commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA
SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03
WERU SUKOHARJO TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
ERFANA NURHIDAYAH
X7109029
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ENERGI CAHAYA DENGAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM PADA
SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGANYAR 03
WERU SUKOHARJO TAHUN 2011
Oleh:
ERFANA NURHIDAYAH
X7109029
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. Djaelani, M. Pd
NIP. 19520317 198303 1 002
Pembimbing II
Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
Sekretaris
: Drs. Usada, M. Pd
Anggota I
: Drs. Djaelani, M. Pd
Anggota II
: Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
commit to user
ABSTRAK
Erfana Nurhidayah.
Peningkatan Penguasaan Konsep Energi Cahaya
Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kuantum Pada Siswa Kelas II SD
Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011.
Skripsi,Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep
Energi Cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kuantum
pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo Tahun 2011.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tiga siklus.Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo
dengan banyaknya siswa 38 siswa. Teknik Pengumpulan data digunakan metode
observasi,kajian dokumen,dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus.
commit to user
ABSTRACT
Erfana Nurhidayah. Improving Understanding of the concept of shine energy in the Natural science subject Matter though Quantum Learning Model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo in the Academic Year 2011. skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University.
The purpose of this research is to improve understanding of the concept of heat energy in the Natural Science subject matter through quantum learning model of the students in Grade II of state Primary school of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the academic year of 2010/2011.
A classroom action research method with three cycles. The subjects of the research were 38 students in Grade II of State Primary School of Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo, in the acadernic year of 2010/2011. Its data were gathered through observation, in-depth interview, document analysis, and test.
commit to user
MOTTO
”Hai orang-orang yang beriman,bersiap-siagalah kamu,dan majulah (ke medan
pertempuran) berkelompok-kelompoklah,atau majulah bersama-sama)”.
(Qs. An Nisaa’: 71)
”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kau akan hidup
selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kau akan mati,
besok!
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan teristimewa untuk:
1.
Ibu Harmini dan Bapak Haryono, terima kasih atas doa,
kasih sayang, pengorbanan dan semangat luar biasa
yang tak pernah putus.
2.
Kakakku,Eka Ismawati. Bantuan dan motivasimu
sangat berarti untukku.
3.
Dhani Agus Pambudi. Terima kasih untuk doanya.
4.
Elvyna Anna dan Arum Dewi.Terima kasih atas
bantuanmu selama ini.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuannya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada yang
terhormat:
1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2.
Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Drs.
Hasan Mahfud, M. Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. Djaelani, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini serta Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd
selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Drs. Tolu Winarto, selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03
yang telah memberikan izin tempat penelitian serta Guru-guru SD Negeri
Karanganyar 03 yang telah memberi motivasi dan bantuan dalam
melaksanakan penelitian ini.
6.
Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
commit to user
Semoga semua pihak mendapat limpahan rahmat dari Allah dan menjadi
amal kebaikan yang tiada putus-putusnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi SD dan dunia pendidikan pada umumnya.
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PENGAJUAN ...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN
… ...iv
ABSTRAK ...
v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .. ... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ...
1
B.
Perumusan Masalah ...
3
C.
Tujuan Penelitian ...
3
D.
Manfaat Penelitian ...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori ...
5
1.
Tinjauan Tentang Pengertian Konsep Energi cahaya .
5
2.
Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kuantum ... 10
B.
Penelitian Yang Relevan ... 17
C.
Kerangka Berpikir ... 17
D.
Hipotesis Tindakan ... 20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
B.
Subjek Penelitian ... 21
commit to user
D.
Teknik Pengumpulan Data ... 22
E.
Teknik Analisis Data ... 23
F.
Indikator Pencapaian ... 23
G.
Prosedur Penelitian... 25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian ... 31
B.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB V
SIMPULAN,IMPLIKASI,DAN SARAN
A.
Simpulan ... 66
B.
Implikasi ... 67
C.
Saran ... 68
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...71
Tabel 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan...72
Tabel 3. Data Nilai Siswa Siklus 1...73
Tabel 4. Data Nilai Siswa Siklus II...74
commit to user
DAFTAR GAMBAR
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas...71
Lampiran 2. Data Nilai Siswa sebelum tindakan...72
Lampiran 3. Data Nilai Siswa Siklus 1...73
Lampiran 4. Data Nilai Siswa Siklus II...74
Lampiran 5. Data Nilai Siswa Siklus III ...75
Lampiran 6. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus I...76
Lampiran 7. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus II...78
Lampiran 8. Hasil Observasi Siswa Pada Siklus III...80
Lampiran 9. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus I...82
Lampiran 10. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus II...84
Lampiran 11. Hasil Kinerja Guru Pada Siklus III...86
Lampiran 14.
Silabus IPA Kelas II...90
Lampiran 15.
Silabus Bahasa Indonesia Kelas II...9
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1...91
Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1I...105
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Siklus 1II...115
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar
siswa memenuhi konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan
metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam
(Depdikbud, 1997:2). Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam
menimbulkan serta mengembangkan kemampuan befikir kritis, kreatif dan
inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan
cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan
sikap ilmiah.
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk
mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran
tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Begitu pula permasalahan yang
dihadapi siswa di SD Negeri Karanganyar 03, hasil pembelajaran IPA yang belum
tuntas yakni belum mencapai angka kriteria ketuntasan minimum 62 yang telah
ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak
berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar
IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah
baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa
pembelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, yang
berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa khususnya materi
pokok energi.
commit to user
terpusat pada guru, serta model pembelajaran kurang menarik, sehingga
pengalaman yang diperoleh kurang bermakna.
Kenyataan di lapangan tujuan pembelajaran IPA yang dirumuskan dalam
kurikulum 2004 tersebut belum dicapai dengan optimal. Untuk anak-anak yang
taraf berfikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati,
diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu
itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersikap
abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama,
sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan ketrampilan proses hasil belajar bukan semata-mata
bergantung pada apa yang sisajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi
antara berbagai informasi yang diminati kepada anak dan bagaimana anak
mengolah informasi bedasarkan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Aspek
pokok pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan
mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk mengenali pengetahuan baru dan akhirnya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pengamatan awal di SD Negeri Karanganyar 03 kelas 11 dengan
jumlah siswa 38 anak,siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan
membedakan beberapa konsep energi, salah satunya adalah kesulitan memahami
konsep energi cahaya.Berdasarkan pengamatan, siswa kelas 11 masih kesulitan
untuk membedakan antara energi panas dan energi cahaya.Dalam proses
pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode
yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Nilai paling
rendah sebelum tindakan adalah 20, ini kurang dari kriteria ketuntasan minimal
IPA yaitu 62. Selengkapnya pada lampiran 2 hal 73.
Dari uraian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SD memiliki
prestasi rendah ini tidak terlepas dari sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru. Guru pada umumnya menerapkan model pembelajaran konvensional dimana
siswa hanya menerima materi dari guru tanpa adanya timbal balik,sehingga
Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan dan mengolaborasikan faktor
commit to user
pembelajar.IPA merupakan pembelajaran yang mengembangkan konsep dan sikap
ilmiah sebagai landasan untuk menguasai konsep-konsep berikutnya. Agar
pembelajaran IPA memberikan pengalaman yang utuh dan bermakna bagi siswa
serta memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan
perkembangan anak terutama di kelas II, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai optimal. Atas dasar uraian permasalahan-permasalahan di atas ingin
dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Penguasaan Konsep Energi
cahaya dengan penerapan model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas II SD N
Karanganyar 03 Weru Sukoharjo tahun 2011.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
Apakah penerapan model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan
penguasaan konsep energi cahaya dalam mata pelajaran IPA di kelas II SD
Negeri Karanganyar 03, Weru, Sukoharjo ?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas bertujuan untuk:
commit to user
D.
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat
antara lain:
1.
Manfaat teoritis, yaitu dengan karya ilmiah ini diharapkan memberikan
sumbangan kazanah ilmu pengetahuan bidang pendidikan IPA di SD.
2.
Manfaat praktis:
a.
Bagi guru kelas
Bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan dalam proses kegiatan
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
kuantum.
b.
Bagi siswa
Dapat memberikan motivasi agar lebih tertarik belajar IPA sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.
c.
Bagi sekolah
Dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijaksanaan untuk
meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam kegiatan belajar IPA.
d.
Bagi pemerintah
Bermanfaat untuk memperbaiki kurikulum pendidikan.
e.
Bagi pemerhati pendidikan
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan pustaka
1.
Tinjauan tentang pengertian Konsep Energi Cahaya
a.
Tinjauan Tentang Pengertian Konsep
Edward De Bono menyatakan bahwa konsep merupakan titik awal dari
sekumpulan hubungan atau ide dan semua hal lain yang dihubungkan
dengannya.Sedangkan Menurut hulse ( 1981 ) menyebutkan lima tipe
konsep,yaitu : konsep afirmatif, konjungtif, disjungtif, kondisional, dan
bikondisional; a. Konsep afimatif adalah konsep yang menunjukkan bahwa suatu
obyek atau peristiwa memiliki suatu nilai spesifik dalam suatu dimensi partikuler;
b. Konsep konjungtif adalah konsep yang mempertemukan dua kondisi simultan;
c. Konsep disjungtif adalah konsep yang satu atau lain kriteria, tetapi tidak
keduanya, harus dipertemukan; d. Konsep kondisional adalah konsep yang dapat
dikenali dari susunan gramatikal” jika…,maka…”; e. Konsep bikondisional
adalah konsep yang memiliki obyek ditiadakan dari keanggotaan kategorinya
(mengambil kesamaan dari yang berbeda ).
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan cirri-ciri
umum
dari
sekelompok
objek,
fakta
peristiwa
atau
fenomena
lainnya.(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian
-konsep/ ).
b.
Tinjauan tentang energi cahaya
Maskoeri Jasin menyatakan bahwa Energi cahaya terutama cahaya
matahari banyak diperlukan terutama oleh tumbuhan yang berhijau
baun.Tumbuhan itu membutuhkan energi cahaya untuk mengadakan proses foto
sintesis.
commit to user
(kembalinya elektron yang sudah tereksitasi ke tempatnya semula). Elektron
tersebut berada dalam tereksitasi karena diberikan energi (misalnya energi
cahaya). Untuk kembali ke keadaan awalnya energi tersebut harus dilepaskan
kembali(dilepaskan dalam bentuk energi cahaya). Sinar LASER (Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation) mempunyai karakteristik
tersendiri: monokromatik ( satu panjang gelombang yang spesifik), koheren(pada
frekuensi yang sama), dan menuju satu arah yang sama sehingga cahayanya
menjadi lebih kuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik. Cahaya
biasa(bukan sinar laser)memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda pula
(incoherent light) sehingga cahayanya termasuk cahaya yang lemah. Energi
cahaya dapat menolong kita untuk melihat benda. Mata dapat mendeteksi adanya
energi cahaya. Contoh benda-benda yang mempunyai energi cahaya antara lain:
•
Cahaya matahari
•
Cahaya bintang
•
Cahaya lampu senter
•
Cahaya lampu listrik
•
Cahaya las karbit
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak.Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton
Kedua definisi diatas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
commit to user
c.
Tinjauan tentang pembelajaran IPA
a.
Pengertian belajar
Menurut Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford(1992) dalam
Nabisi Lanopo,Belajar adalah kegiatan pemrosesan informasi, neurofisiologi, dan
sains kognitif.
Lebih
lanjut
Menurut
Chatarina
Tri
Anni
(2004)
dalam
(
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-pembelajaran
di unduh tanggal 3 Maret 2011), belajar merupakan sebuah sistem
yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku.Selanjutnya Menurut Harold Spears dalam
Agus Suprijono (2009:2), learning is to observer to read,to imitate,to try
something themselves, to listen, to follow direction. Dengan kata lain, belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu.
Lebih lanjut menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra(2008)
mendefinisikan bahwa:”Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
dilakukan
oleh
manusia
untuk
mendapatkan
aneka
ragam
kemampuan,keterampilan, dan sikap. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur di
mulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau
dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang
menjalani proses belajar itu.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa unsur yang termasuk ciri-ciri adanya proses belajar yaitu : 1)Usaha
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, nilai, dan sikap; 2)Belajar
menghasilkan adanya perubahan tingkah laku; 3)Belajar yang efektif adalah
melalui pengalaman; 4)Perubahan tingkah laku adalah hasil interaksi aktif dengan
lingkungannya.
commit to user
senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, menerima, menolak,
mencari sendiri dan juga mengubah terhadap lingkungannya.
b.
Pengertian pembelajaran
Menurut Robert W. Gagne dalam Nabisi Lanopo,pembelajaran sebagai
pengaturan peristiwa yang ada diluar diri seseorang peserta didik ,dan dirancang
serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar.Sedangkan menurut UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
.(
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-belajar-dan-pembelajaran
diunduh tanggal 15 Maret 2011).
Dari kedua definisi tersebut ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:
pertama, belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif
permanen. Dalam hal ini guru berperan sebagai pelaku perubahan( agent of
change). Kedua, anak didik memiliki potensi yang secara kodrati untuk
ditumbuhkembangkan secara terus menerus.
Proses pembelajaran diharapkan dapat membantu para siswa untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Ketiga, perubahan atau
pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linier sejalan proses kehidupan.
Artinya proses belajar mengajar didesain khusus demi tercapainya kondisi atau
kualitas ideal seperti yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan guru guna mengembangkan potensi yang
ada pada diri anak untuk mencapai suatu perubahan perilaku yang relatif
permanen.
c.
Pengertian mata pelajaran IPA
Menurut Depdiknas 2006,Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara terbimbing.IPA merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip , proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan
Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
commit to user
kegiatan praktis untuk mengembangkan komptensi agar siswa mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar cecara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Lebih jauh Carin menyatakan bahwa,IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis,yang didalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam.Perkembangan Science tidak hanya
ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga timbulnya metode ilmiah dan
sikap ilmiah. (http://techonly13.wordprees.com/2009/07/04/definisi-ipa/)
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetehuan yang mempelajari alam sekitar
baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengematan langsung dari
berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.
d. Prinsip pembelajaran IPA di SD
Menurut Asy’ari,Muslicah (2006:25) memaparkan prinsip pembelajaran
IPA di SD sebagai berikut : (a)Empat pilar pendidikan global,yang meliputi
learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together;
(b)Prinsip inkuiri; (c) Prinsip konstruktivisme; (d) Prinsip salingtemas
(sains,lingkungan,teknologi,masyarakat); (e) Prinsip pemecahan masalah ; (f)
Prinsip pembelajaran nilai ; (g) prinsip pakem.
Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang
kontekstual di SD, Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa,sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa
maksimal.(http://www.sekolahdasar.net).
e. Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Tujuan Pengajaran IPA menurut Depdiknas(2006) bertujuan agar siswa :
a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan,keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya; b) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) mengembangkan rasa ingin tahu,sikap
commit to user
IPA,lingkungan,teknologi dan masyarakat; d) mengembangkan ketrampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat
keputusan; e) memperoleh bekal pengetahuan,konsep,dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
2.
Tinjauan tentang model pembelajaran kuantum
a.
Konsep model Pembelajaran Kuantum
Menurut Porter dan Hernacki(1999:15) pembelajaran Kuantum adalah
seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis
untuk semua tipe orang dan segala usia. Pembelajaran Kuantum pertama kali
digunakan di supercamp. Di supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri,
keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang
menyenangkan.
Menurut Porter dan Hernacki (1999:16) Pembelajaran Kuantum
didefinisikan sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika adalah
kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Atau
sudah biasa dikenal dengan E=mc
2. Tubuh kita secara materi di ibaratkan sebagai
materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya;
interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Menurut Porter dan Hernacki(1999:14), Pembelajaran Kuantum berakar
dari upaya Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology”
atau
“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau pun
negatif, ada beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti
positif yaitu mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar didalam
kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran
commit to user
Menurut De Porter dan Hernacki(1999:16) pembelajaran Kuantum
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP(Program
Neurolinguistik) dengan teori, kenyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk
diantaranya konsep-konsep kunci dari sebagai teori dan strategi belajar yang lain
seperti : 1)Teori otak kanan atau kiri; 2)Teori otak 3 in 1; 3)Pilihan
modalitas(visual, auditorial dan kinetik); 4)Teori kecerdasan ganda; 5)Pendidikan
Holistik(menyeluruh); 6)Belajar berdasarkan pengalaman; 7)Belajar dengan
simbol (Metaphoric Learning); 8)Simulasi atau permainan.
Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada
interaksi anatar siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan,
fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak menonton
diantaranya melalui penggunaan music pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut De Porter dan Hernacki (1999:12)
dengan belajar menggunakan pembelajaran Kuantum akan didapatkan berbagai
manfaat yaitu:
1)
Bersikap positif
2)
Meningkatkan motivasi
3)
Keterampilan belajar seumur hidup
4)
Membaca dengan cepat
5)
Berpikir kreatif
6)
Mengembangkan hafalan yang menakjubkan
b.
Karakteristik Pembelajaran Kuantum
Menurut Sugiyanto (2008:63) menyatakan model pembelajaran kuantum
memiliki beberapa karakteristik umum : 1)Pembelajaran Kuantum berpangkal
pada psikologi kognitif, sehingga pandangan tentang pembelajaran, belajar dan
pebelajar dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; 2)Pembelajaran
kuantum lebih bersifat humanistic, sehingga manusia selaku pebelajar menjadi
pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan
sebagainya dari pebelajar yang diyakini dapat berkembang secara maksimal atau
optimal; 3)Dalam model pembelajaran kuantum, nuansa konstruktivisme relativ
commit to user
pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran; 4)Pembelajaran kuantum berupaya memadukan dan
mengolaborasikan factor petensi diri manusia selaku pebelajar dengan lingkungan
sebagai konteks pembelajar. Dalam pandangan pembelajaran kuantum,
lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama
pentingnya dan saling mendukung; 5)Model pembelajaran kuantum memusatkan
perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dapat dikatakan bahwa
interaksi tela menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum.
Karena itu pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi,
frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Proses
pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan
bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah
pebelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pebelajar.
Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran;
6)Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada percepatan pembelajaran
dalam taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran kuantum, proses
pembelajaran harus berlangsung cepat, dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu,
segala hambatan dan halangan yang dapat memperlambat proses pembelajaran
harus dihilangkan atau dimanipulasi. Disini berbagai cara dapat dipergunakan,
misalnya dengan pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan,
lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks dan sebagainya. Jadi
segala sesuatu yang mendukung percepatan pembelajaran harus diciptakan dan
dikelola
sebaik-baiknya;
7)Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, menimbulkan suasana nyaman,
segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan, sedang kepura-puraan
menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan. Pembelajaran kuantum
sangat
menekankan
pada
kebermaknaan
proses
pembelajaran.
Proses
pembelajaran yang tidak bermakna dapat menumbuhkan kegagalan, dalam arti
tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu segala upaya yang
memungkinkan tujuan kebermaknaan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar
commit to user
pembelajaran yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks
pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh,
lingkungan yang menggairahkan dan mendukung serta rancangan belajar yang
dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
lentur, ketrampilan belajar dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak
terpisah dan saling mendukung, sehingga akan membuahkan keberhasilan
pembelajaran; 9)Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis keterampilan hidup, dan prestasi. Ketiganya harus
diperhatikan dan dikelola secara seimbang dan relative sama dalam proses
pembelajaran, tetapi juga terbentuknya ketrampilan akademis dan proses prestasi
pembelajaran,
tetapi
juga
terbentuknya
ketrampilan
hidup
pebelajar;
10)Pembelajaran keantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban. Oleh karena itu dalam pembelajaran kuantum
diakuai adanya keragaman gaya pelajar, dikembangkan aktivitas-aktivitas yang
beragam
dan
digunakannya
bermacam-macam
kiat
metode
untuk
memfasilitasinya
c.
Prinsip-prinsip dalam model Pembelajaran Kuantum
Menurut De Potter, Reardon, singer-Nourie (2000:36),Dalam model
pembelajaran kuantum adalah membawa dunia memreka (pebelajar/siswa)
kedalam dunia kita(pebelajar). Setiap bentuk interaksi dengan pebelajar, setiap
rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun diatas
prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dan
memahami dunia siswa, sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga
mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan
siswa, untuk itu pengajar dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki siswa sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini pengajar akan mudah
membelajarkan siswa baik dalam bentuk memimpin, mendampingi dan
memudahkan siswa menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut
dapat dilaksanakan, maka siswa akan memperoleh pemahaman baru yang
bermanfaat dalam menghadapi permasalahan yang mereka temui, sehingga terjadi
commit to user
Selain itu dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni, dimana dalam
penerapannya digunakan beberapa prinsip-prinsip dasar, yaitu : 1)Mengetahui
bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran kuantum segala sesuatu mulai
lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang
sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan
rancangan
pembelajaran,
semuanya
mengirim
pesan
tentang
maksud
pembelajaran; 2)Mengetahui bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi
dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak
bertujuan, sehingga baik siswa harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya
selalu bertujuan; 3)Menyadari bahwa pengalaman mendahului penanaman. Proses
pembelajaran yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
tersbut sebelum mereka memperoleh nama terhadap apa yang mereka pelajari.
Apabila hal ini terjadi, maka proses pembelajaran akan lebih bermakna;
4)Mengetahui setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Seperti diketahui
bahwa pembelajaran atau belajar merupakan suatu proses perubahan yang dapat
terjadi pada aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik. Dalam proses
pembelajaran berarti pembelajaran akan membongkar pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Pada waktu pembelajaran melakukan langkah ini, mereka
patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepecayaan diri mereka.
Bahkan sekalipun mereka melakukan kesalahan, perlu diberi pengakuan atas
usaha yang mereka lakukan; 5)Menyadari bahwa sesuatu yang layak dipelajari
layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh siswa sudah pasti
layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas sesuatu yang telah dipelajari
dapat memberikan belikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi
positif dengan pembelajaran. Berdasarkan pada prinsip dasar model.
Pembelajaran kuantum dapat disusun kerangka rancangan bagi guru
mengacu pada kepanjangan dari “TANDUR”. Dapat dilakukan prosedur
pembelajaran sebagai berikut :
a)
T = Tumbuhkan, minat dengan mengatakan :
Apa Manfaatnya
commit to user
Prinsip tumbuhkan manfaat akan dilalui siswa ketika mereka
mengetahui menfaat yang diperoleh dari mempelajari suatu
materi
b)
A = Alami, artinya menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.
Prinsip Alami dapat dilakukan dengan memanfaatkan
modalitas
belajar
siswa
baik
visual,
audio
maupun
kinestetiknya, salah satunya melalui pemanfaatan music. Hal
ini dilakukan yang mengiringi siswa pada saat mempelajari
suatu materi, menganalisa dan menyelesaikan suatu kasus
secara berkelompok. Pada saat siswa membentuk kelompok
/bergabung dengan kelompoknya diputarkan music dengan
tempo dan volume yang agak keras. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan gairah belajar siswa. Kemudian setelah siswa
berada dalam kelompoknya dan mulai mengerjakan tugas,
diiringi music dengan tempo lambat dan lembut. Hal ini
dimaksudkan
untuk
membantu
siswa
meningkatkan
konsentrasi.
c)
N =Namai, menyediakan kata kunci pada konsep, model,
rumus, strategi. Prinsip namai dapat diimplementasikan dengan
cara tiap-tiap kelompok diberi nama sesuai dengan konsep atau
tema
pembelajaran.
Masing-masing
kelompok
akan
mempekenalkan cirri-ciri dari kelompok masing-masing
diiringi dengan yel-yel kelompok. Pad tahapan ini dari hasil
diskusi kelompok, siswa akan mengetahui konsep-konsep dari
materi pembelajaran
d)
D = Demonstrasi, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka tau dan pasti bisa. Prinsip
Demonstrasikan dapat diimplementasikan dengan cara tiap
kelompok mempresentasikan tugasnya didepan kelas. Tujuan
commit to user
dalam proses pembelajaran. Pada tahapan ini guru adalah
meyakinkan siswa dengan memberikan penguatan bahwa
mereka mampu melakukannya. Bila anggota kelompok ada 5
orang siswa, maka dari mereka ada yang bertugas mengkonsep
materi, presentasi, membuat contoh dan membuat pertanyaan
dari kelompok lain. Dengan rancangan ini semua siswa akan
terlibat secara aktif dan akan menunjukkan kemampuannya.
e)
U = Ulangi, menunjukkan kepada siswa secara mengulang
materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu
ini”. Prinsip ulangi dapat diimplementasikan dengan cara siswa
mengulang atau membahas contoh-contoh soal, tugas guru
adalah memberikan penekanan-penekanan. Hal ini berguna
untuk menghindari salah satu konsep yang timbul atau
keraguan yang ada.
f)
R = Rayakan, memberikan pengakuan, reward/ hadiah atas
selesainya suatu tugas, atas partisipasinya dalam berbagai
kegiatan/ keterampilan atau pemerolehan pengetahuan. Prinsip
Rayakan dapat diimplementasikan dengan cara guru berusaha
memberikan Reward (hadiah)atau pengakuan atas presasi
maupun partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
dapat dilakukan antara lain dengan pemberian pujian, tepuk
tangan, dan lain-lain.
1650 Technology Drive Suite 800,The International Journal of Quantum
Chemistry is corcerned with the quantum mechcnical description of the
stuctur,properties,and dynamics of atoms,molecules,condensed, matter,and
biomoleculer systems.the Journal is interested in publishing applications where
quantum mechanical concepts interact with moleculer.(http://www.quantum.com)
N.Yngve Ohrn,Quantum Corporation is a leading supplier of digital linear
tape(DLT) technology used to backup data.It has sold more than 100 million
half-inch cartridge tapes for the two million DLT tape drives in use.Quantum also
commit to user
B.
Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh: Istichomah, dengan judul
peningkatan pemahaman konsep energi panas dalam mata pelajaran IPA melalui
model pembelajaran kuantum pada siswa kelas IV di SD N Bonagung I,dapat
disimpulkan(1).Dengan penggunaan model kuantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep energi panas. Hal ini dapat dilihat dari capaian nilai rata-rata
kelas terjadi peningkatan secara optimal .
Hal
ini
dibuktikan
dengan
adanya
peningkatan
pemahaman
dalam
mendefinisikan,mengidentifikasi,mengelompokkan,maupun
menerapkan
pemahaman konsep energi panas dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aji Wasito dengan judul
peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode
kuantum pada siswa kelas 1V SD N Sapen 03, kecamatan mojolaban kabupaten
sukoharjo tahun 2009/2010.Menyimpulkan dengan model pembelajaran kuantum
dapat
mengatasi
hambatan-hambatan
siswa
dalam
kemampuan
kognitifnya,sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Adapun persamaan penelitian saya dan Istichomah serta Aji Wasito adalah
pada variabel X yaitu penggunaan model pembelajaran Kuantum. Perbedaan pada
penelitian kami adalah pada variabel Y. Pada penelitian saya variabel Y,
penguasaan konsep energi cahaya, sedangkan Istichomah variabelnya pemahaman
konsep energi panas, dan Aji Wasito variabelnya tentang peningkatan kemampuan
kognitif pada pembelajaran IPA.
C.
Kerangka Berfikir
commit to user
Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka lama kelamaan akan merugikan
siswa. Prestasi mereka akan semakin menurun.
Melihat kejadian tersebut, peneliti mempunyai alternativ untuk melakukan
tindakan guna meningkatkan pemahaman siswa tentang “Konsep Energi Cahaya”.
Upaya yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan merubah model pemebelajaran
lama dengan model yang baru. Model pembelajaran yang digunakan dalam rangka
meningkatkan pemahaman tentang “Konsep Energi Cahaya” pada siswa kelas II
adalah model pembelajaran Kuantum. Penggunaan model pembelajaran kuantum
anak akan merasakan gembira, serta mendapatkan pengetahuan, keterampilan
dalam pengalaman belajarnya. Untuk meningkatkan pemahaman proses
commit to user
[image:34.595.115.511.148.581.2]Berdasarkan uraian di atas, secara skematis kerangka alur berfikir
dapat dilihat pada gambar I
Gambar I : Alur Kerangka Berfikir
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi
akhir
Guru belum menggunakan model pembelajaran kuantum
Pemahaman konsep energi cahaya rendah
Guru menggunakan model pembelajaran
kuantum
Siklus I
1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya
2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum
Siklus III
1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya
2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum Siklus II
1. Meningkatkan pemahaman
konsep energi cahaya
2. Mendemonstrasikan perambatan
cayaha menggunakan model pembelajaran kuantum
Di duga melalui model pembelajaran kuantum meningkatkan pemahaman
commit to user
D.
Hipotesis penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah di uraikan
diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan waktu penelitian
1.
Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karanganyar 03
Weru Sukoharjo. Alasan pemilihan tempat ini karena sekolah ini sebagai tempat
mengajar peneliti sehingga dengan pertimbangan tempat mengajar dan data-data
yang diperlukan mudah didapatkan serta peneliti dapat secara langsung
menggunakan data-data yang ada sebagai pertimbangan untuk langkah atau
tindakan selanjutnya. Dipilih kelas II karena peneliti melihat bahwa pembelajaran
IPA di kelas II, siswanya kurang berminat dalam mengikuti kegiatan
belajar-mengajar.
2.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan Selama enam bulan, yakni bulan Mei-Juni
2011. Dengan rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel
1 hal 90.
B.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek penelitian siswa dan guru
kelas II SD Negeri Karanganyar 03 Weru Sukoharjo. Dalam pembelajaran IPA
pokok bahasan panas. Jumlah siswa kelas IV sebanyak 38 anak, dengan perincian
laki-laki 14 anak dan Perempuan 24 anak.
C.
Sumber Data
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian
ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut digali dari
berbagai sumber dan jenis yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu:
commit to user
2.
Data sekunder yaitu arsip yang berupa nilai,raport dan tes hasil belajar
serta kegiatan belajar mengajar di kelas II Sekolah Dasar Negeri
Karanganyar 03 Weru Sukoharjo dan proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesusai dengan apa yang diharapkan dalam
penelitian, diperlukan alat dan metode untuk mendapat data yang tepat dan
objektif. Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian
yang akan dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto,Observasi adalah mengamati atas hasil atau
dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Kegiatan
yang dilakukan adalah melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi
ketika tindakan berlangsung.
Dalam melakukan pengamatan ini, peneliti mencatat sedikit demi sedikit
apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat, serta mengamati jalannya
proses pembelajaran berlangsung. Selain mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung juga mengamati kerja guru dalam mengelola kelas. Observasi siswa
difokuskan pada hasil belajar IPA selama proses pembelajaran berlagsung.
Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran kuantum. Hasil observasi didiskusikan bersama guru
pengampu untuk kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui berbagai
kelemahan ataupun kelebihan dalam penerapan pembelajaran kuantum yang telah
dilakukan untuk kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati
bersama antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus
berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada perilaku guru saat mengajar,
observsi ini difokuskan pada perilaku para siswa sebelum tindakan dan ketika
tindakan berlangsung berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPA pada konsep
commit to user
2.
Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (1997:206) menyatakan,Dokumentasi adalah suatu
proses pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel.Teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data-data tertulis, serta digunakan sebagai gambaran secara
lengkap tentang dokumen dan arsip. Dokumen atau arsip, yang berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai, kriteria ketuntasan minimal, silabus dan
program semester, daftar hadir siswa hasil pekerjaan siswa dan buku analisis
penilaian dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru kelas II.
3.
Tes
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa atau seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap energi
cahaya. Syarat tes yang baik adalah harus memiliki 2 hal yaitu validasi dan
reabilitas.Validitas mencakup 4 hal yaitu : validitas isi, validitas susunan, validitas
bandingan, validitas ramalan. Tes dilakukan sebelum dilaksanakan pembelajaran
kuantum dan sesudahnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui peningkatan
pemahaman siswa terhadap energi cahaya pada pembelajaran sebelum
menggunakan model kuantum maupun sesudahnya. Materi tes berisi tentang
“Energi Cahaya”.
E.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalam model
diskriptif komparatif yaitu membandingkan antar siklus. Menurut Sarwiji
Suwandi (2009:143)”Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas
lebih dari 50%,peserta didik dapat mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti
remedial untuk KD yang belum tuntas.Sebaliknya,apabila nilai indikator dari
suatu KD lebih kecil dari kriteria ketuntasan,dapat dikatakan peserta didik belum
menuntaskan indikator tersebut”.
F. Indikator Pencapaian
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:72) indikator kinerja merupakan rumusan
commit to user
commit to user
Tabel 2.Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian untuk Aspek Kualitas Proses
Indikator
Keberhasilan
Aspek yang
diukur
Target Capaian
Cara mangukur
1.Proses
pembelajaran
2.Hasil
Penbelajaran
Kualitas Proses
Kemampuan
konsep energi
cahaya
1.Siswa
menunjukkan
kesungguhan
dalam mengikuti
pembelajaran
IPA,khususnya
pada
pokok
bahasan
energi
cahaya.
2.Siswa
bersemangat
dalam
pembelajaran dan
berani
mengemukakan
pendapat.
85% dari seluruh
siswa
memperoleh nilai
> 62 atau jumlah
siswa
yang
belajar
tuntas
meningkat
Diamati
pada
saat
pembelajaran
dengan
menggunakan
lembar observasi
oleh peneliti dan
dihitung jumlah
siswa yang aktif
dalam mengikuti
pembelajaran
IPA pada pokok
bahasan
energi
cahaya.
Tes
G. Prosedur Penelitian
commit to user
1.
Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan pemantauan keadaan siswa yang akan diteliti dan
mempersiapkan semua instrumen. Pada penelitian tindakan kelas ini,
digunakan 6 instrumen yaitu:
a.
Silabus
b.
Rencana Pembelajaran
c.
Media Pembelajaran
d.
Lembar Observasi Siswa
e.
Lembar Observsi Guru
f.
Alat Evaluasi (tes)
2.
Pelaksanaan
a.
Siklus I
1)
Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyiapkan
materi untuk siklus I.
2)
Tindakan
Proses tindakan dalam siklus I adalah:
a)
Satu atau dua hari sebelum proses belajar dan mengajar
berlangsung member tugas kepad asiswa untuk membaca dn
mempelajari materi tentang “Energi Cahaya”.
b)
Siswa mengamati demonstrasi alat-alat yang menghasilkan Energi
cahaya di depan kelas.
c)
Siswa diberi tugas untuk mengemukakan gagasan atau ide dari
informasi demonstrasi. Kemusian siswa melakukan percobaan I
besama kelompoknya, sebagai hasil diskusi bersama kelompoknya.
d)
Siswa mencoba mempresentasikan hsil diskusi kelompoknya
mengenai masalah yang dibahas dari percobaan tersebut tentang
materi energi cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan
tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh
temannya tadi.
commit to user
Observsi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dn guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
4)
Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan
data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang
dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus berikutnya.
b.
Siklus II
1)
Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan
menyampaikan materi untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I.
2)
Tindakan
Proses tindakan dalam siklus II adalah:
a)
Siswa diberi tugas untuk mengungkapkan pengalamannya
mengenai “Energi Cahaya” yang telah dijelaskan oleh guru.
b)
Siswa melakukan sebuah percobaan ke II bersama kelompoknya
sebagai hasil pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya
mengenai energi cahaya dan memahami proses perambatan cahaya.
c)
Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan
diskusi dalam kelompoknya mengenai “Energi Cahaya” dn
memahami proses perambatan panas dan siswa yang lain dapat
memberikan tanggapan dari hasil presentasi yang telah
disampaikan oleh temannya tadi.
commit to user
3)
Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
4)
Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah
dilakukan digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil
analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan
sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
c.
Siklus III
1)
Perencanaan
Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyampaikan
materi untuk siklus III berdasarkan hasil refleksi pada siklus II.
2)
Tindakan
Proses tindakan dalam siklus III adalah:
a)
Siswa melakukan percoban ke-3 bersama kelompoknya sebagai hasil
pengamatan dan diskusi dalam kelompoknya tentang energi cahaya
dan memahami proses perambatan cahaya.
b)
Siswa membuat sebuah laporan sementara dengan kelompoknya
sebagai hasil percobaan.
c)
Siswa mencoba mempresentasikan hasil percobaan tersebut dan
diskusi dalma kelompknya mengenai “Energi Panas” dan memahami
proses perambatan cahaya dan siswa yang lain dapat memberikan
tanggapan dari hasil presentasi yang telah disampaikan oleh temannya
tadi.
d)
Guru menjelaskan dan member penguatan tentang materi energi
cahaya dan proses perambatan cahaya dengan pembelajaran kuantum
yang telah dibuat oleh guru tersebut.
commit to user
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Aspek-aspek yang diamati adalah perilaku siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung.
4)
Analisis dan Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis,
sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk
memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data
yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan
commit to user
[image:45.595.217.493.145.663.2]commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD negeri
Karanganyar III yang beralamat di dukuh Tlemek RT 02/04 desa karanganyar
kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo.Sekolah dasar negeri karanganyar 03 ini
berdiri pada tanggal 1 juli 1977.Sekolah ini letaknya sangat strategis yaitu dengan
jalan umum sehingga memudahkan siswa menuju ke sekolah ini.Sekolah dasar
negeri Karanganyar 03 ini mempunyai jumlah siswa terbanyak kedua dalam satu
kecamatan,dengan jumlah siswa keseluruhan dari kelas 1 hingga kelas 6 sebanyak
193 siswa.Selaku kepala sekolah Bp.Tolu Winarto yang membawahi 13 guru dan
karyawan.Sekolah sekolah dasar negeri karanganyar 03 mempunyai 1 ruang
guru,1 ruang kepala sekolah yang menyatu dengan ruang guru.Sekolah ini juga
mempunyai 6 ruang kelas,1 ruang UKS,1 ruang perpustakaan,1 ruang komputer
dan 1 aula sebagai gedung pertemuan.Aula di sekolah dasar negeri 03 menjadi
satu-satunya tempat pertemuan dan acara-acara penting se-Kecamatan Weru,
karena hanya sekolah ini yang mempunyai gedung pertemuan.
Halaman sekolahnya cukup luas, dikelilingi oleh bermacam-macam
tumbuhan yang memberikan kesejukan di sekolah ini.Fasilitas yang ada di
sekolah ini kurang memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagai mata
pelajaran yang tersedia kurang lengkap.Alat peraga tersebut tidak dimanfaatkan
oleh guru dengan baik dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas II SD Negeri Karanganyar III..
Pemilihan tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan: Pertama, peneliti
merupakan guru wiyata bakti di SD Negeri Karanganyar III. Kedua, sekolah
tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang serupa sehingga
terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Ketiga, berdasarkan hasil observasi
commit to user
Karakter siswa-siswi kelas II tempat penelitian tidak jauh berbeda
dengan kelas lain. Kebanyakan siswa menganggap IPA sebagai suatu mata
pelajaran sulit, sehingga penguasaan konsep energi cahaya belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA juga kurang optimal. Siswa masih
banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah konsep energi cahaya.
Hal itu menyebabkan rendahnya penguasaan konsep energi cahaya siswa pada
mata pelajaran IPA. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan
penelitian di kelas II. Peneliti menggunakan Model Pembelajaran Kuantum yang
dapat meningkatkan penguasaan konsep energi cahaya pada siswa kelas II.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri
Karanganyar III lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA, sehingga
penguasaan konsep energi cahaya siswa kelas II meningkat.
2.
Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan observasi pada siswa kelas II SD Negeri Karanganyar III,
tahun pelajaran 2010/2011 pada materi energi cahaya.
Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih
terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain:
a.
Pembelajaran yang digunakan Guru
Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berjalan seimbang antara guru dengan
siswa, dan dimana segala proses belajar mengajar berpusat pada guru sehingga
penguasaan konsep energi cahaya rendah.
commit to user
menggunakan
pembelajaran
yang
bersifat
konvensional.
Guru
belum
mengembangkan pembelajaran yang menarik yang dapat mengoptimalkan
kreativitas dan keaktifan siswa. Guru selama ini lebih mementingkan hasil akhir
pelajaran bukan proses pembelajaran.
b.
Teknik Menginteraktifkan Siswa
Kebiasaan lama mengajar, ketergantungan guru pada buku LK dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yaitu guru hanya meminta siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku LK. Dengan cara seperti ini
kegiatan pembelajaran konsep energi cahaya seolah-olah hanya berada pada
tataran kognitif sedangkan aspek psikomotorik yang seharusnya menjadi fokus
pembelajaran konsep energi cahaya tidak mempeoleh proporsi yang seharusnya.
Dalam proses belajarpun hanya terlihat interaksi dua arah, yaitu antara
guru dengan siswa saja. Guru tidak menciptakan interaksi antara siswa dengan
siswa atau siswa dengan kelompok. Sehingga siswa ragu-ragu dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan ,
c.
Permasalahan yang ditemui pada diri siswa.
Siswa kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran, cenderung tidak
serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memaparkan materi pelajaran,
tidak berani tampil di depan kelas, siswa kurang antusias dalam menjawab
pertanyaan guru, dan siswa cenderung menunjukkan sikap jenuh dan bosan pada
pembelajaran yang diterapkan guru, dilihat dari sikap siswa yang asyik bermain
sendiri ataupun mengobrol dengan teman.
Rendahnya penguasaan konsep energi cahaya cacah siswa kelas II yang
ditunjukkan dari nilai ulangan mengenai penguasaan konsep energi cahaya yaitu
dari 38 siswa hanya 5,26 % atau 2 siswa yang mendapat nilai di atas sama dengan
batas KKM. Sedangkan 94,73 % atau 36 siswa berada di bawah batas KKM yaitu
62.
Fakta hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas
II di SD Negeri Karanganyar 03 mendapatkan nilai rendah pada materi pokok
konsep energi cahaya. Dengan demikian konsep energi cahaya siswa kelas II SD
commit to user
[image:50.595.113.512.170.645.2]Berdasarkan hasil nilai belajar siswa pada lampiran 2 di halaman 72,maka
dapat dibuat table seperti berikut:
Tabel 4.1. Frekuensi Data Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Nomor
Rentang Nilai
Frekuensi(fi)
Nilai
Tengah
(fi) x (xi)
Prosentase
1
20 –28
1
24
24
2,63 %
2
29 – 37
6
33
198
15,7 %
3
38 – 46
16
42
672
39,47 %
4
47 – 55
10
51
510
21,05%
5
56 – 64
2
60
180
2,63 %
6
65 – 73
3
69
207
7,89 %
Jumlah
38
555
1791
100 %
Berdasarkan tabel 3. maka dapat digambarkan pada grafik.
KKKK1
Gambar 5. Grafik Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 banyak siswa yang
memperoleh di bawah batas nilai KKM yaitu 62. Data ketuntasan belajar pada
kondisi awal dapat diketahui pada tabel di bawah ini.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 nilai tengah fr e k u e n s i
commit to user
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes sebelum Tindakan
No
Ketuntasan
Jumlah Siswa
Pra Siklus
Jumlah
Persen
1 Tuntas
3
7,89 %
2 Tidak Tuntas
35
92,11 %
Jumlah
38
100 %
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03 sebanyak 38 siswa hanya 3
siswa atau 7,89 % yang memperoleh nilai di atas sama dengan batas nilai KKM.
Sebanyak 35 siswa atau 92,11 % memperoleh nilai di bawah batas nilai KKM
yaitu 62.
[image:51.595.112.515.142.598.2]Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan dapat ditujukkan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan
No
Keterangan
Tes Awal
1
Nilai terendah
20
2
Nilai tertinggi
65
3
Rata-rata nilai
42
commit to user
[image:52.595.117.507.174.484.2]Untuk memperjelas hasil rata-rata nilai tes sebelum dilakukan tindakan
dapat digambarkan dalam grafik berikut ini
Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Nilai Tes Siswa sebelum Tindakan
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa
penguasaan konsep energi cahaya oleh siswa kelas II SD Negeri Karanganyar 03
masih kurang. Adanya. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru
untuk melaksanakan pembelajaran energi cahaya melalui Model Pembelajaran
Kuantum.Dan nila
3.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi data pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari deskripsi tindakan siklus I,deskripsi tindakan siklus II, dan deskripsi
tindakan siklus III setiap siklus 2 kali pertemuan masing- masing terdiri atas 4
tahapan yaitu, (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan (4) refleksi tindakan
a.
Deskripsi Tindakan Siklus I
Penerapan pembelajaran konsep energi cahaya pada siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Kuantum sebagai berikut:
65
20
42
0
10
20