• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI (P3G) DI PUSKESMAS KOTA MEDAN DAN PUSKESMAS DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI (P3G) DI PUSKESMAS KOTA MEDAN DAN PUSKESMAS DELI SERDANG."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

145 PENGKAJIAN PARIPURNA PASIEN GERIATRI (P3G)

DI PUSKESMAS KOTA MEDAN DAN PUSKESMAS DELI SERDANG Yulia Afrina Nasution1, Mila Trisna Sari1, Pinta Pudianti Siregar1, Ika Nopa1

1Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara e-mail: yuliaafrina@umsu.ac.id

ABSTRAK

Ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami oleh tenaga kesehatan karena jumlah penduduk lanjut usia semakin meningkat dan masih sedikitnya penelitian tentang pengkajian paripurna pasien geriatri. Peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut ini akan mengakibatkan transisi epidemiologi.

Jumlah Lansia tahun 2017 mencapai 9,03% dari jumlah penduduk dan Tahun 2020 mencapai 27,08 juta dan akan menjadi negara ke lima paling banyak jumlah lansia pada Tahun 2025. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui gambaran pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas Kota Medan dan Deli Serdang tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, Populasi sebanyak 700 orang dengan sampel 60 orang untuk Puskesmas Kota Medan dan 60 orang di Puskesmas Deli Serdang. Pengambilan data menggunakan wawancara, analisis data menggunakan SPSS. Jumlah lansia di Puskesmas Kota Medan sebesar 83,1% sedangkan di Puskesmas Deli Serdang sebesar 91,7%. ADL di Kota Medan yang mengalami ketergantungan ringan sebesar 38,3% sedangkan di Deli Serdang sebesar 70,0%. IADL di Kota Medan yang independen/mandiri sebesar 88,3%

sedangkan di Deli Serdang sebesar 78,3%. Risiko jatuh di Kota Medan yang mengalami risiko rendah sebesar 55,0% sedangkan di Deli Serdang sebesar 53,3 %. GDS di Kota Medan yang tidak memiliki risiko untuk gangguan depresi sebesar 68,3% sedangkan di Deli Serdang sebesar 56,7%. CDT4 di Kota Medan yang tidak mengalami gangguan kognisi sebesar 78,3% sedangkan di Deli Serdang sebesar 68,3%. MMSE di Kota Medan yang tidak mengalami gangguan kognisi sebesar 78,3%

sedangkan di Deli Serdang sebesar 73,3%. AMT di Kota Medan yang tidak mengalami gangguan ingatan sebesar 71,7% sedangkan di Deli Serdang sebesar 68,3%. MNA di Kota Medan yang mempunyai risiko untuk mengalami malnutrisi sebesar 60,0% sedangkan di Deli Serdang sebesar 66,7%. Jumlah lansia di Puskesmas Kota Medan dan Deli Serdang Tahun 2018 sangat tinggi sehingga pelu adanya peningkatan pelayanan kesehatan bagi lansia seperti home visite, penyuluhan kesehatan, dan senam lansia.

Kata Kunci: P3G, lansia, risiko jatuh, ingatan, gizi

(2)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

146 ABSTRACT

The science of geriatrics is very important to be understood by health workers because the number of elderly people is increasing and there is still little research on the plenary assessment of geriatric patients. This increase in the number of elderly people will result in an epidemiological transition. The number of elderly people in 2017 reached 9.03% of the total population and in 2020 it reached 27.08 million and will be the fifth country with the most number of elderly people in 2025. This study aims to determine the description of the plenary assessment of geriatric patients at the Medan and Deli City Health Centers. Serdang 2018. The type of research used is descriptive qualitative research. The population is 700 people with a sample of 60 people for the Medan City Health Center and 60 people at the Deli Serdang Health Center. Data collection using interviews, data analysis using SPSS. The number of elderly at the Medan City Health Center was 83.1% while at the Deli Serdang Health Center it was 91.7%. ADL in Medan City which experienced light dependence was 38.3%, while in Deli Serdang it was 70.0%. The IADL in Medan City which is independent/independent is 88.3% while in Deli Serdang it is 78.3%. The risk of falling in Medan City which experienced a low risk was 55.0%, while in Deli Serdang it was 53.3%. The GDS in Medan City which does not have a risk for depressive disorder is 68.3% while in Deli Serdang it is 56.7%. CDT4 in Medan City which did not experience cognitive impairment was 78.3% while in Deli Serdang it was 68.3%. The MMSE in Medan City which did not experience cognitive impairment was 78.3% while in Deli Serdang it was 73.3%. The AMT in Medan City which did not experience memory impairment was 71.7% while in Deli Serdang it was 68.3%. MNA in Medan City which has a risk of experiencing malnutrition is 60.0% while in Deli Serdang it is 66.7%. The number of elderly people at the Medan City Health Center and Deli Serdang in 2018 is very high, so there is a need to improve health services for the elderly such as home visits, health counseling, and elderly exercise.

Keywords: P3G, elderly, fall risk, memory, nutrition

(3)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

147 PENDAHULUAN

Ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami oleh tenaga kesehatan karena jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia yang semakin meningkat. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2017, jumlah lansia di Indonesia mencapai 23,66 juta jiwa atau 9,03% dari seluruh penduduk Indonesia sehingga termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua atau ageing population. Diperkirakan persentase lansia di Indonesia akan mencapai 27,08 juta pada tahun 2020 dan Indonesia akan menjadi negara ke-5 yang paling banyak jumlah lansianya pada tahun 2025. Perubahan struktur demografi ini mengakibatkan perubahan juga dalam strategi pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu dengan lebih memperhatikan penyakit yang terjadi pada lansia.1

Peningkatan jumlah penduduk berusia lanjut ini akan mengakibatkan transisi epidemiologi. Penyakit infeksi dan malnutrisi masih mewarnai masalah kesehatan Indonesia namun pada saat yang sama persoalan kesehatan terkait usia lanjut seperti penyakit degeneratif dan keganasan, serta penyakit kardiovaskuler juga meningkat. Selain itu, khususnya pada populasi usia lanjut ini, karena daya cadangan faalinya menurun maka sering muncul berbagai sindrom geriatri.2

geriatri dikenal beberapa masalah kesehatan yang sering dijumpai baik mengenai fisik atau psikis pasien usia lanjut. Menurut Solomon dkk: The “13 i” yang terdiri dari Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual impairement (gangguan intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence (inkontinensia urin dan alvi), Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immunodeficiency (penurunan imunitas), Infection (infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction (konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic disorder (gangguan iatrogenic) dan Impairement of hearing,vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman).3

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan telah mengeluarkan peraturan tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di puskesmas.1 Penelitian tentang pengkajian paripurna pasien geriatri yang meliputi delapan komponen penilaian masih belum banyak dilakukan di Indonesia terutama di Puskesmas.4

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian terhadap gambaran pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang tahun 2018

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latas belakang diatas permasalahan dalam penelitian ini yaitu melihat gambaran Pengkajian Paripurna Pasien Griatri (P3G) di Puskesmas Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran instrumen pengkajian paripurna pasien geriatri di Puskesmas Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan di tiga Puskesmas.

Puskesmas Sukaramai, Puskesmas Bandar Khalipah, Puskesmas Tanjung Rejo. Tempat penelitian dipilih atas ketetapan Dinkes Kota Medan dan Dinkes Deli Serdang. Populasi adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun yang datang berobat ke puskesmas sebanyak 700 orang. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh sampel 60 untuk puskesmas Kota Medan dan 60 orang di Puskesmas Deli Serdang. Pengolahan data dengan SPSS menggunakan analisis univariat.

(4)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

148 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Sampel

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Usia

Usia Responden Frekuensi Persentase (%) Lansia (60-74 thn) 109 90,8 Lansia tua (75-90

thn)

10 8,3

Lansia sangat tua (>90 thn)

1 0,9

Total 120 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tergolong kategori lanjut usia yaitu 109 orang (90,8%), kemudian kategori lanjut usia tua sebanyak 10 orang (8,3%), dan yang paling sedikit adalah kategori lanjut usia sangat tua yaitu 1 orang (0,9%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 56 46,7

Perempuan 64 53,3

Total 120 100

Penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa paling banyak responden berjenis kelamin perempuan yaitu 64 orang (53,3%), kemudian diikuti responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 56 orang (46,7%).

Distribusi skoring instrumen P3G

2. Activity of Daily Living (ADL)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandiarian Berdasarkan ADL Di Puskesmas Kota Medan

Usia

ADL Mandir

i

Ketergantu ngan Ringan-

Sedang

Ketergantun gan Berat

n (%) n (%) n (%) Lansia 31

(57,4) 23 (42,6) 0 Lansia

Tua 1 (20) 3 (60) 1 (20)

Usia sangat Tua

0 0 1 (100)

Total 32

(53,3) 26 (43,3) 2 (3,4) Hasil distribusi menunjukkan bahwa Pasien di Puskesmas Kota medan tingkat kemandirian tertiggi pada kategori lanjut usia sebanyak 31 orang (57,4%), ketergantungan ringa-sedang sesbanyak 23 orang (42,6%) dan ketergantungan berat tidak ada.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Berdasarkan ADL di Puskesmas Deli Serdang

Usia

ADL

Mandiri Ketergantungan Ringan-Sedang

n (%) n (%)

Lansia 11 (20%) 44 (80%)

LansiaTua 2 (40%) 3 (60%) Usia

sangat tua 0 0

Total 13 (21,7%) 47 (78,4%) Hasil distribusi menunjukkan bahwa Pasien di Puskesmas Deli Serdang tingkat kemandirian tertiggi pada kategori lanjut usia sebanyak 11 orang (20%), ketergantungan ringa- sedang sesbanyak 44 ornag (80%) dan ketergantungan berat tidak ada.

(5)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

149 3. Instrumental Activities of Daily Living

Lawton (IADL)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi IADL di Puskesmas Kota Medan

IADL

Usia Dikerjak an orang

lain

Perlu bantua

n sepanja

ng wkt

Perlu bantu

an seseka

li

Mandiri / independ

en

Tot al (%)

N % N % n % n %

Lans ia

0 0 0 0 1 1,

9

53 98,1 54 (10 0) Lans

ia tua

0 0 1 20 0 0 4 80 5

(10 0) Usia

sgt tua

1 100 0 0 0 0 0 0 1

(10 0) Tota

l

1 1,7 1 1,7 1 1, 7

57 95 60

(10 0)

Distribusi frekuensi IADL di puskesmas kota Medan menunjukkan distribusi tertinggi adalah Independent/ mandiri sebanyak 57 orang (95%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi IADL di Puskesmas Deli Serdang

IADL Usia Dike

rjak an org lain

Perlu bantua

n sepanja

ng wkt

Perlu bantu

an sesek

ali

Mandir i / indepe

nden

Tot al (%)

n % n % n % n % Lansi

a

0 0 0 0 8 14 ,5

4 7

85, 5

55 (100 ) Lansi

a tua

0 0 0 0 2 40 3 60 5 (100

) usia

sgt tua

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 0 0 0 0 1 0

16 ,7

5 0

83, 3

60 (100 )

Distribusi frekuensi IADL di puskesmas kabupaten Deli Serdang menunjukkan distribusi tertinggi adalah Independent/ mandiri sebanyak 50 orang (83,3%).

4. Risiko Jatuh

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Risiko Jatuh di Puskesmas Kota Medan

Usia

Risiko Jatuh Tidak

risiko

Risiko rendah

Risiko tinggi

Total (%) N % N % n %

Lansi a

9 15 33 55 12 20 54 (90%) Lansi

a Tua

- - 2 3,3 3 5 5

(8,3%) usia

sgt tua

- - - - 1 1,7 1

(1,7%) Total 9 15 35 58,

3

16 26, 7

60 (100%) Berdasarkan data diatas didapatkan subjek penelitian di Medan risiko jatuh tinggi pada kelompok lanjut usia sebanyak 12 orang (20%), lansia tua 3 orang (5%) dan lansia sangat tua 1 orang (1,7%)

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Risiko Jatuh Di Puskesmas Deli Serdang

Usia

Risiko Jatuh Tdk

risi ko

Risiko rendah

Risiko Tinggi

Total (%) n % n % n %

Lansia - - 32 53, 3

2 3

38 ,3

55 (91,7

) Lansia

Tua

- - 2 3,3 3 5 5 (8,3) Usia

sangat Tua

- - - -

Total 34 56, 7

26 43 ,3

60 (100)

(6)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

150 Berdasarkan data diatas didapatkan

risiko jatuh tinggi pada kelompok lanjut usia tua sebanyak 23 orang (38,3%), lansia tua 3 rang (5%).

5. Geriatric Depression Scale (GDS)

Tabel 9. Distribusi Frekuensi GDS di Puskesmas Kota Medan

Usia

Tidak ada ganggua

n depresi

Kemungki nan besar

ada gangguan

depresi

Ada ganggu

an depresi

Tot al

n % n % n %

60- 74

41 68,3 13 21,7 0 0 54 75-

90

3 5,0 2 3,3 0 0 5

>90 0 0 1 1,7 0 0 1 total 44 73,3 16 26,7 0 0 60

Berdasarkan tabel diperoleh pada usia 60-74 didapatkan 13 orang (21,7%) kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia 75-90 terdapat 2 orang (3,3%) kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia >90 hanya didapatkan hasil 1 orang (1,7%) responden kemungkinan besar ada gangguan depresi.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi GDS di Puskesmas Deli Serdang

Usi a

Tidak ada gangguan depresi

Kemungk inan besar ada gangguan depresi

Ada ganggu

an depresi

Tot al

n % n % n %

60- 74

34 56,7 21 35,0 0 0 55 75-

90

3 5,0 2 3,3 0 0 5

>90 0 0 0 0 0 0 0 total 37 61,7 23 38.3 0 0 60

Distribusi frekuensi GDS menunjukkan pada usia 60-74 didapatkan 21 orang (35,0%)

kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia 75-90 terdapat 2 orang (3,3%) kemungkinan besar ada gangguan depresi.

6. Mini-Cog dan Clock Drawing Test (CDT4) Tabel 11. Distribusi Frekuensi CDT4 di

Puskesmas Kota Medan

Usia Normal Curiga Fungsi Kognitif Menurun

n % n %

Lanjut Usia 47 87 7 13

Lansua Tua 3 60 2 40

Usia Sangat Tua

0 0 1 100

Total 50 83,3 10 16,7 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penurunan fungsi cognitif menurun yaitu pada kelompok Lanjut Usia Sebayak 7 orang (13%), lansia tua sebanyak 2 orang (40%) dan usia sangat Tua yaitu 1 orang (100%).

Tabel 12. Distribusi Frekuensi CDT4 di Puskesmas Deli Serdang

Usia Normal

Curiga Fungsi Kognitif Menurun

n % n %

Lanjut Usia 41 74,5 14 25,5

Lansia Tua 3 60 2 40

Usia sangat tua 0 0 0 0

Total 44 73,3 16 26,7

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penurunan fungsi cognitif yaitu pada kelompok Lanjut Usia Sebayak 14 ornag (25,5%), Lansia tua sebanyak 2 orang (40%) dan usia sangat Tua adalah 0.

(7)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

151 7. Mini Mental State Examination (MMSE)

Tabel 13. Distribusi frekuensi fungsi kognitif responden di Puskesmas Kota Medan berdasarkan MMSE

Usi a

Normal

Ganggu an fungsi kognitif

ringan

Ganggu an fungsi kognitif

berat

Tota l n % n % n %

60-

74 47 87 6 11,1 1 1,9 100 75-

90 3 60 1 20 1 20 100

>90 0 0 0 0 1 100 100 total 50 83,3 7 11,7 3 5 100 Berdasarkan tabel distribusi diatas fungsi kognitif pada lansia di Puskesmas Kota Medan dari 60 responden kategori usia terbanyak adalah lansia yang berusia 60-74 tahun dengan 47 orang (87%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif, 6 orang (11,1%) mengalami gangguan fungsi kognitif ringan dan 1 orang (1,9%) mengalami gangguan fungsi kognitif berat.

Tabel 14. Distribusi frekuensi fungsi kognitif responden di Puskesmas Deli Serdang berdasarkan MMSE

Usi a

Normal

Ganggua n fungsi kognitif ringan

Ganggu an fungsi kognitif berat

Tota l

n % n % n %

60-

74 44 80 11 20 0 0 100 75-

90 3 60 2 40 0 0 100

>90 0 0 0 0 0 0 0

total 47 78,

3 13 21,7 0 0 100 Berdasarkan distribusi fungsi kognitif pada lansia di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang dari 60 responden kategori usia terbanyak adalah lansia yang berusia 60-74 tahun dengan 44 orang (80%) tidak mengalami

gangguan fungsi kognitif dan 11 orang (20%) mengalami gangguan fungsi kognitif ringan.

8. Abbreviated Mental Test (AMT)

Tabel 15. Distribusi frekuensi AMT di Puskesmas Kota Medan

Usia Normal Gangguan ingatan sedang

n % n %

Lanjut Usia 43 79,6 11 20,4

Lansia Tua 2 40 3 60

Usia sangat tua 0 0 1 100

Total 45 75,0 15 25,

Berdasarkan tabel distribusi diatas dapat dilihat bahwa gangguan ingatan sedang pada lanjut usia sebanyak 11 orang (20,4%), lanjut usia tua sebanyak 3 orang (60%) dan usia sangat tua sebanyak 1 orang (100%).

Tabel 16. Distribusi Frekuensi AMT di Puskesmas Deli Serdang

Usia Normal Gangguan ingatan sedang

n % n %

Lanjut Usia 41 74,5 14 25,5

Lansia Tua 2 40 3 60

Usia sangat tua 0 0 0 0

Total 43 71,1 17 28,3

Berdasarkan tabel distribusi diatas dapat dilihat bahwa gangguan ingatan sedang pada lanjut usia sebanyak 14 orang (25,5%), lanjut usia tua sebanyak 3 orang (60%) dan usia sangat tua sebanyak 0.

9. Abbreviated Mental Test (MNA)

Tabel 17. Distibusi Frekuensi status gizi berdasarkan MNA di Puskesmas kota Medan

Usia

Nutrisi Baik

Mungkin Malnutrisi

n % n %

Lanjut Usia 36 66,7 18 33,3

Lansia Tua 2 40,0 3 60,0

Usia Sangat Tua 0 0 1 100

Total 38 63,3 22 36,

(8)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

152 Berdasarkan tabel diatas dari 60 subjek

penelitian mayoritas tertinggi adalah nutrisi baik sebanyak 38 orang (63,3%) dan mungkin malnutrisi sebanyak 22 orang (36,7). Jika dilihat berdasarkan kategori usia maka lanjut usia adalah responden terbanyak dikategorikan nutrisi baik yaitu 36 orang (66,7%).

Tabel 18. Distibusi Frekuensi status gizi berdasarkan MNA di Puskesmas Deli Serdang

Usia

Nutrisi Baik

Mungkin Malnutrisi

n % n %

Lanjut Usia 40 72,7 15 27,3

LansiaTua 2 40,0 3 60,0

Usia Sangat Tua 0 0 0 0

Total 42 70,0 18 30,0

Berdasarkan tabel diatas dari 60 subjek penelitian mayoritas tertinggi adalah nutrisi baik sebanyak 42 orang (70%) dan mungkin malnutrisi sebanyak 18 orang (30%). Jika dilihat berdasarkan kategori usia maka lanjut usia adalah responden terbanyak dikategorikan nutrisi baik yaitu 40 orang (72,7%).

Pembahasan

1. Tingkat Kemandirian Responden Berdasarkan ADL

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada variabel usia yaitu kategori lanjut usia tua dengan rentang usia 75-90 tahun, baik di Puskesmas Kota Medan dan Puskesmas Kabupaten Deli Serdang keduanya menunjukkan hasil lebih banyak responden yang mengalami keteregantungan ringan-sedang sebanyak 3 responden (60%) di puskesmas kota Medan dan sebanyak 3 orang responden (60%) di puskesmas Kab Deli Serdang. Hal ini sejalan dengan penelitian Inayah (2017) dari 53 responden usia tua, sebanyak 27 responden (40,3%) dikategorikan dalam ketergantungan ringan-sedang.5

Menurut penelitian Suardana (2012) menyatakan bahwa pada usia lanjut dengan rentang usia 75-90 tahun lebih mengalami

penurunan tingkat kemandirian yang signifikan dibandingkan denga kategori lanjut usia dengan rentang usia 60-74 tahun.6

2. Instrumental Activities of Daily Living Lawton (IADL)

Distribusi frekuensi IADL di puskesmas kota Medan menunjukkan distribusi tertinggi adalah Independent/ mandiri sebanyak 57 orang (95%), kemudian perlu bantuan sesekali sebanyak 1 orang (1,7%) diikuti oleh perlu bantuan sepanjang waktu sebanyak 1 orang (1,7%) dan dikerjakan oleh orang lain sebanyak 1 orang (1,7%). Puskesmas kabupaten Deli Serdang menunjukkan distribusi tertinggi adalah Independent/ mandiri sebanyak 50 orang (83,3%), kemudian perlu bantuan sesekali sebanyak 10 orang (16,7%).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan Arditya (2018) dalam penelitiannya menunjukan distribusi tertinggi adalah mandiri sebagian sebanyak 36 orang (67%) dan sisanya mandiri sebanyak 18 orang (33 %). Keterbatasan kemampuan IADL lansia adalah keterbatasan lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan perawatan dirinya.

Pertambahan usia dapat menyebabkan penurunan kemampuan lansia dalam memenuhi kebutuhan dan merawat dirinya sehingga kemampuan IADL nya juga menurun.7

Penelitian yang dilakukan oleh Jerson dkk, menunjukkan hasil yang signifikan antara usia dengan IADL. Tetap terjadi penurunan fungsi eksekutifnya sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari meskipun status kesehatannya bagus.7,8

3. Risiko Jatuh

Lansia akan mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional otot yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot serta kecepatan dalam melakukan aktivitas. Penurunan fungsi dan kekuatan akan mengakibatkan penurunan

(9)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

153

dan kemampuan mempertahankan

keseimbangan tubuh manusia.9

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kota Medan sebanyak 60 orang dengan mayoritas tertinggi adalah risiko jatuh rendah pada kelompok lanjut usia sebanyak 33 orang (55%) dan risiko tinggi pada kelompok lanjut usia tua sebanyak 3 orang (5%) dan usia sangat tua sebanyak 1 orang (1,7%).

Puskesmmas Deli Serdang sebanyak 60 orang dengan mayoritas tertinggi adalah risiko jatuh rendah pada kelompok lanjut usia sebanyak 32 orang (53,3%) dan risiko tinggi pada kelompok lanjut usia tua sebanyak 3 orang (5%).

Hal ini didukung oleh penelitian Agustin (2017) yang berjudul hubungan antara usia dan aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pasien instalasi rawat jalan geriatri dimana terdapat hubungan signifikan yang rendah dan searah antara usia dengan risiko jatuh.10

4. Geriatric Depression Scale (GDS)

Secara umum lansia mulai mengalami kemunduran dari berbagai segi, yaitu fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial dimana hal tersebut dapat mempengaruhi status psikososial lansia itu sendiri. Ditemukannya 32,49%

responden dari hasil penetian dengan kesimpulan berupa kemungkinan besar ada gangguan depresi mungkin disebabkan karena responden merupakan pasien rawat jalan yang datang ke puskesmas dengan tujuan mengobati penyakitnya, karena salah satu faktor risiko terjadinya depresi adalah adanya penyakit yang diderita.11,12

Hasil Distribusi frekuensi Puskesmas Kota Medan diperoleh pada usia 60-74 didapatkan 13 orang (21,7%) kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia 75-90 terdapat 2 orang (3,3%) kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia >90 hanya didapatkan hasil 1 orang (1,7%) responden kemungkinan besar ada gangguan depresi. Puskesmas Deli Serdang menunjukkan pada usia 60-74 didapatkan 21 orang (35,0%) kemungkinan besar ada gangguan depresi. Pada responden usia 75-90

terdapat 2 orang (3,3%) kemungkinan besar ada gangguan depresi.

Penelitian Puspita dkk tentang prevalensi dan faktor risiko depresi pada lansia di Desa Selulung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli tahun 2014 didapati lansia yang mengalami depresi merupakan penderita penyakit kronis (52,4%), sedangkan pada penelitian ini menggunakan responden dari puskesmas rawat jalan sehingga didapati hasil penelitian yaitu rendahnya kejadian depresi dan tingginya kejadian tanpa gangguan depresi karena sebagian besar pasien bukan penderita penyakit kronis.11,12

5. Mini-Cog dan Clock Drawing Test (CDT4) Puskesmas kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang juga didapatkan hasil bahwa lebih banyak lansia yang tidak mengalami penurunan gangguan fungsi kognitif yaitu sebanyak 50 sampel (83,3%) dan 44 sampel (73,3%). Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mongonsidi (2012) bahwa sebanyak 67,2%

sampel tidak mengalami penurunan gangguan kognitif.13 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanto (2015) bahwa lebih banyak sampel yang tidak mengalami gangguan kognitif/ normal berdasarkan kuisioner mini-cog sebanyak 75%.14 Dan hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Manurung (2016) bahwa lebih banyak sampel yang tidak mengalami penurunan gangguan kognitif sebanyak 64,2%.15

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mongonsidi (2012) bahwa lebih banyak sampel pada kategori lanjut usia (60-74 tahun) tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 40,9%.13 Hal ini tidak sejalan dengan teori, menurut teori, meningkatnya usia mengakibatkan perubahan neurotransmitter yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi kognitif.16 Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalaria et al yang mengatakan bahwa faktor risiko yang paling konsisten dalam menyebabkan penurunan fungsi kognitif dari penelitian-penelitian yang ada sebelumnya diseluruh dunia adalah usia.17

(10)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

154 6. Mini Mental State Examination (MMSE)

Berdasarkan distribusi frekuensi fungsi kognitif pada lansia di Puskesmas Kota Medan dari 60 responden kategori usia terbanyak adalah lansia yang berusia 60-74 tahun dengan 6 orang (11,1%) mengalami gangguan fungsi kognitif ringan dan 1 orang (1,9%) mengalami gangguan fungsi kognitif berat. P\uskesmas Kab. Deli Serdang dari 60 responden kategori usia terbanyak adalah lansia yang berusia 60-74 tahun dengan 11 orang (20%) mengalami gangguan fungsi kognitif ringan. Hal ini meunjukkan semakin bertambahnya usia maka penurunan fungsi kognitif akan semakin meningkat.

Berbagai penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya menunjukkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan status kognitif pada lansia, salah satunya adalah usia. Semakin bertambahnya usia lansia maka fungsi kognitifnya semakin berkurang. Umur yang semakin meningkat akan diikuti dengan perubahan dan penurunan fungsi anatomi, dan perubahan bikimiawi di Sistem Saraf Pusat sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif.18

Aktivitas fisik memiliki manfaat terhadap perbaikan fungsi kognitif pada orang lanjut usia. Latihan fisik lebih merujuk kepada aktivitas fisik yang terencana, tgerakan berulang dan terstruktur untuk memelihara kebugaran tubuh.19 Pada penelitian yang dilakukan Saputri (2015) didapatkan perbedaan yang bermakna antara perbaikan fungsi kognitif dengan pelatihan senam lansia dimana diproleh nilai p <

0,001.20

7. Abbreviated Mental Test (AMT)

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Puskemas Kota Medan dapat dilihat bahwa gangguan ingatan sedang pada lanjut usia sebanyak 11 orang (20,4%), lanjut usia tua sebanyak 3 orang (60%) dan usia sangat tua sebanyak 1 orang (100%). Puskesmas Deli Serdanng menunjukkan gangguan ingatan sedang pada lanjut usia sebanyak 14 orang

(25,5%), lanjut usia tua sebanyak 3 orang (60%) dan usia sangat tua sebanyak 0.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Setiati et all(2011) bahwa lebih banyak responden yang tidak mengalami gangguan ingatan/normal sebanyak 54,1%.21 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Puspita et al (2014) bahwa lebih banyak responden yang mengalami gangguan ingatan sebanyak 79,2%.12 8. Mini Nutritional Assessment (MNA)

Berdasarkan hasil penelitian di Puskemas Kota Medan mayoritas tertinggi adalah yang mungkin malnutrisi sebanyak 22 orang (36,7).

Jika dilihat berdasarkan kategori usia maka lanjut usia adalah \]responden terbanyak dikategorikan nutrisi baik yaitu 36 orang (66,7%). Puskesmas Deli Serdang menunjukkan ynang mungkin malnutrisi sebanyak 18 orang (30%). Jika dilihat berdasarkan kategori usia maka lanjut usia adalah responden terbanyak dikategorikan nutrisi baik yaitu 40 orang (72,7%).

Penelitian yang dilakukan oleh Oktariyani (2012) dari 143 lansia 68 lansia gizi normal (47,6%) dan 75 lansia mungkin mengalami malnutrisi/ membutuhkan pengkajian lebih lanjut (52,4%) hal ini didasarkan pada karakteristik respnden dan lokasi yang berbeda lokasi penelitian oktariyani berada di panti sosial.22

Berdasarkan teori semakin lanjut usia dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus, metabolisme yang tidak efektif, kegagalan homeostasis dan adanya faktor risiko yang mempengaruhi status gizi lansia seperti faktor psikologi, adanya riwayat penyakit serta jumlah dan jenis asupan makanan.23

KESIMPUAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh mengenai gambaran Pengkajian Paripurna Pasien Griatri (P3G) di Puskesmas Kota Medan dan Deli Serdang diperoleh jumlah pasien lansia tinggi, dengan hasil ADL, IADL, Risiko Jatuh,

(11)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

155 GDS, CDT4, dan MMSE yang tinggi, berbeda

dengan hasil AMT menunjukan banyak pasien yang tidak mengalami gangguan ingatan.

Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada lansia dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan, senam lansia, home visite, dan pengobatan gratis untuk lansia.

2. Kepada Puskesmas untuk menigkatkan program kerja khususnya terhadap lansia seperti home visite, senam lansia, penyuluhan tentang meningkatkan kesehatan pada lansia dan pengobatan gratsi untuk lansia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Pusat Statistik [Internet]. Data statistik penduduk lanjut usia; 2017 [diakses Agustus 2018]. Diunduh dari:

http://www.bps.go.id

2. Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Sari W, Verdinawati T. Prevalensi geriatric giant dan kualitas hidup pada pasien usia lanjut yang dirawat di Indonesia:

penelitian multisenter. In Rizka A (editor).

Comprehensive prevention & management for the elderly: interprofessional geriatric care. Jakarta: Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia; 2013:183

3. Setiati S, Rizka A. Sarkopenia dan frailty:

sindrom geriatri baru. Dalam: Setiati S, Dwimartutie N, Harimurti K, Dewiasty E (editor). Chronic degenerative disease in elderly: update in diagnostic &

management. Jakarta; Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia; 2011:69-75.

4. Soejono CH. Pengaruh pendekatan paripurna pasien geriatri terhadap efektivitas dan biaya (CEA) perawatan pasien geriatri di ruang rawat inap akut [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia;

2008.

5. Inayah VN. Gambaran tentang kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di posbindu Desa Sindangjawa

Kabupaten Cirebon. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.2017 6. Suardana IW. Karakteristik lansia dengan

kemandirian aktifitas sehari-hari. Artikerl Penelitian. Denpasar.2012

7. Kurniawan, Arditya. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat Instrumental Activities Of Daily Living (IADL) Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Penumping. Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2018.

8. Jerson L, Elienai MR, Elza RL, Ana L, Maria EV, Claudia S, Eliasz E. Prevalence of cognitive and functional Impairment in community-dwelling elderly. Arq Neuropsiquiatr 2005;63(2-A):207-212 9. Grundstorm A, Guse C, Layde P. Risk

Factors for falls and fall related injuries in adults 85 years of age and older. Arch Gerontol Geriatr.2013;54(3):421-8

10. Junior. A, Nugraheni. N, Novira. Hubungan antara usia dan aktivitas sehari-hari dengan risiko jatuh pasien instalasi rawat jalan geriatri. JPDI. 2017. Vol 4 No.4

11. Aryawangsa AAN dan Ariastuti NLP. 2016.

Prevalensi dan Distribusi Faktor Risiko Depresi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring I Kabupaten Gianyar Bali 2015. ISM 7(1): P12-23.

12. Puspita NPPTP, Westa W dan Ratep N.

Prevalensi Dan Faktor Risiko Depresi Pada Lansia di Desa Selulung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Tahun 2014.

Universitas Udayana: Bali. 2015. Jurnal Medika Udayana. Vol. 4 (11) : p 1-22.

13. Mongonsidi R, Tumewah R, Kembuan MAHN. Profil penurunan fungsi kognitif pada lansia di yayasan-yayasan manula di kecamatan kawongan. Fakultas Kedokteran Unsrat. 2012

14. Susanto RB, Tumewah R, Mawuntu AHP.

Gambaran skor MMSE, CDT, TMT A dan TMT B pada lansia di panti Werdha Agape Tondano. Jurnal e-Clinic Volume 3 Nomor 1, Januari-April 2015.

(12)

JURNAL IMPLEMENTA HUSADA Jurnal.umsu.ac.id/index.php/JIH

156 15. Manurung CH, Karema W, Maja J.

Gambaran fungsi kognitif pada lansia di Desa Koka Kecamatan Tombulu. Jurnal e- Clinic Volume 4 Nomor 2; Juli-Desember;

2016.

16. Darmojo RB. Demografi dan epidemiologi populasi usia lanjut dalam: Martono HH, Pranata K, pengarang. Buku ajar boedhi- darmojo geriatri. Edisi ke-4.Jakarta: Balai penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia;2011.

17. Kalaria N, Maestre E, Arizaga R, Friendland R,P, Galasko D, Hall K, et all.

Alzheimer’s disease and vascular dementia in developing countries; prevalence, management, and risk factors. Lancet Neurology 2008; 7: 812-26

18. Marlina, R. D. Hubungan antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada Lansia di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012. Di unduh dari

http://eprints.ums.ac.id/20430/16/2._NASK AH_PUBLIKASI.pdf.

19. Bamidis PD, Vivas AB, Scyliadis C, Frantzidis C, Klados M, Schlee W, Slountas A, Papageorgiou SG. A review of physical and cognitive interventions in aging.

Neuroscience and behavioral reviews.

2014.

20. Saputri, RA., dan Purwoko, Y., Perbedaan Fungsi Kognitif Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia MENPORA pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. 2015. Jurnal Media Medika Muda, Vol 4(4): p 1418-1424.

21. Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R. Predictors and Scoring System for Health related Quality of Life in an Indonesian Community-Dwelling Elderly Population. Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia;2011.Journal NIH Vol 43 (4):

p 237-242.

22. Oktariyani. Gambaran Status Gizi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2012.

23. Thomas AJ, Brocklehurts Textbook Of Geriatric Medicine And Gerontology 6th edition. Churchill Livingstone: London;

2013

Referensi

Dokumen terkait

Setelah membaca teks dan berdiskusi, siswa mampu mengomunikasikan pentingnya kerja sama dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam

The collected ground truth data was loaded in system and this data was used as base for demarcation of area of interest (AOI) and.. signature set for generation of signature

Guru meminta siswa untuk menuliskan satu kata sulit di potongan kertas kecil dan menempelkannya di papan tulis (bisa juga guru meminta siswa menyampaikan kata sulit kemudian guru

Di depan sudah dijelaskan bahwa faedah membaca shalawat yang paling besar manfaatnya adalah inthibâ‘u ash-shûrati Rasulillah ‘alâ qalb al-mushalli (tercetaknya

bahwa dalam rangka penyesuaian kelas jabatan dan besaran tambahan penghasilan di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja dan Inspektorat, maka Peraturan

[r]

Florindo Makmur yaitu ketidakmampuan perusahaan mendistribusikan permintaan produk kepada konsumen tepat waktu, dan tepat jumlah dikarenakan adanya selisih pada jumlah persediaan

Di antara 7 stasiun kerja, hanya 1 stasiun kerja yang berkerja dengan posisi berdiri tetap selama bekerja (8 jam) dan tidak memiliki fasilitas kerja lain yang mendukung posisi