• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SIMBOLIK TRADISI TEDHAK SITEN STUDI DI DESA KAMPUNG TENGAH KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKNA SIMBOLIK TRADISI TEDHAK SITEN STUDI DI DESA KAMPUNG TENGAH KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI SKRIPSI"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIK TRADISI TEDHAK SITEN STUDI DI DESA KAMPUNG TENGAH

KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

OLEH:

TRY WAHANO NIM: 302171224

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2021

(2)

ii

Dr. Moh. Arifullah, M.Fil.I Jambi, 11 Oktober 2021 Drs. H. Nazari, M.Pd.I

Alamat: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Kepada Yth.

Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Dekan Fakultas

Simp. Sungai Duren Ushuluddin dan Studi Agama Muara Jambi UIN STS Jambi

di- Jambi

NOTA DINAS Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara Try Wahano Nim 302171224 dengan judul

“Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten Studi di Desa Kampung tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) (Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam) pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikian yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu, semoga bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Moh. Arifullah, M.Fil.I Drs. H. Nazari, M.Pd.I NIP. 197805062005011010 NIP.196011281985031002

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Try Wahano

Nim : 302171224

Tempat /Tanggal lahir : Muara Bulian, 10 Maret 1999 Konsentrasi : Aqidah dan Filsafat Islam

Alamat : Kampung Tengah, Kecamatan

Muara Bulian Kabupaten Batanghari

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul

“Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten Studi di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggungung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jambi, 11 Oktober 2021 Penulis,

Try Wahano 302171224

(4)

iv

KEMENTRIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS USHULUDDIN

Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741)582020

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh (Try Wahano) NIM (302171224) dengan judul “Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten Studi di Desa Kampung tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari” yang dimunaqasyahkan oleh Sidang Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada:

Hari : Senin

Tanggal : 8 November 2021 Jam : 11.00 s/d Selesai WIB

Tempat : Ruang Sidang Fak. Ushuluddin UIN STS Jambi Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang Munaqasyah dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Starata Satu (S1) Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Jambi, 16 November 2021 TIM PENGUJI Ketua Sidang : Dr. Edy Kusnaidi, S.Ag., M. Phil Sekretaris Sidang : Dra. Fatimah Rahmawati

Penguji I : H. Abdullah Firdaus, Lc. MA., Ph.D Penguji II : Mohd. Kailani, M. Ud

Pembimbing I : Dr. Arifullah, M. Fil. I Pembimbing II : Drs. H. Nazari, M. Pd. I

(5)

v MOTTO

ُ لاَم ۡل ٱ

َُو ُ

َُنو نَب ۡل ٱ

ُ ةَني ِز ُ

ُِة ٰوَي َحۡل ٱ

ُ اَي ۡنُّدل ُٱ

َُو ُ

َُٰبۡل ٱ

ُ ت َٰيِق

ُ ت َٰحِل ٰ صل ُٱ

َُكِّب َرَُدنِعٌُر ۡي َخ ُ

ُا ٗبا َوَثُ

ُ ٗلَٗمَأٌُر ۡي َخ َو ٤٦

ُ

ُ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. Al- Kahfi : 46).1

1Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Al-Karim Mushaf Tajwid Warna, Terjemah, dan Asbabun Nuzul (Kartasura: Madina, 2016), 195.

(6)

vi ABSTRAK

Peneletian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terkait makna di balik penggunaan simbol tertentu dalam tradisi Tedhak Siten yang masih dijalankan oleh masyarakat Desa Kampung Tengah, tradisi ini bukan murni tradisi dari desa tersebut, melainkan tradisi dari Jawa Tengah. Sampai sekarang masih dipertahankan. Tradisi ini merupakan suatu tradisi warisan nenek moyang masyarakat Jawa Desa Kampung Tengah. Dan ada sebagian masyarakat yang hanya mengikuti tradisi ini. Tanpa mengetahui apa makna dan tujuan dilakukannya tradisi tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan penelitian lapangan (Field Research). Dengan pendekatan fenomenologi, data primer berupa wawancara dengan tokoh adat, tokoh agama atau orang yang melakukan tradisi dan masyarakat setempat di Kampung Tengah dan sumber data sekunder diperoleh dari dokumentasi serta literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan menggunakan tiga teknik analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini penulis menemukan bahwa tradisi Tedhak Siten yang masih dijalankan oleh masyarakat Desa Kampung Tengah bukan murni tradisi dari desa tersebut, melainkan tradisi yang dibawa oleh masyarakat perantauan dari daerah Jawa Tengah. Prosesi tradisi ini dilakukan pada pagi hari. Adapun simbol- simbol yang digunakan dalam tradisi Tedhak Siten yaitu menapaki jadah, menginjak tanah, memasuki kurungan ayam, tumpeng, dan penyebaran udhik- udhik. Makna tradisi Tedhak Siten yaitu mempunyai makna pembentukan karakter anak dan nilai positif untuk kebaikan anak dari orang tua dalam meraih cita-cita, memiliki jiwa sosial dan mengajarkan anak tentang rasa syukur kepada Tuhan.

Kata Kunci: Makna, Simbolik, Tradisi Tedhak Siten

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini terutama kepada orang tuaku teruntuk Bapak Supardi dan Ibu Sumiyati. Terimakasih telah menjadi pahlwan dalam keluarga,

hujan panas kau lewati dan tak kenal lelah mecari biaya demi mengenyamkan pendidikan untuk anak-anaknya dengan harapan menjadikan anaknya sukses.

Tak lupa pula trimakasih abang Wahyu Purnomo, adek Wahyu Rhamadani kakak Susi Purwanti, yang telah mensuport untuk menyelesaiakan skripsi ini.

Selanjutnya karya sederhana ini kupersembahkan untuk semua orang yang ikut andil dalam dunia pendidikanku hingga saat sekarang.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya serta pertolonganya kepada penulis atas nikmat sehat rohani dan jasmani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rangkaian sholawat dan salam terhatur kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa umat manusia pindah dari zaman jahiliyah hinga menuju zaman yang penuh dengan cahaya keimanan dan pancaran keislaman dengan ilmu dan peradaban serta akhlak yang mulia.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang senantiasa membimbing, memotivasi dan memberikan kritikan serta saran dengan sepenuh hati hingga selesai dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Moh. Arifullah, M.Fil.I. Selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan kontribusi, saran, motivasi dan waktu demi terselesainya penulisan skripsi ini.

2. Drs. H. Nazari, M.Pd.I. Selaku Pembimbing II dan Sekretaris Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran, waktu dan perhatiannya dengan penuh kesabaran demi terselesainya skripsi ini.

3. Ibu Nilyati, M.Fil.I. Selaku Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

4. Bapak Drs. Muhsin Ham, M.Fil.I. Sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan serta saran selama proses perkuliahan penulis sejak memulai bangku perkuliahan hingga saat sekarang.

5. Bapak Dr. Abdul Halim, M,Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

6. Bapak Dr. Masiyan Syam, M.Ag., Dr. Edy Kusnadi, S.Ag., Dr. M. Ied Al Munir, M.Ag, M.Hum. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelembagaan, Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Luar FUSA UIN STS Jambi.

7. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi, MA, Ph.D Selaku Rektor UIN STS Jambi.

8. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati, S.E., M.E., Bapak Dr. As’ad, M.Pd., Dr. Bahrul Ulum, MA. Selaku Wakil Rektor I, II dan III UIN STS Jambi.

9. Pemerintahan Desa dan tokoh-tokoh masyarakat Desa Kampung Tengah yang telah mempermudah penulis dalam memperoleh data dilapangan sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

10. Seluruh Dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama, ilmu dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini dalam menyelesaikan kuliah di UIN STS Jambi dapat bermanfaat dan di amal sebagaimana mestinya.

11. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan Civitas Akademika Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN STS Jambi yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi berjalannya tugas akhir skripsi ini

(9)

ix

12. Seluruh teman-teman angkatan 2017 Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN STS Jambi yang membantu dan menyemangati penulis demi kelancaran penulisan skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan dan bantuannya kepada mereka selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan baik mengenai isi yang terkandung dan penulisannya. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka diharapkan kritik dan saran demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya, Amin.

Jambi, 11 Oktober 2021 Penulis,

Try Wahano 302171224

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

E. Kerangka Teori ... 6

F. Metode Penelitian ... 10

G. Studi Relevan ... 17

BAB II GAMBARAN UMUM DESA KAMPUNG TENGAH A. Sejarah Desa Kampung Tengah ... 19

B. Letak Geografis Desa Kampung Tengah ... 20

C. Kondisi Sosial, Budaya, Agama dan Pendidikan ... 25

BAB III DESKRIPSI TRADISI TEDHAK SITEN A. Pengertian dan Sejarah Tradisi Tedhak Siten ... 37

B. Prosesi Pelaksanaan Tradisi Tedhak Siten ... 41

C. Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan Tradisi Tedhak Siten ... 46

BAB IV MAKNA SIMBOLIK TRADIS TEDHAK SITEN A. Simbol-Simbol dalam Tradisi Tedhak Siten ... 49

B. Makna Simbolik ... 50

C. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah ... 57

D. Perspektif Islam dalam Tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Implikasi Penelitian ... 60 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURICULUM VITAE

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Batas Wilayah Desa ... 20

Tabel 2 : Data Kependudukan Desa Kampung Tengah Tahun 2021 ... 21

Tabel 3 : Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Kampung Tengah ... 23

Tabel 4 : Jumlah Pemeluk Agama Desa Kampung Tengah ... 29

Tabel 5 : Data Sarana Ibadah Desa Kampung Tengah ... 30

Tabel 6 : Tingkat Pendidikan Desa Kampung Tengah ... 33

Tabel 7 : Sarana Pendidikan Formal Desa Kampung Tengah ... 34

Tabel 8 : Sarana Pendidikan Non- Formal desa Kampung Tengah ... 34

Tabel 9 : Fasilitas Umum Desa Kampung Tengah ... 36

(12)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Indonesia yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

A. Konsonan Tunggal

Arab Indonesia Arab Indonesia

ا ` ط ṭ

ب B ظ ẓ

ت T ع ‘

ث Th غ Gh

ج J ف F

ح ḥ ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dh م M

ر R ن N

ز Z ه H

س S و W

ش Sh ء ,

ص ṣ ي Y

ض ḍ

(13)

xiii B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

َ ا A ﺎ Ā ىِا Ī

َ ا U ى ا ả و ا Aw

َِا I و ا Ū ى ا Ay

C. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk ta’ marbuthah ini ada tiga macam, yaitu:

1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah: /h/.

Arab Indonesia

ةلاص Ṣalāh

ةارم Mir’āh

2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dhammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

ةيبرتلاَةرازو Wizārat al-Tarbiyah نمزلاَةارم Mir’āt al-zaman

3. Tā’ Marbūṭah yang berharakat tanwin transliterasinya adalah /tan/tin/tun/.

Arab Indonesia

ةضور Rauḍatun

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan suatu sistem nilai, lambang, dan perilaku hidup manusia dalam wujud yang khas pada masyarakat. Menurut koentjaraningrat, kebudayaan yang dimiliki manusia mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat umum, yaitu bahasa, teknologi, religi, sistem sosial, sistem mata pencarian, sistem pengetahuan dan unsur-unsur kesenian.1 Seluruh gagasan, tindakan dan hasil karya manusia itu merupakan untuk pemenuhan hidup. Sebuah kebudayaan yang berhubungan dengan suatu tradisi masyarakat pasti mempunyai nilai-nilai yang terkandung didalam kebudayaan.

Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat, penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.2 Aneka tradisi umat Islam di Indonesia, khususnya Jawa, yang pada mulanya beredar luas di Jawa, dan kemudian berkembang meluas ke berbagai daerah pelosok Indonesia. Agama Islam mengajarkan dan menganjurkan bagi umatnya agar senantiasa melaksanakan berbagai kegiatan atau ritual yang beraneka ragam dalam bentuk ibadah, sedangkan bagi masyarakat Jawa pada umunya kehidupan ini penuh dengan berbagai upacara dan ritual. Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara, baik upacara yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dari keberadaannya dalam perut ibu, kelahiran, kanak-kanak, remaja, dewasa sampai dengan saat kematiannya, juga upacara-upacara yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti mencari nafkah, upacara-upacara yang berhubungan dengan tempat tinggal.

Upacara-upacara itu semula dilakukan dalam rangka untuk menangkal pengaruh buruk dari daya kekuatan gaib yang tidak dikehendaki yang akan membahayakan

1Koentjaraningrat, Metode Antropologi dalam Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Ui Press, 1990), 217.

2 Heppy El Rais,Kamus Ilmiah Populer Yogyakarta: Pusat Belajar 2012, 686.

(15)

bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dengan upacara tersebut, harapan pelaku adalah agar hidup senantiasa dalam keadaan selamat.3

Siklus kehidupan masyarakat Jawa penuh dengan nilai-nilai dan norma- norma kehidupan yang tumbuh secara turun-temurun. Salah satu tradisi ritual dalam adat Jawa yaitu Tedhak Siten yang termasuk dalam peristiwa kelahiran. Tedhak Siten adalah anak usia 7 lapan (245 hari/7 x 35 hari), atau delapan bulan kalender Masehi. Dalam al-Qur’an dan Sunnah, Islam sangat memperhatikan proses-proses penting yang berhubungan dengan siklus kehidupan, sebagai fase-fase peralihan dalam segi peningkatan penyempurnaan agama. Siklus kehidupan manusia yang ditandai dengan kelahiran, pernikahan, dan kematian merupakan proses perjalanan hidup yang ditempuh oleh manusia, baik secara jasmani maupun rohani. Dengan demikian masyarakat Islam di Jawa sangat memaknai dan menghormati dasar ajaran Islam dengan ajaran luhur Jawa dalam melaksanakan ritual atau kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan siklus kehidupan.4 Islam memandang bahwa mereka mempunyai hubungan yang erat dengan Allah, karena atas karunia-Nya Allah memberikan rejeki, memberi perlindungan, memberi kesehatan dan keselamatan.

Cara mereka menjalin hubungan itu dengan mengadakan berbagai upacara adat, salah satunya ialah upacara Tedhak Siten. Upacara Tedhak Siten mengandung nilai yang dihidupi oleh orang Jawa. Pertama, melalui upacara tersebut, orang tua menunjukkan kasih sayang yang besar kepada anak mereka. Mereka mengungkapkan harapan yang hakiki supaya anak tidak mengalami kesulitan di kemudian hari. Allah SWT sudah menjelaskan bagaimana nasib seseorang yang sudah dicatatkan di buku masing-masing , tentang jodoh, mati, rezeki dll. Dan perlu dilihat Allah telah berfiman dalam QS. Ar-Rad ayat 11:

ُ

ُ هَل

ُِهِف ۡل َخُ ۡنِم َوُِه ۡيَدَيُِن ۡيَبُ ۢنِّمُ ٞت َٰبِّقَع م ۥُ

ۦ

ُۡحَي ُ و ظَف

ُ هَن

ُ ِر ۡمَأُ ۡنِم ۥُ

ُهِ لل ٱ

ُ نِإ ُ

َُ لل ٱ

ُ

ُ رِّيَغ يُ َلَ

ُ اَذِإ َوُ هۡمِهِس فنَأِبُاَمُْاو رِّيَغ يُ ٰى تَحٍُم ۡوَقِبُاَم

َُدا َرَأ ُ

ُ لل ٱ

ُ د َرَمُ َلَٗفُا ٗء و سُ ٖم ۡوَقِب ُ

ُ هَلُ

ُاَم َو ۚۥُ

ُنِّمُم هَل

ُِهِنو د ۦ

ٍُلا َوُنِم ُ ١١

ُ

ُ

3 Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakata: gama media, 2000, 130-131.

4 Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: PT Suka Buku, 2010, 13.

(16)

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”5

Ada beberapa rangkaian yang harus dilakukan dalam menyelenggarakan ritual diantaranya selamatan. Dalam selamatan, banyak dijumpai adanya sesajen- sesajen yang mempunyai makna dan simbolik di dalam berbagai ritual tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir berbagai keburukan. Upacara Tedhak Siten ini merupakan siklus kelahiran, upacara ini dilakukan anak telah mencapai umur tujuh lapan, yaitu 7x35 hari, sebagaimana diadakan upacara tersebut, maksudnya memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya menginjakan tanah atau bumi.

Biasanya upacara Tedhak Siten berlangsung pada pagi hari di halaman rumah tepat pada weton (hari kelahirannya). Misalnya anak lahir pada hari Rabu legi, maka upacaranya dilangsungkan pada pagi hari Rabu legi itu.

Upacara Tedhak Siten diadakan. Harapannya agar si anak selalu sehat, selamat dan sejahtera dalam melewati jalan kehidupannya. Setiap tradisi muncul atau dibuat memiliki arti atau ajaran atau nilai yang diusung oleh suatu masyarakat.

Pandangan yang terdapat dalam sebuah tradisi menampakkan harapan dan pola pemikiran bagi masyrakat. Oleh karena itu, kelahiran manusia dan proses berkembangnya manusia menampakan peristiwa penting yang harus didoakan atas keselamatanya. Manusia berpikir, berperasaan, dan bersikap melalui ungkapan simbolis. Manusia memaknai kehidupannya melalui simbol-simbol dan dengan pengalaman-pengalaman yang dapat didefinisikan dan diatur dengan syarat hidup komunitasnya. Sepanjang sejarah kebudayaan manusia simbol telah mewarnai tindakan-tindakan manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan, dan agama.

Simbol adalah salah satu cara untuk menghidupkan benda-benda dan mahluk-mahluk sakral yang khas dalam jiwa dan pikiran para pemeluk agama yang bersangkutan. Dalam menyelenggarakan ritual ini ada beberapa rangkaian yang

5 Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an Al-Karim Mushaf Tajwid Warna, Terjemah, dan Asbabun Nuzul (Kartasura: Madina, 2016),

(17)

harus dilakukan diantaranya selamatan. Dalam selamatan, banyak dijumpai adanya sesajen-sesajen yang mempunyai makna dan simbolik di dalam berbagai ritual tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir berbagai keburukan. Ritual “Tedhak Siten” atau mudun lemah yang menunjukan seorang balita sudah siap berpijak di bumi6. Balita pertama kali berjalan diasumsikan masih dalam kondisi bersih perlu ada tuntunan untuk melangsungkan kehidupan. Di samping balita tersebut memiliki beberapa potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi bekal dalam kehidupan berikutnya. Demikian halnya yang terjadi di Masyrakat Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

Masyarakat Kampung Tengah turun temurun berpegang teguh pada adat budaya Jawa. Hal ini tidak lepas dari pengaruh adat dan budaya Jawa yang telah ada sejak jaman dahulu. Tradisi Tedhak Siten ini merupakan suatu tradisi yang selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Kampung Tengah untuk mendoakan anak yang berumur 8 bulan. Adapun upacara tradisi Tedhak Siten dalam pelaksanaannya yaitu anak dituntun berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah, dengan warna yang berbeda-beda. Karena jadah dibuat dari beras ketan, dengan sendirinya mudah lengket di telapak kaki si anak, harapan para orang tuanya, semoga si anak harus dapat mengatasi kesulitan hidup. Setelah itu si anak dimasukkan sangkar atau kurungan ayam. Di dalam kurungan, terdapat berbagai benda seperti uang, buku tulis, yasin, kaca, sisir. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang dimasuki oleh anak kelak jika dewasa dan cepat mandiri, dan bertanggung jawab pada kehidupannya dan benda yang ada di dalam kurungan nantinya akan diambil oleh anak. Apa yang akan diambil si anak menggambarkan profesi ingin dijalani kelak jika sudah dewasa.

Simbol bukan saja membangkitkan kesadaran pemeluk agama dengan mengantar dengan menetapkan manusia dengan realitas yang dilambangkan, tetapi juga mengkomunikasikan manusia kepada ilahinya. Realitas yang dihadapinya bukan hanya sekedar kumpulan fakta melainkan juga memiliki fakta kejiwaan yang

6 Rumah Belajar Untuk Semua, Tedhak Siten, Kementrian Pendidikn Kebudayaan Islam”, diakses melalui Https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/TedhakSiten/, 21 Januari 2021

(18)

didalamnya simbol berperan sebagai memberikan keluasan dan ketidak luasan pemahaman manusia yang sering disebut manusia sebagai manusia homo simbolism karna manusia menggunakan simbol-simbol yang diciptakannya dalam menjalani aktivitas kehidupan kesehariannya. Simboli, meskipun kurang tepat dengan cara ekspresi yang lebih ilmiah tetapi mempunyai potensi istimewa.7 Keterangan di atas adalah sedikit dari banyaknya simbol dan makna yang ada pada tradisi Tedhak Siten. Maka dari itu, perlu dijelaskan secara keseluruhan tentang makna dan simbol- simbol yang berada di dalamnya, sehingga kita bisa memahami secara utuh pesan utama dari rangkaian upacara tersebut.

Berdasarkan hal tersebut maka timbul suatu keinginan dari penulis untuk mengadakan suatu penelitian dengan maksud dan tujuan mencari makna simbol tradisi Tedhak Siten yang telah dilakukan masyarakat Desa Kampung Tengah. Oleh sebab itu, peneliti mengambil judul yaitu “ Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten (Studi di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari).”

7Budiono Herusutoto, Simbolisme dalam Budaya Jawa. (Yogyakarta: Hanindita, Graha Widya, 1987), 26.

(19)

B. Permasalahan

Persoalan pokok penelitian ini adalah: Bagaimana makna simbolik yang terkandung dalam tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian?

Pokok masalah ini lebih jauh dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana sejarah tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari ?

2. Bagaimana prosesi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari ?

3. Bagaimana masyarakat Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian memaknai simbol-simbol dalam tradisi Tedhak Siten?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup yang berafiliasi dengan masyarakat Jawa saja di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, terutama hal mengenai makna simbolik tradisi Tedhak Siten. Sehingga persoalan yang akan diteliti pun menjadi jelas dan terfokuskan. .

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui sejarah tradisi Tedhak Siten Masyrakat Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

b. Mengetahui prosesi tradisi Tedhak Siten dalam tradisi di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

c. Mengetahui makna simbolik dalam tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian.

(20)

2. Kegunaan Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan berguna untuk:

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang Aqidah dan Filsafat Islam khususnya tentang Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

b. Kegunaan Praktis

Penelitan ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari terhadap tradisi Selametan adat Jawa didalamnya terdapat simbol-simbol yang mempunya makna, serta untuk menambah khazanah kebudayaan.

E. Kerangka Teori

Berkaitan dengan judul penelitian untuk menjelaskan representasi makna simbolik tradisi Tedhak Siten, penulis menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Pengertian semiotika sendiri merupakan ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesusatu yang menandakan sesuatu yang lain. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure tentang tanda sebagai Signifier (penanda) dan Signified (petanda).

Roland Barthes lahir di paris tahun 1915. Dalam metode Barthes tidak hanya berhenti pada pemknaan tanda sebagai penanda dan petanda dalam tataran denotative, namun lebih jauh Barthes menyempurnakan semiology Saussure dengan mengembangkan pemaknaan tanda pada tataran kedua konotatif dan tanda dalam tataran pertama dilakukan penanda kembali yang menimbulkan tanda kedua yaitu mitos dalam masyarakat. Konsep Barthes, tanda konotatif tidak hanya mempunyai makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotasi sebagai landasan keberadaanya. Memaknai tidak sama dengan

(21)

mengkomunikasikan, memaknai adalah bahwa suatu objek tidak hanya membawa informasi tetapi juga mengonstitusi sistem terstruktur dari tanda.8

Barthes menganggap kehidupan sosial sebagai signifikansi. Apapun bentuk kehidupan sosial merupakan suatu sistem tersendiri.9 Gagasan Roland Barthes dalam menganalisis dari tanda-tanda signifikasi dua tahap10 yaitu denotasi (makna sebenarnya sesuai dengan kamus atau umum) dan konotasi (makna yang lahir dari personal atau kultural yang melibatkan perasaan atau emosi dalam penggunaannya), lebih jelasnya tanda dalam dua tahap yaitu:

1) Denotasi

Denotasi adalah tataran kerja Saussure, hubungan antara penanda dan petanda di dalam tanda dengan objek yang diwakilinya dalam realitas eksternalnya yang mengahasilkan makna pasti. Tanda dalam tahap ini Bartes menyebutnya sebagai denotasi yang merupakan makna kamus dari sebuah terminologi atau sebuah objek atau kata.11 Hal ini merujuk pada anggapan umum atau makna yang teramati.

Misalnya kata mawar menunjukan arti sesungguhnya yaitu mendenotasikan salah satu jenis tanaman bunga.

2) Konotasi

Konotasi adalah makna yang tercipta dengan menghubungkan penanda dan petanda dengan aspek kultural yang lebih luas. Konotasi juga dapat diartikan tingkat pertandaan antara penanda dengan petanda yang menggambarkan suatu tanda dengan melibatkan perasaan atau emosi menghasilkan makna yang tidak langsung dan tidak pasti. Makna yang bergerak menuju subjektif, ketika interpretasi yang dipengaruhi banyak penafsir dan objek. Misalnya kata bunga menunjukkan makna yang tidak pasti karena setiap personal tiap orang dengan makna yang berbeda-beda, mawar yang bisa mengonotasikan kasih sayang. Maka denotasi merupakan makna yang nyata dari suatu tanda dan konotasi sebagai

8Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 67.

9Kurniawan, Semilogi Roland Barthes. (Magelang: Indonesia Tera, 2001), 49.

10Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 66.

11 Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), 67.

(22)

tahap signifikasi tahap kedua.12

Keterkaitan teori semiotika Roland Barthes dengan penelitian tentang tradisi Tedhak Siten sesuai dengan semiotika adalah ilmu yang menganalisis tanda dalam maknanya yang luas di dalam masyarakat. Dalam semiotika suatu tanda dilihat secara umum cakupannya termasuk bahasa dan non bahasa didalamnya.

Memilih analisis dengan teori Roland Barthes pada tradisi Tedhak Siten, karena tradisi Tedhak Siten memiliki berbagai yang perlu dianalisis dengan teori Roland Barthes yang menekankan pada penulusaran makna dengan pendekatan budaya, Barthes memberikan makna pada sebuah tanda berdasarkan kebudayaan yang melatarbealkangi munculnya makna tersebut. Fokus perhatiannya pada dua tahap, denotasi makna yang paling nyata dari tanda dan konotasi yang menggambarkan interaksi tanda dengan kenyataan atau emosi dari penafsirnya yang memilki nilai subjek atau intersubjektif dari sebuah kebudayaan. Serta pada tahap kedua berhubungan dengan isi tanda yang bekerja melalui mitos.

1. Makna Simbolik

Menurut ullman, ia mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara makna dengan pengertian.13 Makna merupakan konsep gagasan ide atau pengertian yang berada secara padu bersama satuan kebahasaan yang menjadi penandanya seperti kata, frasa, dan kalimat.14 Makna dapat diartikan suatun arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya saling bertauatan dan menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendnaya, peristiwa atau keadaan tertentu maka tidak dapat memperoleh makna dari kata-kata tersebut. Makna bersifat intersubyektif karena ditumbuh kembangkan secara individual tetapi makna tersebut dihayati secara bersama, diterima dan disetujui masyarkat. Konsep makna dalam penggunaan simbolik bertujuan untuk

12Puspitasari Rakhmat, Jenny Maria Fatimah, “Makna Pesan Simbolik Non Verbal Tradisi Mappadendang di Kabupaten Pinrang”, Jurnal Kareba, Vol.5, No.2, Juli-Desember (2016), 340.

13Abdul Chaer, Lingusitik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 282.

14Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna”, Jurnal Dakwah Dan Kemasyarakatan, Vol. 13, No. 2, (2012), 145.

(23)

menjelaskan berkaitan dengan relasi-relasi unik antara sebuah objek dengan

‘dunia’.15

Secara etimologis, kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang.

Manusia dalam hidupnya selalu berkaitan dengan simbol-simbol yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Simbol dalam bahasa komunikasi disebut sebagai lambang yaitu sesuatu yang meliputi kata-kata pesan secara verbal ataupun perilaku non verbal dan objek maknanya disepakati bersama. Manusia merupakan animal sybolicum, yang artinya pemikiran dan tingkah laku simbolis adalah ciri yang betul- betul khas manusiawi dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri pada kondisi-kondisi itu. Manusia merupakan makhluk budaya dan budaya manusia penuh dengan simbol.16 Manusia juga sebagai pelaku komunikasi terlihat sangat unik karena manusia dapat memanipulasi simbol-simbol berdasarkan kesdarannnya.

Menurut Ernst Cassirer, bahwa manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis. Manusia tidak pernah mengenal, melihat dan menemukan dunia secara langsung tetapi melalui berbagai Simbol.

Kenyataan selalu lebih daripada hanya tumpukan fakta-fakta, tetapi kenyataan mempunyai makna yang bersifat kejiwaan, dimana baginya didalam simbol terkandung perluasan pemandangan dan unsur pembebasan .17

Menurut Victor Turner menyatakan bahwa simbol adalah unit atau bagian terkecil dalam ritual yang mengandung makna dari tingkah laku ritual yang bersifat khusus. Simbol tersebut merupakan unit pokok dari struktur khusus dalam konteks ritual, dengan demikian bagian-bagian terkecil ritual perlu mendapat perhatian peneliti seperti sesaji-sesaji, mantra, dan tradisi lainnya.18

15Nur Rahmawati dan Sudah Nurhamidah, “Makna Leksikal Dan Gramatikal Pada Judul Berita Surat Kabar Pos Kota (Kajian Semantik)”, Jurnal Sasindo Umpan, Vol.6, No. 1, (2018), 40.

16Suwardi Endraswara, Mistiken Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa. (Yogyakarta: NARASI, 2006), 171.

17 Budiono Herusatoto, Simbolisme Dalam Budaya Jawa. (Yogyakarta : Hanindita Graha Widya, 1987),10.

18 Suwardi Endraswara, Mistiken Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufismedalam Budaya Spiritual Jawa, 172.

(24)

2. Tradisi

Tradisi adalah segala sesuatu yang turun temurun dari nenek-moyang yang telah diwarisi.19 Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan-kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi justru dapat dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Karena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang dapat menerimanya.

Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun temurun dalam sebuah masyarakat, dengan sifatnya yang luas, tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang tepat dan diperlakukan serupa atau mirip, karena tradisibukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula.20

3. Tedhak Siten

Upacara Tedhak Siten ini merupakan tradisi yang ada siklus kelahiran, upacara ini dilakukan anak telah mencapai umur tujuh lapan, yaitu 7x35 hari, sebagaimana diadakan upacara tersebut, maksudnya memperkenalkan si anak untuk pertama kalinya menginjakan tanah atau bumi. Biasanya upacara Tedhak Siten berlangsung pada pagi hari di halaman rumah tepat pada weton (hari kelahirannya).

Misalnya anak lahir pada hari Rabu legi, maka upacaranya dilangsungkan pada pagi hari Rabu legi itu. Upacara Tedhak Siten diadakan. Harapannya agar si anak selalu sehat, selamat dan sejahtera dalam melewati jalan kehidupannya.

Ciri khas yang dilakukan acara tradisi Tedhak Siten adalah anak dituntut untuk berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah, dengan warna yang berbeda-beda. Setelah itu si anak dimasukkan sangkar atau kurungan ayam. Di dalam kurungan, terdapat berbagai benda seperti uang, buku tulis, yasin, kaca, sisir. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang dimasuki oleh anak kelak jika dewasa dan cepat mandiri, dan bertanggung jawab pada kehidupannya dan benda yang ada di dalam kurungan nantinya akan diambil

19 W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), 1088.

20 Van Peursen, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Kanisus, 1976),11.

(25)

oleh anak. Apa yang akan diambil si anak menggambarkan profesi ingin dijalani kelak jika sudah dewasa. Upacara Tedhak Siten diadakan. Harapannya agar si anak selalu sehat, selamat dan sejahtera dalam melewati jalan kehidupannya.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem dan aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dilakukan secara rasional dan perencanaan, pelaksanaan, dan finalisasi hasil penelitian. Adapun langkah-langkah dalam Penelitian ini adalah:

1. Pendekatan

Penelitian ini adalah Field Research (Penelitian Lapangan) yaitu suatu penelitian yang menggunakan informasi, yang diperoleh dari sasaran penelitian yang disebut informasi atau responden melalui instrument pengumpulan data seperti angket, wawancara, atau sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk menggambarkan makna dari pengalaman hidup yang dialami oleh beberapa individu, tentang konsep atau fenomena tertentu dengan mengeksplorasi struktur kesadaran manusia.

Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, dengan melihat keadaan lapangan apa adanya, dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian. Pengumpulan datanya dalam penelitian ini lebih menuju pada data tertulis atau dokumen yang berhubungan dengan penelitian di Desa Kampung Tengah serta wawancara tersebut.

2. Setting dan Subjek Penelitian a. Setting Penelitian

Setting penelitian adalah Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari, pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional dan praktis. Pertimbangan rasional didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat desa Kampung Tengah memiliki tradisi budaya yang cukup representatif. Karena itu fokus penelitian akan dapat dilakukan secara fair, yang secara ekonomis juga

(26)

dapat dijangkau oleh peneliti.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilakukan secara langsung dengan cara observasi atau wawancara langsung kepada salah satu masyarakat yang melakukan Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten berpusat pada masyarakat Desa Kampung Tengah, terutama tokoh adat, tokoh agama dan kepala desa yang berada di lingkungan desa setempat.

Penelitian subjek ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan yang diambil dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mengikuti tradisi Tedhak Siten.

3. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah semua data tentang informasi yang diperoleh dari para informan. Kemudian penulis membagi sumber data yang digunakan ke dalam dua kelompok yaitu:

a. Sumber primer adalah sumber yang berasal dari responden, baik melalui wawancara maupun lainnya. Objek penelitian ini adalah tokoh adat, tokoh agama,atau orang yang melaksanakan tradisi, dan masyarakat Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

b. Sumber sekunder adalah sumber data yang dapat memberikan informasi atau memperkuat data primer data itu biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti seperti, buku, dan karya ilmiah.

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendiskripsikan dan menjawab permasalahan, maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sisitematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data

(27)

apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.

Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.21

Observasi merupakan sutau proses melihat, mengamati dan mencermati langsung dilapangan secara sistematis untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelititan. Observasi yang dilakukan diharapkan dapat memperoleh data yang sesuai atau relevan dalam memahami makna simbolik yang terkandung dalam tradisi Tedhak Siten. Untuk memperoleh data dengan menggunakan metode observasi dalam penelitian ini, yaitu: (1) Sejarah dan perkembangan Desa Kampung Tengah. (2) Prosesi perlengkapan dan tujuan tradisi Tedhak Siten.

b. Wawancara

Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Respondennya adalah tokoh adat, kepala desa, dan masyarakat setempat. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survei.

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan dan situasi wawancara.22 Peneliti mengajukan pertanyaan terkait dengan masalah penelitian dengan menggunakan bahasa pertanyaan yang mudah dipahami oleh informan berdasarkan latar belakang tingkat pengetahuan informan. Untuk memperoleh data dengan menggunakan metode wawancara dalam penelitian ini, yaitu:

1) Sejarah perkembangan dan perkembangan Desa Kampung Tengah 2) Lokasi dan letak geografis Desa Kampung Tengah

21 Suharsimi Arikkunto, Preosedur Penelitian, (Jakarta: Renika Cipta, 2013), 234

22 Masri Singarimbun Sofwan Effendi, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989), 192.

(28)

3) Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Kampung Tengah 4) Sejarah tradisi Tedhak Siten

5) Prosesi, perlengkapan dan tujuan tradisi Tedhak Siten 6) Makna simbolik dalam tradisi Tedhak Siten

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa lampau atau pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambaran atau karya-karya monumental dari seseorang.23 Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitan kualitatif.

Dokumen historis merupakan bahan penting dalam penelitian kualitatif, menurut mereka, sebagai bagian dari metode lapangan, peneliti dapat menelaah dokumen historis dan sumber-sumber sekunder lainnya untuk menjelaskan sebagian aspek situasi tersebut. Data dapat berupa foto, tulisan, check list maupun dokumen-dokumen yang penting lainnya.

Data dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang akan diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Ada beberapa hal yang menggunakan metode dokumentasi seperti :

1) Sejarah perkembangan dan perkembangan Desa Kampung Tengah 2) Lokasi dan letak geografis Desa Kampung Tengah

3) Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Kampung Tengah 4) Prosesi, perlengkapan dan tujuan tradisi Tedhak Siten.

5. Metode Analisis data

Analisis data merupakan proses mencari dan menata hasil observasi, wawancara dan dokumentasi secara sisitematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi yang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).24

23 Lexy J Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, 216

24 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif , Yogytakarta:Rake Sarasin, 1996, 142

(29)

Dalam metode analisis data penulis menggunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan model Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas. Aktivitas dalam menganalisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.25

a. Reduksi Data

Pada tahap pertama, temuan data dari hasil wawancara, observasi dan literatur pustaka dikelompokan setelah itu peneliti menyusun catatan mengenai segala aspek yang berkaitan dengan proses penelitian termasuk tema dan data penelitian. Data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian tradisi Tedhak Siten. Data yang direduksi tentu akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika memang diperlukan.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dengan menghubungkan data yang satu dengan yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis menjadi satu kesatuan. Data akan diolah dan disajikan dalam bentuk yang sederhana. Hal yang pertama dilakukan dalam proses penggambaran secara umum hasil penelitian yang dimulai dengan observasi dilapangan tempat lokasi penelitian.

Setelah itu mendeskripsikan tentang apa makna simbolik tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang hari.

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Pada tahap terakhir ini adalah tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang telah peneliti peroleh sebagai hasil penelitian. Pada tahap ini peneliti berusaha memahami makna atau arti. Keteraturan konsep-konsep penjelas serta alur sebab akibat. Sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman proses analisi data tidak sekali jadi, proses analisi data tidak sekali jadi melainkan secara interaktif bolak balik diantara kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

25 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2012), 91-99

(30)

verifikasi selama waktu penelitian. Setelah itu maka dapat ditarik kesimpulan akhir berdasarkan fenomena yang diteliti.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya digunakan untuk menyanggah baik yang dituduhkan pada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga sebagai unsur yang tak terpisahkan dari penegtahuan penelitian kualitaif.26 Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada kriteria tertentu yang terdiri atas kepercayaan atau kredibilitas, keteralihan, kepastian dan kebergantungan masing-masing menggunakan teknik pemeriksaan sendiri- sendiri.27 Pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat tiga cara yaitu:

1. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan adalah untuk menguji kredibilitas data penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara dengan sumber data yang ditemui ataupun sumber data yang lebih baru.

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatan kredibilitas atau kepercayaan data.

Perpanjangan pengamatan yaitu hubungan dengan peneliti dengan sumber akan semakin akrab dan timbul kepercayaan sehingga informasiyang diperoleh semakin banyak dan lengkap. Data yang diperoleh dicek kembali kelapangan untuk dapat dipertanggung jawabkan maka perpanjang pengamatan perlu diakhiri.

2. Meningkatkan Kecermatan dalam Penelitian

Meningkatkan kecermatan adalah salah satu cara mengecek atau mengontrol pengerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat dan disajikan sudah benar atau belum. Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis fenomena yang diteliti dapat dicatat atau

26Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 320.

27Ibid., 344.

(31)

direkam dengan baik, secara sistematis. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi, hasil penelitian terdahulu dan dokumen-dokumen yang terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan demikian, peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan sehinmgga laporan yang dibuat akan semakin berkualitas.

3. Triangulasi

Triangulasi data merupakan terknik pemeriksaan data yang memanfaatkan suatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.28 Triangulasi data ini bertujuan untuk memeriksa kembali kebenaran dan keabsahan data yang diperoleh di lapangan tentang Makna Simbolik Tradisi Tedhak Siten di Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batang Hari.

Menurut Lexy Moleong, bahwa keabsahan data merupakan setiap keadaan harus memenuhi, yaitu: Pertama, membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Maksudnya adalah membandingkan hasil pengamatan yang diamati oleh peneliti dengan hasil wawancara yang didapat dari informan. Kedua, membandingkan apa yang dikatakan seseorang rentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. Maksudnya adalah membandingkan informasi yang didapat peneliti saat mewawancarai sumber data dengan informasi- informasi sebelumnya. Ketiga, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Maksudnya adalah adakah persamaan dan perbedaan hasil wawancara yang didapat peneliti dengan sumber data dengan data yang ada di dokumen.

H. Studi Relavan

Penelitian yang berkaitan dengan tradisi Tedhak Siten diantaranya penelitian dilakukan oleh:

Ahmad Andi Alfiyan, (2018) Skripsi: “Fenomena Tradisi Thedak Siti di Tinjau dari Analisis Tindakan Sosial dan Perubahan Sosial Max Weber (Studi Kasus di Desa Pepe Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo)”. Penelitian ini

28Ibid.

(32)

bertujuan untuk menjelaskan terjadinya Tedhak Siti menurut akar aqidah dan kefilsafatan di Desa Pepe selain itu menjelaskan fenomena Tedhak Siti menurut teori tindakan dan perubahan sosial Max Weber.29

Dewi Kadita Probowardhani, (2016) Skripsi: “Prosesi Upacara Tedhak Siten Anak Usia 7 Bulan dalam Tradisi Adat Jawa (Studi Kasus di Desa Banyuagung Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta)”. Dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan proses pelaksanaan dan nilai religius yang terkandung dalam setiap rangkaian acara pelaksanaan upacara Tedhak Siten dalam tradisi masyarakat di Desa Banyuagung Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.30

Yenni Eka Yuanita, (2005) Skripsi: “Pengaruh Modernisasi Terhadap Tradisi Lokal Jawa (Studi Kasus: Upacara Adat Tedhak Siti di Dusun Bedayun, Desa Ketileng, Kec. Welahan, Kab. Jepara, Jawa Tengah)”. Dalam penelitian ini aspek teknologi, aspek pendidikan dan aspek kultur massa yang memiliki pengaruh terbesar dalam perubahan kehidupan sosial masyarakat Dusun Bedayun terhadap tradisi tedhak siti jarang yang melaksanakannya dan menjadikan masyarakat Dusun Bedayun lebih mengedepankan rasionalitas mereka tanpa memikirkan nilai-nilai tradisi peninggalan leluhur.31

Nuryah, Jurnal Ekonomi, Jurnal Fikri, Vl.1,No.02. 2016, Penelitiannya tentang “Tedhak Siten: Akulturasi Budaya Islam Jawa (Studi Kasus Di Desa Kedaung Kecamtan Pejagon Kabupaten Kebumen”. Pada penelitiannya tentang Tedhak Siten sebagai akultrasi kebudayaan Jawa hanya ingin menjelaskan dengan cara serta bentuk lebih praktis dan modern.32

29Ahmad Andi Alfian, Fenomena Tradisi Thedak Siti di Tinjau dari Analisis Tindakan Sosial dan Perubahan Sosial Max Weber (Studi Kasus di Desa Pepe Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo). Skripsi (UIN Sunan Ampel: Surabaya, 2018), 6.

30Dewi Kadita Probowardhani, Prosesi Upacara Tedhak Siten Anak Usia 7 Bulan dalam Tradisi Adat Jawa (Studi Kasus di Desa Banyuagung Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta).

Skripsi (UIN Muhammadiyah Surakarta: Surakarta, 2016, 17.

31Yenni Eka Yuanita, “Pengaruh Modernisasi Terhadap Tradisi Lokal Jawa (Studi Kasus:

Upacara Adat Tedhak Siti di Dusun Bedayun, Desa Ketileng, Kec. Welahan, Kab. Jepara, Jawa Tengah)”. Skirpsi (UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2015), 14.

32 Nuryah, Jurnal Ekonomi, Jurnal Fikri, Vl.1,No.02. 2016, Penelitiannya tentang “Tedhak Siten: Akulturasi Budaya Islam Jawa (Studi Kasus Di Desa Kedaung Kecamtan Pejagon Kabupaten Kebumen”,316.

(33)

Zairi Amarullah, (2018) Skripsi: “Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Seberang Kota Jambi Menurut Hukum Islam”. Dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui tradisi cukuran bayi masyarakat muslim Seberang Kota Jambi menurut Hukum Islam dan menggunakan penedekatan yuridis empiris.33

Berdasarkan studi relevan di atas, bahwa dari ketiga penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu sama- sama membahas tradisi turun tanah bayi dan dalam penelitian tersebut mengkaji nilai-nilai agama serta pengaruh modernisasi sedangkan dalam penelitian ini berbeda dengan spesifik akan mengkaji dari setiap simbol-simbol yang ada didalam tradisi Tedhak Siten pada masyarakat Desa Kampung Tengah kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Oleh karena itu penelitian ini secara ilmiah dapat diteruskan.

33 Zairi Amarullah, “Tradisi Cukuran Bayi Masyarakat Muslim Seberang Kota Jambi Manurut Hukum Islam”. Skirpsi (UIN STS Jambi: Jambi, 2018), 9.

(34)

21 BAB II

GAMBARAN UMUM DESA KAMPUNG TENGAH

A. Sejarah Desa Kampung Tengah Kecamatan Muara Bulian 1. Sejarah Desa Kampung Tengah

Sejarah Desa Kampung Tengah hanya dapat penulis ungkapkan secara garis besar saja. Hal ini karena banyak tokoh masyarakat yang sudah lama tinggal didesa ini hampir tidak ada lagi. Namun demikian penulis berusaha mengungkapkan keterangan langsung dari Kepala Desa Kampung Tengah.

“Menurut Bapak Amsir, Desa Kampung Tengah terbentuk pada tahun 1983 setelah terjadinya pemekaran Kelurahan Teratai, pada umumnya masyarakat Kampung Tengah merupakan orang-orang yang berdomisili dari Jawa Tengah, yang merantau ke Sumatera dan menetap tinggal di kawasan ini. Asal-Usul nama Kampung Tengah merupakan hasil musyawarah masyarakat, yang pada umumnya menempati kawasan ini pertama kalinya karena mayoritas yang tinggal tersebut kebanyakan berasal dari Jawa Tengah . sehingga dinamakan Desa Kampung Tengah”.1

Mereka memberikan nama dengan maksud dan tujuan yang pasti, kemudian tekad dan usaha yang keras mereka akan membangun desa, dan berkeyakinan nanti akan sejahtera dan ekonominya maju.

2. Sejarah Kecamatan Muara Bulian

Kecamatan Muara Bulian merupakan ibukota Dari Batng Hari, Jambi dengan berjarak dari kota Jambi sekitar 60 kilometer atau satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Asal mula dari kecamatan Muara Bulian adalah daerah yang dikelilingi sungai Batanghari dan di Kecamatan Muara Bulian terdapat sebuah sungai yang bernama sungai Berlian yang terkenal hingga sekarang sebagai Muara Bulian. Bulian berdiri pada tahun 1999 pada pemekaran ke-2 kabupaten Batanghari pertama kali dipimpin oleh Ibnu Hajar S.Pdi periode ke dua ini dipimpin oleh Mohd.Saman, Ks.E.2 Wilayah Kabupaten Batanghari dilewati oleh sungai besar yaitu sungai Batang Tembesi dan sungai Batanghari. Sungai Batanghari

1Amir Yusuf, Kepala Desa Kampung Tengah, Wawancara dengan Penulis, 21 Juli 2021, Kabupaten Batanghari, Rekaman Audio.

2Bps Kabupaten Batanghari Dalam Angka Batang hari Regency in figurec 2018 (batanghari Cv sumber sentosa Multimedia, 2018), 7.

(35)

diwilayah ini dijadikan sumber kebutuhan air bersih yang disebut PDAM dan sumber aliran untuk pertanian sawah sehingga sungai Batanghari memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Kampung Tengah pada umumnya.

B. Letak Geografis Desa Kampung Tengah

Secara geografis Desa Kampung Tengah terletak di Kecamatan Muara Bulian dengan luas wilayah + 1.600 Ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut:3

Tabel 1.

Batas wilayah Desa Kampung Tengah4 Batas Wilayah Berbatasan dengan

Sebelah Utara Desa Olak dan Desa Sungai Baung Sebelah Selatan Kel.Rengas Condong

Sebelah Timur Desa Bajubang laut Sebelah Barat Desa Olak

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa batas wilayah Desa Kampung Tengah dengan wilayah lainnya, dapat dilihat dari sebelah Utara berbatasan dengan Desa Desa Olak dan Desa Sungai Baung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kel.Rengas Condong, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bajubang laut dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Olak.

Keadaan Topografi Desa Kampung Tengah dilihat secara umum keadaannya adalah daerah yang di aliri sungai Batanghari. Yang beriklim konflik desa-desa lain di Kabupaten Batanghari mempunyai iklim kemarau, panca robah dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa Kampung Tengah.

3Dokumentasi Kantor Desa Kampung Tengah, 21 Juli 2021.

4Data Desa Kampung Tengah 2021.

(36)

1. Penduduk

Penduduk adalah salah satu modal dasar pembangunan suatau bangsa, sehingga pengetahuan tentang masalah kependudukan sangat di perlukan dang sangat penting. Prioritas pembangunan harus diletakkan pada pembinaan sumber daya manusia (SDM) dengan berkualitasnya kecerdesan, keterampilan, serta kesehatan fisik serta mental anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa dan agama. Tanpa penduduk yang berkualitas maka, bangsa yang memiliki modal yang kuat tidak akan bisa menyokong pembangunan gemilang namun akan sebaliknnya.

Jumlah penduduk yang biasa menjadi modal dasar pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan, jumlah penduduk Desa Kampung Tengah adalah 4.579 Jiwa. Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus mengikuti kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan. Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara lain jumlah penduduk:

Tabel 2.

Data kependudukan Desa Kampung Tengah 20215

Nama Desa Jenis Kelamin Jumlah

Penduduk Laki-laki Perempuan

Desa Kampung Tengah

2.655 Jiwa 2.658 Jiwa 4.579 Jiwa

Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk Desa Kampung Tengah Tahun 2021 mencapai 4.579 jiwa dengan jumlah laki-laki 2.655 jiwa dan jumlah perempuan 2.658 jiwa.

5Data Desa Kampung Tengah 2021.

(37)

2. Mata Pencaharian

Keadaan Desa Kampung Tengah adalah wilayah perkebunan dan pertanian yang sangat luas adannya petani sawit, petani karet dan sawah. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Kampung Tengah secara umum juga mengalami peningkatan, hal ini meningkat dari jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat memastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinjaman modal usaha dari pemerintah. Yang menarik perhatian penduduk Desa Kampung Tengah sudah banyak memiliki usaha atau mata pencaharian tetap, hal ini dapat diindikasikan bahwa masyarakat Kampung Tengah sudah terbebas dari kemiskinan. Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Kampung Tengah adalah dengan berkebun sawit atau karet. Selain berkebun ada yang juga yang bekerja sebagai PNS dan pedagang.

(38)

Tabel 3.

Data Mata Pencaharian Penduduk Desa Kampung Tengah 20216 No Mata Pencaharian Jumlah Orang

1 Petani 1.520

2 Peternak 166

3 Pedagang 225

4 Serabutan 146

5 Perabot 16

6 PNS 125

7 Ibu Rumah Tangga 583

8 Sopir 102

9 Buruh Bangunan 75

10 Nelayan 353

11 Bengkel 30

12 Belum Bekerja 672

13 Tidak Bekerja 566

Jumlah 4.579

3. Struktur Organisasi Pemerintahan

Struktur organisasi dibuat sebagai upaya dalam pencapaian tujuan organisasi.

Karena itu, jika struktur organisasi di bentuk sebagai jalan pencapaian tujuan maka adanya organisasi selayaknya sejalan dengan strategi organisasi akan berdampak pada perubahan struktur organisasi. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan. Hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi maupun orang yang menunjukkan kedudukan tugas,

6Data Desa Kampung Tengah2021.

(39)

wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Pembagian struktur kerja pada masing-masing bidang bertujuan memudahkan ruang kerja berdasakan tujuan serta kewajiban dilaksakan dengann penuh rasa tanggung jawab untuk menjalin kerjasama yang efektif dan efisien. Ketentraman dan ketertiban desa menjadi prioritas Desa Kampung Tengah. Hal ini dengan terjaminnya ketertiban wilayah akan berdampak pada kondisi perekonomian masyarakat.

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kampung Tengah7

7Data Dokumentasi Desa Kampung Tengah, 21 Juli 2021.

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kampung Tengah Tengah 2021

Sekretaris Desa Eliya Suzana

KASI PEM dan TRAMTI Rido Andri,

S.sos

KASI KESOS Asmawi

KASI PMK Refnida, SE KEPALA DESA

Amir Yusuf, S.sos

(40)

Wewenang Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya sesuai yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 22 Pasal 101 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yaitu:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa b. Membina kehidupan masyarakat desa

c. Membina perekonomian desa

d. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

e. Mewakili desanya di dalam dan di luar peradilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya.8

C. Kondisi Sosial, Budaya, Agama dan Pendidikan 1. Kondisi Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Desa Kampung Tengah. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan hidup bersama dengan orang lain yang berbeda agama, suku, warna kulit dan lain sebagainya. Setiap masyarakat mempunyai kehidupan sosial yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya sehari-hari. Selain berada diantara orang lain seorang manusia juga berada diantara makhluk lain dalam makrokosmos, dalam sistem makrokosmos tersebut, ia yang merasakan dirinya hanyalah sebagai suatu unsur kecil saja yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta.9 Tradisi hubungan sosial individu, tercermin lewat gotong royong yang masih tergolong kuat. Sifat bergotong royong merupakan ciri khas kehidupan warga desa. Adapun ciri-ciri kehidupan masyarakat desa, secara umum yaitu masyarakat berhubungan langsung dengan alam. Masyarakat Desa Kampung Tengah menyadari bahwa gotong royong adalah salah satu bentuk kegiatan sosial.

8 Data Dokumentasi Desa Kampung Tengah, 21 Juli 2021.

9Basrowi dan Siti Juariyah, “Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Maringgai Kabupaten Lampung Timur”, Ekonomi &

Pendidikan, Vol.7, No.1, (2010), 60.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Riadi dengan Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki kesamaan yaitu sama-sama membahas masalah potensi konflik yang ada di

Penelitian yang diambil Afriza memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, penelitian tersebut membahas tentang bentuk pertunjukan dan peran

Persamaan penelitian relevan diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama membahas tentang kepuasan wisatawan atas pelayanan yang dilakukan

Upacara sedekah bumi merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Mudo dengan mengeluarkan sebagian dari hasil panen yang didapatkan untuk

Dalam penelitian faktor-faktor yang di duga dapat mempengaruhi keuntungan usahatani padi sawah organik adalah luas lahan, biaya benih, biaya pupuk, biaya obat-obatan, dan

Kesimpulan yang diambil adalah suatu temuan baru yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah diberikan oleh narasumber kepada peneliti selama proses pengumpulan

Dari ketiga penelitian terdahulu yang relevan yang telah penulis paparkan di atas dengan penelitian yang di lakukan saat ini memiliki perbedaan yakni jarak, waktu, tempat,

Adityari 2020 Kualitas madu lokal berdasarkan kadar air, gula dan total keasaman dari Kabupaten Magelang Studi pada Desa Kaliuarang Kecamatan Magelang Peneliti terdahulu dengan