• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Pemakaian Air Bersih

2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Pemakaian Air

Pemakaian air bersih pada suatu kawasan tidak akan pernah sama persis dengan kawasan lainnya akibat dari karakteristik yang dimiliki oleh kawasan yang bersangkutan. Dari beberapa penelitian dan kajian (Linsley, 1995; Twort dkk., 2003 serta Kodoatie, 2005.) karakteristik pemakaian air sangat di pengaruhi oleh: a. Iklim

Pola pemakaian air untuk kegiatan rumah tangga seperti mandi, mencuci, menyiram tanaman, pengatur udara dan kegiatan lainnya akan lebih besar untuk daerah yang mempunyai iklim hangat dan kering daripada daerah yang mempunyai iklim lembab. Pada daerah yang mempunyai iklim yang sangat dingin air mungkin sangat diboroskan di keran-keran untuk mencegah bekunya pipa-pipa air bersih (Linsley, 1995). Sebagai contoh konsumsi air bersih di Negara tropis seperti Thailand mencapai 218 liter/orang/hari (1999), Singapura 310 liter/orang/hari (2000), Malaysia 230-321 liter/orang/hari (1995) lebih besar jika dibandingkan dengan konsumsi air bersih di Negara sub tropis seperti Norwegia mencapai 130 liter/orang/hari (1994), Belanda 195 liter/orang/hari dan Jerman 196 liter/orang/hari.

(2)

b. Tingkat Kesejahteraan Penduduk

Kesejahteraan penduduk juga dapat memacu laju permintaan terhadap air bersih, semakin tinggi tingkat kesejahteraan penduduk semakin tinggi tingkat konsumsi air yang digunakan. Hal ini ditunjukkan oleh Twort, et al (2003), bahwa kebutuhan air untuk kota kecil dengan perumahan standar rendah kebutuhan air berkisar antara 90 sampai 150 liter/orang/hari. Untuk kota besar dan modern pemakaian air dapat mencapai 600 liter/orang/hari. Sebagai ilustrasi, konsumsi air bersih di negara maju seperti Inggris sebesar 331 liter/orang/hari sedangkan di Kolombo ibu kota Sri Langka yang merupakan negara berkembang konsumsi airnya sebesar 135 liter/orang/hari (Norken, 2006).

c. Kesadaran Masyarakat Untuk Menghemat Air

Menurut Linsley (1995) semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pemakaian air yang bermanfaat dan terkendali, merupakan suatu langkah yang telah mendorong penciptaan alat-alat rumah tangga yang lebih hemat terhadap air sehingga pemakaian air yang lebih besar dapat dikurangi. Sebagai contoh pemakaian katup pembatas aliran dan pemancar pembatas aliran pada alat pancuran mandi, persentase pemakaian air masing-masing 50% dan 60% jika dibandingkan dengan menggunakan alat konvesional. Demikian juga dengan toilet jenis katup penggelontor bertumpuk dua dan toilet dua siklus persentase pemakaian airnya adalah 62% dan 70% jika dibandingkan dengan alat konvensional (Linsley, 1995)

(3)

d. Industri Dan Perdagangan

Semakin banyak kegiatan industri dan perdagangan kebutuhan jumlah air semakin besar untuk mendukung kegiatan tersebut. Kira-kira 80% dari air industri dipergunakan untuk tujuan pendinginan (Linsley; 1995 dan Twort dkk., 2003). Selanjutnya Linsley (1995) menjelaskan jenis industri akan sangat mempengaruhi besarnya kebutuhan terhadap air, industri yang menghasilkan produk minuman seperti bir menghabiskan 1.780 liter per satu barrel produksi. Sementara industri minuman Coca-Cola membutuhkan sedikitnya 15.000 liter setiap satu ton produksi.

e. Iuran Atas Air dan Meteran

Apabila air mahal maka orang akan menghindari untuk pemakaian air yang banyak, begitu juga dengan industri akan mendorong pengembangan teknologi yang berbasis pada teknologi hemat air. Sehingga pengenaan tarif atas air dan meteran akan mempengaruhi pola dan perilaku masyarakat serta dunia industri dalam mempergunakan air (Linsley, 1995 dan Twort, 2003). Pengenaan tarif atas meteran oleh PDAM dibedakan atas besarnya diameter pipa yang masuk ke pelanggan, semakin besar pipa maka semakin besar pula biaya meteran yang dikenakan. Demikian juga pemberlakuan tarif air bersih oleh PDAM selain di bedakan dari jenis pelanggan juga dibedakan menurut jumlah pemakaian air bersih bulanan (Perpamsi, 2006). Menurut Linsley (1995) pemasangan meteran pada sambungan air masyarakat telah menurunkan pemakaian air sebesar 40%.

(4)

f. Ukuran Kota

Semakin besar ukuran kota maka jumlah penduduknya semakin bertambah banyak, kegiatan industri dan perdagangan lebih banyak serta jaringan limbah yang lebih komplek dan kemungkingan berakibat terjadinya pemborosan air yang lebih besar. Variabel tersebut menyebabkan semakin besar ukuran kota maka semakin besar juga kebutuhan airnya. Ditjen Cipta Karya (2000), telah menetapkan standar pemakaian air untuk kota metropolitan sebesar 190 liter/orang/hari, kota sedang sebesar 150 liter/orang/hari dan kota kecil sebesar 100 liter/orang/hari. Secara terperinci alokasi pemakaian air untuk beberapa katagori kota dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Kriteria Pemakaian Air Domestik di Indonesia

No Uraian Kota Kota Kota Kota Desa

Metropolitan Besar Sedang Kecil

1 Konsumsi domestik 190 170 150 100 30

2 Konsumsi unit non domestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

3 Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

4 Jam operasi 24 24 24 24 24

Sumber: Direktorat Jendral Cipta Karya, 2000 g. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap jumlah pemakaian air. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung menggunakan air lebih sedikit dibanding dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.

(5)

h. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kota

Jumlah fasilitas sosial seperti sarana pendidikan, kesehatan dan tempat peribadatan mempunyai pengaruh secara positif terhadap tingkat konsumsi air bersih PDAM, semakin banyak jumlah fasilitas kota maka tingkat konsumsi air bersih PDAM semakin meningkat. Fasilitas kota berupa mall, gedung teater, hotel dan sarana rekreasi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat memerlukan suplai air yang cukup memadai. Untuk konsumsi air oleh hotel digunakan perhitungan berdasarkan jumlah kamar, semakin banyak jumlah kamar yang dimiliki maka semakin besar pula jumlah air yang harus disediakan.

e. Kondisi Air Tanah

Kondisi air tanah mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi air bersih PDAM, apabila kondisi air tanah (sumur) mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik maka pemakaian air bersih PDAM cenderung menurun. Kencendrungan ini diakibatkan oleh adanya alternatif sumber air selain dari PDAM yang bisa dimanfaatkan.

j. Kepuasan Konsumen Air Bersih PDAM

Kepuasan konsumenpengguna air sangat berperan dalam jumlah konsumsi air oleh masyarakat. Apa bila penilaian yang diberikan oleh pelanggan terhadap kepuasan konsumen baik dan kualitas pelayanan yang di berikan oleh PDAM cenderung memuaskan, maka pelanggan akan cenderung menggunakan air hanya dari satu sumber. Disamping itu apabila debit air yang disalurkan besar maka kecendrungan pemborosan air oleh masyarakat juga akan sangat besar.

(6)

2.1.2 Konsumsi dan Pemanfaatan Air Bersih

Dalam kehidupan sehari-hari pemanfaatan air semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata meningkatnya pemanfaatan air hanya karena pertambahan jumlah penduduk saja, melainkan juga karena majunya kehidupan manusia (Simoen, 1985). Pemanfaatan air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemanfaatan air seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat (Noerbambang & Morimura, 1996). Dengan demikian pemakaian air yang banyak selalu dikatagorikan sebagai keluarga yang mampu. Menurut Schefter (1990) rumah tangga dengan golongan penghasilan yang lebih tinggi cenderung menggunakan air lebih banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (1981) tentang pemanfaatan sumberdaya air untuk rumah tangga di DAS Serayu, memperoleh kesimpulan bahwa banyaknya pemanfaatan air oleh setiap rumah tangga di Kota Cilacap, Purwokerto dan Bojonegoro dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian (pekerjaan) kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis sumber air yang digunakan oleh masing-masing rumah tangga. Penelitian lain tentang masalah ini pernah juga dilakukan oleh Utaya (1993) di Kotamadya Malang Jawa Timur, hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa kebutuhan domestik Kotamadya Malang per rumah tangga dan per kapita bervariasi menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga. Dari kondisi sosial ekonomi tersebut, diperoleh tingkat pendapatan adalah kondisi sosial ekonomi yang paling berpengaruh

(7)

Menurut Leeden et al. (1990) rata-rata masyarakat umumnya memakai air sebanyak 100 galon per orang per hari sebagai konsumen domestik, masyarakat memakai air untuk keperluan seperti pengglontoran toilet, mandi, memasak, kebersihan dan menyirami tanaman. Sedangkan menurut Fair et al. (1971) aktivitas pemanfaatan air dapat dilihat pada Tabel 2.2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leeden et al (1990) di Amerika Serikat juga menjelaskan variasi pemakaian air pada jam-jam tertentu dalam satu hari. Pada Tabel 2.3 ditampilkan laju pemakaian terendah pemakaian air berada pada jam 23.00 – 05.00 hal ini dikarenakan pada jam tersebut masyarakat tidak melakukan aktifitas, sedangkan jam puncak terjadi pada pagi hari pada jam 05.00 – 12.00 dan di sore hari mulai jam 17.00 – 23.00.

Tabel 2.2

Aktivitas Pemanfaatan Air

No. Jenis Kegiatan Persentase air yang

digunakan (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gelontor toilet Mandi dan mencuci Pemanfaatan di dapur Air minum

Mencuci pakaian Kebersihan rumah

Menyiram tanaman atau kebun Mencuci perabot keluarga

41 37 6 5 4 3 3 1 Sumber : Fair et al, (1971)

(8)

Tabel 2.3

Variasi Waktu Pemakaian Air

No Uraian Jam Pemakaian Air

1 Laju pemakaian air terendah 23.00 - 05.00

2 Laju pemakaian air tertinggi 05.00 - 12.00 (jam puncak 07.00 - 08.00) 3 Laju pemakaian air menengah 12.00 - 17.00 (ketenangan puncak jam 15.00) 4 Pemakaian malam hari meningkat 17.00 - 23.00 (jam puncak jam 18.00 - 20.00) (sumber : Leeden et al. 1990)

2.2 Kebutuhan Air Domestik

Menurut Twort dkk. (2003), kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air di dalam rumah, kebutuhan air di luar rumah dan di keran umum. Kebutuhan air didalam rumah meliputi kebutuhan memasak, mencuci dan sanitasi. Kebutuhan di luar rumah meliputi kebutuhan kolam renang, kolam ikan dam mencuci kendaraan. Kebutuhan air di keran umum merupakan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi kegiatan masyarakat umum secara menyeluruh.

Pemakaian air domestik sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan perorang penduduk (Soufyan, 2000). Sebagai gambaran, kebutuhan air domestik penduduk kota industri di Amerika Serikat sebesar 600 sampai dengan 800 liter/orang/hari, sementara kebutuhan air beberapa kota besar di dunia mencapai 300 sampai 550 liter/orang/hari. Di Kota Montreal di Kanada kebutuhan air domestik rata – rata 647 liter/orang/hari pada tahun 1975, sedangkan pada tahun yang sama di Kota Monako di Prancis kebutuhan air domestiknya hanya sebesar 565 liter/orang/hari. Sedangkan di Indonesia pada tahun 1999 alokasi pemakaian air di perkotaan

(9)

dicanangkan sebesar 125 liter/orang/hari, sedangkan di daerah pedesaan 60 liter/orang/hari.

Soufyan (2000) menyatakan bahwa pemakaian air domestik cenderung dominan digunakan untuk kakus dan kamar mandi. Kebutuhan kakus yang meliputi pemakaian air kloset rata – rata 35,5% dari total kebutuhan air bersih perhari, sedangkan kebutuhan kamar mandi sebesar 30,72% dari total kebutuhan total per hari. Syahputra (2003) yang melakukan penelitian di Kecamatan Kalasan

menghasilkan pemanfaatan air domestik dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis kegiatan, yaitu

a. Mandi

Soufyan (2000), pemanfaatan air domestik pada setiap jenis kegiatan didominasi oleh jenis kegiatan mandi, yaitu sebesar 39,06 liter/hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan, dari rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang terdapat sebanyak 60,57 % atau sebanyak 3 orang yang melakukan kegiatan rutinitas setiap harinya, seperti berangkat ke tempat kerja, ke sekolah, atau kegiatan lain yang dilakukan setiap harinya, hal ini memberikan kontribusi besarnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi, karena setiap kali melakukan aktivitas pagi selalu diawali dengan mandi.

Disamping adanya kegiatan rutinitas yang memberikan kontribusi besarnya pemanfaatan air domestik untuk kegiatan mandi, ternyata juga ditemukan di lapangan bahwa pemanfaatan air domestik untuk jenis kegiatan mandi ini sangat di pengaruhi oleh suatu kebiasaan masyarakat dalam memanfaatkan air. Kebiasaan besarnya pemanfaatan air untuk mandi dipengaruhi oleh adanya tempat

(10)

penampungan air (wadah air), pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi di rumah tangga dengan menggunakan bak mandi relatif lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan ember. Dengan rata-rata jumlah pengguna 5 orang dalam satu keluarga pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar 413,37 liter/hari, sedangkan dengan menggunakan ember mempunyai rata-rata pemanfaatan air sebesar 349,58 liter/hari. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan air pada jenis kegiatan mandi dengan menggunakan bak mandi cenderung menggunakan air lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan ember.

b. Mencuci Pakaian

Rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci pakaian sebesar 78,30 liter/hari. Dimana dari beberapa sampel diketahui menggunakan sumber air lain yang berupa sumur gali dan sungai.

c. Memasak/minum

Pemanfaatan air pada jenis kegiatan memasak/minum adalah sebesar 11,12 liter/hari. Kegiatan ini menduduki urutan kelima terbanyak dalam memanfaatkan air di Kecamatan Kalasan, besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga serta mobilitas anggota kelurga setiap harinya.

d. Mencuci Alat Dapur

Jenis kegiatan mencuci alat dapur menduduki urutan keempat terbanyak dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 17,04 liter/hari. Jenis kegiatan ini sangat

(11)

berkaitan dengan jenis kegiatan memasak dan minum, sehingga alasan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini juga sama seperti jenis kegiatan memasak dan minum, di samping alasan yang sama dengan jenis kegiatan memasak dan minum juga terdapat alasan lain yang menyebabkan besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci alat dapur yaitu frekuensi mencuci alat dapur.

e. Mencuci Lantai

Mencuci lantai termasuk jenis kegiatan yang menduduki urutan ketujuh dari sembilan jenis kegiatan yang memanfaatkan air, yaitu sebesar 4,54 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan mencuci lantai serta banyaknya frekuensi yang dilakukan dalam satu minggu.

g. Mencuci Kendaraan

Jenis kegiatan mencuci kendaraan menduduki urutan keenam terbanyak dalam pemanfaatan air, yaitu sebesar 5 liter/hari. Besar kecilnya pemanfaatan air pada jenis kegiatan ini sangat berkaitan dengan jumlah rumah tangga yang melakukan kegiatan mencuci kendaraan serta media yang digunakan setiap kali mencuci kendaraan. Media yang berbeda menghasilkan rata-rata pemanfaatan air pada jenis kegiatan mencuci kendaraan menjadi berbeda pula, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media ember sebesar 9 liter/hari, sedangkan rata-rata pemanfaatan air dengan menggunakan media selang air adalah sebesar 64 liter/hari.

(12)

h. Menyiram Tanaman

Lain halnya dengan jenis kegiatan menyiram tanaman, di mana pada kegiatan ini pemanfaatan airnya adalah yang paling kecil jika dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya, yaitu sebesar 1,94 liter/hari. Ini dikarenakan dari 200 responden 92,5% masyrakat tidak menggunakan halaman sebagai tempat menanam tanaman. Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, dapat dilakukan dengan sensus kerumah - rumah atau dengan mengalikan jumlah penduduk dengan kebutuhan air perorang dalam satu hari. Di Asia Tenggara pemakaiaan air domestik sangat bervariasi karena kesenjangan taraf hidup masyarakat antara penduduk kota kecil dan kota besar sangat lebar. Gambaran pemakaian air domestik per kapita dengan berbagai pemakaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.4

Pemakaian Air Domestik Untuk Negara – Negara di Asia Tenggara Pemakaian Kwantitas (liter/kapita/hari)

Minum 5 Memasak 3 Sanitasi 18 Mandi 20 Mencuci piring 15 Mencuci pakaian 20

Total ( tanpa kehilangan air ) 81

Sumber: Oki (2008)

Menurut Norken (2006) yang melakukan penelitian karakteristik pengguna air bersih di Kota Denpasar, menguraikan kebutuhan air domestik di Kota Denpasar kebanyakan di gunakan oleh kelompok rumah tangga. Rata-rata

(13)

pembayaran air yang dilakukan oleh pelanggan dari kelompok rumah tangga relatif kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang mereka peroleh yaitu 1,47% dari penghasilan rata-rata bulanan. Dilihat dari sudut pandang konsumsi air, kelompok rumah tangga yang menggunakan jasa sambungan rumah tingkat konsumsi rata-rata sangat tinggi yaitu sebesar 274 liter/orang/hari yang terdiri dari konsumsi air ledeng sebesar 222 liter/orang/hari dan dari sumber lainnya sebesar 52 liter/orang/hari. Kondisi ini sangat masuk akal bahwa pemakaian air untuk kelompok ini bukan saja semata-mata untuk kebutuhan air minum, memasak mencuci dan mandi, tetapi mereka gunakan juga untuk menyiram halaman, mencuci kendaraan dan lain-lainnya. Disamping itu dari analisis korelasi menyatakan bahwa ada kecenderungan semakin tinggi penghasilan semakin tinggi mereka mengkonsumsi air. Hal ini sangat sejalan dengan anggapan bahwa semakin baik tingkat kesejahteraan semakin tinggi tingkat kebutuhan akan air.

Kelompok rumah tangga yang menggunakan air yang bersumber dari non air ledeng juga termasuk katagori masyarakat yang mengkonsumsi air yang sangat besar yaitu sebesar 326 liter/orang/hari. Sebaliknya kelompok rumah tangga yang menggunakan air dari hidran umum konsumsinya sangat rendah yaitu 10 liter/orang/haari.

Berkaitan dengan kesediaan untuk membayar kenaikan tarif, baik pengguna air dengan sambungan rumah maupun dengan hidran umum hampir 80% bersedia membayar kenaikan tarif sebesar 10 sampai 20% dari tarif yang berlaku saat ini. Sedangkan dari analisis korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi pembayaran mereka semakin rendah kemauan mereka untuk membayar tarif, padahal mereka

(14)

yang mengkonsumsi air yang banyak adalah dari kelompok rumah tangga dengan sambungan rumah dan merupakan kelompok rumah tangga yang paling boros terhadap air.

2.3 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Sumarini dan Soeprihanto (1998) menyatakan bahwa Perusahaan Daerah (PD) merupakan perusahaan yang modal atau sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara. Tujuan dari perusahaan daerah ialah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan perkembangan ekonomi negara pada umumnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998, Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disebut PDAM adalah perusahaan milik pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum. Sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD), PDAM dikelola atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial.

Di Indonesia terdapat 402 perusahaan PDAM dimana terdapat 103 perusahaan dalam kondisi sehat, 115 perusahaan dalam kondisi kurang sehat, 119 perusahaan dalam kondisi sakit dan 65 perusahaan belum ada data penilaian, (Perpamsi, 2010). Dengan total PDAM sebanyak itu , PDAM hanya bisa melayani 24% dari kebutuhan nasional. Permasalahan ini banyak disebabkan karena banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh PDAM. Dari data yang dimiliki oleh Perpamsi (2010) terdapat beberapa masalah yang sangat mengganggu jalannya usaha PDAM yaitu, masalah manajemen, masalah keuangan, masalah teknis,

(15)

masalah regulasi dan masalah perpajakan. Semua permasalahan tersebut dapat membentuk suatu lingkaran yang sulit untuk dibenahi, disatu pihak sebagai perusahaan daerah yang digunakan untuk mendapatkan pemasukan PAD, PDAM juga diwajibkan untuk berperan sosial sehingga penerapan tarif air cenderung sangat merugikan PDAM itu sendiri. Sementara itu, konsumen cenderung tidak bersedia membayar air lebih mahal sampai tiba saatnya pelayanaan telah membaik. Disamping permasalahan tersebut permasalahan yang lain yang tidak kalah pentingnya untuk dibenahi adalah, masalah konflik kepentingan air baku PDAM dengan pihak-pihak yang berkepentingan seperti petani, pengusaha pariwisata dan masyarakat disekitar sumber air.

2.4 Klasifikasi Pelanggan PDAM

Dalam menjalankan tugas sebagai penyedia air bersih PDAM membedakan pelanggan menjadi beberapa klasifikasi, pembedaan klasifikasi pelanggan digunakan untuk memudahkan penentuan tarif atas pemakaian air oleh PDAM. Klasifikasi pelangan PDAM Kabupaten Buleleng dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu sosial, rumah tangga, niaga, industri dan khusus.

Klasifikasi pelanggan rumah tangga merupakan kelompok pelanggan terbesar yang memanfaatkan air dari PDAM. Dari data pelanggan PDAM Kabupaten Buleleng cabang Kota Singaraja, jumlah pelanggan golongan rumah tangga berjumlah 17.055 sambungan, sedangkan total sambungan yang dimiliki PDAM cabang Kota Singaraja sebesar 19.905 sambungan.

(16)

2.5 Tarif Air Bersih PDAM

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Minimum pada Perusahaan Daerah Air Minum, yang dimaksud dengan tarif adalah harga dalam rupiah yang harus dibayar oleh pelanggan PDAM untuk setiap pemakaian m3 air bersih yang disalurkan oleh PDAM. Ada beberapa sistem tarif yang digunakan oleh PDAM guna menjalankan fungsi PDAM sebagai perusahaan yang bersifat sosial dan juga mengajak masyarakat untuk melakukan penghematan atas air. Sistem subsidi diberlakukan untuk pelanggan yang kurang mampu secara finansial yang dikelompokkan dalam suatu kelas pelanggan, sedangkan untuk mengajak masyarakat melakukan penghematan air, PDAM meberlakukan tarif progresip dimana jumlah pemakaian air berpengaruh terhadap tarif dasar air yang berlaku. Sistem tarif air minum PDAM didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pemulihan Biaya

Dengan prinsip pemulihan biaya (cost recovery), pendapatan PDAM harus mencukupi untuk menutup semua biaya atau pengeluaran perusahaan, bisa menggantikan barang modal pada waktu diperlukan dan bisa memberikan suatu tingkatan hasil investasi tertentu diantaranya untuk pengembangan usaha perusahaan. Kenaikan tarif dasar PDAM yang terjadi di Indonesia, sebagian besar dilatarbelakangi oleh usaha pemulihan biaya perusahaan. Peningkatan biaya operasional dan pemeliharaan PDAM, selalu menjadi penyebab kenaikan tarif dasar air minum yang justru harus ditanggung oleh pelanggan.

(17)

b. Keterjangkauan

Tarif air minum dikatakan terjangkau apabila pengeluaran rumah tangga per bulan untuk memenuhi kebutuhan dasar minum (10 m3/keluarga/bulan) tidak melebihi 4% dari rata-rata pendapatan rumah tangga untuk kelompok pelanggan yang bersangkutan.

c. Efisiensi Pemakaian Air

Untuk efisiensi pemakaian air, maka pelanggan yang memakai air melebihi kebutuhan dasar dikenakan tarif yang lebih tinggi. Sistim tarif progresif sangat efektif dalam merubah kebiasaan masyarakat dalam pemborosan air. Sistem dan pola tarif yang di gunakan oleh PDAM Kabupaten Buleleng saat ini menggunakan sistem subsidi silang dan pola tarif progresif. Sistem subsidi silang bertujuan agar pelanggan yang mampu mensubsidi pelanggan yang kurang mampu serta tarif progresif bertujuan agar pelanggan menggunakan air secara efektif dan efisien. Tarif dasar air yang berlaku diseluruh unit pelayanan PDAM Kabupaten Buleleng saat ini sebesar Rp 1.000/m3, maka komposisi tarif sesuai kelompok pelanggan dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5

Tarif Dasar Air Berdasarkan Tingkat Pemakaian Air

Klasifikasi Tingkat Pemakaian

Pelanggan 0-10 m3 11-20 m3 21-30 m3 > 30 m3 S-1 900 900 900 900 S-2 900 1250 1750 1900 R-1 1000 2000 2400 2750 P-1 1000 2100 2750 3400 N-1 2000 2400 2900 3400 N-2 3000 3500 4000 4500 I-1 2100 2500 2900 3400 I-2 3000 3900 4750 5600

(18)

2.6 Definisi dan Persyaratan Air Bersih 2.6.1 Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes NO.492/MENKES/PER/IV/2010) 2.6.2 Syarat Air Bersih

a. Syarat Kualitas

Persyaratan kualitas air bersih diatur oleh pemerintah dalam keputusan Permenkes NO.492/MENKES/PER/IV/2010 menyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :

1) Persyaratan fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC. 2) Persyaratan kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat. 3) Persyaratan bakteriologis

(19)

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E coli atau fecal coli dalam air.

4) Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma

b. Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

c. Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas

(20)

pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan dan pada jam-jam puncak di pagi dan sore hari, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Kedua, sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

d. Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.

Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka

(21)

(meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan gedung 6 lantai).

Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10 mka atau 1 atm. Angka tekanan ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing. Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.

2.7 Metode Statistik

Terdapat dua metode yang umum digunakan dalam melakukan penelitian yaitu metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Kedua metode ini sering disebut metode yang tradisional (Sugiyono, 2008). Kedua metode ini memiliki beberapa perbedaan yang mendasar dalam proses analisisnya. Metode penelitian kuantitatif dilakukan bila:

a. Masalah yang merupakan titik tolak penelitian jelas, masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Dalam penyusunan proposal penelitian, rumusan masalah harus dimunculkan dengan data, baik dari penelitian sendiri maupun dokumentasi.

b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.

(22)

c. Bila peneliti ingin mengetahui perlakuan tertentu terhadap yang lain, misalnya untuk kepentingan eksperimen pengaruh unsur kimia tertentu terhadap rasa produk makanan.

d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian

e. Bila peneliti menginginkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur

f. Bila penelitian ingin menguji adanya keragu raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu

Sedangkan menurut Sugiyono (2008) menjelaskan penelitian kualitatif dilakukan bila:

a. Masalah penelitian belum terumuskan secara jelas, masih remang-remang atau mungkin sangat gelap. Kondisi seperti ini sangat cocok diteliti dengan metode kualitatif, karena metode ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant tour question sehingga masalah akan dapat ditemukan secara jelas.

b. Untuk mengetahui makna dibalik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya penelitian kuantitatif, cinta suami kepada istri dapat diukur dengan banyaknya suami mencium istri dalam sehari. Menurut penelitian kualitatif, semakin banyak suami mencium istri, maka menjadi tandatanya jangan-jangan hanya pura-pura.

(23)

c. Untuk memahami gejala sosial, interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai jika peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut serta, wawancara mendalam dan observasi.

d. Untuk mengembangkan teori, metode ini cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun dari data yang diperoleh dilapangan. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala.

2.7.1 Variabel Penelitian

Sugiyono (2008) menjelaskan variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau obyek dengan obyek lainnya. Sedangkan Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Jenis-jenis variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi variabel independen, variabel dependen variabel moderator dan variabel intervening. Variabel independen sering disebut variabel bebas dimana variabel ini mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen sering disebut juga variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

(24)

2.7.2 Populasi dan Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2008).

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

2.7.3 Tingkat Pengukuran

Pengukuran penelitian merupakan proses yang dilakukan seorang peneliti untuk menguji hipotesis dan teori (Sugiyono,2008). Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Karena instrument penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kualitati yang akurat, maka setiap instrument memiliki skala.

(25)

Jenis-jenis skala dapat berupa skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Skala ordinal memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi. Sebagai contoh, sebuah produk yang diproduksi sebuah pabrik dapat dikatagorikan ke dalam skala sangat bagus, bagus dan kurang bagus.

2.7.4 Regresi

Analisis regresi merupakan alat statistik yang banyak digunakan dalam berbagai bidang. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Menurut Sugiyono (2002) secara umum regresi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu regresi linier dan regresi exponensial. Regresi linier memiliki ciri yaitu, sebaran data dalam scetter plot menunjukan sebaran data yang mendekati garis lurus. Regresi linier dibedakan menjadi dua bagian yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausual satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Y = a + bx ...(3) Sedangkan analisis regresi linier berganda yang merupakan suatu alat analisis dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari dua variabel bebas, persamaannya sebagai berikut

Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3X3 ...+ bn.Xn ...(4) Regresi exponensial digunakan untuk menentukan fungsi exponensial yang paling sesuai dengan kumpulan titik-titik data (xn,yn) yang diketahui. Regresi

(26)

exponensial merupakan pengembangan dari regresi linier dengan memanfaatkan fungsi logaritma. Persamaan untuk regresi exponensial adalah sebagai berikut 𝑌 = 𝑒𝑎𝑥+𝑏 ...(5)

2.7.5 Uji Normalitas Data

Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dengan melihat grafik histogram maupun grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Karena besarnya kemungkinan terjadi kesalahan dalam membaca grafik maka uji normalitas data dapat dilakukan dengan cara Kolmogorov – Smirnov, yaitu dengan membandingkan nilai signifikan hasil perhitungan dengan α = 5%

2.7.6 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kreteria BLUE (Bast, Linear Unbias Estimator). BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik, jenis pengujian yang dilakukan adalah sebagai beriku:

a. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda terdapat korelasi antara variabel penggangu (et) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (et-1). Model regresi yang bebas dari autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson (Alhusin, 2003) yang ditunjukan sebagai berikut

(27)

Tabel 2.6

Interpretasi Nilai Durbin-Watson

Nilai Durbin-Watson Interpretasi Angka < 1,10 Ada autokorelasi 1,10 – 1,54 Tidak ada kesimpulan 1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,46 – 2,90 Tidak ada kesimpulan

> 2,91 Ada autokorelasi

b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidak samaan variance dan residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitisitas (Ghozali, 2002).

c. Uji Multikolinearitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara variabel bebas atau tidak terjadi multikolinearitas. Model regresi yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1 berarti terbebas dari multikolinearitas (Nugroho, 2005).

2.7.7 Uji F

Uji – F dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas kualitas air, tingkat kesejahteraan pelanggan dan kepuasan konsumen terhadap variabel terikat karakteristik pemakaian air bersih. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing

(28)

variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara Ftabel dengan Fhitung.

2.7.8 Uji T

Uji T digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian ini digunakan untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat, uji T-tes menggunakan kriteria pengujian jika probabilitas atau Sig < α 5%, maka H0 ditolak.

(29)

TESIS

ANALISIS

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN AIR BERSIH

KELOMPOK RUMAH TANGGA

DI KOTA SINGARAJA

BAB III

METODE PENELITIAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2012

Referensi

Dokumen terkait

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Penerima Bantuan Sosial Berupa Bedah Rumah Bagi

Pengamatan morfologi spermatozoa menggunakan pewarnaan Williams lebih mudah diamati karena dalam proses pewarnaan terdapat tahap pencucian preparat yang telah

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024 adalah dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah Organisasi Perangkat Daerah yang

persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Program Studi : PSD III Teknik Mesin Kerjasama FT UNDIP – PT PLN Judul Tugas Akhir : Evaluasi Unjuk Kerja Air Preheater Unit 2 PLTU 1 Jawa3.