• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keengganan Siswa Untuk Sekolah (Kasus di Kecamatan Rantau Utara Kelurahan Rantau Prapat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keengganan Siswa Untuk Sekolah (Kasus di Kecamatan Rantau Utara Kelurahan Rantau Prapat)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KEENGGANAN SISWA UNTUK SEKOLAH

(Kasus di kecamatan Rantau Utara kelurahan Rantau Prapat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Persyaratan Ujian Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

OLEH:

JULI ARTA PAKPAHAN

(030905024)

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

NAMA : JULI ARTA PAKPAHAN

NIM : 030905024

DEPARTEMEN : ANTROPOLOGI

JUDUL : KEENGGANAN SISWA UNTUK SEKOLAH

(Kasus di Kecamatan Rantau Utara Kelurahan Rantau Prapat)

Medan, Januari2009

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen Antropologi

(Drs. Lister Berutu, MA) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)

Nip. 131676488 Nip. 131882278

DEKAN FISIP USU

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

ABSTRAKSI ... vii

BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Lokasi Penelitian ... 10

1.5 Tinjauan Pustaka ... 11

1.6 Metode Penelitian ... 16

1.7 Analisa Data ... 17

BAB II : Gambaran Umum Desa Gambaran Lokasi Penelitian 2.1 Sejarah Kota Rantau Prapat ... 18

2.2 Letak Dan Kondisi Lingkungan Alam kota Rantau Prapat ... 19

2.3 Pola Pemukiman ... 23

(4)

4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 24

4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur ... 26

4.3 KomposisiPenduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28

4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan ... 29

2.5 Sarana Dana Prasarana 5.1 Sarana Pendidikan ... 30

5.2 Sarana Ibadah ... 36

5.3 Sarana Kesehatan ... 38

5.4 Sarana Transportasi ... 39

BAB III : Konsep Masyarakat Tentang Pendidikan 3.1 Gambaran Umum Responden ... 41

3.2 Pengertian Masyarakat rantau Prapat Tentang Pendidikan ... 43

3.3 Konsep Masyarakat Rantau Prapat tentang Ilmu Pengetahu ... 47

3.4 Sikap Masyarakat Rantau Prapat Terhadap Sekolah ... 51

3.4.1. Sikap Bapak/Ibu (orang tua) terhadap anak ... 52

3.4.2. Sikap Anak Terhadap Sekolah ... 57

BAB IV : Keengganan Untuk Sekolah 4.1 Keengganan ... 60

4.1.1. Sumber Keengganan ... 61

4.1.2. Terjadinya Keengganan ... 64

4.1.3. Bentuk / Wujud Keengganan ... 66

(5)

BAB V : Kesimpulan Dan Saran

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN: 1. Surat Keterangan Telah Meneliti

2. Daftar Koesioner

3. Daftar Interview Guide

(6)

DAFTAR TABEL

1. TABEL 1 : Tingkat Angka Partisipasi Sekolah dari 14 Kecamatan di

Rantau Prapat Usia 13-19 Tahun……… 7

2. TABEL 2 : Jadwal Renana Kerja Menurut Waktu Pengerjaannya………17

3. TABEL 3 : Komposisi Penggunaan Lahan………... 21

4. TABEL 4 : Bangunan Rumah Menurut Kwalitasnya………... 23

5. TABEL 5 : Komposisi Penduduk Menurut Agama……….. 24

6. TABEL 6 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur……….26

7. TABEL 7 : Komposisi Penduduk Menurut Status Pendidikan………. 28

8. TABEL 8 : Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan……….. 29

9. TABEL 9 : Sarana Pendidikan di Kecamatan Rantau Utara……… 31

10.TABEL 10: Jenis Kendaraan……….. 39

11.TABEL 11: Gambaran Umum Responden………. 41

12.TABEL 12: Gambaran Responden Berdasarkan Status Pendidikan Bagi Remaja Usia 13-19 Tahun……….. 42

13.TABEL 13: Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….43

14.TABEL 14: Respon Responden Terhadap Pendidikan Dan Sekolah………..46

(7)

ABSTRAKSI

Didorong oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat baik bagi masyarakat perkotaan maupun bagi masyarakat pedesaan membuat penulis merasa ingin mengungkapkan bagaimana kondisi pendidikan formal pada masyarakat Rantau Utara khususnya pada masyarakat di kelurahan Rantau Prapat.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menggambarkan pendidikan formal pada masyarakat Rantau Prapat dengan cara yang sehidup-hidupnya agar pembaca dapat memahami hasil dari penelitian ini dengan bahasa yang sangat sederhana. Tetapi dalam penelitian ini juga penulis menggunakan data kuantitatif berupa koesioner atau angket kepada orang tua dan anak untuk mengetahui gambaran umum tentang keengganan siswa untuk sekolah.

Tidak hanya koesioner, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa metode observasi dengan menggunakan tehnik wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan dengan orang – orang yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, seperti orang tua dan anak yang putus sekolah, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya kecenderungan remaja usia 13-19 tahun enggan untuk bersekolah. Walaupun anggapan dan tanggapan mereka tentang sekolah dan pendidikan itu baik, namun tidak begitu dengan tindakan mereka untuk memajukan pendidikan itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (i) faktor dari dalam diri individu itu sendiri, (ii) faktor dari Lingkungan, dan (iii) faktor dari orang tua. Hal itu juga dimulai dengan pengenalan mereka akan dunia kerja dan uang.

(8)

ABSTRAKSI

Didorong oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi semua kalangan masyarakat baik bagi masyarakat perkotaan maupun bagi masyarakat pedesaan membuat penulis merasa ingin mengungkapkan bagaimana kondisi pendidikan formal pada masyarakat Rantau Utara khususnya pada masyarakat di kelurahan Rantau Prapat.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menggambarkan pendidikan formal pada masyarakat Rantau Prapat dengan cara yang sehidup-hidupnya agar pembaca dapat memahami hasil dari penelitian ini dengan bahasa yang sangat sederhana. Tetapi dalam penelitian ini juga penulis menggunakan data kuantitatif berupa koesioner atau angket kepada orang tua dan anak untuk mengetahui gambaran umum tentang keengganan siswa untuk sekolah.

Tidak hanya koesioner, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa metode observasi dengan menggunakan tehnik wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan dengan orang – orang yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, seperti orang tua dan anak yang putus sekolah, serta tokoh-tokoh masyarakat setempat.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya kecenderungan remaja usia 13-19 tahun enggan untuk bersekolah. Walaupun anggapan dan tanggapan mereka tentang sekolah dan pendidikan itu baik, namun tidak begitu dengan tindakan mereka untuk memajukan pendidikan itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (i) faktor dari dalam diri individu itu sendiri, (ii) faktor dari Lingkungan, dan (iii) faktor dari orang tua. Hal itu juga dimulai dengan pengenalan mereka akan dunia kerja dan uang.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan

kebutuhan perumahan, sandang dan pangan. Bahkan, dalam sebagian keluarga,

pendidikan merupakan kebutuhan umum. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas

perumahan, pakaian bahkan makanan demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya.

Negara Indonesia telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan

Dasar 6 tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.

Maksud dan tujuan Wajib Belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa

untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan

masyarakat banyak.

Dari sekian banyak masalah dalam dunia pendidikan di Sumatera Utara (Medan)

khususnya Labuhan Batu, salah satu yang begitu menonjol. Tingginya jumlah anak usia

sekolah yang tidak lagi/belum mengecap pendidikan, saat ini diperkirakan 7000 lebih

anak usia sekolah di daerah penghasil sawit dan karet ini tidak bersekolah. Kepala Dinas

Pendidikan Labuhan Batu Drs Rajo Makmur Siregar MPd, mengatakan hal itu pada saat

menutup kegiatan Work Shop Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

se-Kecamatan Rantau Utara (Jumat, 30/3). Dari angka tersebut, sedikitnya 200 anak usia

sekolah yang tidak mengecam pendidikan di inti kota tepatnya Kecamatan Rantau Utara.

(10)

peraturan kepada orangtua agar tidak mempekerjakan anaknya yang masih dalam usia

sekolah1

Pembinaan kebudayaan itu tidak terlepas dari perhatian dan tanggungjawab yang

harus dilakukan oleh berbagai pihak. Mengacu pada konsep pendidikan (Education for .

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan secara langsung maupun tidak langsung berfungsi untuk pembinaan

kebudayaan, yaitu sebagai lembaga pelestarian nilai-nilai budaya lama sekaligus sebagai

pembentuk nilai-nilai budaya yang baru dalam masyarakat (Aritonang, 1998:7).

Di dalam rumusan Edward B.Taylor (dalam H.A.R. Tilaar,2002) mengatakan tidak

ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya

tidak ada suatu kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan. Proses

kebudyaan dan pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia di dalam

suatu masyarakat tertentu.

Seorang antropolog klasik seperti Margaret Mead (Growing up in New Guinea dalam

H.A.R. Tilaar, 2002) yang mengatakan penelitian di Irian Timur sekitar tahun 1928,

melihat betapa peranan pendidikan berada di dalam suatu kebudayaan bahkan ketika

Margaret mengunjungi kembali tempat penelitiannya semula di pulau-pulau Pasifik

(Coming of Age in Samoa) beberapa puluh tahun sesudah penelitiannya tampat terjadi

perubahan kebudayan yang pasti terjadi karena peranan pendidikan.

1

(11)

All) yang dicetuskan di Jomtien, Bangkok, Thailand tahun 1990 pelaksanaan pendidikan

tersebut merupakan tanggungjawab dan dilakukan secara bersama-sama antara

pemerintah, masyarakat dan keluarga (orangtua).

Perhatian dan tanggungjawab pemerintah dalam memajukan pendidikan ditandai

dengan memberikan fasilitas infrastruktur yang berupa banyaknya

gedung-gedung/bangunan sekolah beserta dengan fasilitasnya. Pengadaan guru-guru dan

kesejahteraannya agar tercipta keharmonisan dalam proses belajar mengajar.

Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat 1 mengatakan, “Setiap warga negara berhak

mendapat pendidikan” dan Ayat 2 mengatakan “Setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Janji pemerintah ini dikukuhkan

lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni

2003 dan ditanda tangani Presiden 8 Juli 2003.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 antara lain

disebutkan: Pertama, “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu (Pasal 5 Ayat 1). Kedua, “Setiap warga negara yang berusia

tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 Ayat 1). Ketiga,

“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta

jaminan terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa

diskriminai (Pasal 11 Ayat 1). Keempat, “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib

menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga

negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun (Pasal 11 Ayat 2)2

2

Menuntut Tanggungjawab Negara Atas Pendidikan

Sumber: http:/id.wikipedia.org/wiki/menurut-tanggung jawab-negara-atas-pendidikan

(12)

Undang-Undang No.14 tentang Guru dan Dosen tahun 2005 Bab 1 Pasal 1, guru

adalah pendidik profesional dengan tujuan utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

dini baik jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi

dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat3

Perhatian dan tanggungjawab tersebut di atas didukung oleh faktor ekonomi yang

memadai. Tak heran jika ada slogan yang mengatakan “Pendidikan itu mahal”.

Pendidikan kita masih belum memadai untuk menopang terwujudnya Sumber Daya

Manusia yang handal. Secara umum masih sering disebutkan bahwa kualitas pendidikan .

Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal

49 ayat 1 mengemukakan bahwa “Dana pendidikan selain gaji pendidikan dan biaya

pendidikan dinas dialokasi minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pandapatan Dan

Belanja Daerah (APBD).

Tanggungjawab keluarga terletak pada usaha meningkatkan pendidikan anak. Karena

keluarga merupakan pendidik pertama dan utama yang meletakkan dasar-dasar nilai

moral dan budaya pada generasi mendatang. Keluarga juga merupakan landasan pertama

dalam menentukan corak kehidupan anak di masa depannya (Goode, 1985:65 dalam

Aritonang, 1998). Selanjutnya sikap dan prilaku anak dalam keluarga akan

mempengaruhi corak kehidupan masyarakatnya.

3

(13)

di Indonesia rendah dibandingkan kualitas pendidikan di negara-negara lain4

Darmaningtyas menunjukkan kenyataan, sekolah negeri yang seharusnya menetapkan

biaya pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat (termasuk masyarakat bawah) kini

justru menaiki biaya pendidikan. Akibatnya, akses dan kesempatan masyarakat kelas

bawah untuk bisa memperoleh dan menikmati pendidikan semakin terbatas. Kemudian (Ki

Supriyoko, 2005 dalam Analisa, Sabtu 5 Mei 2007:16).

Rendahnya pendidikan tersebut sering didasarkan pada sektor ekonomi, di mana

kemiskinan dan ketidakadilan merupakan akar masalah dari persoalan rendahnya angka

partisipasi di SLTP sehingga Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP baru mencapai

77,40% meski program Wajib Belajar Sembilan Tahun sudah berlangsung sepuluh tahun

bahkan lebih. Mayoritas alasan tidak sekolah adalah karena faktor biaya.

Dalam sebuah dialog yang diprakarsai Yayasan Kelopak di Jakarta, 23 Juli 2004

terungkap semua anak yang tidak sekolah yang menghadiri dialog tersebut memiliki

alasan yang sama yaitu tidak ada biaya dan dituntut bekerja oleh orangtuanya. Di

Yogyakarta, ada orangtua yang menunda anaknya masuk sekolah dasar (SD) guna

menunggu kakaknya lulus dulu sehingga bebannya tidak berat.

Dalam sebuah seminar di Universitas Gadjah Mada yogyakarta, Darmaningtyas

penasehat Centre for The Betterment of Education (CBE) tahun 2004 menuding otonomi

pendidikan sebagai biang keladi semakin terbatasnya akses pendidikan bagi masyarakat

kelas bawah karena biaya pendidikan justru semakin mahal.

4

Indikator yang digunakan dalam artikel tersebut diperoleh dari Laporan United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2003 menempatkan Humas Development Index (HDI) bangsa Indonesia pada urutan ke 112 dari 174 negara di dunia yang dievaluasi. Tahun 2004

(14)

yang menyedihkan anak-anak yang bodoh dan berasal dari keluarga tak mampu secara

ekonomis justru paling banyak dirugikan akibat mahalnya biaya pendidikan. Akibat

kemiskinannya, mereka terpaksa masuk sekolah yang juga minim fasilitas dan bermutu

rendah. Akibatnya bisa diduga, hasil studi mereka pun tak bisa mencuat. Hasil studi yang

rendah otomatis akan menjadi tembok penghalang bagi mereka bila ingin masuk ke

sekolah favorit5

5

MBS=Masyarakat Bayar Sendiri, oleh: Darmaningtyas. Sumber:http:/id.wikipedia.org/wiki/masyarakat-bayar-sendiri.

.

Keadaan ini memaksa mereka hanya bisa masuk sekolah yang tidak bermutu dengan

disiplin rendah. Pada akhirnya, mereka terjebak dalam lingkar kemiskinan pengetahuan.

Begitu seterusnya sehingga pendidikan yang akan dilalui masyarakat kelas bawah terus

berputar pada lembaga-lembaga pendidikan yang tidak bermutu. Bisa diduga, hasil

pendidikan yang tidak bermutu akan mengarahkan mereka pada pekerjaan rendahan

Ada orang-orang yang berpendapat bahwa kesalahan apapun pada pendidikan

bersumber pada sistem ekonomi yang buruk. (Bertrand Russell, 1993:160) tidak

mempercayai hal ini, ia condong pada pandangan bahwa di bawah sistem ekonomi apa

pun akan ada kebodohan dan kecintaan akan kekuasaan yang masing-masing akan

menghalangi terciptanya sistem pendidikan yang sempurna. Namun pengaruh

faktor-faktor ekonomi terhadap pendidikan jelas kuat.

Demikian juga halnya pada masyarakat di Sumatera Utara khususnya di Labuhan

Batu yang beribukotakan Rantau Prapat dan berada di Rantau Utara memiliki nilai-nilai,

motivasi dan tujuan hidup yang dimiliki. Masyarakat Rantau Prapat juga memiliki

(15)

Perbedaan pendidikan di Rantau Prapat dapat dilihat dari angka patisipasi sekolah

pada setiap Kecamatan yang ada di Rantau Prapat. Labuhan Batu memiliki 22 Kecamatan

dengan angka partisipasi sekolah yang berbeda. Dari 22 Kecamatan tersebut hanya 14

Kecamatan yang memiliki data tingkat partisipasi sekolah. Ke 14 Kecamatan tersebut

ialah:

TABEL 1

Tingkat Angka Partisipasi Sekolah dari 14 Kecamatan di Rantau Prapat Usia 13-19

(16)

12 Aek natas 10.539 10.436 103 0,13%

13 Bilah hulu 2.848 1.858 990 1,28%

14 Silangkitang 1.047 978 69 0,09%

Sumber: Dinas Pendidikan di Rantau Prapat, tahun 2006 (data diolah kembali)

Dari tabel di atas dapat dilihat Tingkat Angka Partisipasi Sekolah usia remaja

yaitu usia 13-19 tahun rendah, khususnya di Kecamatan Rantau Utara yang juga

merupakan lokasi ibu kota dari Kabupaten Labuhan Batu. Idealnya sebuah kota dilihat

dari segi pendidikannya ialah tingkat angka partisipasi sekolah tinggi, karena di kota

sarana-sarana pendidikan jauh lebih lengkap dibandingkan dengan yang ada di desa.

Begitu juga dengan motivasi dan sosial ekonomi masyarakat kota yang lebih tinggi

dibandingkan dengan masyarakat desa.

Tetapi dari tabel di atas Kecamatan Rantau Utara memiliki angka partisipasi

sekolah yang rendah dari angka 14.612 yang bersekolah dan dari data ditemukan angka

945 yang tidak bersekolah yaitu 5,19%, angka ini cukup besar di dalam sebuah kota.

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Rantau Prapat cukup baik karena di Rantau

Utara banyak ditemukan sekolah-sekolah negeri dan swasta tempat dilangsungkannya

pendidikan formal. Di Rantau Prapat juga ditemukan bimbingan-bimbingan belajar untuk

menambah dan memperdalam pendidikan para siswa, ektra kulikuler juga beragam di

masing-masing sekolah yang sangat berbeda dengan yang ada di desa.

Pengamatan sementara, anak-anak usia remaja di Rantau Prapat tidak melakukan

kegiatan pendidikan formal bukan karena faktor biaya seperti kebanyakan kasus putus

sekolah yang telah dijabarkan di atas karena faktor ekonomi. Hal yang menjadi

(17)

rendahnya kemauan untuk sekolah yang dalam hal ini penelti ungkapkan dengan sebutan

keengganan siswa untuk sekolah.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang permasalahan di atas maka permasalahan yang akan diteliti

mencakup:

1. Menggali pemahaman dan pendapat masyarakat tentang pendidikan antara lain

arti sekolah, manfaat sekolah

2. Alasan apa saja yang membuat mereka/ anak usia sekolah di Rantau Prapat tidak

bersekolah

3. Faktor-faktor yang mengakibatkan tejadinya kecenderungan rendahnya kemauan

untuk sekolah, faktor lingkungan (siswa, keluarga), kebijakan Pemerintah

Kabupaten, tidak ada jaminan masa depan dan lain-lain

1.3TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Pnelitian

Adapun yang menjadi tujuan ilmiah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemahaman dan pendapat masyarakat tentang pendidikan

antara lain: arti sekolah, manfaat sekolah

2. Untuk mengetahui alasan apa yang menyebabkan mereka/anak usia sekolah di

Rantau Prapat tidak sekolah

3. Melihat permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam memajukan pendidikan

(18)

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu membawa instansi terkait

khususnya pemerintah untuk membantu dalam meningkatkan/menambahjumlah

sumber daya manusia

2. Penelitian ini diharapkan mampu memperrlihatkan adanya kecenderungan

rendahnya kemauan untuk sekolah oleh anak usia remaja di Rantau Prapat

3. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khasana pengetahuan bagi

peningkatan ilmu antropologi

1.4LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan ini mengambil lokasi di Rantau Prapat Kecamatan Rantau Utara

Kelurahan Kota. Adapun yang menjadi alasan peneliti dalam menentukan lokasi

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Kota Rantau Prapat adalah salah satu Kecamatan yang memiliki tingkat angka

partisipasi sekolah yang rendah bila dibandingkan dengan Kecamatan lain yang

ada di Rantau Prapat

2. Rantau Prapat adalah ibu kota dari Kabupaten Labuhan Batu

3. Di Rantau Prapat terdapat fasilitas yang memadai seperti sekolah pendidikan

formal maupun informal (Bimbingan Belajar) yang dikelola oleh negeri dan

(19)

1.5TINJAUAN PUSTAKA

Dalam arti sedarhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau

pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa6

Salah satu konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang

terkenal Cultural History of Western Education, pendidikan adalah kegiatan menerima

dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke

generasi berikutnya (Djumransjah, 2004). Pendidikan termasuk ke dalam unsur

kebudayaan universal yaitu sistem pengetahuan. Pendidikan merupan sarna strategis

dalam usaha manusia mencapai tahap pembebasan dari segala belenggu kebodohan. .

Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai penghidupan yang lebih tinggi

dalam arti mental.

Usaha yang dilakukan manusia untuk membina kepribadiannya tersebut tidak terlepas

dari serangkaian proses belajar. Sama halnya dalam suatu kebudayaan adalah keseluruhan

sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan belajar (Koentjaranigrat 1985:

180). Kebudayaan di sini termasuk ke dalam keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan

pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu

masyarakat tertentu.

6

(20)

Pendidikan dapat diibaratkan sebagai meditasi yang mendorong manusia berubah dari

ulat menjadi kupu-kupu yang cantik.

M.J.Langeveld dala Kartono (1997) mendefinisikan pendidikan ialah usaha menolong

anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar dia bisa mandiri dan

bertanggungjawab secara susila. Pendidikan juga merupakan salah satu fungsi humanisasi

terpenting dalam mengembangkan pribadi anak manusia dan pengembangan kebudayaan

nasional. Juga sebagai fungsi utama dalam usaha pembangunan, karena pembangunan

mutlak membutuhkan subjek-subjek pembangunan yang terdidik.

Bila insting dibawa sejak lahir maka pendidikan dan kebudayaan di dapat melalui

proses belajar. Pendidikan membuat orang berbudaya. Semakin banyak orang menerima

pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula

pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkp kebudayaan sangat luas

mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek

kehidupan yang ada dalam kebudayaan. Tetapi kebudayaan hanya bisa dibentuk oleh

pendidikan (Made Pidarta, 1997:3). Oleh sebab itu anak manusia akan menjadi manusia

hanya bila ia menerima pendidikan

Malinowski seorang guru besar tamu di Universitas Yale menerpkan suatu teori yang

disebut dengan learning theory atau teori belajat. Teori belajar tidak menyangkut

pola-pola belajar manusiadalam suatu kebudayaan tertentu tetapi menyangkut azas-azas proses

belajar mahluk manusia secara universal.

Malinowski menganggap teori belajar ini penting karena kebudayaan (pendidikan

bagian dari kebudayaan) yang menjadi pokok utama diperoleh manusia dengan proses

(21)

manusia, seseorang dapat memperoleh kunci untuk memahami azas-azas dari

kebudayaan.

Menurut teori belajar, tiap mahluk hidup dalam suatu lingkungan. Lingkungan itu

adalah situasi pangkal dari segala tingkah lakunya. Situasi-situasi pangkal ini disebut

stimulus (S) dan berada di luar diri mahluk ini. Situasi lingkungan menyebabkan

timbulnya suatu dorongan batin untuk berbuat yaitu drive (D) dalam dirinya, yang

sebaliknya mengakibatkan reaksi atau respon (R). Reaksi ini berupa suatu perbuatan

tertentu yang dilakukan oleh mahluk tersebut.

Teori konvergensi yang digagas oleh William Stern berpendapat bahwa selain

manusia itu memang telah dibekali potansi dasar berupa bakat dan kemampuan, tetapi

bakat dan kemampuan itu akan dipengaruhi oleh ruang (Space) dan waktu (Time). Dalam

hal ini, William percaya bahwa sejak lahir manusia telah memiliki potensi. Jika potensi

ini diibaratkab dengan bibit unggul, maka bibit unggul itu akan tumbuh secara optimal

jika bibit itu mendapatkan tempat persemaian yang subur dan memperoleh rawatan secara

intensif. Artinya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi seorang individu yaitu faktor

endogen (pembawaan dalam diri) dan faktor eksogen (pengalaman lingkungan) dari luar

diri7

7

http//www.geocities.com/jurnalintim/edomamggeng.htm

.

Dalam pemikiran Freire, pada dasarnya manusia adalah mahluk yang paling

sempurna. Karena itu, manusia selalu dituntut untuk selalu berusaha menjadi subjek yang

manusiawi. Di situlah arti pentingnya kehadiran pendidikan yang membebaskan

(liberation). Pemikiran filosofis ini bertumpu pada keyakinan bahwa secara fitrah manusia

(22)

Atas dasar pemikiran itu pula, tugas utama pendidikan dalam pemikiran Freire mesti

memiliki misi ganda yakni meningkatkan kesadaran kritis peserta didik sekaligus

mentransformasikan struktur sosial yang menindasnya. Baginya kesadran manusia itu

berproses secara dialektis antara diri dan lingkungan yang membentuknya. Baginya pula,

setiap manusia punya potensi untuk mengembangkan dan mempengaruhi lingkungan

namun sebaliknya ia juga bisa dipengaruhi dan dibentuk oleh struktur sosial tempat ia

berkembang8

8

Pendidikan untuk membebaskan, oleh Saeful Millah

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/06/0901.htm

.

Bagi sebagian orang, menjadi orang terdidik dan masuk kejenjang sekolah formal

adalah sebuah impian, yang hadir begitu indah dan menyenangkan. Dengan pendidikan

sebagian orang percay, ia bisa merengkuh cita-cita menjadi orang terhormat, mempunyai

kedudukan tinggi, berkelimpahan uang dan menikmati sukses yang jarang orang

menikmatinya. Melalui pendidikan juga diharapakan akan terjadi mobilitas sosial yang

ditandai dengan semakin kecilnya tingkat kesenjangan sosial yang selama ini sering hadir

menjadihantu paling menakutkan karena banyak memproduksi ragam bentuk kerusuhan

sosial sampai pada tindakan kriminal.

Dalam kajian Sosiologi, menapaki jalur bidang pendidikan merupakan salah satu cara

melakukan mobilitas vertikal, yakni kedudukan status sosialny bisa didongkrak karena ia

menjabat sesuatu, menjadi orang berilmu. Menurut kaum realis terhadap pendidikan

adalah dengan menanamkan pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang

dipilih kebudayaan maka sistem pendidikan akan melatih individu untuk merubah

(23)

Proses-proses transmisi kebudayaan atau pewarisan pengetahuan melalui proses

enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya dan sosialisasi. Menurut

Herskovits, enkulturasi berasal dari aspek-aspek pengalaman belajar yang memberi ciri

khusus atau yang membedakan manusia sari mahluk lain dengan menggunakan

pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturasi bersifat kompleks dan berlangsung

hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran

kehidupan seseorang. Enkulturasi terjadi secar agak dipaksakan selama awal masa

kanak-kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk

menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa

setiap anak yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi yang

harus diubah atau diawasi sesuai dengan budaya masyarakatnya.

Menurut Hansen, enkulturasi mencakup proses perolehan keterampilan bertingkah

laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya dan kode-kode perlambangan seperti

bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan

menanggapi, ideologi dan sikap-sikap.

Herskovits mengatakan juga konsep sosialisasi menunjukkan proses pengintergrasian

individu ke dalam sebuah kelompok sosial. Sedangkan sosialisasi menurut Gillin dan

Gillin adalah proses yang membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari

suatu kelompok, yang bertingkah laku menurut standar-standar kelompok, mengikuti

kebiasaan-kebiasaan kelompok, mengamalkan tradisi kelompok dan menyesuaikan

dirinya dengan situasi-situasi sosial yang ditemuinya untuk mendapatkan menerimaan

yang baik dari teman-teman sekelompoknya9

9

Antropologi Pendidikan: Suatu Pengantar, oleh Lucky Zamzami sumber: http://Izamzami.multiply.com/reviews/item/3.

(24)

1.6METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif tetapi

tidak menutup kemungkinan adanya data yang bersifat kuantitatif. Metode kualitatif ini

digunakan untuk memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah

laku manusia dalam situasi tertentu (Husaini Usman, 1995:81). Dalam pengumupulan

data kualitatif ini peneliti secara aktif melakukan observasi, wawancara kepada beberapa

informan.

Teknik observasi ini dilakukan peneliti sebelum membuat proposal ini dan masih akan

terus dilakukan seiring penelitian ini, yang bertujuan untuk mengamati proses

berlangsungnya pendidikan formal di Rantau Prapat. Hal ini juga dilakukan untuk

memperoleh gambaran mengenai pendidikan formal di Rantau Prapat. Di sini peneliti

menggunakan catatan-catatan kecil yang dapat dibutuhkan sewaktu-waktu.

Sebagian data dasar untuk mengetahui gambaran umum tentang keengganan siswa

untuk sekolah maka digunakan angket atau koesioner kepada orangtua dan anak. Setelah

mengetahui pola umum untuk memperdalam digunakan metode wawancara mendalam

dengan menggunakan petunjuk wawancara (interview Quide).

Pada saat melakukan wawancara, peneliti menggunakan catatan lapangan dan bantuan

alat elektronik berupa tape recorder untuk memudahkan peneliti dalam membuat laporan

serta yang dapat mereview kembali hasil wawancara yang mungkin tidak tertulis

dicatatan lapangan peneliti. Dalam wawancara ini diharapkan peneliti mampu menggali

(25)

1.7ANALISA DATA

Menurut Patton (1980:268) dalam J. Moleong bahwa analisa data adalah proses yang

mangatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar.

Analisa data dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang dilakukan.

Data-data yang akan diperoleh dikumpulkan sesuai dengan masalah yang diteliti tersebut yang

kemudian di pisah-pisahkan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu.

Data-data yang diperoleh tersebut dikelola secara kualitatif.

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kota Rantau Prapat

Pada awalnya wilayah kecamatan Rantau Utara merupakan bagian dari wilayah

Kecamatan Bilah Hulu. Pada waktu kecamatan Rantau Utara masih menjadi bagian dari

kecamatan Bilah Hulu, wilayah ini hanya merupakan tiga buah desa yang jaraknya sangat

dekat dengan kota Rantau Prapat. Tiga desa ini yaitu Rantau Prapat, Padang Matinggi dan

Silandorung berada dipinggir kota Rantau Prapat.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk kota Rantau Prapat, maka banyak

penduduk yang bekerja ke kota Rantau Prapat dan bertempat tinggal di ketiga desa ini,

sehingga desa ini semakin lama semakin ramai. Menyebabkan penduduk pun meningkat

dengan pesat. Akhirnya daerah ini sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan lagi

dengan kota Ranatu Prapat, walaupun secara administrasif masih merupakan wilayah dari

kecamatan Bilah Hulu.

Perkembangan ini juga ditunjang oleh kebijaksanaan pemerintah kabupaten

Labuhan Batu yang cenderung memperluas kota Rantau Prapat kesebelah utara. Perluasan

kota kesebelah utara ini sangat dimungkinkan, karena topografi daerahnya yang

merupakan dataran rendah. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan pemukiman ataupun

untuk mendirikan berbagai bangunan fasilitas umum.

Berdirinya kecamatan Rantau Utara bersamaan dengan keluarnya surat keputusan

(27)

peningkatan status kota rantau Prapat menjadi kota Administratif. Didalam keputusan

Mendagri tersebut disebutkan bahwa kota Administratif Rantau Prapat terbagi atas dua

kecamatan Rantau Selatan dan kecamatan Rantau Utara. Kecamatan Rantau Selatan

wilayahnya adalah kecamatan rantau Prapat sebelumnya. Sedangkan kecamatan Rantau

Utara wilayahnya adalah sebagian dari wilayah kecamatn Bilah Hulu, yaitu wilayah dari

tiga desa yang disebutkan diatas (Rantau Prapat, Padang Matinggi, dan Silandorung).

Dari sejak itulah kecamatan Rabntau Utara resmi berdiri sampai saat sekarang ini.

Sejak dari berdirinya kecamatan Rantau Utara 1983, camat yang memimpin kecamatan

ini telah berganti sebanyak sepuluh kali.

Demikian sejarah singkat dari berdirinya kecamatan rantau Utara. Sehingga pada

saat ini kecamatn Rantau Utara sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan lagi

dengan kota Administratif Rantau Prapat. Karena dikecamatan ini pada saat sekarang ini

sudah banyak berdiri berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Demikian juga dengan

berbagai fasilitas umum yang menunjang keberadaan kota Rantau Prapat, dan wilayah

yang merupan gabungan dari tiga desa ini, lebih menonjol cirri-cirinya sebagai daerah

urban (perkotaan) dibandingkan dengan daerah pedesaan saat ini.

2. Letak dan kondisi Lingkungan alam kota Rantau Prapat.

Kecamatan Rantau Utara merupakan salah satu kecamatan dari 22 buah kecamtan

yang ada di kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu. Di kecamatn ini terletak ibukota

kabupaten Labuhan Batu yaitu Rantau Prapat. Jarak kecamatan ke ibukota kabupaten

adalah 0 kilometer, yang dapat ditempuh dalam enam jam perjalanan dengan

(28)

Adapun batas-batas kecamtan Rantau Utara adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatn Bilah Hulu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Rantau Selatan

• Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Bilah Hulu

• Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Rantau Selatan

Tinggi kecamatan Rantau Utara 0-2151 dari permukaan air laut, suhu udara cukup

panas, karena letaknya yang berada pada dataran rendah. Suhu maksimum dapat

mencapai 34°C, sedangkan suhu minimum 25ºC. Jumlah hari dengan curah hujan yang

terbanyak mencapai 62 hari setahun. Biasanya muisim penghujan terjadi pada bulan

September sampai Desember.

Topografi tanahnya rata-rata datar sampai berombak, jumlahnya mencapai 83%

dari luas wilayah kecamatan. Berombak sampai berbukit 12% dari keseluruhan wilayah,

sedangkan yang berbukit dan bergunung hanya 5 %. Dengan demikian sebagian besar

topografi tanahnya adalah tanah datar, sehingga sangat cocok untuk dijadikan lokasi

perkebunan terutama kebun kelapa sawit.

Luas daerah kecamatan Rantau Utara mencapai 112,47 Km2. Sebagian besar

wilayah ini adalah untuk pemukiman penduduk. Tanah yang digunakan untuk pemukiman

ini mencapai 41,61 Km2 atau 36,99 % dari keseluruhan wilayah. Penggunaan tanah

lainnya adalah untuk perkebunan negara, perkebunan swasta, perkebunan rakyat,

perladangan penduduk, persawahan, rawa-rawa, lapangan olahraga, serta tanah wakaf

atau perkuburan, yang pembagian tanahnya dibagi atas tanah kering 45,86 Km2 ataui

(29)

Untuk lebih jelas tentang komposisi penggunaan lahan di kecamatan Ranatu Utara dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

TABEL 3

KOMPOSISI PENGGUNAAN LAHAN

NO. Penggunaan Lahan Luas (Km2) Persentase

1. Pemukiman 41,61 36,99

2 Tanah Kering 45,86 40,78

3 Tanah Sawah 8,38 7,45

4 Lain-lain 16,62 14,78

Jumlah 112,47 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Rantau Utara 2007

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar lahan-lahan yang tersedia

dipergunakan untuk pemukiman penduduk. Hal ini terjadi karena kecamatan Rantau

Utara merupakan daerah perkotaan yang sedang berkembang dan mulai padat

penduduknya. Selain itu ada juga terdapat perkebunan negara dan swasta. Umumnya areal

ini ditanami kelapa sawit. Sedangkan untuk perkebunan rakyat, persawahan, perladangan,

lahan yang tersedia sangat sempit. Sehingga ini memberikan penafsiran kepada kita

bahwa di kecamatan Rantau Utara sangat sedikit penduduknya yang mata pencahariannya

petani.

Kecamatan ini dipimpin oleh seorang camat yang bertanggung jawab langsung

kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Labuhan Batu. Karena kecamatan Rantau Utara

(30)

terkecil adalah kelurahan. Masing-masing kelurahan dikepalai oleh seorang lurah. Lurah

bertanggung jawab kepada camat kecamatan Rantau Utara.

Kecamatan Rantau Utara terbagi atas sepuluh kelurahan. Adapun kelurahan

tersebut ialah:

1. Kelurahan Kartini

2. Kelurahan Silandorung

3. Kelurahan Padang Bulan

4. Kelurahan Rantau Prapat

5. Kelurahan Cendana

6. Kelurahan Binaraga

7. Kelurahan Siringo-ringo

8. Kelurahan Aek Paing

9. Kelurahan Padang Matinggi

10.Kelurahan Pulo Padang

Kantor camat sebagai pusat pemerintahan di kecamatan Rantau Utara terletak di jalan

Binaraga kelurahan Siringo-ringo. Kantor camat ini memiliki luas tanah 670m² dengan

luas bangunan 600m². Dari gedung inilah keseluruhan jalannya pemerintahan di

kecamatan Rantau Utara diatur dalam kesehariannya.

(31)

3. Pola Pemukiman

Rantau Prapat adalah kota yang sedang berkembang baik dari segi kependudukan

maupun dari tempat tinggal serta bentuk bangunan rumah yang bermacam-macam.

Banyak bangunan rumah terdapat dikecamatan Rantau Utara ini, baik yang terbuat dari

beton dengan menampilkan semi permanent pada aksen rumah, maupun yang

menunjukkan kemewahan dengan biaya untuk bangunan rumah 1 milyar rupiah, namun

masih ada juga yang sederhana, dengan dinding rumah berlapis papan. Bangunan rumah

menurut kwalitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 4

BANGUNAN RUMAH MENURUT KWALITASNYA

No Kwalitas Rumah Jumlah

1 Pemanen 4.599

2 Semi Pemanen 8.431

3 Sederhana 2.299

Jumlah 15.329

(32)

4. Komposisi Penduduk Kecamatan Rantau Utara

Kepadatan penduduk kecamatan Rantau Utara sangatlah tinggi dengan luas

112,47Km² memiliki penduduk sebanyak 75.775 jiwa. Kepadatan penduduknya hamper

mencapai 2000jiwa/Km². diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Labuhan Batu,

kecamatan Rantau Utara merupakan Urutan ke II dalam kepadatan penduduk setelah

kecamatan Torgamba.

Dari 75.775 jiwa penduduk tersebut yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan berjenis kelamin perempuan, dengan perincian penduduk wanita

sebanyak 38.221 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 40.554. Keseluruhan penduduk merupakan Warga Negara Indonesia. Untuk

lebih jelas tentang keadaan penduduk kecamatan Rantau Utara, dibawah ini akan

dipaparkan tentang komposisi penduduk berdasarkan agama, tingkat umur, tingkat

pendidikan dan pekerjaan.

4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Di kecamatan Rantau Utara penganut lima agama yang diakui oleh pemerintah

Indonesia semuanya ada. Tetapi agama Islam merupakan agama yang paling banyak

jumlahnya. Jumlah penganut agama Islam ini mencapai 54.245 jiwa dari keseluruhan

jumlah penduduk. Untuk lebih jelas tentang komposisi penduduk kecamatan Rantau Utara

(33)

TABEL 5

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT AGAMA

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 54.245 71,58

2 Protestan 11.276 14,89

3 Khatolik 7.777 10,27

4 Hindu 0 0

5 Budha 2.477 3,26

Jumlah 73.059 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Rantau Utara 2007 (data diolah kembali)

Dari tabel diatas terlihat bahwa penduduk yang beragama Islam berjumlah 54.245

jiwa atau 71,58%. Sedangkan penduduk yang beragam Kristen Protestan jumlahnya

mencapai 11.276 jiwa atau 14,89%. Penduduk yang menganut agama Kristen Protestan

ini terbagi kedlam beberapa jemaat, yang masing-masing jemaat memiliki gereja

tersendiri. Adapun gereja-gereja tersebut misalnya: jemaat HKBP berada di jalan Sei

Tawar, GKPS berada di jalan By Pass Kayu Raja, HKI di jalan By Pass Kayu Raja, GKPI

di jalan Torpisang Mata, GMI di jalan Ahmad Yani, GBI di jalan Ahmad Yani (gedung

Suzuya Rantau Prapat) dan lain-lain.

Selain kedua agama tersebut, agama lain yang juga banyak penganutnya adalah

agama Budha. Jumlah penduduk yang menganut agama budha mencapai 2.477 jiwa atau

3,26%. Keseluruhannya adalah penduduk yang berasal dari etnis Tionghoa. Kemudian

(34)

Demikian komposisi penduduk Kecamatan Rantau Utara berdasarkan agama yang

dianutnya. Dari keadaan ini jelas terlihat bahwa keseluruhan agama yang diakui oleh

pemerintah republik Indonesia penganut agama hindu yang tidak ada di kecamatan

Rantau Utara. Tetapi walaupun demikian belum pernah terjadi konflik antara agama di

kecamatan Rantau Utara. Keseluruhan agama tersebut dapat hidup berdampingan secara

damai.

4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

Jumlah penduduk yang berada diluar angkatan kerja, yaitu penduduk yang

berumur 0 – 14 tahun dan diatas 50 tahun sangat banyak jumlahnya.

TABEL 6

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT TINGKAT UMUR

No Tingkat Umur Jumlah Persentase

1 0 – 4 Tahun 9.708 13,25

2 5 – 9 Tahun 11.515 15,19

3 10 – 14 Tahun 10.589 13,97

4 15 – 19 Tahun 8.521 11,24

5 20 – 24 Tahun 7.639 10,08

6 25 – 29 Tahun 7.320 9,66

7 30 – 34 Tahun 6.748 8,90

8 35 – 39 Tahun 3.667 4,83

9 40 – 44 Tahun 2.400 3,16

(35)

11 50 – 54 Tahun 1.797 2,37

12 55 – 59 Tahun 1.077 1,42

13 60 – 64 Tahun 1.222 1,61

14 65+ 1.477 1,94

Jumlah 75.775 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Rantau Utara 2007 (data diolah kembali)

Dari tabel atas terlihat bahwa penduduk yang berusia antara 0 – 4 tahun cukup

tinggi, jumlah mencapai 9.708 jiwa atau 13,25%. Kemudian penduduk yang berusia 5 – 9

tahun jumlahnya mencapai 11.515 jiwa atau 15,19%, dan yang berusia 10 – 14 sebanyak

10.589 jiwa atau 13,97%, sedangkan yang berusia diatas 65 tahun sebanyak 1.477 jiwa

atau 1,94%. Keseluruhan jumlah diatas adalah penduduk yang berada di luar angkatan

kerja. Jika ditotal jumlah ini mencapai 33.289 jiwa atau 43,93%.

Untuk penduduk yang berada pada angkatan kerja, jumlahnya mencapai 42.486

jiwa atau 56,06%. Dari jumlah diatas terbagi atas penduduk yang berusia 15 – 19 tahun

sebanyak 8.521 jiwa atau 11,24%, yang berusia 20 – 24 tahun sebanyak 7.639 jiwa atau

10,08%, yang berusia 25 – 29 tahun sebanyak 7.320 jiwa atau 9,66%, yang berusia 30 –

34 tahun sebanyak 6.748 jiwa atau 8,90%, yang berusia 35 – 39 tahun sebanyak 3667

jiwa atau 4,83%, yang berusia 40 – 44 tahun sebanyak 2.400 jiwa atau 3,16%, yang

berusia 45 – 49 tahun sebanyak 2.095 jiwa atau 2,76%, yang berusia 50 – 54 tahun

sebanyak 1.797 jiwa atau 2,37%, yang berusia 55 – 59 tahun sebanyak 1.077 jiwa atau

1,42% dan yang berusia 60 – 64 tahun sebanyak 1.222 jiwa atau 1,61%.

Dari tabel diatas juga terlihat bahwa penduduk yang berada pada angka kerja

(36)

sebenarnya penduduk yang berada pada angkatan kerja pemula ini belum tentu bekerja,

karena masih banyak diantaranya yang sedang menempuh pendidikan. Dengan keadaan

yang demikian ini, jumlah angka ketergantungan di kecamatan Rantau Utara semakin

tinggi.

4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Rantau Utara sangat rendah. Hal ini

terlihat dari banyaknya pendudu usia 7 – 12 tahun yang tidak sekolah. Begitu juga dengan

penduduk yang berusia 13 – 19 tahun banyak yang tidak bersekolah. Untuk lebih jelas

tentang komposisi penduduk kecamatan Rantau Utara menurut tingkat pendidikan dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini:

TABEL 7

KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT STATUS PENDIDIKAN

No Usia Sekolah Tidak Sekolah Junlah

1 7 – 12 18.416 80 18.496

2 13 – 19 14.976 996 15.952

Jumlah 34.448

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Rantau Utara Tahun 2007

Dari tabel diatas terlihat bahwa begitu banyak remaja tidak sekolah setelah

menamatkan Sekolah Dasar 13-19 tahun. Kesimpulan tersebut diperoleh karena

perbandingan siswa yang sekolah antara umur 13-19 tahun lebih banyak jumlahnya dari

(37)

4.4. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

Pada bagian komposisi penduduk menurut tingkat umur telah disebutkan bahwa

jumlah angkatan kerja di Kecamatan Rantau Utara mencapai 42.486 jiwa. Tetapi dari

keseluruhan jumlah tersebut tidak semuanya mendapat kesempatan untuk bekerja.

Sebagian diantaranya tidak bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja dari angkatan kerja

tersebut adalah mencapai 11.467 jiwa atau sedikit lebih banyak dari yang tidak bekerja.

Ketidakbekerjaan penduduk yang berada pada angkatan kerja ini disebabkan oleh

beberapa hal. Sebagian diantaranya karena masih menempuh pendidikan, terutama untuk

murid-murid pada tingkat SLTA. Sebagian lainnya karena menjadi ibu rumah tangga,

serta ada juga penduduk yang menganggur karena tidak ada tersedia lapangan pekerjaan.

Dari ke 11.467 jiwa penduduk yang bekerja tersebut, mereka bekerja diberbagai sector

kehidupan. Untuk lebih jelas tentang komposisi penduduk menurut mata pencaharian di

Kecamatan Rantau Utara dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

TABEL 8

Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Pertanian 2.302 20,08

2 Industri 272 2,38

3 Perdagangan 2.604 22,70

4 Lainnya 6.289 54,84

Jumlah 11.467 100

(38)

Dari tabel diatas terlihat bahwa kebanyakan penduduk Kecamatan Rantau Utara

bekerja di jenis pekerjaanlainnya, antara lain ada yang bekerja sebagai pegawai

negeri/ABRI, bekerja disektor angkutan yang dimaksud di sini sudah termasuk

didalamnya penarik becak mesin yang banyak terdapat di Kecamatan Rantau Utara,

pegawai swasta umumnya bekerja di perusahaan – perusahaan perkebunan yang

dikelolah oleh swasta.

Jumlah kedua yang paling banyak adalah yang bekerja sebagai pedagang.

Jumlahnya mencapai 6.289 jiwa atau 22,70%. Sebagian besar diantaranya merupakan

warga Negara Indonesia yang bersuku bangsa tionghoa (cina). Jumlah ketiga yang paling

banyak adalah yang bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 2.302 jiwa atau 20,08%, dan

jumlah terakhir ialah yang bekerja dibidang industri berjumlah 272 jiwa atau 2,38%.

5. Sarana dan Prasaranan

5.1. Saranan Pendidikan

Saranan pendidikan di Kecamatan Rantau Utara sangat lengkap mulai dari tingkat

Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Sebagian dari sarana pendidikan ini

merupakan sekolah negeri yang didirikan oleh pemerintah. Sedangkan sekolah lainnya

adalah sekolah swasta yang dikelola oleh berbagai Yayasan pendidikan swasta yang ada

di Kecamatan ini.

Untuk sekolah Taman Kanak-Kanak terdapat 8 sekolah. Semua merupakan Taman

Kanak-Kanak yang dikelola oleh Yayasan swasta. Jumlah terbesar adalah SD. Jumlah SD

(39)

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama jumlahnya sebanyak 19 sekolah yang terdiri

dari SLTP Negeri dan SLTP Swasta. Untuk SLTA jumlahnya 15 yang terdiri dari 2

sekolah SLTA Negeri, 1 sekolah Madrasah Aliyah Negeri, 4 sekolah SLTA Swasta

umum, 2 sekolah SLTA Swasta Islam, 1 sekolah SLTA Swasta Protestan dan 1 sekolah

SLTA Katolik. Sedangkan sekolah Kejuruan Tingkat SLTA ada 3 sekolah yang terdiri

dari 1 Negeri dan 2 Swasta.

Untuk lebih jelas tentang jumlah sarana pendidikan di Rantau Utara dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

TABEL 9

Sarana Pendidikan di Kecamatan Rantau Utara

No Jenis Sekolah Jumlah

1 Taman Kanak-Kanak 8

2 Sekolah Dasar 34

3 SLTP 19

4 SLTA 15

5 Perguruan Tinggi -

Jumlah 76

Sumber : Kantor Kecamatan Rantau Utara Tahun 2007

Selain saran pendidikan umum di Kecamatan Rantau Utara juga ada terdapat

berbagai kursus yang merupakan pendidikan luar sekolah yang dikelola atas swadaya

masyarakat. Jumlah kursus-kursus ini ada 5 tempat yang terdiri dari 2 tempat kursus

(40)

Pada kecamatan Rantau Utara Kelurahan Rantau Prapat, banyak ditemukan

sekolah Swasta maupun Negeri yang memiliki fasilitas fisik sangat baik. Seperti sekolah

Swasta Khatolik RK Bintang Timur. Sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup memadai

dari mulai gedung sekolah yang megah dan nyaman karena berada di daerah yang jauh

dari keramaian kendaraan. RK Bintang Timur memilki __ruangan, __ruangan computer

(computer ini digunakan bergantian oleh masing-masing kelas yang memiliki jadwal

penggunaan ruang computer). Disekolah ini juga ditemukan fasilitas olah raga yang

lengkap.

Gambar 1

Diatas ialah gambar bangunan sekolah RK Bintang Timur, yang merupakan fasilitas fisik agar berlangsungnya proses belajar - mengajar dengan baik.

(41)

Diatas ialah gambar dari fasilitas olah raga yang digunakan untuk menunjang kegiatan olah raga siswa/siswi RK Bintang Timur.

Sekolah Swasta Bhayangkari ialah sekolah yang dikelolah oleh yayasan Kemala

Bhayangkari yang berada dibawah naungan polres Labuhan Batu. Sekolah ini berada

dipusat kota. Fasilitas fisik disekolah ini juga memadai untuk melangsungkan proses

belajar – mengajar. Tersedia 36 ruangan kelas yang dapat digunakan seluruhnya baik

pada sekolah di pagi hari maupun sekolah di siang hari untuk SLTP dan SLTA.

Sekolah ini memiliki ruangan computer yang dapat digunakan setiap hari oleh

para siswa dalam pelajaran meng-tik. Laboratorium Biologi dan Kimia juga ada disekolah

ini, hanya tidak memiliki laboratorium bahasa. Ruang perpustakaan dipenuhi oleh

buku-buku yang diberikan oleh pemerintah untuk dimanfaatkan sebaik mungkin tanpa harus

memungut biaya. Perpustakaan ini digunakan untuk peminjaman buku-buku paket dari

pemerintah, pada jadwal istirahat para siswa lebih meluangkan waktu untuk mengunjungi

kantin sekolah dari pada mengunjungi perpustakaan.

Untuk ekstra kulikuler sekolah Bhayangkari memiliki kelompok Drumband, yang

sering sekali diundang untuk menghadiri upacara-upacara nasional sebagai pengiring

upacara.

Gambar 3

(42)

Gambar 4

Diatas ialah gambar dai fasilita oleh raga yang digunakan untuk menunjang kegiatan olah raga siswa/siswi Yayasan Kemala Bhayangkari.

Sekolah swasta Panglima Polem, mayoritas siswa/siswinya ialah suku bangsa Tionghoa.

Sekolah ini juga memiliki fasilitas yang baik. Tersedia 18 ruangan kelas yang dapat

digunakan seluruhnya untuk SLTP dan SLTA belum termasuk gedung SD.

Sekolah ini memiliki ruangan computer yang dapat digunakan setiap hari oleh para siswa

dalam pelajaran meng-tik dan tersanbung dengan jaringan internet yang dapat digunakan

para siswa untuk memperoleh informasi yang mendukung pelajaran mereka.

Laboratorium Biologi dan Kimia juga ada disekolah ini, hanya tidak memiliki

laboratorium bahasa. Ruang perpustakaan dipenuhi oleh buku-buku yang diberikan oleh

pemerintah untuk dimanfaatkan sebaik mungkin tanpa harus memungut biaya. Setiap sore

hari Sekolah Perguruan Panglima Polem mengadakan mata pelajaran tambahan yang

dilakukan pada sore hari. Semua siswa wajib mengikutinya.

Ekstra kulikuler dilakukan disekolah ini pada hari jumat dan sabtu di sore hari,

setelah selesai bersekolah. Untuk ekstra kulikuler siswapun diwajibkan untuk

(43)

Gambar 5

Diatas ialah gambar bangunan sekolah Perguruan Panglima Polem yang merupakan fasilitas fisik agar berlangsungnya proses belajar – mengajar dengan baik.

Gambar 4

Diatas ialah gambar dai fasilita oleh raga yang digunakan untuk menunjang kegiatan olah raga siswa/siswiSekolah Perguruan Panglima Polem.

Selain itu penduduk Kecamatan Rantau Utara juga menganggap penting

pendidikan agama untuk anak-anaknya. Untuk itu bagi penduduk yang beragama Islam

mereka mendirikan berbagai Madrasah di Kelurahan masing-masing sebagai tempat

(44)

Kristen sarana pendidikan agama bagi anak-anak dilakukan dengan sekolah minggu di

tiap-tiap gereja yang ada.

5.2 Saranan Ibadah

Bagi tiap-tiap pemeluk agama di Kecamatan Rantau Utara tidak ada kendala untuk

menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing. Di Kecamatan ini sarana ibadah

tiap-tiap agama tersedia dengan lengkap. Untuk tempat beribadah penduduk yang

beragama Islam terdapat 57 Mesjid serta 39 Surau atau Musholla. Untuk yang beragama

Kristen Protestan dan Kristren Katolik terdapat 25 Gereja, untuk yang beragama budha

terdapat 7 Vihara sedangkan untuk yang beragama Hindu tidak terdapat sarana ibadah.

Mesjid sebagai sarana beribadah bagi umat Islam, mereka pergunakan

terutama untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu. Hal yang sama juga terjadi untuk

Musholla. Perbedaanya hanyalah dalam pelaksanaan sholat jumat. Musholla tidak pernah

digunakan untuk melaksanakan sholat jumat. Pelaksanaan sholat jumat dipusatkan di

mesjid-mesjid yang ada. Selain itu mesjid juga digunakan untuk melaksanakan pengajian,

terutama untuk mendengarkan ceramah-ceramah tentang keagamaan. Seluruh mesjid dan

musholla ini dibangun dan dikelola dengan dana swadaya masyarakat sendiri.

(45)

Diatas ialah gambar Mesjid Al Ikhlas berada di jalan Cut Nyakdien Kecamatan Rantau Utara.

Dari 24 Gereja untuk tempat beribadah bagi umat Kristen, 2 diantaranya

merupakan Gereja HKBP, 1 Gereja GKPS, 1 Gereja HKI, 2 Gereja GMI, 1 Gereja GBKP,

1 Gereja Pentakosta, 1 Gereja Katolik dan 15 GBI yang terbagi dalam berbagai jemaat;

diantaranya jemaat antiokhia, jemaat batu penjuru dan lain sebagainya. Kegunaan gereja

sebagai tempat beribadah terutama dipergunakan dalam melakukan kebaktian pada hari

Minggu.

Selain itu gereja juga dipergunakan untuk memberikan pendidikan agama tentang

ajaran-ajaran Kristiani kepada anak-anak pada hari Minggu. Hal yang sama juga terdapat

di gereja Katolik. Sama halnya dengan pembangunan mesjid, keseluruhan gereja ini juga

dibangun dan dikelola atas dana swadaya masyarakat sendiri. Sedangkan 7 Vihara

dipergunakan oleh umat Budha yang pada umumnya merupakan keturunan Tionghoa

(46)

Gambar 8

Diatas ialah gambar gereja Khatolik yang berada di jalan By Pass Kecamatan Rantau Utara.

5.3 Sarana Kesehatan

Untuk sarana kesehatan, di Kecamatan Rantau Utara sudah ada terdapat 1 rumah

sakit umum, rumah sakit ini berada di Jl. Kartini Rantau Prapat. Dikecamatan ini hanya

terdapat 1 rumah sakit bersalin yang dikelola oleh swasta. Tetapi selain menampung

ibu-ibu yang melahirkan, rumah sakit bersalin ini juga menampung penduduk yang mendapat

gangguan jiwa. Apabila rumah sakit bersalin ini merasa tidak sanggup mengobatin pasien,

maka mereka akan mengirimnya ke RSU Rantau Prapat yang berada di Rantau Utara.

Tetapi untuk melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan, pemerintah

membangun 4 Puskesmas. Di Kecamatan ini ada 28 orang yang terdaftar, serta 33 bidan

yang selalu siap membantu persalinan sewaktu-waktu. Dokter-dokter di Kecamatan ini

pada umumnya buka praktek pada sore hari, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan obat

masyarakat terdapat 8 apotik yang keseluruhannya milik swasta.

5.4 Sarana Transportasi

Prasarana jalan di Kecamatan Rantau Utara sudah cukup baik, semua Kelurahan

sudah dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Bahkan gang-gang yang ada di Kelurahan

pada umumnya sudah dapat dilalui oleh kendaraan. Jalan-jalan yang menghubungkan

antar Kelurahan keseluruhnya dilapisin dengan aspal hotmix. Sedangkan jalan-jalan di

gang kebanyakan hanya dilapisin dfengan aspal biasa atau semen. Hanya beberapa saja

(47)

Terdapat sebagian jalan yang dibuat dengan menggunakan aspal sudah mengalami

kerusakan, itu terlihat dari jalan baru yang sudah seperti kubangan. Sehingga truk-truk

yang hendak menuju riau atau daerah disekitarnya sampai juga Kepulau Jawa harus

melalui jalan kota yaitu jalan Lintas Sumatera. Truk-truk ini melewati kota karena jalan

Baru/Bypasa sudah sangat rawan untuk dilalui, banyak truk yang jatuh karena lobangnya

terlalu dalam sehingga mengganggu aktivitas pengguna kendaraan yang lain. Lewatnya

truk-truk ini mengakibatkan jalan lintas Sumatera pun menjadi rusak, sudah sangat

banyak yang bolong-bolong tetapi tidak mempengaruhi pengguna jalan baik yang beroda

dua sampai yang beroda empat menggunakan jalan tersebut. Adapun jumlah kendaraan

yang dimiliki oleh penduduk Kecamatan Rantau Utara dapat dilihat dalam tabel di bawah

ini:

TABEL 10

Jenis Kendaraan

No Jenis Kendaraan Jumlah

1 Mobil penumpang 86

2 Mobil gerobak 68

3 Mobil pribadi 64

4 Sepeda motor 70

Jumlah 288

(48)

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kendaraan atau sarana transportasi yang

dimiliki oleh penduduk banyak hingga mencapai 288 kendaraan. Di Kecamatan ini

hamper tiap rumah tangga memiliki sepeda motor, sedangkan mobil grobak sering

digunakan untuk mengangkat sawit maupun getah karet. Dari tabel di atas juga

menunjukkan bahwa mobil pribadi termasuk ke dalam jumlah yang dominan di bawah

(49)

BAB III

KONSEP MASYARAKAT RANTAU PRAPAT

TENTANG ILMU PENGETAHUAN

3.1. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilaksanakan di tiga lingkungan yaitu Lingkungan Skip, Lingkungan

Kampung Tempel, dan Lingkungan Pekan Lama (paindoan) kelurahan Rantau Prapat

kecamatan Rantau Utara.

Data Primer diperoleh dari penyebaran angket kepada 40 responden yang

bertempat tinggal dilingkungan Skip, Lingkungan Kampung Tempel, Lingkungan Pekan

Lama (Paindoan) kelurahan Rantau Prapat kecamatan Rantau Utara.

Dari hasil di lapangan dengan penyebaran koesioner kepada responden, penulis

akan memaparkan gambaran umum responden.

TABEL 11

Gambaran Umum Responden

No Jenis Responden Jumlah/Jiwa Persentase

1 Orang tua 11 27,5

2 Siswa/siswi 16 40

3 Anak yang putus sekolah 13 32,5

Jumlah 40 100

Sumber: Data Koesioner

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besarresponden terdiri dari siswa/siswi

(50)

jiwa atau 27,5% dan Anak yang putus sekolah berjumlah 13 jiwa atau 32,5%. 40 jiwa

responden tersebut masing-masing memberikan tanggapannya seputar pendidikan.

TABEL 12

Gambaran Responden Berdasarkan Status Pendidikan

Bagi Remaja Usia 13-19 Tahun

No Pendidikan Jumlah/Jiwa Persentase

1 SD - -

2 Tidak Tamat SD - -

3 SLTP 6 21,60

4 Tidak Tamat SLTP 8 28,65

5 SLTA 10 32,50

6 Tidak Tamat SLTA 2 17,25

Jumlah 29 100

Sumber: Data Koesioner

Dari tabel diatas responden yang masih berstatus siswa/siswi SLTP berjumlah 6

jiwa atau 21,60% dan yang berstatus siswa/siswi SLTA berjumlah 10 jiwa atau 32,50%.

Masing-masing mereka memberi respon yang beragam ketika menerima koesioner.

Gambaran responden yang tidak menamatkan bangku sekolahnya pada tingkat SLTP

(51)

TABEL 13

Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah/Jiwa Persentase

1 Laki-laki 22 55

2 Perempuan 18 45

Jumlah 40 100

Sumber: Data Koesioner

Jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 jiwa atau 55%, dan

responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 18 jiwa atau 45% dari

keseluruhan jumlah responden yaitu 40 jiwa.

3.2. Pengertian Masyarakat Rantau Prapat Tentang Pendidikan

Proses-proses transmisi budaya atau pewarisan pengetahuan melalui proses

enkulturasi dan sosialisasi. Sosialisasi atau proses didik ini pada mulanya terjadi dari

lingkungan keluarga, sebagai lembaga sosial yang paling kecil, dengan maksud untuk

mengalihkan atau proses pembinaan adat-istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi

yang lama ke generasi yang baru. Proses ini berlangsung mulai dari bayi, balita, sampai

kepada masa kanak-kanak dibawah pengawasan ibu, ayah dan dibantu oleh sanak

keluarga yang lainnya sebagai suatu lembaga kekeluargaan, sampai pada suatu lembaga

yang sifatnya formal.

Dari sini mulai ditanamkan nilai-nilai kemasyarakatan yang dirasakan oleh

anak-anak selama masa awal umurnya atau masa-masa yang paling penting, sehingga menjadi

mesin penggerak dalam pribadinya. Anak-anak (biasanya diatas usia 5 tahun) mulai

(52)

Masyarakat Rantau Prapat yang secara geografis merupakan daerah yang terbuka

sehingga secara sosial budaya Rantau Prapat merupakan daerah multietnik. Penduduk

Rantau Prapat sebagian besar adalah orang-orang yang datang dari daerah Sidimpuan

(Sipirok), Jawa, Batak Toba, Batak Karo, Nias, Melayu, Cina. Pada masyarakat Rantau

Prapat ini sebelum mengenal pendidikan modern yaitu sekolah-sekolah, mereka telah

mengenal sistem pendidikan yang sifatnya tradisional sejak jaman dahulu sudah dikenal

oleh masyarakat Rantau Prapat. Sistem pendidikan tradisional ini sering kali bersifat

keagamaan dan diutamakan kepada anak-anak usia 3-5 tahun. Masyarakat beragama

Kristen misalnya pendidikan dasar yang diperkenalkan diluar lembaga kekeluargaan ialah

memberikan pendidikan dasar di gereja (Sekolah Minggu) 1 x dalam satu minggu yaitu

pada hari minggu pagi anak-anak akan diantar oleh orangtuanya ke gereja. Dan di gereja

guru sekolah minggu akan memberikan pelajaran-pelajaran keagamaan dengan bahasa

yang mudah dipahami oleh anak-anak. Anak-anak diajari bernyanyi dengan

menggunakan seluruh anggota tubuhnya, menggerak-gerakkan tubuhnya sambil menari

mencontohkan apa yang diperagakan oleh guru sekolah minggunya.

Biarpun gunung-gunung beranjak

(kedua tangan disatukan membentuk segitiga dan menyerupai gunung) Dan segala bukit bergoyang

(kedua tangan diletakkan dipinggang kemudian sambil bergoyang-goyang) Namun kasih setia-Mu

(meletakkan kedua tangan didada) Tak akan beranjak dariku

(Melambaikan tangan sebagai ungkapan bahasa tubuh “tak akan beranjak”).

Reff:

Tak akan beranjak

(melambaikan tangan sebagai ungkapan bahasa tubuh “tak akan beranjak”) Tak akan bergoyang-goyang

(meletakkan tangan dipinggang kemudian bergoyang-goyang). Tak akan beranjak

(53)

(meletakkan tangan dipinggang kemudian bergoyang-goyang). Demikianlah firman Tuhan yang mengasihi mu

(kedua tangan diletakkan didada).

Kemudian mereka disuruh duduk tenang mendengarkan firman Tuhan yang

disampaikan oleh guru sekolah minggu dengan gaya bahasa berdongeng. Setelah rutinitas

ibadah selesai, yang berlangsung 1 1/2 jam anak-anak akan diberi hadiah berupa permen

dan kartu (card). Kartu tersebut harus disimpan sampai hari Natal berupa Alkitab.

Begitu juga pada masyarakat Rantau Papat yang beragama Islam. Pendidikan yang

diperkenalkan diluar lembaga kekeluargaan ialah memberikan pendidikan dasar dengan

cara belajar mengaji seseorang guru ngaji.

Sistem pendidikan modern, lembaga-lembaga pendidikan formal dengan bentuk

sekolah seperti sekarang ini, mulai tumbuh dan berkembang pada zaman kolonial yang

dibangun oleh pemerintah kolonial khususnya dikota-kota sebagai pusat pemerintahan

kolonial, misalnya ibu kota provinsi, ibukota keresidenan, ibukota kabupaten, putra/putri

pegawai negeri. Di dalam sistem pendidikan modern ini, para murid diberikan

pengetahuan yang sifatnya lebih sekuler dan rasional.

Selanjutnya masyarakat Rantau Prapat memandang pendidikan yang akan

diberikan kepada sianak adalah pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia yang akan membantu sianak kelak dikemudian hari sebagai jembatan menuju

masa depan kehidupan yang mungkin akan dihadapinya. Seperti kutipan hasil wawancara

penulis dengan salah seorang informan yang berusia 52 tahun, yang menjabat sebagai

lurah Rantau Utara.

(54)

jelas anak saya yang lulusan Perguruan Tinggi atau SMA berbeda pemikirannya dan pola pikirnya. Dan kalau mencari kerjapun ya sudah jelas yang berpendidikan lebih diutamakan, artinya masa depannya sudah agak terjaminlah kita bilang, walaupun nasib dan keberuntungan juga menentukan masa depan seseorang, cuma berapa persenlah itu. Berapa persenlah orang yang seperti si Pardede sana, atau seperti si Olo sana, kaya tanpa sekolah, sikitnya kan ? Jadi kalau dia sekolah terisilah sedikit demi sedikit ilmu dikepalanya, yang bisa dipergunakannya sewaktu-waktu.”

Jadi, pada masyarakat Rantau Prapat pengertian tentang pendidikan telah mereka

sadari akan kehadirannya dalam kehidupan sosialnya. Secara umum mereka memandang

pengertian tentang pendidikan itu diberikan kepad si anak agar anak menjadi “cerdas” dan

“pintar” atau lebih tahu dari mereka peroleh sebelumnya, dengan harapan akan membantu

si anak kelak dalam memecahkan misteri liku-liku dan teka-teki kehidupan ini. Gambaran

ini terlihat jelas dengan usaha yang telah mereka lakukan sebelum dikenalkannya

lembaga pendidikan modern seperti pada masa sekarang ini yaitu apa yang dinamakan

sebagai pendidikan tradisional lain.

Arti pentingnya kehadiran bukan saja dirasakan oleh orangtua, pada diri si anak

juga menyadari kalau pendidikan itu sangat berarti dalam kehidupannya kelak. Janter

Agus Toni Manurung, siswa SMAN 1 Rantau Utara Kelas Xc mengatakan :

“Hadirnya pendidikan itu menurut saya merupakan suatu cara

untuk mengubah watak seseorang dan pengetahuannya, sehingga kelak saya bisa menjadi manusia yang berguna. Bukan cuma itu, selain pendidikan yang saya dapat disekolah, saya juga bisa mengembangkan bakat yang telah diberikan Tuhan, dengan ikut ekskul.”

Sama halnya dengan Heni Deswenti, siswi SMAN 1 Rantau Utara mengatakan :

“Hadirnya pendidikan merupakan suatu proses yang dapat

Gambar

TABEL 1
TABEL 3
TABEL 4
TABEL 5 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT AGAMA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan output kelompok tani yang telah dipaparkan dan pernyataan anggota kelompok tani, FORCI Development telah berhasil melakukan pendekatan kepada masyarakat

Optical remote sensing data source can interpret vegetation and crops with higher accuracies; however, it performed lower capabilities of distinguishing different

The purpose of this paper is to define the � − Stieltjes integral as a generalization of the � integral and investigate some of its basic properties such as uniqueness

Banyak orang disesatkan Al-Quran//Bergantung pada tali itu, banyak yang telah jatuh ke sumur//Tak ada yang salah pada tali itu, O orang sesat//Hanyalah kamu yang tak ingin naik

Dengan memahami fungsi siswa diharapkan mampu membuat contoh masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi.. Dengan memahami fungsi siswa diharapkan mampu menentukan domain,

Pelaksanaan praktik kedokteran di Rumah Sakit Marinir Cilandak harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan;

Pada umur 12 MST di masing- masing perlakuan media terutama media PDA dan organik dengan penambahan air kelapa masih sedikit ditemukan embrio tahap akhir

Sedangkan kebudayaan dalam arti sempit adalah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara atau bersifat semiotik... dari itu, contoh budaya Jepang adalah budaya