DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Ikan. Dikutip:
ikan
Anonimb. 2011. Pemasaran Untuk Ternak Kambing. Dikutip: Artikel Kambing oleh Ridwan
Anonimc. 2011. Harga Kambing Melonjak Mencapai Rp 1,2 Juta. Dikutip:
Bambang, 2006. Analisis Biaya, Produksi dan R/C Usahatani pada Lahan Bonorowo di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan [Skripsi]
Beattie dan Robert, 1996. Ekonomi Produksi. Penerjemah: Dr. Soeratno Josohardjono,MEc. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bunyamin. 2009. Meningkatkan Skala Ekonomi Melalui Koperasi. Dikutip: My Blog’s Cerita, Tulisan, Berita, Tips, dan Trik, & dll
Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Yogyakarta: Kanisius
Dinas Pertanian dan Kelautan. 2010. Laporan Populasi Ternak Tahun 2010. Medan: Departemen Pertanian dan Kelautan
Devendra dan Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: ITB
Fauzi, dkk. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya
Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Ak. Sumarno Zain, Drs., MBA. Jakarta : Erlangga
Hartati, Sri. 2012. Peluang dan Potensi Pasar Kambing. Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media
Mosher,A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna
Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
Sarwono,B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Soekartawia. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-PRESS
Soekartawib. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Grafindo Soekartawic. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-PRESS
Soekartawid. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Grafindo Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: TARSITO
Sumoprastowo. 1997. Ternak Piaraan. Jakarta: BHRATARA
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK
KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF
( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan )
SKRIPSI
Oleh:
ELLA SAGHITA BANGUN 070304022
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK
KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF
( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan )
SKRIPSI
Oleh:
ELLA SAGHITA BANGUN 070304022
AGRIBISNIS
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Disetujui oleh:
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. Thomson Sebayang, M.T) (DR. Ir. Salmiah, MS) NIP : 195711151986011001 NIP : 195702171986032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
ELLA SAGHITA BANGUN (070304022) dengan judul skripsi
“ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK
KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ( Kasus : Kelurahan Tanah
Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)” dibimbing oleh Ir.Thomson Sebayang, MT dan DR. Ir. Salmiah, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan besar produksi usaha ternak kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak; dan untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing di daerah penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah rata-rata pertambahan berat kambing selama satu tahun di daerah penelitian adalah 237,45 kg/peternak. Pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kambing dan secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan adalah pakan dan obat-obatan. Biaya bibit,biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing dan secara parsial biaya bibit dan biaya pengambilan pakan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing. Pendapatan bersih peternak kambing adalah Rp 7,321,447/peternak. Sedangkan per ekor kambing sebesar Rp 509,157/peternak. Secara ekonomi, usaha ternak kambing layak diusahakan di daerah penelitian dengan nilai R/C sebesar 1.43/peternak dan untuk per ekor kambing sebesar 1.71/peternak.
RIWAYAT HIDUP
ELLA SAGHITA BANGUN, lahir di Medan pada tanggal 22 November
1989, sebagai anak pertama dari Ayahanda Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda
Suwita R. Br. Tarigan.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1994 masuk Taman Kanak-kanak di TK Melati di Bahorok dan
tamat pada tahun 1995.
2. Pada tahun 1995 masuk sekolah dasar di SDN 1 no 050643 di Bahorok
dan tamat pada tahun 2001.
3. Pada tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMPN 1 Bahorok
dan tamat pada tahun 2004.
4. Pada tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMAN 17 Medan dan
tamat pada tahun 2007.
5. Pada tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
6. Pada bulan Juni-Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara,
Provinsi Sumatera Utara.
7. Pada bulan September 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak
Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec.
Medan Marelan, Kota Medan). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk mengajar dan membimbing,
memberikan ilmu dan wawasan secara detail, serta memberikan semangat
yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ketua
Program Studi Agribisnis yang telah memberikan waktu untuk
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini serta memberikan
masukan yang sangat berarti kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Administrasi Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis melalui
4. Bapak Kepala Desa dan Pegawai Kelurahan Tanah Enam Ratus,
Bapak/Ibu Penyuluh Pertanian Kelurahan Tanah Enam Ratus serta para
peternak kambing yang menjadi responden dalam penelitian.
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
Ayahanda tercinta Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda tercinta Suwita R. Br.
Tarigan yang telah banyak berkorban untuk penulis, memberikan semangat,
kasih sayang, dan doa yang tiada hentinya diberikan kepda penulis selama
menjalani kuliah, serta adikku Rizky Nugraha Bangun, semua keluarga besarku
(iting, ua, bik uda, bik nah, mama,pak tua, pak uda, bang tua, bang niko, rafa)
yang turut menyemangati dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang yang paling spesial “my tink
quh” Hendro S. Ginting, S.Kom, yang selalu ada memberikan waktu, tenaga,
pikiran, doa yang tiada hentinya serta semangat yang sangat berarti kepada
penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Agribisnis FP
USU stambuk 2007, khususnya Vera dan Dini. Teman-teman Mandolin 3 ( kak
Roro, kak Mely, dan Srik) yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Amin.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1.Tinjauan Pustaka ... 6
2.2. Landasan Teori ... 9
2.3. Kerangka Pemikiran ... 15
2.4. Hipotesis Penelitian ... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18
BAB IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Geografi ... 28
4.1.1.Letak Geografis Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 28
4.1.2. Kependudukan ... 29
4.2. Fasilitas Umum dan Sosial... 30
4.2.1.Sarana Pemukiman ... 30
4.2.2. Sarana Pendidikan ... 31
4.2.4. Sarana Olahraga ... 33
4.2.5. Sarana Kesehatan ... 33
4.2.6. Sarana Kebersihan ... 34
4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 34
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Aspek Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian ... 36
5.2. Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian ... 39
5.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian ... 41
5.3.1.Uji Asumsi Klasik ... 41
5.3.2. Uji Kesesuaian ... 44
5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian ... 48
5.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 48
5.4.2. Uji Kesesuaian ... 51
5.5. Penerimaan Usaha Ternak Kambing ... 54
5.6. Pendapatan Usaha Ternak Kambing ... 56
5.7. Kelayakan Usaha Ternak Kambing ... 57
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60
6.2 Saran ... 61
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Populasi Ternak Kambing Per Kecamatan di Kota Medan
(Tahun 2011)……… 18
2. Jumlah Peternak Kambing Per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan (Tahun 2012)………. 19
3. Distribusi Kepemilikan Ternak Kambing……… 19
4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………... 29
5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…………... 30
6. Data Perumahan di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011.. 31
7. Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus
Tahun 2011……… 32
8. Masjid dan Musholla yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus.. 33
9. Sarana Kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus…. 34
10. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus
Tahun 2012... 35
11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Usahaternak Kambing di
Daerah Penelitian Tahun 2012... 39
12. Distribusi Produksi Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2012.... 40
13. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Usaha
ternak Kambing Menggunakan Statistik Kolinieritas………. 41
14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kambing di Daerah Penelitian………. 44
15. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Pendapatan Peternak
Kambing Menggunakan Statistik Kolinieritas……… 48
16. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
17. Rataan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kambing Selama
Satu Tahun di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2012……... 56
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran………. 16
2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi
Usaha Ternak Kambing……….... 42 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi
Usaha Ternak Kambing……… 43 4. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan
Peternak Kambing……….. 49 5. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan Peternak
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kec. Medan Marelan
2. Jumlah Kambing Berdasarkan Jenis Kambing Per Peternak Sampel Didaerah Penelitian
3. a. Jumlah Pakan Ternak Kambing Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Jumlah Pakan Ternak Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
4. Luas dan Penyusutan Kandang Kambing Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
5. Kapasitas Daya Tampung Kandang Per Peternak Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
6. a. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
7. Jumlah Alat dan Penyusutan Alat Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012
8. a. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
9. a. Biaya Bibit Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian b. Biaya Bibit Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian 10. a. Biaya Transportasi Pengambilan Pakan Ternak Per Petani dalam Satu
b. Biaya Transportasi Pengambilan Pakan Per Ekor Ternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
11. a. Biaya Perbaikan Kandang Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Biaya Perbaikan Kandang Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
12. a. Biaya Penyusutan Kandang dan Alat Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Biaya Penyusutan Kandang dan Alat Per Ekor dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
13. Penjualan Kambing Jawa Per Peternak Sampel dan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
14. Penjualan Kambing Biri-biri Per Peternak dan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
15. Penjualan Kambing EtawaPer Peternak Sampel dan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian
16. a. Harga Jual Rata-Rata dan Total Penjualan Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian
b. Harga Jual Rata-Rata dan Total Penjualan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian
17. a. Penjualan Kotoran Kambing Per Peternak dalam Satu Tahun Per Peternak
b. Penjualan Kotoran Kambing Per Ekor Kambing dalam 1Tahun di Daerah Penelitian
18. a. Total Biaya Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian b. Total Biaya Peternak Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
19. a. Pertambahan Berat Badan Kambing Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
20. a.Total Penerimaan Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. Total Penerimaan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
21. a.Pendapatan Bersih Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian b. Pendapatan Bersih Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian
22. a. R/C Rasio Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
b. R/C Rasio Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian
23. Tabel R Square Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
24. Hasil Uji SPSS Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
25. Nilai F Hitung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
26. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing dengan SPPS Linear Berganda
27. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing dengan SPSS Linear Berganda
28. Tabel R Square Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
29. Hasil Uji SPSS Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
30. Nilai F Hitung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
31. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan Usaha Ternak Kambing
ABSTRAK
ELLA SAGHITA BANGUN (070304022) dengan judul skripsi
“ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK
KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ( Kasus : Kelurahan Tanah
Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)” dibimbing oleh Ir.Thomson Sebayang, MT dan DR. Ir. Salmiah, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan besar produksi usaha ternak kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak; dan untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing di daerah penelitian.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah rata-rata pertambahan berat kambing selama satu tahun di daerah penelitian adalah 237,45 kg/peternak. Pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kambing dan secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan adalah pakan dan obat-obatan. Biaya bibit,biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing dan secara parsial biaya bibit dan biaya pengambilan pakan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing. Pendapatan bersih peternak kambing adalah Rp 7,321,447/peternak. Sedangkan per ekor kambing sebesar Rp 509,157/peternak. Secara ekonomi, usaha ternak kambing layak diusahakan di daerah penelitian dengan nilai R/C sebesar 1.43/peternak dan untuk per ekor kambing sebesar 1.71/peternak.
RIWAYAT HIDUP
ELLA SAGHITA BANGUN, lahir di Medan pada tanggal 22 November
1989, sebagai anak pertama dari Ayahanda Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda
Suwita R. Br. Tarigan.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 1994 masuk Taman Kanak-kanak di TK Melati di Bahorok dan
tamat pada tahun 1995.
2. Pada tahun 1995 masuk sekolah dasar di SDN 1 no 050643 di Bahorok
dan tamat pada tahun 2001.
3. Pada tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMPN 1 Bahorok
dan tamat pada tahun 2004.
4. Pada tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMAN 17 Medan dan
tamat pada tahun 2007.
5. Pada tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
6. Pada bulan Juni-Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara,
Provinsi Sumatera Utara.
7. Pada bulan September 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang memiliki peluang besar
untuk dikembangkan sebagai sub pertanian di masa depan. Kebutuhan masyarakat
akan produk-produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya karena
peternakan merupakan salah satu penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral
yang sangat dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu jenis ternak yang sering dibutuhkan oleh masyarakat guna
memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Oleh karena itu,
masyarakat juga banyak mengusahakan usaha ternak kambing. Disamping usaha
ternak kambing dapat menghasilkan pendapatan bagi para peternak, usaha ini juga
sering diusahakan sebagai usaha sampingan yang dapat digunakan sebagai
tabungan untuk masa depan.
Ternak kambing sebenarnya sudah lama diusahakan oleh peternak atau
masyarakat karena pemeliharaan dan pemasarannya relatif mudah. Disamping
sebagai penghasil daging yang baik, kambing juga menghasilkan kulit yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam industri kulit, misalnya sepatu, kerajinan dan
lain-lain. Selain itu, jenis kambing tertentu misalnya kambing etawah dan saanen,
juga dapat menghasilkan air susu yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dapat
dikonsumsi oleh masyarakat. Sampai sekarang ini, pada umumnya usaha
peternakan yang diusahakan adalah yang bersifat tradisional dan metode
sambilan. Akibatnya, alokasi tenaga dan fikiran lebih banyak pada usaha pokok
daripada usaha sampingan dan hasil yang diperoleh tidak maksimal
(Cahyono, 1998).
Peternak berperan sebagai manajer. Peternak sebagai manajer akan
berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus
dipilih untuk diusahakan. Peternak harus menentukan cara-cara berproduksi,
menentukan cara–cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang
biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
keterampilan, pendidikan dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan (Mosher , 1987).
Umumnya peternak di daerah penelitian memilih beberapa alasan untuk
mengusahakan ternak kambing, antara lain : (a) kambing mudah untuk dipelihara,
(b) kambing dapat berkembangbiak dengan cepat, (c) kambing dapat dijual kapan
saja, (d) kotoran kambing dapat dijadikan pupuk. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Cahyono (1998) bahwa keuntungan yang dapat dipetik dari
usahaternak kambing adalah: kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi, lahan
yang sempit dapat memelihara sejumlah kambing, kambing mudah dalam
penggembalaannya, perkembangbiakan kambing tergolong cepat, selain daging
bulu dan kulit dapat dimanfaatkan, limbah kotoran yang dihasilkan dapat
digunakan sebagai pupuk untuk pertanian, daging kambing sebagai sumber
protein dengan gizi yang tinggi, modal yang diperlukan lebih sedikit daripada
memelihara ternak besar, dan ternak kambing merupakan sumber uang tunai.
Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu daerah yang banyak
kambing adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus. Di daerah ini, pemeliharaan
kambing umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan menggunakan
teknologi seadanya, dan manajemen pengelolaannya masih sederhana. Dengan
metode yang tradisional ini maka peternak belum dapat meningkatkan jumlah
produksi guna memenuhi kebutuhan kambing hidup yang dibutuhkan.
Dalam beternak kambing juga dihadapi berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kambing. Di daerah penelitian, faktor-faktor produksi
seperti bibit, kandang, dan pakan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh
peternak. Disamping itu, peternak masih banyak yang belum memperhatikan
peluang pasar. Penjualan ternak masih dilakukan atas dasar kebutuhan uang tunai.
Sehingga pengelola tenak kambing sulit untuk memperkirakan ketersediaan
kebutuhan kambing sebagai barang dagangan. Oleh karena itu, penelitian perlu
dilakukan terhadap tingkat produksi dan kelayakan dari usaha ternak kambing di
daerah penelitian, dengan melihat besarnya pendapatan yang diterima dan biaya
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Berapakah produksi kambing pedaging di daerah penelitian?
2. Faktor apa (pengalaman beternak, pakan, obat-obatan, kepadatan kandang,
dan tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap produksi kambing
pedaging di daerah penelitian?
3. Faktor apa (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya
tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak
di daerah penelitian?
4. Apakah usaha ternak kambing pedaging adalah usaha yang menguntungkan
dan layak dikembangkan di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi berapa produksi kambing pedaging di daerah
penelitian.
2. Untuk menganalisis faktor (pengalaman beternak, pakan, obat-obatan,
kepadatan kandang, dan tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap
produksi kambing pedaging di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis faktor (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan
pakan, dan biaya tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap tingkat
4. Untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing
pedaging di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi peternak kambing di Kecamatan Medan
Marelan dalam upaya mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang
berhubungan dengan substansi penelitian ini.
3. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena
ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat
berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar
kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat
(Sarwono,2007).
Kambing merupakan ternak potong yang tergolong ternak ruminansia
kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui
anak-anaknya. Menurut Cahyono (1998) kambing memiliki beberapa bangsa
kambing yang tersebar di seluruh daerah. Bangsa-bangsa kambing tersebut
memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya.
Bangsa-bangsa kambing tersebut adalah :
1. Kambing Etawah 5. Kambing Marica
2. Kambing Saanen 6. Kambing Alphine
3. Kambing Kacang 7. Kambing Gembrong
4. Kambing Peranakan Etawah 8. Kambing (Anglo) Nubian
Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan
yang cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak
pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997).
2.1.1 Potensi Ekonomi Kambing
Nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata
yaitu dapat menyumbangkan 14–25% dari total pandapatan keluarga petani.
Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat
merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial
peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena
belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan
atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak
menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak
sebagai barang dagangan (Sarwono, 2007).
Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :
a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga
tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi.
b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah.
c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan
kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan.
d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem
pengembalaan akan lebih efisien.
e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat
f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk
dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18
ekor (Devendra, 1994).
2.1.2 Peluang dan Potensi Pasar Kambing
Kambing mempunyai peluang dan potensi pasar yang bagus karena untuk
memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri bahkan diekspor. Kambing
merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap
bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai
lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena
disamping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, kambing juga
memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Budidaya kambing saat ini berbasis
pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya, dan lokasi tidak terkonsentrasi.
Potensi untuk mengembangkan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar,
karena kurang lebih 30% kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak,
sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan
manusia.
Adapun istilah pemasaran adalah semua aktivitas yang berhubungan
dengan penyaluran barang atau jasa dari tempat produsen ke tempat konsumen
pada waktu yang tepat, sehingga terjadi pemilikan barang tersebut. Pada
umumnya kambing sangat mudah dipasarkan baik dalam bentuk karkas maupun
dalam bentuk hidup, sehingga dapat memberikan peluang dan potensi pasar
kambing di seluruh Indonesia bahkan juga mempunyai peluang untuk di ekspor
Peluang pasar kambing, antara lain : (1) Pangsa pasar kambing terbuka
lebar (lokal, domestik, ekspor); (2) Cita rasa daging kambing sangat spesifik; (3)
Dengan potensi lahan pakan cukup memadai mempunyai peluang untuk
pengembangan populasi lebih besar. Sedangkan potensi pasar kambing, antara
lain : (1) Meningkatnya pertambahan penduduk, maka permintaan daging semakin
meningkat setiap tahun; (2) Meningkatnya daya beli, sehingga kebutuhan daging
meningkat; (3) Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan
dalam kesadaran gizi masyarakat (Hartati, 2012).
Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang
tahun. Namun, permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari Raya Idul
Adha. Pada hari raya tersebut, permintaan daging akan meningkat dan harga pun
akan naik. Pada Hari Raya Idul Adha, kambing yang dijual hidup harus sehat dan
tidak cacat. Pasar potensial lain yaitu pedagang sate, gulai, tongseng dan sup
kambing (Anonimb, 2011). Untuk daerah Medan Marelan juga diketahui mengalami peningkatan yang bervariasi sesuai ukuran hewan kurban itu sendiri.
Tahun sebelumnya harga rata-rata kambing ukuran kecil Rp 500,000/ekor hingga
Rp 600,000/ekor, namun pada waktu tertentu kenaikkan harga jenis kambing
ukuran kecil dan sedang dijual rata-rata antara Rp 800,000 hingga Rp 1,200,000,
ukuran besar rata-rata Rp 1,200,000 hingga Rp 1,500,000 (Anonimc, 2011).
2.2 Landasan Teori
Produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan
kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam
Menurut Soekartawid (2002), kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit dan karenanya membahas aspek mikro. Peranan
hubungan input (faktor produksi) dan output (hasil atau produksi) mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau
tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi
penggunaan faktor produksi tersebut.
Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi tersebut menentukan kemungkinan output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu (Anonima, 2009)
Menurut Mubyarto (1998) fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor
produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini
dituliskan sebagai :
Y = f (x1,x2 …….xn) Dimana:
Y = hasil produksi fisik (output)
x1……..xn = faktor-faktor produksi (input)
Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi”
karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi.
Dalam Bahasa Inggris faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor
produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh
diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi dan produk
(Soekartawia, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu : a) Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam
kesuburannya, bibit, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya. b) Faktor sosial
ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, resiko dan ketidakpastian, tersedianya kredit, dan sebagainya
(Soekartawib,1994).
Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan bantuan
kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang dihadapi
adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut
agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara
ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor
produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor
produksi yang dipakai (Mubyarto, 1998).
Fungsi yang sering digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor
independen dan dependen adalah fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel.
Variabel yang satu disebut denga variable dependen (Y), dan yang lain disebut
variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan
cara regresi yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan
demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian
Efisiensi suatu usaha terkait dengan skala ekonomi usaha. Pengaruh skala
ekonomi (Economic of Scale) ditandai oleh menurunnya biaya rata-rata persatuan
produk apabila jumlah produksi atau volume kegiatan diperbesar. Penurunan
biaya rata-rata persatuan produk diperoleh karena pada saat skala kegiatan
diperbesar, maka beban biaya tetap dapat disebar kepada jumlah produk yang
lebih banyak, sehingga biaya tetap rata-rata persatuan produk semakin mengecil.
Selain itu di dalam skala kegiatan yang lebih besar dapat dihemat berbagai
input/material dan faktor produksi lainnya, berarti dapat dilakukan penghematan berbagai faktor produksi variabel. Skala ekonomi membahas hubungan antara
biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output) (Bunyamin, 2009).
Menurut Soekartawi dalam Bambang (2006) biaya usahatani biasanya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap
ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di
sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya
yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kemudian, yang
dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan
semua biaya, jadi:
π =TR-TC
π = pendapatan usaha tani
TR = total penerimaan
Menurut Situmorang (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari
suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan
antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang
telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut
dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang
dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai
dengan tujuan yang mereka inginkan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
2.2.1 Analisis Finansial
Alat ukur yang digunakan dalam analisis finansial usaha adalah dengan
analisis R/C (Return Cost Ratio) sebagai perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya.
1. R/C (Return Cost Ratio)
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan produk dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan usaha. Penerimaan adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dan biaya produksi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya
tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah
output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah
variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang
merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi
(Soekartawic, 1995)
R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan.
Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai
dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah
penerimaan.
Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
a = (Py.Y)/(FC + VC)
Dimana :
R = Penerimaan C = Biaya
Py = Harga output Y = Output
FC = biaya tetap VC = biaya variabel
Usaha yang dikelola menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar
nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha
tersebut. Secara teoretis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula
rugi dan R/C < 1 maka usaha ternak tersebut tidak layak untuk diusahakan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Usaha ternak kambing pedaging merupakan suatu kegiatan yang produktif
bagi masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan. Dalam
melakukan usaha ternak ini, peternak membutuhkan input produksi yang tersedia
yang dikelola dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan output.
Dalam mengelola input produksi tersebut membutuhkan biaya-biaya
ataupun disebut dengan pengeluaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut
adalah biaya bibit, kandang, peralatan, obat-obatan, pengambilan pakan, dan
tenaga kerja. Besar biaya yang dikeluarkan mempengaruhi pendapatan peternak
kambing. Sedangkan penerimaan dipengaruhi oleh harga jual kambing pedaging.
Pendapatan yang diterima oleh peternak merupakan jumlah penerimaan
yang diterima oleh peternak dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan
untuk produksi. Pendapatan peternak akan meningkat apabila usaha ternak terebut
memberikan keuntungan dan pendapatan akan turun apabila usaha ternak tersebut
mengalami kerugian.
Usaha ternak dikatakan layak untuk dikembangkan apabila dalam analisis
finansial memberikan hasil lebih besar 1 (satu) dari pembagian penerimaan
dengan biaya. Adapun anlisis yang digunakan adalah dengan analisis R/C (Return
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.
Keterangan :
: Mempengaruhi
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Usaha Ternak Kambing Biaya Produksi (biaya bibit,biaya
obat,biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) Faktor Produksi (pengalaman
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
1. Faktor produksi (pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan,
obat-obatan, dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat
produksi kambing pedaging di daerah penelitian.
2. Biaya produksi (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan
biaya tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan
peternak di daerah penelitian.
3. Usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian adalah usaha
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kec. Medan Marelan. Daerah penelitian ini
ditentukan secara purposive sampling, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian
berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang
memiliki ternak kambing yang jumlahnya relatif banyak, sebagai terlihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Populasi Ternak Kambing Per Kecamatan di Kota Medan (Tahun 2011)
Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan Tahun 2011
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kec. Medan Marelan merupakan
kecamatan urutan ke 2 dalam jumlah populasi ternak kambing di Kota Medan,
yaitu berjumlah 690 ekor.
Kelurahan sebagai lokasi penelitian ditentukan di Kelurahan Tanah Enam
Ratus, dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki jumlah peternak kambing
yang paling banyak. Sebagai terlihat pada tabel berikut.
No Kecamatan Populasi Kambing (ekor)
Tabel 2. Jumlah Peternak Kambing Per Kelurahan di Kecamatan Medan
Sumber : PPL Kelurahan Tanah 600, Kec. Medan Marelan Tahun 2012
3.2 Metode Penentuan Sampel
Tabel 3. Distribusi Kepemilikan Ternak Kambing Kepemilikan Ternak Jumlah Peternak (KK)
intensif 22
Jumlah 22
Sumber : PPL Kelurahan Tanah 600, Kec. Medan Marelan Tahun 2012
Populasi penelitian adalah peternak kambing pedaging sistem intensif di
Kelurahan Tanah Enam Ratus. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan
metode sensus (Supranto, 1998), yaitu dengan mengambil semua jumlah populasi
sebayak 22 peternak sebagai sampel.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara
langsung dengan para peternak kambing/responden dengan bantuan daftar
pertanyaan yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder
Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kantor Camat Kec. Medan Marelan,
Kantor Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Kantor BPS (Badan Pusat
Statistik) Kota Medan.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif
yaitu dengan menghitung pertambahan berat badan kambing pedaging per
peternak sampel di daerah penelitian.
Untuk menganalisis masalah 2 adalah dengan menggunakan model fungsi
Cobb-Douglas. Alat Analisis
Y = aX1b1 X2b2 X3b3 X4b4 ….Xnbn
Persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan diatas adalah :
Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 +b5 log X5 +u log e Keterangan :
Y = Produksi (kg) X3 = pakan hijauan (kg)
a = Koefisien intersep X4 = obat-obatan (ml)
b1… bn = Koefisien regresi X5 = tenaga kerja (HKP) X1 = pengalaman beternak (tahun) u = Faktor pengganggu X2 = kepadatan kandang (ekor/m2)
(Cahyono, 1998).
Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan
menggunakan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS)
secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap produksi kambing
pedaging (Y), maka digunakan uji F.
Kriteria uji F:
Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima
Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh
nyata atau tidak terhadap produksi (Y), maka digunakan uji t.
Kriteria uji t:
Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima Keterangan :
H0 = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi kambing pedaging.
H0 ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi kambing pedaging.
Untuk menganalisis masalah 3, dianalisis dengan metode OLS (Ordinary
Least Square) dengan menggunakan Model Penduga Regresi Linear Berganda
dengan alat bantu SPSS, dengan model persamaan sebagai berikut.
Y = a +b1X1+ b1X2+ b3X3 + u
Keterangan:
Y = Pendapatan peternak (Rp)
X1 = Biaya bibit (Rp) X2 = Biaya obat (Rp)
X4 = Biaya tenaga kerja (Rp)
b1, .... bn : Koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y
a : Konstanta disebut koefisien intercep yg mencerminkan pengaruh
X terhadap Y
u : Error yang mencerminkan penyimpangan yang terjadi akibat
keragaman pengukuran maupun keragaman kondisi
Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak
berpengaruh nyata atau tidak terhadap pendapatan peternak (Y), maka digunakan
uji F.
Kriteria uji F:
Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima
Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh
nyata atau tidak terhadap pendapatan peternak (Y), maka digunakan uji t.
Kriteria uji t:
Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima Keterangan :
H0 = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing biaya produksi terhadap pendapatan peternak kambing pedaging.
H0 ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing-masing biaya produksi terhadap pendapatan peternak kambing pedaging (Sudjana, 1989).
Untuk identifikasi masalah 2 dan 3 dilakukan pengujian regresi, maka
penggunaan model regresi linier berganda dalam menganalisis telah memenuhi
asumsi klasik yang disyaratkan. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
ini, sebagai berikut.
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan
bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik. Pengujian penyimpangan
asumsi klasik yang dilakukan adalah: uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,
uji normalitas. Masing-masing pengujian penyimpangan asumsi klasik adalah
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah residual dalam regresi
memiliki distribusi normal. Setelah diuji dengan menggunakan normal probability
plot dan diagram histogram, terlihat data menyebar mengikuti garis diagonal dan
diagram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.
b. Uji Multikolinearitas
Salah satu dari asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak
terdapat multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk
dalam model. Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang sempurna atau
pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil
matrix korelasi. Bila ada korelasi yang cukup tinggi antar variabel bebas
Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari
multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel bebas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah kesalahan pengganggu
dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi
ke observasi lainnya. Metode grafik menunjukkan penyebaran titik - titik varian
residual sebagai berikut:
a. Titik -titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik - titik data tidak membentuk pola bergelombang
menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik tidak berpola (Gujarati, 1999).
Untuk menjelaskan masalah 4 dengan menggunakan perhitungan
Pendapatan Bersih (π) dan R/C (Return Cost Ratio) sebagai berikut:
Alat Analisis
Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, alat yang dipakai untuk
menganalisis keuntungan dan kelayakan adalah π dan R/C.
a. Pendapatan Bersih (π)
Pendapatan bersih merupakan jumlah penerimaan yang diterima oleh
peternak dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Secara
π = TR – TC Keterangan :
π = Pendapatan bersih usaha ternak kambing pedaging (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
b. R/C (Return Cost Ratio)
R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai
perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
a = R/C R= Py.Y
C= FC+VC
a= { (Py.Y)/(FC+VC) }
Keterangan :
R = penerimaan Y = output
C = biaya FC = biaya tetap (fixed cost)
Py= harga output VC= biaya variable (variable cost)
dengan kriteria, jika R/C > 1 maka usaha ternak layak. Jika R/C = 1 maka usaha
ternak berada pada titik impas, dan jika nilai R/C < 1 maka usaha ternak tidak
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam
penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi Operasional
1. Usaha ternak kambing adalah usaha pemeliharaan ternak kambing
pedaging sistem intensif.
2. Sistem intensif adalah pemeliharaan kambing pedaging dengan cara
dikandangkan terus menerus.
3. Peternak kambing adalah orang yang melakukan usaha ternak kambing
pedaging sistem intensif.
4. Produksi adalah pertambahan berat badan kambing pedaging selama
pemeliharaan dalam satuan (kg).
5. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan
berat kambing pedaging, seperti pengalaman beternak, pakan hijauan,
kepadatan kandang, tenaga kerja, dan obat-obatan.
6. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi.
7. Harga jual adalah harga untuk 1 ekor kambing saat penjualan dalam
satuan rupiah.
8. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan yang dihitung dalam
bentuk rupiah atau harga jual dikalikan dengan produksi kambing
pedaging.
9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha ternak dengan total
10.Analisis keuntungan adalah analisis yang digunakan untuk mencari
berapa besar keuntungan yang dihitung dengan rumus pendapatan bersih.
11.Analisis kelayakan adalah analisis yang digunakan untuk menentukan
usaha ternak kambing pedaging tersebut layak atau tidak untuk
dikembangkan dengan menggunakan analisis R/C (Return Cost Ratio).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan
Marelan.
2. Sampel penelitian adalah peternak yang memelihara kambing pedaging
dengan sistem intensif di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan
Marelan.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Luas dan Letak Geografi
Kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan salah satu dari 5 kelurahan yang
ada di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan yang menjadi pintu gerbang Kota
Medan khususnya untuk wilayah Utara karena berbatasan langsung dengan
Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah 3.42
km2 dan terdiri dari 11 Lingkungan dengan jumlah penduduk 26,552 jiwa.
4.1.1 Letak Geografis Kelurahan Tanah Enam Ratus
Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan terletak pada
ketinggian 3 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31oC, curah hujan rata-rata 600 mm/tahun dan memiliki luas 3.42 km2.
Ditinjau dari letak geografisnya Kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai
batas-batas wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau Kec. Medan
Marelan Kota Medan.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manunggal Kab. Deli Serdang.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Klumpang Kab. Deli Serdang dan
Kel, Terjun Kec. Medan Marelan Kota Medan.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Titi Papan Kec. Medan Deli Kota
Jarak Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus sekitar 3.5 km dari kantor
Camat Medan Marelan dan sekitar 14 km dari Kantor Walikota Medan. Kantor
Kelurahan terletak di Jalan Marelan Raya Lingkungan III Kel. Tanah Enam Ratus.
4.1.2 Kependudukan
Penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus terdiri dari berbagai etnis, suku,
budaya, agama dan tingkat pendidikan yang berbeda yang umumnya sudah
heterogen. Akan tetapi jika dipadukan secara harmonis akan dapat menjadi modal
dasar pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan
Marelan.
Kependudukan di Kelurahan Tanah Enam Ratus dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, dan berdasarkan mata pencaharian.
a. Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam
Ratus dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 12,535 47.5
2 Perempuan 13,835 52.5
Jumlah 26,370 100
Sumber: Monografi Kelurahan 2011
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak berjenis
Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Buruh 7,119 46.1
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk pada
umumnya adalah buruh yakni sebanyak 7,119 jiwa dengan persentase sebesar
46.1%.
4.2 Fasilitas Umum dan Sosial
Fasilitas umum dan sosial yang dimiliki Kelurahan Tanah Enam Ratus,
Kec. Medan Marelan dapat dibagi pada sarana pemukiman, sarana pendidikan,
sarana rumah ibadah, sarana olahraga, sarana kesehatan dan sarana kebersihan.
4.2.1 Sarana Pemukiman
Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu wilayah di kawasan
Medan Utara yang saat ini diutamakan sebagai daerah pengembangan untuk
pemukiman penduduk. Kelurahan Tanah Enam Ratus sendiri termasuk dalam
kategori daerah Pemukiman Pinggiran Kota dimana dengan bertambahnya
pemukiman yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus secara otomatis akan
dapat menambah Pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan Wajib Pajak Bumi
dan Bangunan serta peningkatan terhadap Wajib Retribusi Sampah.
Di Kelurahan Tanah Enam Ratus sendiri telah banyak didirikan
perumahan antara lain:
Tabel 6. Data Perumahan di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011
No Nama Perumahan Alamat
1 Perumahan Villa Deli Indah Jln. Marelan Raya Ling. I
2 Perumahan Grand Marelan Jln. Marelan Raya Ling. IV
3 Komplek Perum (Kokarmar) Jln. Paku Ling. VII
4 Perumahan BKKBN Jln. Cendana Ling. XI
5 Komplek MBC (Marelan Business Centre) Jln. Marelan Raya Ling. XI
Sumber: Monografi Kelurahan 2011
4.2.2 Sarana Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu modal terpenting untuk meningkatkan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu
Pemerintah Kota Medan maupun pihak swasta berupaya menyediakan sarana
pendidikan untuk kebutuhan masyarakat. Di Kelurahan Tanah Enam Ratus
terdapat beberapa sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak dan PAUD
sampai pada tingkat SMU. Selan itu sekolah yang berbasis keagamaan seperti
Tabel 7. Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011
No Jenis Sekolah Jumlah
1 TK 7 unit
2 PAUD 2 unit
3 Sekolah Dasar:
a. SD Negeri 5 unit
b. SD Swasta 2 unit
C Madrasah 4 unit
4 SLTP/Tsanawiyah:
a. SLTP Swasta 1 unit
5 SMU/Ibtidaiyah:
a. SMU Swasta 1 unit
b. SMK/STM 1 unit
Sumber: Monografi Kelurahan 2011
Tabel 7 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana pendidikan di Kelurahan
Tanah Enam Ratus cukup memadai.
4.2.3 Sarana Rumah Ibadah
Mayoritas penduduk di Kelurahan Tanah Enam Ratus beragama Islam,
sehingga untuk rumah ibadah yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus pada
umumnya adalah Masjid dan Mushollah yang tersebar di wilayah Kelurahan
Tabel 8. Masjid dan Musholla yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus
No Jenis Rumah Ibadah Jumlah
1 Masjid 9
2 Musholla 14
Sumber: Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana rumah ibadah yang
ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus yaitu Masjid dan Musholla saja. Hal ini
disebabkan mayoritas penduduk adalah beragama muslim.
4.2.4 Sarana Olahraga
Untuk sarana olahraga yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus terdapat
Lapangan Bola yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus
khususnya dan masyarakat Kecamatan Medan Marelan umumnya. Lapangan ini
digunakan untuk berlatih sepak bola oleh Sekolah Sepak Bola yang ada di wilayah
Kelurahan Tanah Enam Ratus dan juga digunakan untuk
pertandingan-pertandingan olahraga ataupun hanya sekedar jalan pagi di hari libur oleh
masyarakar Kelurahan Tanah Enam Ratus. Selain itu untuk lapangan bola volley
dan bulutangkis juga ada dibeberapa lingkungan di Kelurahan Tanah Enam Ratus.
4.2.5 Sarana Kesehatan
Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki Puskesmas Pembantu (Pustu)
yang terletak di Lingkungan III Kel. Tanah Enam Ratus yang dipimpin oleh
seorang dokter. Selain itu juga terdapat Poskeskel dan juga Posyandu yang ada
hamper ditiap lingkungan di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Klinik dokter umum
dan klinik bersalin juga ada di wilayah Kelurahan ini, begitu juga dengan apotek
bagi masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus yang memerlukan bantuan dan
pelayanan di bidang kesehatan.
4.2.6 Sarana Kebersihan
Sarana kebersihan sangat dibutuhkan guna mendukung kebersihan dan
keindahan serta kenyamanan masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus.
Apalagi dengan dicanangkannya program “MEDAN BEBAS SAMPAH” oleh
Bapak Walikota Medan mulai tanggal 01 April 2011 yang lalu, maka sarana
kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus juga harus ditingkatkan
melalui kerjasama yang baik dengan Dinas Kebersihan Kota Medan dan juga
kesadaran masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus itu sendiri.
Tabel 9.Sarana Kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus No Jenis Sarana
Sumber: Monografi Kelurahan 2011
4.3 Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik peternak sampel yang dimaksud adalah mengenai jumlah
ternak yang di usahakan oleh peternak, umur, pendidikan formal yang dimiliki,
pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga peternak. Adapun
karakteristik peternak sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah sebagai
Tabel 10. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2012
No. Uraian Range Rataan
1. Jumlah ternak (ekor) 10-63 19.27
2. Umur (tahun) 28-65 42.95
3. Tingkat pendidikan (tahun) 6-17 9.55
4. Pengalaman Beternak (tahun) 2-15 4.73
5. Jumlah tanggungan (orang) 1-7 3.23
Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran Tabel 1)
Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa jumlah ternak yang dimiliki
oleh peternak di daerah penelitian berkisar dari 10-63 ekor kambing, dengan
rataan sebesar 19.27 ekor kambing. Rata-rata umur dari peternak adalah 42.95
tahun atau berkisar 28-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel
tergolong dalam usia produktif sehingga dapat dikatakan masih mempunyai
tenaga kerja potensial dalam mengusahakan usaha ternak kambing tersebut.
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak sampel berkisar diantara
6-17 tahun, dimana dengan rataan 9.55 tahun menunjukkan bahwa pendidikan
peternak sampel rata-rata setingkat SMP. Pengalaman beternak yang dimiliki oleh
peternak sampel rata-rata 5 tahun. Sedangkan peternak sampel di daerah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Aspek Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Jenis kambing yang umumnya dipelihara di daerah penelitian adalah jenis
kambing biri-biri. Sistem pemeliharaan kambing yang dilakukan peternak sampel
adalah dengan dikandangkan secara terus menerus atau tanpa pengembalaan, yang
disebut sistem intensif
a. Bibit
Bibit merupakan aspek produksi yang sangat penting dalam suatu
peternakan. Peternak kambing di daerah penelitian memperoleh bibit dari
peternak yang ada di kelurahan itu sendiri ataupun peternak di kelurahan tetangga.
Bibit yang biasanya dibeli adalah jenis biri-biri. Jenis kambing ini paling banyak
dicari dan diternakkan di daerah penelitian karena dalam pemeliharaan lebih
gampang daripada jenis kambing lainnya. Selain biri-biri, peternak di daerah
penelitian juga ada yang memelihara jenis kambing etawa, dan kambing jawa atau
sering disebut dengan kambing biasa. Harga dari masing-masing jenis kambing
bervariasi. Rata-rata harga jenis kambing biri-biri mulai Rp 300,000-Rp 450,000
per ekor. Kambing etawa Rp 350,000-Rp 500,000 per ekor, sedangkan kambing
jawa (kambing biasa) Rp 250,000-Rp 450,000 per ekor. Penyediaan bibit kambing
di daerah penelitian masih dapat terpenuhi.
b. Kandang
Kandang yang kuat berguna untuk menghindari bahaya terhadap ternak
akibat rusaknya bangunan. Kebersihan dan ventilasi harus baik agar kesehatan
secara terus menerus. Pengandangan secara terus menerus dapat memudahkan
dalam pemberian pakan dan juga dapat menjaga keamanan ternak. Kandang
dibuat dalam bentuk panggung.
Peternak kambing memilih bentuk panggung dengan alasan agar kandang
lebih terjaga dari jamur karena kotoran kambing tertampung dibawah kolong
kandang. Rata-rata kandang diletakkan di belakang rumah, dan sebagian besar
paternak membangun kandang dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah
didapat dan murah harganya. Lantai kambing juga terbuat dari kayu. Dinding
kandang pada umumnya dibuat dengan kayu yang tingginya setengah dari tinggi
kandang, dan direnggangkan dengan tujuan agar sirkulasi udara kandang tetap
terjaga. Sedangkan atap kambing menggunakan rumbia, hal ini dikarenakan
dengan atap rumbia dapat menekan harga pembuatan kandang dan kambing juga
tidak merasa panas. Di daerah penelitian ukuran rata-rata kandang 21.50 m2, dengan rata-rata ukuran luas untuk satu kambing 1 m2, dan rata-rata kapasitas daya tampung kandang sebesar 0.9 ekor/m2.
Kandang dilengkapi dengan tempat pakan, dimana tempat pakan
diletakkan di luar kandang yang melekat pada sisi kandang, sehingga kambing
dapat mengambil pakannya. Alasannya agar memudahkan dalam pemberian
pakan dan membersihkan sisa-sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Sedangkan
untuk tempat minum menggunakan ember plastik.
Dari hasil pengamatan di daerah penelitian dapat dikatakan bahwa
kandang yang ada sudah memadai dengan bentuk kandang panggung, dinding
kandang juga cukup baik, dimana kebersihan kandang terjaga dari kelembaban
sehingga kesehatan kambing juga terjaga.
c. Pakan Hijauan
Pemberian pakan dilakukan pada tempat yang sudah disediakan. Pakan
yang diberikan pada kambing berupa pakan hijauan. Di daerah penelitian,
pemberian konsentrat tidak diberikan karena selain sulit untuk didapatkan,
peternak juga tidak ingin mengeluarkan biaya untuk pakan tambahan. Peternak
menganggap pakan hijauan sudah dapat memenuhi kebutuhan ternak dan mudah
didapat.
Pakan hijauan terdiri dari rumput gajah, rumput lapangan, rumput
benggala, rumput raja, dan lain sebagainya. Hijauan yang berasal dari sisa panen
seperti daun nangka dan jerami jagung juga dapat digunakan sebagai pakan
kambing. Pemberian pakan hijauan rata-rata dilakukan sekali sehari yaitu pagi
hari atau sore hari. Sedangkan pemberian minum dilakukan dengan melihat cuaca.
Apabila hujan, maka pemberian minum tidak dilakukan karena sudah tercukupi
dari makanan ternak. Apabila hari tidak hujan, maka pemberian minum dapat
dilakukan 1 kali yaitu pada siang hari dengan dicampur garam.
d. Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian sebagian besar berasal dari
dalam keluarga. Hal ini dilakukan agar biaya penggunaan tenaga kerja luar
keluarga dapat diterima oleh tenaga kerja dalam keluarga saja. Penggunaan tenaga
kerja pada umumnya adalah tenaga kerja pria (kepala rumah tangga). Jenis
kegiatan yang dilakukan setiap hari meliputi penyediaan pakan, pemberian pakan
Untuk lebih jelasnya kebutuhan tenaga kerja ternak kambing dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2012
No Jenis Kegiatan
Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP/Tahun)
TKDK TKLK
1 Penyediaan Pakan 56.25 17.22
2 Pemberian Makan/Minum 23.86 2.22
3 Pembersihan Kandang 29.49 3.07
Total 109.60 22.50
Sumber: Lampiran Tabel 8a
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kebutuhan TKDK 109.60 HKP/tahun
dan TKLK 22.50 HKP/tahun. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tenaga kerja
dalam keluarga lebih banyak dibandingkan penggunaan tenaga kerja luar
keluarga.
e. Peralatan
Peralatan yang digunakan peternak di daerah penelitian cukup sederhana.
Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peternak
dan jumlahnya pun sesuai dengan kebutuhan jumlah ternak yang dipelihara,
seperti ember, arit, sekop, sapu, dan cangkul. Ember digunakan untuk mengangkat
air ketika membersihkan kandang dan memberikan minum; arit digunakan untuk
memotong pakan hijauan; sekop dan cangkul untuk membersihkan kotoran; sapu
digunakan untuk membersihkan sisa-sisa pakan. Semua alat ini didapat dari toko
peralatan yang ada disekitar daerah penelitian.
5.2 Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian
Peternak kambing pedaging di daerah penelitian mengusahakan kambing
ataupun petani. Produksi kambing pedaging di daerah penelitian dapat dilihat
pada tabel barikut.
Tabel 12. Distribusi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Tahun 2012
Sumber: Lampiran Tabel 19a
Dari Tabel 12 dapat diketahui rata-rata berat anakan adalah 3.82 Kg, sedangkan berat rata-rata induk adalah 300.73 Kg. Pertambahan berat kambing pedaging selama pemeliharaan rata-rata adalah 237.45 Kg.