• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEREMAJAAN TANAMAN KOPI ROBUSTA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KECAMATAN PUPUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN PEREMAJAAN TANAMAN KOPI ROBUSTA PADA PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KECAMATAN PUPUAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

PUPUAN

Oleh :

IR. I NYOMAN SUTEDJA. MS.

NIP.195511131983031002

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2018

(2)

i

Kopi merupakan komoditas unggulan perkebunan yang diperdagangkan secara luas di dunia, dapat sebagai sumber devisa negara, pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, pembangunan wilayah dan mendukung konservasi lingkungan. Usaha perkebuan kopi di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat (96%), bersifat produktivitasnya masih rendah, permodalan usaha masih rendah, kurang menerapkan kultur teknis yang intensif yang menyebabkan rendahnya tingkat produksi dan pendapatan petani.

Ada dua jenis tanaman kopi yang umum diusahakan oleh kebanyakan petani kopi di Kecamatan Pupuan, yaitu arabika dan robusta. Jenis arabika dominan ditanam oleh petani di Indonesia pada ketinggian 800-1500 m dari permukaan laut sedangkan robusta pada dataran rendah 400-800 m dari permukaan laut. Perkebunan rakyat kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan sebagian besar menanam jenis kopi robusta. Penanamannya pada lahan-lahan berlereng dapat difungsikan sebagai taaman konservasi, selain difungsikan sebagai tanaman ekonomis. Secara ekologis tanaman kopi mempunyai kemampuan mencegah erosi dengan aliran permukaan sebesar 3,0%

(3)

ii

sebesar 2,5%. Peran ekonomis tanaman kopi dapat ditingkatkan sebagai penghasil pendapatan dan devisa negara, dibutuhkan teknik budidaya yang baik dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produksinya. Salah satu teknik budidaya tersebut untuk tanaman yang sudah berumur 15 tahun ke atas atau sudah tidak ekonomis lagi dibudidayakan adalah dengan menajemen peremajaan tanaman kopi.Peremajaan dapat secara langsung mengoptimalkan kondisi tanaman secara kontinyu dan mempu berproduksi seacara maksimal.

Berdasarkan atas kajian yang diuraikan di muka ternyata : manajemen peremajaan tanaman kopi robusta di kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan untuk perkebunan kopi rakyat:(1) sistem peremajaan yang banyak digunakan adalah peremajaan secara total, peremajaan secara selektif dan peremajaan secara sistematis, (2) bibit kopi yang digunakan sebagai batang bawah dalam peremajaan yang layak digunakan adalah kopi robusta klon BP 308, (3) sambungan batang atas yang dipergunakannya belum berdasarkan pertimbangan kompetibelitas atar klon dan waktu pembungaan yang bersamaan antar kolon tersebut dalam satu areal.Tetapi telah menggunakan pertimbangan yang mempunyai kemampuan produksi tinggi namun belum pada setuasi iklim yang

(4)

iii

klon yang digunakan sehingga kebun bersifat poliklonal, yaitu terdiiri dari 3-4 klon dalam satu areal, (5) Penyambungan dilakukan di lapangan dengan sambungan cabang.

Saran yang perlu diperhatikan adalah (1) tanaman batang bawah dalam pelaksanaan peremajaan yang layak digunakan kopi robusta klon BP 308, dan selanjutnya disambung dengan sambungan cabang.Dalam menetapkan sumber klon batang atas perlu dipertimbangkan sifat kompatibilitas antar klon dan mempunyai waktu pembungaan yang bersamaan dan jumlah klon dalam satu areal 3-4 klon atau kebun bersifat poliklonal.

(5)

iv

DAFTAR ISI

BAB ISI Halaman

JUDUL ... i

RINGKASAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. SYARAT TUMBUH TANAMAN KOPI ... 4

III. METODE PENELITIAN ... 15

IV. MANAJEMEN PEREMAJAAN TANAMAN KOPI ... 16

V. KESIMPULAN ... 34

4.1 Kesimpulan ... 34

4.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA……….. 37

(6)

v

(7)

1

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan komoditas unggulan perkebunan yang diperdagangkan secara luas di dunia, dapat sebagai sumber devisa negara, sebagai sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, pembangunan wilayah dan mendukung konservasi lingkungan. Usaha perkebuan kopi di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat (96%), bersifat produktivitasnya masih rendah, permodalan usaha masih rendah, kurang menerapkan kultur teknis yang intensif yang menyebabkab rendahnya tingkat produksi dan pendapatan petani.Tanaman kopi yang diusahakan di Indonesia bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Kopi robusta ternyata mempunyai ketahanan tinggi terhadap penyakit-penyakit seperti penyakit karat daun (Hemeleia vastatrik B. et Br.). Di Perkebuan kopi robusta penyakit tidak merupakan masalah , dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan, dengan produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu jenis ini cepat berkembang di Indonesia, dan mendesak jenis kopi lainnya.

(8)

2

Kopi arabika semula banyak di tanam di Indonesia yang mempunyai mutu yang tinggi. Tetapi karena sangat rentan terhadap penyakit karat daun , dewasa ini kopi arabika hanya dapat bertahan di dataran tinggi, dan yang di tanam di Indonesia pada umumnya termasuk varietas typika (Coffea arabica.var typica). Penyakit karat daun merupakan penyakit yang paling penting di seluruh dunia dan untuk Indonesia merupaka penyakit terpenting. Menurut Semangun (1988) keadaan kebun kopi yang gelap atau intensitas cahaya yang lemah lebih cocok untuk perkecambahan urediospora.

Urediospora merupakan spora dari penyakit karat daun yang memegang peranan penting dalam pembiakan dan pemencarannya. Penanaman kopi pada lahan berlereng , juga mempunyai nilai ekologis tinggi yang dapat mencegah erosi dan penyangga air (hidrologis). Ada dua jenis kopi komersial yang diusahakan oleh kebanyakan petani di Indonesia, yaitu arabika dan robusta.

Luas areal perkebunan kopi rakyat di Bali tahun 2015 TBM 5.836 hektar, TM 27.456 hektar dan TTM/TR 2.463 hektar. Total 35.755 hektar. Rata-rata produksi 632 kg/ha.

(9)

3

Kabupaten Tabanan TBM 830 hektar, TM 8.194 hektar, TTM/TR 579 hektar, jumlah 9.603 hektar ,rata -rata produksi 746 kg/ha (Direktorat jendral perkebunan 2016.)

Produksi rata-rata tanaman kopi rakyat di kabupaten Tabanan 746 kg/hektar masih ada potensi untuk ditingkatkan hasil produksinya dengan melakukan kegiatan peremajaan tanaman tua (TTM/TR) yang masih cukup luas, yaitu 579 hektar dan intensifikasi. Manajemen peremajaan tanaman kopi robusta perlu segara dilakukan untuk katagori umur tanaman sudah tua (TTM/TR). Kalangan petani kopi perlu mengintensifkan peremajaan tanamannya guna mengejar produktivitas yang tinggi, oleh karena tanamannya sudah tua dan juga peremajaan dapat beralih untuk menanam jenis yang lebih unggul. Idealnya produksi kopi mampu di atas 1,5 ton kopi beras per hektar per tahun.

Tantangan ke depan untuk kopi robusta kebun rakyat di kecamatan Pupuan adalah untuk meningkatkan daya saing dengan cara meningkatkan produksi, baik kualitas maupun kuantitas, peremajaan tanaman TTM/TR dan penanaman bahan tanam klon unggul.

(10)

4

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berbagai sistem peremajaan tanaman kopi yang telah diterapkan di perkebunan kopi robusta di kecamatan Pupuan dan sistem yang mana yang paling berhasil memberikan pertumbuhan tanaman baru yang paling baik dan dalam waktu yang paling singkat telah berproduksi.

1.3. Rumusan Masalah

Peremajaan tanaman kopi robusta di perkebunan rakyat di kecamatan Pupuan perlu segera dilakukan dan dengan sistem peremajaan yang tepat. Saat ini telah banyak sistem peremajaan yang berkembang di perkebunan kopi rakyat. Oleh sebab itu, identifikasi berbagai sistem tersebut masih perlu diteliti agar diketahui sistem yang dapat digunakan sebagai cara dalam upaya meningkatkan produksi kopi robusta di perkebunan rakyat. Masalah itu dirumuskan sebagai berikut : (1) adakah perbedaan pertumbuhan dan waktu mulai berproduksi dari berbagai sistem peremajaan tersebut.

(2) sistem peremajaan yang manakah yang layak diterapkan oleh petani kopi robusta di Pupauan.

(11)

5

II.SYARAT TUMBUH TANAMAN KOPI 2.1 Iklim

Tanaman kopi dapat tumbuh baik pada zone 20o Lintang Utara dan 20o Lintang Selatan, Indonesia terletak pada 5o Lintang Utara- 6o Lintang Selatan, sehingga secara potensial merupakan daerah tanaman kopi yang baik (Yahmadi. 2007).

Elevasi dan tempratur mempunyai hubungan yang erat.Rata-rata tempratur tahunan di Indonesia pada ketinggian permukaan adalah lebih kurang 26 oC, dan turun lebih kurang 60 C setiap naik 100 meter (Ultee, A.J. dalam Ymadi, 207).

Kopi robusta dapat ditanam pada elevasi 1-1000 m dari permukaan laut. Tetapi elevasi optimal 400m–800 m dari permukaan laut dengan tempratur rata-rata tahunan 21-24 oC.

Semakin tinggi elevasi , semakin lambat pertumbuhan kopi dan semakin lambat pula masa produktifnya. Disamping itu elevasi berpengaruh pula terhadap besar biji. Pada tempat yang lebih tinggi, biji menjadia lebih besar (Tabel 1 ).

(12)

6

Tabel 1

Pengaruh elevasi terhadap besar biji kopi robusta (ml/100biji).

Klon Elevasi di Elevasi di

bawah 400 m dpl. atas 400 m dpl.

________________________________________

BP 42 24,8 29,6

BP 234 22,1 24,8

BP 288 20,1 22,5

BP 358 22,4 26,9

BP 409 23,9 26,1

SA 237 21,6 24,6

____________________________________

Sumber: Yahmadi ( 2007).

Pengaruh tempratur terhadap penyebaran penanam untuk daerah katulistiwa, batas tempratur tersebut menentukan batas elevasi. Pada kopi robusta dikenal beberapa klon yang lebih cocok untuk daerah rendah antara lain BP 409, dan ada pula yang lebih cocok untuk daerah yang tinggi antara lain BP 358 (Yahmadi, 2007)

Pembentukan primordia bunga dapat dirangsang apabila terjadi perbedaan antara tempratur maksimum atau siang dan

(13)

7

tempartur minimum atau malam semakin besar atau mencapai lebih kurang 70 C. Apabila perbedaan temparatur maksimum dan minimum terlalu kecil akibat dari naungan terlalu gelap atau keadaan mendung maka pembentukan primordia akan berkurang.

Tanaman penaung pada perkebunan kopi diupayakan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang paling baik, terutama kondisi iklim mikro yang selanjutnya akan berpengaruh pada kondisi lingkungan perakaran, organisme pengganggu, dan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan.

Pengelolaan tanaman penaung dapat mengatur komponen iklim mikro seperti penyinaran matahari, suhu,kelembaban udara, dan angin.

Energi sinar matahari digunakan untuk proses fotosintesis yang berlangsung pada pusat-pusat reaksi yang ada di dalam daun. Keadaan sinar datang, baik kuantitas maupun kualitasnya, akan menentukan kecepatan fotosintesis.Sinar datang selalu diupayakan agar pada tingkat optimum.

Keefektipan pemanfaatan sinar datang dapat ditingkatkan dengan melakukan menajemen pemilihan jenis penaung,

(14)

8

penanaman penaung, dan pengaturan pemangkasan tanaman penaung yang tepat.

Intensitas sinar matahari merupakan faktor utama yang mengatur fotsintesis , yang mempunyai hubungan erat dengan pengelolaan naungan. Kopi yang diberi naungan sedang mempunyai daya fotosintesis lebih tinggi dari pada yang tanpa naungan atau naungannya terlalu gelap (Tabel 2).

Tabel 2

Pengaruh kondisi naungan terhadap daya fotosintesis (mg CO2/dm2/jam).

No Kondisi naungan Daya fotosintesis

1 Tanmpa naungan 0,7

2 Naungan Sedang 2,1

3 Naungan gelap 1,4

Sumber: Yahmadi (2007).

Kandungan khloropfil daun kopi tanpa naungan adalah 0,176%, naungan sedang 0,248%, dan tanpa naungan daunnya nampak kurang hijau. Tanaman kopi yang diberi naungan terlalu gelap membentuk daun lebih lebar, lebih tipis, dan jumlahnya lebih sedikit, internodia cabang dan batang muda lebih panjang serta lebih lembek, sehingga mudah diserang bubuk cabang (Xyloborus morstatti dan Xyloborus morigerus),

(15)

9

pembentukan primordia bunga akan terlambat, bibit atau entres lembek dan kurang kuat pertumbuhannya. Sebaliknya tanpa naungan kopi arabika lebih mudah terpicu mengalami berbuah lebat yang merugikan pertumbuhan kopi selanjutnya, bibit membentuk internode pendek dan cepat membentuk cabang, sehingga akan mengalami banyak stagnasi ketika dipindahkan ke lapangan, entres ruasnya pendek, sehingga mempersulit dalam penyambungan (Yahmadi,2007).

Suhu rata-rata tanaman kopi arabika antara 17-21oC, robusta antara 21-24oC. Suhu udara pada tanaman kopi arabika lebih dari 25oC menyebabkan laju fotosintesis akan menurun dan daun rusak ditandai dengan terjadinya klorosis (Huxley cit.

Wilson, 1985). Kopi di Brasil pada suhu lebih tinggi dari 22oC dapat menyebabkan kerontokan bunga dan menurunkan pembentukan buah (Wrigley,1988 dalam Erwiyono,2008).

Tanaman kopi yang diberikan penaung tidak menerima energi matahari yang tinggi , mengakibatkan suhu udara di bawah penaung pada siang hari menjadi lebih rendah daripada suhu udara di luar penaung. Sebaliknya pada malam hari tajuk penaung menghalangi hilangnya panas dari permukaan bumi

(16)

10

ke atmosfir. Dengan demikian suhu udara pada siang hari di sekeliling tanaman kopi tidak melampui suhu maksimum dan pada malam hari tidak lebih rendah dari suhu minimum.

Kelembaban udara berpengaruh terhadap evapotranpirasi. Kelembaban udara lebih rendah pada musim kemarau , dengan laju evapotranspirasi lebih besar. Apabila hujan dan cadangan air tanah tidak mencukupi akan terjadi defisit air. Kelembaban udara berhubungan erat dengan kondisi awan. Makin banyak awan, kelembaban udara cederung makin tinggi, dan sebaliknya.

Angin berpengaruh pada kelembaban udara, sehingga berpengaruh pula terhadap kehilangan air, melalui evapotranspirasi. Makin tinggi kecepatan angin dan makin lama bertiupnya, maka makin besar kehilangan air melalui evapotranspirasi sehingga memperparah cekaman air pada musim kemarau. Tetapi angin dapat membantu penyerbukan kopi robusta sampai jarak 100 m , jarak efektifnya bagi penyerbukan adalah 35 m (Yahmadi, 2007)

Unsur iklim tipe curah hujan lebih penting daripada jumlah curah hujan per tahun. Kopi memerlukan masa agak

(17)

11

kering lebih kurang 3 bulan yang diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi dan penyerbukan.

Musim kering ini lebih penting bagi kopi robusta, oleh karena melakukan penyerbukan silang. Sedang kopi arabika agaknya lebih roleran, karena jenis ini menyerbuk sendiri. Curah hujan yang optimal 2000-3000 mm per tahun, dengan lebih kurang 3 bulan kering tetapi dengan hujan kiriman yang cukup. Di jawa sebagian besar daerah kopi tipe iklim C yang agak kering, sedang di Sumatra sebagian besar termasuk iklim B yang agak basah (menurut klsifikasi Schidt-Ferguson).Pada iklim B pembagian panen kopi relatif lebih merata daripada iklim C.

Disamping itu perbedaan tipe curah hujan juga berpengaruh terhadap rendemen kopi. Di daerah yang kering rendemen kopi lebih tinggi (Tabel 3).

(18)

12

Tabel 3

Pengaruh tipe iklim terhadap rendemen kopi robusta Klon kopi Iklim B Iklim C Robusta (%) (%)

BP 42 17,8 22,6

BP 234 17,2 22,2

BP 288 16,7 20,3

BP 358 17,5 21,5

BP 409 18,2 22,2

SA237 17,6 22,4

Sumber : Yahmadi (2007).

Di daerah basah periode panen berlangsung lebih lama daripada daerah yang lebih kering. Pertumbuhan vegetatif yang paling aktif terjadi dalam pertengahan pertama musim hujan, kemudian berangsur-angsur berkurang sampai mencapai tingkat minimum pada pertengahan musim kedua musim kemarau. Primordia bunga akan memasuki masa dorman setelah mencapai panjang 8-12 mm atau stadium lilin.Untuk mematahkan masa dormansi ini diperlukan curah hujan minimal 3-4 mm. Kira 7-10 hari setelah turun hujan, bunga tersebut akan mekar (Yahmadi, 2007).

(19)

13

2.2 Tanah

Perakaran kopi relatif dangkal, sehingga peka terhadap keadaan lapisan tanah paling atas, memerlukan struktur tanah yang baik dengan bahan organik paling sedkit 3%. Apabila tata udara dan tata air tanah kurang baik, pertumbuhan perakaran kopi terlambat, sehingga tanaman menjadi kerdil dan kekuningan. Derajat keasaman tanah (pH) yang baik 5,5-6,5.

Kesuburan kimia juga penting, tetapi relatif lebih mudah diatasi dengan pemupukan (Yahmadi, 2007).

Pengaruh tidak langsung tanaman penaung mampu mempertahankan ketersediaan lengas tanah, (Abdoellah &

Soedarsono, 1988), kebutuhan tanaman terhadap air sebagian besar dari tanah dan hanya sebagian kecil yang diperoleh dari udara lewat stomata (Slatyer, 1967). Lengas atau air yang yang diserap tanaman dari tanah sebagian airnya diuapkan melalui transpirasi. Makin cepat laju transpirasi sampai batas tertentu menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman semakin baik.

Bila jumlah air yang diuapkan melebihi daripada jumlah yang diserap oleh akar akan terjadi kekurangan air (water defisit).

Lawlor (1979) menyatakan cekaman air dapat mempengaruhi

(20)

14

asimilasi tanaman dengan mengubah aktivitas metabolisme, menghambat rangkian proses metabolisme atau reaksi enzim, dan mengubah keseimbangan antar bagian dalam sistem metabolisme. Sumaryono & Erwiyono (1992) menyatakan kadar air tanah merupakan pembatas penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kopi umumnya termasuk tanaman yang agak toleran terhadap kekeringan, namun faktanya menunjukkan bahwa semua proses metabolisme akan lebih baik apabila air dalam keadan cukup tersedia (Kumar 1979). Klon tanaman kopi robusta, yang relatif toleran kekeringan adalah BP 409, BP42, dan BP 234 (Wibawa et al., 1992). Kopi arabika umumnya lebih toleran terhadap cekaman air daripada kopi robusta (Nunes, 1976). Diantara ketiga jenis kopi, kopi robusta paling peka terhadap kekeringan, disusul oleh kopi liberika, dan kopi arabika. Kopi robusta mempunyai akar tunggang lebih pendek (Yahmadi,2007). Kadar air tanah, dapat dipertahnkan dengan penambahan bahan organik kompos, pupuk kandang, dan sisa tanaman yang disimpan dalam rorak dan pemberian mulsa.

Penelitian Gilbert (Russei,1950 dalam Yahmadi 2007)

(21)

15

pemberian mulsa pada tanaman kopi di Tanzania memiliki kandungan air 57% lebih tinggi daripada tanaman kopi yang disiangi bersih.

Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kadar air tanah. Pupuk organik merupakan pupuk penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secra fisik,kimia maupun biologi ntanah. Salah satu bahan organik yang dapat diberikan adalah dari residu tanaman seperti kulit buah kopi. Limbah kulit kopi yang telah hancur menjadi bubuk mengadung 1,88% N; 2,04% K; 0,55 Ca dan 0,39% Mg (Sudiarto dan Gusmaini, 2004).

(22)

16

III . METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di desa Pujungan kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan, dengan ketinggian tempat lebih kurang 600 meter dari permukaan laut yang merupakan salah satu sentra pengembangan kopi robusta di propinsi Bali.

Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni Tahun 2018.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian pengumpulan data dengan menggunakan teknik survei, dari sejumlah individu anggota populasi yang tealah melakukan peremajaan tanaman kopi robusta melalui wawancara. Penentuan daerah sampel di lakukan di desa Pujungan yang ditentukan secara Purposive Sampling.

3.3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap hasil dari berbagai sistem peramajaan yang telah dilaksanakan oleh petani responden meliputi : pertumbuhan tanaman baru yang terbaik, klon bibit batang bawah dan atas yang digunakannya sebagai sumber bibit peremajaan, sistem peremajaan yang banyak telah digunakan dan berhasil baik.

(23)

17

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Peremajaan tananaman kopi adalah usaha menggantikan tanaman, yang secara ekonomis telah tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah, sehingga perlu diganti dengan klon yang lebih unggul untuk dapat mengahasilkan produktivitas yang lebih tinggi.

Upaya agar bisa menekan penurunan produksi kopi rakyat antara lain dengan peremajaan dan intensifikasi. Masalah program peremajaan akan sulit dilakukan terutama pada saat tanaman saat itu sedang mengalami harga tinggi, sehingga petani enggan melakukannya. Oleh karena peremajaan tanaman setidaknya membutuhkan waktu 3 tahun untuk bisa mendapatkan hasil panen lagi, untuk itu perlu diinventarisasi cara peremajaan tanaman yang tidak merugikan petani kopi robusta terutama yang memiliki areal kebun yang tidak luas.

Bahan tanaman memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan budidaya kopi. Pergantian bahan tanamn anjuran dapat dilakukan bertahap, baik dengan metode sambungan pada tanaman dilapangan yang telah ada dan

(24)

18

penanaman baru dengan bahan tanaman asal setek. Mengingat kopi robusta bersifat menyerbuk silang, maka penanaman harus bersifat poliklonal, yaitu 3-4 klon untuk setiap hamparan kebun. Demikian pula sifat kopi robusta yang sering menunjukkan sifat yang reaksinya berbeda apabila ditanam pada kondisi tertentu. Kondisi lingkungan berbeda, maka komposisi klon kopi robusta untuk kondisi lingkungan tertentu harus berdasarkan pada stabilitas daya hasil dan kompatibilitas

antar klon.

Klon unggul kopi robusta sebagai batang bawah yang digunakan secara luas di kecamatan Pupuan untuk peremajaan tanaman kopi yang sudah tua dan telah layak digunakan adalah kopi robusta klon BP 308 dengan menggunakan setek yang awalnya di tanam dalam polibeg.Klon BP 308 mempunyai sistem perakaran serabut yang banyak, daya adaptasi tumbuh yang sangat tinggi. Sifat penting klon BP 308 adalah tahan terhadap nematoda, dan telah dilepas oleh pemerintah sebagai klon anjuran batang bawah untuk pengendalian nematoda parasit dengan SK Mentan NO.65/Kpts/SR.120/1/2004. Sifat khas klon BP 308 yang tidak dimiliki oleh klon kopi robusta

(25)

19

lainnya persentase biji normal rendah 38%. Sifat ini yang menyebabakan kurang disukai apabila digunakan sumber produksi biji. Deskripsi singkat kopi robusta klon BP 308 adalah sifat agronomi perawakan besar dan kokoh, percabangan dengan cabang primer teratur agak mendatar, reproduksi cabang cukup aktif, daun berwarna hijau tua gelap, pupus warna merah kecoklatan, permukaan daun bergelombang dan menydut dan tepi daun bergelombang tegas, perakaran melebar, akar lateral banyak, pembungaan agak lambat menjelang akhir musim pembungaan, buah kecil tidak seragam, buah muda beralur tegas dan buah masak merah hati, biji kecil,persentase biji tunggal tinggi (62%), produktivitas 1200 kg kopi pasar/ha/tahun, tahan serangan nematoda parasit dan tahan kekeringan. Kelemahannya harus diperbanyak secara klonal. (Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. Pustaka .litbang.pertanian .go.id>kopi04).Menurut Hulupi dan Martini (2013), klon BP 308 yang merupakaan klon batang bawah yang memiliki keunggulan tahan kekeringan,toleran pada kondisi marginal, dan tahan nematode .

Komposisi klon bedasarakan pertimbangan kompatibilitas

(26)

20

antar klon dan sifat sebagai penyerbuk silang dalam kebun kopi petani kopi robusta di kecamatan Pupuan belum memperhatikan hal tersebut, sehingga banyak kebun kopi yang mengalami tingkat gugur buahnya tinggi. Menurut Yahmadi (2007) komposisi klon dari hasil peneltian penyilangan buatan BP 42 x BP 409 hasil pembuahannya 42%, BP 409 x BP 42 hasil pembuahannya 45%, BP234 x BP358 hasil pembuahannya 50%

dan BP 358 x bp 234 hasil pembuahannya 46%, BP 358 x BP 409 hasil pembuahannya 21 %, BP 409 x BP358 hasil pembuahhannya 67%. Apabila dalam satu areal kalu kita hanya menanam 2 macam klon, misalnya BGN 300 x BP 42, maka potensi hasil masing-masingakan semakin dirugikan, sehingga produktivitas pertanaman semakin rendah.

Komposisi klon tentang sifat waktu pemekaran bunga juga penting diperhatikan dari segi kondisi curah hujan. Klon yang berbunga cepat umumnya kurang cocok untuk daerah yang beriklim kering. Klon BGN 300 yang berbunga cepat tidak pernah lebih unggul dari pada klon BP 42 yang berbunga agak lambat. Tetapi sebaliknya untuk di daerah basah, hasil koln BGN 300 bisa menyamai hasil BP 42. Contoh Klon yang

(27)

21

berbunga cepat adalah BGN 300 dan BGN 371. Komposisi klon yang berbunga cepat dengan klon yang berbunga lambat perlu dihindari dan diupayakan komposisinya antar klon yang mempunyai waktu pembungaan yang sama (Yahmadi, 2007).

Tanaman kopi robusta di kecamatan Pupuan untuk peremajaan semakin banyak menggunakan pembiakan vegetatif yaitu setek dan sambungan. Oleh karenayang berasal dari benih kopi robusta pada umumnya banyak mengalami segregasi.

Dalam penyambungan diperlukan tanaman sebagai batang bawah batang bawah dan batang atas.Tanaman sebagai batang atas dipergunakan yang berasal dari entres pucuk yang berasal dari wiwilan dan entres cabang yang berasal dari cabang primer.Sifat utama batang atas yang diperhatikan adalah mempunyai sistem percabangannya yang baik, kemampuan produksi yang tinggi, sedangkan sifat yang belum mendapat perhatian bagi petani kopi di Pupuan adalah sifat adaptasi yang tinggi pada berbagai cuaca, mempunyai sifat kompetibel antar klon dan mempunyai waktu pembungaan yang sama dan dalam satu areal kebun harus terdiri dari 3-4 jenis klon atau kebun bersifat poliklonal. Sifat batang bawah mempunyai

(28)

22

sistem perakaran yang baik terutama perakaran yang melebar, akar lateral yang banyak , toleran terhadap lahan marginal dan tahan kekeringan seperti sifat yang dimiliki oleh kopi robusta klon BP 308.

Sistem pemangakasan batang tunggal telah lama sudah diterapkan oleh petani kopi robusta di Pupuan. Manajemen peremajaan tanaman kopi robusta yang dilakukan di kecamatan Pupuan sebagai berikut:

a.Peremajaan Total

Peremajaan total dilakukan dengan menggantikan tanaman yang sudah tua umumnya umur diatas 15 tahun

secara total dalam satu hamparan lahan. Cara ini banyak dilakukan untuk pemilik kebun kopi yang memiliki luas areal kebun di atas 50 are. Jenis tanaman baru yang dipakai sebagai penggantinya adalah : (a) kopi robusta klon BP 308 sebagai batang bawah, jenis ini dapat ditanam langsung setelah pembongkaran kebun, karena jenis ini mampu tumbuh baik pada lahan marginal dan sistem perakarannya melebar dan akar lateralnya banyak. Pertumbuhan di lapangan peneliti amati tanaman itu tumbuh baik walaupun tidak dilakukan

(29)

23

pemeliharaan secra intensif. (b) jenis tanaman pengganti sebagai batang bawah yang berasal dari bukan dari kopi robusta klon BP 308, pelaksanaan penanaman tanaman baru itu, tidak bisa dilakukan secara langsung setelah pembongkaran tanaman, melainkan lahan tersebut harus diberakan setahun.Pemeliharaan jenis ini harus diimbangai dengan intensif seperti pemupukan tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat cara pemberiann yang intensif. Bila pemeliharaan tidak intensif walupun lahan telah mengalami bera 1 tahun, pertumbuhan tanaman pengganti itu tidak tumbuh baik atau terlambat pertumbuhannya. Kerugian cara peremajaan secara total selama 3 tahun petani tidak memperoleh hasil dari tanaman kopi.

b. Peremajaan Secara Selektif

Peremajaan secara selektif, dilakukan tanaman demi tanaman, terutama ditujukan pada tanaman yang umurnya sudah 15 tahun keatas, pertumbuhannya telah rusak atau produksinya sudah rendah atau sudah tidak ekonomis dipelihara dalam satu areal kebun. Jenis tanaman pengganti sebagai batang bawah hanya layak dilakukan dengan kopi

(30)

24

robusta klon BP 308. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan pertumbuhan bibit kopi robusta klon BP 308 baik sekali pertumbuhannya walaupun disebelahnya masih ada tanaman kopi tua yang masih berproduksi, dan setelah 2 tahun telah mulai belajar berbuah. Sedangkan peneliti pernah menanam dengan jenis robusta klon yang lain (bukan BP 308) tidak layak digunakan dalam sistem ini, karena akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang kerdil.

Demikianlah penyisipan terus dilakukan dengan setek kopi robusta klon BP 308 setiap tahun di musim hujan yang pada akhirnya teremajakan secara total dalam satu areal kebun.

Keuntungan sistem ini petani masih tetap mendapatkan hasil panen dari tanaman yang belum terseleksi diremajakan, sehingga kebun masih tetap menghasilkan.

c.Peremajaan Secara Sistimatis

Peremajaan secara sistimatis berdasarkan luas areal, cara ini jarang dilakukan dalam satu areal yang kurang dari 50 are melainkan banyak dilakukan pada areal kebun kopi dalam satu tempat diatas 50 are. Petani yang memiliki kebun luas 50 are ke atas, areal tersebut dibagi perblok yang tiap blok luasnya

(31)

25

antara 25 sampai 50 are tergantung dengan luas kebunnya.

Tahun Pertama blok satu diremajakan, tahun kedua blok kedua, dan setiap tahun satu blok yang diremajakan tanamannya secara total . Tanaman yang digunakan sebagai batang bawah berasal dari kopi robusta klon BP 308. Sebagai batang atas perlu diinformasikan petani agar menggunakan 3-4 jenis robusta yang digunakan yang mempunyai sifat kompetibel antar klon tersebut dan mempunyai waktu pembungaan yang bersamaan. Hal ini yang masih belum banyak mendapat perhatian dari petani.

d. Pemangkasan Rejuvenasi

Sistem ini jarang dilaksanakan oleh petani kopi robusta di Pupuan, namun ada potensi kebun petani dengan sistem ini dapat dilakukan. Pada tanaman yang sistem perakarannya masih baik namun sistem percabangannya telah rusak dan perlu diatur kembali, dapat dilakukan: (a) sistem sewing samping, yaitu hanya bagian sisi samping dari tanamannya yang dipotong dan sisi samping lainnya dibiarkan tumbuh sebagai sumber produksi. Setelah sisi samping dipangkas akan tumbuh tunas dan akan dilaksanakan penyambungn dengan

(32)

26

sambungan pucuk atau cabang. Setelah sambungan tumbuh baru batang pokok dipotong. (b) memotong batang pokok setinggi 40 – 50 cm dari permukaan tanah, wiwilan tumbuh dipelihara 1-2 batang yang baik untuk selanjutnya disambung.

Persiapan lahan sebelum peremajaan dilaksanakan sangat menetukan keberhasilan pertumbuhan tanaman seperti kesiapan pohon penaung. Tanaman penaung pada tanaman kopi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penaung sementara dan penaung tetap. Penaung sementara dapat melindungi tanaman kopi sebelum penaung tetap berfungsi.

Tanaman penaung sementara antara lain Flemingia congesta, (termasuk leguminosa, tumbuh cepat dan cepat rimbun, tahan dipangkas hingga 3 kali setahun, daunnya lunak hingga mudah hancur) (Soenaryo,1978). Tanaman penaung lain yang dapat pula digunakan, walaupun kurang baik anatara lain, Crotalaria anagyroides, untuk kompleks-kompleks nematoda akan tidak

terserang, Tephrosia sp. Untuk ketinggian 1000 m ke atas, Desmodium gyroides, Acacia villosa, tumbuh baik di tempat lamtoro sukar tumbuh .

Penaung tetap jenisnya banyak, tetapi yang paling baik di

(33)

27

Indonesia adalah Leucaena sp. Balai Penelitian Perkebunan Jember telah pula mengembangkan klon-klon Leucaena yang kemudian banyak ditanam di perkebunan kopi di Jawa Timur, adalah : (1) L 2, Keturunan L.glbrata x L. Glauca.

Pertumbuhan sedang, intensitas cahaya baik (diffus). Cocok untuk daerah tinggi maupun rendah. Tidak berbiji, cabang sedikit gundul di musim kemarau, tahan angin. Kulit batang abu-abu muda . Berbenjol – benjol. Bunga steril berwarna putih, tumbuh cepat, tidak mudah tumbang, tahan terhadap kutu loncat; (2) L 19 Keturunan L. Glauca x (L.pulverulenta xl.glauca), pertumbuhan cepat , tidak mudah tumbang, cabang

kurang tersebar, pemangkasan agak sulit, intensitas cahaya gelap, baik untuk daerah rendah maupun tinggi dan baik untuk tanah-tanh berpasir, kulit batang coklat, berbintik-bintik; (3) L 21, Keturunan L. Pulverulenta pertumbuhan cepat sekali, mudah tumbang , intensitas cahaya gelap, baik untuk daerah dataran tinggi juga untuk tanah berpasir dan kurang humus (Yahmadi, 2007). Tanaman pohon penaung tetap lainnya yang bisa juga dipakai , adalah (1) Albizzia stipula, (2) Albizzia falcata, terlalu cepat besar, cabangnya besar, tanaman tinggi,

(34)

28

kayu lunak dan mudah patah oleh angin sehingga dapat membawa kerusakan pada tanaman kopi, sulit mengaturnya, (3) Erythrina sp. menggugurkan daun di musim kemarau, umurnya kadang-kadang tidak panjang, banyak diserang penggerek batang (Batocera sp) dan penggerek melingkar (Lecanidae) yang dapat mengakibatkan roboh, produksi daun banyak (Yahmadi, 2007., Soenaryo dan Situmorang, 1978).

Gliriccidia maculata, termasuk jenis leguminosa mudah

ditanam, tahan terhadap radiasi penuh matahari, tumbuh cepat, tahan hidup bersaing dengan alang-alang, mudah ditanam dengan stek, setelah berbunga daun rontok (Murni,1988), dapat sebagai sumber makanan ternak dan tahan pangkasan. Pada tahun 1986 setelah lamtoro mengalami serangan kutu loncat (Heteropsylla cubana), akhirnya jenis Gliccridia maculata (gamal) banyak digunakan sebagai

penaung kopi di Indonesia terutama Bali. Penggunaan naungan tanaman dadap di perkebuan kopi di Pupuan di gunakan secara bersama-sama dengan naungan gamal untuk mencegah sifat gugurnya daun dadap di musim kemarau.

Tanaman penaung ditanam paling cepat 1 tahun sebelum

(35)

29

penanaman kopi, baik naungan sementara maupun naungan tetapnya. Apabila tanahnya kurang subur bisa penanamannya 2-3 tahun sebelumnya, supaya faktor vegetasi dalam perkembangan tajuk tanaman telah mampu berperan menghambat erosi, aliran permukaan, dan sumber bahan organik. Tanaman penaung di tanam tergantung dengan sistem jarak tanam kopi, yatu sistem segiempat, sistem pagar dan sistem pagar ganda. Pada jarak tanam pagar dan pagar ganda arah barisannya utara-selatan. Jarak tanam segiempat kopi robusta 2,50mx2,50m atau 2,75mx2,75m, kopi arabika 2,00mx2,00m atau 2,50mx2,50m. Jarak tanam sistem pagar kopi robusta 1,75mx3,5m , kopi arabika 1,50mx3,00m. Jarak tanam pagar ganda kopi robusta 2,00mx2,00mx3,50m atau 2,00mx2,00mx4,00m, kopi arabika 1,50mx1,50mx3,00m atau 1,50mx1,50mx4,00m. Penaung sementara ditanam setelah selesai penanaman penaung tetap , dengan menabur benihnya sepanjang dalam barisan tanaman penaung tetap, di Indonesia dilakuakn pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

Kopi cukup banyak juga ditanam pada lahan dengan kemiringan tinggi, kondisi lingkungan tumbuh yang demikian ,

(36)

30

peka terhadap kerusakan lahan terutama erosi. Pengolahan tanahnya perlu memperhatikan kaedah pengawetan tanah dan air. Pembuatan teras bangku akan mampu menekan erosi dan aliran permukaan (Winaryo et al,. 1999). Teras bangku yang diperkuat dengan penanaman pohon penaung pada bibir teras yang sekaligus juga berfungsi sebagai tanaman pagar, menyebabkan laju erosi lebih rendah dibandingkan dengan lahan tidak berteras, yaitu sebesar 0,88-2,11 ton/ha/tahun, sedangkan lahan tidak berteras mencapai 21,78 ton/ha/tahun (Pujiyanto,1997). Hasil penelitian pada vegetasi hutan besarnya aliran permukaan mencapai 2,5%, tanaman kopi 3,0%, rumput 18,0%, dan tanah terbuka 60% (Anonim ,2006). Penyebaran dan pertumbuhan akar tanaman kopi juga berperan dalam menghambat erosi dan aliran permukaan. Yahmadi (2007) menunjukkan lebih 90% dari berat akar tanaman kopi terdapat di lapisan tanah antara 0-30 cm dan membentuk jalinan akar halus di lapisan permukaan yang mampu mengikat agregat tanah.

Tanaman penaung memerlukan pengaturan dengan pemangkasan bertujuan : (1) memberikan cukup cahaya

(37)

31

matahari untuk merangsang pembentukan primordia bunga pada akhir musim hujan, (2) mempermudah peredaran udara dalam pertanaman, untuk penyerbukan terutama kopi robusta., (3) mengurangi kelembaban udara selama musim hujan, untuk menghindari gugur buah kopi bisa mencapai 20-30% dan pertumbuhan cabang primer yang kuat (Yahmadi,2007).

Pemangkasan Penaung meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pengaturan. Pemangkasan bentuk diupayakan agar tinggi percabangan dua kali dari tinggi tanaman kopi terutama penaung dari jenis lamtoro dan dadap kecuali jenis gamal dilakukan cukup dengan mengatur jumlah cabang sekender yang dipelihara. Kesemuanya itu untuk memperlancar udara, dengan letak cabang diupayakan menyebar secara merata.

Pemangkasan pengaturan naungan meliputi pemenggalan dan rempesan. Pemenggalan dilakukan awal musim hujan sebanyak 50-100% dari jumlah pohon naungan, tergantung dengan kondisi tanaman kopi dan jenis tanaman penaung.

Yahmdi (2007) pemenggalan 50% dilakukan secara bergantian setiap tahun secara larikan atau silangan. Secara silangan pada

(38)

32

kopi robusta, untuk mendorong arah angin memotong barisan- barisan tanaman kopi yang berlainan supaya mempermudah penyerbukan terutama jenis kopi robusta yang melakukan penyerbukan silang. Pemangkasan penaung awal musim hujan juga memberikan respon tanaman kopi terhadap pemupukan meningkat. Rempesan selama musim hujan diperlukan untuk mengatasi tumbuhnya cabang yang banyak, pada akhir musim hujan untuk merangsang pembentukan primordia bunga kopi.

Penjarangan tanaman penaung dapat dilakukan apabila tanaman kopi telah menutup dan pertumbuhannya subur.

Pemangkasan penaung tidak dilakukan di musim kemarau, apabila perlu hanya dilakukan perempesan, agar penaungan tetap cukup supaya terjadi zona penyangga kelembaban antara tanaman kopi dengan atmosfer bebas, sehingga kelembaban dalam lingkungan tanaman kopi tetap tinggi, suhu tidak terlalu tinggi sehingga metabolisme tanaman kopi dapat berlangsung normal (Rosenberg,1974).

Pemangkasan yang diatur waktunya secara tepat, menyebabkan pada musim kemarau kondisi percabangan penaung sudah rimbun, telah terbukti dapat menyelamatkan tanaman kopi dari

(39)

33

cekaman air.

Kesulitan yang dihadapi oleh petani kopi di Pupuan dalam menetapkan waktu pemangkasan terutama untuk merangsang pembungaan kopi bila ramalan antara musim hujan dan kemarau tidak menentu seperti yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016. Hal ini pernah terjadi kasusnya di kebun petani kopi di desa Pujungan, kecamatan Pupuan kabupaten Tabanan, yaitu peneliti dan petani disekitarnya melakukan pemangkasan total saat akan pembungaan untuk menciptakan perbedaan suhu maksimum (siang hari) dengan suhu minimum (malam hari) yang tinggi atau mencapai sekitar 7 oC agar pembungaan lebat, namun saat itu terjadi kemarau panjang (penyimpangan musim), akhirnya suhu tanah naik sehingga terjadi serangan kutu putih , yaitu kutu dompolan (Pseudococus citri). Kutu ini menghisap cairan bagian-bagian tanaman yang

muda, yaitu daun,cabang, dan terutama buah. Akibatnya cabang atau daun pertumbuhan terlambat/kerdil, buah menjadi gugur. Serangan terjadi selama musim kemarau dan akan menurun di musim hujan. Kutu dompolan ini mengeluarkan ekskresi (kotoran) yang mengandung gula yang jatuh pada

(40)

34

daun-daun kopi di bawahnya dan ditumbuhi oeh awan jelaga (hitam). Ekresi tersebut banyak dikunjungi oleh semut karena mengandung gula terutama gramang (Plagiolepsis longipes), yang dapat mendorong pembiakan kutu.

Tanaman penaung memberikan manfaat antara lain: (1) sebagai sumber bahan organik, (2) mengurangi pertumbuhan gulma, (3) sumber makanan ternak, (4) mengurangi erosi, (5) mengurangi sinar langsung ke tanaman kopi (6) sebagai pengatur produksi kopi. Tetapi tanaman penaung juga, (1) membutuhkan pemeliharaan dan pengaturan, (2) dapat menjadi inang hama dan penyakit, (3) menimbulkan saingan dalam pengambilan air dan zat hara.

Tanaman penaung untuk memperkecil keburukannya diperlukan persyaratan antara lain: (1) termasuk jenis leguminosa, (2) menghasilkan banyak bahan organik, (3) berakar dalam dan menghasilkan akar samping tidak terlalu banyak, (4) mudah diatur secara periodik, (5) tidak menjadi inang hama dan penyakit, (6) tumbuhnya cepat, (7) tahan pangkasan, (8) tidak mudah patah oleh angin, (9) percabangannya banyak.

(41)

35

V.KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan atas kajian yang diuraikan di muka ternyata :

Manajemen peremajaan tanaman kopi robusta di Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan untuk perkebunan kopi rakyat adalah (1) sistem peremajaan yang banyak digunakan adalah peremajaan secara total, peremajaan secara selektif dan peremajaan secara sistematis. (2) Bibit kopi yang digunakan sebagai batang bawah dalam peremajaan yang layak digunakan adalah klon kopi robusta klon BP 308. (3) Sambungan batang atas yang dipergunakan belum berdasarkan pertimbangan kompetibelitas atar klon dan waktu pembungaan yang bersamaan antar klon tersebut dalam satu areal. Tetapi sudah berdasarkan tingkat produktiviatas namun terbatas dalam kurun waktu musim panen yang singkat, sehingga belum teruji dalam berbagai kondisi iklim yang bervariasi.(4) Sambungan batang atas jumlah klon yang digunakan belum banyak petani melaksanakan kebun

(42)

36

bersifat poliklonal, yaitu terdiiri dari 3-4 klon dalam satu areal.(5) Penyambungan dilakukan di lapangan dengan sambungan cabang.

4.2 Saran

Tanaman batang bawah dalam pelaksananak peremajaan yang layak digunakan kopi robusta klon BP 308, dan selanjutnya disambung dengan sambungan cabang di lapangan.

Dalam menetapkan sumber jenis batang atas perlu dipertimbangkan sifat kompatibilitas antar klon dan mempunyai waktu pembungaan yang bersamaan antar klon dan jumlah klon dalam satu areal 3-4 klo atau kebun bersifat poliklonal.

(43)

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Tanaman kopi bisa menahan lahan & air seperti hutan. Penerbit Sinar Tani. 5. 5-11 April.

Abdoellah,S. & Soedarsono. 1988. Pengelolaan tanaman penaung dan pemangkasan kakao. Prosiding. Komunikasi Teknis Kakao.

Direktorat Jendral Perkebunan .2016. Statistik Perkebunan Indonesia komoditas kopi 2015-2017 .

Erwiyono,R. 2008. Produksi dan mutu buah tanaman kopi arabika pada lahan miring tanah andosol gunung argopuro.

Seminar Nasional Pulang Kampus Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Hulupi, R dan E.Martini 2013. Pedoman budidaya dan pemeliharaan tanaman kopi di kebun campur. Word AgroforestryCentre (ICRAF).Bogor.

Kumar, D. 1979. Some aspects of plant-water-nutrient relationskips in coffea arabica L. Kenya Coffee. 44(517), 15- 21.

Lawlor, D.W. 1979. Effect of water and heat stress on carbon metabolism of plant with C, an C4 photosynthesis. P.302- 326. In H.mussell & R.C. Stoples (eds). Stress Physiology in Crop Plants. John wiley & Sons, new York.

Murni, A.M. 1988. Study allelopati pohon gamal pada tanaman lada (piper nigrum L.). Pembr. Litrri.Vol .XIV No 3 Januari –Maret 1989.

Nunes, M.A. 1976. Water relations in coffee significance of plant water deficits to growth and yield: A review. J Cooffee Res, 6 (1),4-21.

Pujiyanto 1997. Penyediaan bahan organik di lahan perkebunan kopi dan kakao. Warta Puslit Kopi dan Kakao, 13 (20, 115- 123).

(44)

38

Pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. Kopi tahan nematoda Klon BP 308 dan Perbanyakannya.Nematoda resistant coffee of clon BP 308 and its propagation.

Pustaka .litbang.pertanian .go.id>kopi04.

Rosenberg,N.J. 1974. Microclimate, the biological environment.

John Wiley & Sons, New York, 315 p.

Sarwono,B. 1986. Jeruk dan kerabatnya. Penerbit swadaya, Jakarta.

Semangun,H. 1988. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.

Gajah Mada University Press.

Soenaryo .1978 . Naungan tanaman kopi. Balai Penelitian Jember.

Soenaryo & S. Situmorang. 1978. Budidaya dan pengolahan coklat. Balai Penelitian Jember.

Sudiarto dan Gusmaini. 2004. Pemanfaatan bahan organik In Situ.Untuk Efisiensi. Budidaya Jahe yang berkelanjutan.

Litbang Pertanian, 23 (2):37-45.

Trisnawati,M., Mahaputra, & J.Rinaldi.2006. Kelayakan usahatani pola tumpangsari tanaman kopi dengan jeruk di desa Belantih, kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli.

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (9.10-17).

Willson, K.C. 1985. Climate and soil.p.97-107. In M.N. Clifford

& K.C.Willson (eds.). Coffee: Botany, Biochemistry and Production of Beans and Beverage, The AVI Publishing Company Inc., Westport, Connecticut.

Winaryo, Pujiyanto, & A.Wibawa.1999. Pengaruh teras dan pemupukan kopi arabika terhadap kualitas air limpasan.

Pelita Perkebunan . 15(3), 175-187.

Yahmadi,M.2007. Rangkaian perkembangan dan permasalahan

(45)

39

budidaya dan pengolahan kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jatim.

Referensi

Dokumen terkait

disampaikan kepada Pokja Konstr uksi II KLP Kabupaten Tapin, maka ber sama ini kami.. mengundang saudar a agar dapat mengikuti acar a Pembuktian Kualifikasi atas

Muhammad Syaifudin & Agus Satmoko (2014: 670) menyampaikan bahwa “Generasi muda tentu akan menjadi generasi penurus bangsa untuk memimpin dan membawa perubahan bagi bangsanya

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

Data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara (interview) dengan petani, kolektor dan dengan pengurus dan karyawan Koperasi Baitul Qiradh dengan bantuan

Hal tersebut mempunyai arti bahwa nilai IRR lebih besar daripada discounting factor sehingga usahatani asparagus mampu mengendalikan modal yang digunakan sebagai biaya

[r]

Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki anggota keluarga dengan penderita hipertensi memiliki peran yang tidak baik dalam pemenuhan kebutuhan diet hipertensi.Dengan

Konsentrasi pelarut yang tinggi akan meningkatkan pelepasan protopektin dari kulit pisang sehingga kadar pektin yang didapatkan semakin besar pula.. Selain itu,