• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kesegaran sayuran dari berbagai Bahan Kemasan dilihat dari suhu dan Kelembaban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Kesegaran sayuran dari berbagai Bahan Kemasan dilihat dari suhu dan Kelembaban"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KESEGARAN SAYURAN DARI BERBAGAI BAHAN KEMASAN DILIHAT DARI SUHU DAN KELEMBABAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih gelar sarjana Pada Jurusan Fisika pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh

NURHANIA NIM: 60400115048

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

INIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penulis masih diberikan kenikmatan dan kesehatan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada tauladan kita Nabi Muhammad saw., yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Perbandingan Kesegaran Sayuran Dari Berbagai Bahan Kemasan Dilihat Dari Suhu Dan Kelembaban”. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menghaturkan rasa terimakasih dan rasa hormat yang tiada hentinya kepada kedua orang terkasih dalam hidup penulis yaitu Ayahanda Tamrin dan ibunda Salma yang selalu memberikan perhatian, dukungan serta motivasinya yang merupakan sumber semangat bagi penulis.

Tersusunnya proposal penelitian ini berkat bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan proposal penelitian ini, dan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.MusafirPabbari, M.Si selaku Rektor UIN Alauddin Makassar.

(4)

3. Ibu Sahara, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi yang telah memberi perhatian, dukungan kepada kami. 4. Bapak Ihsan, S.Pd.,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Fisika Fakultas Sains

dan Teknologi.

5. Ibu Hernawati, S.Pd.,M.Pfis., dan Nurul Fuadi, S.Si., M.Si., selaku pembimbing I dan pembimbing 2 yang telah mencurahkan ilmu dan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsiini.

6. IbuRahmania, S.Si.,M.Si., selaku pengujiI dan Bapak Dr.M.TahirMaloko, M.Hi selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan proposal penelitian ini.

7. Semua dosen dan laboran Jurusan Fisika yang memberikan ilmu pengetahuan.

8. Semua Staf Tata Usaha Fakultas Sains dan Teknologi dan jurusan Fisika terimakasih atas bantuannya.

9. Kepada saudara dan saudari seperjuanganku RES15TOR yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

10. Kepada team work penulis Nini Astuti dan Nining maulinda pramesthy teman bersama, makan bersama , tidur bersama untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada semua keluarga yang senantiasa mendukung penulis dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

(5)

13. Kepada teman KKN yang menyemangati penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Semoga Allah swt., memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah swt., penulis serahkan segalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua.

Samata, Februari 2019

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGAN TAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix ABSTRAK... x ABSTRACK... xi BAB I PENDAHULUN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 3 1.5. Batasan Masalah... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS... 4

2.1. Sayuran ... 4

2.2. Jeniskemasan ... 7

2.3. Suhu... 18

2.4. Kelembaban... 25

2.5. Integrasi Al-Qur’an ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Waktu dan Tempat ... 32

3.2. Alat dan Bahan ... 32

(7)

3.4. Tabel Pengamatan ... 35

3.5. Diagram Alir ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Nilai suhu sayuran sawi hijau... 38

4.2. Nilai kelembaban sayuran sawi hijau... 40

4.3. Perbandingan kesegaran sawi hijau... 42

BAB V PENUTUP ... 47 5.1. Kesimpulan... 47 5.2. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA ... 48 RIWAYAT HIDUP ... 49 LAMPIRAN LAMPIR AN ... 50

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Gambar Halaman

II.1 Sawi hijau 5

II.2 Kemasan plastik PP 9

II.3 Kemasan plastik PE 9

II.4 Kemasan plastik PVC 10

II.5 Kemasan plastik OPP 11

II.6 Kemasan plastik Nylon 11

II.7 Kemasan plastik Pet 12

II.8 Kemasan kertas Kraft 12

II.9 Kemasan kertas lilin 13

II.10 Kemasan kertas plastic 14

II.11 kemasan daun pisang 15

II.12 kemasan aluminium foil 16

II.13 Termometer Digital 17

II.14 Termometer Alkohol 18

(9)

II.16 Termometer Resistansi 20

II.17 Termometer Bimetal 21

II.18 Termometer Resistor 21

II.19 Termometer Inframerah 22

II.20 Hygrometer 25

III.1 Mengukur suhu lingkungan 30

III.2 Sawi hijau tanpa kemasan 30

III.3 Sawi hijau dengan berbagai bahan kemasan 31

III.4 Tempat penyimpanan kemasan 31

IV.1 Grafik nilai suhu dari berbagai kemasan dan tanpa

kemasan 36

IV.2 Grafik nilai kelembaban dari berbagai kemasan dan

tanpa kemasan 38

(10)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Tabel Halaman

II.1 Kandungan gizi sayuran sawi hijau 6

II.2 pengelompokan jenis makan terhadap lama waktu dan

suhu 23

III.1 Kondisi sayuran dengan perlakuan tanpa pengemasan 32 III.2 kondisi sayuran berdasarkan bahan kemasan 32

IV.1 Nilai suhu sayuran sawi hijau dari berbagai bahan

kemasan dan tanpa kemasan 35 IV.2 Nilai kelembaban sayuran sawi hijau dari berbagai

bahan kemasan dan tanpa kemasan 37 IV.3 Nilai massa dari berbagai bahan kemasan dan tanpa

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran . Keterangan Perihal

1 Alat dan bahan L1

2 Hasil penelitian L2

3 Persuratan

(12)

ABSTRAK

NAMA : NURHANIA NIM : 60400115048

JUDUL : PERBANDINGAN KESEGARAN SAYURAN DARI BERBAGAI BAHAN KEMASAN DILIHAT DARI SUHU DAN KELEMBABAN

Penelitian ini untuk mengetahui nilai suhu, kelembaban, massa, dan kesegaran sayuran pada kemasan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengemas sayuran sawi hijau dengan menggunakan daun pisang, aluminium foil, plastik, dan kertas. Parameter yang diukur adalah suhu dan kelembaban menggunakan alat higrometer. Pengambilan data dilakukan sekali sehari yaitu pada pukul 09.00 WITA sampai selesai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap nilai, suhu, kelembaban dan kesegaran sayuran. Kesegaran sawi hijau bertahan lebih lama dengan kemasan aluminium foil dan kemasan daun pisang degan suhu lingkungan rata-rata 29,5. Kata kunci: suhu, kelembaban, kemasan, sayuran

(13)

ABSTRACK

NAME : NURHANIA NIM : 60400115048

TITLE : COMPARISON OF THE BRIGHTNESS OF VEGETABLES FROM VARIOUS PACKAGING MATERIALS SEEN FROM TEMPERATURE AND HUMIDITY

This research is to find out the value of temperature, humidity, mass, and freshness of vegetables on different packages. This research was carried out by packing green mustard vegetables using banana leaves, aluminum foil, plastic and paper. The parameters measured are temperature and humidity using a hygrometer. Data retrieval is done once a day at 09.00 WITA to complete. The results of this study indicate that there is an effect of the length of storage time on the value, temperature, humidity and freshness of vegetables. Freshness of green mustard lasts longer with aluminum foil and banana leaf packaging with an average environmental temperature of 29.5.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sayuran merupakan bahan pangan yang paling populer bagi masyarakat Indonesia, baik itu dikonsumsi dalam bentuk mentah (lalapan) atau setelah diolah menjadi berbagai bentuk masakan. Sayuran merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kesegaran sayuran maka dilakukan pengemasan. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam kehidupan sehari-hari dijumpai sayur atau buah yang dikemas dalam bentuk yang instan seperti dengan menggunakan plastik, kotak kayu, kardus, dan stirofom.

Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari penggunaan plastik dikalangan masyarakat begitu meluas, bahkan sangat tinggi ketergantungannya maka sangat sulit untuk dipisahkan pada kehidupan sehari-hari. Memang plastik merupakan bahan pembungkus makanan yang murah, mudah didapat dan tahan lama, namun masyarakat tida sadar akan bahayanya apabila tidak benar dalam penggunaanya.

Pada penelitian sebelumnya Ifmalinda, dkk (2017) jenis kemasan berpengaruh terhadap laju respirasi buah tomat. Pada penyimpanan dalam plastik Wrap nilai respirasi lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh sifat plastik Wrap memiliki daya tembus yang lebih besar sehingga kehilangan udara juga lebih besar.

(15)

Sehingga dari serangkaian masalah yang dapat ditimbulkan oleh pengemasan sayuran maka, penelitian ini mencoba membandingkan dari berbagai pengemasan baik yang alami organik ataupun anorganik.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam distribusi sayuran segar yaitu pengemasan yang membutuhkan biaya yang relatif besar dengan alasan menjaga kesegaran sayuran sehingga alternatif ini memudahkan masyarakat mendapatkan sayuran segar meskipun dari daerah yang pengirimannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena selama ini banyak produk yang terbuang karena petani tidak mempunyai alat pendingin guna menyimpan hasil panen.

Selain itu, selama ini teknologi pendingin yang banyak diterapkan adalah tipe kompresi uap yang banyak menggunakan refrigerant Freon dan sumber energi listrik. Namun kenaikan biaya listrik, menurunnya ketersediaan energi konvensional serta bahaya kerusakan lapisan ozon yang timbul akibat penggunaan CFC mendorong peneliti untuk mencari alternatif penghemat listrik dan sangat ramah lingkungan.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Bagaimana nilai suhu dari berbagai bahan kemasan terhadap kesegaran sayuran?

2. Bagaimana nilai kelembaban dari berbagai bahan kemasan terhadap kesegaran sayuran?

3. Bagaimana perbandingan kesegaran sayuran dari berbagi bahan kemasan sayuran?

(16)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui nilai suhu dari berbagai bahan kemasan terhadap kesegaran sayuran

2. Mengetahui nilai kelembaban dari berbagai pengemasan terhadap kesegaran sayuran

3. Mengetahui perbandingan kesegaran sayuran dari berbagai bahan kemasan sayuran

1.4 Ruang lingkup

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis sayuran yang digunakan pada penelitian ini adalah sayuran hijau terkhusus pada sayur sawi hijau

2. Lama waktu pengemasan sampai sayur tidak segar (warna yang sudah berubah)

3. Jenis bahan kemasan yang di gunakan yaitu, plastik, kertas HVS, aluminium foil dan daun pisang

4. Parameter yang di ukur adalah suhu dan kelembaban 1.5 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi semua masyarakat untuk menambah wawasan kita mengenai bahan pengemas pangan yang aman serta tidak aman sehingga kita lebih bisa selektif dalam menentukan bahan pengemas dan sebagai alternatif menghemat listrik karena tanpa menggunakan kulkas.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sayuran

Leafy Vegetable atau sayuran daun merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi pada bagian daun dari tanamannya. Sayuran jenis ini yaitu bayam, kangkung, kubis, sawi sawi hijau, selada, bawang dan seledri. Secara morfologi, semua daun tumbuhan dikotil termasuk pundi-pundi daun dan tangkai daun yang mengikat pundi-pundi daun pada batang (Bautista.1990).

Sayur adalah semua jenis tanaman yang dapat dikonsumsi baik yang diambil dari akar, batang, daun, biji, bunga atau bagian lain yang masi segar untuk diolah menjadi masakan (Supriyadi MJ.2015).

Menurt Wakhid setiyawan karakteristik sayuran segar yaitu :

• Permukaan dalam keadaan segar, utuh dan tidak layu

• Tidak busuk

• Tidak berubah warna

• Bebas dari tanah atau kotoran lainnya

Sayuran mengandung zat gizi sangat berfungsi mengatur metabolisme ( proses kerja tubuh). Zat pengatur ini terdiri dari air, vitamin, dan mineral. Jenis zat gizi ini banyak terdapat pada makanan yang berasal dari sayuran dan buah-buahan.

Pada umumnya sayur lebih banyak mengandung zat tepung, karbohidrat, terutama sayur yang berasal dari akar. Sayuran yang berwarna hijau kandungan

(18)

gulanya lebih sedikit daripada sayuran yang berbentuk buah, dan sayuran yang berupa daun lebih banyak mengandung vitamin dan mineral. Sedangkan sebagian besar sayuran mengandung vitamin sesuai dengan warnanya;

• Sayuran yang berwarna hijau lebih banyak mengandung klorofil, vitamin A dan vitamin B

• Sayuran yang berwarna merah atau kuning banyak mengandung karotin dan vitamin A

• Sayuran yang berwarna kuning dan berasa asam lebih banyak mengandung vitamin C

• Sayuran yang memiliki aroma yang sangat tajam lebih banyak mengandung sulfur seperti kol, bawang, pete, jengkol dan yang lainya. (Supriyadi MJ.2015)

SAWI

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang di manfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah (Murdijati,dkk. 2015).

Gambar II.1 sawi hijau Sumber : ilmubudidaya.com

(19)

Jenis- jenis sawi berdasarkan warna yaitu sawi hijau, sawi huma dan sawi putih. Sawi di panen setelah dua bulan dengan cara mencabut seluruh tanaman atau memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah dan ada juga yang memetik daunnya satu persatu (Anonim, 1995)

Tabel II.1: kandungan gizi sawi hijau

No Komposisi Jumlah 1 Protein (g) 2,3 2 Lemak (g) 0,4 3 Karbohidrat (g) 4,0 4 Kalsium (g) 220 5 Posfor (mg) 38,0 6 Besi (mg) 2,9 7 Vitamin A (mg) 1.940,0 8 Vitamin B (mg) 0,09 9 Vitamin C (mg) 102 10 Energi (kal) 22,0 11 Serat (g) 0,7 12 Air (g) 92,2 13 Nutrium (mg) 20,0

(20)

2.2 Jenis kemasan

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk didistribusikan, ditransportasikan, dijual, disimpan, dan dipakai. Adanya pembungkus atau kemasan dapat membentuk untuk mencegah dan dapat mengurangi kerusakan, dan melindungi produk yang dikemas. Disamping itu pengemasan dapat berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. (astawan, 2008).

Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat dibedakan atas kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan makanan sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan ke makanan yang berpengaruh terhadap rasa, bau, dan warna. Kemasan sekunder merupakan kemasan lapis kedua setelah kemasan primer, yang memiliki tujuan untuk dapat memberikan perlindungan kepada produk. Kemasan tersier adalah lapisan ketiga setelah kemasan sekunder, dengan tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar lebih praktis dan efisien. Kemasan tersier bisa berupa kotak karton atau peti kayu (Astawan, 2008).

Pengemasan bahan pangan harus memperlihatkan lima fungsi-fungsi utama yaitu:

a. Harus dapat mempertahankan produk agar bersih dan memberikan perlindungan terhadap kotoran dan pencemaran lainnya.

b. Harus memberikan perlindungan pada bahan pangan terhadap kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar.

(21)

c. Harus berfungsi secara benar, efesien dan ekonomis dalam dalam proses penyekapan yaitu selama pemasukan bahan pangan ke dalam kemasan.

d. Harus mempunyai suatu tingkat kemudahan untuk di bentuk.

e. Harus memberi pengenalan, keterangan dan daya Tarik penjualan.(Buckle, dkk. 1985)

1. Bahan kemasan plastik

Plastik merupakan salah satu jenis bahan kemas yang sering digunakan selain bahan kemas lain seperti: kaleng, gelas, kertas, dan styrofoam. Plastik, bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Secara umum plastik tersusun dari polimer yaitu rantai panjang dan satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dan bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak ), lama kontak dan suhu makanan saat disimpan. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan dalam plastik ini maka semakin cepat terjadinya perpindahannya. Bahan kemasan plastik banyak di gunakan masyarakat dan bahan kemasan yang mudah didapat murah dan tahan lama namun tidak ramah lingkungan dan mengandung bahan zat kimia.

Jenis kemasan plastik yang termasuk untuk kemasan produk pangan:

a. PP: singkatan dari poly propylene, fungsinya dalam dunia kemasan sering dipakai untuk pelapis bahan kemasan lainnya,sebagai seal layer, maupun sebagai kemasan yang berdiri sendiri.

(22)

Gambar II.2 Kemasan Plastik PP Sumber : www.plasticpapercup.com

Plastik PP atau singkatan dari poly propylene merupakan termo plastik yang di buat oleh industri kimia dan di gunakan dalam berbagai aplikasi di anataranya pengemasan tekstil (contohnya tali, pakaian dalam termal, dan karpet), alat tulis berbagai tipe wadah terpakaikan ualng serta bagian plastik, perlengkapan laboratorium. Polipropena biasanya di daur ulang dengan simbolnya “5’.

b. PE : singkatan dari poly ethylene, fungsinya dalam dunia kemasan terkenal sebagai seal layer-lapisan perekat. plastik polietilen atau umum di sebut dengan PE merupakan plastik yang transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan serta kelenturan yang baik

Gambar II.3 kemasan Plastik PE Sumber : www.juraganplastik.com

Jenis plastk ini paling banyak di gunakan dalam industri karena memiliki sifat yang mudah di bentuk, tahan dengan bahan kimia, jernih dan mudah diliminasi .PE banyak di gunakan untuk mengemas buah dan sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil. Polietilen memiliki sifat, penampkan bervariasi,

(23)

dari transparan hinggah keruh, mudah di bentuk, lemas dan mudah di tarik, daya rentang tinggi tanpa sobek .

c. PVC : singkatan dari poly vinyl citrid, mengeluarkan gas beracun bila terkena panas, sehingga penggunaannya untuk poduk pangan hanya diijinkan untuk kemasan luar saja.

Gambar II.4 Kemasan plastik PVC Sumber : www.pasiensehat.com

Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC tahan secara biologi dan kimia, membuatnya menjadi plastik yang di pilih sebagai bahan pembuat pipa, pakaian, baju, kabel listrik.

d. OPP : singkatan dari oriented poly propylene, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap kelembaban. Plastik OPP ini mempunyai sifat kaku,jernih dan tidak berbau

(24)

Gambar II.5 Kemasan Plastik OPP Sumber : www.juraganplastik.com

Terdapat 2 macam jenis plastik OPP yaitu plastik OPP tanpa lem dengan menggunakan lem. Plastik OPP tanpa lem banyak industri yang sudah memakainya di gunaka pada pembukusan roti, pembungkus parcel, bingkisan ulatah dan aksesoris jepit. sedangkan pada plastik OPP lem bisa di gunakan untuk pembungkus pakaian, konveksi dan yang paling banyak di gunakan adalah plastik pembungkus undangan.

e. Nylon : merupakan gabungan dari PET dan OPP, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara dan kelembaban.

Gambar II.6 kemasan plastik Nylon Sumber : solusikemasan.com

(25)

f. PET : singkatan dari poly ethylene theraphalate, berfungsi untuk mengemas produk yang membutuhkan perlindungan ekstra terhadap udara.

Gambar II.7 kemasan plastik Pet (Pete) Sumber : mesinsakti.blogspot.com

Dari beberapa jenis plastik di atas yang relatif lebih aman digunakan untuk makanan atau bahan pangan adalah Polyethylene yang tampak bening dan Polypropylene yang lebih lembut dan agak tebal.

2. Bahan kemasan kertas

a. Kertas kraft terbuat dari kayu lunak dengan proses sulfat, kuat, dan banyak digunakan untuk kemasan. Kertas kraft dibuat dengan jalan kertas dilewatkan pelan-pelan ke press rolls saat menjelang akhir pembuatannya sehingga kertas menjadi kerisut.

Gambar II.8 kemasan kertas Kraft Sumber : https://yogyakartas.com

(26)

Kertas kraft (kraft paper) adalah kertas yang diproduksi melalui proses kimia. Proses ini menghasilkan pulp dengan kekuatan yang lebih tinggi di banding proses mekanis dan semi kimia. Pulp kertas yang di pakai bisa melalui proses bleaching atau tidak. Pulp yang di produksi melalui kraft memiliki elastisitas yang tinggi dan tahan terhadap sobekan. Kertas ini bisa di kenal sebagai kertas yang kuat dan tahan lama. Penggunaan kertas kraft yaitu pada kertas bungkus seperti pada untuk bungkus kertas plano.

b. Kertas lilin merupakan kertas yang di lapisi oleh lilin parafin dengan titik cair 46-52 dan di campur polietilen dengan titik cair 100-124. Kertas lilin merupakan kertas modifikasi dari kertas kraft dan kertas tahan lemak. Kertas lilin uamumnya di gunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun dan lain-lain. Permukaan, biaya produksi rendah, tahan minyak, dan dapat dikelim panas.

Gambar II.9 Kemasan kertas lilin Sumber : https://m.bukalapak.com

Kertas lilin hampir semua kertas dapat dilapisis lilin, caranya ialah lilin ditambahkan pada saat proses pembuatan kertas atau lilin ditambahkan pada saat akhir (finished sheet) berupa lilin basah atau lilin kering. Kertas lilin kering yaitu

(27)

kertas dilapisi lilin dan dilewatkan heat roller. Kertas lilin basah yaitu lilin mengeras permukaan kertas.

c. Kertas plastik merupakan modifikasi plastik yang dimbuat mirip dengan kertas. Kertas tertentu yang dilapisi oleh polistiren adalah q-kote (lapisan polistiren dua sisi) dan q-per (tidak dilapisi, tetapi permukaan kertas diolesi oleh larutan yang mengandung stiren). Sifatnya tahan minyak; tahan air/lembab; tidak ditumbuhi kapang; dan sering disebut kertas sintetik.

Gambar II.10. Kemasan Kertas Plastik Sumber : https://m.indonesian.alibaba.com

lembaran stirena dan mempunyai sifat daya sobek dan ketahanan lipat yang baik, daya kaku lebih kecil daripada kertas selulosa, tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban. Kertas plastik di buat karena keterbatasan sumber selulosa.

3 Bahan kemasan alami Daun Pisang

Secara trsdisional daun pisang banyak digunakan sebagai pembungkus makanan dalam pengolahan bahan pangan. Bahan pngan yang dibungkus daun pisang lalu dikukus akan memberikan cita rasa tertentu. (mohapatra dkk,2010).

(28)

Makanan khas Indonesia yang menggunakan daun pisang seperti lontong, nagasari dan tempe. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh sahaa dkk (2013) diketahui bahwa daun pisang berpotensi digunakan dalam bidang medis karena diketahui adanya aktivitas antimikroba dan antioksidan

Gambar II.11 Kemasan Daun Pisang

(Sumber : http://www.scribd.com/anni_intan/d/38865594-kemasan)

Daun pisang memiliki permukaan yang licin, rendah menyerap panas, kedap air dan udara, maka cocok untuk digunakan untuk mengemas. Namun kemasan daun pisang memiliki kekurangan yaitu tidak semua daun pisang baik digunakan untuk mengemas, dikarenakan sifat fisik yang berbeda terutama sifat fleksibilitas.

Penelitian mengenai flavor daun pisang masi minim namun pada penelitian Sahaa dkk, ini dapat diketahui bahwa ekstrak daun pisang mengandung asam galat yang merupakan tipe dari katekin. Katekin termasuk dalam golongan polifenol dan merupakan saahsatu senyawa sumber penghasil aroma.

(29)

4. Pengemas Logam

Kemasan logam, seperti kaleng logam, merupakan salah satu jenis kemasan logam tertua, terutama digunakan untuk pengemasan produk pangan olahan (diawetkan) (Rahimah.2011).

Gambar II.12 kemasan jenis logam Sumber : https://tandapagar.com

Bahan baku utama, pelat timah (tin plate), lembaran baja ringan (mild steel sheet), aluminium dan campurannya (aluminium alloy). Aluminium dan paduannya (alloy), umumnya digunakan untuk kemasan fleksibel atau semi fleksibel seperti dalam bentuk foil atau collapsible tub

2.3 Suhu

Secara sederhana, suhu dapat diartikan sebagai derajat panas suatu benda. Dengan kata lain, suhu adalah suatu besaran yang menyatakan tingkat panas dalam suatu benda atau zat yang dinyatakan dengan derajat tertentu (Anonim.2017).

(30)

Adapun jenis-jenis pengukur suhu adalah sebagai berikut: a. Termometer Digital

Termometer digital adalah termometer yang memiliki sensor digital dan layar LCD untuk menujukan tingkat suhu, sensor yang digunakan adalah termokopel. Termometer digunakan secara luas karena akurasi dan sensivitasnya dan digunakan secara luas untuk mengukur suhu badan, alat bantu memasak dan labolatorium. (Hedi. 2017)

Gambar II.13 Termometer Digital (Sumber : Hedi.2017)

Termometer digital biasanya menggunakan termokopel sebagai sensor untuk membaca perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yang berbeda. prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan anatara tegangan dengan temperatur .

b. Termometer alkohol

Termometer alkohol adalah alternatif dari termometer air raksa. Fungsi antara keduanya pun mirip. Namun tidak seperti termometer air raksa, termometer

(31)

alkohol lebih aman dan lebih lambat menguap. Alkohol yang digunakan biasanya berjenis etanol karena lebih murah dan lebih aman jika termometer pecah. Termometer etanol hanya bisa untuk mengukur suhu sampai 78° C sehingga sering digunakan untuk mengukur suhu badan dan suhu ruangan.

Gambar II.14 Termometer Alkohol (Sumber : Hedi.2017)

Termometer alkohol merupakan termometer yang menggunakan alkohol sebagai zat cair termometrik. Alkohol peka terhadap kenaikan suhu kecil sehingga kenaikan suhu kecil dapat terlihat dengan teliti. Namun tidak cocok untuk pengukuran suhu yang terlalu tinggi. Alkohol mempunyai titik bekunya sampai -112, sehingga dapat di gunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah, akan tetapi dalam penggunaan termometer kita harus memperhatikan jenis dan fungsi termometer tersebut.

c. Termometer Probe

Termometer probe adalah termometer yang memiliki ujung sensor yang runcing dan terhubung kabel panjang. Termometer ini digunkan secara luas dalam

(32)

bidang kesehatan, ritel, dan makanan sebagai penguji dengan cara menetrasi atau merendam termometer dan memiliki panjang kabel sekitar 1 meter.

Gambar II.15 Temometer Probe (Sumber : tokopedia.com )

Termometer probe memberikan pembacaan suhu instan dari makanan,cairan dan sampel semi – padat termometer probe sering di lengkapi dengan ujung runcing membuat mereka ideal untuk perendaman. Termometer ini ideal untuk digunakan dalam katering untuk pengujian kesehatan dan laboratorium.

b. Termometer Resistensi

Termometer resistansi adalah termometer yang digunakan untuk mengukur suhu antara -250 dan 700 derajat celcius. Cara kerjanya yaitu mencatat perubahan resistansi cairan yang mengalir melalui kawat platina yang dililitkan dengan bahan keramik atau kaca.

(33)

Gambar II.16 Termometer Resistansi (Sumber : Hedi.2017)

Selain platina termometer ini juga dapat menggunakan tembaga dan nikel, namu platina digunakan karena akurasinya dan rentang suhu yang dideteksi lebih luas dan termometer ini digunakan secara luas dalam bidang otomatisasi dan proses kontrol. (Hedi. 2017)

e. Termometer Bimetal

Termometer bimetal adalah termometer yang memanfaatkan perbedaan pemuaian antara dua jenis logam. Termometer ini terdiri dari dua buah keeping logam yang mempunyai koefesian mulai berbeda, sehingga ketika terkena perubahan suhu maka bimetal akan melengkung ke arah logam yang memiliki koefesien mui lebih kecil. Sedangkan jika suhu menurun maka keeping bimetal akan melengkung ke arah logam yang memiliki koefesien muai lebih besar. Termometer bimetal digunakan untuk mengukur suhu oven kompor, pemanggang dan thermostat. (Hedi.2017).

(34)

Gambar II.17 Termometer bimetal f. Termometer Resistor

Termometer resistor adalah termometer yang memanfaatkan perubahan hambatan jenis suatu penghantar akibat adanya perubahan suhu. Termometer ini berupa komponen elektronik. Akurasi termometer ini sangat tinggi namun harganya tergolong mahal. Termometer ini salah satunya digunakan dalam pipa bahan bakar gas.

Gambar II.18 Termometer Resistor (Sumber : Hedi.2017) g. Termometer inframerah

Termometer inframerah adalah termometer yang mengukur suhu dengan mendeteksi radiasi termal menggunakan laser. Termometer ini

(35)

memiliki kelebihan yaitu alatnya tidak perluh menyentuh objek. Termometer ini berfungsi untuk mengukur suhu tubuh dibagian tertentu dan dalam industri.

Gambar II.19 Termometer Inframerah (Sumber : Hedi.2017)

Suhu penyimpanan untuk sayuran harus memiliki standar agar penyimpanan setiap sayuran dan buah tidak rentan terhadap pembusukan. Standar suhu tersebut dapat diukur sekaligus dimonitor atau dipantau dalam kurun waktu tertentu dengan alat ukur suhu atau alat monitor suhu seperti microlite.

Microlite dapat membantu para pengusaha sayuran dan buah untuk mengukur dan memantau suhu dalam kurun waktu tertentu agar tidak busuk. Selain itu, microlite sangat efektif digunakan di berbagai hypermarket seluruh indonesia seperti hypermart, carrefour, hero. (Anonim,3013)

Penyimpanan bahan dengan jumlah yang sedikit atau banyak harus melihat dari jenis bahan itu sendiri. Setiap bahan memiliki spesifikasi sendiri untuk penyimpanannya. (Yono.2016)

(36)

Table II.2 : pengelompokan jenis makan terhadap lama waktu dan suhu

Jenis Waktu Suhu

Daging, ikan, udang dan olahan sejenisnya

Untuk penyimpanan 3 hari -5oc ~ 0oc Untuk penyimpanan 1 minggu -19oc ~ -5oc Untuk penyimpanan

lebih dari 1 minggu

-10oc

Telur, susu dan olahan sejenisnya Untuk penyimpanan 3 hari -5oc ~ 0oc Untuk penyimpanan 1 minggu -19oc ~ -5oc Untuk penyimpanan

lebih dari 1 minggu

-10oc Sayuran, tepung,

biji-bijian dan umbi kering

Untuk penyimpanan sayuran lebih dari 1 minggu

7oc ~ 10oc

Penyimpanan tepung, biji-bijian, dan umbi kering di suhu kamar

25oc

(Sumber : https://www.indotara.co.id/suhu-terbaik-dan-tata-cara-penyimpanan-bahan-makanan-anda&id=324.html.)

2.4 Kelembaban

Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrsi ini dapat di ekspresikan dalam kelembaban absolut. Alat yang di gunakan untuk mengukur kelembaban adalah higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan. Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan

(37)

sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C (32 °F). (Adi Wijaya. 2015)

Tanaman tumbuh dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri yang disebut dengan faktor internal, namun faktor yang berasl dari lingkungan disebut faktor eksternal. Beberapa dari faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kelembaban udara. Kelembaban udara berarti kandungan uao air di udara. Kelembaban dibutuhkan oleh tanaman agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi mengikat dan penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman begitupun sebaliknya. (krisna.2016).

Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah Higrometer. Higrometer dari bahasa Yunani yaitu hugros yang berarti lembab dan metre berarti mengukur. Higrometer merupakan alat untuk mengukur kelembaban udara. Ada beberapa jenis higrometer, misalnya higrometer titik jenuh. Cara kerjanya berdasarkan suhu titik jenuh udara pada saat kondensasii contohya higrometer listrik, bekerja berdasarkan pertambahan panjang rambut jika udara makin lembab. Bertambah panjangnya rambut ini digunakann untuk menggeserkan jarum penunjuk skala, sehinggaa kelembaban udara dapat diketahui. Satuan pengukuran untuk Higrometer adalah Persentase (%). (Surbawa.2016)

(38)

Gambar II.20 Hygrometer (Sumber : Hedi.2017) Jenis-jenis Higrometer adalah sebagai berikut:

1. Higrometer logam/kertas coil berguna untuk memberikan indikasi cepat dаrі perubahan kelembaban, tарі paling ѕеrіng digunakan pada perangkat уаng ѕаngаt murah dan akurasinya ѕаngаt terbatas. Higrometer іnі bekerja dеngаn pencarian mеlаluі unit identik уаng banyak ditampilkan dan menunjukkan perbedaan dalam kelembaban ditunjukkan dаrі 10% atau lebih.

2. Higrometer Rambut Ketegangan. Perangkat іnі menggunakan rambut manusia atau hewan dі bаwаh ketegangan. Panjang perubahan rambut dеngаn kelembaban dan perubahan panjang dараt diperbesar dеngаn mekanisme atau ditunjukkan pada dial atau skala. уаng ѕudаh dihilangkan lemaknya уаng kеmudіаn dikaitkan dеngаn pengungkit (engsel) уаng dihubungkan dеngаn jarum уаng menunjuk kepada skala sehingga memperbesar perubahan skala dаrі perubahan kecil dаrі panjangnya rambut.

3. Higrometer Elektronik. Higrometer elektronik іnі menggunakan Dewpoint уаng merupakan temperatur dі mаnа sampel udara lembab (atau uap air lainnya) berada pada tekanan konstan mencapai saturasi uap air. (Hedi.2017)

(39)

2.5 Integrasi Al-Quran

Dari uraian di atas, dapat di ketahui bahwa cara memperoleh makanan agar nutrisi atau kandungan gizi tetap terjaga dan tidak berbahaya pada tubuh. Tidak mengandung zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan kita, misalnya kolesterol tinggi atau bisa memicu asam urat kita, alami, tidak mengandung berbagai zat kimia karena dikemas pada wadah plastik, Masih segar, tidak membusuk atau basi sehingga warna, bau, dan rasanya berubah tidak berlebihan. Allah swt berfirman dalam QS. al-Midah/5 : 88



























Terjemahnya:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezeki-kan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Kementrian Agama RI;2012)

Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah. Makanlah apa saja yang halal menurut selera kalian, dari makanan yang diberikan dan dimudahkan Allah untuk kalian. Takutlah dan taatlah selalu kepada Allah selama kalian beriman kepada-Nya.

Pada Surah al-Maidah ayat 88 ini, Allah memerintahkan kepada hambanya agar mereka makan rezeki yang baik dan halal, yang telah dikaruniakannya kepada mereka “halal” disini mengandung pengertian halal bendanya dan halal cara memperolehnya. Sedangkan “baik” adalah dari segi kemanfaatannya. Yaitu

(40)

yang mengandung manfaat dan maslahat bagi tubuh, mengandung gizi, vitamin, protein dan sebagainya. Makan tidak baik, selain yang tidak mengndung gizi, juga jika dikonsumsi dapat merusak kesehatan. Maka Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai salahsatu perintah yang sangat tegas dan jelas.

Selain halal, makanan juga harus baik. Dan alasan mengapa Allah menganjurkan makanan yang bukan hanya halal tetapi juga baik karena mengkonsumsi semua makanan dan minuman yang bisa memudharatkan diri, apalagi kalau sampai membunuh diri baik dengan segera maupun secara perlahan misalnya racun (zat kimia), narkoba, dan yang sejenisnya

Tidak ada halangan bagi orang-orang mukmin yang mampu, untuk menikmati makanan dan minuman yang enak, tetapi haruslah menaati ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan syara’, yaitu: baik, halal, dan menurut ukuran yang layak dan tidak berlebihan. Maka pada akhir ayat ini Allah memperingatkan orang beriman agar mereka berhati-hati dan bertakwa kepadanya dalam soal makanan, minuman dan kenikmatan-kenikmatan lainnya.(Rosita.2015)

Selain dengan membahas baik dan halal pada makanan, juga membahas waktu penyimpanan. Yaitu beberapa hari sampaii sayuran tidak segar berubah warna dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Pentingnya lama penyimpanan yaitu untuk mengetahui berapa lama sayuran bisa bertahan dengan suhu dan yang berbeda-berbeda. Allah swt berfirman dalam QS. al-Ashr : 1

(41)



























































Terjemahnya:

“(1). demi masa (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian(,3). kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Kementrian Agama RI;2102)

Menurut Amiruddin (2004) , kata ِﺮْﺼَﻌْﻟاَو adalah waktu yang didalamnya berlangsung segala kejadian dan aktivitas. Pada ayat ini Allah swt bersumpah dengan waktu. Tujuannya agar kita memperhatikan dengan saksama. Waktu itu bersifat mutlak, berjalan terus. Keadaan makhlukpun berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Contohnya pada penelitian ini dari setelah sayuran dipanen ada waktu beberapa hari bagi sayuran untuk membusuk atau tidak dapat dikonsumsi lagi. Untuk memperlambat pembusukan pada sayuran maka dari itu digunakan wadah untuk menyimpan baik dari bahan alami maupun yang mengandung zat kimia. Penelitian ini juga menghasilkan bahwasanya lama penyimpanan pada sayuran akan mempengaruhi kualitas dari sayuran itu sendiri.

BAB III

(42)

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 sampai dengan Maret 2019 di Laboratorium Optik Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Termo Higrometer 2. Mikrometer sekrup 3. Daun pisang 4. Plastik 5. Kertas HVS 6. Aluminium foil 7. Sayuran sawi hijau 3.3 Prosedur kerja

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Tanpa menggunakan bahan kemasan

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

(43)

Gambar III.1 Mengukur suhu lingkungan

c. Menyimpan sayuran di tempat yang di inginkan tanpa diberikan perlakuan apapun.

Gambar III.2 Sawi hijau tanpa kemasan

d. Mengamati sayuran setiap hari hingga sayuran tersebut layu (tidak segar) dan berwana kuning kecoklatan .

(44)

2. Menggunakan berbagai bahan kemasan

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan b. Membersihkan sayuran dan bahan kemasan c. Mengukur ketebalan bahan kemasan

d. Mengukur suhu ruangan menggunakan termometer e. Menimbang massa sayuran setiap kemasan

f. Mengemas sayuran dengan menggunakan bahan kemasan yang telah dibersihkan

Gambar III.3 Sawi hijau dengan berbagai bahan kemasan g. Menyimpan hasil pengemasan pada tempat yang diinginkan

(45)

h. Mengulangi langkah- langkah a sampai e dengan kemasan yang berbeda i. Mengamati sayuran setiap hari hingga sayuran tersebut layu (tidak segar)

dan berwana kuning kecoklatan.

j. Mencatat hasil pengematan pada tabel pengamatan 3.4 Tabel Pengamatan

Tabel III.1. Kondisi sayuran dengan perlakuan tanpa pengemasan

No. Hari Ke Suhu (oc) Kelembaban (%) Kondisi sayuran

Tabel III.2. kondisi sayuran berdasarkan bahan kemasan Jenis kemasan...

(46)

3.5 Diagram Alir

Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian Mulai

Melakukan pengemasan (menggunakan bahan kemasan dan tanpa bahan kemasan

)

Melakukan pengamatan setiap hari hingga sayuran layu dan berwarna

kuning kecoklatan

Selesai

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Dasar jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penelitian ini menggunakan sayuran sawi hijau dari berbagai jenis bahan kemasan plastik, aluminium foil, kertas dan daun pisang segar, serta tanpa kemasan sebagai variabel kontrol dan membandingkan lama waktu kesegaran sayuran dari tiap kemasan yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan alat Termohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban pada sayuran sawi hijau disetiap kemasan yang berbeda. Untuk kemasan daun pisang segar memiliki ketebalan 0,33 mm, kemasan aluminium foil memiliki ketebalan 0,49 mm, plastik memiliki ketebalan 0,010 mm dan kertas dengan ketebalan 0,08 mm atau setara dengan satu lembar dari masing-masing jenis kemasan.

Dalam penelitian ini, setiap kemasan disimpan pada kardus. Dengan cara disusun sejajar dalam kardus sehingga membutuhkan 10 kardus untuk memuat empat jenis kemasan yang berbeda. Pengecekan sampel dilakukan sekali sehari yaitu tiap pukul 09.00 WITA sampai selesai. Dengan mengukur suhu dan kelembaban sayuran serta lingkungan.

(48)

4.1 Suhu Sayuran Sawi Hijau

Hasil dari penelitian yang diperoleh dari pengambilan data secara berulang setiap hari terhadap kesegaran sayuran sawi hijau dari berbagai kemasan dan tanpa kemasan dilihat dari nilai suhu yang dilakukan sampai sayuran tidak layak dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1: Nilai suhu sayuran sawi hijau dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan

Tanpa kemasan

Aluminium foil

Daun pisang Plastik Kertas T0 (oC) T1 (oC) T0 (oC) T1 (oC) T0 (oC) T1 (oC) T0 (oC) T1 (oC) T0 (oC) T1 (oC) 28,5 29,0 28,5 29,4 28,5 30,0 28,5 29,7 28,5 29,9 28,5 29,5 28,5 29,7 28,5 29,6 28,5 29,7 28,5 29,7 28,5 30,0 28,5 29,3 28,5 29,4 28,5 29,3 28,5 29,3 - - 28,5 29,5 28,5 29,6 28,5 29,9 28,5 29,9 - - 28,5 29,6 28,5 29,4 28,5 - 28,5 - - - 28,5 27,6 28,5 27,5 28,5 - 28,5 -

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan setiap hari terhadap sayuran sawi hijau dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

(49)

Gambar 4.1 Grafik nilai suhu dari berbagai kemasan dan tanpa kemasan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai suhu awal pada sayuran sawi hijau dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan yaitu rata-rata 28,50C, sedangkan pada suhu akhir dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan berbeda-beda. Untuk perlakuan tanpa kemasan hari pertama dari sampel yang digunakan yaitu sawi hijau memiliki nilai rata-rata suhu akhir yaitu 29,50C menunjukan suhu tinggi yang menyebabkan sayuran sawi hijau menjadi layu karena berada ditempat terbuka tanpa terbungkus, sehingga tidak bias mengontrol laju respirasi. Hari ketiga suhu meningkat menjadi 30,0 0C menyebabkan batang sawi keriput, dan layu serta berubah warna dan tidak layak komsumsi.

Untuk nilai suhu pada kemasan daun pisang rata-rata suhu lingkungan 29,50C, pada hari pertama nilai suhu dengan suhu 30,00C, namun sayuran sawi tetap segar dalam kemasan karena ada daun pisang yang mengotrol laju respirasi pada sayuran. Untuk hari kedua sampai pada hari kelima nilai suhunya rata-rata 29,50C dan suhu pada hari keenam nilai suhunya 27,50C. sayur sawi menjadi layu,

26 26.5 27 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 1 2 3 4 5 6 su hu Hari ke- T0(TK) T1 (TK) T0 (AL) T1 (AL) T0 (DP) T1 (DP) T0 (P) T1 (P) T0 (K) T1 (K)

(50)

warna daun menguning dan batang yang keriput. Untuk nilai suhu pada kemasan aluminium foil, hari pertama samapai hari kelima nilai suhunya rata-rata 29,50C, namun sayuran pada kemasan aluminium foil masih segar dan pada hari ke enam nilai suhunya 27,60C. sayuran sawi menjadi layu dan berubah warna pada dau tetapi batang tidak keriput.

Untuk kemasan plastik nilai suhu pada hari pertama dan hari ke tiga nilai suhunya rata-rata 29,70C namun sayuran sawi masi segar, sedangkan pada hari ke empat nilai suhunya 29,90C dan kondisi sawi hjiau pada kemasan sudah layu dan berubah warna pada daun. Sedangkan pada kemasan kertas nilai suhu pada hari pertama dan hari ke empat memiliki nilai suhu rata-rata 29,90C tetapi pada hari pertama dan ke tiga sayur sawi pada kemasan masi segar, namun pada hari ke empat kondisi sayuran pada kemasan sudah layu pada batang dan daun dan sudah berubah warna.

4.2 Nilai kelembaban dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan terhadap kesegaran sayuran

Hasil dari penelitian yang diperoleh dari pengambilan data secara berulang setiap hari terhadap sayuran sawi hijau dilihat dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

(51)

Tabel 4.2 Nilai kelembaban sayuran sawi hijau dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan

Hari

Jenis Kemasan Tanpa

kemasan Plastik Daun Pisang Kertas

Aluminium foil Kelembaban (%) Kelembaban (%) Kelembaban (%) Kelembaban (%) Kelembaban (%) 1 68 60 60 61 61 2 69 69 69 69 69 3 69 75 75 75 75 4 - 69 66 66 68 5 - - 66 - 68 6 - - 62 - 62

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan setiap hari terhadap sayuran sawi hijau nilai kelembaban dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Gambar 4.2Grafik nilai kelembaban dari berbagai kemasan dan tanpa kemasan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 ke le m ba ba n ( % ) Hari ke- tanpa kemasan (%) Plastik (%) Daun pisang (%) Kertas (%) Aluminium foil (%)

(52)

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kelembaban pada sayuran sawi hijau berbeda. Untuk sayuran sawi hijau tanpa kemasan yang hanya bertahan tiga hari rata-rata kelembabannya yaitu 68% dan kondisi sayuran pada hari ke tiga sudah layu dan tidak layak komsumsi lagi. Untuk yang menggunakan kemasan aluminium foil bertahan selama 6 hari. Kelembaban dari hari pertama sampai hari ke enam yaitu rata-rata 67% tetapi nilai kelembaban pada hari ke tiga yaitu 75% hal ini di sebabkan oleh lingkungan yang sedang panas dengan suhu lingkungan 30,0 0C. Untuk kemasan daun pisang nilai kelembaban pada hari pertama yaitu 60% tetapi pada hari ke-tiga nilai kelembabannya naik yaitu 75% hal ini di sebabkan oleh lingkungan yang sedang panas dengan suhu lingkungan mencapai 30oC sedangkan pada hari ke-empat, ke-lima dan ke- enam nilai kelembabannya rata-rata 66%. kondisi sayuran pada hari ke-enam sayuran sudah layu dan daun sudah berubah warna, batang sudah keriput.

Untuk kemasan plastik nilai kelembaban pada hari pertama yaitu 60% sedangkan untuk hari ke-tiga nilai kelembabannya naik yaitu 75% hal ini di sebabakan oleh suhu lingkungan yang sedang panas yang mengakibatkan sayuran pada kemasan tersebut berkeringat, sedangkan pada hari ke-empat nilai kelemababannya yaitu 66%. Kondisi sayuran sudah layu dan sudah keriput. Umtuk kemasan kertas nilai kelembaban pada hari pertama yaitu 61%, sedangkan pada hari ke-tiga nilai kelembabannya naik yaitu 75%, dan untuk hari ke-empat nilai kelembabannya yaitu 666%. Kondisi sayuran sudah layu, berubah warna pada daun dan keriput pada batang.

(53)

Perbandingan kesegaran sayuran dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan di lihat dari susut bobot massa

Tabel 4.3 Nilai massa dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan terhadap kesegaran sayuran

Tanpa kemasan

Aluminium foil

Daun pisang Plastik Kertas M0 (gr) M1 (gr) M0 (gr) M1 (gr) M0 (gr) M1 (gr) M0 (gr) M1 (gr) M0 (gr) M1 (gr) 53 48 36 35 40 39 43 40 43 38 53 35 44 43 53 52 47 44 37 27 53 24 42 41 37 36 45 42 36 25 - - 36 35 56 55 30 27 32 15 - - 40 39 46 44 - - - - - - 50 49 50 48 - - - -

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan setiap hari terhadap sayuran sawi hijau, nilai susut bobot massa dari berbagai bahan kemasan dan tanpa kemasan dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4.3 nilai massa dari berbagai bahan kemasan terhadap ke segaran sayuran 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 M as sa ( gr ) Hari-ke Mo(Tk) M1(Tk) M0(AL) M1(AL) M0(DP) M1(DP) M0(P) M1(P) M0(K) M1(K)

(54)

Berdasarkan grafik diatas nilai susut bobot massa pada berbagai kemasan dan tanpa kemasan, untuk tanpa kemasan nilai massa awal yaitu 53 gram dan massa akhir yaitu 24 gram dari nilai massa tersebut dapak kita ketahui bahwa massa mempengaruhi ke segaran sayuran. Untuk kemasan aluminium foil nilai rata-rata massa awal pada hari pertama 36 gram dan massa akhir 35 gram, sedangkan nilai massa pada hari ke-enam nilai massa awal rata-rata 50 gram dan massa akhir 49 gram. Kondisi sayuran pada hari ke-enam sudah layu dan berubah warna pada daun tetapi masi keras pada batang dan tidak keriput. Penurunan nilai susut bobot massa pada aluminium foil untuk hari pertama dan hari ke-enam masing turun 1 gram.

Untuk kemasan daun pisang nilai massa pada hari pertama rata-rata 40 gram dan nilai rata-rata massa akhir 39 gram, pada kemasan daun pisang penurunan nilai susut bobot masaa pada hari pertama sampai hari ke-empat masing turun 1gram, namun untuk hari ke-lima dan ke-enam nilai massa turun masing-masing 2 gram. Untuk kemasan plastik nilai massa rata-rata pada hari pertama 40 gram dan massa akhir 39 gram, untuk hari pertama sampai hari ke-dua penurunan nilai massa masing-masing 1 gram, tetapi pada hari ke-tiga dan ke- empat masing-masing nilai massa turun 3 gram. Sedangkan pada kemasan kertas nilai rata- rata massa awal pada hari pertama 43 gram dan massa akhir 38 gram penurunan nilai massa 5 gram, untuk hari ke-dua dan ke-tiga penurunan nilai massa masing - masing 10 gram, sedangkan pada hari ke-empat penuran massa 17 gram.

(55)

Dari penelitian dapat dilihat juga waktu penyimpanan. Yaitu beberapa hari sampai sayuran tidak segar berubah warna dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Pentingnya lama penyimpanan yaitu untuk mengetahui berapa lama sayuran bisa bertahan dengan suhu dan yang berbeda-berbeda. Allah swt berfirman dalam QS al-Ashr/103 : 1-3

ﺮ ۡﺼَﻌۡﻟٱَو

۱

َﻟ َﻦ َٰﺴﻧِ ۡﻹٱ ﱠنِإ

ﺮ ۡﺴُﺧ ﻲِﻔ

۲

ْا ۡﻮَﺻاَﻮَﺗَو ِﺖ َٰﺤِﻠ ٰﱠﺼﻟٱ ْاﻮُﻠِﻤَﻋَو ْاﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟٱ ﱠﻻِإ

ﺮۡﺒﱠﺼﻟﭑِﺑ ْا ۡﻮَﺻاَﻮَﺗَو ﱢﻖَﺤۡﻟﭑِﺑ

۳

Terjemahnya:

“(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. (3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Kementrian Agama RI;2012)

Dari penjelasan ayat diatas maka penelitian ini dilakukan agar kita memperhatikan dengan saksama. Waktu itu bersifat mutlak, berjalan terus. Keadaan makhluk pun berubah sesuai dengan perjalanan waktu. Contohnya pada penelitian ini dari setelah sayuran dipanen ada waktu beberapa hari bagi sayuran untuk membusuk atau tidak dapat dikonsumsi lagi. Untuk memperlambat pembusukan pada sayuran maka dari itu digunakan wadah untuk menyimpan baik dari bahan alami maupun yang mengandung zat kimia. Penelitian ini juga menghasilkan bahwasanya lama penyimpanan pada sayuran akan mempengaruhi kualitas dari sayuran itu sendiri.

(56)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai suhu setiap kemasan berbeda-beda setiap harinya tetapi tidak signifikan hal ini disebabkan karena suhu lingkungan disekitar tidak dikontrol sehinggah suhu pada kemasan di pengaruhi oleh suhu lingkungan.

2. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai kelembaban setiap kemasan berbeda-beda setiap harinya, tetapi tidak signifikan hal ini di sebabkan karena suhu lingkungan disekitar tidak dikontrol sehinggah suhu pada kemasan di pengaruhi oleh suhu lingkungan.

3. Perbandingan kesegaran sayuran dari berbagai jenis pegemasan yaitu sayuran sawi hijau yang menggunakan kemasan daun pisang dan aluminium foil lebih lama bertahan kesegarannya dibandingkan tanpa kemasan dan yang dikemas dengan plastik, dan kertas. Dan kesegaran sayuran di pengaruhi juga oleh massa, semakin layu maka semakin turun juga massanya.

5.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya sebaiknya ketebalan setiap jenis kemasan divariasikan baik dari bahan alami dan plastik atau bahan kemasan lain dengan mengontrol suhu lingkungan

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul aziz dahlan et al. Ensiklopedia Hukum islam

Adi wijaya. 2015. Kandungan gizi dan manfaat sayuran sawi hijau. Jakarta: Puspa Swara

Arief Suseno. 2013. Kembang Kol atau Kubis Bunga. Jakarta: Puspa Swara Anonim. 1995. Sayuran Komersial. Jakarta: PT Penebar Swadaya

Anonim. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat bunga Kol bagi Kesehatan. https://www tips cara manfaat.com Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018

Bautista, O.K.1990.Postharvest Technology for Southheast Asian PerishableCrops. Technology dan Livelyhoods Resource Center. Philippines.

Buckle, dkk. 1985. Ilmu pangan. UI press

Dalimartha,setiawan: Adrian Felix. 2011. Manfaat Buah dan Sayur. hlm.119-123.

Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 978-602-8661-51-5. Diakses pada Tanggal 24 januari 2019

Dr. Hamka. 1984. Tafsir Al Azhar. Jakarta: PT Pustaka Panjimas. hal 304-305

Diakses pada Tanggal 24 januari 2019

Hadis riwayat Bukhari no. 5933

Hedi,Sasrawan. 2017. 10 Jenis Termometer (Beserta Fungsi dan Gambar) hedisasrawan.blogspot.com Diakses pada tanggal 29 Oktober 2018

Herman, Rahardjo,Mono. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Hlm. 72 – 73. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 979-489-877-5.

ilmubudidaya.com

Kementrian Agama RI. 2012. Diakses pada tanggal 03 Maret 2019 Mareta Daetio dan Shofia Nur A Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas

(58)

Plastik Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. Diakses pada tanggal 27 Juli 2018

Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah

Murdijati,dkk. 2015. Penanganan Segar Hortikultura Untuk Penyimpanan dan Pemasaran. Prenadamedia Group ,Jakarta

Rosita. 2015. Makanan Halal dan Baik Menurut Al-Qur'an dan Hadits . PAI IAIN

Rahimah, souviah. 2011. Kemasan Logam.Jurusan Tehnik Industri pangan FTIP. Universitas Padjadjaran

Sahaa, R.K., Srijan A., Syed Sohidul H.S., Priyanka R. 2013. Medicinal activities of the leaves of Musa sapientum var. sylvesteris in vitro, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 3 (6), 476-482. Diakses pada tanggal 02 Desember 2018

Surbawa,Putra. 2016. alat pengukur kelembaban udara beserta penjelasan,jenis dan cara mengisinya

Sembiring, N N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabe Merah (Capsicum Annum L) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

solusikemasan.com

Sunarno.Hendri.(2015). Bertanam 36 Jenis Sayur.hlm.45 – 53. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 978-979-002-579-0. Diakses pada tanggal 24 Januari 2019

Supriyadi, MJ. 2015. Pengertian Sayuran dan Fungsi Sayuran. https://Kumpulanresep07.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018 Sri, dkk. 2012. Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Dan Lama Penyimpanan

Terhadap Kadar Vitamin C Dan Susut Berat Cabai Rawit

(59)

PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru. Diakses pada tanggal 27 Juli 2018

Syarief,R.,dkk.1989. Teknologi pngemasan pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan,PAU Pangan dan Gizi,IPB

Titri Siratantri Mastuti, Ratna Handayani. 2014. Senyawa Kimia Penyusun EkstrakEthyl Asetat Dari Daun Pisang Batu Dan Ambon Hasil Distilasi Air. Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Pelita Harapan Jl. M.H. Thamrin Boulevard, Tangerang – Banten 15811

Yono.2016.klasifikasi dan Morfologi Tanama Sawi.http://agropage.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Juli 2018

(60)

Nurhania adalah nama penulis skripsi ini. Lahir pada tanggal 18 maret 1997,di LUWU Provinsi Sulawesi selatan. Penulis merupakan anak ke 3 dari 8 bersaudara, dari pasangan Tamrin dan Salma. Penulis pertama kali masuk pendidikan di SD Negeri 33 Bonelemo, kemudian melanjutan sekolah menengah pertama di Mts Bonelmo . setelah tammat di Mts, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 14 LUWU dan tamat pada tahun 2015. Dan pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Sains Dan Teknologi Jurusan Fisika dan tammat pada tahun 2019.

Dengan ketekunan motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha. Penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang besar-besarnya atas terselesaikan skripsi yang berjudul “ PERBANDINGAN KESEGARAN SAYURAN DARI BERBAGAI BAHAN KEMASAN DILIHAT DARI SUHU DAN KELEMBABAN

(61)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(62)

LAMPIRAN ALAT DAN

BAHAN

(63)

(64)

(65)
(66)

LAMPIRAN

PENGUKURAN

Penimbangan massa

sayuran

(67)

Pengukuran suhu dan

kelembaban

(68)

LAMPIRAN HASIL

PENGUKURAN

(69)

Sayuran sawi hijau Jenis Perlakuan Hari ke Kondisi Sayuran Tanpa kemasan 1 2 3 Kemasan Daun pisang 1 2

(70)

3 4 5 6 Kemasan plastik 1 2

(71)

3

4

Kemasan kertas

(72)

2

3

4

Aluminium

(73)

2

3

4

(74)
(75)

LAMPIRAN

PERSURATAN

(76)
(77)
(78)
(79)

Gambar

Gambar II.1 sawi hijau  Sumber : ilmubudidaya.com
Tabel II.1:   kandungan gizi sawi hijau
Gambar II.3 kemasan Plastik PE  Sumber :  www.juraganplastik.com
Gambar II.4 Kemasan plastik PVC  Sumber :  www.pasiensehat.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diduga terdapat sensitifitas yang berbeda pada setiap wanita sehingga perubahan hormon yang terjadi pada saat kehamilan dan pasca  persalinan menyebabkan terjadinya

Hasil menunjukan bahwa ekstrak etanol buah kecombrang memiliki potensi sebagai imunomodulator pada dosis 300 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB dengan efektivitas yang tidak berbeda

Praktikan membantu membuat Cover Billing, Surat Pengiriman & Surat Pengantar Dokumen Billing, Memperbaruhi harga pada SAP, dan membuat Delivery Note untuk

Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

Berdasarkan tinjauan dari peta geologi, peta jenis tanah, peta abrasi, peta DAS, dan peta tata guna lahan dalam RTRW Kabupaten Demak tahun 2011-2031 maka pembuatan

Setiap rencana pembangunan Desa Keji merupakan atas usul masyarakat bukan berdasarkan apa yang di kehendaki oleh pemerintah, sehingga partisipasi masyarakat sudah baik

Dua tahun umur Wa Ode Kamomono Kamba, lalu lahir lagi adiknya laki-laki yang diberi nama La Ode Wuna, tetapi ini pun tidak sempurna, yaitu sepotong ular dari kaki sampai pusat, dan

Rekomendasi ini berlaku selama 5 (lima) tahun. J- pabila perusahaan tersebut akan melakukan perubahan, dan/atau penambahan ope'asional kegiatan Pengangkutan Limbah B3