Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam terbitan (KDT) Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir
Penulis : Ahmad Sarwat, Lc.,MA 34 hlm
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Judul Buku Pengantar Ilmu Al-Quran & Tafsir Penulis Ahmad Sarwat, Lc. MA
Editor Fatih Setting & Lay Out Fayyad & Fawwaz Desain Cover Faqih Penerbit Rumah Fiqih Publishing Jalan Karet Pedurenan no. 53 Kuningan
Setiabudi Jakarta Selatan 12940
Daftar Isi
Daftar Isi... 5
A. Pengertian... 7
1. Az-Zurqani ... 7
2. Manna’ Al-Qaththan ... 8
B. Ruang Lingkup ... 10
1. Pembagian Dasar : Amin Al-Khuli ... 10
2. Abu Bakar Al-‘Arabi ... 12
3. Pembagian Rinci Az-Zarkasyi ... 12
4. Pembagian Rinci As-Suyuthi ... 14
C. Ilmu Al-Quran Masa Kenabian ... 19
1. Penulisan Al-Quran ... 19
2. Tajwid ... 20
3. Qiraat ... 21
4. Nasikh wal Mansukh ... 21
5. Tafsir ... 22
6. Asbabun Nuzul ... 23
7. Tartib Al-Quran ... 24
D. Penulisan Ilmu Al-Quran Era Klasik ... 26
1. Karya Abad Pertama ... 26
a. Penulisan Hadits ... 26
b. Pemilahan Tafsir dari Hadits ... 26
c. Penulisan Yang Terpisah Dari Tafsir ... 27
2. Penulisan di Abad Ketiga ... 27
3. Penulisan di Abad Keempat ... 28
4. Karya di Abad Kelima ... 28
5. Karya Abad Keenam ... 29
6. Karya Abad Ketujuh ... 29
7. Karya Abad Kedelapan ... 29
8. Karya Abad Kesembilan ... 30
9. Karya Abad Kesepuluh ... 30
10. Kitab Ulumul Quran Kontemporer ... 30
A. Pengertian
Ilmu Al-Quran pada dasarnya adalah kumpulan dari banyak ilmu yang membahas segala sesuatu tentang Al-Quran, mulai dari pengertian terkait Al- Quran, pengertian terkait wahyu, sejarah turunnya Al-Quran hingga bagaimana dituliskan dan dikumpulan serta distandarisasi.
Termasuk juga isi kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mukjizat Al-Qur’an dan lain sebagainya sampai kepada pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an.1
Bisa diungkapkan bahwa ilmu Al-Quran itu adalah All About Al-Quran.
1. Az-Zurqani
Sebutlah misalnya Az-Zarqani dalam kitabnya yang fenomenal, Manahil Al-‘Irfan mendefinisikan Ilmu Al-Quran sebagai berikut :
هعجمو هبيترتو هلوزن ةيحنا نم يمركلا نآرقلبا قلعتت ثحابم عفدو هخوسنمو هخسناو هزاجعإو هيرسفتو هتءارقو هتباتكو
كلذ ونحو هنع هبشلا
Kajian-kajian terkait dengan Al-Quran Al-Karim baik dari sisi turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bagaimana membacanya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, menjawab kesyubhatannya dan lainnya. 2
Kalau kita perhatikan definisi di atas, agak panjang juga, namun sebenarnya apa yang Beliau cantumkan itu bukan definisi, karena justru memasukkan beberapa contoh pembahasan.
Barangkali karena dirasa definisi yang dibuatnya masih perlu diberikan contoh-contoh.
Setidaknya ada 9 point yang disebutkan Az- zarqani sebagai contoh kajian ilmu Al-Quran, yaitu :
1. Turunnya 2. Urutannya
3. Pengumpulannya 4. Penulisannya
5. Bagaimana membacanya 6. Penafsirannya
7. Kemukjizatannya
8. Nasikh dan mansukhnya 9. Menjawab kesyubhatannya
Catatan penting bahwa menurut definisi ini, bagaimana menafsirkan ayat termasuk ke dalam gugus Ilmu Al-Quran
2. Manna’ Al-Qaththan
Syeikh Manna’ Al-Qaththan, penulis kontemporer kitab populer Mabahits fi Ulum Al- Quran, menuliskan definisi yang sedikti berbeda tentang ilmu Al-Quran :
ةفرعم ثيح نم نآرقلبا ةقلعتلما ثابحلأا لوانتي يذلا ملعلا ،نيدلماو يكلما ةفرعمو ،هبيترتو نآرقلا عجمو ،لوزنلا بابسأ هل امم كلذ يرغ لىإ ،هباشتلماو ِمَكْحُلماو ،خوسنلماو خسانلاو نآرقلبا ةلص
.
Ilmu yang meliputi beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turun ayat, pengumpulan Al-Qur’an dan penyusunannya, pengetahuan tentang makki dan madani, nâsikh dan mansûkh, muhkam dan mutasyâbih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al- Qur’an.3
1. Sebab-sebab turun ayat 2. Pengumpulan Al-Qur’an 3. Penyusunan
4. Pengetahuan tentang makki dan madani 5. Nâsikh dan mansukh
6. Muhkam dan mutasyabih
B. Ruang Lingkup
Ketika dikatakan bahwa Ilmu Al-Quran itu adalah ilmu yang terkait dengan Al-Quran, sebenarnya masih menyisakan pertanyaan mendasar, yaitu bukankah semua ilmu dalam agama Islam ini terkait dengan Al-Quran semua Lantas apakah kita bisa mengatakan bahwa semua ilmu-ilmu keislaman itu adalah ilmu Al-Quran
Untuk menjelaskan masalah ini, memang diskusinya menjadi menarik, mengingat bahwa kita sepakat bahwa tidak semua ilmu keislaman bisa dimasukkan ke dalam gugur ilmu Al-Quran. Maka definisi-definisi para ulama di atas yang hanya menyebutkan bahwa ilmu yang membahas seputar Al-Quran itu perlu dibuatkan batasannya lagi.
1. Pembagian Dasar : Amin Al-Khuli
Pembagian ilmu Al-Quran ini oleh Amin Al-Khuli disebutkan ada dua macam, yaitu ma haulal Quran ( ام
نآرقلا لوح) atau pembahasan sekitar Al-Quran dan
kedua ma fil Quran (نآرقلا يف ام) atau diskusi tentang materi ayat-ayat Alquran sendiri. Dengan pembagian tersebut, sedikit lebih terang bahwa Ilmu Al-Quran
itu sebenarnya lebih terarah kepada apa-apa yang terkait dengan Al-Quran, dimana yang menjadi objek kajiannya memang Al-Quran itu sendiri.
Sedangkan apa yang dibahas oleh Al-Quran berupa ayat-ayat dan bagaimana memahami serta menafsirkannya, malah tidak dimasukkan dalam gugus ilmu Al-Quran. Sehingga ilmu tafsir misalnya, malah tidak dikelompokkan sebagai ilmu Al-Quran, justru malah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri.
Oleh karena itulah Penulis pun cenderung untuk memisahkan keduanya, yaitu ada ilmu Al-Quran yang objek pembahasannya adalah Al-Quran itu sendiri ( ام
نآرقلا لوح), lalu ada disiplin ilmu lain yang mana objek
pembahasannya bukan Al-Quran, melainkan kajian atas kandungan ayat-ayat di dalam Al-Quran ( يف ام
نآرقلا). Yang kedua inilah yang kemudian kita sebut
sebagai ilmu tafsir.
Namun meski keduanya Penulis anggap sebagai dua disiplin ilmu yang berbeda, dalam implementasinya justru Penulis malah berupaya untuk menyatukan. Maksudnya bukan dicampur- aduk tetapi diberikan kedua-duanya.
Ibarat pojok buffet bubur ayam, penghidangannya masih dipisahkan saut dengan lain.
Ada buburnya saja, lalu ada berbagai aksesoris lainnya seperti kecap, kacang, kerupuk, suwiran daging ayam, telur, dan lainnya. Silahkan nanti waktu memakannya, mau diaduk-aduk dulu baru dimakan, atau dimakan satu per satu. Tergantung dari masing- masing mazhabnya.
Apa yang menjadi pilihan Penulis untuk memisahkan Ilmu Al-Quran dengan Tafsir ini nampaknya juga sejalan dengan nama program studi (prodi) yang dikembangkan di perguruan tinggi Islam di negeri kita. Sebab penyebutannya dibedakan menjadi Ilmu Al-Quran dan Tafsir disingkat menjadi IAT. Dan judul buku ini pun agaknya menyesuaikan dengan nama prodi, Ilmu Al-Quran dan Tafsir.
2. Abu Bakar Al-‘Arabi
Abu Bakar Al-‘Arabi menyebutkan bahwa cabang ilmu Al-Quran itu mencapai 77.450 buah.
Hitungannya diperoleh secara teoritis saja, yaitu dengan menghitung jumlah kata dalam Al-Quran.
Menurutnya setiap kata di dalam Al-Quran mengandung empat makna yang berbeda yaitu makna zhahir, makna batin, makna hadd dan makna mathla’.
Namun tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan makna-makna itu. Sehingga angka ini lebih merupakan angka teoritis saja, tidak pernah menjadi sebuah cabang ilmu secara tersendiri.
3. Pembagian Rinci Az-Zarkasyi
Az-Zarkasyi (w. 794 H) adalah tokoh utama dalam rujukan Ilmu Al-Quran. Dalam kitabnya Al- Burhan fi Ulumil Quran, beliau menyebutkan ada 47 cabang ilmu Al-Quran, yaitu :
1. Asbabun-nuzul 2. Munasabah
3. Fawashil Ru’us Ayah
4. Al-Wujuh wa An-Nazhair 5. Mutasyabih
6. Mubhamat
7. Asrar Fawatihu-suwar 8. Khawatimus-suwar 9. Makki Madani
10. Awal dan Akhir Turun
11. Diturunkan Dalam Banyak Lughah 12. Teknis Turunnya
13. Pengumpulan dan Penjagaan Para Shahabat 14. Pembagian Berdasarkan Tertib Surat dan Ayat 15. Nama-nama Al-Quran
16. Bahasa Selain Hijaz 17. Bahasa Selain Arab 18. Gharib
19. Tashrif
20. Hukum Dari Sisi Mufrad dan Tarkib 21. Lafadz dan Tarkib Yang Lebih Afdhal 22. Perbedaan Lafazh
23. Qiraat
24. Al-Waqf wal Ibtida’
25. Marsum Al-Khath 26. Fadhail Quran 27. Khawash
28. Hal fil Qurani Afdhal min Syai’
29. Adab Tilawah
30. Penggunaan Ayat Dalam Karangan, Surat dan Khutbah
31. Amtsal 32. Ahkam 33. Jadal
34. Nasikh Mansukh
35. Muwahham Mukhtalaf 36. Muhkam Mutasyabih 37. Mutasyabihat
38. I’jaz 39. Tawatur
40. Kontradiksi Sunnah vs Quran 41. Tafsir dan Ta’wil
42. Wujuh Mukhatab 43. Hakikah Majaz 44. Kinayah Ta’ridh
45. Pembagian Makna Kalam 46. Asalib Al-Quran dan Funun 47. Mufradat dan Adawat 4. Pembagian Rinci As-Suyuthi
As-Suyuthi (w. 911 H) adalah tokoh nomor satu dalam rujukan terkait ilmu Al-Quran. Dalam kitabnya
Al-Itqan fi Ulumil Quran, beliau menulikan 80 cabang ilmu Al-Quran, yaitu :
1. Makki Madani 2. Hadhari Safari 3. Nahari Laili 4. Shaifi Syitai 5. Firasyi Naumi 6. Ardhi Sama’i 7. Pertama Turun 8. Akhir Turun 9. Sababunnuzul
10. Sebagian Turun dengan Lisan Shahabat 11. Turun Berkali-kali
12. Turun Duluan Hukum Belakangan dan Sebaliknya
13. Turun Berkelompok dan Turun Terpisah 14. Musyayya’ dan Mufrad
15. Turun Kepada Sebagian Nabi 16. Teknis Turunnya
17. Nama Al-Quran dan Nama Surat-suratnya 18. Pengumpulan dan Pengurutan
19. Jumlah Surat, Ayat, Kata dan Huruf 20. Penghafal dan Perawi
21. Bagian Atas dan Bawah dari Sanad
22. Mutawatir 23. Masyhur 24. Ahad 25. Syadz 26. Maudhu’
27. Mudarraj
28. Waqf dan Ibtida’
29. Maushul Lafadh dan Makna 30. Imalah dan Fath
31. Idgham, Izhar, Ikhfa’ dan Iqlab 32. Mad dan Qashr
33. Takhfif Hamz 34. Teknik Tahammul 35. Adab Membaca 36. Gharib
37. Selain Lughah Hijaz 38. Selain Lughah Arab 39. Al-Wujuh wa An-Nazhair
40. Perangkat Yang Dibutuhkan Mufassir 41. I’rab
42. Kaidah Yang Dibutuhkan Mufassir 43. Muhkam Mutasyabih
44. Muqaddam Muakkhar 45. ‘Amm Khash
46. Mujmal Mubayyan 47. Nasikh Mansukh 48. Musykil
49. Muthlak Muqayyad 50. Manthuq Mafhum 51. Wujuh Mukhathabah 52. Hakikat dan Majaz 53. Tasybih Isti’arah 54. Kinayah Ta’ridh 55. Hasyr Ikhtishash 56. Ijaz Ithnab 57. Khabar Insya’
58. Bada’I Al-Quran 59. Fawashilul-ayah 60. Fawatihus-suwar 61. Khawatimus-suwar 62. Munasabah
63. Musytabihat 64. I’jaz Al-Quran
65. Ulum Mustanbathah Minal Quran 66. Amtsal
67. Aqsam 68. Jadal
69. Nama, Kunyah dan Laqab
70. Mubhamat
71. Tokoh Yang Disebutkan Al-Quran 72. Fadhail
73. Afdhalul Quran 74. Mufradat
75. Khawashul-quran
76. Khat dan Adab Menuliskan 77. Tafsir dan Ta’wil
78. Syurut Al-Mufassir wal Adab 79. Gharaibu At-Tafsir
80. Thabaqat Al-Mufassirin
C. Ilmu Al-Quran Masa Kenabian
Sejarah lahirnya Ilmu Al-Quran dan Tafsir ini cukup panjang dan berliku. Yang pasti bukan ilmu yang turun begitu saja dari langit. Kalau yang turun langsung dari langit itu namanya Al-Quran.
Sedangkan ilmu Al-Quran sendiri tentu saja ilmu yang menjadikan Al-Quran sebagai objek pembicaraan.
Beberapa cabang ilmu Al-Quran sebenarnya bersumber dari masa kenabian, bahkan boleh dikatakan bersumber dari Nabi Muhammad SAW secara langsung. Misalnya tentang penulisan Al- Quran, cara membaca Al-Quran, lalu juga tentang penjelasan tiap ayat dan kandungan hukumnya, urut- urutan turunnya serta urut-urutannya ketika dijadikan mushaf dan seterusnya.
1. Penulisan Al-Quran
Tidak bisa dipungkiri fakta bahwa Al-Quran ditulis di masa kenabian, serta langsung disupervisi oleh Beliau SAW sendiri. Maka tidak keliru ketika sebagian kalangan meyakini bahwa Rasm Utsmani itu bernilai tauqifi. Alasannya karena penulisannya dilakukan di hadapan Nabi SAW.
Diskusinya menarik ketika disebutkan bahwa Nabi SAW itu seorang yang ummi dalam artian tidak bisa baca dan tidak bisa menulis. Sehingga menimbulkan pertanyaan, bagaimana bisa dikatakan bahwa rasm itu merupakan tauqif dari Nabi SAW, padahal beliau sendiri ummi
Sebagian kalangan memang ada yang akhirnya menganggap bahwa rasm itu bersifat ijtihadi, meski pun mayoritas ulama sepakat mengatakan bahwa rasm itu sifatnya tauqifi.
Adapun bagaimana dengan keummian Nabi SAW, bisa dijawab dengan mudah bahwa meski bukan Beliau SAW sendiri yang menuliskan ayat Al- Quran itu, namun penulisannya itu sendiri dilakukan di hadapan Nabi SAW. Sehingga tidak keluar dari kriteria sunnah yang yang ketiga yaitu sunnah taqririyah, dimana Nabi SAW tidak melakukan juga tidak mengatakan, namun membiarkan hal itu dilakukan oleh para shahabat.
Kurang lebih diskusi menarik di atas itulah yang nantinya menjadi kajian penting dalam ilmu rasm, yang merupakan bagian dari gugus ilmu-ilmu Al- Quran.
2. Tajwid
Bagaimana cara membaca Al-Quran yang benar dan tartil, sebenarnya bersumber dari apa Nabi SAW contohkan dan ajarkan.
اليِزْنَ ت ُهاَنْلَّزَ نَو ٍثْكُم ىَلَع ِساَّنلا ىَلَع ُهَأَرْقَ تِل ُهاَنْ قَرَ ف اناآْرُ قَو
Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Isra : 106)
Meski di masa itu belum dituliskan sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri, namun dasar- dasarnya tetaplah bersumber dari Nabi SAW juga.
Bagaimana membaca huruf-huruf Al-Quran dengan benar dan memenuhi hak-haknya, seusai dengan sifat-sifat dari masing-masing huruf, panjang pendeknya mad, serta berbagai macam teknik membunyikan Al-Quran, tentu saja semua itu bersumber dari bacaan Rasulullah SAW sendiri.
Di kemudian hari hal-hal yang terkait dengan masalah ini diteorikan dan diperkaya serta terkodifikasi menjadi sebuah cabang ilmu yang kita kenal sekarang dengan ilmu tajwid.
3. Qiraat
Pengembangan selanjutnya dari ilmu tajwid itu adalah ilmu qiraat, dimana Rasulullah SAW sendiri yang menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan dengan tujuh harf. Di tambah dengan fakta dimana terjadi perbedaan-perbedaan cara baca Al-Quran di antara para shahabat masih di masa kenabian, maka nantinya jadilah sebuah cabang ilmu baru yang kita kenal dengan nama Ilmu Qiraat. Kadang juga disebut dengan istilah Al-Qiraatus-Sab’u (عبسلا ةاءارقلا)
4. Nasikh wal Mansukh
Ilmu nasakh wal mansukh sudah ada sejak masa kenabian, malah yang berhak untuk menentukan mana ayat yang masih tetap berlaku dan mana yang tidak berlaku, selain sesama Al-Quran adalah justru ketentuan dari Rasulullah SAW sendiri.
ْمَلْعَ ت َْلََأ اَهِلْثِم ْوَأ اَهْ نِم ٍْيرَِبِ ِتَْنَ اَهِسْنُ ن ْوَأ ٍةَيآ ْنِم ْخَسْنَ ن اَم ريِدَق ٍءْيَش ِ لُك ىَلَع ََّللَّا َّن َأ
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Baqarah : 106)
َتْنَأ اََّنَِّإ اوُلاَق ُلِ زَ نُ ي اَِبِ ُمَلْعَأ َُّللَّاَو ٍةَيآ َناَكَم اةَيآ اَنْلَّدَب اَذِإَو َنوُمَلْعَ ي َلَ ْمُهُرَ ثْكَأ ْلَب ٍَتَْفُم
Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". Bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui. (QS. An- Nahl : 101)
5. Tafsir
Nabi Muhammad SAW adalah sumber ilmu tafsir yang paling utama. Dan menjelaskan isi Al-Quran
memang menjadi tugas utama beliau sebagai utusan Allah.
ْمِهْيَلِإ َلِ زُ ن اَم ِساَّنلِل َِ يَّبُ تِل َرْكِ ذلا َكْيَلِإ اَنْلَزْ نَأَو ِرُبُّزلاَو ِتاَنِ يَ بْلِبا َنوُرَّكَفَ تَ ي ْمُهَّلَعَلَو
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab- kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. An-Nahl : 44)
َبُ تِل َّلَِإ َباَتِكْلا َكْيَلَع اَنْلَزْ نَأ اَمَو ِهيِف اوُفَلَ تْخا يِذَّلا ُمَُلَ َِ يّ
َنوُنِمْؤُ ي ٍمْوَقِل اةَْحَْرَو ىادُهَو
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. An-Nahl : 64)
6. Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul adalah menjadi sebab turunnya satu ayat atau sekelompok ayat atau bisa juga satu surat. Hal yang menjadi sebab itu bisa suatu peristiwa yang terjadi pada masa Nabi atau pertanyaan yang diajukan kepada beliau.
Sumbernya tentu saja Rasulullah SAW dan para shahabat juga. Tidak harus selalu Rasulullah SAW juga, bisa saja komentar tentang turunnya suatu ayat
itu hasil dari analisa atau kesimpulan di level shahabat.
Misalnya seorang shahabat menyebutkan bahwa ketika ayat tertentu turun, kejadiannya saat itu begini dan begitu, lengkap dengan latar- belakangnya.
Tentu saja para shahabat berhak menyebutkan latar-belakang turunnya suatu ayat, sebab mereka memang jadi saksi bagaimana suatu ayat diturunkan, malah dalam beberapa kasus, justru diri shahabat itu sendiri yang jadi penyebabnya.
Misalnya ayat yang turun untuk membersihkan nama baik Aisyah radhiyallahuanha dari segala macam tuduhan keji. Wajar sekali bila Aisyah mengaku bahwa turunnya ayat itu oleh karena sebab dirinya.
Pendeknya, selama ada riwayat dari shahabat, maka bisa dijadikan dasar tentang latar-belakang turunya suatu ayat. Itulah yang sudah baku di tengah para ulama ahli Al-Quran.
7. Tartib Al-Quran
Objek utama ilmu Al-Quran tentu saja Al-Quran itu sendiri, dimana ruang lingkupnya cukup luas, namun di awalnya sebenarnya merupakan bagian dari ilmu tafsir, yang kemudian dipisahkan menjadi ilmu tersendiri. Oleh karena itu biasanya para ulama yang menuliskan kitab-kitab terkait dengan ilmu Al- Quran ketika membuat definisi ilmu ini sering memasukkan contoh-contoh tema kajian ke dalam definisinya.
Objek kajiannya memang hanya Al-Quran, namun mengingat Al-Quran itu sedemikian agung bagi umat Islam, ternyata penelitian terhadap Al- Quran bukan hanya tidak pernah kehabisan sisi pembahasan, namun sekaligus juga selalu memberikan banyak temuan-temuan terbaru yang sebelumnya belum terungkap.
Ibarat ilmu sains seperti fisika, biologi dan kimia, ternyata setiap waktu umat Islam selalu mendapatkan temuan-temuan terbaru. Kalau di masa Az-Zarkasyi cabang ilmu Al-Quran hanya sebatas 40-an cabang saja, namun dalam rentang 100-an tahun cabangnya telah berkembang menjadi 80 cabang. Setidaknya itulah yang dituliskan oleh As- Suyuti dalam Al-Itqan fi Ulum Al-Quran.
D. Penulisan Ilmu Al-Quran Era Klasik
Sejarah penulisan Ilmu Al-Quran bisa dijelaskan mengalami setidaknya beberapa fase.
1. Karya Abad Pertama
Sebagaimana umumnya semua cabang ilmu dalam Islam, di masa kenabian dan masa para shahabat belum ada satu pun cabang ilmu yang dituliskan. Kalau pun ada, hanya mushaf Al-Quran saja yang ditulis menjadi satu bundel buku.
a. Penulisan Hadits
Setelah mushaf Al-Quran, maka yang dituliskan berikutnya adalah hadits-hadits nabi. Hadits itu berisi apapun perbuatan atau pun perkataan Rasulullah SAW. Dari sekian banyak perkataan Rasulullah, kemudian terdapat juga tema-tema yang terkait dengan penjelasan Beliau SAW atas ayat-ayat Al- Quran.
b. Pemilahan Tafsir dari Hadits
Dalam perkembangan selanjutnya tafsir dipisahkan dari kandungan kitab hadits dan menjadi kitab sendiri.
Para ulama seperti Ibn Mâjah (w. 273 H), Ibn Jarîr at-Thabari (w. 310 H), Abû Bakar ibn Al-Munzir an-Naisabûri (w. 318 H) dan lain-lain mengumpulkan riwayat-riwayat yang berisi tafsir dari Nabi, sahabat dan tabi’in dalam kitab sendiri.
Riwayat-riwayat yang dikumpulkan itu sudah mencakup keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an dan disusun sesuai dengan sistematika mushaf. Bentuk penafsiran yang dirintis Ibn Jarîr dan mufasir lain pada masa awal pembukuan tafsir inilah yang kemudian di kenal dengan bentuk at-tafsîr bi al- ma’tsûr.4
Contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan bentuk at-tafsîr bi al- ma’tsûr ini antara lain adalah:
• Muhammad Ibn Jarîr athThabari (w. 310 H), Jâmi’ al-Bayân fî Tafsîr Al-Qur’ân;
• Abu al-Laits Nâshir ibn Muhammad as- Samarqandi (w.373 H), Bahr al-‘Ulûm; dan
• Abu Ishaq Ahmad ibn Ibrâhim ats-Tsa’labi (w.
427 H), alKasysyâf wa al-Bayân ‘an Tafsîr Al- Qur’ân.5
c. Penulisan Yang Terpisah Dari Tafsir
Sementara itu, di samping ilmu tafsir, para ulama pun mulai menulis beragam tema yang berkaitan dengan Al-Qur’an.
2. Penulisan di Abad Ketiga
• Ali ibn al-Madini (w. 234 H) gurunya Imam Bukhâri, menulis tentang Asbâb an-Nuzûl ( بابسأ
لوزنلا).
• Abu ‘Ubaid al-Qâsim ibn Salâm (w. 224 H) menulis tentang Nâsikh Mansûkh (خوسنملاو خسانلا).
3. Penulisan di Abad Keempat
• Abu Bakar as-Sijastâni (w.330H) menulis tentang Gharîb Al-Qur’an (نآرقلا بيرغ).
• Abu Bakar Muhammad ibn al-Qâsim al-Anbâri (w. 328 H) menulis tentang Sab’ah Ahruf, penulisan mushaf, jumlah bilangan surat dan ayat dalam Al-Qur’an,
• ‘Ali ibn Ibrâhim ibn Sa’îd yang populer dengan sebutan al-Jaufi (w. 330 H), menulis kitab al- Burhân fi ‘Ulûm Al-Qur’an (نآرقلا مولع يف ناهربلا), terdiri dari 30 jilid, tetapi hanya ditemukan sampai sekarang 15 jilid saja. Inilah kitab pertama yang secara khusus membahas cabang ilmu ini.
4. Karya di Abad Kelima
• Ibnu Hubaib (w. 406 H) termasuk ulama yang awal mula menuliskan ilmu Al-Quran, yaitu kitab yang berjudul At-tanbih ‘ala Fadhli Ulum Al-Quran (نآرقلا مولع لضف ىلع هيبنتلا).
• ‘Ali ibn Ibrâhîm ibn Sa’îd al-Hûfi(w. 430 H) menulis tentang ‘Irâb Al-Qur’an (نآرقلا بارعإ).
• Abu ‘Amr ad-Dâni (w. 444 H) menulis tentang Qirâât Al-Qur’an (نأرقلا تاءارق).
• Di akhir abad kelima hijriyah, sudah ada kitab ulumul Quran yang disusun oleh Abul Ma'ali (w.
494 H) bernama Al-Burhan fi Musykilat Al- Quran (نآرقلا تلاكشم يف ناهربلا).
5. Karya Abad Keenam
• Abu al-Qâsim ibn Abd ar-Rahmân as-Subaili (w.
581 H) menulis tentang Mubhamât Al-Qur’an (نآرقلا تامهبم).
• Seabad sesudah, ada Abul Farraj Abdurrahman bin Ali Ibnul Jauzi (w. 597 H) yang menyusun kitab Funun Al-Afnan fi 'Uyun Ulum Al-Quran (نآرقلا مولع نويع يف نانفلأا نونف) dan juga Ibn al-Jauzi (w.
597 H) menulis tentang ‘Ajâib Al-Qur’an ( بئاجع
نآرقلا).
6. Karya Abad Ketujuh
• Abul Hasan Ali bin Muhammad As-Sakhawi (w.
643 H) menulis kitab tentang ilmu Al-Quran berjudul Jamal Al-Qurra' wa Kamal Al-Iqra’. ( لامج
ءارقلإا لامكو ءآرقلا)
• Ibn ‘Abd as-Salâm (w. 660 H) menulis tentang ilmu Majâz Al-Qur’an 6.)نآرقلا زاجم(
• Abu Syamah Abdurrahman bin Ismail Al- Maqdisi (w. 665 H) yang menyusun kitab Al- Mursyid Al-Wajiz fi Ulum Tata'allaqu bil Quran Al-Aziz (زيزعلا نآرقلاب قلعتت مولع يف زيجولا دشرملا).
7. Karya Abad Kedelapan
• Abu Ar-Rabi’ Sulaiman bin Abdul Qawi Ath- Thufi Al-Hambali (w. 716 H) yang menulis kitab Al-Iksir fi Qawaid At-Tafsir (ريسفتلا دعاوق يف ريسكلإا).
• Abu Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Az-
Zarkasyi (w. 764 H) dengan kitabnya, Al-Burhan fi Ulum Al-Quran (نآرقلا مولع يف ناهربلا). Beliau menyebutkan 45 cabang ilmu Al-Quran.
8. Karya Abad Kesembilan
• Abul Fadhl Abdurrahman bin Umar Al-Bulqini (w. 824 H) yang menulis kitab Mawaqi’ Al-Ulum min Mawaqi’ An-Nujum (موجنلا عقاوم نم مولعلا عقاوم).
Kitab ini sayangnya hilang ditelan zaman tidak bisa kita temukan lagi naskahnya di masa sekarang.
• Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman Al- Kafiyaji (w. 879 H) yang menulis kitab berjudul At-Taysir fi Qawaid Ilm At-Tafsir ( ملع دعاوق يف ريسيتلا ريسفتلا).
9. Karya Abad Kesepuluh
Al-Hâfizh Jalâl ad-Dîn Abd Ar-Rahmân As-Suyûthi (849- 911 H). Pada tahun 872 H beliau selesai menulis kitab at-Tahbîr fî ‘Ulûm Al-Qur’an ( مولع يف ريبحتلا
نآرقلا). Dalam buku ini as-Suyûthi membahas 102
masalah Ulumul Qur’an.
Tetapi rupanya as-Suyûthi belum puas sehingga beliau menyusun kembali sebuah buku yang lebih mendalam dan sistematis pembahasannya, diberi judul AlItqân fî ‘Ulûm Al-Qur’an (نآرقلا مولع يف ناقتلإا).
Suyuthi membahas 80 tema dimulai dengan Makki Madani, Awal mâ Nuzila Akhir mâ Nuzila, Asbâbun Nûzul, I’jâz Al-Qur’an, Thabaqât al-Mufassirin dan lain-lainnya.
10. Kitab Ulumul Quran Kontemporer
▪ Syeikh Thâhir Al-Jazâiri yang menyusun kitab at-Tibyân fi Ulûm Al-Qur’an, selesai pada tahun 1335 H.
▪ Jamâluddîn A’l-Qâsimy (w. 1332 H) yang menyusun kitab Mahâsin at-Ta’wîl. Juz pertama kitab ini dikhususkan untuk pembicaraan Ulumul Qur’an.
▪ Muhammad ‘Abd al-Azhîm az-Zarqâni, yang menyusun kitab Manâhil Al-Irfân fî Ulum Al- Qur’an (2 jilid).
▪ Muhammad ‘Ali Salâmah yang menyusun kitab Manhaj AlFurqân fî ‘Ulûm Al-Qur’an.
▪ Syeikh Tanthâwi Jauhari yang menyusun kitab al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’an dan Al-Qur’an wa
‘Ulûm ‘Ashriyyah.
▪ Musthafa Shadiq Ar-Râfi’i yang menyusun kitab I’jâz Al-Qur’an.
▪ Sayyid Quthub yang menyusun kitab at- Tashwîr al-Fani fi Al-Qur’an.
▪ Malik bin Nabi yang menyusun kitab az-Zâhirah AlQurâniyah. Kitab ini sangat penting dan banyak bicara mengenai wahyu.
▪ Muhammad Rasyîd Ridhâ yang menyusun kitab Tafsîr Al-Qur’an Al-Hakîm yang terkenal pula dengan nama Tafsîr Al-Manâr. Di dalamnya banyak juga penjelasan tentang Ulumul Qur’an.
▪ Syeikh Muhammad Abdullah Darrâz yang menyusun kitab anNaba’ al-’Azhîm ‘an Al-
Qur’an Al-Karim: Nazharât Jadîdah fî AlQur’an.
▪ Shubhi As-Shâlih, Guru Besar Islamic Studies dan Fiqhu Lugah pada Fakultas Adab Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an. Kitab ini selain membahas Ulum Al-Qur’an, juga menanggapi secara ilmiah pendapat-pendapat orientalis yang dipandang salah mengenai berbagai masalah yang berhubungan dengan Al-Qur’an.
▪ Syeikh Mahmûd Abu Daqiqi yang menyusun kitab ‘Ulûm AlQur’an.
▪ Syeikh Muhammad ‘Ali Salâmah, yang menyusun kitab Manhaj al-Furqân fî ‘Ulûm Al- Qur’an.
▪ Muhammad Al- Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal AlKhâlid.
▪ Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharât fî AlQur’an.
▪ Syeikh Muhammad Musthafa al-Marâghi yang menyusun sebuah risalah yang menerangkan kebolehan kita menerjemahkan Al-Qur’an. Ia pun menulis kitab Tafsir AlMarâghi.7
▪ Muhammad Husain Adz-Dzahabi, menulis kitab at-Tafsîr wa alMufassirûn.
▪ Mannâ’ Khalil al-Qaththân, menulis kitab Mabâhits fî ‘Ulûm AlQur’an.
▪ Muhammad ‘Ali Ash-Shabûni, menulis kitab At- Tibyân fî ‘Ulûm Al-Qur’an.
▪ Muhammad Abu Syahbah, menulis kitab al- Madkhal li Dirâsah Al-Qur’an Al-Karîm.