalam Budiman (1982: 2), pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin muncul karena perbedaan Pisikologis yang disebabkan oleh faktor-faktor biologis dan sosio-kultural dalam proses pembentukan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan.

Budiman (1982: 36) menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagai berikut: 1.) Faktor- faktor yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan sosial ekonomi masyarakat.

Kebutuhan ini didasarkan pada kebutuhan nyata dari sistem masyarakat tersebut.

2.) Faktor-faktor yang didasarkan pada sistem Psikokultural dengan lembaga- lembaga kemasyarakatan yang menyebarkannya dan mengembangbiakan sistem pembagian kerja ini. Sistem pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin ini menjadi sistem patriarkal yang bukan hanya sekedar sistem kepercayaan yang abstrak belaka, tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyebarkan dan mengembangbiakannya.

2.3 Peranan Wanita dalam Keluarga

Peran merupakan suatu karakter yang harus dimainkan oleh seseorang sesuai dengan kedudukan dan status yang di miliki seseorang (Bustami, 2012). Sebagai istri dan juga ibu rumah tangga, wanita dituntut pada tugas-tugas domestiknya yang tidak dapat dihindari. Namun sebagai wanita, harus dapat melaksanakan tugas pelaksana emansipasi wanita. Sebagai wanita harus melaksanakan beberapa peran untuk dapat mengikuti perkembangan dan tuntutan kemajuan

(3)

8

Zaman.Menurut Notopuro (2001), peranan wanita dikenal dengan Panca Dharma wanita, yaitu:

a. Wanita sebagai pribadi

Sesuai fungsi fitrahnya, wanita adalah sebagai penerus keturunan yang diharapkan dapat melahirkan anak-anak yang sehat jasmani dan rohani, cerdas pikirannya dan yang memiliki tanggung jawab, luhur budi dan terpuji perilakunya.

b. Wanita sebagai istri

Berperan tidak hanya sebagai Ibu, akan tetapi harus tetap bersikap sebagai kekasih suami seperti sebelum kawin, sehingga dalam rumah tangga tetap terjalin ketentraman yang dilandasi kasih sejati. sebagai istri dituntut untuk setia kepada suami dan harus terampil sebagai pendamping suami agar dapat menjadi motivasi kegiatan suami. Sebagai istri wanita juga harus senantiasa melayani suami.

c. Wanita sebagai ibu rumah tangga

Sebagai Ibu yang bertanggung jawab berkewajiban secara terus menerus memperhatikan kesehatan rumah, lingkungan dan tata laksana rumah tangga, mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga untuk meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah tangga harus mencerminkan suasana aman, tenteram dan damai bagi seluruh anggota keluarga. Sebagai Ibu seorang wanita juga harus dapat mendidik anaknya, menanamkan rasa hormat serta cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa.

d. Wanita sebagai pekerja

Sebagai pekerja wanita harus memiliki profesionalisme yang tinggi terhadap pekerjaan yang dijalankannya. namun wanita tidak boleh hanya mementingkan kariernya saja dan tidak mementingkan keadaan rumah khusunya mengurus suami dan anak.

e. Wanita sebagai anggota masyarakat

Layaknya kaum laki-laki, maka kaum wanita tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat. Wanita memiliki hak penghargaan dan sebaliknya. Wanita memiliki hak yang sama dalam lapangan pekerjaan, hukum, sosial dan

(4)

9

pendidikan. Meskipun demikian, beban wanita (istri) tetaplah yang paling berat.

Menurut Astuti (2011), kedudukan seorang wanita sebagai ibu/istri dalam tangga dianggap sebagai belahan yang satu yang menentukan yang lainnya sebagai komplemen, untuk bersama-sama mewujudkan suatu keseluruhan yang organis dan harmonis yaitu keluarga.

2.4 Kemiskinan

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat disuatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.

Secara teoritis, kemiskinan dibedakan ke dalam dua jenis yaitu kemiskinan absolut (absolute proverty) dan kemiskinan relatif (relative proverty).

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana seseorang dengan pendapatan yang dimilikinya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya yang secara layak, seperti kebutuhan makan, pakaian dan perumahan. Sedangkan kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dikaitkan dengan keadaan atau kehidupan masyarakat di sekitar orang yang bersangkutan. Jadi, kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang berhubungan dengan masalah ketimpangan pendapatan.

Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah (Harahap, 2006).

2.5 Livelihood Theory

Mata pencaharian (Livelihood) terdiri dari kemampuan, aset atau kekayaan/kepemilikan, baik material maupun sosial serta kegiatan yang dibutuhkan sebagai alat hidup. Setiap rumah tangga pasti memiliki kebutuhan

(5)

10

hidup, salah satu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup itu adalah dengan adanya mata pencaharian bagi anggota rumah tangga yang bersangkutan.

Menurut pandangan FAO (2014) mengenai mata pencaharian (livelihood) menyatakan bahwa ada tiga elemen penting dari konsep mata pencaharian yakni:

aset atau sumber, kemampuan dan kegiatan. Sumber-sumber (resources) mencakup: (a) human capital (modal manusia) yang tercermin antara lain dari keterampilan, pengetahuan, kesehatan maupun kemampuan untuk bekerja, (b) social capital (modal sosial) dapat berupa jaringan yang dapat dibangun dan diakses, (c) natural capital (modal alamiah) seperti lingkungan alam dengan segala sumber dayanya, (d) physical capital (modal fisik) seperti lahan, ternak, bangunan dan sejenisnya dan (e) Financial capital (modal uang) berupa uang tunai atau aset yang dapat dinilai dengan uang.

Setiap rumah tangga memiliki beragam dan perbedaan kemampuan maupun kepemilikan aset atau kekayaan sebagai sumber bangunan mata pencaharian.

Ketahanan mata pencaharian rumah tangga sangat dipengaruhi oleh sejauh manakah rumah tangga mampu mengembangkan strategi mata pencahariannya dengan memberdayakan kemampuan dan aset yang dimiliki melalui kegiatan- kegiatannya.

Menurut Widodo (2011), pemanfaatan tenaga kerja dalam rumah tangga menjadi salah satu strategi ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga miskin.

Anggota rumah tangga dilibatkan secara aktif dalam menambah pendapatan rumah tangga. Widodo (2011) menambahkan bahwa peran perempuan atau istri juga menjadi salah satu harapan dalam pengembangan strategi mata pencaharian berkelanjutan.

2.6 Gender Dalam Pembangunan

Secara alami atau nature, adanya pembedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus dapat diterima. Perbedaan jenis kelamin tersebut memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis kelamin tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda dalam kehidupan. Hal ini akan lebih terasa bila diterapkan dalam kegiatan produktif yang lebih luas, tidak hanya

(6)

11

dalam rumah tangga tetapi juga di masyarakat dalam melaksanakan pembangunan (Haryati, 2014).

Dalam perspektif sosial budaya dan konsep gender dikenal ada 2 teori yang sangat jelas menunjukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Yang pertama adalah teori nature, yaitu teori yang mengandaikan bahwa peran laki- laki dan perempuan merupakan peran yang telah digariskan oleh alam. Dan yang kedua adalah teori nurture, yaitu teori yang mengatakan bahwa adanya perbedaan perempuan dan laki-laki merupakan hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda.

Adanya pembagian kerja secara seksual biasanya hanya dikonstruksi berdasarkan gender saja (Kusuma, 2004). Kegiatan-kegiatan ekonomis cenderung terklasifikasikan menurut jenis kelamin. Namun fakta semakin menguatkan bahwa peran sosial laki-laki dan perempuan merupakan hasil konstruksi masyarakat. Pekerjaan berat dan kasar cenderung menjadi tugas laki- laki, sedangkan pekerjaan yang ringan cenderung menjadi tugas perempuan.

Dalam era pembangunan modern saat ini salah satunya di tandai dengan partisipasi dari perempuan. Artinya perempuan harus berpartisipasi dan mengambil peran dalam proses mencapai kemajuan. Partisipasi perempuan dalam pembangunan merupakan refleksi dari adanya kesetaraan gender.

Perempuan memiliki peran yang sama dalam pembangunan, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat.

Artinya aktivitas ekonomi dan kegiatan sosial kemasyarakatan tidak hanya menjadi milik laki-laki saja. Hal inilah yang dinamakan emansipasi wanita di era pembangunan modern saat ini.

Dengan demikian, perempuan tidak hanya melakukan kegiatan domestik atau kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga, tetapi juga mampu melakukan kegiatan publik atau kegiatan produktif yang dapat mendatangkan pendapatan.

(7)

12 2.7 Penelitian Terdahulu

Rositawati (2011) meneliti mengenai kontribusi pendapatan istri peternak sapi dalam peningkatan pendapatan rumah tangga di kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang. Upaya untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dapat dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga yang lain terutama istri peternak sapi. Terdapat lima jenis pekerjaan yang dilakukan oleh istri peternak sapi, diantaranya berjualan makanan dan minuman, berjualan barang-barang kebutuhan harian (kelontong), berjualan pakaian dan berjualan ikan. Rata-rata pendapatan perbulan istri peternak sapi yang memiliki usaha warung kopi/makanan adalah Rp.550.000, jualan kebutuhan harian Rp.350.000, jualan pakaian Rp.400.000 dan jualan ikan Rp.420.000. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran istri peternak sapi memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka.

Hidayati (2014) meneliti tentang peran istri peternak sapi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga sebagai pembuat tempe di Desa Sausu, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga dilakukan dengan membuat tempe. Pendapatan suami mereka yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mengharuskan mereka juga turut ambil bagian dalam dunia pekerjaan. Tempe- tempe yang mereka buat kemudian mereka jual sendiri ke pasar dengan harga yang sangat terjangkau. Pendapatan yang mereka terima perbulannya dengan menjual tempe-tempe tersebut adalah sekitar Rp.250.000-Rp.300.000.

pendapatan yang mereka peroleh tersebut bisa di katakan sangat membantu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga mereka juga memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga. Dengan pendapatan tersebut istri peternak sapi ini juga bisa membantu biaya sekolah anak mereka.

Samaawati (2006) meneliti mengenai peran dan kontribusi wanita sebagai istri peternak sapi di Kelurahan Kalisari, Kecamatan Mulyorejo, Kota Surabaya.

Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga dilakukan dengan berjualan

(8)

13

kebutuhan sehari-hari dan berjualan makanan. Pendapatan yang mereka peroleh dari berjualan kebutuhan sehari-hari dan berjualan makanan sangat cukup dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan, mereka bisa sampai ada yang menyekolahkan anak mereka sampai ke perguruan tinggi hingga lulus.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peran dan kontribusi istri sebagai ibu rumah tangga sangatlah berdampak besar bagi upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Zahra (2015) meneliti mengenai peran istri peternak sapi di Kampung Pujokusuman RW 05, Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Upaya istri peternak sapi di kampong Pujokusuman ini dalam memenuhi kebutuhan keluarga adalah dengan bekerja sebagai petani. Para istri peternak sapi ini bertani berbagai macam jenis tanaman seperti cabai, tomat, buah dan sayur-sayuran. Jika panen tiba mereka akan memetik hasil panen mereka dan kemudian dijual ke pasar-pasar tradisional dan sisanya untuk dimasak di rumah.

Pendapatan yang mereka peroleh sebagai petani ini hanya bisa di lihat saat panen tiba. Artinya mereka hanya bisa menerima pendapatan saat hasil panen mereka terjual. Jika dalam keadaan belum panen mereka biasanya hanya sepenuhnya mengurus rumah tangga saja.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa istri peternak sapi di kampung Pujokusuman ini juga berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Akan tetapi mereka hanya menerima pendapatan dalam kurun waktu tertentu, dalam hal ini saat musim panen saja. Selebihnya mereka hanya tinggal di rumah mengurus urusan rumah tangga saja.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa istri peternak sapi ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka. Selain hanya mengurusi urusan rumah tangga saja para istri peternak sapi ini turut ambil bagian dalam dunia kerja sebagai upaya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Strategi Pemberdayaan Perempuan oleh pemerintah di Kabuputen Bojonegoro dalam upaya pencegahan tindak kekerasan yaitu dengan melakukan kegiatan

Dari pengertian kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan kekerasan dalam rumah tangga adalah segala perbuatan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Faktor-faktor penyebab tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah serangkaian indikator-indikator yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang

Panduan WHO sangat menyarankan kunjungan rumah tangga (pelacakan kontak aktif) sebagai pendekatan yang paling bermanfaat. Kunjungan rumah tangga menyediakan

Sementara itu pendapatan kepala rumah tangga adalah seluruh pendapatan yang diperoleh kepala rumah tangga (suami) dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan tambahan

Kebutuhan air rumah tangga atau air domestik menurut Darmanto (1994) (Utomo, 1997) mengandung dua hal pokok yaitu air yang dapat digunakan untuk kegiatan mandi, mencuci,

Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumah tangga tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari hasil model estimasi yang