• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembangunan dalam perubahas sosial buday

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pembangunan dalam perubahas sosial buday"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan sangat melekat pada masyarakat, yang dapat disebabkan oleh teknologi atau globalisasi. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyakat dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat. Ada pula perubahan sosial yang terencana atau biasa disebut planned social change.

Pembangunan adalah suatu kegiatan nyata dan terencana untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Pembangunan sangat berkaitan dengan kebudayaan, karena kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan karya manusia. Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai konsep, keyakinan, nilai, norma yang dianut masyarakat untuk mempengaruhi perilaku. Sama seperti perubahan sosial, budaya merupakan hal yang sangat melekat pada masyarakat. Pembangunan kebudayaan bangsa menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari karena pembangunan kebudayaan bangsa juga mempunyai hubungan timbal balik dengan perubahan sosial.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial?

2. Apakah yang dimaksud dengan pembangunan kebudayaan bangsa? 3. Bagaimana perkembangan kebudayaan bangsa?

1.3 Tujuan Penulisan

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Sosial

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Perubahan sosial menurut para ahli:

1. Menurut Hawley (1978:787), “perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan”.

2. Menurut Macionis (1998), “perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu”.

3. Menurut Farley (1990), “perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu”.

Berbicara tentang perubahan, membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati sesudah dan sebelum jangka waktu tertentu. Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan : (1) perbedaan, (2) pada waktu berbeda, (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama. Terciptanya keseimbangan attau kegoncangan kosensus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerjasama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari saling memengaruhi dari keseluruhan ciri – ciri sistem sosial yang komplek itu.

Bila dipisah – pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya, teori sistem secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan berikut.

1. Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari suatu kelompok ke kelompok lain, menjasi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, bemobilisasi gerakan sosial, bubarnya suatu kelompok). 2. Perubahan struktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristalisasi kekuasaan,

(3)

3. Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan diferensiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang di indoktrinasikan oleh sekolah atau universitas).

4. Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan penaklukan).

5. Perubahan hubungan antarsubsistem (misalnya, penguasaan rezim politik atas organisasi ekonomi, pengendalian keluarga dan keseluruhan kehidupan privat oleh pemerintah totaliter).

6. Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah ayau virus HIV, lenyapnya sistem bipolar internasional).

Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi system sosialnya. Ini disebabkan keadaan system sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut.

1. Unsur – unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).

2. Hubungan antar unsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antar individu, integrasi).

3. Berfungsinya unsur – unsur di dalam sistem (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau perilakunya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).

4. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota sistem, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dsb).

5. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi , segmen, atau divisi khusus yang dapat di bedakan).

(4)

2.2.1 Faktor – Faktor Perubahan Sosial

Secara umum terdapat 2 faktor yang mempengaruhi perubahan sosial, yaitu: a. Faktor internal

Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat, yaitu:

1. Perubahan aspek demografi (bertambah dan berkurangnya penduduk) 2. Konflik antar kelompok dalam masyarakat

3. Terjadinya gerakkan sosial dan pemberontakan ( revolusi) 4. Penemuan baru, yang meliputi:

a. Discovery atau penemuan ide, alat atau hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

b. Invention, penyempurnaan penemuan-penemuan pada discovery oleh individu atau serangkaian individu.

c. Innovation, yaitu diterapkannya ide-ide baru atau alat-alat baru mengantikan atau melengkapi ide-ide atau alat alat yang telah ada.

b. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat, yaitu:

1. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, yang meliputi proses-proses difusi (penyebaran unsur kebudayaan), akulturasi (kontak kebudayaan), dan asimilasi. 2. Perang dengan negara atau masyarakat lain

3. Perubahan lingkungan alam, misalnya di sebabkan oleh bencana

2.2.2 Dampak Perubahan Sosial

Perubahan sosial dalam masyarakat memiliki dampak positif dan negatif, yaitu: a. Dampak positif perubahan sosial

Dampak positif dalam perubahan sosial memberikan pengaruh dalam kemajuan kehidupan masyarakat. Macam-macam dampak postif perubahan sosial, yaitu:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(5)

2. Tercipta lapangan kerja baru

Mendorong indutrialisasi dan perkambangan perusahaan multinasional yang berkembang secara global dan pembukaan industri kecil, tentu saja memberikan banyak lapangan kerja dan sehingga dapat menyerap tenaga kerja secara maksimal.

3. Tercipta tenaga kerja professional

Untuk mendukung persaingan industri maka diperlukan tenaga kerja yang terampil, cakap, ahli dan profesional.

4. Nilai dan norma baru terbentuk

Karena perubahan akan terjadi terus-menerus sehingga memerlukan nilai-nilai dan norma dalam menjaga arus perubahan berdasarkan nilai dan norma tanpa menghalangi terjadi perubahan sosial.

5. Efektivitas dan efisiensi kerja meningkat

Efektivitas dan efisiensi kerja selalu berkaitan dengan penggunaan alat produksi yang tepat dalam menghasilkan produk lebih cepat, lebih banyak dan tepat sasaran.

b. Dampak negatif perubahan sosial

Dampak negatif dalam perubahan sosial menunjukkan kerugian yang dialami oleh masyarakat, baik itu kerugian material maupun non-material. Macam-macam dampak negatif dalam perubahan sosial, yaitu:

1. Terjadinya disintegrasi sosial

Disintegrasi terjadi karena adanya evolusi, kesenjangan sosial, perbedaan kepentingtan yang mendorong perpecahan dalam masyarakat.

2. Terjadinya pergolakan daerah

Pergolakan di daerah dapat terjadi karena akibat dari: a. Perbedaan agama, ras, suku bangsa, dan politik. b. Tidak memperhatikan tatanan hidup.

(6)

3. Kenakalan remaja

Muncul akibat pengaruh perubahan sosial nilai nilai kebebasan budaya barat yang di ikuti tanpa menyesuaikan kondisi kebudayaan sendiri.

4. Eksistensi adat-istiadat berkurang

Nilai adat-istiadat semakin ditinggalkan oleh masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan digantikan dengan nilai kebudayaan modern.

5. Lembaga sosial tidak berfungsi secara optimal dan menyalahgunakan kedudukan serta wewenang.

6. Munculnya paham duniawi

a. Konsumenisme, paham/ideologi yang menjadikan seseorang mengonsumsi atau memakai barang-barang secara berlebihan.

b. Hedonisme, merupakan paham yang menganggap bahwa hidup bertujuan untuk mencari kebahagiaan sebanyak mungkin

2.2 Pembangunan Kebudayaan Bangsa

Pembangunan kebudayaan haruslah bertumpu kepada filosofi kebudayaan nasional. Di dalam Pancasila yang merupakan falsafah hidup bagi bangsa Indonesia dan Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia terkandung nilai-nilai filosofis kebudayaan nasional. Implikasinya terhadap kebijakan pembangunan kebudayaan adalah, kedua dokumen yang sangat penting tersebut hendaknya dijadikan tumpuan atau landasan

Adapun pengertian pembangunan menurut para ahli adalah:

1. Menurut Rogers (1985:2), “pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang di putuskan sebagai kehendak suatu bangsa”.

(7)

3. Menurut Inayatullah, “pembangunan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

4. Menurut Arief Budiman (1995: 2-8), ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif, yaitu:

1. Pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat disuatu negara. Pembangunan akan berhasil dengan indikator bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi diukur dari produktivitas masyarakat disetiap tahun.

2. Dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara, ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembangian pendapat masyarakat. Negara yang berhasil pembangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduk makmur, dan sejahtera.

3. Kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu Negara dengan menggunakan tolak ukur PQLI (physical quality of life indeks) yang berasal dari tiga indicator meliputi angka rerat harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rerat jumlah kematian bayi dan presentasi buta huruf.

4. Kerusakan lingkungan harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi produktivitasnya dapat berada pada sebuah proses kemiskinan penduduknya. Hal itu bisa terjadi karena produktivitasnya yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan. Lingkungan semakin rusak, sumber daya terkuras hebat padahal kecepatan alam untuk merehabilitsi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses pengrusakan alam.

(8)

yang membuat orang kaya semakin kaya sementara orang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan bagi sebuah negara. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan social disuatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin menajam. 5. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu

usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”.

Jadi, pembangunan adalah suatu proses perencanaan sosial (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencana pembangunan, untuk membuat perubahan sosial yang akhirnya dapat mendatangkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Persoalan kebudayaan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan. Kebudayaan terkait dengan persoalan karakter dan mental bangsa yang menentukan keberhasilan pembangunan di Indonesia. Apabila mental dan karakter bangsa yang cenderung destruktif dan koruptif tentunya tujuan pembangunan akan sulit terlaksana, begitu pula sebaliknya. Disisi lain pembangunan multisektor lainnya juga membutuhkan peranan kebudayaan untuk mendukung suksesnya program-program yang akan dijalankan. Seringkali timbul permasalahan, ketidakberhasilan sasaran program yang dijalankan di daerah disebabkan oleh kurangnya dukungan dari faktor budaya masyarakat tertentu.

Kebudayaan nasional bersifat dinamis dalam arti selalu mengalami perubahan, atau perkembangan, baik disebabkan karena faktor intern maupun faktor ekstern. Menurut Prof. Dr. Mattulada, bangsa Indonesia (dalam arti nation Indonesia) kini memiliki kebudayaan nasional yang unsur-unsurnya berasal dari: kebudayaan bangsa atau kebudayaan daerah (sesuai dengan pemahaman pada tahun 1945), kebudayaan asing, dan kreasi atau hasil invention secara nasional.

(9)

Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya terlihat pada tingkah laku para anggotanya. Kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologisnya. Masyarakat membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral dan kebiasaan yang diperolah manusia sebagai anggota masyarakat. Manusia beradaptasi, berintegrasi serta memanfaatkan alam sekitarnya dan mempergunakan kebudayaan. Tidak hanya untuk kehidupan individu tetapi untuk berkontribusi dalam proses pembangunan.

Pembangunan kebudayaan bangsa adalah suatu proses perubahan sosial budaya terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan untuk saling melengkapi proses pembangunan ekonomi.

Pembangunan kebudayaan bangsa bukanlah hal yang mudah, karena terkait dengan persoalan filsafat hidup bangsa, pandangan hidup masyarakat, persepsi, cara berfikir, sistem nilai dan orientasi pada masyarakat. Sasaran dari pembangunan bidang sosial budaya adalah membangun bangsa menjadi negara modern tanpa kehilangan jati dirinya.

Masyarakat sebagai unsur utama dalam proses pembangunan dapat dikatakan sebagai makhluk berbudaya, karena dua kekayaan manusia paling utama ialah akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan. Dengan kedua hal tersebut kebudayaan dapat menjadi salah satu unsur proses pembangunan. Karena kebudayaan dapat dipelajari dari segi manapun. Misalnya dalam suatu organisasi yang bergerak dalam bidang seni mereka akan membuat sebuah kolaborasi dengan mempertunjukkan kesenian setiap daerah. Kesenian ini tidak hanya diperlihatkan pada masyarakat dalam negeri saja tetapi pada khalayak luar, sehingga kebudayaan kita tidak diclaim oleh pihak lain. Tidak hanya membuat pertunjukkan tetapi dengan memadupadankan kesenian tradisional dan modern sehingga dapat dilakukan oleh berbagai pihak dengan tidak meninggalkan ciri khas dari kesenian tersebut.

(10)

melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Pembangunan membawa perubahan dalam diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem nilai budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam masyarakatnya.

Proses pembangunan yang dimaksud yaitu proses perubahan kearah yang sesuai dengan tujuan awal yaitu mensejahterakan masyarakat dari segi pelestarian kebudayaan sehingga budaya yang ada di negara ini tetap dalam genggaman tanpa ada campur tangan pihak lain (negara lain) sehingga tidak ada lagi kebudayaan bangsa ini yang diakui oleh negara lain. Proses pembangunan tidak hanya dari segi pendidikan, sosial, politik, hukum maupun agama tetapi kebudayaan turut serta dalam proses pembangunan. Di negara ini terdapat begitu banyak jenis kebudayaan-kebudayaan daerah yang harus dijaga sehingga tidak punah begitu saja. Pembangunan melalui kebudayaan dapat dilakukan dengan menjaga dan melestarikan kebudayaan sehingga tidak diakui oleh negara lain. Sebagai warga negara yang menjunjung tinggi nama bangsa ini hendaknya kita tidak malu mengakui kebudayaan daerah yang menjadi ciri khas bangsa ini. Karena dengan menjaga dan melestarikan budaya kita sebagai generasi penerus bangsa dapat ikut serta dalam proses pembangunan.

2.2.1 Aspek – Aspek Utama Dalam Sosial Budaya 1. Bahasa sebagai identitas bangsa

(11)

pula dilestarikan. Tidak sulit untuk menemukan bangsa yang persatuannya kukuh antara lain karena adanya bahasa nasional. Sebaliknya, tidak sedikit Negara bangsa yang dilanda pertikaian dan disintegrasi sosial karena tidak adanya bahasa nasional dan karena upaya yang tidak ada ujung pangkalnya dari berbagai suku atau ras dimasyarakat yang ingin agar bahasa mereka diterima sebagai bahasa nasional.

Disamping pelestarian bahasa nasional, pengembangannya pun sangat penting. Pengembangan tersebut dapat dalam bentuk meminjam konsep dan istilah-istilah dari sumber lain, termasuk bahasa daerah dan bahasa asing. Dengan demikian, bahasa nasional tersebut dapat digunakan sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tertulis, yang efektif untuk keperluan komuniaksi politik, bisnis, militer, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tentu saja untuk percakapan sehari-hari.

Dalam era globalisasi seperti sekarang dan dimasa-masa yang akan datang, disamping penguasaan bahasa nasional yang terus berkembang sebagai “bahasa ibu”, perhatian perlu juga diberikan kapada penguasaan bahasa asing tertentu, seperti bahasa Inggris, paling sedikit untuk kelompok-kelompok tertentu dimasyarakat seperti politisi, para diplomat, birokrat senior, masyarakat dunia usaha, dan para akademisi yang karena jabatan, kedudukan, fungsi dan aktivitasnya sering berinteraksi dengan orang-orang asing. Penguasaan paling sedikit bahasa inggris oleh kelompok-kelompok tersebut diatas, mutlak perlu karena dalam penyelenggaraan tugas mereka pasti sering berinteraksi dengan orang-orang asing yang menjadi mitra kerjanya. Bahkan ideal sekali apabila para anggota kelompok tersebut dapat berkomunikasi dalam bahasa-bahasa asing lain, seperti bahasa prancis, bahasa jepang, bahasa mandarin, dan atau bahsa lainnya yang oleh masyarakat dunia diakui sebagai bahasa internasional. Dengan demikian, pada dasarnya bahwa pembangunan dibidang sosial budaya harus mencakup pengembangan dan pelestarian bahasa.

2. Adat Istiadat dan Tradisi

(12)

1. Menentukan batas-batas keperilakuan dalam kehidupan bermasyarakat karena budaya “mengatur” apa yang baik dan tidak baik, benar atau salah, pantas dan tidak pantas, boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, dan hal-hal sejenis seperti itu. Tentu saja hanya masyarakat yang bersangkutanlah yang harus menentukan bagi dirinya sendiri “pengaturan” tersebut.

2. Pemelihara stabilitas nasional. Fungsi pertama tersebut diatas, jelas menunjukkan bahwa setiap warga masyarakat dituntut untuk melakuakan berbagai penyesuaian sehingga mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan demikian, dapat dicegah timbulnya konflik antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lain. 3. Pendorong interaksi positif dan harmonis. Sebagai makhluk sosial, manusia

pasti berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Bentuk-bentuj interaksi pun beranekaragam, tergantung pada manfaat dan kepentingannya, seperti untuk kepentingan politik, ekonomi, bisnis, seremonial, penyampaian informasi, atau untuk kepentingan nonformal lainnya. Apapun maksud dan tujuannya, interaksi yng terjadi akan bersifat positif dan harmonis jika pihak-pihak yang terlibat sama-sama terikat pada tata nilai dan tatakrama yang sama.

4. Mekanisme pengendalian perilaku masyarakat. Adat istiadat dan tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat juga berperan sebagai mekanisme dalam pengendalian perilaku para anggotanya, baik dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan sendiri maupun dengan pihak lain. Banyak sekali segi pengendalian tersebut, seperti tata cara upacara pernikahan, tata cara pemakaman warga yang meninggal, tata cara menghormati orang yang lebih tua atau yang dituakan, cara memberikan sesuatu, penggunaan berbagai atribut status sosial, dan lain sebagainya.

(13)

3. Persepsi tentang Kekuasaan

Dalam organisasi apapun, termasuk dalam organisasi negara selalu terdapat sekelompok orang yng memiliki kekuasaan tertentu. Sumber kekuasaan itupun dapat beranekaragam seperti karena merupakan anggota dinasti yang memerintah suatu kerajaan karena dipilih untuk memiliki pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain. Pada umumnya, orang lain dalam organisasi mengakui kekuasaan orang-orang tertentu karena yang bersangkutan melakukan sesuatu tindakan yang tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kekuasaan. Hal-hal tertentu tersebut lain ialah mengalokasikan dana dan daya, memberikan penghargaan, memberikan imbalan, menghukum, dan mengenakan sanksi disiplin organisasi.

Biasanya berbagai masyarakat mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang kekuasaan yang dalam bentuk yang ekstremnya tercermin pada dua “kutub”, pada satu kutub, masyarakat memandang jarak kekuasaan antara penguasa dan yang dikuasai sebagai hal yang wajar dan normal. Dalam praktek hal itu berarti bahwa semakin tinggi kedudukan dan jabatan seseorang, semakin jauh pula “jarakanya” dari orang-orang dikuasainya. Dalam bentuknya yang ekstrem, persepsi demikian terlihat dalam struktur organisasi yang piramidal. Dengan perkataan lain, dalam masyarakat diakui adanya stratifikasi kekuasaan. Tidak mustahil lalu timbul pandangan dari yang berkuasa bahwa “melahirkan” para despot dan diktator dengan kekuasaan absolut dalam suatu negara. Pada kutub lain, jarak kekuasaan antara penguasa dengan yang dikuasai pendek. Dengan perkataan lain, masyarakat menganut paham egalitarianisme. Sering situasi demikian tercermin dalam kehidupan yang demikratis, baik dibidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial. Sudah tentu antara kedua kutub tersebut terdapat gradasi jarak kekuasaan dimaksud.

4. Hubungan dengan alam

(14)

Jika suatu masyarakat menganut pandangan bahwa manusia menguasai alam, yang sering terjadi ialah bahwa dengan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dieksploitasi dan dimanfaatkan demi kenikmatan hidup manusia. Masyarakat yang menganut paham demikian sering dihinggapi oleh “penyakit” materialisme dan hedonisme karena antaralain menempatkan perolehan dan penguasaan makin banyak kekayaan sebagai ukuran keberhasilan seseorang. Para warga masyarakat mengatakan “nikmatilah hari ini dan biarlah hari esok mengurus dirinya sendiri”.

Masyarakat yang menganut pandangan bahwa manusia dikuasai oleh alam pada dasarnya berpendapat bahwa bumi ini hanyalah suatu mikrokosmos dan merupakan bagian dari makrokosmos, yaitu semesta alam dengan segala isinya. Dalam masyarakat itu biasanya meluas filsafat “predeterminisme” yang berangkat dari pandangan adanya kekuatan maha dahsyat yang menguasai alam semesta. Kaum agamis menyebutkan dengan “Tuhan Yang Maha Kuasa”, dan manusia harus taat sepenuhnya kepada kekuasaan tersebut.

Pandangan ketiga yaitu, manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan alam, dapat dikatakan sebagai penggabungan ide pokok yang terdapat pada pandangan pertama dan kedua yang telah disinggung diatas. Artinya, meskipun manusia boleh memanfaatkan alam dan berbagai kekayaan yang terkandung didalamnya demi kesejahteraan umat manusia, akan tetapi jangan hendaknya dalam pemanfaatan tersebut alam dirusak. Bahkan terdapat pandangan ynag mengatakan bahwa jika manusia tidak mampu memelihara hubungan yang serasi dengan alam dan merusaknya, misalnya, alam mempunyai cara sendiri untu “balas dendam”.

5. Pandangan tentang peranan wanita

(15)

wanita untuk menikmati pendidikan formal sampai ke strata yang paling tinggi sekalipun. Akibatnya, dalam semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, makin banyak wanita yang memainkan peranan yang semakin penting dan menduduki semua eselon jabatan pimpinan hingga yang tertinggi. Dalam dunia politik, misalnya, dunia mengenal wanita yang menjadi presiden, perdana menteri, duta besar dan para pejabat senior dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Banyak perusahaan yang sudah memperlakukan wanita sama dengan kaum pria, termasuk dalam promosi menduduki jabatan manajerial yang paling senior sekalipun. Perkembangan serupa terlihat dalam organisasi sosial, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, lembaga-lembaga pendidikan, dan berbagai profesi. Kiranya tepat bila dikatakan bahwa perkembangan demikian harus disambut dengan gembira.

6. Sistem “keluarga besar”

Seperti telah diketahui, dalam berbagai masyarakat dikenal dua tipe “keluarga” yaitu “nucleus family system” dan “extented family system”. Dalam sistem keluarga inti (nucleus family system) suatu keluarga hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya termasuk anak biologis dan anak angkat. Dalam sistem demikian, ikatan kekeluargaan “sangat ketat” dalam arti bahwa seorang kepala keluarga hanya merasa bertanggungjawab atas kesejahteraan para anggota keluarga langsungnya saja. Sebaliknya, dalam sistem “keluarga besar” (extented family system) tanggungjawab seorang pencari nafkah utama tidak hanya memikirkan kesejahteraaa istri dan anak-anaknya, melainkan juga sanak saudara dekat lainnya.

Sistem keluarga ini perlu dikenali karena dapat menimbulkan berbagai implikasi negatif dalam kehidupan bermasyarakat seperti primordialisme, nepotisme, kronisme. Ketiga hal tersebut menjadi masalah karena orang-orang yang berkuasa cenderung mengesampingkan kriteria-kriteria objektif dalam memperlakukan orang-orang yang dekat padanya dan memberikan berbagai kemudahan yang memungkinkan mereka mendapat perlakuan khusus berbeda dengan para warga masyarakat lainnya yang tidak dekat pada kekuasaan.

(16)

pemahaman tersebut menjadi penting apabila dikaitkan dengan kategorisasi anggota warga masyarakat.

Pembangunan aspek tersebut karena berorientasi pada masyarakat maka harus dikategorisasikan dalam tiga kelompok golongan masyarakat yaitu golongan tradisional, golongan modernis dan golongan ambivalen. Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut antara lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi, cara berpikir, sistem nilai, dan orientasi para warga masyarakat. Disini terdapat kategorisasi berbagai golongan masyarakat, yaitu:

1. Golongan tradisionalis

Ciri pokok dari golongan ini yaitu sebgai berikut:

a. Mereka cenderung menolak proses modernisasi karena adanya persepsi bahwa modernisasi identik dengan “westernisasi”.

b. Ciri kedua dari golongan tradisonalis menyangkut orientasi waktu, yaitu berorientasi ke masalalu.

c. Ciri yang ketiga yaitu, karena tingkat pendidikan yang pada umumnya masih rendah dan mungkin pula karena pengalaman dimasa penjajahan, kelompok ini sering menampilkan sikap rendah diri terutama bila berhadapan dengan bangsa lain yang lebih maju, terutama orang-orang barat.

d. Ciri keempat golongan tradisionalis ialah adanya stratifikasi sosial diterima sebagai suatu hal yang wajar.

e. Kecenderungan kuat menolak perubahan. f. Ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat.

2. Golongan modernis

Pada umumnya para anggota masyarakat yang termasuk golongan ini ialah mereka yang telah memperoleh pendidikan, terutama pendidikan tinggi, baik didalam maupun diluar negeri. Kedudukan mereka dalam masyarakat biasanya adalah selaku tenaga professional, termasuk jabatan manajerial tingkat madya. Ciri pokok golongan ini antara lain:

(17)

c. Kesediaan memainkan peranan selaku pelopor dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

d. Ciri keempat, bahwa kelompok modernis sering diliputi oleh perasaan ketidaksabaran, bukan hanya dalam menilai situasi dalam masyarakat akan tetapi juga dalam menjalankan kepeloporannya.

Meskipun para modernis tidak luput dari kelemahan, kiranya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah apabila dikatakan bahwa salah satu sasaran pembangunan sosial budaya ialah memperbanyak jumlah anggota masyarakat modernis.

3. Golongan ambivalen

Keberadaan golongan ini tidak diinginkan dalam suatu masyarakat. Dikatakan demikian karena keseluruhan ciri-cirinya menunjukkan sifat yang oportunistik dan bahkan menjadi parasit di masyarakat. Tindakannya salalu didasarkan pada untung rugi bagi diri sendiri. Tiga ciri yang sangat menonjol ialah sabagai berikut:

a. Orientasi waktu kelompok ini adalah masa sekarang.

b. Bagi kelompok ini tampaknya berlaku “rumus” bahwa suatu perubahan yang dipelopori oleh pihak lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima apabila dipersepsikan bahwa perubahan akan “gemerincing dikantongnya”.

c. Ciri ketiga ialah, cepatnya mereka berganti “warna” dari “warna” lama yang tidak menguntungkan menjadi “warna” yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.

2.2.2 Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Sosial Budaya

(18)

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wahana yang paling efektif untuk menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal berlangsung secara berjenjang mulai dari taman kanak-kanak hingga pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa pendidikan formal biasanya berlangsung disekolah dan sasaran utamanya adalah mengalihkan pengetahuan dari pendidik kepada anak didik. Tetapi banyak aspek lain yang perlu pula ditanagani melalui pendidikan formal, seperti aspek moral, aspek etika, hak dan tanggungjawab sebagai warga negara yang baik, cara berpikir secara rasional, kebneranian mengambil resiko, ketegasan dalam mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan formal pada akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa dan Negara. Oleh karena itu keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam arti kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan nasional dengan segala bidang, aspek, dan sektornya. Dengan perkataan lain, pendidikan lebih dari sekedar pengajaran meskipun pengajaran merupakan bagian penting dari pendidikan. Keberhasilan kegiatan pendidikan memerlukan dukungan perangkat keras dan perangkat lunak seperti kurikulum yang tepat, proes kegiatan belajar mengajar yang efektif, sarana dan prasarana yang memadai, termasuk peralatan laboratorium, penggunaan teknik-teknik mengajar yang memepermudah pengaliahn pengetahuan, dan yang terpenting adalah tersedianya tenaga yang betul-betul menguasai bidang yang diajarkannya.

b. Pelatihan sebagai aspek pendidikan formal

(19)

tetapiterdapat dalam bentuk-bentuk lain seperti seminar, diskusi panel, konferensi, dan lain-lain.

c. Pemberantasan buta huruf

Tingkat pendidikan rata-rata warga masyarakat di negara-negara terbelakang masih rendah. Dan bahkan tidak sedikit warga negara yang masih buta aksara. Upaya memberantas buta aksara harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapapun akan mengakui bahwa kemampuan membaca dan menulis akan memperluas cakrawala pandangan seseorang. Misalnya, disatu pihak ia dapat menggali sendiri informasi yang diperlukannya dan di pihak lain yang bersangkutan dapat memberikan informasi yang dimilikinya dan diperlukan oleh orang lain. Manfaat lain ialah dimungkinkannya seseorang menambah pengetahuan dan keterampilan yang pada gilirannya menambah alat yang dapat digunakan untuk memperkaya kehidupannya. Yang bersangkutan juga akan makin mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang bertanggungjawab.

2.3 Perkembangan Kebudayaan Bangsa

Kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.

1. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia

(20)

Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang memicu perubahan sosial, yaitu:

1. Kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat.

2. Kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .

Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya yang melanda dan faktor apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat mengancam kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.

2. Perkembangan Sosial Budaya Dewasa Ini

Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik dan kebudayaan dewasa ini.

1. Penerapan teknologi maju

(21)

dikelola secara professional (management) agar dapat mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa mengejar keberhasilan (achievement orientation).

Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu perkembangan tatanan sosial di segenap sektor kehidupan yang pada gilirannya telah menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi kulturnya.

2. Keterbatasan lingkungan (environment scarcity)

Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung bersifat exploitative dan expansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin berat yang mahal harganya dan biaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk menggunakannya secara intensif tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besar-besaran tanpa mengenal waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus menerus dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar. Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada lingkungan yang pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan, dibesarkan dan mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di exploitasi secara besar-besaran.

Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak mengenal batas lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di mana ada sumber daya alam yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri yang ditopang dengan peralatan modern, kesana pula mesin-mesin modern didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan lingkungan (ecological wisdom) penduduk setempat.

(22)

yang harus nmampu memperluas jaringan sosial secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah lumpuhnya pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak berfungsi lagi dalam menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah terjadi kelumpuhan sosial seperti kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa alas dan hukum yang jelas, penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak. Kelumpuhan sosial itu telah menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut dengan pertikaian yang disertai kekerasan.

Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu terlihat dari terjadinya pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota masyarakat terhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.

Sebagai contoh budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.

(23)
(24)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.

Pembangunan kebudayaan bangsa adalah suatu proses perubahan sosial budaya terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan untuk saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Dalam meyusun strategi pembangunan bidang sosial budaya, aspek yang perlu menjadi perhatian adalah :

1. Bahasa 2. Adat istiadat

3. Persepsi tetang kekuasaan, 4. Hubungan dengan alam, 5. Locus of sistem,

6. Pandangan tetnang wanita, dan 7. Sistem keluarga besar.

3.2 Saran

Referensi

Dokumen terkait

Jika izin anda sudah divalidasi oleh team validator SIMPEL PPA, maka anda sudah bisa mengisi laporan bulanan, kemudian klik menu laporan bulanan pada panel sebelah kiri, maka pada

Subjek A melakukannya dengan menonton, mendiskusikan dengan temannya dan bahkan melakukan masturbasi dan setiap hari dilakukan 5 kali dan ini dibandingkan dengan hasil tes

Proses manajemen perkuliahan pada Fasilkom Unsri terdapat beberapa masalah seperti pada pengolahan data untuk laporan silabus, satuan acara perkuliahan, absensi dosen,

Profil Dinas perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Jeneponto pada prinsipnya merupakan bagian dari proses peningkatan kesejahteraan masyarakat

Kelompok rumah tradisional milik Pak Kusumo merupakan salah satu permukiman berkelompok yang menggunakan silsilah keuarga dalam menentukan letak rumah kerabat.. Rumah anak

Selain melakukan Pemblokiran secara serta merta atas Dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh nasabah yang identitasnya tercantum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan kurs, tenaga kerja sektor pertambangan, dan pertumbuhan ekonomi serta Volume ekspor minyak mentah

“Selain ada faktor penghambat ada juga faktor pendukung dalam pembentukan karakter seorang siswa pencak silat. faktor pendukung itu adalah: Pertama faktor orang tua ,