• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ISTILAH DAN PENGERTIAN TINDAK PIDANA SERTA UNSUR TINDAK PIDANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH ISTILAH DAN PENGERTIAN TINDAK PIDANA SERTA UNSUR TINDAK PIDANA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ISTILAH DAN PENGERTIAN TINDAK PIDANA SERTA UNSUR TINDAK PIDANA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana yang diampu oleh Dr.

Rehnalemken Ginting, S.H., M.H.

Disusun oleh :

1. Hendiwinata (E0021191)

2. Ida Bagus Putu Surya Krisna Wardana (E0021195)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Angka kriminalitas atau kejahatan yang terjadi di Indonesia bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, atau bahkan warisan). Tingkah laku kriminal

dilakukan oleh siapapun tanpa memandang gender serta usia pada manusia. Tindak kejahatan atau kriminal bisa dilakukan secara sadar oleh para pelaku kejahatan, mengingat dalam arus globalisasi saat ini. Sehingga hal ini pula berdampak pada perilaku manusia, salah satunya tindakan kejahatan. Kasus kriminalitas atau yang sering disapa tindak kejahatan (crime rate) di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan, tercatat pada tahun 2020 jumlah kasus yang tercatat sebanyak 247.218 kejadian. Penurunan dengan skala 8,3% , menunjukkan bahwa pemerintah sudah cukup tanggap dengan kasus kriminalitas di Indonesia. Hal ini merupakan upaya negara melindungi masyarakatnya selaras dengan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ruang aktivitas manusia yang tidak bisa dibatasi dalam segala aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi menjadi akar penyebab terjadinya kejahatan. Tanpa dipungkiri kejadian selalu hadir dalam ruang yang tak ada batasnya di dalam kehidupan manusia, sehingga diperlukan upaya serius dalam penanganannya.Hal ini selaras dengan hal yang disampaikan oleh Moeliono dalam Dirdjosisworo , kejahatan merupakan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan sehingga tidak boleh dibiarkan terjadi. Menurut Andi Hamzah dalam sebuah perkara tindak pidana sejatinya korbanlah yang paling menderita. Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya, penulis bertujuan memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai Istilah dan Pengertian Tindak Pidana serta Unsur Tindak Pidana untuk memudahkan seluruh mahasiswa mengerti apa yang akan dikaji lebih lanjut dalam mata kuliah Hukum Pidana

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang hendak dijelaskan pada pembaca, yaitu:

1. Bagaimana arti sesungguhnya dari implementasi tindak pidana di Indonesia ?

2. Apa saja unsur-unsur yang dijelaskan dalam ruang lingkup tindak pidana di Indonesia

?

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Istilah serta Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berhubungan dengan masalah kriminalisasi ( criminal policy ) yang diartikan sebagai sebuah proses penetapan perbuatan orang yang semula bukan pelaku menjadi berstatus pelaku. Aturan mengenai tindak pidana tertuang dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memiliki isitilah Strafbaarfeit serta dalam hukum pidana mempergunakan istilah delik. Pakar asing hukum pidana menggunakan istilah tindak pidana atau perbuatan pidana, dengan istilah:

a. Strafbaar Feit definisi peristiwa pidana;

b. Strafbare Handlung hasil terjemahan oleh para sarjana Hukum Pidana Jerman yang memiliki arti perbuatan pidana

c. Criminal Act terjemahan dari istilah perbuatan kriminal

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Strafbaarfeit merupakan peristiwa yang dapat

dipidana atau perbuatan yang dapat dipidana. Selanjutnya menurut para ahli mengenai tindak pidana atau Strafbaarfeit, yaitu :

a. Pompe, menurutnya Strafbaarfeit merupakan suatu pelanggaran norma yang dilakukan secara sengaja atau tidaknya dilakukan oleh seorang pelaku. Sehingga penjatuhan hukuman merupakan suatu hal yang wajib dilakukan demi terpeliharanya tertib hukum dan mewujudkan nilai dari jaminan adanya kepentingan hukum.1 b. Van Hamel , menurutnya Strafbaarfeit merupakan sebuah kekuatan yang tertuang

dalam konstitusi yaitu undang-undang sehingga sebuah perbuatan yang melawan hukum patut dipidana.

c. Indiyanto Seno Adji, menurutnya Strafbaarfeit merupakan sebuah perbuatan yang bersifat melawan hukum dilakukan oleh seseorang dan diancam pidana dan seyogyanya perbuatan tersebut dipertanggungjawabkan.2

d. Moeljatno, menurutnya Strafbaarfeit merupakan sebuah perbuatan melawan hukum yang dilarang dan diancam dengan pidana sehingga barang siapa yang melanggar akan mendapatkan hukuman.3

Selaras dengan pandangan menurut S. R. Sianturi, menjelaskan unsur-unsur yang memenuhi seseorang dikatakan melakukan tindak pidana yaitu :

1. adanya subjek;

1 Erdianto Effendi. 2014. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar. Bandung

2 Indriyanto Seno Adji. 2002. Korupsi dan Hukum Pidana.Jakarta

3 S.R. Sianturi. 1998. Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya di Indonesia. PT.Ahaem. Jakarta

(4)

2. adanya unsur kesalahan;

3. perbuatan bersifat melawan hukum;

4. suatu tindakan yang dilarang oleh undang-undang/perundangan dan terhadap yang melanggarnya diancam pidana;

5. dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu.

Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi mendeskripsikan pengertian dari tindak pidana sebagai sebuah tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar keharusan) dan diancam dengan pidana oleh undang- undang serta bersifat melawan hukum dan mengandung unsur kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab Dengan demikian pemberian tindak pidana pun pada dasarnya cenderung melihat perilaku atau perbuatan yang dilakukan dan efektivitas dari perbuatan yang dilarang oleh undang- undang tersebut.

Namun menurut pendapat dari S.R Sianturi perlu diperhatikan bahwa unsur wederrechttelijk selalu harus dianggap sebagai disyaratkan di dalam setiap rumusan delik.

Apabila unsur wederrecttelijk tidak dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan menyebabkan hakim harus

memutuskan suatu ontslag van alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan hukum”

1.2 Unsur-Unsur Tindak Pidana

Setelah mengetahui dan memahami definisi serta pengertian dari tindak pidana itu sendiri, selanjutnya di dalam tindak pidana tersebut juga terdapat unsur-unsur tindak pidana. Pada hakikatnya, unsur tindak pidana setidaknya dapat dibedakan dari dua sudut pandang, yaitu (1) dari sudut pandang teoritis dan (2) dari sudut pandang Undang-undang. Arti dari sudut

pandang teoritis adalah berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin dari pada rumusannya. Sedangkan sudut Undang-undang artinya kenyataan tindak pidana tersebut dirumuskan menjadi tinda pidana tertentu dalam pasal-pasal perundang-undangan yang ada.

a. Unsur-unsur tindak pidana menurut beberapa sudut pandang teoritis

Menurut beberapa teori, unsur unsur tindak pidana dibagi menjadi beberapa macam.

Diantaranya:

1. Menurut Moeljatno

Unsur tindak pidana adalah perbuatan, dilarang oleh aturan hukum dan ancaman pidana bagi pelaku yang melanggarnya.

2. Menurut Jonkers

(5)

Unsur tindak pidana adalah perbuatan, melawan hukum, kesalahan yang dilakukan pelaku, dipertanggungjawabkan.

3. Menurut E.Y Kanter dan SR. Sianturi

Beliau menyusun unsur tindak pidana berdasarkan urutan berikut:

Ke-1 Subjek Ke-2 Kesalahan

Ke-3 Bersifat melawan hukum

Ke-4 Suatu tindakan yang dilarang dan diharuskan oleh UU/Per UU-an serta pelakunga diancam menggunakan sanksi pidana.

Ke-5 Waktu, tempat, dan keadaan.

4. Menurut Simons

Berdasarkan perumusan Simons mengenai tindak pidana, menunjukan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

i. Handeling, perbuatan manusia, dengan hendeling dimaksudkan tidak saja eendoen (perbuatan) tetapi juga “een natalen” atau “niet doen” (melalaikan atau tidak berbuat) ii. Perbuatan manusia itu harus melawan hukum (wederrechtelijk)

iii. Perbuatan itu diancam pidana (Strafbaarfeit Gesteld) oleh UU

iv.Harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar) v. Perbuatan itu harus terjadi karena kesalahan

b. Unsur rumusan tindak pidana dalam undang undang

Rumusan rumusan mengenai tindak pidana tertentu termuat dalam buku II KUHP dan pelanggarannya dalam buku III. Dalam setiap rumusannya, terdapat unsur yang selalu ada, yakni tingkah laku atau perbuatan. Akan tetapi, dalam pasal 335 KUHP terdapat pengecualian. Kemudian, terdapat beberapa unsur yang terkadang dicantumkan dan tidak dicantumkan. Seperti unsur kesalahan dan melawan hukum. Sedangkan unsur kemampuan bertanggung jawab sama sekali tidak pernah dicantumkan. Selain itu, unsur yang lain mengenai objek kejahatan atau perbuatan secara khusus untuk rumusan tertentu banyak dicantumkan.

Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, maka dapat diketahui adanya delapan unsur tindak pidana, yaitu:

1. Unsur tingkah laku 2. Unsur melawan hukum 3. Unsur kesalahan 4. Unsur akibat konsttutif

(6)

5. Unsur keadaan yang menyertai

6. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana 7. Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana 8. Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana.

(7)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Pemberian pidana pada seseorang memiliki landasan yang jelas dan hal ini berhubungan dengan masalah kriminalisasi ( criminal policy ) yang diartikan sebagai sebuah proses penetapan perbuatan orang yang semula bukan pelaku menjadi berstatus pelaku. Substansi yang mengarahkan seseorang menjadi seorang pelaku adalah tindakan yang dilakukannya melanggar apa yang telah diatur dalam peraturan perundang - undangan. Hal ini selaras dengan pernyataan Herbert L. Packer yang menjelaskan bahwa hukum pidana bergerak secara rasional, bersandar pada tiga konsep yakni pelanggaran, kesalahan dan pidana.

Sehingga ketiga konsep tersebut pula menjadi susbtansi dasar hukum pidana nasional di Indonesia. Selanjutnya aturan mengenai tindak pidana tertuang pula dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memiliki isitilah Strafbaarfeit serta dalam hukum pidana mempergunakan istilah delik. Hal ini juga ditegaskan pada unsur wederrechttelijk dalam pendapat S.R. Sianturi yang mesyaratkan dalam setiap rumusan delik, apabila unsur wederrecttelijk tidak dinyatakan secara tegas sebagai unsur dari delik, maka tidak terbuktinya unsur tersebut di dalam peradilan akan menyebabkan hakim harus memutuskan suatu ontslag van alle rechtsvervolging atau suatu “pembebasan dari segala tuntutan hukum”

Selanjutnya dari semua pendapat teoritis mengenai unsur-unsur tindak pidana, pada hakikatnya terdapat kesamaan dari tiap pendapat. Kesamaan tersebut telihat dari adanya unsur pembuat dan unsur perbuatan. Dari delapan unsur tindak pidana yang terdapat dalam rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP, terdapat dua unsur subjektif yang bersifat semua unsur yang mengenai batin atau melekat pada keadaan batin orangnya, yakni unsur kesalahan dan unsur melawan hukum. Dan selebihnya merupakan unsur objektif yang artinya semua unsur di luar keadaan batin manusia/si pembuat, yakni semua unsur mengenai perbuatannya, akibat perbuatan dan keadaan-keadaan tertentu yang melekat (sekitar) pada perbuatan dan objek tindak pidana. Pada hakikatnya, keseluruhan unsur di atas terbagi dari unsur pembuat dan unsur perbuatan. Sehingga unsur tindak pidana menurut teoritis dan menurut Undang-Undang tetap memiliki persamaan.

3.2 Saran

Mahasiswa sebagai agent of change pilar kemajuan suatu bangsa ada di tangan mereka. Peran mahasiswa hukum dalam kemajuan suatu bangsa pun memiliki relevansi yang jelas. Untuk itu dalam makalah yang disusun oleh penulis ini, semoga dapat menjadi landasan pondasi bagi seluruh mahasiswa hukum di penjuru Indonesia. Mempelajari kontraksi dari

(8)

pengertian tindak pidana serta unsur tindak pidana lebih lanjut dalam menciptakan sistem hukum yang selaras dengan tujuan hukum menurut konsep Ius Suum Cuique Tribuere pemberian keadilan kepada setiap orang yang menjadi haknya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi. 2003. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia. PT Prandya Paramita.

Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta S. R. Sianturi.2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan. Storia Grafika.

Cet. 3. Jakarta

Sudarto. 2018. Hukum Pidana Edisi Revisi. Yayasan Sudarto. Semarang

Suhariyono AR. 2009. Penentuan Sanksi Pidana Dalam Suatu Undang-Undang. https://e- jurnal.peraturan.go.id

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengacu pada tiga masalah pokok hukum pidana di atas, maka subjek tindak pidana merupakan pihak yang melakukan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana, sekaligus

Perbuatan pidana (tindak pidana) adalah “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia , (Bandung: Sinar Baru, 2000), hlm.. Menurut Simon, pengertian “Tindak Pidana” yaitu sejumlah aturan-aturan dan keharusan-keharusan

Pendapat Van Hammel mengenai tindak pidana , Delik adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak-hak orang lain dengan demikian pengertian sederhana tindak

Tindak pidana pada umumnya sering didefinisiakan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang melanggar peraturan hukum pidana sebagaimana tertuang dalam Kitab Undang-Undang

Tindak Pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana,

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan tindak pidana adanya suatu perbuatan yang melanggar hukum dengan membuktikan seseorang dapat dipidana

Disamping dilihat dari teori yang dipakai, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)/ (WvS) telah menetapkan jenis-jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10. Diatur 2