6 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Senam Lantai
a. Pengertian Senam Lantai
Menurut Margono bahwa “Senam lantai atau tumbling/ floor exercise adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari mengguling, melompat, meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang” (2009:79). Bentuk- bentuk latihan senam lantai juga merupakan gerakan dasar dari senam perkakas (alat). Pada dasarnya bentuk-bentuk latihan putra dan putri adalah sama, hanya untuk putri banyak di masuk unsur-unsur gerakan balet. Di dalam mempelajari/ berlatih senam, seseorang tidak bisa langsung belajar/
berlatih gerakan-gerakan yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi. Untuk itu belajar dan berlatih senam harus diawali dari dasar atau tingkat yang mudah, baru kemudian semakin meningkat ke arah gerakan yang sukar (tingkat kesulitan tinggi).
b. Macam-macam Gerakan Senam Lantai
Macam-macam gerakan senam lantai ada 5 (lima), yaitu: 1) mengguling, 2) keseimbangan, 3) melenting, 4) meroda atau gerakan baling- baling, dan 5) Round off (Margono, 2009:80). Berikut dijelaskan masing- masing gerakan senam lantai:
1) Mengguling
Seperti halnya sebuah bola, ketika berada di atas lantai dengan dorongan yang pelan saja sudah dapat mengguling beberapa kali, karena bentuknya bulat. Maka untuk dapat mengguling dengan mudah, bentuk harus bulat, di sini badan harus berbentuk seperti bola bulat. Untuk membentuk badan menjadi bulat seperti bola, dibutuhkan beberapa macam latihan yang biasanya latihan-latihan tersebut masuk dalam latihan pemanasan atau latihan pendahuluan.
2) Keseimbangan
Keseimbangan sangat penting untuk menentukan kesuksesan gerakan dalam senam lantai. Suyati (1992) berpendapat, “Latihan keseimbangan adalah latihan untuk pemeliharaan keseimbangan tubuh lebih sulit commit to user
daripada sikap berdiri biasa” (hlm. 163). Macam gerakan keseimbangan dalam senam lantai seperti: sikap lilin, posisi T/ kapal terbang, berdiri tegak, split, da berdiri tangan.
3) Melenting
Melenting atau spring merupakan jenis senam lantai ketangkasan.
Latihan dalam melenting meliputi: melenting tengkuk, melenting kepala, melenting tangan (melenting ke depan), dan meroda (melenting kesamping).
4) Meroda atau Gerakan Baling-baling
Mengenai meroda atau gerakan bolang-baling, Suyati berpendapat,
“Meroda atau gerakan baling-baling adalah suatu gerakan ke samping pada satu saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka besar/
kangkang” (1992:154). Gerakan meroda atau gerakan baling-baling menirukan gerak roda yang berputar.
5) Round Off
Menurut Margono bahwa, “Round off adalah suatu satuan gerakan yang terdiri dari melakukan hand stand dengan berputar pada sumbu tegak dan menolak dengan kedua tangan tumpuan pada saat kedua kaki akan mendarat di lantai” (2009:89).
c. Guling Belakang dalam Senam Lantai
1) Macam Gerakan Guling Belakang dalam Senam Lantai
Guling belakang dalam senam lantai ada 2, yaitu: 1) guling belakang tungkai bengkok, dan 2) guling belakang tungkai lurus (Margono, 2009:81).
a) Guling Belakang Tungkai Bengkok
Gerakan guling belakang tungkai bengkok sebagai berikut:
(1) Sikap permulaan jongkok membelakangi matras, kedua lengan lurus kedepan.
(2) Jatuhkan badan ke belakang, tarik dagu ke dada, bengkokkan lengan, telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari dekat pada telinga.
(3) Mengguling ke belakang mendarat pada matras mulai dari pantat, punggung, tengkuk, kepala bagian belakang, tangan menumpu pada matras di samping kepala, kaki tetap bengkok mengikuti gerakan badan pada saat mengguling.
commit to user
(4) Tolakan tangan sampai lengan lurus pada saat pantat melewati titik tertinggi pada waktu menggulingke belakang, mendarat pada kaki, tangan lepas dari matras, pandangan lurus ke depan.
Gambar 2.1. Gerakan Guling Belakang Tungkai Bengkok ( Suyati, dkk, 1994: 133 )
b) Guling Belakang Tungkai Lurus
Gerakan guling belakang tungkai lurus sebagai berikut:
(1) Sikap permulaan tegak membelakangi matras, tangan di samping paha.
(2) Dorong pantat ke belakang, bungkukkan badan lengan lurus ke depan, dagu dekat pada dada, tungkai tetap lurus.
(3) Jatuhkan pantat pada matras, tungkai tetap lurus diteruskan dengan gerakan mengguling ke belakang, tangan menumpu pada matras di samping kepala, kaki diayun ke belakang terus ke bawah untuk menumpu pada matras serempak tangan menolak kembali sikap tegak.
commit to user
Gambar 2.2. Gerakan Guling Belakang Tungkai Bengkok ( Suyati, dkk, 1994: 134 )
d. Rangkaian Senam Lantai
Menurut Margono (2009: 93) dibedakan antara putra dan putri dijelaskan sebagai berikut:
1) Untuk Putera
Rangkaiannya harus merupakan suatu keseluruhan gerak yang harmonis dan ritmis. Latihannya harus mengandung unsur-unsur keseimbangan, sikap bertahan (hold static positional) kekuatan, lompatan, lentingan (spring), dan salto. Semua bagian dari arena lantai dengan segala arah/
jurusan harus dipergunakan. Bermacam-macam gerak tersebut harus sesuai dengan pribadi dan penyertaan jiwa pesenam. Semua gerak dari bagian lengan, tumbuh tungkai tangan, kaki, dan kepala harus dilakukan dengan cara yang tepat menurut kaidah senam.
Mengulangi unsur-unsur hingga menjemukan harus dihindari, pergantian latihan, dan sikap-sikap yang terlalu sederhana (simple), langkah awalan yang berlebihan juga harus dicegah. Lama latihan paling cepat 50 detik, paling lama 70 detik dan harus dilakukan di atas lantai tidak lebih dari 12 x 12 meter.
2) Untuk Puteri
Latihan dengan nilai-nilai teknis harus sesuai dengan tingkat kesukaran, bentuk tubuh, dan pernyataan jiwa pesona. Rangkaian harus original, menyatakan keindahan, keluwesan, dan dinamika pesenam.
Pelaksanaan gerak akrobatis, putaran dan latihan keseimbanganharus pasti, luwes, memegang, dan refleks. Musik yang mengiringi harus ada hubungannya dengan gerakan, menunjang kesempurnaan, dan kepribadian pesenam. Lama latihan 60 detik, paling lama 90 detik.
commit to user
e. Gerakan Latihan Guling Belakang dalam Senam Lantai Latihan pemanasan guling belakang terdiri dari:
1) Sikap Permulaan: kangkang kedua tangan rapat di samping badan.
- Gerakan: hitungan: 1-2 Putar kedua lengan ke depan 2 kali.
3-4 Bungkukkan badan ke depan 2 kali, kedua telapak tangan menyentuh lantai, kepala tunduk melihat ke belakang lewat sela-sela kaki.
5-6 Putar kedua lengan ke belakang 2 kali.
7-8 Rebahkan badan ke belakang, perut membusur, kedua tangan ke atas belakang, pandangan ke arah tangan.
(diulang 2 kali).
Tujuan : mengulur otot punggung, tengkuk, memperluas sendi bahu, mengulur otot perut, dan leher depan.
2) Sikap permulaan: kangkang kedua lengan rentang ke samping lurus.
Gerakan: hitungan: 1-2 Badan diputar ke kiri 2 kali, pandangan ke arah tangan yang di belakang.
3-4 Badan diputar ke kanan 2 kali, pandangan ke arah tangan yang di belakang.
Tujuan : mengulur otot punggung samping, mengulur otot leher samping.
3) Sikap permulaan: jongkok, kedua tangan memegang pergelangan kaki.
Gerakan: hitungan: 1-2 Luruskan lutut, tangan tetap.
3-4 Kembali jongkok.
5-8 Sama (gerakan diulang 2 x 8) 4) Sikap permulaan: duduk, kedua tangan lurus ke atas.
Gerakan: hitungan: 1-2 Cium lutut.
3-4 Terlentang, angkat kedua kaki letakkan di atas kepala.
5-8 Sama (gerakan diulang 2 x 8) commit to user
5) Sikap permulaan: jongkok, kedua tangan memeluk lutut, pandangan ke arah perut, tumit menempel pantat.
Gerakan: hitungan: 1 Gerakan ke belakang kembali ke depan.
2-3 Sama dengan hitungan 1.
4 Setelah digerakkan ke belakang kembali jongkok.
Gerakan diulang 2 x 8.
6) Sikap permulaan: merangkak.
Gerakan: Dengan perlahan-lahan kedua kaki maju dekat tapak tangan sampai dapat berdiri tegak.
Gerakan perlahan-lahan kedua tangan ke belakang dekat kedua kaki sampai dapat berdiri tegak.
Gerakan diulang 2 kali.
Sedangkan latihan inti terdiri dari:
1) Latihan 1
Sikap permulaan: Tidur terlentang, kedua tangan di samping badan.
Gerakan : Angkat kedua kaki, lurus, rapat, sehingga mengenai lantai di atas kepala. Latihan ini dilakukan berulang – ulang. Bila kedua kaki sukar mengenai lantai di atas kepala, anda dapat menggunakan kedua tangan memegang bagian belakang lutut dan menekan kedua kaki berulang – ulang sampai dapat mengenai lantai. Ujung kaki makin dekat dengan kepala, makin baik.
Tujuan : Penguluran otot punggung dan penguatan otot perut.
Kesalahan umum: Lutut kedua kaki tidak lurus.
2) Latihan 2
Sikap permulaan : Duduk berlunjur.
Gerakan: Cium lutut, sentuhkan kedua ujung jari tangan pada ujung jari kaki. Kemudian rebahkan badan ke belakang bersama – sama dengan kedua kaki sampai menyentuh lantai di atas commit to user
kepala. Kedua tangan siku ditekuk ke atas, kedua telapak tangan menumpu di atas bahu di samping kepala, jari – jari tangan ke arah bahu, pandangan ke arah perut. Latihan ini diulang – ulang.
Tujuan : Membiasakan menempatkan kedua telapak tangan dengan benar.
Kesalahan umum:
Siku tidak ke arah atas, tetapi serong keluar.
3) Latihan 3
Sikap permulaan : Duduk cium lutut, kedua tangan lurus menyentuh ujung kaki.
Gerakan : Seperti gerakan latihan 2, tetapi setelah ujung kaki menyentuh lantai di atas kepala segera lutut ditekuk bersama – sama dengan kedua telapak tangan menolak / menekan matras, sikap akhir jongkok.
Tujuan : Melatih dua gerakan menekuk lutut dan menolak tangan dengan tepat.
Kesalahan Umum : Lutut tergesa – gesa ditekuk sebelum ujung kaki menyentuh lantai. Kedua kaki tidak dikenakan lantai di atas kepala, tetapi di angkat ke atas.
Tolakan tangan terlambat / tangan tidak menolak.
4) Latihan 4
Sikap permulaan : Jongkok, kedua tangan siap di samping telinga.
Gerakan : Jatuhkan badan ke belakang, pandangan ke arah perut, kedua telapak tangan menumpu di atas bahu.
Bersamaan dengan kedua kaki menyentuh lantai di atas kepala, kedua telapak tangan menolak sampai dapat kembali jongkok.
Tujuan : Berguling ke belakang jongkok.
Kesalahan umum: commit to user
- Tolakan kedua tangan tidak sama, sehingga jatuh mendarat miring.
- Ayunan kaki kurang kuat, sehingga ujung kaki tidak mengenai lantai di atas kepala, beban tangan terlalu berat
- Pada waktu tangan menolak, kedua kaki diangkat, sehingga jatuh tengkurap.
f. Pertolongan/ Bantuan dalam Guling Belakang
Selanjutnya perlu diberikan cara menolong, walau sebenarnya langkah latihan-latihan bila dilakukan dengan benar tidak memerlukan lagi pertolongan. Pertolongan atau bantuan pada dasarnya diberikan pada:
1) Beberapa kali pelaksanaan di saat diperkenalkan bentuk latihan (mengguling/ roll) ini.
2) Anak-anak yang perlu mendapatkan bantuan disebabkan beberapa kekurangan pada anak sendiri misalnya: rasa takut/ malu, otot leher yang kurang kuat, kurang koordinasi, gerak yang lamban, bentuk badan terlalu gemuk, dsb.
Berikut bentuk pertolongan/ bantuan yang perlu dilakukan:
1) Bantuan pertama
Setelah anak melakukan mengguling, tengkuk sudah akan menumpu matras, segera panggul diangkat dibawa kea rah mengguling ke belakang.
2) Bantuan kedua – ketiga
Setelah anak meletakkan tungkai di lantai, segera menopang dan mendorong pinggang ke arah mengguling ke belakang dan membawanya ke arah guling.
commit to user
2. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan, yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani guna mendorong kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. Menurut Syarifuddin (1991),
“pendidikan jasmani adalah suati proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan” (hlm. 4). Selain itu Samsudin (2008) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan jasmani, kemampuan, keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan pancasila” (hlm. 2).
Merujuk pada pengertian pendidikan jasmani menurut ahli di atas, pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai- nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani dan kesehatan memberikan kesempatan siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai poengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah, dan terencana. Pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pendidikan jasmani, guru harus dapat mengajarkan berbagai commit to user
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi serta prasarana dan sarana olahraga.
b. Hakekat Pendidikan Jasmani
Menurut Syarifuddin (1991:6), di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Gerak bagi manusia sebagai aktivitas jasmani merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting, yaitu sebagai dasar manusia untuk belajar, baik untuk belajar mengenal alam sekitar dalam usaha memperoleh berbagai pengalaman dan keterampilan, nilai dan sikap, maupun untuk belajar mengenal dirinya sendiri sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam usaha penyesuaian dan mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, apabila program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di Sekolah Dasar dapat terorganisasi dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan murid-murid di SD.
Wujud dari pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah berpangkal pada gerak murid, yang menampakkan dirinya keluar terutama dalam bentuk-bentuk aktivitas jasmaninya. Namun, bukanlah semata-mata hanya berfungsi untuk merangsang dan mengembangkan organ-organ tubuh serta fungsinya saja, melainkan juga demi pembentukan dan pengembangan kepribadian dalam kehidupannya. Oleh sebab itu, apabila program pendidikan jasmani yang diterapkan di SD dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dengan diarahkan, dibimbing, dan dikembangkan secara wajar sesuai dengan kemampuan siswa SD akan dapat bermanfaat dalam pandidikan. Dengan demikian, pendidikan jasmani turut mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan.
commit to user
c. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani menurut Samsudin (2008: 3), yaitu:
1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam penjasorkes.
2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran penjasorkes.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education).
6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.
7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa pendidikan jasmani sekolah bukan semata-mata di tekankan pada pencapaian kesegaran fisik, pengembangan keterampilan, kemampuan motorik saja namun juga mengembangkan mental dan psikologis siswa, seperti : sikap fair play, semangat, dan jiwa sportifitas dalam kegiatan apapun. Pendidikan jasmani juga memberikan pemahaman sejak dini tentang perencanaan progam kesegaran, perilaku hidup sehat yang pada gilirannya akan mampu berpartisipasi aktif dalam segala aktifitas. Untuk itu pendidikan jasmani di sekolah-sekolah diharapkan mampu mengembangkan aspek afekitf, kognitif, dan psikomotor secara bersamaan.
1) Pengembangan Aspek Afektif
Belajar bersikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek, berdasarkan penilaian terhadap objek itu
commit to user
sebagai hal yang berguna atau tidak berguna, yang kemudian di tunjukan dengan tanggung jawab atas sesuatu hal yang di pilihnya.
Strategi pengembangan afektif yang sudah digunakan dalam program pendidikan jasmani selama ini baru terbatas pada upaya membangkitkan sikap dan minat siswa terhadap pendidikan jasmani.
Pembelajaran domain afektif dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian, memelihara konsentrasi, menimbulkan dan menjaga motivasi, mengelola kecemasan, mempelajari etika sarat perilaku sosial. Selera, kepercayaan, sikap, dan idealisme seseorang akan mempengaruhi cara ia berperilaku.
2) Pengembangan Aspek Psikomotor a) Keterampilan Gerak
Tugas ajar anak menguasai keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga merupakan tanggung jawab utama dari guru pendidikan jasmani. Tetapi tidak seperti yang di pahami oleh banyak guru pendidikan jasmani selama ini, tujuan utama dalam mengajarkan keterampilan gerak tersebut adalah pengembangan keterampilan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta membantu dirinya bertindak efektif, dan efisien dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya;
bukan untuk mempersiapkan atlet yang berprestasi. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani yang berhubungan dengan kebugaran jasmani yaitu individu, sebagai anggota keluarga serta sebagai anggota masyarakat.
Untuk dapat menentukan cara dan materi apa yang tepat untuk membuat anak meningkat keterampilannya, guru harus mengetahui keterampilan dan ciri dari keterampilan. Keterampilan Menurut Samsudin adalah “sebuah kecakapan atau tingkat penguasaan terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator kualitas utama yaitu efektif, efisien, dan adaptable “ (2008: 22).
Kualitas efektifitas adalah merupakan hasil dari tindakan yang berorientasi pada tujuan atau sasaran tertentu. Sebuah senam lantai commit to user
guling belakang tungkai bengkok, misalnya, dianggap efektif jika dapat melakukan gerakan guling belakang dengan keadaan tungkai berbentuk bengkok. Dengan kata lain, seluruh keterampilan gerak bisa di anggap efektif jika mampu di selesaikan sesuai dengan tujuannya.
Kualitas efisiensi menggambarkan penampilan atau geraknya itu sendiri. Suatu penampilan dilakukan secara efisien jika aksinya itu secara mekanika dianggap benar dalam situasi tertentu. Kualitas adaptasi menggambarkan kemampuan individu dalam menyesuaikan penampilan pada kondisi sekitarnya. Hal ini menunjuk pada keadaan lingkungan yang selalu berubah-ubah, sehingga ketika sebuah keterampilan di lakukan pada keadaan yang berbeda, individu perlu melakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan. Kualitas adaptasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keterampilan, karena perubahan dalam hal kondisi ketika keterampilan dilangsungkan bisa terjadi terus meneurus, terutama dalam cabang olahraga senam lantai, khususnya guling belakang tungkai bengkok.
b) Kebugaran Jasmani
Tujuan pembelajaran dalam ranah psikomotor yang harus di kembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa. Program pendidikan jasmnai harus di padukan dengan program kebugaran jasmani.
Menurut Samsudin (2008: 23), beberapa masalah yang harus di pecahkan oleh guru dalam kaitannya dengan pemberian program kebugaran jasmani yaitu:
(1) Waktu yang disediakan disekolah tidak memadai untuk mengembangkan kebugaran siswa, apalagi mempertahankannya, jika dilihat dari persyaratan intensitas, frekuensi dan durasi latihan.
(2) Pertambahan kualitas kebugaran yang dicapai berumur sangat pendek, mudah hilang atau menurun kembali, kecuali jika tingkat intensitas dan frekuensi latihan tetap dipertahankan.
(3) Program pengembangan kebugaran jasmani yang disediakan guru pun biasanya bersifat monoton, tidak bervariasi, tidak ada kriteria yang jelas, dan yang lebih parah adalah tidak mudah bagi guru commit to user
untuk mendokumentasikan kemajuan yang dicapai oleh masing- masing siswa.
(4) Secara tidak disadari, guru pun biasanya mengabaikan penanaman kesadaran siswa yang didasarkan pemahaman secara kognitif dan afektif terhadap program kebugaran jasmani.
Melihat permasalahan diatas, bahwa tanpa melihat keterbatasan waktu yang tersedia, program pendidikan jasmani yang berkaitan dengan kebugaran harus meliputi ranah tujuan pembelajaran, yaitu siswa harus menjadi bugar, mampu mempertahankan tingkat kebugarannya, mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan kebugaran, dan yang paling penting dari kesemuanya adalah menghargai nilai-nilai kebugaran dalam seluruh hidupnya.
3) Pengembangan Aspek Kognitif
Pendidikan jasmani yang tradisional banyak menekankan pengajarannya pada peningkatan keterampilan gerak. Padahal, “salah satu tugas dari pendidikan jasmani adalah meningkatkan pengertian anak tentang tubuh dan kemungkinan geraknya, serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Itu dari segi konsep gerak” (Samsudin, 2008: 25).
Lebih lanjut Samsudin menjelaskan dari “konsep kebugaran anak yang di harapkan memiliki pengertian tentang pengaruh latihan atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka untuk menjalani hidup yang aktif” (2008: 25).
Pelaksanaan pembelajaran aspek kognitif dalam pendidikan jasmani tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas dengan menghafal fakta-fakta tentang teknik dasar dan ukuran lapangan. Akan tetapi, kesemuanya dapat di laksanakan di dalam praktik pendidikan jasmani, di integrasikan dengan pembelajaran keterampilan gerak. Isi atau materi aspek kognitif dalam pendidikan jasmani bukan hanya berkaitan dengan apa dan bagaimana tentang fenomena gerak, tetapi meliputi aspek mengapa hal itu bisa terjadi termasuk faktor apa yang berpengaruh. Berkaitan dengan pengetahuan yang lengkap tersebut guru dapat mengajarkannya langsung di lapangan ketika anak sedang mengalami gerak. Karena dengan commit to user
pengetahuan yang dipelajari melalui pengalaman langsung yang relevan akan bertahan lebih lama daripada hanya melaui mendengar atau membaca. Lebih dari itu, pembelajaran akan lebih cepat terjadi ketika siswa mengerti prinsip-prinsip yang terlibat dalam pelaksanaan keterampilan.
a) Konsep Gerak
Pengajaran konsep akan membantu siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan, terutama dengan memilih isi atau materi yang dapat di transfer pada situasi-situasi lain yang identik. Misalnya jika anak sudah menguasai konsep gerak tentang bagaimana menerima data dalam situasi, maka mereka akan mampu menerapkan konsep itu pada situasi lain seperti saat melakukan sikap awalan gerakan guling depan tungkai bengkok.
Kemampuan mentransfer tersebut adalah faktor yang sangat penting baik dalam pembelajaran mandiri maupun pemecahan masalah. Istilah konsep gerak menunjuk pada gagasan-gagasan kognitif yang memiliki nilai transfer. Menurut Samsudin bahwa “ konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau nama suatu kelompok respons gerak, seperti menangkap, melempar, atau perpindahan tempat, yang hanya sebuah nama dari keterampilan gerak yang bisa di gunakan dalam berbagai situasi” (2008: 27). Lebih lanjut Samsudin menjelaskan terdapat enam kategori konsep gerak yang berguna dalam pendidikan jasmani yang harus tercakup dalam pengajaran konsep yaitu; a) rangkaian aksi, b) kualitas gerak, c) prinsip gerak, d) strategi gerak, e) pengaruh gerak, f) emosi gerak (2008: 27).
Rangkaian aksi merupakan kategori atau penjenisan gerakan secara luas yang mencakup respons khusus yang beragam. Kuliatas gerak merupakan kelompok respons yang mengandung kualitas tertentu dilihat dari berbagai aspek, seperi aspek ruang, aspek usaha, aspek keterhubungan. Prinsip gerak adalah pengelompokkan konsep secara commit to user
meluas yang mamasukkan prinsip-prinsip yang mengatur efisiensi dan efektifitas gerak. Strategi gerak adalah konsep yang berhubungan dengan bagaimana gerakan di gunakan dalam kaitannya dengan benda atau orang lain. Pengaruh gerak merupakan konsep yang dikaitkan dengan pengaruh pengalaman gerak pada pelaku. Sedangkan emosi gerak merupakan pengelompokkan khusus dari konsep yang berfokus secara khusus pada wilayah efektif dari perkembangan manusia.
3. Model Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Dalam kamus umum bahasa indonesia secara etismologis belajar memiliki arti “Berusaha supaya mendapat suatu kepandaian” definisi ini memeliki arti atau pengertian bahwa : “Belajar adalah sebuah kegiatan dalam rangka mencapai kepandaian atau mencari ilmu. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu serta memiliki pengetahuan yang luas dan menjadikan manfaat bagi dirinya dan orang lain”. Sedangkan Arsyad (2004) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya dan proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara seseorang dengan lingkungannya” (hlm. 1). Belajar harusnya memiliki tiga tujuan, yaitu (1) mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi – materi pelajaran spesifik; (2) mengembangkan kemampuan konseptual umum, sehingga mampu belajar menerapkan konsep yang sama atau berkaitan dengan bidang-bidang yang lain yang berberda; (3) mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan (Hidayatullah, 2009 : 147).
Selanjutnya Kristiyanto (2010:68) dalam hukum kesiapan belajar (law of readines) telah amat jelas ditekankan bahwa belajar termasuk berlatih di dalamnya. Akan berlangsung sangat efektif jika siswa/ seseorang telah siap untuk memberikan respon. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan untuk adaptasi terhadap stimulus dan juga kesiapan dari sisi kematangan fisik-biologis-antropometik anak. commit to user
Dengan demikian, perlu dipahami bahwa belajar perlu dilakukan oleh semua orang baik anak-anak maupun orang dewasa. Belajar dapat dilaksanakan atau terjadi di mana saja dan kapan saja. Slah satu bukti bahwa seseorang telah melakukan proses belajar apabila terjadi proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang itu, yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar itu akan lebih baik apabila subyek belajar megalami atau melakukannya sendiri, jadi tidak bersifat verbalistik.
Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya, guru sebagai katalisator atau penghubung materi pelajaran dan berusaha memotivasi siswa untuk senang dalam belajar.
Sedangkan pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan belajar walaupun mempuyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan meguasai isi pembelajaran, sehingga siswa mampu mencapai suatu objektif atau tujuan yang ditentukan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi, meningkatakan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik yang bisa terjadi karena proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar. Maka kegiatan pembelajaran berkaiatan erat dengan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.
commit to user
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu: 1) motivasi belajar, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, dan 5) kondisi subyek belajar (Gino, dkk, 1998:36). Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seorang siswa tidak dapat melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tesebut untuk termotivasi melakukan tugas ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu mendapatkan rangsangan agar memiliki motivasi pada dirinya sendiri. Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat menantang agar
commit to user
menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk menemukan atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat-alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa.
Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar sangat penting dan akan berpenggaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa.
Di samping itu juga, adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
Suasana belajar mengajar akan berlangsung dengan baik dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi juga memiliki kesamaan yaitu, memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Dengan kondisi siswa yang demikian akan berpengaruh pada partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dan sebagai pembimbing.
c. Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran mempunyai kaitan erat yang terjadi antara guru dan siswa dan tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subjek. Kegiatan pembelajaran di lakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, commit to user
sementara kegiatan belajar adalah kegiatan yang di lakukan oleh siswa, dengan melalui kegiatan itu siswa akan mengalami perubahan pada perilakunya. “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang” (Gino, dkk, 1998 : 51).
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa.
Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”
(2006: 42).
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus di terapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip- prinsip pembelajaran tersebut di uraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi Belajar
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Gino dkk menyatakan,
“Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar.
Belajar dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang di pelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan” (1998 : 52).
Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Apabila pelajaran yang di terima siswa di rasakan sebagai kebutuhan, maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk commit to user
mempelajarinya. Sedangkan yang di maksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono adalah, “Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang” (2006: 42). Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Belajar yang di lakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa di tuntut untuk atif secara fisik, intelektual dan emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar. Hal ini sesuai pendapat Gino dkk. bahwa,
“Dari semua unsur belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar” (1998 : 52).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang di pelajari siswa. Macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities” (Gino dkk, 1998 : 52).
Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam ke aktifan motoris terkandung ke aktifan mental dan di sertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat di lakukan bermacam-macam ke aktifan.
3) Keterlibatan Langsung Siswa
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Dapat di katakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab pengalaman-pengalaman yang di peroleh itulah yang menentukan kualitas perubahan tingkah laku siswa. commit to user
Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar adalah hasil dari pengalaman yang di peroleh sendiri, bukan pengalaman yang di dapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang di peroleh dan kondisi serta kemampuan setiap siswa.
4) Pengulangan Belajar
Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan akan dikuasai dengan baik. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti”. Dari pernyataan inilah pengulangan masih di perlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan Suharno berpendapat, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak- banyaknya secara kontinyu” (1993 : 22). Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka gerakan keterampilan dapat di kuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan yang di kuasai dengan baik, maka gerakan yang di lakukan lebih efektif dan efisien.
5) Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat Gino dkk bahwa, (1998) “Materi yang di pelajari oleh siswa harus mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak masalah-masalah yang merangsang
commit to user
untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang di hadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan” hlm. 54).
Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting. Dengan adanya tantangan yang harus di hadapi atau di pecahkan siswa dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang di pelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar yang optimal.
6) Balikan dan Penguatan
Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang baik, di beri balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
7) Perbedaan Individu
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang di terapkan, di rencanakan dan di laksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masing-masing siswa.
commit to user
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
d. Metode Pembelajaran
“Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur” (Ahmadi, 1997:52).
Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
Penentuan dan pemilihan metode dalam proses belajar mengajar guru harus selalu mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang dihadapi. Metode-metode yang digunakan pun harus bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa.
Namun, metode yang bervariasi ini tidak akan menguntungkan apabila tidak sesuai dengan kondisi siswa. Banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengajar yaitu: 1) ceramah, 2) tanya jawab, 3) diskusi, 4) demonstrasi, 5) eksperimen, 6) latihan/ drill, 7) pemberian tugas, 8) karyawisata, dan 9) sosiodrama.
Selanjutnya macam-macam metode pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
2) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama tejadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab atau siswa bertanya dan guru menjawab. commit to user
3) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.
4) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu.
5) Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami atau membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
6) Metode Latihan (Drill)
Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
7) Metode Pemberian Tugas
Merupakan metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
8) Metode Karyawisata
Melalui metode ini siswa diajak untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati telah direncanakan terlebih dahulu, dan setelah kegiatan selesai siswa diminta untuk membuat laporan.
9) Metode Sosiodrama
Metode yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam
commit to user
pelaksanaannya siswa diberi peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut serta mendiskusikannya di kelas.
4. Media Pembelajaran Audio Visual a. Pengertian Media Audio Visual
Media adalah alat yang membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan – tujuan instruksional dalam ruang lingkup materi pengajaran tertentu ( Oemar Hamalik, 1989: 127 ). Selain itu juga dijelaskan oleh Sri Anitah ( 2008) bahwa, “ media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap “(hlm.2). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa media pembelajaran merupakan alat dan sumber informasi yang membawakan pesan untuk tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini media audio visual merupakan penggabungan antara penggunaan media audio dan media visual. Secara umum, media audio yaitu media yang hanya dapat didengar, sedangkan media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat. Dengan kata lain melalui media audio visual seseorang tidak hanya dapat mendengar atau melihat saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengarkan sesuatu yang divisualisasikan.
b. Macam-macam Media Audio Visual
Macam-macam media audio visual yaitu: 1) film gerak bersuara, 2) video, 3) televisi, 4) media televisi terbuka, 5) media televisi siaran terbatas, 6) multimedia, dan 7) computer (http//: hadirukiyah.blogspot.com).
Selanjutnya macam-macam media audio visual dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Film Gerak Bersuara
Film adalah alat yang ampuh untuk menyampaikan suatu maksud kepada masyarakat dan juga anak yang lebih banyak menggunakan aspek emosinya di banding aspek rasionalitasnya. Besarnya kegunaan media ini dapat pula dirasakan dalam dunia pendidikan. Munadi menekankan bahwa melalui media yang terlibat, dia menyimpulkan bahwa film adalah alat komonikasi yang dapat membantu proses pembelajaran efektif. commit to user
Karena apa yang terpandang mata dan terdengar oleh telinga, lebih cepat dan lebih mudah di ingat dari pada apa yang dapat dibaca saja atau hanya di dengar saja.
2) Video
Video maupun media film memiliki banyak kemiripan dalam segi karakteristiknya dan kelemahannya. Yakni mengatasi keterbatasan jarak dan waktu dan sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
Kelemahannya adalah sama-sama menekankan pentingnya materi dari prses pengembangan materi tersebut.
Dalam upaya pemanfaatan video dalam proses pembelajaran, hendaknya kita memperhatikan beberapa hal berikut :
a) Program video harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu contohnya adalah apakah media video untuk tujuan kognitif dapat diguakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.
b) Guru harus mengenal program video yang ada dan memahami manfaatnya bagi pelajaran.
c) Sesudah program video di putar, harus diadakan diskusi agar siswa memahami bagaimana mencari pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan.
d) Perlu diadakan tes agar mampu mengukur berapa banyak informasi yang mereka tangkap dari program video tersebut.
3) Televisi
Televisi adalah media yang berupa sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan di dengar secara bersama. Selain itu, televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai dengan komentar dari penyiarnya.
commit to user
4) Media Televisi Terbuka
Media televisi terbuka adalah media audio visual gerak yang penyampaian pesannya melalui pancaran gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tadi diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.
5) Media Televisi Siaran Terbatas (TVST)
TVST atau CCTV adalah media audio visual gerak yang penyampaian pesannya didistribusikan melalui kabel (bukan TV kabel). Dengan perkata lain, kamera televisi mengambil suatu objek di studio, misalnya guru yang sedang mengajar, kemudian hasil pengambilan tadi didistribusikan melalui kabel - kabel ke pesawat televisi yang ada di ruangan - ruangan kelas.
Kelebihan televisi siaran terbatas ini dibandingkan dengan televisi terbuka diantaranya adalah komunikasi dapat dilakukan secara dua arah (hubungan antara studio dan kelas dilakukan melalui intercom), kebutuhan pembelajaran dapat lebih diperhatikan dan terkontrol.
Sedangkan kelemahannya adalah jangkauannya ralatif terbatas.
6) Multimedia
Pembelajaran dengan menggunakan multimedia untuk meningkatkan prestasi belajar pembelajar, namun bukan berarti dalam prakteknya tidak ada hambatan. Hambatan utama adalah disebabkan adanya kesalahan konsep yang terjasi ketika kelompok ahli menerangkan kembali ke kelompok asal. Kesalahan terutama terjadi pada materi pembelajaran yang bersifat abstrak.
Disamping itu, waktu yang diperlukan untuk proses pembelajaran menjadi relatif lebih lama. Seringkali waktu pembelajaran habis sebelum cakupan materi terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif untuk menyempurnakan pendekatan pembelajaran ini.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran, CD interaktif yang berisikan materi-materi
commit to user
pembelejaran dianggap cukup memadai untuk menyelesaikan persoalan- persoalan yang muncul pada proses pembelajaran.
Keuntungan pembelajaran interaktif berbasis multimedia antara lain : a) Media dapat membuat materi pembelajaran yang abstrak menjadi
lebih konkrit/ nyata, sehingga mudah diterima pembelajar.
b) Media dapat mengatasi kendala ruang dan waktu pembelajar yang belum memahami materi dapat mengulang materi tersebut di rumah sama persis dengan yang dibahas dalam kelompok.
c) Informasi pembelajar yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan yang mendalam pada diri pembelajar.
d) Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang berbagai macam perkembangan kecerdasan.
e) Dapat menyeragamkan materi pembelajaran dan mengurangi resiko kesalahan konsep.
7) Komputer
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh pembelajar. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya.
Saat teknologi komputer tidak lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengilahan kata (word prosessor) tetapi juga sebagai sarana belajar multi media yang memungkinkan peserta didik membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan. Sajian multimedia berbasis komputer dapat diartikan sebagai teknologi yang mengiptomalkan peran komputer sebagai sarana untuk menampilkan dan merekayasa teks, grafik, dan suara dalam sebuah tampilan yang terintegrasi. Dengan tampilan yang dapat mengkombinasikan berbagai unsur penyampaian informasi dan pesan, komputer dapat dirancang dan commit to user
digunakan sebagai media pembelajaran efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu.
Misalnya, penggunaan simulator kopkit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi resiko jatuh.
c. Karakteristik Media Audio Visual
Menurut Ronald Anderson (1994:103-105) bahwa dalam media video/ audio visual terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media video/ audio visual antara lain:
1) Dapat digunakan untuk klasikal atau individual 2) Dapat digunakaan seketika
3) Digunakan secara berulang
4) Dapat menyajiakn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas 5) Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya
6) Dapat menyajikan obyek secara detail 7) Tidak memerlukan ruang gelap 8) Dapat di perlambat dan di percepat 9) Menyajikan gambar dan suara
Sedangkan kelemahan media video/ audio visual antara lain:
1) Sukar untuk dapat direvisi 2) Relatif mahal
3) Memerlukan keahlian khusus
commit to user
d. Tujuan Media Audio Visual dalam Pembelajaraan
Ronald Anderson (1994:102) mengemukakan tentang beberapa tujuan dari pembelajaraan menggunakan media video/ audio visual, antara lain:
Untuk tujuan kognitif :
1) Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan serasi.
2) Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun kurang ekominis.
3) Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang hukum-hukum dan prinsip – prinsip tertentu.
4) Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi siswa.
Untuk tujuan afektif :
1) Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan informasi dalam matra afektif.
2) Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.
Untuk tujuan psikomotorik :
1) Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh ketrampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dijelaskan, baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan yang ditampilkan.
2) Melalui video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi.
commit to user
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang dipelajari serta subyek pebelajar. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah pada metode atau cara guru menyampaikan materi pelajaran agar siswa mampu mempraktikkan materi tersebut. Seringkali materi yang diajarkan guru kurang dapat dipahami dan tertanam kuat di benak siswa. Khususnya pembelajaran guling belakang tungkai bengkok dalam senam lantai pada siswa SD. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru.
Guru bukanlah satu-satunnya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyelesaikan masalah dalam proses belajarnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, serta berdasarkan apa yang telah diamatinya dalam proses pembelajaran.
Penggunaan pendekatan yang nyata yang dapat diamati dan dirasakan langsung oleh siswa untuk mengetahui secara langsung apa yang harus dipraktikkan dalam pembelajaran merupakan wujud efektif penggunaan pendekatan pembelajaran. Pendekatan nyata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran media audio visual. Penggunaan modifikasi dalam pelaksanaan tindakan setiap siklusnya disesuaikan dengan topik materi yang sedang dipelajari. Secara lebih rinci jenis-jenis media tersebut dijabarkan dalam RPP setiap pertemuan.
commit to user
Secara garis besar kerangka berfikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Kondisi
awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru:
Kurang maksimal dalam
memanfaatkan media
pembelajaran yang ada.
Siswa:
1. Kurang termotivasi dalam belajar guling belakang tungkai bengkok senam lantai 2. Hasil belajar
pendidikan jasmani rendah.
Menerapkan pendekatan pembelajaran media audio visual.
Siswa lebih mudah memahami cara melakukan guling belakang tungkai bengkok dan meningkatkan penguasaan materi sehingga siswa mampu
mempraktikkannya.
Siklus 1: guru dan peneliti menyusun RPP yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan dasar guling belakang tungkai bengkok, melalui pembelajaran media audio visual dan menampilkan kembali kegiatan belajar siswa yang telah diambil.
Siklus II: upaya
perbaikan dari tindakan siklus I sehingga meningkatkan kemampuan dan keterampilan guling belakang tungkai bengkok senam lantai melalui pembelajaran media audio visual.
commit to user