• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI

PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja

1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of audit firm size and industry specialization auditor on audit quality by the level of litigation risk as a moderating variable on the manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 until 2010. Audit firm size and audit firm industry specialization auditor as the independent variables and the quality audit that proxied by discretionary accrual as the dependent variable.

Data from this study were obtained from financial statements of manufacturing firms drawn from the Indonesia Stock Exchange and Indonesian Capital Market Directory. The population of this study are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the years 2008-2010 amounting to 450 companies. Determination of the sample using purposive sampling method. Type of data are secondary data in the form of financial statement as the media manufacturing companies. Data analysis tool is analysis of Covariances with the computer program SPSS version 19.

The results of this study indicate that audit firm size that proxied by BIG 4 auditor, are moderated by the level of litigation risk provide higher audit quality than non BIG 4 auditors while audit firm industry specialization are not moderated by the level of litigation risk. Audit firm industry specialization do not necessarily provide higher audit quality than audit firm non industry specialization.

Keywords: Audit Firm Size, Audit Firm Industry Specialization , Litigation Risk, Discretionary Accrual, Audit Quality

PENDAHULUAN

Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting baik internal maupun eksternal. Untuk mempertahankan kualitas dalam laporan keuangan, peran auditor sangat diperlukan untuk menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan. Menurut PSAk No. 2, Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Oleh sebab itu kualitas audit sangat dibutuhkan untuk memberikan opini yang berkualitas. Berkaitan dengan Deep Pocket Theory yang mengemukakan bahwa penerimaan kualitas audit terkait dengan kemakmuran auditor. Auditor yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki insentif yang lebih besar khususnya saat klien memiliki tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi, secara efektif memonitor sistem pelaporan keuangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian moneter.

Khurana dan Raman (2004) dan Francis dan Wang (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) menjelaskan bahwa perbedaan kualitas audit antara Big N dan Non Big N secara positif mempengaruhi tingkat risiko litigasi suatu negara, konsisten dengan penjelasan Deep Pocket Theory. Brown et al. (2005) mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan laba dan menemukan bahwa risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk menyampaikan ramalan yang berkaitan dengan berita buruk. Laba yang tinggi memiliki potensi risiko litigasi yang tinggi pula.

1 Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja

(2)

2

Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) meneliti hubungan antara risiko litigasi klien dan perbedaan kualitas audit antara BIG N auditor dan Non BIG N auditor dengan manajemen laba sebagai proksi kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa BIG N auditor lebih efektif dalam menghambat manajemen laba pada perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi. Rusmin (2010) menemukan bahwa KAP kelompok Big Four lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP kelompok Non Big Four. Inten Meutia (2004) menyatakan bahwa KAP BIG 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba dalam suatu perusahaan. Rusmin Rusmin (2010) menemukan bahwa besarnya manajemen laba signifikan relatif lebih rendah antara perusahaan yang menggunakan Big 4 Spesialis daripada perusahaan yang menggunakan Non Big 4 spesialis.

Hasil penelitian Jerry Sun dan Guping Liu, Rusmin, Meutia dan Rusmin -Rusmin berkontradiksi dengan penelitian yang dilakukan Choi et al (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) menemukan bahwa biaya Big 4 lebih rendah dalam rezim tanggung jawab hukum yang kuat daripada dalam rezim tanggung jawab hukum yang lemah, tidak konsisten dengan teori deep pocket. Luhgiatno (2010) menemukan bahwa KAP Big Four tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO. Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream Tawfiq Ibrahim Al Issa dan Rana Ahmad Ata Baker (2011) juga menyatakan bahwa Ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Craswell (1995) dalam Luhgiatno (2010) menyatakan bahwa reputasi KAP kurang bernilai dalam suatu industri yang juga terdapat KAP spesialis industri. KAP spesialisasi industri tertentu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan tertentu.

Untuk industri yang memiliki teknologi akuntansi khusus, KAP spesialisasi industri akan memberikan jaminan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP yang tidak spesialis.

Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas tinggi memberikan kepastian yang besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Sedangkan Balsam (2003) menyatakan bahwa auditor spesialis berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil menemukan hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien. Rusmin Rusmin (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang melibatkan jasa spesialis secara signifikan lebih rendah daripada perusahaan yang melibatkan jasa non spesialis. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Rusmin (2010) yang menemukan bahwa KAP spesialisasi industri lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP non spesialisasi industri. Chen et al (2005) menemukan bahwa spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh terhadap besarnya manajemen laba. Luhgiatno (2010) juga menemukan bahwa KAP spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ukuran KAP BIG 4 dan spesialisasi industri KAP memiliki kualitas audit yang lebih tinggi terutama untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory)

Penjelasan mengenai pentingnya auditor dalam mengaudit laporan keuangan terkait dengan teori keagenan. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Hal tersebut memicu masalah agensi (agency problem) karena manajemen memiliki kepentingan pribadi yang akan menguntungkannya bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan. Masalah agensi tersebut muncul karena adanya asymetric information. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agent dan principal, serta tidak mungkinnya principal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agent. Hal ini menyebabkan agent cenderung

(3)

3

melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour). Dalam upaya untuk menekan masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independen untuk menjembatani konflik antara principal dan agen. Pihak independen adalah Kantor Akuntan Publik atau auditor independen.

Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud di antara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Jadi, teori keagenan digunakan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul antara principal dan agen.

Auditor diharapkan memberikan kualitas audit yang baik dengan mengurangi tingkat manajemen laba suatu perusahaan. Terkait dengan risiko litigasi dan teori keagenan suatu perusahaan, perusahaan berupaya untuk menghindari tuntutan dan ancaman litigasi mendorong manajer (agent) mengungkapkan informasi yang cenderung mengarah pada: (i) pengungkapan berita buruk dengan segera dalam laporan keuangan, (ii) menunda berita baik, (iii) memilih kebijakan akuntansi yang cenderung konservatif (Seetharaman et al. 2002). Lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya (Ball et al. 1999 dan 2000). Manajer (agent) akan melakukan penyeimbangan antara biaya litigasi yang akan timbul dengan keuntungan yang diperoleh karena akuntansi yang agresif.

Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat.

Dowling dan Pfeffer (1975) dalam A. Chariri dan I.Ghozali (2007) menyatakan karena legitimasi adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Suatu institusi harus lolos uji legitimasi dan relevansi dengan cara menunjukan bahwa masyarakat memang memerlukan jasa perusahaan dan kelompok tertentu yang memperoleh manfaat dari penghargaan (reward) yang diterimanya betul- betul mendapat persetujuan masyarakat. Tekait dengan kantor akuntan publik, teori legitimasi memberi dasar bahwa seorang kantor akuntan publik harus memiliki dasar norma dan etika yang selaras dengan kepercayaan masyarakat dalam menjalankan pekerjaannya. Terkait dengan kualitas audit kantor akuntan publik, teori ini mengasumsikan bahwa semua KAP baik BIG 4, Non BIG 4, spesialis ataupun tidak spesialis memiliki potensi hukum jika tidak berjalan sesuai norma, etika dan kepercayaan dari masyarakat. KAP BIG 4 dan Spesialis industri menunjukan bahwa perusahaan memiliki legitimasi yang lebih besar dibandingkan dengan non BIG 4 dan non spesialis karena penerimaan dan kepercayaan masyarakat lebih besar.

Teori Deep Pocket ( Deep Pocket Theory )

Teori deep pocket menunjukan bahwa penerimaan kualitas audit berhubungan dengan kemakmuran auditor karena auditor BIG N memiliki lebih banyak kemakmuran dalam risiko.

Mereka memiliki insentif yang lebih tinggi, khususnya saat mereka memilih klien dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi. Kasus kebangkrutan yang terjadi seringkali membuat auditor membuat auditor mempertanggungjawabkan kegagalan auditnya. Tuntutan hukum seringkali bukan datang kepada perusahaan melainkan kepada auditor.

Manajemen Laba

Menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.

Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

(4)

4

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Konsep model akrual memiliki dua komponen yaitu Discretionary Accrual dan Non Discretionary Accrual. Salah satu cara untuk mengukur adanya manajemen laba dalam suatu perusahaan dengan menggunakan proksi Discretionary Accruals (DAC). Discretionary Accrual merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan (discretion) manajerial karena manajerial memiliki kemampuan pengawasan dan tindakan, sementara non discretionary accrual merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan manajer. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual- akrual tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Semakin besar manajemen laba dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat discretionary accrual dalam perusahaan tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Faktor- faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang diajukan Watt dan Zimmerman (1996) dalam Sugiri (1998) adalah :

1. Bonus Plan Hypothesis 2. Debt to Equity Hypothesis 3. Political Cost Hypothesis

Kualitas Audit

DeAngelo (1981) dalam Alim, dkk (2007) menyatakan kualitas audit adalah kebebasan yang tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Penemuan pelanggaran merupakan ukuran kualitas audit yang berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan auditor tersebut. DeAngelo (1981b) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut.

Balsam (2003) menyatakan bahwa kualitas audit yang tinggi (dalam hal ini KAP BIG N) dapat mendeteksi manajemen laba karena pengetahuan superior mereka dan menekan manajemen laba opportunitis untuk menjaga reputasi mereka. Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor berkualitas tinggi memberikan kepastian yang besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip berterima umum. Klien yang berisiko lebih tinggi dapat saja memilih untuk menggunakan auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang lebih baik pada masa lalu dapat digunakan oleh klien yang memiliki proyek beresiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan sebagai sinyal bahwa proyek perusahaan tidak seberisiko yang terlihat. Penelitian Datar, Fetlham, dan Hughes (1991) dalam Widiastuti (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang menggunakan auditor besar cenderung berisiko.

Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi industry auditor berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan pemanufakturan prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. KAP yang mempunyai banyak klien dalam industri yang sama (spesialisasi pada industri tertentu) akan lebih memahami risiko audit khas yang ada dalam industri khusus tersebut.

Risiko Litigasi ( Litigation Risk )

Risiko litigasi diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa dirugikan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meliputi kreditor, investor, dan regulator. Risiko litigasi dapat diukur dari berbagai indikator keuangan yang menjadi determinan kemungkinan terjadinya litigasi.

Besar kecilnya risiko litigasi yang melekat pada perusahaan akan mempengaruhi dorongan atau perilaku manajer. Cao dan Narayanamoorthy (2005) dalam Juanda (2007) menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan adanya risiko litigasi, manajer lebih memungkinkan untuk mengungkapkan berita buruk. Demikian juga halnya dengan Skinner (1997) dalam Juanda (2007)

(5)

5

menunjukan bahwa perusahaan yang secara sukarela menyampaikan informasi berita buruk lebih awal akan mengurangi risiko terjadinya tuntutan litigasi. Johnson et al. (2001) dalam Juanda (2007) menunjukan bahwa dengan adanya kewajiban hukum bagi perusahaan berteknologi tinggi, mendorong mereka untuk mengungkapkan laporannya relatif lebih lengkap. Brown et al. (2005) mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan laba dan menemukan bahwa risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk menyampaikan ramalan yang berkaitan dengan berita buruk.

Litigasi Auditor ( Auditor Litigation )

Tuntutan hukum yang dihadapi oleh para auditor meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Henninger (2001) menunjukan bahwa risiko litigasi berhubungan dengan suatu ukuran dari earning management-abnormal accrual. Lys and Watts (1994) menemukan bahwa gugatan terhadap auditor lebih cenderung untuk klien dengan ukuran yang besar, peningkatan pendapatan akrual, kesulitan keuangan, kinerja harga saham yang lemah atau laporan audit kualifikasi. Mereka juga menemukan bahwa gugatan yang lebih tinggi jika auditor mempekerjakan audit teknologi yang tidak berstruktur dan jika klien merepresentasikan proporsi pendapatan auditor yang relatif besar.

Ukuran KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit

Becker et al, 1998 dan Francis et al, 1999 dalam Jerry Sun dan Guoping Liu, 2011 menemukan bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor Non-BIG N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada NON-BIG N. Dye (1993) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) menyatakan bahwa Perbedaan kualitas audit adalah auditor BIG N menderita kerugian dalam kasus litigasi karena memiliki kemakmuran dalam risiko. Francis dan Wang (2008) memberikan bukti bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi dalam yurisdiksi litigasi tinggi tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah.

Perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi cenderung akan menurunkan laba untuk menghindari tuntutan hukum. Semakin tinggi risiko klien, semakin tinggi probabilitas risiko litigasi yang dihadapi auditor jika klien tersebut ternyata tidak mengungkapkan informasi yang benar.

Auditor yang berhadapan dengan klien yang berisiko jika harus menerimanya, akan mengenakan fee yang lebih tinggi dan meningkatkan jam audit agar bisa meningkatkan kekuatan pemonitoran (Watkins et al., 2004: 165). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan besar cenderung lebih berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya yang potensial ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.

H1: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika diaudit oleh auditor BIG 4

Spesialisasi Industri KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit

Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil menemukan hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien akuntan publik.

Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansu melainkan juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan manufaktur prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. Pengetahuan lebih dalam yang dimiliki oleh auditor spesialis industri memberikan kualitas audit yang lebih baik pula.

Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi, memaksa auditor spesialis untuk memberikan audit yang lebih berkualitas untuk menghindari adanya tuntutan hukum dan kecurangan.

H2: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika diaudit oleh spesialisasi industri KAP

(6)

6 METODE PENELITIAN

Variabel Dependen/Terikat

Kualitas audit direfleksikan dengan manajemen laba karena Heninger (2001) menemukan bahwa tingkat manajemen laba mendorong ex-post litigasi auditor lebih tinggi. Manajemen laba menggunakan proksi discretionary accrual. Dalam penelitian ini manajemen laba diukur menggunakan model yang dikembangkan Kothari et al. (2005) dalam A. Herusetya (2009 ) yaitu Linier Performance – Matching Jones. Tahapan Linier Performance- Matching Jones:

TACCt/ TA

t-1 = NDACCt / TA

t-1 = α

0 +

α

1(1/ TA

t-1) + α

2((Δ REV

t - Δ REC

t ) / TA

t-1) + α

3(PPE

t / TAt-1) + α

4 ( ROA

t-1) + є... (1) TACCt = total accruals perusahaan i pada periode t NDACCt = nondiscretionary accruals pada tahun t α0 = konstanta

TAt-1 = total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1

Δ REV

t = perubahan laba perusahaan pada tahun t Δ REC

t = perubahan piutang bersih (net receivable)perusahaan pada tahun t PPEt = aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t ROA t-1 = Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1

є = Residual eror

Discretionary accruals atau abnormal accruals merupakan selisih antara total accrual dengan nondiscretionary accrual ( merupakan fitted value ). Perusahaan dengan Discretionary accrual rendah menunjukan tingkat manajemen laba rendah yang berarti kualitas audit tinggi, sedangkan jika perusahaan memiliki discretionary accrual tinggi menunjukan tingkat manajemen laba tinggi dan kualitas audit rendah.

Variabel Independen/Bebas Ukuran Kantor Akuntan Publik

Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu :

KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Haryanto Sahari & Rekan, KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan; KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja; KAP Ernets dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja; KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing Satrio & Rekan.

Pada penelitian ini ukuran KAP menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.

Spesialisasi Industri KAP

Spesialisasi industri auditor diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu.

Penetapan spesialis industri KAP dapat dilihat melalui frekuensi penugasan yang dilakukan oleh KAP dalam melakukan pemeriksaan pada perusahaan sejenis menurut pengelompokan perusahaan oleh BEI. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pangsa pasar minimal 20% dari jumlah klien yang diterima pada kelompok tertentu (Rusmin 2010).

Variabel Moderasi Risiko Litigasi

Langkah menetapkan tingkat risiko litigasi :

LITSCORE=0,276*SIZE+1,153*INV+2,075*REC+1,251*ROA+1,501*LEV+

0,301*GROWTH-0,371*RET+0,235*BETA+

1,464*TURNOVER+1,060*DELIST+0,928*TECH+ 0,463*OPINION-10,049 LITSCORE = skor litigasi

SIZE = log natural dari total aset di akhir tahun

INV = persediaan dibagi dengan total aset di akhir tahun

(7)

7

REC = piutang dibagi dengan total aset di akhir tahun

ROA = laba bersih pada tahun sample dibagi dengan total aset di akhir tahun

LEV = total kewajiban pada tahun sample dibagi dengan total aset pada akhir tahun GROWTH = perubahan penjualan t-1 ke tahun t dibagi dengan penjalan t-1

RET = harga saham dari tahun t dikurangi harga saham t-1 dibagi harga saham t-1 BETA = koefisien dari regresi return saham dengan hari return pasar

TURNOVER = volume saham perusahaan dibagi dengan saham yang beredar DELIST = 1 jika perusahaan dinyatakan delist, 0 sebaliknya

TECH = 1 jika perusahaan berada dalam kode SIC perusahaan dalam 2830s, 3570s, 7370s, 8730s dan antara 3825 dan 3839, 0 sebaliknya

OPINION = 1 jika menerima opini going concern pada tahun sebelumnya dan 0 sebaliknya Perusahaan dengan skor litigasi diatas median menunjukan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat risiko litigasi yang tinggi, begitu sebaliknya.

Variabel Kontrol

1. Market to Book Ratio

Skinner dan Sloan (2002) dalam Jerry Sun and Guoping Liu ( 2011) menyatakan bahwa manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi daripada perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang rendah.

2. Absolute value of Change in Net Income

Klein ( 2002 ) menemukan bahwa absolute value of change in net income berhubungan positif terhadap absolute value of discretionary accruals.

3. Debt

Klein ( 2002 ) berpendapat bahwa perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi mungkin mempunyai tingkat discretionary accrual yang lebih tinggi. Jensen and Meckling ( 2002 ) berpendapat bahwa Leverage keuangan dapat mengurangi agency cost.

4. Asset

Perusahaan besar cenderung memiliki kualitas laba yang lebih besar (Armstrong et al., 2010) 5. Loss

Kualitas laba cenderung lebih rendah ketika perusahaan mengalami kerugian (Francis et al., 2004). Loss diukur dengan variabel dummy, 1 untuk laba bersih negatif dan 0 untuk sebaliknya.

Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method. Kriteria pemilihan sampel adalah emiten berada pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010, Emiten mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008-2010, Minimal harus tersedia 8 perusahaan dalam setiap industri, dan data – data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan tahun 2008-2010.

Metode Analisis

Analysis of Covariance (ANCOVA)

Analysis of Covariance adalah analysis variance (ANOVA) yang memasukan variabel independen metrik sebagai covariate ke dalam model. Model linier yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. DAC = a+ β

1 LITRISK + β

2 BIGAUD + β

3 LITRISK*BIGAUD + β

4 MB + β

5ACNI + β

6 DEBT + β

7 ASSET + β

8 LOSS + є 2. DAC = a+ β

1 LITRISK + β

2 AUDSPES + β

3 LITRISK*AUDSPES + β

4 MB + β

5 ACNI + β6 DEBT + β

7 ASSET + β

8 LOSS +

a = konstanta

β1,2,3,4,5,6,7,8 = koefisien variabel

DAC = nilai abnormal accrual

(8)

8

LITRISK = risiko litigasi, 1 untuk perusahaan dengan risiko litigasi tinggi dan 0

sebaliknya

BIGAUD = BIG 4 Auditor, 1 untuk BIG 4 auditor dan 0 untuk NON BIG 4 Auditor AUDSPES = spesialisasi industri Auditor, 1 untuk spesialisasi industri auditor, 0 sebaliknya MB = saham beredar dikali harga saham dibagi dengan total ekuitas

ACNI = nilai absolut perubahan laba bersih dari tahun t-1 ke tahun t dibagi total aset DEBT = rasio utang jangka panjang terhadap total aset

ASSET = Log Natural dari total aset

LOSS = 1 untuk laba bersih negatif , 0 sebaliknya

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Obyek Penelitian

Tabel 1

Jumlah Sample Perusahaan Berdasarkan Sektor Usaha

Tabel 2 Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DAC 144 -5,576958 0,095878 -2,2949432 0,944058

MB 144 -8,672033 35,40235 1,202847 3,479632

ACNI 144 0,000189 0,88161 0,069467 0,131936

DEBT 144 0 2,439393 0,239717 0,433039

ASSET 144 24,068944 32,35714 27,39456 1,694266

Tabel 4 Analisis Deskriptif

Variabel Jumlah Prosentase

Risiko Litigasi:

Risiko rendah 84 58,3

Risiko tinggi 60 41,7

Auditor Big 4

KAP Big 4 57 39,6

KAP non Big 4 87 60,4

Spesialis Auditor

Auditor spesialis 54 37,5

Auditor non spesialis 90 62,5

Loss

Laba positif 124 86,1

Laba negative 20 13,9

Jenis Perusahaan Manufaktur Jumlah Perusahaan

Food and Beverage 11

Apparel and Other Textile Product 9

Plastic and Glass Product 9

Metal and Allied Product 9

Automotive and Allied Product 10

Jumlah sampel per tahun 48

Jumlah Sampel 2008 – 2010 144

(9)

9 Hasil Uji Hipotesis

Analisis Ancova Model 1

Analisis 1 digunakan untuk menguji pengaruh ukuran KAP (Big 4 atau non Big 4), risiko litigasi dan interaksi keduanya terhadap kualitas audit ADAC. Pola yang dibentuk oleh variabel BIGAUD, LITRISK maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 1

Interaksi BIGAUD dan LITRISK terhadap kualitas audit

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi memiliki tingkat discretionary accrual yang rendah maka kualitas audit yang diperoleh adalah yang tertinggi. Kualitas audit akan menurun ketika perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dengan risiko litigasi yang rendah.

Tabel 5 Hasil Ancova – 1

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:DAC

Source Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 23.571a 8 2.946 3.829 .000

Intercept .839 1 .839 1.090 .298

BIGAUD 2.304 1 2.304 2.994 .086

LITRISK .077 1 .077 .100 .752

BIGAUD * LITRISK 6.161 1 6.161 8.006 .005

MB .138 1 .138 .179 .673

ACNI 4.036 1 4.036 5.245 .024

DEBT 1.158 1 1.158 1.505 .222

ASSET .206 1 .206 .268 .606

LOSS 4.619 1 4.619 6.003 .016

a. R Squared = .185 (Adjusted R Squared = .137)

Pengaruh ukuran KAP (BIGAUD) terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar 2.994 dengan signifikansi sebesar 0,086. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,10. Hal ini berarti bahwa BIGAUD secara signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko litigasi terhadap kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,100 dengan signifikansi sebesar 0,752. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi dapat membedakan tingkat kualitas audit.

Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big4 dan KAP non Big 4 dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji Ancova. Untuk

(10)

10

mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada hubungan antara ukuran KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi BIGAUD*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel BIGAUD*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 8,006 dengan signifikansi sebesar 0,005. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi BIGAUD*LITRISK berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hipotesis 1 yang diajukan adalah bahwa kualitas audit akan lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika diaudit oleh auditor Big 4. Dengan demikian temuan hasil penelitian ini tidak berbeda dengan Hipotesis 1 karena pola yang dibentuk dari penelitian ini adalah kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan risiko litigasi yang tinggi yang diaudit oleh auditor Big 4. Hal tersebut terlihat dari discretionary accrual yang semakin rendah untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi. Dengan demikian Hipotesis 1 diterima.

Analisis Ancova 2

Analisis 2 digunakan untuk menguji pengaruh Spesialisasi KAP, risiko litigasi dan interaksi keduanya terhadap kualitas audit DAC. Pola yang dibentuk oleh variabel AUDSPES, LITRISK maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.2

Interaksi AUDSPES dan LITRISK terhadap kualitas audit

Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialisasi industri dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi maka kualitas audit yang diperoleh adalah yang terendah karena tingkat discretionary accrualnya semakin tinggi dan selanjutnya kualitas audit akan meningkat ketika KAP spesialisasi industri mengaudit perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang rendah.

Tabel 6 Hasil Ancova – 2

Dependent Variable:DAC

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 14.780a 8 1.847 2.214 .030

Intercept 3.247 1 3.247 3.891 .051

AUDSPES .382 1 .382 .457 .500

LITRISK .575 1 .575 .689 .408

AUDSPES * LITRISK .266 1 .266 .319 .573

MB .796 1 .796 .954 .330

ACNI 5.106 1 5.106 6.118 .015

DEBT .549 1 .549 .658 .419

ASSET .103 1 .103 .123 .726

LOSS 4.541 1 4.541 5.442 .021

RSquared = .116 (Adjusted R Squared = .064)

(11)

11

Pengaruh Spesialisasi KAP terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar 0.457 dengan signifikansi sebesar 0,500. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa spesialisasi KAP tidak signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko litigasi pada kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,689 dengan signifikansi sebesar 0,408. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi dapat membedakan tingkat kualitas audit.

Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialis non spesialis dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji ancova. Untuk mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada hubungan antara spesialisasi KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi AUDSPES*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel AUDSPES*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 0,319 dengan signifikansi sebesar 0,573. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi AUDSPES*LITRISK tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 2 ditolak.

Variabel Kontrol

Market to book value tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, ACNI berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, DEBT tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, aset tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals,loss berpengaruh positif dan signifikan terhadap discretionary accruals.

Pembahasan

Ukuran KAP yang ditunjukkan oleh KAP Big 4 berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang ditunjukkan oleh discretionary accruals. KAP Big 4 sebagai perusahaan audit yang memiliki pengalaman serta keahlian yang baik dalam auditing dapat mendeteksi discretionary accruals serta akan menekan terjadinya discretionary accruals untuk menjaga reputasi mereka.

Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan KAP Big 4 kualitas labanya cenderung meningkat.

Risiko litigasi pada perusahaan memoderasi pengaruh ukuran perusahaan audit terhadap kualitas audit. Auditor BIG 4 yang memiliki klien dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi akan meningkatkan kualitas auditnya untuk menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi mereka. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Becker et al, 1998; Francis et al, 1999 bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor Non-BIG N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada NON-BIG N. auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi dalam yurisdiksi litigasi tinggi tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah (Francis dan Wang, 2008 ). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan besar cenderung lebih berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya yang potensial ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.

Spesialisasi industri kantor akuntan publik terbukti tidak dipengaruhi oleh tingkat risiko litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi dan memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kualitas audit. Perusahaan yang menggunakan auditor dengan spesialisasi industri tidak selalu meningkatkan kualitas audit demikian sebaliknya dan perusahaan yang menggunakan auditor non spesialisasi industri tidak selalu menurunkan kualitas audit. Demikian pula risiko litigasi tidak terbukti menjadi variabel moderasi dalam hubungan antara auditor spesialis industri dengan kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Balsam (2003) bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Auditor spesialis industri dengan pengalamannya yang lebih baik diharapkan mampu mendeteksi discretionary accruals pada perusahaan yang diaudit, dengan demikian akan meningkatkan kualitas audit.

Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Carcello dan Nagy (2004) yang menemukan bukti empiris pengaruh auditor spesialis industry terhadap kualitas laba.

Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi tidak mendorong auditor spesialis untuk memberikan audit yang lebih berkualitas. Auditor spesialis juga tidak menekankan pada reputasi mereka sehingga cenderung tidak terpengaruh pada tingkat risiko litigasi klien sehingga auditor spesialis tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas auditnya agar terhindar dari

(12)

12

tuntutan hukum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Luhgiatno (2008) yang menyatakan bahwa spesialisasi industri KAP bukan untuk mengurangi manajemen laba tetapi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan mengurangi gangguan di dalamnya. Faktor- faktor eksternal yang mendorong auditor spesialis tidak mampu meningkatkan kualitas auditnya antara lain:

Independensi, kurang jelasnya pengukuran penetapan spesialisasi industri KAP di Indonesia dan time-pressure.

Variabel lain yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ACNI yaitu perubahan laba bersih. Semakin tinggi perubahan laba bersih akan meningkatkan discretionary accruals yang berarti kualitas audit cenderung menurun. Perubahan laba bersih yang tinggi merupakan indikator kinerja perusahaan yang baik, selanjutnya investor akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan discretionary accrual sehingga perubahan laba bersih menjadi baik. LOSS berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Perusahaan yang mengalami laba negatif akan menurun kualitas auditnya. Hal ini terjadi ketika perusahaan yang mengalami laba negatif cenderung untuk mengurangi kerugian agar kinerja perusahaan tidak terlalu buruk. Tindakan ini dilakukan agar investor tetap mempertimbangkan perusahaannya untuk berinvestasi.

Variabel debt, market to book value serta asset tidak terbukti secara empiris berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi debt tidak menurunkan kualitas audit. Demikian pula semakin tinggi market to book ratio maupun asset tidak meningkatkan kualitas laba.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP dan spesialisasi industri KAP terhadap kualitas audit dengan tingkat risiko litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi.

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Risiko litigasi perusahaan memoderasi pengaruh ukuran KAP terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor KAP Big 4 dan mempunyai risiko litigasi yang tinggi akan meningkatkan kualitas audit. KAP Big 4 cenderung meningkatkan kualitas auditnya karena memiliki insentif yang lebih besar daripada Non Big 4 dan memiliki risiko yang lebih tinggi pula. KAP Big 4 akan lebih berhati-hati dalam auditnya untuk menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi mereka. Reputasi tersebut berhubungan pula dengan biaya litigasi potensial yang akan mereka tanggung dibandingkan KAP Non Big 4.

Risiko litigasi perusahaan tidak memoderasi hubungan spesialisasi industri kantor akuntan publik terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor spesialis industri dan mempunyai risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan meningkatkan kualitas audit dan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan menggunakan auditor spesialis. Hal tersebut dikarenakan auditor spesialis dalam mengaudit tidak terpengaruh dengan tingkat risiko litgasi klien. Auditor spesialis tidak menekankan pada reputasi mereka sehingga auditor spesialis cenderung tidak meningkatkan kualitas auditnya meskipun kliennya memiliki risiko litigasi tinggi. Auditor spesialis juga terbukti tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Meskipun memiliki pemahaman yang sangat baik dalam industri klien, belum tentu mampu menekan discretionary accrual klien. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh faktor- faktor seperti independensi, time-pressure, dan penetapan pengukuran spesialisasi industri KAP di Indonesia yang masih belum jelas.

Market to book value, Asset, dan Debt to Value tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Perubahan laba bersih berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.

Kerugian juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Keterbatasan

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang harus disempurnakan dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain: periode penelitian terbatas hanya 3 tahun dan sample penelitian yang didapat berjumlah sedikit. pengaruh variabel – variabel bebas hanya dapat dibuktikan sebesar 13% dan 6,4%. Sehingga kurang menjelaskan pengaruh terhadap variabel terikat.

(13)

13 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapat serta keterbatasan penelitian yang ada, dapat diberikan saran sebagai berikut: bagi penelitian mendatang hendaknya dapat memperpanjang periode penelitian dan menambah jumlah industri tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, menambah variabel kontrol disamping variabel yang sudah digunakan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kualitas audit, menggunakan ukuran spesialisasi industri KAP lain dengan market share lebih dari 15% atau menggunakan market share auditor yang paling tinggi dalam suatu industri.

(14)

14 REFERENSI

Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream Tawfiq Ibrahim Al Issa, Rana Ahmad Ata Baker.

2011 “Do audit tenure and firm size contribute to audit quality? Empirical evidence from Jordan”. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 317-334.

Alim, N.M., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional Akuntansi X.

Almutairi, A.R., K. A. Dunn, and T. Skantz.2009. “Auditor Tenure, Auditor Specialization, and Information Asymmetry”. Managerial Auditing Journal Vol. 24 No. 7, pp. 600-623.

Armstrong, C.S., Barth, M.E., Jagolinzer, A.D. and Riedl, E.J. 2010. “Market reaction to the adoption of IFRS in Europe”. The Accounting Review, Vol. 85, pp. 31-61.

Ball, R., Kothari SP., and Robin A. 1999.” The Effect of International Institution Factors on Properties of Accounting Earnings”. Journal of Accounting and Economics 29:1-51.

Ball, R., Robin A., and Wu Y. 2000. “Incentives Versus Standard: Properties of Accounting Income in Four East Asian Countries, and Implication for Acceptance of IAS”. Working Paper, University of Chicago.

Balsam, S., J. Krishnan, and Joon S. Yang. 2003. “Auditor Industry Specialization and Earnings Quality”. SSRN.

Brown et. al. 2005. “Management forecasts and litigation risk”.SSRN.

Carcello, J and Nagy, A. 2004. “Client size, auditor specialization and fraudulent financial reporting”. Managerial Auditing Journal Vol. 19 No. 5, pp. 651-668.

Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Chen K.Y., K.L. Lin, and J. Zhou. 2005. “Audit quality and earnings management for Taiwan IPO firms”. Managerial Auditing Journal Vol. 20 No. 1, pp. 86-104.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. 5 ed.

Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Heninger W. 2001.” The Association between Auditor Litigation and abnormal Accruals”.

The Accounting Review Vol. 76 No.1, pp 111-126.

Herusetya, A. 2009. “Efektivitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal- Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen laba”. JAAI Vol.

13 No. 2, pp. 167–188.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (revisi

2009)

(15)

15 Jensen M.C. and William H. Meckling.1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”.Journal of Financial Economics Vol. 3, No.

4, pp. 305-360.

Juanda, A. 2007. “Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan antara Konflik Kepentingan dan Konservatisma”.Simposium Nasional Akuntansi X.

Klein, A.2002. “Audit committee, board of director characteristics, and earnings management”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 33, pp. 375-400.

Luhgiatno. 2010. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia”. Fokus Ekonomi, Vol 5 No. 2. Hal. 15- 31.

Lys, T. and R.L. Watts. 1994. “Lawsuits against auditors”. Journal of Accounting

Research Vol. 32, pp 65 – 93.

Mayangsari, S. 2004.” Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap Earnings Response Coefficient”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.2.Hal 154-178.

Meutia, I. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7 No. 3. Hal. 333-350.

Rusmin. 2010. “ Auditor Quality and Discretionary Accruals: Case of Australian Listed Companies” . JAAI, Vol. 14 No. 1, pp. 1-27.

Rusmin, R. 2010. “Auditor quality and earnings

management: Singaporean evidence”.

Managerial Auditing Journal ,Vol. 25 No. 7. pp 618-638.

Seetharaman et. al. 2002. “ Litigation Risk and Audit Fees: Evidence From UK Firms Cross-Listed on US Markets. Journal of Accounting and Economics Vol.33 pp. 91–

115.

Sugiri, Slamet. (1998), “Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”.Telaah, hal 1-18.

Sun, J. and Guoping L. 2011. “Client-specific litigation risk and audit quality differentiation“. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 300-316.

Watts, R. L. and Zimmerman J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New York, Prentice Hall.

Widiastuty, E. dan R. Febrianto. 2010. “ Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai”.

Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Widyaningdyah A.U. 2001. “Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Vol. 3, No. 2, hal. 89 – 101.

www. idx.co.idHubungan Antara Kualitas Audit

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari keseluruhan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan dalam tinjauan al-Qur’an adalah aktivitas untuk memobilisasi dan memadukan segala sumber

tembok penahan atau batu-batu di lereng yang rawan terjadi longsor. Upaya ini dilakukan untuk menahan agar tidak terjadi penurunan tanah. Banjir, membungkus pasir

Para pihak yang menghadap kepada Notaris menyatakan setuju dan semufakat akan melakukan perjanjian pengakuan pengangkatan anak yang akan dituangkan ke dalam sebuah akta

Pendidikan merupakan variabel yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau negara, terlebih lagi hal tersebut dapat dilihat

Pemilihan latent semantic analysis sebagai metode dalam melakukan ringkasan dokumen dikarenakan tidak dibutuhkannya data training untuk menentukan kalimat penting dalam

Rumah Sakit merupakan organisasi yang padat karya dan padat modal, sehingga dalam pengelolaannya harus efektif dan efisien.Salah satu yang harus dikelolah dengan baik

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi observasional analitik dengan rancangan Case Control Study. Penelitian ini dilakukan di RSU Bahteramas pada bulan