• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Guru 1. Pengertian Guru Di dalam masyarakat, dari terbelakang sapai yang paling maju guru memegang peran penting hampir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Guru 1. Pengertian Guru Di dalam masyarakat, dari terbelakang sapai yang paling maju guru memegang peran penting hampir"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Guru

1. Pengertian Guru

Di dalam masyarakat, dari terbelakang sapai yang paling maju guru memegang peran penting hampir tampa kecuali. Guru merupakan suatu diantara pembentukan-pembentukan utama calon warga masarakat (Khalayak, 2005: 1).

Secara leksikal guru di artikan sebagi “orang yang pekerjaanya atau mata pencahriannya mengajar”. Dalam sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa pendidikan merupakan tenega perofesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi (Khalayak, 2005: 1).

Guru adalah pendidik perfesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya pendidikan yang telah dipikul dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala meyerahkan anaknya ke sekolahan, sekaligus berarti pelimpahan sebagai tanggung jawab pendidikan anak kepada guru, hal itu menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang sekolah karena tidak sembarang orang menjabat guru. Dalam Islam guru adalah perofesi yang sangat mulia, karena pendidikan adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri sering di sebut sebagai

“pendidik manusia”, seorang guru seharusnya bukan hanya sekedar tenaga pengajar, tetapi sekaligus pendidik. Karena itu dalam Islam, seorang menjadi guru bukan karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan

8

(2)

saja, tetapi lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam.

Guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi merupakan sumber ilmu moral. Yang akan membentuk seluruh pribadi anak didiknya, menjadi manusia yang berakhlak mulia, karena itu eksistensi guru saja mengajar tetapi sekaligus mempraktekkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai pendidikan Islam (Khalayak, 2005: 2).

Guru berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai.

Guru harus menguasai anak didiknya, guru harus berpandangan luas dan karakter bagi guru harus memiliki kewibawaan. Guru yang mempunyai kewibawaan berarti memiliki kesungguhan yaitu suatu kekuatan yang dapat memberi kesan dan pengaruh terhadap apa yang telah dilakukan, setiap seorang yang akan menjadi seorang guru harus mempunyai keperibadian dan akhlakul karimah, di samping punya kepribadian dan akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Islam, guru agama kususnya guru akidah akhlak lebih dituntut lebih mempunyai akhlak mulia/ akhlakul karimah.

2. Peran guru

Semua orang yakin bahwa guru memiliki adil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membentuk perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia mahluk lemah, yang dalam perkembanganya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembanganya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guruh, agar anaknya dapat berkembang secara optimal. Suparlan menyebutkan seperti yang di kutip Ngainun Naim peran dan fungsi guru secara anonim drngan

(3)

EMASLIMDEF (educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dinamissator, evaluator, dan fasilitator) (Mulyasa, 2008: 35).

Agar guru dapat mencapai hasil maksimal dalam menjalankan perannya dalam pembelajaran, terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya.

Pertama, dari segi kualifikasi, guru perlu mempunyai kelayakan akademik yang tidak di buktikan dengan gelar dan ijasah, tetapi harus di tempuh oleh kualitas yang unggul dan prefesional.

Kedua, dari segi kepribadian guru harus mempunnyai kepribadian tinggi, yang di landasi dengan akhlak mulia. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi suri tauladan bagi murid dan masyarakat.

Ketiga, dari segi pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan peraktek pendidikan dan kurikulum, sehingga mampu mendesain pembelajaran dengan baik, mampu mengimplementasikan program pembelajaran dengan seni pembelajaran yang efektif, mampu mengefaluasi pembelajaran secara potensial, dan sebagai titik akhirnya adalah mampu menghantarkan pembelajaran siswa dengan sukses.

Keempat, dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial dalam mengadapi fenomena sosial sekitarnya, karena guru adalah salah satu elemen masyarakat yang memiliki sumber daya yang berbeda kualitasnya di banding dengan elemen masyarakat yang lain.

Kelima, dari segi religius, guru perlu memiliki komitmen keagaman yang tinggi, yang di manifestasikan secara cerdas dan kereatif dalam kehudupannya. Religius ini akan memperkukuh terhadap karakteristik dan exsistensi dirinya.

Keenam, dari segi pisikologi, guru perlu memiliki kemampuan mengenal perkembangan jiwa anak baik dalam maupun aspek intelektual, emosional, dan juga spritual. Pengembangan secara proposional terhadap

(4)

ketiga aspek kecerdasan tersebut perlu mendapat perhatian oleh guru secara maksimal.

Ketujuh, dari segi strategik, guru perlu memperkaya diri dengan metode, pendekatan, dan tehnik pembelajaran yang lebih memiliki kehandalan dalam menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2008: 34-35).

3. Tugas Guru

Di masyarakat sering terjadi ketika murid berperilaku tidak baik, apakah hal tersebut dilakukan di luar sekolah apalagi di sekolah akan terjadi tudingan terhadap guru dan sekolah (pendidikan formal) yang tidak berhasil melaksanakan tugasnya. Sesungguhnya di masyarakat, ada dua lembaga pendidikan yang harus juga secara serius dapat mengupayakan hal tersebut, yakni pendidikan dalam keluarga (pendidikan formal), pendidikan di masyarakat (pendidikan nonformal).

Sehubungan dengan itu pengetahuan tentang fungsi dan peranan tenaga kependidikan perlu dipahami oleh guru karena hal ini akan memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan memahami fungsi dan peranannya diharapkan para guru terhindar dari kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari tugas profesinya.

Adapun fungsi dan peranan tenaga kependidikan sebagai berikut, (a) tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar, (b) tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, (c) tenaga kependidikan sebagai pemimpin, (d) tenaga kependidikan sebagai pelaksana administrasi, dan (e) tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar.

Mengacu pada fungsi dan peranan guru, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan berupa pengetahuan tentang masalah-masalah kependidikan, seperti, landasan umum kependidikan, kurikulum, metode mengajar, psikologi (meliputi, psikolog pendidikan, psikologi sosial, psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi belajar), kemampuan mengelola pembelajaran, memiliki kepribadian yang baik,

(5)

menguasai ilmu kepemimpinan, dan sebagainya yang menunjang keefektifan fungsi dan peranannya.

Terkait dengan tugas guru, bahwa tugas guru yang profesional, setidak-tidaknya mengemban tiga tugas pokok, yakni, (a) sebagai petugas profesional, yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar dan mengembangkan keterampilan, (b) tugas kemanusiaan, yaitu guru menjadi orang tua yang kedua. Tugasnya sebagai individu yang mampu merealisasikan seluruh kemampuan dirinya, melakukan auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya di dalam keseluruhan kemanusiaan serta mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswa serta mentransformasikan diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat, (c) tugas kemasyarakatan, yaitu mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Secara umum yang terkait erat dengan tugas profesional guru adalah mengajar, mendidik, dan membimbing siswa.

4. Guru Yang Diharapkan

Syamsul Ma’arif (2011: 7) Perubahan merupakan sebuah keniscayaan, semua yang ada di dunia ini mengalami hukum gerak dan perubahan. Begitu juga dinamika sejarah masyarakat, terus mengalir dan bergerak dari masyarakat konservatif dan tradisional menuju samudra modernisme. Sebuah perkembangan global yang menuntut keseriusan setiap komponen masyarakat dan bangsa untuk berbenah diri dengan seperangkat kompetensi dan profesionalisme agar tetap exis dan survive.

Haruslah dimengerti sesungguhnya era globalisasi merupakan produk kemajuan sains dan teknologi, maka peningkatan kualitas SDM untuk memacu kemajuan sains dan tekhnologi harus mendapatkan prioritas. Disinilah tantangan bagi pendidikan di Indonesia dituntut mampu meningkatkan dan mencetak kualitas SDM serta merebut kemajuan sains dan teknologi.

(6)

Berbicara tentang pendidikan, kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era reformasi disemua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita harus membicarakan mengenai sosok “guru yang ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita tentunya harus mendeskripsikan profil seorang guru yang relevan dengan konteks globalisasi sebagai landasan bagi terwujudnya tujuan ideal yang diharapkan.

Gambaran ideal profil guru di era sekarang, tentulah sangat berbeda dengan zaman dahulu. Sebab, tidak hanya sekedar dituntut memiliki sejumlah ilmu pengetahuan yang menjadi keahlian saja, tetapi sosok guru yang senantiasa peka, arif dan sekaligus kritis terhadap setiap perkembangan yang sedang terjadi. Sosok guru yang diharapkan tersebut adalah seorang ilmuwan dengan cirri-ciri sebagai berikut:

a. Peka terhadap masalah

Karena kepekaan seperti ini merupakan penggerak kreatifitas, bagi ilmuwan yang lebih penting adalah memikirkan pertanyaan untuk suatu jawaban dari pada menjawab pertanyaan yang sudah ada.

b. Bekerja tanpa pamrih

Dalam dunia ilmu, sikap tanpa pamrih biasanya diberi makna obyektif, cinta kebenaran dan kritis. Tetapi bukan objektif yang dingin, cinta kebenaran yang impersonal atau sekedar membuka diri untuk selalu kritisdan bersedia menerima kritikan.

c. Bersikap bijaksana d. Tanggung jawab

B. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Pusat Kurikulum Depdiknas (2002) mengatakan kompetensi merupakan Kompetensi pada hakikatnya menggambarkan pengetahuan,

(7)

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang harus dikuasai peserta didik dan direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Pusat Kurikulum Depdiknas (2006) mengatakan kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus (Mulyasa, 2006: 25).

Jadi kompetensi menggambarkan kemampuan bertindak dilandasi ilmu pengetahuan yang hasil dari tindakan itu bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. SK Mendiknas RI No, 045/U2002 menyatakan elemen kompetensi terdiri dari (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan ilmu dan pengetahuan; (3) kemampuan berkarya; (4) sikap dan prilaku dalam berkarya; dan (5) pemahaman kaidah kehidupan masyarakat.

a. Fungsi Kompetensi Guru

1) Sebagai Pendidik dan pengajar

Setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.

2) Sebagai Anggota Masyarakat

Setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasam dengan kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.

3) Sebagai Pemimpin

Setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.

4) Sebagai Administrator

Setiap guru akan dihadapkn pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan disekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang

(8)

jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manejemen pendidikan.

5) Sebagai Pengelola Pembelajaran

Setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas (Mulyasa, 2006: 19).

2. Kompetensi Guru

Armstrong (2004: 92) dalam Mulyasa (2005) menyatakan kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu untuk melaksanakan tugas yang dihubungkan dengan pekerjaannya. Finch &

Crunkilton dalam Mulyasa (2005: 77) menyatakan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Seseorang dalam menyelesaiakan suatau pekerjaan banyak dipengaruhi oleh kemampuannya dalam bidang pekerjaan tersebut. Oleh karena itu agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik harus dikerjakan oleh orang yang memi-liki kompetensi dibidang pekerjaan yang dimaksud. Menurut Muhaimin (2004: 151) kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

Gulo (2004: 34) berpendapat bahwa “kompetensi terdiri dari dua aspek yang saling berinteraksi, yaitu: 1) aspek yang tampak atau yang disebut performance (penampilan) dan 2) aspek yang tidak tampak atau yang disebut aspek rasional”. Performance ditunjukan dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat dilihat, diamati dan dirasakan. Sedangkan aspek rasional tidak dapat diamati karena tidak tampil dalam bentuk prilaku empiris. Mc. Ahsan sebagaimana dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi: “...is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satis-factorily perform particular

(9)

cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Sofo dalam Mulyasa (2003: 123) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent appli-cations of those skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required in employment”. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kompetensi yang telah dikemukakan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan dengan efektif berdasarkan kriteria atau standar tertentu.

Majid (2005: 6) menyatakan “kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat dilihat dari kompetensinya”.

Selanjutnya Surya (2004: 92) berpendapat bahwa “kompetensi guru ialah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukan perilakunya sebagai seorang guru”. Pendapat lain tentang kompetensi guru juga dinyatakan oleh Syah (2000: 230) dalam Mulyasa (2005) , yang menyatakan bahwa “kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

(10)

Senada hal tersebut Willy Susilo (2002: 6) menyatakan kompetensi (individu) adalah kombinasi pengetahuan, kemampuan/ketrampilan dan sikap yang dimiliki seorang karyawan sehingga mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) Bab IV Pasal 10 Ayat (1) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa guru mempunyai 4 kompetensi yaitu:

a. Kompetensi kepribadian

Kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia;

b. Kompetensi pedagogic

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Mulyasa, (2012: 106) dalam bukunya Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki setiap guru adalah dapat memanfaatkan teknologi pembelajaran. Abad 21 merupakan abad pengetahuan, sekaligus merupakan abad informasi, teknologi, karena pengetahuan, informasi, dan teknologi menguasai abad ini, sehingga disebut juga era globalisasi, karena canggihnya penggunaan pengetahuan, informasi, dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan hubungan global.

Kompetensi paedagogik adalah kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substansi, kompetensi ini mencangkup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perencangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

(11)

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya Yang didalamnya harus mengusai

c. Kompetensi profesional

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan. Kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Selain itu kompetensi telah terbukti merupakan dasar yang kuat dan valid bagi pengembangan sumber daya manusia. Kompetensi yang dimiliki setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.

(Suprihatiningrum, 2013) d. Kompetensi sosial

Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

C. Karakter Guru

1. Pengertian Karakter

Istilah “karakter” sering kali diucapkan oleh banyak orang. Sering terdengar orang mengatakan kata karakter untuk membedakan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan karakter setiap orang pasti berbeda-beda atau ciri-ciri yang dimiliki setiap orang itu tidak sama.

(12)

Lebih jelasnya menurut Dani Setiawan dalam Agus dan Hamrin (2012: 41) kata “karakter” berasal dari kata dalam bahasa latin, yaitu

“kharakter”. Kata ini mulai banyak digunakan dalam bahasa Prancis sebagai “charactere” pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam bahasa Inggris, kata “caractere” ini berubah menjadi “character”. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia menjadi “karakter”.

Istilah karakter dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mempunyai arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.

Pengertian karakter “karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati dan menghargai orang lain”.

Sedangkan KI Hadjar Dewantara, “memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti”. Penadapat lain dikemukakan oleh Suyanto dalam Agus dan Hamrin (2012: 43) “karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi cirri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Kemudian menurut Tadkiroatun Musfiroh dalam Agus dan Hamrin (2012: 43) “karakter itu mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills)”. Sedangkan menurut Kemendiknas dalam Agus dan Hamrin (2012:44) “karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai karakter, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat alami seseorang untuk merespon situasi secara bermoral sesuai dengan sikap, ciri khas, tabiat, watak, akhlak ataupun kepribadian yang terbentuk melalui internalisasi untuk

(13)

bekerjasama dan digunakan sebagai landasan untuk berfikir, bersikap dan bertindak.

Ketika istilah karakter digunakan dalam lingkungan pekerjaan di sekolah, dan ditujukan kepada seorang guru maka guru tersebut harus menjalankan perannya atau tugasnya sebagai guru sesuai dengan karakter yang baik. Dengan demikian siswa dapat menerima dan memahami apa yang diberikan ataupun yang disampaikan oleh guru dengan baik pula.

Dimana dalam penelitian ini yang menjadi aktor utama dalam pendidikan adalah seorang guru.

Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan harus mempunyai karakter ataupun karaktersistik yang baik dalam dirinya. Sehingga dalam melakukan suatu tindakan guru harus melakukan pertimbangan- pertimbangan terhadap apa yang telah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang yang telah dipercaya untuk dapat mendidik siswa melalui pendidikan yang berkualitas, didukung dengan karakteristik yang dimilikinya. Sehingga pembelajaran tersebut dapat tersampaikan dan diterima siswa dengan mudah. Karena proses penyampaian yang dilakukan guru mempunyai ciri khas atau karakteristik tersendiri akibatnya siswa mudah untuk memahami dan menerima.

Karakteristik berasal dari kata karakter, yang berkaitan dengan keadaan diri seseorang. Jadi karakteristik yang sebenarnya adalah cirri khas yang dimiliki oleh setiap individu atau seseorang atau dengan kata lain keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsure psikis dan fisik.

Karakteristik harus dimiliki oleh sitiap guru. Karena guru mempunyai tugas yang sangat penting dalam mendidik dan melatih siswanya dalam mengembangkan sikap sesuai dengan nilai-nilai moral pancasila serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

(14)

2. Macam-Macam Karakter Guru

Karakter guru yang diinginkan siswa agar mampu belajar dengan senang antara lain:

a. Murah senyum

Senyum merupakan bahasa yang mudah dicerna oleh anak-anak.

Guru tersenyum murid bangga. Guru tersenyum murid senang. Guru tersenyum beban siswa hilang. Jika kondisi sudah seperti itu barulah guru dengan mudah mengeksplorasi semua potensi siswa. Namun untuk tersenyum di dalam kelas merupakan hal yang sangat berat. Guru perlu mencoba terus sehingga menjadi sebuah kebiasaan.

b. Ramah

Sapalah siswa anda dengan ramah. Bersikaplah terhadap siswa dengan ramah, berarti anda sudah menggunakan metode guru ramah.

Dengan dilayani seorang guru yang ramah, siswa merasa dihargai dan diperhatikan. Jadikan pembelajaran anda sebagai “surga belajar “ baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Menerima siswa sebagai manusia

Banyak guru yang menganggap siswanya adalah malaikat ataupun dewa yang tidak boleh salah, tidak boleh lupa, tidak boleh keliru dan sebagainya. Mengapa guru lupa bahwa siswanya itu adalah manusia?

Inilah yang membuat siswa tersiksa dan tertekan. Terbelenggu di dalam pembelajaran yang dibatasi oleh empat dinding pembatas. Sebagai manusia tentu siswa mempunyai sifat-sifat manusiawi. Untuk itu para guru sudah selayaknya menyajikan pembelajaran untuk siswa dengan memanusiakan mereka serta melayani mereka secara manusiawi.

D. Pembelajaran Biologi

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat dalam perubahan yang terjadi, tetapi tidak

(15)

pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. ( Seifer : 2012 )

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar sedangkan menurut Seifer (2012) pengetahuan pembelajaran merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus menerus dalam perilaku atau pemikiran

(16)

2. Prinsip-prinsip pembelajaran a. Perhatian dan Motivasi

Menurut Mc. Donal dalam Sardiman ( 2012) motivasi merupakan perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan perhatiannya.

Proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. (Sutarsih, 2010 )

Menurut Rohani ( 2002 ) Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang

(17)

menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan

bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar;

berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut;

Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

Motivasi dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.

Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi. ( Hamalik ; 2001 )

b. Keaktifan

Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif.

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi.

(18)

Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Dengan memberikan rangsangan ( stimulus )maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus-respon ini menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada saat pembelajaran. ( Hamalik ; 2001 )

Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan.

Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu". Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan- keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.

Setiap guru yang menyelenggarakan pengajaran hendaknya selalu memperhatikan dan memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta didiknya, baik kemampuan, intelegensia, perbedaan fisik, watak dan sebagainya. (Rohani; 2002)

c. Keterlibatan Langsung/Pengalaman

Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang

(19)

paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe.

Pembelajaran yang efektif pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. (Mulyasa, 2012)

Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa "mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. (Rohani; 2002)

(20)

Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20%

karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. ( Zainal, 2012 )

3. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan Pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian.

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, waktu dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan penghambatnya.

Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program, guru hendaknya tidak membatasi diri pada pembelajaran dalam arti sempit, tetapi harus menghubungkan program-program pembelajaran dengan seluruh kehidupan peserta didik kebutuhan masyarakat dan dunia usaha.

(Mulyasa, 78: 2012)

(21)

Nurhida Amir Das dan Rodhito dalam Ahmad Rohani ( 2010 ) berpendapat bahwa desain instruksional ( pengajaran ) atau pengelolaan pembelajaran merupakan proses analisis dari kebutuhan dan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik, mencoba merevisi semua kegiatan mengajar dan penilaian peserta didik.

a. Tujuan Pengelolaan

Untuk mencapai tujuan pembelajaran banyak ragam Teknologi Informasi yang dapat digunakan. Teknologi Informasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan lain sebagainya.

Teknologi Informasi yang digunakan dalam dunia pendidikan Namun secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1) Audio : Radio, telepon, pager dan lain-lain.

2) Visual : Slide, koran, majalah dan lain-lain.

3) Audio visual : televisi, komputer, internet dan lain-lain

Dari beragam Teknologi Informasi tersebut ada yang tergolong media interaktif dan non-interaktif. Slide, koran, majalah, televisi dan yang semisal masuk dalam kategori media non-interaktif. Sebab pengguna tidak dapat mengubah isi dan penyajian, variasi hanya terjadi pada kualitas produksi. Sedang komputer dan internet masuk dalam kategori media interaktif. Subyek didik memiliki kesempatan untuk berinteraksi dalam bentuk mempengaruhi atau mengubah urutan yang disajikan. Dengan internet, guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan subyek didik. Demikian pula subyek didik dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut "cyber teaching". (Suhardi ; 2007)

(22)

b. Tahapan Pengelolaan

Tahapan pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam diklat dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan meliputi :

a) Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya;

b) Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target;

c) Mengembangkan alternatif-alternatif;

d) Megumpulkan dan menganalisis informasi;

e) Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan. (Abu Ahmadi-Joko Tri Prasetya: 32)

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian, meliputi:

a) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk melaksanakan rencana-rencana melalui proses penetapan kerja;

b) Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur;

c) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi;

d) Memutuskan dan menetapkan metode dan prosedur;

e) Memilih, mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3) Pengarahan

Pengarahan meliputi:

a) Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci;

b) Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan;

c) Mengeluarkan instruksi–instruksi yang spesifik;

d) Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi.

4) Pengawasan

Pengawasan meliputi:

a) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada rencana;

b) Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran;

(23)

c) Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan ( Zainal, 2012 ) .

4. Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

a. Metode ceramah.

Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.

Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum digunakan, diantaranya adalah :

1) Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.

2) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.

Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut:

harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus

(24)

jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.

3) Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.

Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat. (Rohani;

2002)

4) Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.

Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan. ( Zainal, 2012 )

Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

(25)

5) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.

6) Metode Tutorial/Bimbingan

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok. Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:

Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip. Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.

Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas- tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.

Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang

(26)

bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.

5. Hakikat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mengkaji objek dan persolaan gejala alam. Semua benda dan gejala alam merupakan objek kajian dalam biologi. Menurut teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung sekali kepada keberadaan guru (pendidik) sebagai pengelola proses pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa proses belajar pada hakikatnya merupakan interaksi antara peserta didik dengan objek yang dipelajari.

Berdasarkan hal ini maka peranan sumber dan media belajar tidak dapat dikesampingkan dalam proses pembelajaran biologi.

Proses belajar biologi menurut Djohar (Sutarsih, 2010: 9) merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda, kejadian, proses, dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. Dengan demikian pembelajaran biologi menekankan adanya interaksi antara subyek dan objek yang dipelajari. Djohar (Suratsih, 2010:

9) menyatakan bahwa interaksi tersebut memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi dan pengkajiannya. Lebih lanjut lagi, Nana Sudjana menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran akan berkembang tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan spikomotorik.

Suhardi (2007: 4) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran biologi sebagai suatu sistem, pada prisipnya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara komponen raw input (peserta didik), instrumental input (masukan instrumental), lingkungan, dan outputnya

(27)

(hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran biologi dengan prosesnya berada di pusatnya.

E. Belajar

1. Pengertian Belajar

Dalam seluruh proses pendidikan, bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa/mahasiswa sebagai objek pendidikan.

Pengertian belajar banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan antara lain: Sudirman (2004: 38) menyatakan “belajar berarti mencari makna, makna diciptakan oleh objek didik (siswa/ mahasiswa) dari apa yang mereka lihat, mereka dengar dan dari yang dirasakan dan alami, jadi hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman objek dengan dunia fisik dan lingkungannya. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri:

a. Perubahan terjadi secara sadar. Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan di dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah dan kebiasaannya bertambah.

b. Perubahan bersifat kontiniu dan fungsional. Ini berarti bahwa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis.

c. Perubahan bersifat positif dan aktif. Ini berarti bahwa perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dan perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya tetapi karena usaha sendiri.

d. Perubahan tidak bersifat sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan bertujuan atau terarah. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ini berarti bahwa setelah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan.

(28)

Menurut Suciati (2001) dalam Sukmadinata (2003), “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya”. Menurut Witherington

“belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan dan pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Crwo dan Hilgard bahwa “belajar adalah diperolehnya kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedangkan menurut Vista dan Thompson, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman (Sukmadinata, 2003).

Maka dari pendapat para ahli pendidikan seperti tersebut diatas dapat simpulkan bahwa “belajar adalah suatu proses kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang secara sadar dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga diperoleh kecakapan-kecakapan yang baru yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku didalam dirinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingku ngan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003). Menurut Witherington (1952) dalam Sukmadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Dengan demikian, belajar pada dasarnya ialah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

2. Hakikat Belajar

Menurut Kasman (2011) belajar merupakan perubahan yang relative permanen dalam perilaku, kognisi atau emosi yang terjadi sebagai akibat interaksi seseorang dengan lingkungan. Beberapa aspek belajar

(29)

amat penting. Pertama, focus belajar adalah perubahan, baik melalui penguasaan sesuatu yang baru (seperti keterampilan mengoperasionalkan computer), atau memodifikasi sesuatu yang yang sudah ada (seperti seorang perajut semakin akurat dalam menembak). Kedua, perubahan, itu berlangsung lama sebelum kita mengatakan bahwa belajar telah terjadi.

Keriga, focus belajar bisa berupa perilaku, kognisi, afeksi, gerak atau kombinasi dua atau ketiganya. Hasil belajar mungkin berbasis keterampilan, kognitif, atau afeksi. Belajar sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan, balajar tidak mencakup perubahan perilaku yang disebabkan kematangan fisik atau kondisi sementara. Para pakar meneliti belajar dari berbagai sudut pandang, seperti paham behavior dan kognisi yang menggunakan manusia dan hewan.

Menurut Sardiman (2012) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif yakni penataan fakta, konsep serta prinsip- prinsip sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Teori semacam ini boleh jadi diterima dengan suatu alas an bahwa dari struktur kognisi itu dapat mempengaruhi perkembangan afeksi ataupun penampilan seseorang.

Menurut Sardiman (2012) pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Untuk itu, perlu dikembangkan berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan, metode mengajar, pengelolaan pengajaran, dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan

(30)

sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relative tetap baik dengan berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.

F. Media Komputer 1. Pengertian Media

Media merupakan alat bantu yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan.Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti pengantar atau perantara yang merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran.

Menurut Gerlach & Ely (2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Jadi, media merupakan alat perantara yang diciptakan untuk menyalurkan pesan dengan tujuan merangsang minat seseorang dalam memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru.

2. Media Komputer

Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran.

Alat bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa saana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak, dan mempertinggi daya serap dan retensi belajar (Susilana, 2009).

(31)

Hamzah dan Nina (2010: 27) dalam Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran menjelaskan bahwa media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar membuat pembatasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. AECT membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:

a. Pesan, yaitu didalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.

b. Orang, yaitu didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli dan sebagainya.

c. Bahan, yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, dll.

d. Alat, yaitu sarana (piranti) untuk menyajikan bahan pada butir ke- diatas. Didalmnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dll.

e. Teknik, yaitu cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Didalmanya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dsb.

f. Latar (setting), yaitu lingkungan, termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dsb.

Dalam memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama “kerucut pengalaman”dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Pengertian media komputer adalah bentuk dan cara untuk menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikroprosesor, di mana informasi atau materi yang disampaikan disimpan dalam bentuk digital atau bentuk dan cara yang dilandaskan teknologi

(32)

yang digunakan untuk menangani informasi dan membantu cara komunikasi (pengolahan informasi) dengan bantuan perangkat lunak dan perangkat keras komputer untuk mengkonversikan atau mengubah, menyimpan, mengolah, mengirim dan menerima informasi (Ritonga, 2012).

Komputer dewasa ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang bergerak dibidang bisnis atau dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah dan Nina (2010: 136) mengatakan bahwa potensi media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran antara lain :

a. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran.

b. Proses belajar dapat berlangsung secara individual dengan kemampuan belajar peserta didik

c. Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minat belajar.

d. Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera.

e. Mampu menciptakan proses belajar secara berkesinambungan.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran tidak hanya dapat digunakan secara stand alone, tetapi dapat pula dimanfaatkan dalam suatu jaringan. Jaringan komputer (computer network) telah memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan lebih fleksibel. Jaringan komputer yang paling umum digunakan adalah internet. Saat ini teknologi internet telah memungkinkan setiap orang memperoleh akses yang lebih besar terhadap beragam informasi yang tersedia.

Guru yang profesional mampu mengembangkan semua sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran. Selalu dapat meningkatkan dan menciptakan sebuah inovasi dalam pembelajaran agar tidak membosankan diantaranya dengan penggunaan TIK yang dikuasai sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.

(33)

Pentingnya penguasaan TIK bagi guru karena penguasaan teknologi informasi dan komunikasi kini menjadi bagian dari tuntutan kompetensi guru, baik guna mendukung pelaksanaan tugasnya (penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil evaluasi) maupun sebagai sarana untuk mencari dan mengunduh sumber-sumber belajar. TIK diharapkan menjadi kesatuan dalam pembelajaran sehingga tercipta peserta didik yang lebih aktif dan mandiri (Inggit, 2011).

G. Technology Acceptance Models (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) yang juga bisa disebut dengan Model Penerimaan Teknologi merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (Jogiyanto, 2007: 111).

Model penerimaan teknologi merupakan pengembangan dari Teori Tindakan Beralasan (TRA). TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM berargumentasi bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut (Jogiyanto, 2007:111)

TAM yang diperkenalkan oleh Davis adalah sebuah teori adaptasi TRA yang secara spesifik diarahkan pada model tingkat penerimaan pengguna teknologi. Tujuan dari studi menggunakan TAM sebagai dasar teorinya adalah untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menentukan tingkat penerimaan penggunaan komputer, sekaligus untuk menjelaskan perilaku pengguna akhir (end-user) sebuah teknologi.

Lebih lanjut Davis, et al. mengimplementasikan model konseptual TAM ke dalam praktik, yang menunjukkan hasil tingkat minat dan penerimaan seseorang terhadap sistem informasi atau teknologi (Nugroho,

(34)

2012). Menurut Davis et al, tujuan utama TAM adalah untuk memberikan dasar untuk penelusuran pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan pengguna.

TAM merupakan perbaikan dari model TRA (Theory of Reasoned Action), TAM mengadopsi komponen tetap dari model TRA umumnya dan menerapkannya komponen-komponen tersebut sebagai domain khusus dari teknologi komputer dan yang lainnya untuk teknologi informasi. Secara empiris model ini telah terbukti memberikan gambaran tentang aspek perilaku pengguna komputer, dimana banyak pengguna komputer dapat dengan mudah menerima teknologi informasi karena sesuai dengan apa yang diinginkannya

Menurut Morris dan Dillon dalam Arief 2008 , TAM adalah sebuah model untuk memprediksikan bukan mendeskripsikan, yang digunakan untuk memprediksikan penerimaan dari sistem oleh user. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah faktor mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal usefulness (pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of use (di mana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya).

Model Technology Acceptance Model (TAM) dapat menjelaskan bahwa persepsi pemakai akan menentukan sikap pengguna dalam penerimaan penggunaan teknologi informasi. Penerapan sistem informasi akademik tidak terlepas dari aspek sikap pengguna karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pemakai sistem tersebut sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya (Lihawa, 2012).

Suatu sistem dapat digunakan dengan baik dipengaruhi oleh kemudahan sistem digunakan oleh user (pengguna). Selain itu juga kegunaan dari sistem akan mendukung seseorang dalam menggunakan sistem tersebut.

(35)

Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, di antaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi. Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu :

1. Kemudahan penggunaan (ease of use) 2. Kemanfaatan (usefulness)

Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna.

Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI.

Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan

(36)

TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).

Penelitian ini menggunakan 5 (lima) konstruk yang telah dimodifikasi dari model penelitian TAM sebelumnya yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata penggunaan sistem (Actual System Usage).

1. Perceived Ease of Use (PEOU)

Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi:

a. Komputer sangat mudah dipelajari

b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna

c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan

2. Perceived Usefulness (PU)

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi:

a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah produktivitas

b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan

3. Attitude Toward Using (ATU)

Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, bab teori, yang menampilkan konsep dan pendekatan tentang persaingan politik dan pilihan rasional. Keduanya dibutuhkan sebagai salah satu instrumen

PT. Viva Packaging industries merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri plastik. Viva Packaging Industries ini adalah anak perusahaan dari PT.Hasil

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang

Perlakuan tingkat keasaman (pH) limbah industri teh pada pH 8 dan pH 7 sebelum pelapukan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan miselium jamur tiram cokelat

Berdasarkan lembar penilaian aktivitas siswa, perolehan skor aktivitas siswa adalah 28 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa yang memperoleh penilaian

In this major work of legal philosophy, Barak develops a legal theory to explain how judges should resolve cases which depend on the interpretation of texts, whether contracts,

The writer finds the theme is “social status and wealth are the obstacles in building a relationship.” This is the suitable theme because Northanger Abbey tells about the

Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama pasien, memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan tujuannya