• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenabian dan rasionalitas dalam perkembangan peradaban.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kenabian dan rasionalitas dalam perkembangan peradaban."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kenabian dan rasiOnaLiTas

daLaM PerKeMbanGan Peradaban

C.B. Mulyatno

Abstract:

is there any common points between the prophetic movement and rationality? There are three common things. First, prophetic movement and rationality reflect on life context. secondly, they are transformative movements. Third, they lead to the developing of civilization that upholds the values of truth, justice and peace in the midst of the challenges of disintegration of nation and destruction of nature. in other words, they are an ethical movement. in the context of globalization characterized by life orientation on quantitative things, main role of prophecy and rationality is to restore the lives toward a wider horizon. They become relevant in our age when they actualize their role in solving humanitarian issues and promoting human civilization. For that prophetic movement requires a strong rational basis for networking and synergistic cooperation in developing a civilization of more qualified.

Kata Kunci:

Kenabian, rasionalitas, profetis-etis, persoalan sosial, jejaring, peradaban.

1. Pendahuluan

Kenabian dan rasionalitas adalah dua tema yang tidak bisa disejajarkan begitu saja karena berkaitan dengan dua aspek kehidupan yang berbeda. Kenabian merupakan sebuah gerakan hidup beriman dalam konteks keagamaan yang didasarkan pada panggilan,1 sedangkan rasionalitas menunjuk pada kemampuan

manusiawi belaka sebagai makhluk berakal budi. Yang pertama tekanannya pada aspek religius (keagamaan). Gerakan kenabian menggunakan legitimasi religius, yakni keyakinan akan adanya panggilan dari allah pada orang-orang terpilih. iman dan keyakinan itu besifat meta rasional.2 artinya, iman itu bersifat mengatasi

kemampuan akal budi manusia meskipun tidak boleh irrasional atau bertentangan dengan nalar (akal budi). Kenabian adalah sebuah sikap, pemikiran, kata dan perilaku orang-orang yang dipilih allah sehingga mereka disebut “manusia milik allah” atau “manusia kudus”.3 Yang kedua berhubungan dengan aspek rasional

(2)

gerakan rasionalitas sering dihubungkan dengan awal berkembangnya filsafat Yunani. Gerakan rasionalitas mendasarkan diri pada legitimasi penalaran manusia. Meskipun gerakan rasionalitas dikaitkan dengan perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, bukan berarti bahwa agama dan bidang-bidang di luar filsafat serta ilmu pengetahuan menafikan kerja akal budi.

baik gerakan kenabian maupun rasionalitas berkembang secara dinamis sesuai konteks zaman. Keduanya bertolak dari keprihatinan hidup manusia dan bermuara pada pembaruan dan peningkatan kualitas hidup manusia. bagi umat beriman (beragama), kenabian melekat dengan hakikat penggilannya untuk menyampaikan suara Tuhan kepada dunia.4 bahkan dalam Konsili Vatikan ii ditegaskan bahwa

panggilan kenabian melekat pada setiap orang berkat baptis dalam rangka mengemban tanggungjawab untuk membarui dunia dan menghadirkan nilai-nilai Kerajaan allah. Maka, gerakan kenabian mestinya harus tetap ada selagi masih ada orang-orang yang dibaptis demi pewartaan nilai-nilai injil Kerajaan allah di tengah dunia.

dalam kaitan dengan membangun peradaban, mengembangkan rasionalitas selalu relevan atas dasar dua alasan. Pertama, sebagai makhluk berakal budi manusia mempunyai tanggungjawab untuk mewujudkan potensi rasionalnya. Kedua, pengembangan rasionalitas itu berhubungan dengan tanggungjawab sosial, yakni tanggungjawab untuk mengembangkan kualitas hidup bermasyarakat. Jadi, gerakan kenabian dan rasionalitas berkaitan dengan tanggungjawab sosial manusia untuk membarui dunia dan mengembangkan kualitas hidup bersama.

Mengingat hidup manusia sedemikian kompleks dan dinamis, maka fenomena gerakan kenabian dan rasionalitas juga bertautan dengan kompleksitas kehidupan manusia yang sangat dinamis. Keduanya tidak berwajah tunggal dan tidak pernah bisa didefinisikan secara ketat. selain itu, gerakan kenabian dan rasionalitas berhubungan dengan tokoh-tokoh konkrit yang secara individual dan atau sebagai penggerak kelompok pembaru dalam konteks tertentu. dengan kata lain, kedua gerakan tersebut mempunyai beragam bentuk, karakter, dan cara (tidak berwajah tunggal) dan hidup secara dinamis. Karenanya tidak pernah bisa didefinisikan secara ketat.

(3)

Fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah membuat analisis kritis. Pertama adalah analisis terhadap keragaman gerakan kenabian dan rasionalitas. Kedua adalah mencermati tantangan dan peluang dari gerakan tersebut. Ketiga adalah mencermati sumbangan kedua gerakan tersebut bagi hidup bermasyarakat.

Tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk menemukan titik temu antara gerakan kenabian dan rasionalitas. Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai ajakan untuk mengembangkan sikap dan perilaku kritis-reflektif terhadap fenomena kehidupan di zaman ini. sikap dan perilaku kritis-reflektif sangat penting agar mampu memcaca tanda-tanda zaman secara bijaksana. dalam arti lain, selanjutnya, refleksi kritis ini akhirnya bertujuan untuk menemukan peluang mengembangkan gerakan kenabian dan rasionalitas dalam wajah dan cara yang lebih kontekstual.

Metode yang digunakan untuk menganalisis fenomena kenabian dan rasionalitas adalah metode filosofis. satu-satunya metode filsafat yang berciri universal adalah metode rasional. sebagaimana, filsafat (mencintai kebijaksanaan) adalah realitas yang sangat dinamis dan terbuka, metode filsafat juga berciri terbuka dan dinamis sesuai dengan objek pembahasan yang ingin dijelaskan secara sistematis dan logis.5 dinamika dan arah berfilsafat adalah berproses untuk mewujudkan hidup

bijaksana sesuai konteks. berfilsafat merupakan aktualisasi “keyakinan sistematis-metodis bagi filsuf perorangan”.6 Jadi metode filosofis memuat dua aspek penting,

yakni keyakinan pribadi dan pertanggungjawaban rasional terhadap sebuah objek penelitian tertentu.

Metode rasional (filosofis) digunakan untuk membahas fenomena kenabian dan rasionalitas, dengan bertolak dari pemahaman (keyakinan) penulis bahwa manusia merupakan pribadi multidimensi dan subjek pembelajar. dengan titik tolak keyakinan antropologis tersebut, metode pembahasan yang secara khusus mau digunakan adalah metode edukatif dan inventif.7 Yang dimaksud dengan metode

edukatif adalan proses belajar bersama untuk mencermati secara kritis berbagai fenomena gerakan kenabian dan rasionalitas. Metode inventif adalah pengayaan cakrawala berpikir dengan mencari dasar-dasar pemikiran tentang tema kenabian dan rasionalitas.

2. Keragaman Gerakan Kenabian dan Rasionalitas 2.1 Kenabian

nabi meruapan istilah yang lazim digunakan dalam konteks keagamaan dalam kaitannya dengan upaya mereformasi dan membarui kehidupan bermasyarakat. Pembicaraan tentang kenabian tetap relevan di zaman ini karena adanya tuntutan mendesak untuk membarui kehidupan sosial, politik, ekonomi (bisnis), dan pendidikan.8 nabi menunjuk pada pribadi dengan kualifikasi dan peran sebagai

(4)

kehidupan ibadat serta masyarakat.9 Kenabian berarti sikap, pemikiran, dan perilaku

seorang atau sekelompok nabi untuk membarui kehidupan masyarakat. Peran untuk membarui hidup bukan didasarkan pada kemampuan manusiawi belaka melainkan pada keyakinan bahwa para nabi adalah orang-orang yang dipilih allah.

efek gerakan kenabian adalah terjadinya pembaruan kesadaran dan perilaku hidup bermasyarakat. demikian juga rasionalitas yang tampak dalam gerakan berfilsafat dan perkembangan ilmu pengetahuan berperan dan bertujuan untuk mentransformasi (mengembangkan) masyarakat agar semakin mampu mengelola kehidupan dan memprediksi masa depan. Gerakan kenabian berkembang dalam sejarah dan dipelopori oleh banyak tokoh. elia, elisa, Yesaya, Yeremiah, Yehezkiel, daniel, Hosea, amos, Mika, Hagai dan Zakaria adalah nama-nama nabi yang terkenal di Kerajaan israel (masa Perjanjian Lama). Meskipun setiap nabi adalah unik dan hidup dalam konteks serta keprihatinan yang khas, namun ada karakter yang sama dari semua nabi, yaitu sebagai pribadi yang dipanggil oleh allah untuk menyampaikan sabda-nya dan menubuatkan masa depan.10 nabi adalah reformator

sosial.11

nabi merupakan pejuang yang tekun dan setia menyampaikan suara allah agar umat manusia tetap setia dalam visi religius (penegakkan iman) atau setia kepada jalan allah ketika berhadapan dengan godaan untuk menyembah dewa-dewa baal.12

Gambaran ini tampak dalam kehidupan elia dan elisa. Kedua nabi ini menyampaikan suara allah agar umat israel hidup dalam horizon keabadian meskipun mereka masih hidup di dunia ini dengan segala tentangan dan persoalannya.

nabi mendorong umat agar teguh dalam iman dan mempercayakan diri sepenuhnya kepada allah. Orang beriman akan selalu mengamini (meyakini dan menyetujui sabda allah) sehingga hidupnya aman.13 Gerekan untuk hidup dalam

iman ini disampaikan oleh Yesaya. Prediksi manusia tertentu tentang kehancuran masa depan semestinya tidak membuat orang beriman kehilangan kepercayaannya pada rencana Tuhan yang menyelamatkan manusia.

Pembaruan hidup yang disasari oleh para nabi meliputi banyak bidang. sebagian nabi memfokuskan sasaran pembaruan bidang-bidang kehidupan karena memang sejalan dengan latar belakang kehidupan atau konteks sosial di mana nabi itu lahir dan berkembang. Yeremia, Yehezkiel dan Zakaria adalah ketiga nabi yang mempunyai latar belakang dan profesi sebagai imam.14 Mereka tampil sebagai

(5)

Para nabi juga menyampaikan kritik sosial terhadap para pemimpin agama yang kurang peka terhadap keprihatinan masyarakat. Kehadiran nabi yang berlatarbelakang imam berperan penting untuk meluruskan kehidupan di bidang peribadatan dan kepekaan terhadap kehidupan umat manusia. dalam konteks ini, seorang yang adalah imam berperan sebagai pemimpin ibadat yang benar, pengajar iman dan penyembuh berbagai penyakit.15 dari situ tampak bahwa seorang nabi

yang berlatarbelakang kultis pun tetap peka terhadap keprihatinan dan persoalan konkrit kehudpan sehari-hari. dengan demikian, nabi menghadirkan allah tidak hanya dalam peribadatan melainkan allah yang peduli terhadap kesusahan dan rerita manusia.

natan dan Gad adalah dua nabi istana yang memberikan kritk pada sikap dan perilaku para pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan.16 Penyalahgunaan

kekuasaan menjadi sasaran kritik nabi karena tindakan pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan berefek pada kematian dan kesengsaraan rakyat. dalam konteks ini nabi merupakan pendoa dan penyampai keluh kesah serta derita rakyat di hadapan allah dan sekaligus menghadirkan suara kritis allah terhadap penguasa yang lain. sebagai pribadi-pribadi yang dekat dengan allah dan mampu mengesampingkan kepentingan diri, para nabi berperan sebagai evaluator (penilai) visi dan kebijakan para pemimpin (raja).17 Mereka mempunyai kemampuan yang

handal untuk mengevaluasi secara bijaksana atas visi dan kebijakan raja karena mereka secara disiplin berdoa dan berpuasa. evaluasi yang baik selalu disertai dengan kemampuan untuk memberikan nasihat (solutif) yang mendorong pembaruan kebijakan dan peningkatan pelayanan kepada umat manusia.18 secara logis, bila para

pemimpin sungguh mendengarkan suara allah (berdisiplin dalam doa) dan berpuasa (mengalahkan kepentingan diri), tugas kepemimpinan bisa berfungsi profetis, yaitu untuk menyuarakan dan menghadirkan kebaikan allah bagi umat manusia.

elia, elisa, amos dan Mikha adalah nabi-nabi yang solider dengan rakyat yang sedang menderita. Mereka dekat dengan orang-orang miskin, tertindas, para korban ketidakadilan dan perang.19 Kehadiran mereka di tengah situasi yang

memprihatinkan sangat meneguhkan rakyat sekaligus menjadi suara hati nurani rakyat. Mereka memperkenalkan allah bagi semua orang, terutama pembela bagi orang miskin dan tertindas. allah yang Mahaadil, Mahapengasih dan Mahasetia menjadi fokus pewartaan untuk meneguhkan perjuangan umat di tengah berbagai derita dan keprihatinan hidup. Ketika banyak orang mengalami penindasan dan tak berdaya menghadapi berbagai struktur kehidupan yang tidak adil, nabi berperan sebagai pembela yang lemah dan menderita.20 Membela orang yang tertindas dan

(6)

contoh nabi penjuang keadilan yang secara konsisten menyampaikan kritik terhadap kebijakan dan struktur yang tidak adil.21 Kritik itu bukan didasarkan pada membela

kepentingan politik, ekonomi atau kelompok tertentu melainkan kepentingan umat allah untuk hidup secara adil dan kepentingan religius untuk mengembalikan horizon kehidupan yang lebih luas bagi semua umat manusia. sebagai pengemban tugas dan tanggungjawab sebagai duta allah membutuhkan kecerdasan manusiawi dalam penguasaan bahasa, simbol-simbol lokal dan komunikasi yang efektif.22

Panggilan kenabian itu penuh resiko.23 banyak orang yang hidup dalam

kemapanan politik dan agama merasa terancam oleh suara kenabian mereka. Yeremia menghadapi ancaman pembunuhan. Mikha dijebloskan di penjara. elia harus melarikan diri dari pengejaran orang-orang yang menentangnya. Zakaria, si pendoa yang tekun, dilempari batu di kenisah. Uria ditikam dan dibuang, Yehezkiel diancam, cara hidup nabi tidak jarang menimbulkan cemoohan. Hosea dianggap gila. Maka, tidak mengherankan bahwa para nabi juga bisa mengalami krisis di tengah situasi yang sulit dan mengancam hidup mereka. Yohanes Pembaptis dan Yesus merupakan dua nabi besar yang juga mengalami resiko amat berat. Yohanes dipenggal kepalanya. Yesus yang sering disebut sebagai model atau contoh nabi terbesar dan sempurna juga harus mengalami nasib yang memilukan.

Meskipuan para nabi sering mengalami ancaman terhadap hidup dan keluarga (para pengikutnya), mereka terus berjuang untuk menyampaiakn kebenaran sabda allah. semakin besar ancaman terhadap kehidupan para nabi menggambarkan bahwa hidup masyarakat sedang diwarnai banyak keprihatinan moral yang menuntut suara lantang kenabian. nabi-nabi dalam berbagai tradisi agama muncul dalam hidup bermasyarakat yang diwarnai banyak tantangan, kemandegan dan kemerosotan moral. Para nabi menyuarakan kebenaran dan nilai-nilai yang semestinya diperjuangkan oleh umat manusia serta konsekuensinya ketika umat manusia tidak mau membarui sikap dan perilaku hidup mereka.

dalam perjalanan sejarah Gereja, Maria, para rasul dan santo-santa pun bisa disebut sebagai nabi-nabi yang menghadirkan suara allah dan nilai-nilai injil bagi dunia.24 dengan menyebut tiga kriteria penting gerakan kenabian, yaitu menyuarakan

pesan allah, menghadirkan nilai-nilai injil dan menjadi hati nurani orang-orang yang menderita, setiap komunitas Kristiani bisa membuat daftar nabinya masing-msing.

Gerakan kenabian tidak hanya dihubungkan dengan tokoh tertentu melainkan juga dengan gerakan pemikiran atau refleksi yang mendorong pembaruan hidup bermasyarakat demi terwujudnya nilai-nilai injil. Gerakan kenabian menampakkan dirinya dalam aneka wajah, bentuk dan cara sesuai dengan konteks dan keprihatinan zaman. Gerakan ini mempunyai peran penting ketika masyarakat yang masih diwarnai berbagai bentuk dehumanisasi baik dalam bentuk pemikiran, sikap dan perilaku yang tidak adil serta memicu penindasan.25 di tengah kompleksitas

(7)

tidak hanya mengandalkan penalaran rasional melainkan mendasarkan iman, harapan dan kasih. Tiga keutamaan inilah yang menjadi kekuatan gerakan kenabian sehingga tidak hanya melakukan hal-hal yang mungkin melainkan hal-hal yang menurut perhitungan manusia tidak masuk akal.26

2.2 Gerakan Rasionalitas

Gerakan rasionalitas sering dikaitkan dengan munculnya filsafat Yunani. Gerakan rasionalitas masyarakat Yunani berawal dari upaya untuk menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di alam semesta.27 Pergeseran gerakan rasionalitas

terjadi pada abad V sM di era sokrates dalam perdebatan dengan kaum sophist yang tidak mengakui adanya kebenaran universal.28 bagi sokrates, manusia merupakan

bagian dari alam semesta (kosmos). berbeda dengan kaum sophist yang melihat kebenaran hanya bersifat relatif dan individual, sokrates menegaskan bahwa ada kebenaran universal. Kebaikan dan keadilan selalu menyangkut hidup bersama dan bermakna bagi semua orang. Maka, dua hal itu sudah bisa membuktikan bahwa kebenaran itu berciri universal meskipun cara menghidupinya sangat beragam. Hidup manusia dipahami sebagai proses dinamis dalam relasi dengan sesama dan alam semesta.

sejalan dengan sokrates, Plato melihat bahwa kebenaran itu ada. Hidup manusia merupakan proses pendidikan, yaitu upaya untuk memahami dan menghayati kebenaran (nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan) sehingga kebenaran manyatu dalam budaya. Yang bisa mengalami proses berbudaya adalah orang-orang terdidik (aristokrat), sedangkan budak tidak bisa menjadi anggota penuh masyarakat. Manusia merupakan makhluk berbudaya karena memiliki kemampuan untuk menciptakan bahasa, memahami nilai-nilai dan menghayatinya sehingga memiliki kebijaksanaan, dan dilingkupi kebahagiaan.29 rasionalitas yang dikembangkan oleh

aristoteles juga berciri etis seperti halnya rasionalitas sokrates dan aristoteles.

Tokoh-tokoh awal Kekristenan sampai abad abad pertengahan seperti irenius, Fransiskus asisi, dan bonaventura menempatkan rasionalitas dalam kaitan dengan proses memaknai hidup di dunia ini sebagai ciptaan allah. bahasa untuk mengekspresikan rasionalitas sangat kaya, yaitu bahasa pelayanan (liturgis-kultis, sakramentali), bahasa doa kontemplatif-monastik, bahasa teologis-dogmatik, bahasa biblis-eksegetis, bahasa hukum, bahasa moral, bahasa sastra-kidung pujian, bahasa ikon (seni suci), dll. Meskipun mereka tidak digolongkan dalam kelompok para nabi, apa yang mereka perjuangkan berciri rasional sekaligus profetis (berciri kenabian).

Meskipun sering dianggap terlalu rasional, Thomas aquinas mengembangkan rasionalitas yang berciri kultural dan etis. Hidup manusia merupakan proses menghidupi keutamaan-keutamaan secara disiplin menuju kesempurnaan hidup.

(8)

untuk mengembangkan diri. istilah itu memuat perkembangan kualitas hidup manusiawi, yaitu kesatuan aspek material (fisik) dan spiritual (rohani). budaya merangkum isi, proses dan arah kehidupan manusia dalam relasi dengan sesama dan allah. Kualitas budaya ditandai oleh budi yang unggul (kualitas rasionalitas) dalam memahami dan memperjuangkan keutamaan-keutamaan hidup. Yang terpenting dan ditekankan bukan pencapaian kebenaran dan pertanggungjawaban rasional konseptual melainkan menghidupi kebenaran dan mencintai Tuhan serta sesama secara bebas dan kreatif.30 rasionalitas manusia berciri etis-religius.

Para tokoh modern mengembangkan rasionalitas dalam kaitannya dengan menata kehidupan. Manusia menempatkan diri sebagai subjek (tuan) yang otonom dan bebas dalam mengeksplorasi akal budinya secara optimal. rasionalitas dikaitkan dengan tujuan praktis, yaitu menguasai teknologi dan mampu mengkploitasi alam secara maksimal demi kepentingan kesejahteraan ekonomi. Hidup kekinian menjadi prioritas. Manusia mulai mengabaikan dimensi metafisik-ontologis dan perlahan-lahan mengasingkan diri dari relasinya dengan allah dan alam semesta. Manusia tidak lagi menyadari dan menempatkan dirinya dalam kesatuan dengan alam semesta melainkan sebagai tuan yang mempunyai hak untuk merekayasa dan mengeksploitasinya.

benih-benih corak pemikiran yang berciri ateistik dilontarkan oleh beberapa tokoh modern terkenal seperti Feuerbach, Marx, nietzsche, sartre, Freud, dll. bagi Feuerbach, teologi tidak lain adalah antropologi. Mereka berpandangan bahwa segala hal yang terkait dengan ide dan gagasan tentang allah hanyalah merupakan proyeksi atas kerinduan dan keinginan manusia. Gagasan tentang allah hanyalah suatu fase dari proses evolutif manusia dalam mewujudkan diri di dalam sejarah menuju pemenuhan kerinduannya. Ketika kerinduan dan keinginan itu sudah terpenuhi, ide-ide tentang allah dengan sendirinya tidak akan ada lagi.

Zaman industri teknologi diwarnai oleh rasionalitas yang berciri pragmatis-instrumentalis. Kualitas kecerdasan manusia cenderung diukur dari aplikasi dan efeknya bagi peningkatan kesejahteraan. Teknologi, kepemilikan modal, kekuasaan politik dan peran mass media menjadi penentu rasionalitas masyarakat industri. Keberhasilan hidup dan rasionalitas manusia diukur dari peningkatan keuntungan (profit) dan kemajuan (progress). rasionalitas (pragmatis-instrumentalis) di era industri teknologi membentuk perilaku konsumtif. banyak orang tidak mampu menahan derasnya banjir tawaran (iklan) dari pelbagi produk. iklan hadir secara deras seolah tidak pernah memberi kesempatan untuk menghela nafas. Keyakinan akan allah telah banyak digantikan oleh mitos akan masa depan yang sejahtera dan makmur (hidup mapan). sebagian besar anggota masyarakat perlahan-lahan kehilangan kontrol (kekuatan) terhadap produk teknologi yang mereka ciptakan sendiri.

(9)

yang menafikan pengalaman empiris memicu berkembangnya rasionalisme. rasionalitas yang menekankan perannya sebagai penghasil ide-ide mendorong berkembangnya idealism. rasionalitas yang ditempatkan sebagai sarana untuk menciptakan gagasan-gagasan yang langsung bisa diaplikasikan mendorong perkembangan pragmatism dan instrumentalisme.

Gerakan rasionalitas sempit justru menghantar kehidupan manusia pada reduksi kemanusiaan dan pendangkalan makna hidup. Gerakan rasionalitas yang seperti ini justru membutuhkan gerakan kenabian untuk suara kritis nabi. namun jangkauan gerakan kenabian jauh lebih luas dari pada sekedar mengkritisi pemikiran-pemikiran yang bisa memproduksi visi kemanusiaan dan gaya hidup yang dangkal. sekolah Frankfurt yang lahir pada tahun 1920an mendorong gerakan yang menekankan sikap dan perilaku kritis terhadap berbagai rasionalitas yang sempit dan mandeg.

sebagai reaksi kritis terhadap perkembangan rasionalitas yang sempit dan dangkal, muncullah tokoh-tokoh yang secara serius mengembangkan rasionalitas yang mendorong berkembangnya budaya kasih, damai, persaudaraan, dan berkeadilan. diantara tokoh-tokoh tersebut adalah Gabriel Marcel, Karl Popper, Jacques Maritain, Martin bubber, erich From, emmanuel Mounier, antonio rosmini, emmanuel Levinas, Yohanes Paulus ii, dan ibu Theresa. Mereka mengembangkan rasionalitas yang mendorong berkembangnya budaya kehidupan yang bersaudara, saling mengasihi, berkeadilan dan damai. rasionalitas yang mereka kembangkan berciri profetis-etis untuk membela martabat manusia dan membangun peradaban.31

Pemikiran para pemikir yang disebut sebagai pengembang rasionalitas profetis-etis tidak hanya berhorizon historis (horisontal) melainkan berhorizon keabadian (vertikal). Cara pandang yang menempatkan rasionalitas dalam kesatuan dengan segala aspek hidup manusia merupakan sebuah gerakan kenabian untuk membela martabat manusia di tengah berbagai gerakan yang mereduksi hidup manusia.

3. Tantangan dan Peluang di Zaman Sekarang 3.1 Tantangan

Gerakan profetis-etis di zaman sekarang berhadapan dengan tantangan berkembangnya mentalitas pragmatis-konsumtif di era globalisasi. sebenarnya proses globalisasi sudah berlangsung selama berabad-abad sejalan dengan rasa ingin tahu dan upaya manusia untuk menjelajah dunia.32 Mulai abad XX arus globalisasi

kian tak terbendung karena ditopang oleh kekuatan multi-dimensi, yaitu kekuatan kebebasan ekonomi (kapitalisme liberal), teknologi, komunikasi, budaya, politik. ideologi, dan religius.33 semestinya berbagai kekuatan itu bisa saling bergandeng

(10)

itu saling mengancam dan menghancurkan. Kekerasan sering terjadi akibat dari pertikaian antar kekuatan itu. inilah salah satu tantangan aktual zaman ini.

di era ekonomi bebas ini, semakin disadari bahwa kekuatan modal (kapital) menjadi motor penggerak dominan bagi globalisasi. Kekuatan ekonomi yang bergandengan dengan kekuasaan politik membuat globalisasi menjadi arus besar yang merambah segala arah. sekularisme, konsumerisme dan materialisme adalah anak-anak dari globalisi ekonomi-politik. inilah tantangan terbesar yang semestinya menjadi sasaran tembak gerakan kenabian dan rasionalitas.

dalam analisis Herbert Marcuse, masyarakat industri menghadapi ancaman besar akan kehilangan kebebasan dan damai. rasionalitas masyarakat industri adalah bagaimana menemukan dasar-dasar yang kuat untuk mempertahankan kemapanan hidup meskipun harus berhadapan dengan ancaman alat-alat teknologi industri yang mempunyai daya destruktif tanpa kendali dan menghasilkan limbah-limbah yang sangat polutif.34 Kekuasaan industri menguasai kebanyakan manusia sehingga

kebebasan dan sikap kritis berada dalam dominasi korporasi yang menawarkan janji hidup sejahtera.

Kemajuan industri secara nyata membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat. banyak orang menikmati kemapanan akibat kesejahteraan itu dan takut kehilangan kemapanan. inilah dominasi industri yang kadang tidak disadari dan ketika menyadari hal ini, banyak orang tidak kuasa untuk mengatasi situasi ini. rasionalitas teknologi industri telah menciptakan kolonialisasi baru di dunia yang mengatasnamakan diri demokratis dan beradab. dalam konteks ini Marcuse menegaskan bahwa; “Penyiksaan telah diperkenalkan kembali sebagai hal yang normal, tetapi dalam suatu perang konolinal yang terjadi di pinggiran dari dunia yang beradab”.35 Kesenjangan antara yang kaya dan miskin dinetralisir dengan

tindakan karitatif atau pemberian santunan kepada orang miskin. Pada saat yang sama para penguasa teknologi industri menggunakan media untuk mempublikasikan angka-angka prosentasi yang menyatakan bahwa angka kesejahteraan meningkat tajam sementara kemiskinan turun tajam. angka-angka statistik tersebut akhirnya melemahkan kesadaran kritis. dominasi rasionalitas teknologi industri yang mempropagandakan melulu kesejahteraan ekonomi (manusia satu dimensi) dalam skala luas akhirnya melumpuhkan kebebasan dan nalar atau rasionalitas kritis manusia multi dimensi. di sinilah proses pemiskinan dan reduksi makna hidup terjadi secara luas.

(11)

berkemampuan tinggi adalah manusia yang super produktif. akibatnya, lembaga-lembaga pelatihan ketrampilan menjamur. Hal terjadi untuk menjawab tuntutan pasar. Pelatihan merupakan jalan untuk memberdayakan tenaga kerja dalam era globalisasi ekonomi.

Manusia dimengerti sebagai sumber daya yang mengabdi pada kepentingan dan peningkatan produksi. Ketrampilan dan produktivitas kerja menjadi ukuran mutu sumber daya manusia. Pelatihan tenaga kerja dan pendidikan formal berorientasi pada penyiapan tenaga kerja. Visi dan kurikulum pendidikan tidak berorientasi pada pengembangan karakter kritis. Pers dan publikasi-publikasi yang seharusnya menjadi sarana pendidikan masyarakat untuk mengembangkan kecerdasan dan kepekaan sosial cenderung mengabdi pada kepentingan ekonomi dan politik.36

Pada gilirannya, lemahnya daya kritis masyarakat semakin menguatkan pola hidup konsumtif.

Globalisasi yang telah mengerucut menjadi globalisasi ekonomi telah menghadirkan pendangkalan cara pandang terhadap manusia. Martabat manusia diukur dari profesionalitas dan tingakat produktivitasnya. Penghargaan terhadap manusia dimengerti secara dangkal. reduksi ini menggambarkan secara mendasar adanya kekerasan yang telah tertanam secara mendalam di dalam cara pandang masyarakat terhadap manusia. individu yang terfokus pada kebutuhan material-ekonomis tidak segan-segan menempatkan dirinya sebagai pesaing atau bahkan musuh bagi individu lain dan alam semesta.37 dominasi ekonomi (penindasan)

terhadap dimensi kehidupan di luar fisik-ekonomis dan sempitnya cara pandang terhadap martabat manusia merupakan bentuk kekerasan yang makin mengglobal.

Globalisasi ekonomi melahirkan homogenitas pola pikir dan budaya melalui pola konsumsi dan gaya kehidupan yang bercorak konsumtif-ekonomis.38 selalu

mentalitas persaingan, komunikasi antar anggota masyarakat semakin mekanis-dingin (semakin kehilangan kehangatan afektif).39 relasi di pasar tradisional yang

hangat digantikan relasi mekanis dengan angka-angka yang terjadi di supermarket, mall dan mega store. Pasar tradisional yang menjadi pusat perjumpaan hangat dan pusat jaringan informasi telah digantikan oleh suasana rekreatif mal-mal (tempat melihat-lihat berbagai produk industri).40 daya tarik terhadap

barang-barang konsumsi lebih besar dibandingkan ketertarikan pada karya-karya sosial kemanusiaan.

(12)

Jika menilik corak rasionalitas postmodernisme, ada tantangan dan peluang untuk mengembangkan kenabian dan rasionalitas. Karakter rasionalitas postmodern secara garis besar sebagai berikut:41

a) anti metafisika klasik (anti berpikir deduktif-doktriner, dari prinsip-prinsip umum, logika tunggal dan anti sistem). Pemikiran diungkapkan secara deskriptif dan bebas tanpa harus menggunakan konsep dan sistem yang baku.

b) Melihat realitas kehidupan dan dunia dalam perspektif jejaring yang berciri organis, mengalir, saling terkait-berpengaruh, dan interaksi kualitatif yang kompleks serta berproses.

c) Manusia mempunyai kemampuan afektif, rasional dan intuitif yang berperan dalam memaknai pluralitas pengalaman hidup. realitas terdiri dari banyak pusat (polycentris) dan masing-masing otonom sehingga segala bentuk dogmatisme ditolak. Keberagaman pola pikir, metode dan kebenaran sangat dimungkinkan dan memperkaya hidup manusia.

d) Memberi perhatian terhadap pencarian makna yang berhubungan dengan simbol dan persepsi intuitif manusia yang berciri evolutif menuju perkembangan diri yang semakin utuh.

e) berfilsafat dipahami sebagai proses perkembangan manusia secara utuh untuk mewujudkan demokrasi, pendidikan (perwujudan diri), dan peradaban (hidup bermasyarakat yang bermartabat).

rasionalitas postmo menghadirkan tantangan besar bagi gerakan kenabian. Gerakan kenabian yang mendasarkan legitimasinya pada realitas metafisik (meta rasional) berhadapan dengan anti metafisika atau kebenaran absolut. Karakter posmo merupakan tantangan berat untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral dan ungkapan religius yang berciri meta rasional. Ketika otonomi dan kebebasan individual sangat ditekankan, sebuah gerakan bersama yang diikat oleh sebuah visi dan nilai yang sama tidak mudah dilakukan.

(13)

3.2 Peluang

Globalisasi telah membuka kemungkinan berkomunikasi dan berelasi secara global pula. Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan gerakan profetis-etis. Globalisasi telah menyadarkan bahwa semua orang dari berbagai latar belakang suku, ras, agama, daerah dan negara asal, dan profesi hidup dalam satu dunia yang terhubung yang sering disebut sebagai kampong global. Peluang untuk bekerja sama secara luas terbuka lebar. Terbuka lebar pula peluang untuk mendialogkan gagasan dan visi secara cepat. Kehidupan bersama perlu dibingkai dan diarahkan pada komitmen akan panggilan manusiawi yang sama untuk membangun komunitas yang kritis (edukatif) terhadap berbagai dampak negatif globalisasi, terlebih berbagai bentuk kekerasan. Membela martabat manusia merupakan dasar dan tali pengikat yang menyatukan panggilan kita sebagai manusia.

Komitmen yang kokoh untuk memperjuangkan dan memaknai hidup personal dan komunal akan menjadi kekuatan untuk menghadapi berbagai dampak negatif globalisasi: mentalitas dan perilaku konsumtif, pragmatis, dan mudah terbujuk oleh iklan. di tengah arus global ini perlu diglobalkan gaya hidup kritis dan profetis (asketis, solider dan bela rasa terhadap yang kecil dan tertindas). Hidup semakin bermakna dan bermartabat kalau diperjuangkan dengan kerja keras dan diarahkan pada perkembangan yang intergral dalam semua dimensinya. dengan demikian, globalisasi bukan hanya dilihat sebagai ancaman melainkan peluang untuk mensosialisasikan corak kehidupan yang semakin bermutu. Komunikasi supercanggih bisa dimanfaatkan untuk menumbuhkan dan mengakarkan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini terabaikan dan digilas oleh kepentingan material-ekonomis.

Memusuhi globalisasi adalah tindakan sia-sia karena tidak ada seorangpun yang bisa menahan gerak globalisasi. Memusuhi globalisasi bukanlah pilihan efektif untuk mengembangkan kultur masyarakat yang damai. Permusuhan justru melanggengkan kekerasan, dendam dan kebencian. Menciptakan musuh bersama telah dilakukan oleh tentera Hitler untuk membianasakan orang-orang keturunan Yahudi. rasa simpati dan solider terhadap korban-korban kekejaman Hitler (nazisme) menyatukan banyak bangsa dan kelompok masyarakat untuk menentang berbagai bentuk kekerasan akibat otoritarianisme dan rasisme. solidaritas bangsa-bangsa untuk membangun kerjasama dalam menentang kekerasan dan membangun peradaban yang damai menjadi contoh nyata untuk membangun solidaritas dalam memerangi berbagai bentuk penindasan dan penyingkiran orang-orang kecil (dianggap tidak berdaya) di era globalisasi ekonomi ini.

(14)

bisa menggunakan cara-cara yang otoriter dan kejam bisa menyingkirkan kelompok dan perorangan yang tidak sejalan dengan visi politiknya. Pengalaman pahit yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat merupakan peluang untuk membangun persaudaraan dan jejaring kerjasama dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kebebasan dan perdamaian. Keadilan, kebebasan dan perdamaian merupakan nilai-nilai dasar demokrasi. Perjuangan untuk membela, menjunjung tinggi dan menghayati tiga nilai tersebut bisa menjadi tali pengikat bangsa indonesia untuk membangun kesatuan bangsa di tengah tantangan disintegrai bangsa.

inti demokrasi adalah penghargaan terhadap martabat manusia karena setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam membangun kehidupan yang adil, bersaudara dan damai. Ketika demokrasi hanya dipahami sebagai menghargai perbedaan, tidak ada legitimasi untuk mendindak kelompok dan perorangan yang mengganggu kehidupan bersama dengan cara-cara kekerasan. Kesadaran dan tanggungjawab untuk membela martabat manusia dan menghargai hidup setiap orang menjadi dasar untuk menindak tegas para teroris, koruptor dan setiap orang yang merongrong kedamain hidup bersama serta merampas hak hidup orang lain dengan cara-cara yang tidak adil.

berhadapan dengan berbagai keprihatinan dan persoalan sosial, rasionalitas dan kenabian bertemu dalam solidaritas etis. solidaritas untuk membela hidup, terutama hidup saudara-saudara yang sedang menderita, menjad pengikat persaudaraan yang menyatukan perasaan, hati, pikiran dan tindakan dan mengatasi batas-batas sara serta perbedaan berbagai aspek kehidupan.

solider terhadap yang menderita merupakan wajah baru perdamaian, yakni budaya alternatif di tengah berbagai keprihatinan hidup. baik gerakan kenabian dan rasionalitas bertemu dalam tanggungjawab untuk mengembangkan sikap kritis dan memajukan masyarakat yang tertinggal. Gerakan kenabian dan rasionalitas mempunyai peluang untuk mengembangkan kerjasama dalam menggunakan sarana komunikasi mutakhir untuk menyampaikan nilai-nilai manusiawi yang jauh dari kekerasan.

(15)

solidaritas dalam gerakan rasional makin jelas dalam pendekatan interkulturalitas dan interdisipliner dalam menghadapi berbagai persoalan sosial.43

di zaman global ini tidak seorang pun hidup dalam kultur yang tunggal melainkan kesatuan dari berbagai kultur yang saling mempengaruhi. Kesadaran ini menjadi dasar untuk membangun kerjasama berdasarkan keprihatinan akan masa depan umat manusia yang damai.

4. Penutup

Meskipun gerakan kenabian dan rasionalitas berkembang dalam sejarah dengan konteks yang beragam, namun ada benang merah yang menghubungkan keduanya. Keduanya bertolak dari keprihatinan terhadap situasi nyata. Keduanya berperan sebagai pembaca tanda-tanda zaman dan kemudian menyampaikan kebenaran serta nilai-nilai yang layak diperjuangkan demi membangun hidup bersama yang berkualitas. Kenabian dan rasionalitas bermuara pada hidup etis.

Gerakan kenabian secara eksplisit menegaskan bahwa hidup manusia sangat terbatas untuk bisa memahami realitas dan memecahkan berbagai persoalan sehingga membutuhkan campur tangan allah. rasionalitas juga menegaskan tentang keterbatasan manusia dan perlunya berjejaring dalam menghadapi persoalan-persoalan aktual. rasionalitas menegaskan bahwa hidup manusia selalu berciri saling membutuhkan. setiap individu berciri otonom sekaligus hanya bisa berkembang di dalam relasi timbal balik dengan sesama.

Kenabian dan rasionalitas berhadapan dengan tantangan aktual seperti maraknya kekerasan, fundamentalisme, gaya hidup yang dangkal dan terfragmentasi, serta ancaman kehancuran alam. Tantangan lain yang menyatukan gerakan kenabian dan rasionalitas adalah soal ancaman kelangkaan pangan, banyaknya orang miskin dan berbagai penyakit yang mematikan. di tengah tantangan itu, kenabian dan rasionalitas mempunyai peran dan tanggungjawab yang sama untuk menjawab berbagai kerinduan dan kebutuhan umat manusia. Manusia mempunyai kerinduan dan kebutuhan untuk berkembang (sederajad dan adil), hidup bahagia dan damai, hidup aman, serta saling mengasihi dan sejahtera.44 Pendek kata, setiap

membutuhkan jaminan sosial dan kesejahteraan hidup secara utuh.

di era demokrasi ini, tantangan besar muncul ketika segala kebaikan dan kebenaran ditentukan oleh kelompok besar. ada ketegangan antara kepentingan institusi dan kharisma pribadi.45 sesungguhnya kemenangan kelompok besar

(16)

dengan bekal rasionalitas yang memadai untuk mengembangkan kepemimpinan yang profetis. Kepemimpinan profetis tidak hanya dibutuhkan dalam institusi keagamaan melainkan juga dalam segala institusi dan komunitas. dengan kata lain, penghargaan dan pengembangan kharisma pribadi perlu dilengkapi dengan kemampuan analisis yang tajam untuk membaca tanda-tanda zaman.46 Kharisma

pribadi perlu dilengkapi dengan ketangguhan meta rasional (iman), kekuatan institusional dan pertanggungjawaban rasional.

Gerekan berjejaring antar kelompok yang mempunyai visi kemanusiaan yang sama perlu dijalin untuk memberi pengaruh lebih luas terhadap penanaman nilai-nilai kehidupan. Peran kenabian tidak cukup hanya dilakukan oleh individu melainkan oleh kelompok yang kebersamaannya diikat oleh nilai bukan sekedar oleh kepentingan sesaat dan pragmatis.47 Kenabian dan rasionalitas berperan untuk

mengembangkan sikap dan perilaku kritis dalam jejaring disipliner dan inter-religius.48

Contoh gerakan rasional-profetis adalah gerakan teologi pembebasan di amerika Latin. dalam konteks Gereja di amerika Latin, teologi pembebasan ditempatkan sebagai gerakan kenabian di tengah konteks ketidakadilan, pendindasan dan eksploitasi yang dialami orang-orang miskin.49 Teologi pembebasan menggunakan

gerakan rasionalitas Marxis sebagai metode analisis terhadap persoalan ketidakadilan dan penindasan di dalam masyarakat industri. Fokus dari gerakan ini adalah refleksi kritis-kontekstual atas ketidakadilan, penindasan dan pemiskinan diinspirasikan oleh nilai-nilai injil. Muara dari gerakan ini adalah tercapainya keadilan dan kesejahteraan ekonomi.

Contoh lain gerakan rasional-profetis adalah pengembangan teologi pemerdekaan Yb. Mangunwijaya. Mengapa pengembangan teologi pemerdekaan? bagi Mangunwijaya, teologi pembebasan cocok untuk amerika Latin tetapi kurang cocok untuk konteks indonesia. istilah bebas berbau barat dan liberal yang berkonotasi

semau gue.50 bagi masyarakat indonesia yang majemuk, pemerdekaan memuat

makna perkembangan yang lebih luas, yaitu perwujudan kebebasan dan keadilan di segala aspek kehidupan dan tidak hanya berorientasi pada kesejahteraan ekonomi. Pelayanan terhadap orang miskin, pendidikan dasar, penyembuhan dari berbagai penyakit, hidup bersama dalam kasih yang tulus, pengembangan budaya dan hidup berketuhanan merupakan aspek-aspek pokok dari upaya pemerdekaan.51

(17)

C.B. Mulyatno

Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; Pastoran Katolik Baciro, Jl. Melati Wetan 47, Yogyakarta; e-mail: carlomul@gmail.com.

Catatan Akhir:

1 bdk. elizabeth a. dreyer, “Prophetic Voice in religious Life” 252. 2 Vincent Pizzuto, “religious Terror and the Prophetic Voice of reason”, 48. 3 david L. Petersen, “introduction to Prophetic Literarture”, 4.

4 elizabeth a. dreyer, “Prophetic Voice in religious Life” 252. 5 bdk. a. bakker, Metode-metode Filsafat, 10 & 15.

6 a. bakker, Metode-metode Filsafat, 14. 7 bdk. a.bakker, Metode-metode Filsafat, 16.

8 bdk. elizabeth a. dreyer, “Prophetic Voice in religious Life” 251. 9 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 14-22. 10 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 16. 11 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 17.

12 bdk. st. darmawijaya Pr, Tindakan Kenabian: Kisah Perbuatan Aneh Para Nabi, 17-21. 13 st. darmawijaya Pr, Tindakan Kenabian: Kisah Perbuatan Aneh Para Nabi, 29. 14 david L. Petersen, “introduction to Prophetic Literarture”, 5.

15 rodger F. accardi, d.Min, “Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”, 916.

16 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 20.

17 rodger F.accardi, d.Min, “Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”, 917.

18 rodger F. accardi, d.Min, “Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”, 919.

19 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 20.

20 rodger F. accardi, d.Min, “Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”, 918.

21 J. alberto soggin, The Prophet Amos:A Translation and Commentary, 19-20.

22 rodger F. accardi, d.Min, “Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”, 919.

23 st. darmawijaya Pr, Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II, 21. 24 elizabeth a. dreyer, “Prophetic Voice in religious Life”, 252-253. 25 elizabeth a. dreyer, “Prophetic Voice in religious Life”, 254.

26 John d. Caputo, “Philosophy and Prophetic Posmodernism….”, 564-565. 27 richard Tarnas, The Passion of the Western Mind, 19-20.

28 richard Tarnas, The Passion of the Western Mind, 30-21. 29 bdk. D. Composta, History of Ancient Philosophy, 210. 30 bdk. Th. Hidya Tjahya, Humanisme dan Skolastisisme, 73-74.

(18)

32 bdk. Fernand braudel, Sozialgeschichte des 15-18 Jahrhunderts: Aufbruch zur Weltwirtschaft, 17-89. 33 bdk. Carlo Fonseka, “Globalization and Universality of Humankind”, 3.

34 Herbert Marcuse, One-Dimensional Man, Xv. 35 Herbert Marcuse, One-Dimensional Man, 125. 36 Bdk. John dewey, Freedom and Culture, 40. 37 bdk. John dewey, Freedom and Culture, 21.

38 bdk. Jap Fu Lan, “agama-agama dan Globalisasi”, 33.

39 bdk. Gianfranco Morra, IlQuarto Luomo: Postmodernita’ o Crisi della Modernita’ 64. 40 bdk. Hans dieter-ever, “Globalisasi dan Kebudayaan ekonomi Pasar”, 84-85. 41 bdk. i. bambang sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsfat, 16. 42 bdk. Jap Fu Lan, “agama-agama dan Globalisasi”, 36.

43 bdk. Carlo nanni, “Globalizzazione e educazione”, 992.

44 Vincent Pizzuto, “religious Terror and the Prophetic Voice of reason …”, 53. 45 norbert Lohfink, “Where are today’s propechy”, 106.

46 errol d’Lima, “The Prophetic dimension of Today’s Priest”, 818. 47 norbert Lohfink, “Where are today’s propechy”, 103.

48 errol d’Lima, “The Prophetic dimension of Today’s Priest”, 819. 49 norbert Lohfink, “Where are today’s propechy”, 103.

50 Yb. Mangunwijaya, Manusia Pascamodern, Semesta dan Tuhan, 174. 51 Yb. Mangunwijaya, Manusia Pascamodern, Semesta dan Tuhan, 179.

Daftar Pustaka

accardi, rodger F, .d.Min,

“Corporate Prophetability: The Prophetic role of the Governace Laison”,

The Review for Religious (november-december 1989) 915-921.

bambang sugiharto, i,

1996 Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsfat, Kanisius, Yogyakarta.

bakker, a.,

1984 Metode-metode Filsafat, Galia indonesia, Jakarta.

beek, M.a. dan J. sperna Weiland,

1968 Martin Buber: Personalist dan Prophet, newman Press, new York.

braudel, Fernand,

1990 Sozialgeschichte des 15-18 Jahrhunderts: Aufbruch zur Weltwirtschaft, Kindler, darmstadt.

budiono Herusatoto,

“Cemas-ngeri-bingung di Zaman Globalisasi”, BASIS43 (1994) 234-238.

Caputo, John d.,

“Philosophy and Prophetic Posmodernism: Toward a Catholic

(19)

Composta, d.,

1990 History of Ancient Philosophy, terjemahan dalam bahasa inggris oleh Miroslaw a. Cizdyn, Urbaniana University Press, roma.

darmawijaya, st. Pr,

1992 Jiwa dan Semangat Perjanjian Lama II: Warisan Para Nabi, Kanisius, Yogyakarta.

darmawijaya,st, Pr,

1991 Tindakan Kenabian: Kisah Perbuatan Aneh Para Nabi, Kanisius, Yogyakarta.

dewey, John,

1939 Feedom and Culture, G.P. Putnam’s sons, new York, dicetak ulang tahun 1989.

dieter-ever, Hans,

“Globalisasi dan Kebudayaan ekonomi Pasar”, PRISMA (Mei-Juni 1997) 79-86.

dreyer, elizabeth a.,

“Prophetic Voice in religious Life”, Reviev for Religious62 (3, 2003) 251-268.

d’Lima, errol,

“The Prophetic dimension of Today’s Priest”, VJTR 65 (2001), 817-824.

Fonseka, Carlo,

“Globalization and Universality of Humankind”, DIALOGUE 24 (1997) 1-10.

Hidya Tjahya, Th.,

2004 Humanisme dan Skolastisisme, Kanisius, Yogyakarta.

Jap Fu Lan,

“agama-agama dan Globalisasi”, BASIS 01-02 (2003) 32-37.

Kariuki Wakarega, J.b.,

“evangelization and Cultural Pluralism: a Call for dialogue, Cange dan renewal”, African Ecclessial Review, 47 (3, 2005) 219-238.

Lohfink, norberth,

“Where are today’s prophecy”, TD37(2, 1990) 103-107.

Mangunwijaya, Yb.,

1999 Manusia Pascamodern, Semesta dan Tuhan: Renungan Filsafat Hidup Manusia Modern, Kanisius, Yogyakarta.

Marcuse, Herbert,

2000 One-Dimensional Man: Study in Ideology of Advenced Industrial Society,

(20)

McLuhan, M – Quentin Fiore,

1968 Il medium e’ Il messaggio, Feltrinelli, Milan.

Morra, Giancarlo,

1996 Il Quarto Luomo: Postmodernita’ o Crisi della Modernita’, armando, roma.

nani, Carlo,

“Globalizzazione e educazione”, ORIENTAMENTI PEDAGOGICI49 (2002), 992.

Petersen, david L, 991-1003.

2001 “introduction to Prophetic Literarture”, The New Interpreter’s Bible VI, abingdon Press, nahville, 1-42.

Pizzuto, Vincent,

“religious Terror and the Prophetic Voice of reason: Unmasking Our Myths of righteousness”, Biblical Theology Bulletin37 (2, 2007) 47-53.

sciller, Fredrich,

1982 On the Aesthetic Education of Man, Oxford University Press, new York.

soggin, J. alberto,

1987 The Prophet Amos:A Translation and Commentary, sCM Press, London.

Tarnas, richard,

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan sayuran sawi hijau dari berbagai jenis bahan kemasan plastik, aluminium foil, kertas dan daun pisang segar, serta tanpa kemasan sebagai variabel kontrol

Peneliti menyadari banyaknya faktor yang mempengaruhi rendahnya minat dan hasil belajar siswa, salah satu penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media di dalam

Imobilisasi enzim memilki beberapa keuntungan pada enzim terlarut yaitu jumlah total enzim yang dibutuhkan lebih sedikit dan imobilisasi enzim dapat digunakan

(3) Akreditasi sebagai dimaksud pada ayat satu dan ayat dua sebagai bentuk akuntabilitas public dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan

Lontar Usada Pemunah Cetik Kerikan Gangsa yaitu lontar yang berisi tentang bahan pembuat racun, gejala atau tanda-tanda terkena racun (cetik) serta penawar cetik.. Pada

Hasil uji daya antibakteri sabun transparan minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak menunjukkan bahwa formula 3 memberikan efektivitas paling baik dengan zona

Untuk mendapatkan konsumen yang loyalitas dibutuhkan strategi dan pelayanan yang baik yang dapat membuat konsumen merasa puas dan tetap setia menggunakan penyedia

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa