ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT
ANGIOTENSIN
CONVERTING ENZYME
(ACE) INHIBITOR DENGAN
CALCIUM CHANNEL
BLOCKER
(CCB) PADA PENGOBATAN PENYAKIT HIPERTENSI
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2013
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
YAN DEMAGA PUTRA
K 100090117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA ANTARA OBAT
ANGIOTENSIN
CONVERTING ENZYME
(ACE) INHIBITOR DENGAN
CALCIUM CHANNEL
BLOCKER
(CCB) PADA PENGOBATAN PENYAKIT HIPERTENSI
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2013
ANALYSIS OF COST-EFFECTIVENESS BETWEEN ACE-INHIBITOR WITH
CCB IN HYPERTENSIVE DISEASE INPATIENT IN
THE X HOSPITAL IN 2013
Yan Demaga Putra dan Nurul Mutmainah
FakultasFarmasiUniversitasMuhammadiyah Surakarta Jl. A YaniTromolPos I PabelanKartasura
e-mail :yandemaga117@gmail.com
ABSTRAK
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Pembiayaan kesehatan di Indonesia semakin meningkat. Perlu dilakukan analisis efektivitas biaya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya medik langsung dan menganalisis obat antihipertensi yang cost-effective bagi pasien hipertensi rawat inap di RumahSakit “X” tahun 2013.Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data yang diambil merupakan data retrospektifyang dilakukan di RumahSakit “X”berdasarkan data rekam medis, laboratorium dan plafon harga obat di administratif. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya adalah data efektifitas terapi antihipertensi dan biaya medik langsung.Hasilpenelitianmenunjukkanbiaya medik langsung terkecil adalah CCB yang dirawat di ruangan kelas III yaitu Rp 294.895. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu sebesar Rp 977.355,5.Terapi antihipertensi paling cost effective berdasar ACER adalah golongan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas III yaitu sebesar 3.250,26.Terapi antihipertensi yang cost-effective berdasarkan ICER adalah ruang perawatan kelas III adalah karena menunjukkan hasil 16,04.
Kata kunci : Hipertensi, pesien rawat inap, analisis efektivitas biaya
ABSTRACT
Hypertension is a major risk factor heart disease such as myocardial anfarction, stroke, heart failure and death. Health financing in Indonesia has increased. Cost-effectiveness analysis is needed to assist in decision these medicine are effective in benefits and costs. This study aims to determine the direct medical cost and analyze cost-effective of antihipertensive drug for hypertensive patient hospitalized in the Hospital “X” in 2013.The research is non-experimental research with descriptive design. The data taken is retrospective data carried out in the hospital “X” based medical records. Data were taken for analysis of cost-effectiveness is data antihypertensive theraphy effectiveness and direct medical costs.The results showed, the smallest direct medical cost incurred is CCB on inpatient unit class III with a value Rp294.895. the biges direct medical cost incurred is CCB on inpatient unit first classwith a value Rp 977.355,5. The most cost effective antihypertensive therapy based on ACER is a ACEI used by patient in the inpatient unit class III with a value is 3.250,26. The most cost-effective antihypertensive therapy by ICER is a patient class III the result showed is 16,04.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung seperti infark miokard, stroke, gagal jantung dan kematian. Menurut JNC-VII, hampir satu milyar orang
menderita hipertensi di dunia. Tiga juta orang meninggal tiap tahun karena hipertensi (Chobanian et al., 2003). Hipertensi menyumbang 4,4% beban penyakit secara global dan prevalensinya sama antar negara maju dan negara berkembang (Wisløff et al., 2012). Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) dengan persentase biaya yang cukup besar tiap tahunnya. Menurut
National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi yang ada di Amerika tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991 (DEPKES,2006).
Seseorang dikatakan hipertensi ditandai dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg.
Pengobatan hipertensi bertujuan mendapatkan target tekanan darah dalam rentang yang normal, yaitu ≤140/90 mmHg pada berbagai kondisi pasien. Khusus pasien hipertensi dengan diabetes mellitus dan penyakit ginjal, tekanan yang dicapai adalah ≤130/80 mmHg (Chobanian et al., 2003). Harga dari obat antihipertensi sangat bervariasi, sehingga harga
obat menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk mempertimbangkan penggunaan obat bagi pasien. Analisis efektivitas biaya perlu dilakukan agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan obat yang efektif secara manfaat dan biaya (Wisloff et al., 2012)
Pengobatan hipertensi yang cukup menarik perhatian adalah banyaknya
penggunaan ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker sebagai pilihan terapi hipertensi. Sejak JNC (1997) dan WHO (1989) ACE-Inhibitor telah menjadi suatu golongan antihipertensi alternatif pertama setelah diuretik. ACE-Inhibitor efektif untuk hipertensi ringan, sedang sampai berat. Sebagai monoterapi, ACE-Inhibitor sama efektivitasnya dengan golongan antihipertensi lainnya. ACE-Inhibitor efektif sebagai antihipertensi pada
70% penderita (Setiawati dan Bustami,1995). Calcium Channel Blocker digunakan sebagai alternatif pilihan dan atau sebagai tambahan pada pasien hipertensi. Dibandingkan dengan antihipertensi lainnya, Calcium Channel Blocker lebih sering digunakan untuk mengontrol tekanan darah sebagai monoterapi pada pasien usia lanjut (Jackson,2007).
Angka kejadian penyakit hipertensi di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013 adalah 520
ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker dalam mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi tanpa penyulit.
Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi pola penggunaan obat antihipertensi
ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker untuk mengetahui efektifitas penggunaan
ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker dari sisi efek farmakologi dan sisiekonomi sehingga dapat diketahui antihipertensi yang lebih cost effectiveness diantara
ACE-Inhibitor dan Calcium Channel Blocker.
METODE PENELITIAN
Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif. Data yang diambil merupakan data retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit “X” berdasarkan data rekam medis. Data yang diambil untuk analisis efektifitas biaya adalah data efektifitas terapi antihipertensi dan biaya medik langsung.
Batasan Definisi Operasional
1. Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah. 2. Analisis efektifitas biaya adalah perbandingan efektifitas biaya dibandingkan dengan
biaya medik langsung pada pasien.
3. Biaya medik langsung (Direct Medical Cost) meliputi biaya rawat inap (terdiri atas
biaya rekam medis, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, biaya alat kesehatan, konsultasi dokter, visite dokter, biaya laboratorium, biaya obat antihipertensi).
4. Target terapi antihipertensi sesuai dengan target terapi yang ada di JNC VII yaitu ≤
140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan ≤ 130/80 mmHg untuk hipertensi dengan komplikasi diabetes mellitus atau kelainan ginjal (Chobanian et al., 2003) 5. Perubahan tekanan darah adalah nilai tekanan darah yang diukur oleh dokter pada saat
awal terapi antihipertensi hingga akhir perawatan rawat inap (pasien pulang)
6. Efektivitas adalah tercapainya penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat
antihipertensi yang diukur dengan persentase pasien yang mencapai target terapi. Alat dan Bahan
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pasien rawat inap yang terdiagnosa hipertensi di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013 yang mendapatkan terapi antihipertensi tunggal golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Calcium Channel Blocker
(CCB) selama masa rawat inap. Pengambilan data dengan total sampling dengan teknik
purposive sampling. Populasi dan sampel harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Pasien hipertensi yang menjalani rawat inapdengan usia ≥ 17 tahun.
2. Pasien rawat inap umum dengan biaya mandiri.
3. Pasien menggunakan obat antihipertensi terapi antihipertensi tunggal golongan
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Calcium Channel Blocker
(CCB) selama masa rawat inap dengan pertimbangan untuk mengukur biaya dan efektivitas dari obat antihipertensi yang digunakan oleh pasien.
4. Diagnosa utama pasien adalah hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta. Penyakit penyerta pasien yaitu Diabetes Melitus, Chronic Kidney Disease, penyakit kardiovaskuler (angina, stroke, acute miokard infark, gagal jantung) asma, dan hepatomegali.
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara total sampling dengan objek penelitian seluruh pasien
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013. Sampling dilakukan agar memperoleh data yang lebih akurat.
Jalannya Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit “X”. Tahap-tahap penelitian sebagai berikut : 1. Pengumpulan sampel dilihat dari daftar pasien hipertensi rawat inap yang ada di
instalasi Rekam Medik, kemudian dicatat nomor rekam medik untuk mendapatkan rekam medik pasien.
2. Pencatatan data rekam medik meliputi identitas pasien, diagnosa, obat antihipertensi yang digunakan, tekanan darah pasien, ruang perawatan serta lama perawatan pasien dirumah sakit.
3. Data biaya medik langsung dicatat dari rincian biaya rawat inap dan rincian harga obat yang didapat dari bagian Pengelolan Pendapatan.
4. Menghitung biaya medik langsung yang dan menganalisis data efektivitas obat.
Teknik Analisis
Analisis data dilakukan dengan teknik observasi dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari instalasi rekam medik dan bidang pengelolaan pendapatan menggunakan lembar pengumpulan data.
Data yang dicatat pada lembar pengumpulan data meliputi nomor rekam medis, identitas pasien (usia, jenis kelamin, tanggal masuk dan keluar rumah sakit, riwayat penyakit, diagnosa dan pola pengobatan), tes laboratorium yang dilakukan, perincian biaya pengobatan dan perawatan (berdasarkan Petunjuk Pelaksanan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar) meliputi biaya rawat inap (terdiri atasbiaya rekam medis, biaya pelayanan ruangan, biaya tindakan medis, konsultasi dokter, visite dokter) dan biaya laboratorium.
Setelah data-data terkumpul, dilakukan penghitungan biaya medik langsung pada tiap-tiap pasien, kemudian data biaya medik tersebut dijumlah per-golongan terapi dan dirata-rata. Data biaya medik langsung tersebut dapat digunakan untuk menghitung
Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER).
Biaya pada ACER merupakan rata-rata biaya medik langsung dari tiap obat yang dikelompokkan berdasar ruang perawatan, sedangkan efektivitas terapi adalah tercapainya penurunan tekanan darah setelah mengkonsumsi obat antihipertensi yang diukur dengan persentase pasien yang mencapai target terapi hipertensi (≤ 140/90 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan ≤ 130/80 mmHg untuk hipertensi dengan komplikasi diabetes mellitus atau kelainan ginjal) dari populasi pasien yang menggunakan obat.
Hasil dari CEA dapat disimpulkan dengan Incremental Cost-Effectiveness Ratio
(ICER). Jika hasil perhitungan ICER menunjukkan hasil negatif atau semakin kecil, maka suatu alternatif obat dianggap lebih efektif dan lebih murah, sehingga dapat dijadikan rekomendasi pilihan terapi (Andayani, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angka Kejadian HipertensiAngka kejadian penyakit hipertensi rawat inap di Rumah Sakit “X” pada tahun 2013 adalah 520 pasien. Pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi sebanyak 43, yaitu 28 pasien menggunakan terapi antihipertensi Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
rekam medik tidak lengkap, data pada administrasi tidak sesuai, pasien tidak mendapatkan pengobatan tunggal hipertensi, pasien hipertensi stage 2 dan pasien hipertensi dengan penyakit penyulit.
Demografi Pasien Hipertensi
Berdasarkan tabel 1, hipertensi banyak terjadi pada pasien perempuan. Kelompok usia yang paling banyak menderita hipertensi adalah 44-70 tahun (74,41%) kemudian lebih dari 71 tahun (18,60%) dan paling sedikit pada kelompok usia 17-43 tahun (6,97%).
Sebanyak 3 pasien menjalani rawat inap 1-2 hari (6,97%), 34 pasien menjalani rawat inap 3-4 hari (79,06%), 5 pasien menjalani rawat inap 5-6 hari (11,62%), dan 2 pasien menjalani rawat inap lebih dari 7 hari (4,65%).
Tabel 1. Distribusi Pasien Hipertensi Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Derajat Penyakit, Lama Rawat Inap, Diagnosa Penyakit, dan Penyakit Penyerta pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Keterangan Jumlah Persentase (%)
Usia Tanpa Penyakit Penyerta
36
Dari keseluruhan pasien (Tabel 1) 36 orang (83,72%) menderita hipertensi dengan penyakit penyerta dan 7 orang (16,27%) mengalami hipertensi tanpa penyakit penyerta. Penyakit penyerta pada pasien hipertensi adalah diabetes mellitus dan kardiovaskuler
Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi
Gambaran pengobatan yang dijalani di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” tahun 2013 dengan diagnosa hipertensi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Persentase Gambaran obat Antihipertensi pada Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” tahun 2013.
Golongan Obat Jenis Obat Kelas TD Awal TD akhir MT TMT Jumlah Total Persentase
Keterangan: MT= Mencapai Terapi, TMT= Tidak Mencapai terapi
Gambaran Penggunaan Obat Non Antihipertensi
Tabel 3. Persentase Gambaran Obat Non Antihipertensi pada Pengobatan Hipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Kelas Terapi Nama Obat Jumlah(N=267)
Larutan elektrolit Inf. RL 500 41
Inj. KAEN 9
Obat saluran cerna Inj. Ranitidin 31
Ranitidin tab. 2
Inj. Ondansentron 13
Antasida syr. 11
Aluminium hidroksida syr 12
Inj. Omeprazole 4
Multivitamin Vitamin B komplek tab 4
Sohobion tab 3
Analgesik non narkotik Inj. Natrium Metamizole 22
Paracetamol 500mg tab. 15
Asam mefenamat tab. 2
Kortikosteroid Inj. Methylprednisolon 4mg 5
Dexametason 0,5mg 1
Methylprednisolon 4mg tab 2
Psikofarmaka Actazolam tab. 3
Alprazolam 0,5mg 12
Alganax 0,25mg 3
Antidiabetik oral Metformin 500 tab. 5
Antimigrain Flunarizin 5 mg tab 2
Antimikroba Ciprofloxacin tab. 1
Obat jantung ISDN tab. 2
Antivertigo Betahistin mesilat 3
Berdasarkan tabel 3 penggunaan obat non antihipertensi paling banyak digunakan adalah infus ringer laktat sebanyak 41 pasien. Sedangkan penggunaan ciprofloxacin tab, dexanta tab, omeprazole tab, dexametason 0,5 mg, dan OMZ tab sebanyak 1 pasien.
Analisis Efektivitas Biaya
1. Biaya Medik Langsung
Terdapat empat komponen biaya yang ada dalam tabel 4 yaitu biaya rawat inap, biaya laboratorium, harga obat hipertensi dan harga obat lain yang digunakan pasien. Biaya rawat inap meliputi biaya rekam medis, biaya pelayanan kamar, biaya tindakan medis, konsultasi dokter, dan biaya visite dokter baik dokter umum maupun spesialis. Biaya laboratorium meliputi pemeriksaan urin, hematologi, dan kimia darah. Harga obat hipertensi merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat antihipertensi golongan
narkotik, psikofarmaka, kortikosteroid, obat saluran napas, antimigrain, obat jantung, antivertigo, dan antidiabetes merupakan biaya yang dikeluarkan pasien untuk obat selain obat antihipertensi.
Tabel 4. Rekapitulasi Biaya Medik Langsung Selama Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Ruangan Kombinasi Gol Obat
ܠത ± SD
Biaya Rawat Inap Harga Obat Antihipertensi
Harga Obat Lain Total Biaya / Biaya Medik Langsung
Kelas III ACEI 147.415,91±58.569,44 2.047,83±755,34 168.158,25±137.527,58 295.448,75±137.713,26 CCB 125.285,71±33.831,20 5.467,85±2.617,58 164.141,57±56.631,97 294.895±57.220,86
Kelas II ACEI 178.200,12±84.955,96 1.662,45±1.094,04 277.718,58±262.979,61 443.970±300.614,50 CCB 156.125±53.995,94 1.938,5±1.983,20 228.050±293.432,39 483.613,5±293.525,38
Kelas I ACEI 273.475±3.967,68 1.111,75±965,20 423.227±505.849,20 698.063,75±502.841,11 CCB 341.000±241.694,79 3.740±2.489,01 321.617±69.657,08 670.857±270.418,84
Kelas VIP ACEI 682.400±166.877,20 2.010,5±43,13 112.028±18.599,73 796.438,5±148.320,59 CCB 623.400±0 1.728±0 222.807±0 847.935±0
Kelas Utama ACEI 428.200±0 1.060±0 102.501±0 531.761±0
CCB 565.500±175.786,74 1.620±763,67 410.235,5±359.212,36 977.355,5±534.235,43
Dilihat dari tabel 4, biaya medik langsung terkecil adalah ACEI yang dirawat di ruangan kelas III yaitu Rp 295.448,75. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu sebesar Rp 977.355,5.
2. Efektivitas Terapi
Persentase efektivitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target penurunan tekanan darah dibandingkan dengan keseluruhan jumlah pasien yang dikelompokkan berdasarkan ruang perawatan dan kombinasi golongan obat yang digunakan.
Tabel 5. Persentase Efektivitas Terapi Antihipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013
Ruangan Kombinasi
Persentase efektifitas terapi dihitung berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target penurunan tekanan darah dibandingkan dengan jumlah pasien yang menjalani terapi obat tersebut (Tabel 5). Penggunaan obat CCB ruangan kelas II, ACEI kelas VIP, CCB kelas VIP pada pasien yang dirawat menunjukkan efektivitas 0%, karena dari satu pasien yang dirawat di ruangan tersebut tidak menunjukkan penurunan tekanan darah. Penggunaan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas II juga menunjukkan efektivitas yang kecil yaitu 44,44%.
3. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ACER
Penilaian analisis efektivitas biaya menggunakan metode ACER bertujuan untuk membandingkan total biaya suatu program atau alternatif pengobatan dibagi dengan keluaran klinis untuk menghasilkan perbandingan yang mewakili biaya tiap hasil klinis yang spesifik dan independen dari pembanding. Perhitungan ACER pada beberapa kombinasi obat antihipertensi di Rumah Sakit “X” tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6.
Nilai ACER paling tinggi ditunjukkan oleh obat golongan CCB pada pasien yang dirawat di ruangan kelas utama yaitu sebesar 19.547,11. Sedangkan nilai ACER yang paling kecil adalah obat golongan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas III yaitu sebesar 3.250,26. Dalam ACER semakin kecil nilai ACER maka, obat tersebut semakin cost-effective. Sehingga dapat disimpulkan bahwa obat golongan ACEI ruangan kelas III adalah obat yang paling cost-effective untuk terapi antihipertensi pada pasien rawat inap karena nilai ACER sebesar 3.250,26.
Tabel 6. Perhitungan ACER Kombinasi Obat Antihipertensi Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013
Ruangan Golongan Obat Total Biaya ( C ) Efektifitas (E) ACER ( C/E)
Kelas III ACEI 295.448,75 90,90% 3.250,26
CCB 294.895 57,14% 5.160,92
Kelas II ACEI 443.970 44,44% 9.990,32
CCB 483.613,5 0% ∞
Kelas I ACEI 698.063,75 75% 9.307,51
CCB 670.857 100% 6.708,57
Kelas VIP ACEI 796.438,5 0% ∞
CCB 847.935 0% ∞
Kelas Utama ACEI 531.761 100% 5.317,61
CCB 977.355,5 50% 19.547,11
4. Perhitungan Efektivitas Biaya Berdasarkan ICER
Analisis efektivitas biaya dengan menggunakan metode ICER dapat diketahui besarnya biaya tambahan untuk setiap perubahan satu unit efektivitas biaya. Selain itu, untuk mempermudah pengambilan kesimpulan alternatif mana yang memberikan
efektivitas-biaya terbaik. Berikut ini adalah analisis perhitungan menggunakan ICER pada terapi antihipertensi pada pasien rawat inap di Rumah Sakit “X” tahun 2013.
Tabel 7. Hasil Perhitungan ICER Terapi Antihipertensi pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit “X” Tahun 2013.
Ruangan Kombinasi Golongan Obat Kelas III ACEI 295.448,75 90,90%
593,75 33,76% 16,40
CCB 294.895 57,14%
Kelas II ACEI 443.970 44,44%
39.643,5 44,44% 892,06
CCB 483.613,5 0%
Kelas I ACEI 698.063,75 75%
27.206,75 25% 1088,27
CCB 670.857 100%
445.594,5 50% 8911,89
CCB 977.355,5 50%
Perhitungan pada Tabel 7menunjukkan analisis ICER untuk tiap ruangan
perawatan, yaitu kelas III diperoleh hasil ICER sebesar 16,40; kelas II sebesar 892,06;
kelas I sebesar 1088,27; kelas Utama sebesar 8911,89 dan kelas VIP tidak terhingga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa golongan obat yang paling cost-effective untuk pasien
pada ruang perawatan kelas III sebesar 16,40. Semakin kecil unit moneter yang harus
dibayar untuk mendapatkan unit indikator kesehatan yang diinginkan, semakin tinggi nilai
efektivitas suatu obat. Hasil dari perhitungan ICER tersebut dapat memberikan
rekomendasi alternatif terapi yang dapat digunakan pada pasien hipertensi yang dirawat di
tiap ruangan perawatan. Perhitungan incremental memberikan nilai negatif atau mendekati
negatif, maka suatu terapi lebih efektif dan lebih murah dibandingkan alternatifnya. Jika
suatu suatu alternatif lebih efektif tetapi lebih mahal dibandingkan lainnya, ICER
digunakan untuk menjelaskan besarnya tambahan biaya untuk setiap unit perbaikan
kesehatan.
Keterbatasan Penelitian
asumsi-
asumsi jika data yang diperoleh benar sesuai dengan kenyataan. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini bersifat umum, karena pasien hipertensi tidak dikelompokkan berdasarkan diagnosa penyakit penyerta dan jenis obat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Efektivitas biaya antara Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor dengan
Calcium Channel Blocker (CCB) didapatkan besar biaya medik langsung yang
dikeluarkan pasien selama rawat inap di Rumah Sakit “X” tahun 2013 diketahui biaya medik langsung terkecil adalah CCB yang dirawat di ruangan kelas III yaitu Rp 294.895. Biaya medik yang paling besar harus dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan antihipertensi CCB yang dirawat di ruangan utama yaitu sebesar Rp 977.355,5.
2. Terapi antihipertensi paling cost effective berdasar ACER adalah golongan ACEI pada pasien yang dirawat di ruangan kelas III yaitu sebesar 3.250,26. Terapi antihipertensi yang cost-effective berdasarkan ICER adalah ruang perawatan kelas III adalah karena menunjukkan hasil 16,04.
Saran
Untuk kedepannya akan lebih baik jika penelitian analisis efektivitas biaya dilakukan lebih spesifik dengan menggunakan data dengan tahun yang terbaru dan menggunakan obat antihipertensi dari golongan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T.M., 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Chobanian, A., Bakris, G. & Black, H., 2003. The Seventh Report of The Joint National Committee on: Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, USA: Departement of Health and Human Service.
Depkes RI, 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Jakarta: Kemenkes RI.
Dipiro, J.T., Robert L, T. & Gary C, Y., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach seventh ed. Chapter 15 : Hypertension. USA: The Mc. Graw Hill Company.
Wisløff, T., Selmer, R.M. & Halvorsen, S., 2012. Choice Of Generic Antihypertensive Drugs For The Primary Prevention Of Cardiovascular Disease A Cost-Effectiveness Analysis. BMC cardiovascular disorders, 12(1), p.26.