• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PADA PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang "

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HEGEMONI POLITIK MASYARAKAT TRANSMIGRASI JAWA TERHADAP PENDUDUK LOKAL

PADA PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang

Selatan Kabupaten Merangin Tahun 2016)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Dalam Ilmu Syariah

Oleh:

IKHTIYAR SETIAWAN NIM: SPI.120310

PROGRAM STUDI JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1439 H/ 2018 M

(2)

ii

Jambi, Mei 2018

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v MOTTO

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat : 13)1

1Surah Al-Hujurat : 13

(6)

vi ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap ada tidaknya Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal Pada Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin). Sebagai tujuan diantaranya untuk mengetahui apa itu hegemoni, serta bagai mana pengaruhnya dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin pada tahun 2016. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: pertama, hegemoni adalah “kepemimpinan” lebih sering kata itu digunakan untuk komentator politik untuk menunjuk kepada pengertian dominasi. Akan tetapi ada yang lebih kompleks, Gramsci menggunakan konsep itu untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu yang lewatnya dalam suatu masyarakat yang ada suatu kelas fundamental dapat membangun kepemimpinan sesuatu yang berbeda dari dominasi yang bersifat memaksa. Dan kedua pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas sangat kuat pengaruhnya, dikarenakan masyarakat Desa Tambang Emas dalam menentukan pilihannya mereka memilih calon berdasarkan suku yang sama, dan daerah asal yang sama.

Kata kunci: Pengaruh Hegemoni Politik

(7)

vii

PERSEMBAHAN Bismillahirrohmaanirrohiim...

Allah SWT yang Maha pengasih lagi maha penyayang Dzat yang menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan keMaha besaranNya. Sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada Habibana wanabiyana Muhammad SAW. Alhamdulillah Maha besar Allah, sembah sujud sedalam qalbu hamba haturkan atas karunia dan rizki yang melimpah, kebutuhan yang tercukupi, dan kehidupan yang layak. Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu (insyaAllah).

Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan Skripsi ini untuk orang tua ku tercinta kepada Ibu tercinta (Sulasmi) yang selalu sabar, terimaksaih atas doa yang selalu ibu panjatkan untuk kebaikan dan kebahagianku. Dan kepada Bapak (Agustono) yang tiada terkira pengorbanan serta tetesan keringatnya, yang tidak pernah berhenti mendoakan anaknya, penyemangatku, dan guru terbaikku. Dan kakak terbaikku (Septian Nur Cahyo) yang selalu peduli, memotivasi, dan menyemangatiku, serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada sahabat-sahabat seperjuanganku: Tri Cahyo Purnomo, Bima, Yaseer, Ade Triyuanda, Sanif, Ardi, Rozi. Terimakasih atas bantuannya selama ini, semoga dari apa yang kita peroleh akan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرلا ِنَم ْحَّرلا ِ هاللّ ِمْسِب

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Loka Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin Tahun 2016)”

Salawat serta salam dijunjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan hingga kezaman yang penuh akan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya, namun berkat kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat di atasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Melalui skripsi ini penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Hadri Hassan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag Selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto. LC. M.HI., Ph.D Selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibuk Dr. Rahmi Hidayati. S.Ag, M.HI, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi, dan Ibuk Dr. Yuliatin S.Ag., M.HI, Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;

4.

(9)

ix

(10)

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kerangka Teori ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 20

(11)

xi BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitien ... 22

B. Pendekatan Penelitian ... 22

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 24

E. Teknik Analisis Data ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejah Berdirinya Desa Tambang Emas ... 29

B. Visi dan Misi Desa Tambang Emas ... 31

C. Kondisi Geografis ... 32

D. Aspek Pemilihan Kepala Desa ... 34

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016 ... 41

1. Politik Identitas dalam Pilkades Desa Tambang Emas ... 41

(12)

xii

2. Hegemoni Etnis dalam Pilkades Desa Tambang Emas ... 44

B. Faktor-Faktor Penyebap Timbulnya Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal Pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016... 46

1. Faktor Dominasi ... 46

2. Faktor Keinginan ... 47

3. Faktor Sosiologis ... 48

4. Faktor Agama ... 50

5. Faktor Ekonomi ... 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

C. Penutup ... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

PILKADES : Pemilihan Kepala Desa GOLPUT : Golongan Putih

UU : Undang-undang

BPD : Badan Permusyawaratan Desa

APBD : Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah UPT : Unit Pemukiman Transmigrasi

PAUD : Pendidikan Agama Usia Dini

BUMDES : Bada Usaha Milik Desa PERDES : Peraturan Desa

BPU : Balai Pertemuan Umum DPT : Daftar Pemilih Tetap

PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Daftar Responden Wawancara ... 25

Tabel 2: Batas Wilayah Desa Tambang Emas ... 33

Tabel 3: Data Pemilih dan Pengguna Hak Pilih ... 36

Tabel 4: Pengguna Hak Pilih ... 37

Tabel 5: Tidak Menggunakan Hak Pilih ... 37

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Diagram Persentase Partisipasi Pemilih ... 38 Gambar 2: Struktur Organisasi Pemerintah Desa Tambang Emas

Kecamatan Pamenang Selatan ... 40

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hegemoni berasal dari bahasa yunani kuno yaitu eugemonia (hegemonia), yang berarti memimpin. Roger Simon menyatakan, “hegemoni” bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis atau bahasa sederhananya, hegemoni adalah sesuatu organisasi consensus (pengambilan kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama)”.2

Dalam pengertian di zaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin”.3 Hegemoni adalah salah satu pandangan yang cukup berpengaruh bagi Gramsci. Karenanya, karya Gramsci sebagai marxis Italia, menjadi penting dalam perkembangan teori sosial oleh para marxis dan juga kaum yang menamakan dirinya post-Marxist dewasa ini.

Hegemoni merupakan ide sentral, orisinil dalam teori sosial dan filsafat Gramsci.

Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan dua

2Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan Insist, 1999, Hal. 19-20.

3Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, Hal. 115-116.

(17)

cara, yaitu kekerasan dan persuasi.4 Cara kekerasan (represif) yang dilakukan kelas atas terhadap kelas bawah disebut dengan tindakan dominasi, sedangkan cara persuasinya disebut dengan hegemoni. Perantara tindak dominasi ini dilakukan oleh para aparatur negara seperti polisi, tentara, dan hakim, sedangkan hegemoni dilakukan dalam bentuk menanamkan ideologi untuk menguasai kelas atau lapisan masyarakat di bawahnya. Imperialisme baru merupakan suatu fenomena kebangkitan semula perasaan ingin menguasai dan meluaskan semula pengaruh Barat kepada masyarakat dunia. Dengan fenomena inilah yang menjadi salah satu puncak pengaruh hegemoni Barat makin meluas. Mereka berhasrat untuk menjadi penguasa nombor satu di dunia yang menjadikan semua negara lain tunduk dan berada dibawah pengaruh mereka..

Secara literal hegemoni berarti „kepemimpinan‟ yang pada zaman ini menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara „pemimpin‟.5 Bagi Gramsci, konsep hegemoni berarti sesuatu yang lebih kompleks. Gramsci menggunakan konsep ini untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu yang lewatnya, dalam suatu masyarakat yang ada, sesuatu kelas fundamental dapat membangun kepemimpinannya sebagai sesuatu yang bersifat memaksa.6

4Roger Simon, Gagasan-gagasan Politik Gramsci, Terj. Kamdani dan Imam Baehaqi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 19.

5Nezar Patria dan Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara & Hegemoni (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 115-116.

6Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 62-63.

(18)

Adapun hubungan dua jenis kepemimpinan menurut Gramsci, kepemimpinan (direction) dan dominasi (dominance) itu menyiratkan tiga hal. Pertama, dominasi dijadikan atas seluruh musuh, dan hegemoni dilakukan kepada segenap sekutu- sekutunya. Kedua, hegemoni adalah suatu prakondisi untuk menaklukan aparatus negara atau dalam pengertian sempit kekuasaan pemerintahan. Ketiga, sekali kekuasan negara dapat dicapai, dua aspek supremasi kelas ini, baik pengarahan maupun dominasi, terus berlanjut.7

Dengan demikian, konsep hegemoni yang dikembangkan Gramsci berpijak mengenai kepemimpinan yang sifatnya „intelektual dan moral‟. Kepemimpinan ini terjadi karena adanya kesetujuan yang bersifat sukarela dari kelas bawah atau masyarakat terhadap kelas atas yang memimpin. Kesetujuan kelas bawah ini terjadi karena berhasilnya kelas atas dalam menanamkan ideologi kelompoknya.

Internalisasi ideologis ini dilakukan dengan membangun sistem dan lembaga- lembaga, seperti negara, kebudayaan, organisasi, pendidikan, dan seterusnya, yang dapat „menyemen‟ atau memperkokoh hegemoni tersebut. Di sisi lain, hegemoni terhadap kelas bawah tidak selamanya berjalan mulus, hambatan, dan rintangan bisa saja datang, terutama dari kelas-kelas yang tidak menerima hegemoni tersebut. Yang dilakukan untuk menangani ketidaksetujuan itu dilakukan dengan tindakan dominasi yang represif melalui aparatus negara, misalnya polisi. Dua kepemimpinan, dominasi dan hegemoni menjadi hal penting dalam teori hegemoni Gramscian.

7Roger Simon, Gagasan-gagasan, hal. 118.

(19)

Pasca reformasi 1998, demokrasi lokal menjadi perbincangan yang sangat menarik di Indonesia, baik itu di kalangan akademisi, pemerintah atau pun praktisi sosial. Studi tentang demokrasi lokal tersebut sebagian besar berkosentrasi pada dinamika politik lokal di tingkat propinsi, kabupaten dan kota dan hanya sebagian kecil yang menembus ke desa. Padahal jauh sebelum ada pemilihan kepala daerah (gubernur, bupati/walikota) secara langsung oleh rakyat, rakyat desa sudah lebih awal menggelar demokrasi election secara langsung oleh rakyat dalam pemilihan kepala desa. Pilkades secara langsung tersebut sudah diterapkan sejak Rafles berkuasa di Nusantara. Meski Orde Baru mematikan secara tegas otonomi desa, tetapi pemilihan kepala desa (pilkades) secara langsung tetap tumbuh di desa.8

Pilkades langsung yang diselenggarakan selama ini telah menambah warna- warni demokrasi pada aras lokal. Banyak pakar yang menilai suksesi kepemimpinan di tingkat desa menjadi indikator suksesi dalam kepemimpinan pada level yang lebih luas. Secara teoritis, Pilkades adalah suatu bentuk yang lebih pas untuk mewujudkan konsepsi demokrasi yang menurut Abraham Linclon diartikan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari konsepsi ini akan memunculkan kedaulatan rakyat dimana rakyat memiliki hak penuh untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan keinginannya.

Menurut Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.

8Soetardjo Kartohadikoesoemo, 1984 dikutip dalam buku Manifesto Pembaharuan Desa, Sutoro Eko, ed

(20)

Dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme. Yang kedua (aspek generik) menganalisis bentuk, peranan, dan ciri-ciri budaya politik, seperti militan, utopis, terbuka, atau tertutup.

Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat. Pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan), sikap terhadap mobilitas (mempertahankan status quo atau mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi atau politik).

Dari hasil observasi penulis dalam suatu desa tentunya sangat beragam atau bervariasi antara satu desa dengan desa yang lainya. Keberagaman desa dapat dilihat diantara lain dari keberagaman suku/ras yang mendiami suatu desa tersebut, seperti yang berada di desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan. Didalam melakukan pemilihan kepala desa terlihat sekali ketimpangan yang terjadi, salah satunya seperti pasangan calon yang mendominasi, kebanyakan pasangan calon yang mendaftar berasal dari suku Jawa sedangkan perwakilan dari penduduk lokal kalah jumlah atau bahkan tidak ada sama sekali, maka dari hasil observasi ini penulis ingin mengungkap adakah pengaruh hegemoni yang terjadi didalam unsur tatanan desa. Dari pejelasan tersebut munculah pertanyaan bahwa apakah peran Hegemoni sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan demokrasi yang terjadi di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan.

(21)

Selainitu peran kelembagaan desa dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa sudah berjalan sesuai harapan, namun masih ada hambatan dan kendala dalam pelaksanaannya, masih banyak warga yang tidak memberikan hak suaranya atau golput dalam pemilihan kepala desa.

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi tentang pengaruh hegemoni di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin dengan judul “ Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa Terhadap Penduduk Lokal pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016 (Studi Kasus di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tahun 2016).”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten, maka penulis memberikan batasan masalah ini hanya membahas mengenai pengaruh hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa dan penduduk lokal dalam pemilihan Kepala Desa, Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tahun 2016.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis paparkan, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

1. Bagaimana pengaruh hegemoni politik masyarakat transmigrasi Jawa terhadap penduduk lokal pada pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya hegemoni masyarakat transmigrasi Jawa terhadap penduduk lokal di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu kejelasan yang dijelaskan dan dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari munculnya hegemoni di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin.

b. Untuk mengetahui pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh hegemoni dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap pengaruh hegemoni dalam

(23)

pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin, serta menjadi bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya.

b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Setrata Satu (S1) di di Fakultas Syari‟ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin Jambi.

c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Syari‟ah khususnya jurusan Hukum Tata Negara dan dosen-dosen Fakultas Syari‟ah lainnya.

d. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Kerangka Teori

1. Teori Hegemoni Gramsci

Antonio Gramsci merupakan pemikir Italia yang terpengaruh oleh pemikiran Marxisme dan filsafat Hegel, meskipun kemudian merevisi dan mengkritik gagasan tersebut.9 Teori tersebut sering kali disebut juga sebagai teori kultural/ideologis general dan digunakan untuk memahami bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologi yang dianggap memiliki kekuatan untuk memformasi masyarakat. Teori hegemoni Gramcsi merupakan penyempurnaan teori kelas Marx yang belum berhasil

9Anwar, Ahyar. 2012. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: hal 63.

(24)

merumuskan teori politik yang memadai. Titik awal konsep Gramcsi tentang hegemoni adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi.

Gramsci membedakan negara menjadi dua wilayah dalam negara yakni, dunia masyarakat sipil dan masyarakat politik. Yang pertama penting bagi konsep hegemoni karena merupakan wilayah “kesetujuan”,

“kehendak bebas”, sedangkan wilayah kedua merupakan dunia kekerasan, pemaksaan, dan intervensi.10 Menurut Gramsci, negara kompleks yang menyeluruh aktivitas-aktivitas teoretis dan praktis yang dengannya kelas penguasa tidak hanya membenarkan dan mempertahankan dominasinya, melainkan juga berusaha memenangkan kesetujuan aktif dari mereka yang diperintahnya.

Sebagai pemikir Marxis Italia setelah Marx, pemikirannya banyak berhubungan dengan masalah politik praktis sehingga pandangan Gramsci yang paling dominan adalah hegemoni. Secara literer hegemoni berarti

“kepemimpinan” lebih sering kata itu digunakan untuk komentator politik untuk menunjuk kepada pengertian dominasi. Akan tetapi bagi Gramsci hegemoni berarti sesuatu yang lebih kompleks. Gramsci menggunakan konsep itu untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu, yang lewatnya dalam suatu masyarakat yang ada suatu kelas

10 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 77.

(25)

fundamental dapat membangun kepemimpinannya sesuatu yang berbeda dari dominasi yang bersifat memaksa.

2. Transmigrasi

Transmigrasi sebagai salah satu program kependudukan di Indonesia sudah berlangsung cukup lama. Dimulai dari jaman pemerintahan kolonial belanda 1905 dengan sasaran utama selain untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa, juga untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di daerah-daerah luar Jawa. Setelah kemerdekaan, pada awal orde lama, selain tujuan demografis, sesuai dengan Undang- undang No. 20/1960, tujuan transmigrasi adalah untuk meningkatkan keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada Orde Baru, tujuan utama transmigrasi semakin berkembang ke arah tujuan-tujuan non-demografis lainnya. Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 menyatakan tujuan transmigrasi adalah: peningkatan taraf hidup, pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk, pembangunan yang merata keseluruh Indonesia, pemanfaatan sumber- sumber alam dan tenaga manusia; kesatuan dan persatuan bangsa serta memperkuat pertahanan dan ketahanan nasional. Pergeseran orientasi ke arah pembangunan wilayah menyebabkan permukiman transmigrasi didesain untuk ditumbuhkembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan11.

11Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi

(26)

Pada era otonomi daerah, transmigrasi masih menjadi salah satu model pembangunan. Namun penyelenggaraan transmigrasi dihadapkan pada tantangan terkait dengan perubahan tata pemerintahan.

Penyelenggaraan transmigrasi yang selama ini berciri sentralistik, kini dihadapkan pada tantangan berupa penerapan asas desentralisasi dan otonomi. Desentralisasi telah menjadi sumber dari tekanan domestik untuk memperbaharui program transmigrasi. Penerapan otonomi daerah selain menyebabkan pergeseran kewenangan pada penyelenggaraan transmigrasi, juga mengharuskan pelaksanaan transmigrasi sepenuhnya disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi spesifik daerah.

Perubahan-perubahan tersebut telah melahirkan UU No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, yang kemudian diubah melalui UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan tujuan transmigrasi adalah untuk (1) meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar, (2) meningkatkan pemerataan pembangunan daerah, dan (3) memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.12

3. Budaya Politik Jawa

Politik jawa secara khas memberikan tekanan dan pertanda pemusatan kekuasaan dan bukan pada perbuatan yang memperlihatkan pemakaian atau pengunaanya. Pertanda yang baik di cari orang yang baik

12Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

(27)

pada pemegang kekuasaan maupun dalam masyarakat di mana ia memegang kekuasaan kemampuan menyerap pemusatan pemusatan dari luar merupakan tema yang sering terdapat dalam lakon-lakon wayang dalam tradisi sejarah, dalam gambaran khas yang menghubungkan jelas penyerapan ini menyatukan dua prinsip yang berlawanana adalah pertarungan antara seorang satria dengan seorang musuh yang kuat.

Dimana setelah musuh itu di kalahkan dan ini sekaligus akan menambah kekuatan dalam diri satria.

Sebenarnya sangat sulit untuk melakukan identifikasi budaya politik Jawa, karena atributnya tidak jelas, akan tetapi ada sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk membicarakan masalah ini, dengan adanya pola budaya yang dominan, yang berasal dari kelompok etnis Jawa itu sendiri. Etnis ini sangat mewarnai sikap prilaku dan oreantasi politik kalangan elit politik di Indonesia.

Oleh karena itu ketika Claire Holt, Benedict Anderson dan James Siegel menulis tentang “Political Culture In Indonesia” pembicaraan awal yang dimunculkan adalah terkait dengan masalah kekuasaan dalam masyarakat Jawa. Menurut analisis Anderson, konsep kekuasaan yang diterapkan di Jawa berbeda sekali dengan konsep yang ditawarkan dengan masyarakat Barat. Karena bagi masyarakat Jawa, kekuasaan itu pada

(28)

dasarnya bersifat kongkret, besarannya konstan, sumbernya homogen dan tidak berkaitan dengan proses legitimasi.13

4. Pengertian Desa dan Kepala Desa

Menurut Nasroen, Desa di Indonesia telah ada sejak beratus-ratus tahun yang lampau. Dari zaman ke zaman, desa, nagari, marga ini ada dan tetap ada sampai dewasa ini. Majapahit telah hilang, demikian pula Sriwijaya, Atjeh, Bugis, Minangkabau, Mataram dan sebagainya. Hindia Belanda, penduduk Jepang telah lenyap, tetapi desa, nagari,marga itu tetap ada. Dalam jalan sejarah ini, sebagai bukti dapat diambil kesimpulan bahwa sesuatu negara akan tetap ada. Dari jalan sejarah ini, sebagai bukti dapat diambil kesimpulan bahwa sesuatu negara akan tetap ada, selama desa, nagari, marga itu ada, asal negara itu sanggup menyatukan dirinya dengan desa, nagari, dan marga itu.14 Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 tentang Desa tertuang dalam BAB I Ketentuan Umum, Pasal I No 1 bahwasannya, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

13Pagisyarwi, “Kekuatan politik Jawa,” Internet, diakses melalui alamat

http://www.pangisyarwi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6:kekuatan- politik-jawa&catid=8&Itemid=103, diakses pada tanggal 6 Juni 2017.

14Nasroen, Daerah Otonomi Tingkat Terbawah, (Jakarta: Beringin Trading Company, 1995), 41.

(29)

masyarakat, hak asal-usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.15

Desa mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan mayarakat berdasarkan hak asal-usul, adat istiadat dan nilai- nilai sosial budaya masyarakat dan melaksanakan bagian bagian dari suatu urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintah kabupaten atau kota. Jadi untuk keperluan pengurusan masyarakat tersebut tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu memimpin jalannya pemerintahan desa.

Kepala Desa merupakan unsur terpenting yang harus ada dalam suatu sistem Pemerintahan desa selain dari pada BPD. Kepala Desa merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu desa yang dipilih langsung oleh masyarakat desa. kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa sebagai Pemimpin Pemerintahan Desa.

5. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU

PeraturanMentri Dalam Negri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa diterbitkan untuk melaksanakan ketentuan pasal 46 Peraturan Pemerintah Republik

15Undang Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

(30)

Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan perlunya menetapkan Permendagri tentang Pemilihan Kepala Desa.

Permendagri 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa ini ditunggu-tunggu Pemerintah Daerah untuk dapat mengisi kekosongan posisi Kepala Desa sekaligus dalam rangka implementasi Undang-Undang Desa. Dengan terbitnya Permendagri tentang Pemilihan Kepala Desa ini akan menjadi dasar hukum pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk dapat melakukan Pemilihan Kepala Desa di daerahnya secara berbarengan ataupun bergelombang mulai di tahun 2015. Sebab jika tidak ada kepala desa Definitif maka syarat-syarat untuk dapat menginmlementasikan UU Desa di tahun 2015 menjadi agak kurang lengkap dan menjadi dasar alasan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk tidak dapat melakukan implementasi UU Desa di tahun 2015.16

Desa dengan segenap atribut pemerintahannya adalah arena yang berhadapan langsung dengan rakyat. Pemerintah desa adalah sentra kekuasaan politik lokal yang di personifikasi lewat Kepala Desa dan perangkatnya. Posisi pemerintah desa juga sangat penting, mengingat mayoritas penduduk Indonesia tinggal di perdesaan.

Kepala Desa adalah salah satu unsur penyelenggara pemerintah desa. Unsur lain adalah perangkat desa. Dalam UU Desa, setidaknya ada

16 Kareba desa,”Undang-undang desa”, Internet, diakses melalui http://www.karebadesa.id/2017/07/permendagri-nomor-112-tahun-2014.

(31)

22 pasal yang mengatur tentang Kepala Desa, dengan beragam aspek yang diatur.17

Pesta demokrasi yang dilakukan ditingkat wilayah terkecil ini pada dasarnya sudah diatur oleh peraturan perundang-undangan pemerintah tentang tata cara penyelenggaraan pilkades. Sehingga seluruh rangkaian tahapan-tahapannya mulai dari pembentukan panitia pilkades sampai pada pelantikan kepala desa terpilih diharapkan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Dengan demikian proses pemilihan kepala desa akan berjalan dengan baik tanpa mempengaruhi keutuhan masyarakat. Dan harapan masyarakat dapat terpenuhi untuk terpilihnya kepala desa yang baru dan dinyatakan layak untuk memimpin dan menjalankan roda pemerintahan desa.

Berdasarkan konstruksi UU Desa, Kepala Desa dipilih dalam pemilihan, bukan ditunjuk oleh pejabat tertentu, sebagaimana dirumuskan dalam pasal 31-39. Proses pemilihan itu dapat dipilah berdasarkan tahapan: sebelum pemilihan, saat pemilihan, dan setelah pemilihan. Juga pembahasan mengenai asas-asas atau prinsip pemilihan. Sub tema ini, akan menjelaskan pasal yang berkaitan dengan tahapan pemilihan Kepala Desa sebagaimana disebutkan diatas.18

17Wikipedia, “Penyelenggaraan Desa”, Internet, diakses melalui

http://kedesa.id/id_ID/wiki/penyelenggaraan-pemerintahan-desa-dan-peraturan-desa/

18Undang Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

(32)

a. Prinsip dan Sifat Pemilihan

Pasal 31 dan Pasal 34 UU Desa telah mengatur secara tegas prinsip pemilihan Kepala Desa.Pertama, pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten/kota. Kebijakan pemilihan Kepala Desa serentak ini ditetapkan dalam Perda. Kedua, Kepala Desa dipilih secara langsung oleh penduduk desa. Ketiga, pemilihan dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Seperti penjelasan Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34.

Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:

a.Warga negara republik indonesia.

b. Bertakwa kepada tuhan yang maha esa.

c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika.

d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat;

e. Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar.

f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa..

g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran;

(33)

h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;

i. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;

j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

k. Berbadan sehat.

l. Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan;

dan

m. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Perda.

Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Biaya pemilihan Kepala Desa yang dibebankan pada APBD Kabupaten/Kota adalah untuk pengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya, honorarium panitia, dan biaya pelantikan.

b. Pra-Pemilihan

Ada proses yang harus dilalui sebelum penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa dan melibatkan para pemangku kepentingan. Proses itu

(34)

antara lain adalah: Pemberitahuan akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa, pembentukan panitia pemilihan kepala desa. Penjaringan calon oleh panitia pemilihan, penetapan calon Kepala Desa sebagai calon oleh panitia pemilihan, dan pengumumannya kepada masyarakat.

c. Pemilihan

Undang-Undang Desa menetapkan bahwa setiap penduduk yang telah berusia 17 tahun atau sudah menikah berhak untuk memilih pada hari H pemilihan Kepala Desa. Setiap penduduk yang mempunyai hak memilih datang sendiri ke tempat pemungutan suara dan menentukan pilihannya tanpa paksaan.

d. Pasca Pemilihan

Ketentuan-ketentuan mengenai pascapemilihan Kepala Desa dituangkan dalam pasal 37-39.Pasal 37 lebih menekankan pada penentuan siapa yang terpilih dan mekanisme penyelesaian sengketa; pasal 38 mengatur tentang pelantikan; dan pasal 39 mengatur masa jabatan Kepala Desa.

Calon Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah penerbitan keputusan Bupati/Walikota.

(35)

F. Tinjauan Pustaka

Dalam proses pembuatan skripsi ini, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan penulis bahas, maka penulis melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-penelitian ini, adapun yang pernah melakukan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Hegemoni ini terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu;

Penelitian yang dilakukan oleh Shalikatin Pawestri, mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta, ditulis pada tahun 2015, dengan judul “Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Bibir Merah karya Achmad Munif”.19 Dari penelitian tersebut, maka penulis memiliki kekhasan dengan fokus penelitian pengaruh Hegemoni.

Berikutnya, penelitian yang dilakuukan oleh Herning Puspitarini, mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, ditulis pada tahun 2014, dengan judul “Hegemoni Mitos Nyai Roro Kidul Terhadap Kekuasaan Jawa dalam Novel Sang Nyai Karya Budi Sardjono”.20 Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah bertujuan untuk mengetahui struktur mitos dan fungsi mitos dalam novel untuk memahami mitos yang tertuang dalam realita kehidupan masyarakat modern.

19 Shalikhatin Pawestri, “ Hegemoni Kekuasaan dalam Novel Bibir Merah karya Achmad Munif” ‘Skripsi: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Yogyakarta,2015, hlm.12.

20 Ebook, “Skripsi Herning Puspitarini,” di akses melalui alamat

https://fib.undip.ac.id/digilib/home/fib.undip.ac.id/files/e_book/SKRIPSI, diakses pada 11 November 2017.

(36)

Berikutnya, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ayu Lestari tahun 2011, mahasiswa Universitas Sumatra Utara yang berjudul “Etika Kekuasaan Jawa dalam Novel Para Priyayi karya Umar Kayam”.21

Penelitian ini menghasilkan analisis mengenai etika kekuasaan Jawa yang dilakukan oleh para priyayi.

Dari beberapa referensi diatas mulai dari penelitian Shalikatin Pawestri yang berfokus pada Hegemoni Kekuasaan, Hening Puspitarini yang berfokus pada Hegemoni Mitos, dan penelitian yang dilakukan Dewi Ayu Lestari yang berfokus pada Etika Kekuasaan, maka perbedaan pembahasannya adalah penelitian ini hanya berfokus kepada pembahasan Pengaruh Hegemoni Politik. Adapun harapan besarnya adalah dengan adanya penelitian ini maka masyarakat sadar akan pengaruh hegemoni dalam mempengaruhi pemilihan kepala desa.

21 Larasati, Dewi ayu. 2011. “Etika Kekuasaan Jawa dalam Novel Para Priyayi karya Umar Kayam”. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.

(37)

22 BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengenai pengaruh hegemoni politik dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya penelitian ini.

Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Pertama, pengaruh Hegemoni dalam pemilihan kepala desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin sehingga penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh hegemoni itu sendiri. Kedua, adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.22 Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui pengaruh hegemoni di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

22Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 22.

(38)

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci”.23

Kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang akan digunakan peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)24 dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dilapangan adapun sumber datanya adalah observasi, wawancara, dokumentasi.25

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung dari data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti.26Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait dengan

23Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 9.

24Ibid: 9.

25Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 16.

26Ibid: 18.

(39)

obyek penelitian baik yang berbentuk Jurnal, buku, karya tulis, koran, dan tulisan maupun artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.

D. Instrumen Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatatan atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatap langsung dengan informan sama seperti penggunaan daftar pertanyaan secara langsung.27

Wawancara digunakan apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) di mana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.28 Bedanya dengan semi terstruktur di sini adalah tidak memakai alternatif jawaban, namun pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Adapun yang akan menjadi sasaran wawancara adalah:

27Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm. 238.

28Ibid: 239.

(40)

Tabel 1

Jumlah Daftar Responden Wawancara

No Nama Keterangan/ Jabatan Jumlah

1 Listiyarto Tokoh Masyarakat Jawa 1

2 Agus Prasetyo Ketua Karang Taruna 1

3 Saiful Anwar Masyarakat Jawa 1

4 Fathul Huda Staff Desa 1

5 Dherma Setiawan Tokoh Masyarakat Lokal 1

6 Shodiqul Staff Kecamatan 1

7 Isti Qoiriyah Masyarakat lokal 1

8 Juarno Kepala Desa 1

9 Maryono Kaur Pemerintahan 1

10 Eki Rima Staff Kantor Desa 1

11 Mat Agung Mantan Kepala Desa 1

12 Suparli Mantan Kepala Desa 1

13 Basrin Mantan Kepala Desa 1

Total 13

2. Dokumentasi

(41)

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang menggunakan data-data yang sudah ada yang berkaitan dengan penelitian.29Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin, dari arsip dan dokumen baik yang berada di desa Tambang Emas yang bertempat di Desa Tambang Emas kecamatan Pamenang Selatan kabupaten Merangin, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

3. Teknik Analisis Data.

Pengumpulan data dan analisis data adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, hasil dari pengumpulan data ini perlu diolah lagi yaitu mulai dari editing sampai tabulasi data. Secara teknis, analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis interaktif sebagai mana dikemukakan oleh Miles dan Huberman.30Analisis ini terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya

29 Syamsudin dan Vismaia S. Damainti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, hlm: 145.

30 Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, Pedoman Skripsi (Syariah Press, Jambi: 2012) hlm 232.

(42)

dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative research data in the past has been narrative text,”31 Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah data teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks

31Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 249.

(43)

yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik dan nerwork (jejaring kerja).

Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif.

Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.32 Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

32Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm :252.

(44)

29 BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Desa Tambang Emas

Tambang Emas adalah desa yang pada mulanya adalah unit pemukiman transmigrasi, berdiri pada tanggal 2 Januari 1981 dengan nama UPT Pamenang VI-A1 (Unit Pemukiman Transmigrasi) dan dikepalai oleh seorang KUPT (Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi) yaitu Bapak Arifudin, BCHK.

Pada mulanya UPT Pamenang A1 dihuni sebanyak 763 KK yang mayoritas datang dari pulau jawa dan madura sebagian kecil keikutsertan penduduk lokal dengan luas wilayah 2.173 Ha.

Desa Tambang Emas terbentuk berdasarkan musyawarah para tokoh masyarakat dan dibantu oleh Bapak M. Rifa‟i sebagai Pjs Kepala Desa setelah selesai masa jabatan Bapak Arifudin, BCHK sebagai KUPT pamenang VI-A1 pada tahun 1986, maka pada tahun yang sama untuk pertama kalinya Desa Tambang Emas mengadakan pemilihan Kepala Desa dan pada waktu itu Kepala Desa tepilih adalah Bapak M. Rifa‟i.

Berikut adalah alur Sejarah Kepemimpinan Kepala Desa Tambang Emas Perperiode :

1. Periode I ( Tahun 1986 s/d 1996 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak M. Rifa‟i melalui pemilihan Kepala Desa.

(45)

2. Periode II ( Tahun 1996 s/d 1998 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak Murdiono sebagai pejabat sementara Kepala Desa, yang pada pemerintahan Bapak M. Rifa‟i menjabat sebagai Kaur Pembangunan.

3. Periode III ( Tahun 1998 s/d 2006 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak Murdiono melalui jalur pemilihan Kepala Desa.

4. Periode IV ( Tahun 2006 s/d 2008 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak Mat Agung sebagai pejabat sementara Kepala Desa, yang pada pemerintahan Bapak M. Rifa‟i dan Bapak Murdiono menjabat sebagai Sekertaris Desa.

5. Periode V ( Tahun 2009 s/d 2013 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak Sarjono melalui jalur pemilihan Kepala Desa.

6. Periode VI ( Tahun 2013 s/d 2015 ) Posisi Kepala Desa dijabat oleh Bapak Suparli sebagai pejabat sementara Kepala Desa.

7. Periode VII ( Februari 2015 s/d 2016 ) Kepala Desa dijabat oleh Pegawai Negri Sipil dari Kasi Pemerintahan Kecamatan yaitu Bapak Basrin sebagai pejabat sementara Kepala Desa.

8. Priode VIII ( Mei 2016 s/d sekarang ) Kepala Desa dijabat oleh Bapak Juarno.

Seiring dengan bertambahnya penduduk dan pemekaran wilayah tepatnya pada tanggal 9 Juni 2008 Desa Tambang Emas diresmikan menjadi Ibu Kota Kecamatan yang meliputi atas 4 Desa antara lainya adalah Desa Tambang Emas, Tanjung Benuang, Pulau Bayur dan Selango.33

33Dokumen rencana pembangunan desa tambang emas , tahun 2015-2020.

(46)

B. VISI dan MISI Desa Tambang Emas itu sendiri adalah sebagai berikut : VISI:

Mewujudkan Desa Tambang Emas Aman dan Sejahtera Cukup Sandang, Pangan dan Papan serta Pendidikan dan Kesehatan terpenuhi, Sosial Budaya terlaksana

MISI:

1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa

a. Pelayanan umum yang ramah dan dapat dipercaya bagi masyarakat b. Tertib Administrasi

c. Pengelolaan keuangan yang valid dan transparan kepada masyarakat 2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

a. Pembangunan infrastruktur desa b. Pendidikan mental ( Ahlak ) c. Peningkatan sumber daya manusia d. Pelestarian penghijauan 1000 pohon 3. Bidang Pemberdayaan Ekonomi Produktif

a. Pemberdayaan home industry b. Wanita tani

c. Pemanfaatan lahan tidur UPSUS d. Pembentukan BUMDES

4. Bidang Pemberdayaan Lembaga

(47)

a. Pelatihan Kepala Desa, Sekertaris Desa, Perangkat Desa, BPD, LINMAS, dan Karang Taruna

5. Bidang Pendidikan

a. Peningkatan pendidikan PAUD dan Madrasah b. Pemberantasan buta aksara

c. Pemberdayaan tenaga pendidik 6. Bidang Kesehatan

a. Peningkatan gizi balita (PMT) b. Pemberdayaan POSYANDU

c. Senam lansia yang berkesinambungan 7. Bidang Peningkatan Kapasitas Masyarakat

a. Pelatihan Home Industri b. Pelatihan pertanian c. Pelatihan perikanan 8. Bidang Ketertiban Masyarakat

a. Mengoptimalkan keamanan

b. Pembuatan Pos Ronda diarah pintu masuk desa

C. Kondisi Geografis

Secara geografis dan secara administratif Desa Tambang Emas merupakan salah satu dari 205 Desa di Kabupaten Merangin dan memiliki luas wilayah 2.571Ha, secara topografi terletak pada ketinggian 10 s/d 100 m diatas permukaan laut.

(48)

Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.520 jiwa yang terdiri dari 1869 laki-laki dan 1651 perempuan. Penduduk di daerah ini terdiri dari berbagai suku seperti: Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Minang, Tiongkok dan Suku-suku lainya yang jumlahnya relatif kecil.

Berdasarkan letak geografisnya Desa Tambang Emas berbatasan langsung dengan wilayah sebagai berikut:34

Tabel 2

Batas Wilayah Desa Tambang Emas35 Batas Wilayah

Batas Desa/ kelurahan Kecamatan

Sebelah utara MERANTI RENAH PAMENANG

Sebelah selatan TANJUNG BENUANG PAMENANG SELATAN

Sebelah timur LANTAK SERIBU RENAH PAMENANG

Sebelah barat BUKIT BUNGKUL RENAH PAMENANG

Penetapan batas wilayah ini diperkuat dengan keluarnya dasar hukum yang jelas dan sah dengan dikeluarkannya Perdes No 1 Tahun 2009 dan Perda No 12 Tahun 2007.

Desa Tambang Emas selain menjadi ibu kota dari Kecamatan Pamenang Selatan juga menjadi pusat perekonomian bagi desa-desa lainnya yang berada di

34 Dokumen rencana pembangunan desa tambang emas , tahun 2015-2020.

35Ibid.

(49)

sekitaran kecamatan Pamenang Selatan, karena infrastruktur di Desa Tambang Emas berkembang dengan pesat, sehingga Desa Tamang Emas mempunyai daya tarik tersendiri.

D. Aspek Pemilihan Kepala Desa

Ada satu hal yang menarik yang menjadi kekhasan dalam praktik demokrasi dalam hal memilih pemimpin di tingkat desa. Hal tersebut adalah tidak dipakainya partai politik untuk mengusung calon-calon yang akan bertarung dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) Desa Tambnag Emas. Meskipun demikian, bukan berarti dinamika politik dalam pilkades Desa Tambang Emas terasa hambar. Justru absenya partai politik dalam kontestasi pemilihan kepala desa, menjadikan dinamika pilkades memiliki daya saing yang sama dengan dinamika daya saing kepala daerah atau presiden sekalipun. Hal tersebut terkonfirmasi dari berbagai realitas di lapangan. Partisipasi politik masyarakat dalam ruang-ruang politik dari skala Nasional sampai skala terkecil (pilkades) dari segi rekrutmen calon, dalam konteks pilkades di Desa Bungi pandangan politik maupun kepentingan masyarakat menjadi terbagi-bagi dengan membentuk kelompok masing-masing, yang penulis menyebutnya sebagai kelompok kepentingan yang berlandaskan atas kekeluargaan dan kekerabatan.

Didalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa di Desa Tambang Emas Kecamatan Pamenang Selatan Kabupaten Merangin tentu aspek utama persiapan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa itu adalah pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa, sebagai mana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b

(50)

disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati/Walikota melalui camat.

Dalam pembentukan panitia itu terpilihlah ketua Panitia Pemilihan atas nama Bapak DARNI SUDARSONO, S.Pd sebagai ketua sementara. Adapun tugas panitia pemilihan adalah menyiapkan segala aspek penunjang dalam pelaksanaan pemilihan tersebut seperti yang tertuang dalam pasal 9 yaitu;36

a. Merencanakan penyelenggaraan pelaksanaan pemilihan.

b. Merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan.

c. Melakukan pendaftaran dan penetapan.

d. Melakukan penjaringan calon.

e. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilih.

f. Menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye.

g. Memfasilitasi penyediaan peralatan pemungutan suara.

h. Melaksanakan pemungutan suara.

i. Menetapkan hasil rekapitulasi.

j. Menetapkan dan mengumumkan hasil calon.

k. Menetapkan calon terpilih, dan

l. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaanpemilihan.

Dari semua itu terjaringlah Lima calon yang mendaftar sebagai Kepala Desa Tambang Emas yang telah lulus melalui beberapa syarat yang ditetapkan oleh ketua panitia. Sejak tanggal 7 April 2016 telah ditetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang sebelumnya telah dilakukan tahapan mulai dari pendaftaran, pemuktahiran dan validasi data daftar pemilih sementara, dilanjutkan dengan

36Karebadesa, “Pemilihan Kepala Desa”, Internet, diakses melalui http://www.karebadesa.id/2017/07/permendagri-nomor-112-tahun-2014

(51)

pencatatan daftar pemilih tambahan sehingga di tetapkan menjadi daftar pemilih tetap oleh panitia Pemilihan Kepala Desa.

Dalam agenda resmi yang dilaksanakan di Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Tambang Emas tersebut, setelah dilakukan validasi ahir oleh panitia disaksikan dan di sepakati oleh 5 (lima) bakal calon Kepala Desa Tambang Emas, serta melibatkan berbagai unsur, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta tokoh pemuda yang sempathadir maka ditetapkan DPT yaitu Laki-Laki= 1825, Perempuan= 1748, sehingga total DPT menjadi= 3568.Data pemilih di Desa Tambang Emas pada saat itu sebanyak 3568 jiwa dan yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 2671 jiwa dan yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golput sebanyak 897 jiwa.37

DATA PEMILIH DAN PENGGUNAAN HAK PILIH38 Tabel 3

NO URAIAN JUMLAH PERSENTASE

1 DATA PEMILIH ETNIS

JAWA 70%

ETNIS LOKAL 5%

Jumlah pemilih terdaftar dalam DPT

Laki-laki 1825 1277 91

Perempuan 1748 1223 87

Jumlah 3568 2500 178

37 Dokumen Panitia Pemilihan Kepala Desa Tambang Emas tahun 2016.

38 Dokumen Panitia Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016.

(52)

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun 2016

Tabel 4

NO Pengguna hak pilih

2 Pengguna hak pilih dalam DPT

Laki-laki 1371

Perempuan 1300

Jumlah 2671

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun 2016

Tabel 539

NO Yang tidak menggunakan hak pilih

3 Laki-laki 454

Perempuan 443

Jumlah 897

Sumber data: Dokumen panitia pemilihan kepala desa tambang emas tahun 2016

Ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, diantaranya;

1. Pada saat pemilihan banyak masyarakat sedang berada di kebun.

39 Dokumen Panitia Pilkades Desa Tambang Emas tahun 2016.

(53)

2. Kurang tertarik dengan calon-calon kepala desa yang mendaftar.

Gambar 1

Pengguna hak pilih (2671) + Tidak menggunakan hak pilih (897) = Jumlah DPT (3568)

Dari data Tabel diatas dapat dilihat data yang paling mencolok adalah data tabel yang tidak menggunakan hak pilihnya tau golput, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Darni Sudarsono selaku Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagai berikut:

“Yang menyebabkan banyaknya jumlah masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golput karena pada saat pemilihan

75%

25%

Diagram persentase partisipasi pemilih

pengguna hak pilih

tidak menggunakan hak pilih

(54)

dilakukan banyak warga yang masih berada dikebun , sehingga banyak masyarakat yang ketinggalan untuk memberikan hak suaranya sedangkan batas waktu pemilihan sudah habis.”40

Hasil percakapan diatas dapat diketahui bahwa yang menyebapkan banyaknya masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya adalah karena banyaknya warga atau masyarakat yang masih berada di kebun.

Jadi dari pernyataan Bapak Darni Sudarsono sebagai ketua panitia Pilkades di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Tambang Emas tidak menggunakan hak pilihnya dikarenakan ada berbagai kegiatan yang menyebapkan berkurangnya jumlah suara daftar pemilih, sehingga menyebapkan sedikitnya jumlah suara yang masuk dan bisa menimbulkan bibit-bibit konflik yang tidak di inginkan.

40 Wawancara dengan bapak Darni Sudarsono S.pd sebagai ketua panitia Pilkades, tahun 2016, 26 november 2017.

(55)

Gambar 2

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA41 DESA TAMBANG EMAS KEC. PAMENANG SELATAN

41 Dokumen pemerintah desa tambang emas, tahun 2018.

KEPALA DESA JUARNO

SEKRETARIS

SUPARLI

KAUR PERENCANAAN

IWAN

KAUR KEUANGAN

SURIYAH KAUR TU DAN UMUM

WULANDARI SEKSI PEMERINTAHAN

MARYONO

STAF

EKI RIMA

KAWIL R. INDAH

SUNARYO

KAWIL R. SARI

FATHUL HUDA

KAWIL TJ. EMAS

SUBAGIO KAWIL R. MULYO

NANA SUTISNA

KAWIL P. TERATAI

SLAMET BEJO

KAWIL S. SARI

RIYANTO

(56)

41 BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengaruh Hegemoni Politik Masyarakat Transmigrasi Jawa terhadap Penduduk Lokal pada Pemilihan Kepala Desa Tahun 2016

1. Politik Identitas dalam Pilkades Desa Tambang Emas

Politik identitas mengacu pada mekanisme politik pengorganisasian identitas (baik identitas politik maupun sosial) sebagai sumber dan sarana politik. Kemala mengatakan bahwa dalam politik identitas ikatan kesukuan mendapatkan peranan penting, ia menjadi simbol-simbol budaya yang potensial serta menjadi sumber kekuatan untuk aksi-aksi politik.42 Pemahaman ini berimplikasi pada kecenderungan untuk: pertama, ingin mendapat pengakuan dan perlakuan yang setara atau dasar hak-hak sebagai manusia baik politik, ekonomi maupun sosial- budaya. Kedua, demi menjaga dan melestarikan nilai budaya yang menjadi ciri khas kelompok yang bersangkutan. Terakhir, kesetiaan yang kuat terhadap etnis yang dimilikinya. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan yang diutarakan oleh salah satu informan yakni Agus Prasetyo mengatakan:

“Kalau menurut saya suku yang sama dalam Pilkades itu ya penting, karena adat dan budayanya sama, mungkin suatu hari kita

42Unhas, “Faktor dan Dinamika Pilkades”, Internet, diakses melalui Respository.unhas.ac.id/bitstream/handle, 20 Mei 2017.

(57)

ada keinginan kita sampaikan kepada bapak kades bisa di pahami dan di tanggapi secara cepat”.43

Hasil wawancara dengan informan tersebut mengidikasikan bahwa ada semacam pemunculan identitas diri dengan menggunakan simbol- simbol yang mengatas namakan etnis ataupun kesukuan. Hal ini merupakan suatu tanda bahwa terdapat suatu upaya yang dilakukan oleh Agus Prasetyo untuk menjelaskan kesamaan identitas dirinya dengan kelompok masyarakat yang diasumsikan itu bagian dari dirinya. Disini terlihat bahwa etnis telah menjadi suatu identitas yang kemudian direpsentasikan ke dalam usaha-usaha politik guna menjadikannya sebagai komoditas suara.

Pendekatan secara personal lebih sinis daripada konsep sederhana bahwa identitas adalah konstruksi sosial. Pendekatan personal memandang terciptanya identitas adalah sebagai produk manipulasi simbol-simbol kebudayaan dan kekerabatan oleh para pelaku politik untuk mendapatkan keuntungan politik. Pendekatan ini memandang etnisitas sebagai hasil dari strategi politik, biasanya untuk mencapai tujuan yang lain, seperti kekuasaan politik, akses sumberdaya, dan meningkatkan status.44Eki Rima mengatakan:

43 Wawancara dengan Bapak Agus Prasetyo sebagai ketua karang taruna, 14 November 2017.

44Unhas, “Faktor dan Dinamika Pilkades”, Internet, diakses melalui Respository.unhas.ac.id/bitstream/handle, 20 Mei 2017.

Referensi

Dokumen terkait

didefinisikan sebagai sebuah tindakan untuk men#urangi atau menda"at manfaat "rogram layanan kesehatan dengan #ara yang tidak se"antasnya 7>I%AA Re"ort,

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata, ”Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal

Masih adanya masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam pembangunan mem- buktikan bahwa perlunya pembinaan kepada seluruh masyarakat untuk memberi kesada- ran bahwa

Beberapa area proses yang diperlukan untuk mengetahui kelayakan dan kebutuhan perbaikan sistem penilaian kinerja guru dan karyawan adalah:.. Organizational Process

Gelembung yang tidak terlihat pada saat ujung selang dimasukkan ke dalam air untuk mengetahui ketepatan posisi NGT belum bisa dikatakan bahwa posisi NGT tepat berada di

Permasalahan yang ada yaitu petugas parkir yang bertugas di tempat itu hanya memberikan karcis kepada pemilik atau pengemudi kendaraan bermotor kalau meminta karcis tersebut

Prosentase perbedaan tingkat kebisingan antara titik sampling pada 0 meter dan 80 meter dari jalan raya yang tertinggi terjadi di Kebon Sirih, Jakarta Pusat (26,94 %),

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan kebugaran jasmani atlet bulutangkis serta menganalisis hubungan asupan