• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW DI SMA NEGERI 17 MEDAN DAN SMA DHARMA PANCASILA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW DI SMA NEGERI 17 MEDAN DAN SMA DHARMA PANCASILA MEDAN."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

SMA DHARMA PANCASILA MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

AINAL SAFRIDA

NIM : 8096171002

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

AINAL SAFRIDA. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw di SMA Negeri 17 Medan dan SMA Dharma Pancasila Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Komunikasi Matematis.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa; (2) untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa, dan (3) untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan biasa.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 17 dan SMA Dharma Pancasila Medan. Secara acak, dipilih dua sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu SMA Negeri 17 Medan dan SMA Dharma Pancasila Medan. Kelas eksperimen-1 diberi perlakuan pembelajaran koperatif tipe STAD, kelas eksperimen-2 diberi perlakuan pembelajaran koperatif tipe Jigsaw dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemahaman konsep matematis, (2) tes kemampuan komunikasi matematis dan (3) lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,91 dan 0,91 berturut-turut untuk kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis.

(6)

ii

ABSTRACT

AINAL SAFRIDA. The Different Improvement of SMA Student’s Proficiency of Mathematics Understanding and Mathematics Communication Used Cooperative Learning with STAD and Jigsaw in SMA Negeri 17 Medan and SMA Dharma Pancasila Medan. Tesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2014.

Keywords : Cooperative Learning with STAD and Jigsaw, Mathematics Understanding and Mathematics Communication.

The purposes of this study to determine: (1) The different improvement of students proficiency of mathematics understanding who were taught through STAD, Jigsaw and the students who were taught through conventional study, (2) The different improvement of students proficiency of mathematics understanding who were taught through STAD, Jigsaw and the students who were taught through conventional study, (3) How the process of problem solving by the students who were taught through STAD, Jigsaw and conventional study.

This research was aquasi-experimental study. This study population of this study are the students of XI IPA in Medan. The school are selected randomly as the subjects research, those are SMA Negeri 17 Medan and SMA Dharma Pancasila Medan. The first experimental class was treated by STAD, the second experimental class was treated by Jigsaw and the control class was treated by conventional study. The instruments used consist of: (1) The proficiency test of mathematics understanding, (2) The proficiency test of mathematics communication and (3) The observation sheet. These instruments have fullfilled the essential of content validity and reliability coefficient used were 0.91 and 0.91 for mathematics understanding and mathematics communication.

(7)

Segala puji serta syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan penulisan tesis dengan judul : “PERBEDAAN PENINGKATAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW DI SMA NEGERI 17 MEDAN DAN SMA DHARMA PANCASILA MEDAN”.

Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui,

diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang

terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd, MSc, MA, PhD selaku Pembimbing I dan

Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris

Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai narasumber I, Ibu Dr. Izwita

Dewi, M.Pd sebagai narasumber II, dan Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd.,

sebagai nara sumber III yang telah banyak memberikan masukan dan

sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis

dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan,

dan Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Bapak Dr. Arif Rahman,

M.Pd. dan Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, berturut-turut selaku

Direktur, Asisten Direktur I, dan Asisten Dierktur II Program Pascasarjana

Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan administrasi

selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.

5. Bapak/ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika

(8)

iv

berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan

penulisan tesis ini.

6. Bapak Dapot Tua Manullang, SE. M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan

Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam

administrasi perkuliahan di Unimed.

7. Bapak Drs. Marnaek Nainggolan,M.Si dan Bapak Drs. Ibrahim Daulay, M.Pd

berturut-turut selaku Kepala SMA Negeri 17 Medan dan SMA Dharma

Pancasila Medan, yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk

melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, termasuk dalam

pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf

administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan

penelitian ini.

8. Ayahanda Abdul Karim, Ibunda Winarti, S.Pd, Kakanda Eri Widyastuti, S.Pd

serta Adinda Dian Atika Sari, S.Pd beserta keluarga besar yang senantiasa

memberikan motivasi dan doa restu kepada penulis.

9. Suamiku tercinta Bangun Setia Hasibuan, S.Pd, M.Or dan anak-anakku

tersayang Satria Muda Hasibuan dan Almer Alfarizy Hasibuan yang

senantiasa memberikan dorongan, semangat dan motivasi kepada penulis.

10. Serta teman-teman mahasiswa angkatan XVI kelas Bappeda, angkatan XVIII

kelas A reguler, kelas B dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam

pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Februari 2014 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL …..………. xi

DAFTAR GAMBAR ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2. Identifikasi Masalah ………... 15

1.3. Pembatasan Masalah ……….. 16

1.4. Rumusan Masalah ……….. 16

1.5. Tujuan Penelitian ……… 16

1.6. Manfaat Penelitian ………... 17

1.7. Definisi Operasional ………... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ...…………..….. 20

2.1.1. Hasil Belajar Matematika…………...………... 21

2.1.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ……... 24

2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematika ………... 27

2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ………..……….. 34

(10)

vi

(11)

3.6.1. Tes Kemampuan Pemahaman Matematika ...

a. Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ……... 84

b. Ujicoba Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan

Lembar Aktivitas Siswa .……….……... 85

c. Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian ……..…..

86

d. Analisis Validitas Butir Soal ………..

87

e. Analisis Reliabilitas Tes ………...…..

89

f. Analisis Daya Pembeda Butir Soal ………..…..

91

g. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ………..

92

b. Menguji Homogenitas Varians Total Skor

Pretes dan Postes ……….…... 97

3.10.2.Uji Statistik ……….…… 98

a. Menguji Perbedaan Dua Rata-rata untuk Peningkatan

(12)

viii

Siswa ………..

b. Uji Anava Dua Jalur ………... 98

3.10.3.Uji Hipotesis ………... 99

3.10.4. Proses Jawaban Siswa ……… 100

a. Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis……… 101

b. Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi matematis ... 102

3.11. Prosedur Penelitian………... 103

3.11.1.Jadwal Kegiatan ………... 105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 107

4.1.1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa … 107 a. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Sebelum Pembelajaran ………... 107

a.1. Uji Normalitas Skor Pretes ……….. 109

a.2. Uji Homogenitas Skor Pretes ………... 111

b. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa setelah Pembelajaran ……….. 114

b.1. Uji Normalitas Skor Postes ………. 115

b.2. Uji Homogenitas Skor Postes ……….. 117

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ……… 120

c.1. Uji Normalitas Peningkatan ………. 121

c.2. Uji Homogenitas Peningkatan ………. 122

4.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematis……… 127

(13)

a.1. Uji Normalitas Skor Pretes ……….. 129

a.2. Uji Homogenitas Skor Pretes ………... 131

b. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa setelah

Pembelajaran ………... 133

b.1. Uji Normalitas Skor Postes……….. 134

b.2. Uj Homogenitas Skor Postes ………... 137

c. Peningkatan Kemampuan Komunikasi matematis

Siswa .. 139

c.1. Uji Normalitas Gain ………. 141

c.2. Uji Homogenitas Gan ……….. 142

4.1.3. Analisis Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban

Siswa ……… 147

a. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ……. 147

b. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ………..…… 155

4.1.4. Pengeloaan Pembelajaran …..………….…………..….. 165

a. Pengelolaan Pembelajaran degan pendekatan

Kooperatif Tipe STAD ………..…. 165

b. Pengamatan Aktivitas Siswa dengan Pendekatan

Kooperatif Tipe STAD ………….………... 166

c. Pengelolaan Pembelajaran degan pendekatan

Kooperatif Tipe Jigsaw ……….. 168

d. Pengamatan Aktivitas Siswa dengan Pendekatan

Kooperatif Tipe Jigsaw …….………... 170

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ……….…..………. 172

(14)

x

4.3. Keterbatasan Penelitian………. 181

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan...

183

5.2. Implikasi ...

186

5.3. Saran………... 187

DAFTAR PUSTAKA... 190 LAMPIRAN... 199

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….………..

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal

2.1 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kooperatif ... 39

2.2 Tipe Pembelajaran Kooperatif ………... 40

2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……… 44

2.4 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ………... 49

2.5 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dan Kelompok Belajar Biasa …………... 52

3.1 Rancangan Penelitian ……….. 76

3.2 Weiner tetang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ……….. 77

3.3 Matriks Perbedaan antara Indikator Pemahaman Matematis dengan Komunikasi Matematis ……….…….. 78

3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 79

3.5 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ……… 80

3.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ………… 82

3.7 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis . 83 3.8 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran …….…. 85

3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis …... 86

(16)

x

3.11 Analisis Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ……… 89

3.12 Analisis Validitas Soal Kemampuan Komunikasi Matematis. 89

3.13 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ……… 90

3.14 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 90

3.15 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis ... 92

3.16 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 92

3.17 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 93

3.18 Rangkuman Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Tes

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 93

3.19 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik

yang Digunakan ……….. 100

3.20 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ……… 101

3.21 Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 102

3.22 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 105

4.1 Data Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ……. 108

4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemahaman

(17)

4.3 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan

Pemahaman Matematis ……….. 110

4.4 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan

Pemahaman Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 112

4.5 Data Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Matematis …… 114

4.6 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman

Matematis ……… 115

4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan

Pemahaman Matematis ………... 116

4.8 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ……… 118

4.9 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis

Siswa ... 120

4.10 Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman

Matematis Siswa ………. 121

4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ……….... 123

4.12 Hasil Uji Anava Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol ……….... 125

4.13 Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ……. 128

4.14 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 129

4.15 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Pretes kemampuan

Komunikasi Matematis ………... 130

4.16 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 132

(18)

xii

4.18 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 135

4.19 Uji Perbedaan rata-rata Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 136

4.20 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi

Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………... 138

4.21 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis 140

4.22 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis ……… 141

4.23 Hasil Uji Homogenitas Varians Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 143

4.24 Hasil Uji Anava Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………... 145

4.25 Deskripsi Hasil Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Pemahaman Matematis ………... 154

4.26 Deskripsi Hasil Proses Penyelesaian Jawaban kemampuan

Komunikasi Matematis ………... 163

4.27 Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran dengan

Pendekatan Kooperatif Tipe STAD ……… 165

4.28 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dengan Pendekatan

Kooperatif Tipe STAD ………... 167

4.29 Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran dengan

Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw ……… 168

4.30 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dengan Pendekatan

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1 Grafik Perkembangan Penjualan Mobil dari mulai tahun

1 sampai tahun ke 9 ………. 5

1.2 Grafik Perkembangan Penjualan Mobil dari mulai tahun 1 sampai tahun ke 9 ……….

2.1 Ilustrasi Pembelajaran Kelompok Jigsaw ... 46

2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw ……… 48

3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ……… 104

4.1 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman

Matematis Siswa Butir Nomor 1 ………. 148

4.2 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman

Matematis Siswa Butir Nomor 2 ………. 149

4.3 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman

Matematis Siswa Butir Nomor 3 ………. 151

4.4 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman

Matematis Siswa Butir Nomor 4 ………. 152

4.5 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Pemahaman

Matematis Siswa Butir Nomor 5 ………. 153

4.6 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi

Matematis Siswa Butir Nomor 1 ………. 157

4.7 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi

Matematis Siswa Butir Nomor 2 ………. 158

4.8 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi

Matematis Siswa Butir Nomor 3 ………. 159

4.9 Ragam Proses Penyelesaian Jawaban Komunikasi

Matematis Siswa Butir Nomor 4 ……….

161

(20)

xvi

Matematis Siswa Butir Nomor 5 ……….

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Instrumen Penelitian Hal

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Eksperimen-1 (STAD) ……….

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Eksperimen-2 (Jigsaw) ………

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol (Konvensional) ………... A.4 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ………..

Lampiran B Instrumen Penelitian

B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Matematis……..

B.2 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis……..

B.3 Tes Kemampuan Pemahaman Matematis……….

B.4 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ………

B.5 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman

Matematis ……….

B.6 Alternatif Jawaban Tes Kemmapuan Komunikasi

Matematis ……….

B.6 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman

Matematis ……….

B.7 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……….

Lampiran 3 Hasil Validasi

C.1 Nama-nama Validator ………..

C.2 Hasil Validasi RPP dan LAS ………

C.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Matematis.

C.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis.

C.5 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran,

(22)

xviii

Pemahaman Matematis ………

C.6 Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran,

Daya Beda, dan Data Uji Coba Tes Kemampuan

Komunikasi Matematis ………

Lampiran 4 Perhitungan Hasil Penelitian

D.1 Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Pemahaman

Matematis ……….

D.2 Deskripsi Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……….

D.3 Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Pemahaman

Matematis ……….

D.5 Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis ……….

D.6 Normalitas Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis .

D.7 Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis .

D.8 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan

Pemahaman Matematis ………

D.9 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes Kemampuan

Komunikasi Matematis ………

D.10 Normalitas Postes Kemampuan Pemahaman Matematis .

D.11 Normalitas Postes Kemampuan Komunikasi Matematis .

D.12 Uji Perbedaan Rata-rata Postes Kemampuan

(23)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu bantu yang sangat penting dan

berguna dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sarana berfikir

untuk menumbuhkembangkan pola fikir logis, sistematis, objektik, kritis dan

rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah pada Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2006 menurut Depdiknas 2006 (dalam Somakim, 2010 : 31) adalah : (1)

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau

algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada kurikulum dan menghasilkan

(24)

2

komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional, khususnya

dalam mata pelajaran matematika, proses pembelajaran perlu mendapat perhatian

dan penanganan yang serius. Sebagai langkah antisipasi, sejak dini perlu

dilakukan suatu upaya atau usaha sadar, sehingga siswa tertarik pada mata

pelajaran matematika dan termotivasi untuk belajar matematika, yang akan

berimplikasi pada optimalnya hasil belajar siswa. Hal ini akan tercipta apabila

para siswa tidak mengalami hambatan atau kesulitan dalam belajar matematika.

Namun kenyataan di lapangan, proses pembelajaran matematika yang

dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru sebagai

pengembang strategi pembelajaran di kelas. Hal ini tercermin dari rata-rata kelas

untuk mata pelajaran matematika, daya serap dan ketuntasan belajar siswa kelas

XI IPA SMA Dharma Pancasila Medan tahun pelajaran 2008/2009 masih rendah,

yaitu 6,0 untuk rata-rata kelas, 60% untuk daya serap, dan 65% untuk ketuntasan

belajar. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih

belum mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 6,5 untuk rata-rata kelas,

65% untuk daya serap dan 85% untuk ketuntasan belajar. (Sumber : nilai raport

siswa tahun 2008).

Siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika, khususnya dalam

menyelesaikan soal yang yang berhubungan dengan kemampuan pemahaman dan

komunikasi matematis. Seperti yang diungkapkan Hasratuddin (2010 : 19):

”Dilihat dari hasil belajar siswa dalam matematika mulai dari Sekolah Dasar (SD)

sampai ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) selalu di bawah rata-rata

(25)

Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek

pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of

Teachers of Mathematic (NCTM , 2000) yaitu : menggariskan peserta didik harus

mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika

dirumuskan lima tujuan umum yaitu: pertama, belajar untuk berkomunikasi;

kedua, belajar untuk bernalar; ketiga, belajar untuk memecahkan masalah;

keempat, belajar untuk mengaitkan ide; dan kelima, pembentukkan sikap postif

terhadap matematika.

Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah salah satu tujuan

penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Pemahaman konsep matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap

materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa

untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom.

Pemahaman konsep diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi bahan yang

dipelajari. Untuk memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus

mengetahui : 1) objek itu sendiri; 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis; 3)

relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis; 4) relasi-dual dengan objek lainnya

(26)

4

Bloom mengklasifikasikan pemahaman konsep ke dalam jenjang kognitif

kedua yang menggambarkan suatu pengertian, sehingga siswa diharapkan mampu

memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah

yang relevan. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mengetahui bagaimana

memahami dan menggunakan idenya untuk berkomunikasi. Dalam pemahaman

konsep tidak hanya sekedar memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga

keobjektifan, sikap dan makna yang terkandung dari sebuah informasi. Dengan

kata lain seorang siswa dapat mengubah suatu informasi yang ada dalam

pikirannya kedalam bentuk lain yang lebih berarti.

Untuk dapat memahami hubungan antar bagian matematika, antara satu

konsep dengan konsep lain yang saling terkait, maka kemampuan pemahaman

konsep siswa pada topik tertentu dipengaruhi oleh kemampuan pemahaman siswa

pada konsep sebelumnya. Namun kenyataannya di lapangan, pemahaman konsep

siswa terhadap pokok bahasan statistika masih rendah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep

matematis memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan. Namun, siswa pada

umumnya belum memiliki pemahaman konsep yang baik, Khususnya pada pokok

bahasan statistika. Hal ini terlihat dari jawaban siswa XI IPA-1 SMA Dharma

Pancasila Medan saat ulangan harian 1 untuk kompetensi membaca dan

menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram batang, lingkaran, garis dan

histogram. Siswa masih mampu membaca dan menyajikan data dalam bentuk

(27)

yang sedikit lebih sulit, banyak siswa yang memberikan beragam jawaban yang

tidak benar. Contoh untuk mengilustrasikan hal di atas tertera pada soal berikut :

Data berikut adalah data pencatatan banyaknya sapi yang dipelihara oleh 40 warga

di sebuah desa (dari satu desa diambil sampel sebanyak 40 warga).

1 4 3 5 4 2 4 3 3 2

3 4 2 5 4 4 1 5 3 4

3 4 5 2 6 4 3 5 4 1

2 4 3 6 4 1 4 3 4 2

Jika data di atas disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah ini, diagram

manakah yang sesuai? Berilah alasan untuk yang tidak sesuai.

(28)

6

Gambar 1.1

Diagram Batang dan Garis tentang Banyak Sapi

Banyak siswa yang mengalami kesulitan menjawab soal di atas. Siswa

cenderung menghapal konsep seperti tertulis dalam buku paket mereka tanpa

mereka memahami maksud konsep tersebut. Kesalahan siswa lainnya adalah

ketika mereka tidak mampu dalam memberikan contoh dan bukan contoh dalam

menyajikan data tunggal di atas ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

diagram batang dan diagram garis.

Dari soal di atas, seharusnya siswa membuat tabel distribusi frekuensi data

tunggal seperti tabel berikut ini :

cil sampai yang terbesar. Dari hasil ujicoba, ternyata

ada sebanyak 15 siswa dari 32 siswa yang menjawab

benar dan 17 siswa dari 32 sisCara membuat tabel

distribusi frekuensi data tunggal tersebut adalah dengan

menghubungkan antara banyak sapi dan frekuensinya.

Selanjutnya, Diagram yang sesuai dengan data yang

disajikan adalah diagram batang A dan diagram garis

A. Sedangkan diagram tidak sesuai adalah diagram

batang B dan diagram garis B karena dalam menyusun banyak sapi (sumbu x)

harus diurutkan dari bilangan yang terkewa yang menjawab salah.

Kualitas pemahaman konsep matematika turut mempengaruhi

kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini dikarenakan, jika siswa tidak

memahami dengan benar suatu konsep matematika tentu saja siswa tidak akan

(29)

komunikasi matematika adalah kemampuan mengemukakan ide matematika dari

suatu teks, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang perlu dimiliki siswa.

Sumarmo (2005 : 20), menyatakan indikator komunikasi matematis adalah

sebagai berikut :

1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.

2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan

benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.

3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika.

4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.

5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

6. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan

generalisasi.

7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah

dipelajari.

Selain itu, Ansari (2009 : 4) mengatakan, “Rasional jika pemahaman

matematis merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan

komunikasi matematis”. Baroody (dalam Ansari, 2009 : 4) juga menambahkan

bahwa sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam matematika

perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as

language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid

thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil

kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk

(30)

8

mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa

dan juga komunikasi antar guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting

untuk mempercepat pemahaman konsep matematis siswa.

Begitu pula Collins (1988) dalam buku Mathematics Application and

Connection menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam

pembelajaran matematika adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan

berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan, modeling, speaking, writing, talking,

drawing, serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari.

Sayangnya kemampuan komunikasi matematis siswa jarang mendapat

perhatian. Guru lebih berusaha agar siswa mampu menjawab soal dengan benar

tanpa meminta alasan atas jawaban siswa, ataupun meminta siswa untuk

mengkomunikasikan pemikiran, ide dan gagasannya. Rendahnya kemampuan

komunikasi matematis siswa terungkap dalam penelitian Mac Gregor dan Stacey

(dalam Ansari, 2009 : 50) menemukan pada umumnya siswa terutama di sekolah

swasta, tidak berusaha menggunakan persamaan aljabar meskipun diinstruksikan

untuk menulis suatu persamaan bagi setiap soal dan pemecahannya.

Rendahnya kemampuan komuniksi matematis juga ditunjukkan oleh

penelitian Ansari (2009) yang menyatakan bahwa siswa Sekolah Menengah Atas

di Provinsi Aceh Darussalam rata-rata kurang terampil didalam berkomunikasi

untuk menyampaikan informasi seperti menyampaikan ide dan mengajukan

(31)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa sama pentingnya dengan pemahaman matematis. Namun, seiring

dengan rendahnya pemahaman matematis turut membuat kemampuan komunikasi

matematis siswa rendah.

Untuk materi statitiska pada kompetensi membaca dan menyajikan data

dalam bentuk tabel, diagram batang, lingkaran, garis dan histogram. Siswa masih

belum mampu membaca dan menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram

batang, lingkaran, garis dan histogram. Jika diberikan soal yang sedikit lebih sulit,

banyak siswa yang memberikan beragam jawaban yang tidak benar. Contoh untuk

mengilustrasikan hal di atas tertera pada soal berikut :

Gambar 1.2

Perkembangan Penjualan Mobil

Gambar di atas menunjukkan grafik perkembangan penjualan mobil dari mulai

tahun 1 sampai tahun ke 9. Dari gambar di atas, pada tahun berapakah kenaikan

penjualan jumlah unit mobil paling tinggi?

Dari 32 orang siswa, banyak diantaranya yang langsung menjawab bahwa

penjualan unit mobil paling tinggi terjadi pada bulan ke 8. Hal itu sangat keliru.

0 50 100 150 200 250 300 350 400

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perkembangan Penjualan Mobil

(32)

10

Soal di atas hanya menuntut siswa memahami secara sederhana konsep selisih

antara tahun penjualan dengan jumlah unit mobil yang dikemas dalam bentuk

diagram batang. Dalam menjawab soal tersebut siswa hanya membutuhkan

pemikiran biasa yang hanya memakan waktu beberapa detik. Jika

penyelesaiannya diurutkan, terlebih dahulu mengidentifikasikan kecukupan

informasi atau data. Dimulai dari mengurutkan jumlah penjualan mobil, dimulai

dari tahun 1, dari tahun 1 sampai tahun ke 2, dari tahun ke 2 sampai tahun ke 3

dan seterusnya, kemudian mengkaitkannya dengan gambar diagram batang

tersebut. Berdasarkan diagram batang tersebut, seharusnya siswa menjawab

bahwa pada tahun ke 2 penjualan jumlah unit mobil paling tinggi sebesar 150 unit.

Dari hasil ujicoba, ternyata ada sebanyak 8 siswa dari 32 siswa yang menjawab

benar dan 24 siswa dari 32 siswa yang menjawab bahwa penjualan jumlah unit

mobil yang paling tinggi ketika memasuki tahun ke 4 dan tahun ke 8.

Dari contoh di atas menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam menjawab soal tersebut. Siswa sulit menjelaskan ide atau situasi

dari suatu gambar atau grafik yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam

bentuk tulisan (menulis). Siswa salah dalam menafsirkan soal, menuliskan simbol

dan menjawab dengan bahasa matematika serta jawaban yang disampaikan oleh

siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun

temannya. Akibatnya kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.

Ada banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya kemampuan

(33)

berbagai aspek diantaranya dari aspek: siswa, guru, pendekatan pembelajaran

yang diterapkan dan penilaian (assessment) dan kebijakan pemerintah dalam

dunia pendidikan. Bila kita ingin memperbaiki kualitas pendidikan kita maka kita

harus memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam aspek-aspek tersebut.

Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dan komunikasi

matematis siswa adalah proses pembelajaran secara biasa dan masih saja berpusat

pada guru. Siswa tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya,

hanya menerima saja informasi yang disampaikan searah dari guru. Seringkali

siswa tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan guru,

mencontoh, dan mengerjakan latihan mengikuti pola yang diberikan guru, bukan

dikarenakan siswa memahami konsepnya.

Ansari (2009 : 3) menyatakan bahwa paling tidak ada dua konsekuensi

pembelajaran konvensional, yaitu (1) siswa kurang aktif dan pola pembelajaran ini

kurang menanamkan pemahaman konsep sehingga kurang mengundang sikap

kritis, (2) jika siswa diberi soal yang beda dengan soal latihan, mereka

kebingungan karena tidak tahu harus mulai dari mana mereka bekerja. Disamping

itu, masih ada guru yang beranggapan bahwa belajar matematika adalah

penuangan ilmu atau transfer of knowledge secara utuh dari fikiran guru ke fikiran

siswa. Hal ini dapat memberi kesan bahwa matematika untuk dihapal bukan untuk

belajar bekerja sendiri.

Merosotnya pemahaman konsep matematis siswa di kelas menurut Ansari

(34)

12

mencontohkan kepada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (b) siswa belajar

dengan cara mendengar dan mencontoh guru melakukan matematis, kemudian

guru memecahkannya sendiri dan (c) pada saat mengajar matematika, guru

langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian

contoh, dan untuk latihan.

Oleh karena pentingnya kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi

matematis dikuasai oleh siswa, sementara temuan di lapangan bahwa kedua

kemampuan tersebut masih rendah dan kebanyakan peserta didik terbiasa

melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan

pemahaman dan berkomunikasi siswa. Pola pengajaran yang selama ini digunakan

guru belum mampu membantu siswa dalam mengaktifkan siswa dalam belajar,

memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan

para siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham

terhadap materi yang disajikan guru. Selain itu, guru senantiasa dikejar oleh target

waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan

kompetensi yang dimiliki siswanya. Untuk menumbuhkembangkan kemampuan

pemahaman dan komunikasi dalam pembelajaran matematika, guru harus

mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model belajar yang

dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan

pemahaman dan komunikasi matematis siswa.

Menyadari pentingnya pemahaman dan komunikasi matematis, maka guru

(pengajar) dituntut melakukan terobosan baru dalam pembelajaran sehingga

(35)

(dalam Ansari, 2009 : 4) mengutarakan bahwa tugas guru adalah : (1) melibatkan

siswa dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur aktivitas intelektual siswa

dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3) membantu siswa memahami ide

matematika dan memonitor pemahaman mereka.

Pembelajaran kooperatif dipilih dengan pertimbangan strategis sebagai

berikut (1) proses pembelajaran kooperatif melibatkan siswa dalam diskusi

kelompok sehingga mereka akan lebih terampil berkomunikasi matematis dan

memecahkan masalah matematis dengan simbol-simbol, (2) pembelajaran

kooperatif memungkinkan siswa belajar mencari tahu dari sesuatu yang belum

diketahui, dalam upaya mencari tahu siswa lebih terbuka sehingga siswa dapat

mengemukakan ide atau pendapat sesuai dengan pikiran atau inisiatifnya sendiri.

Selanjutnya, menurut Suherman (2001 : 217), cooperative learning dalam

matematika akan dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif siswa

dalam matematika. Sehingga untuk tujuan ini, dapat dilakukan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Penciptaan suasana kooperatif dapat membangun siswa saling mengajukan

persuasi dengan menggunakan argumen-argumen logis mereka. Masalah-masalah

matematika seringkali bisa dipecahkan melalui pendekatan yang berbeda, dan

para siswa secara berkelompok bisa mendiskusikan manfaat dari solusi yang

berbeda-beda.

Dari tahapan dan aktivitas pembelajarannya, Slavin (2005 : 11) membagi

pembelajaran kooperatif ke dalam beberapa tipe, di antaranya: pertama, Student

(36)

14

belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis

kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa

bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota telah

menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai

materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk

saling bantu. Pengertian lebih lanjut tentang STAD akan dikupas dalam

pembahasan selanjutnya. Kedua, Teams-Games Tournament (TGT). Metode ini

menggunakan pelajaran yang sama dengan yang disampaikan guru dan tim kerja

yang sama, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa

memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin

bagi skor timnya.

Ketiga, Jigsaw. Dalam Jigsaw, siswa bekerja dalam kelompok yang sama,

siswa ditugaskan untuk membaca materi. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak

untuk menjadi “ahli” dalam materi tertentu. Setelah membaca materinya, para ahli

dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan materi kemudian mereka kembali

pada timnya untuk mengajarkan materi kepada teman satu timnya. Keempat,

Teams-Assisted Individualization (TAI). TAI dirancang khusus untuk mengajarkan

matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum

siap menerima materi aljabar lengkap).

Kelima, Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC). Dalam

CIRC, para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar

dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif. Para siswa belajar dalam

(37)

Para siswa tidak mengerjakan kuis sampai teman satu timnya menyatakan bahwa

mereka sudah siap. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada

tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim.

Dari lima tipe pembelajaran kooperatif ini, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD

dan Jigsaw. Hal tersebut dikarenakan, pendekatan kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw memiliki banyak kesamaan. Yang membedakannya adalah pada

pembagian kelompok, dimana pada pendekatan kooperatif tipe Jigsaw terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

pendekatan kooperatif tipe STAD dan jigsaw dapat dijadikan alternatif

pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menjawab soal yang

berkaitan dengan pemahaman dan komunikasi matematis. Melalui metode

pembelajaran ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana kemampuan

pemahaman dan komunikasi siswa. Pengembangan pembelajaran ini hanya

dimungkinkan jika hubungan kerjasama antar siswa terjalin dengan baik,

komunikasi tercipta secara dialogis. Kolaborasi dan partisipasi dapat terbentuk

dan terbina secara efektif serta hubungan persahabatan yang saling percaya dapat

terjalin dengan baik. Pembelajaran yang berorientasi kepada penciptaan iklim

yang kondusif dapat membangun hubungan kerjasama, berbagi informasi,

pengetahuan dan pengalaman antar sesama siswa maupun guru dengan siswa.

(38)

16

intensif dan saling menguntungkan. Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi maka

pengaruh pembelajaran kooperatif secara umum hasilnya positif.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mencoba melakukan

penelitian dengan judul “Perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep

dan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw di SMA Negeri 17 Medan dan SMA Dharma Pancasila Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan, sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa masih rendah.

2. Siswa cenderung menghapal konsep tanpa memahami maksud konsep

tersebut.

3. Siswa tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan

guru.

4. Proses pembelajaran secara konvensional dan masih berpusat pada guru.

5. Masih ada guru yang beranggapan bahwa belajar matematika adalah

penuangan ilmu atau transfer of knowledge secara utuh dari fikiran guru ke

fikiran siswa.

6. Kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap pokok bahasan statistika

masih rendah.

7. Siswa belum memahami benar dan tidak mampu mengkomunikasikan

pemikirannya tentang menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram batang,

(39)

8. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw masih belum

banyak dilaksanakan dalam pembelajaran matematika.

1.3.Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka perlu

adanya pembatasan masalah demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Adapun

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada :

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw dalam pembelajaran belum dipahami dan dilaksanakan Guru.

1.4. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan

kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa?

2. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara

siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD,

Jigsaw dan pembelajaran biasa?

3. Bagaimanakah proses penyelesaian jawaban siswa yang pembelajarannya

menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran

biasa?

(40)

18

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang perbedaan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD

dan Jigsaw terhadap kemampuan pemahaman dan komunikasi matematika siswa.

Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

pemahaman konsep matematis antara siswa yang pembelajarannya dengan

pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan

kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa yang

pembelajarannya menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan

pembelajaran biasa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna baik bagi guru,

bagi siswa maupun bagi peneliti.

1. Bagi guru : dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan

komunikasi matematis siswa.

2. Bagi siswa : dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan

(41)

3. Bagi peneliti : dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri peneliti dan

dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk penelitian lain (penelitian yang

relevan) dan pada penelitian sejenis.

1.7. Definisi Operasional

Beberapa konsep dan istilah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :

1. Kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimaksud dalam penelitian

ini diukur dari indikatornya yaitu : (1) Menyatakan ulang sebuah konsep,

(2) Memberi contoh dan bukan contoh, dan (3) Mengaplikasikan konsep ke

pemecahan masalah.

2. Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah proses menyelesaikan soal ditinjau dari skor siswa dalam

(1) Menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar atau grafik yang diberikan

dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan (Menulis), (2) Menyatakan

suatu situasi dengan gambar atau grafik (Menggambar), (3) Menyatakan suatu

situasi ke dalam bentuk model matematika (Ekspresi Matematika).

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah metode pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar siswa secara

bersama-sama dimulai dari : guru menyampaikan tujuan / kompetensi /

motivasi, guru menyajikan informasi, guru mengorganisasikan siswa menjadi

4 – 6 orang siswa untuk belajar, guru membimbing kelompok bekerja dan

(42)

20

4. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pembelajaran berkelompok dimana guru menyampaikan tujuan /

kompetensi / motivasi, guru menyajikan informasi, guru mengorganisasikan

siswa menjadi 4 – 6 orang siswa yang terdiri dari kelompok asal dan

kelompok ahli untuk belajar, guru membimbing kelompok bekerja dan belajar,

guru mengevaluasi, guru memberi penghargaan kelompok.

5. Pendekatan pembelajaran biasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, yang mengacu pada

metode ceramah dengan tanya jawab, diskusi dan penugasan. Siswa dalam hal

ini kurang aktif mendapatkan informasi atau konsep sebagai tujuan

pembelajaran. Siswa bekerja secara individual atau bekerjasama dengan teman

sebangkunya, kegiatan terakhir siswa mencatat materi yang diterangkan guru

(43)

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama

pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

Jigsaw dan konvensional, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan

masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

siswa secara bersama-sama antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa

secara bersama-sama antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan pembelajaran biasa.

3.

Proses penyelesaian jawaban siswa dengan pembelajaran menggunakan

pendekatan kooperatif tipe STAD dan Jigsaw lebih baik dibandingkan

dengan proses penyelesaian masalah siswa dengan pembelajaran biasa. Pada

kemampuan pemahaman konsep matematis, aspek yang paling baik adalah

aspek menyatakan ulang konsep dan pada kemampuan komunikasi

matematis, aspek yang paling baik adalah aspek menjelaskan ide atau situasi

dari suatu gambar, diagram atau grafik yang diberikan dengan kata-kata

(44)

196

5.2. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, adapun implikasinya

adalah terhadap pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika.

Guru matematika di Sekolah Menengah Atas harus mempunyai cukup

pengetahuan teoritis maupun keterampilan dalam memilih pendekatan

pembelajaran, mampu mengubah siswa menjadi lebih aktif, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw siswa menjadi aktif

mengemukakan pendapatnya. Diskusi dalam kelompok yang terjadi menjadikan

siswa yang berkemampuan tinggi membantu siswa yang memiliki kemampuan

rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan siswa lebih kritis dalam menanggapi

hasil pekerjaan dari kelompok lain serta dalam diskusi terjadi refleksi atas

penyelesaian yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok.

Pada proses penyelesaian jawaban siswa pada kelas yang pembelajarannya

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw lebih baik

dibandingkan kelas yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa.

Siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan Jigsaw lebih terampil dalam menyelesaikan masalah dibandingkan siswa

(45)

5.3. Saran

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan

beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan

dengan hasil penelitian ini. Saran tersebut sebagai berikut:

1. Kepada Guru

a. Pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw pada pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan

pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika

yang inovatif khususnya dalam mengajarkan materi statistika.

b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi lebih

kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan ”process of

doing mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan

oleh siswa sendiri. Sedangkan pada siswa yang menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw diharapkan dengan adanya pemberian

LAS yang diberikan guru lebih termotivasi dan memiliki rasa tanggung

jawab untuk menyelesaikan LAS. Guru juga dapat memberikan reward

kepada siswa baik berupa pujian, tambahan nilai, atau hadiah kecil di akhir

pembelajaran.

c. Waktu pada saat mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu,

sehingga untuk memperbaiki hal ini diharapkan guru dapat membagi

(46)

198

Sehingga dengan dilakukannya diskusi kelompok siswa lebih mudah

menyelesaikan masalah tersebut.

d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana

belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan cara

mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa menjadi

berani beragumentasi, lebih percaya dan kreatif.

2. Kepada Lembaga Terkait

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dengan menekankan

kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis masih asing

bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah

atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep dan komunikasi matematis siswa.

b. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

dan komunikasi matematis sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah

untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk

pokok bahasan matematika yang lain.

3. Kepada peneliti Lanjutan

a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kooperatif tipe

(47)

dan komunikasi matematis siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil

penelitian yang maksimal.

b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika lain

dengan menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut

(48)

191

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2009). Komunikasi Matematik: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh : Yayasan PeNa.

Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

__________. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arends. (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8. Helping Children Think Mathematically. Newyork : Macmillan Publishing Company.

Collins, dkk. (1988). Mathematics Applications and Conections. Glencoe/ Mc Graw-Hill. (online).

Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Esty W.W. & Teppo. A.R. (1996). Algebraic Thinking, Language, and Word Problem. In P. C Elliot and M.J.Kenney (Ed) 1996. Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA : NCTM.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Greenes. C. & Schulman, L. (1996). Communication Prosessed in Mathematicaql Exploration and Investigation. In P. C Elliot and M.J.Kenney (Ed) 1996. Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA : NCTM.

Hamalik. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

(49)

Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta : Grasindo.

Masykur, M., dan Fathani, A.H,.(2007). Mathematical Intelligence. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation

Standards for School Mathematics. Reston , VA : NCTM.

______________. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston , VA : NCTM.

Pakpahan. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Masalah Open-Ended sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa. Tesis tidak ditebitkan. Medan : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Purba. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang Berorientasikan Masalah. Tesis tidak ditebitkan. Medan : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Russefendi. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.

. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Situmorang. (2010). Analisis Interaksi dan Komunikasi Matematika Siswa SMA dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis tidak ditebitkan. Medan : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

(50)

193

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Somakim. (2010).Mengembangkan Self-Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal pendidikan Matematika PARADIKMA. Volume 3 Nomor 1 Edisi Juni 2010. Medan : Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Suherman, dkk. (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu (S1) Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian (Hibah Pascasarjana). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suprijanto, S., dkk. (2009). Matematika 2 SMA Kelas XI Program IPA. Jakarta : Yudistira.

Syah, dkk. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta.: Gaung Persada Press.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Walpole, R. (1995). Pengantar Statistika. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Wijaya, T. (2011). Cepat Menguasai SPSS 19. Yogyakarta : Cahaya Atma.

Gambar

 Tabel
Gambar
tabel, diagram batang, lingkaran, garis dan histogram. Tapi jika diberikan soal
Gambar 1.1 Diagram Batang dan Garis tentang Banyak Sapi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah

Berdasarkan latar balakang dan identifikasi masalah, permasalahan dalam penelitian secara umum adalah “ Bagaimana mengembangkan alat asessmen untuk melihat kemampuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MEMINIMALISIR MISKONSEPSI HUKUM NEWTON..

(1) Untuk setiap Kecamatan atau daerah yang disamakan dengan itu (selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : Kecamatan), diangkat seorang pejabat yang bertugas membuat akte

Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu prototipe kursi roda berupa robot beroda sebagai sarana mempelajari mobilasi secara otomatis orang yang menderita

 Menjawab pertanyaan tentang materi Pembuatan gambar Poster dengan berbagai teknik yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. 

BOPO secara parsial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap.. ROA pada BUSN devisa go publicpublic mulai triwulan I tahun