• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Human Relation Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MTs Negeri 2 Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan Human Relation Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MTs Negeri 2 Bandar Lampung"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

ESEN PRAMUDYA UTAMA NPM. 1422030055

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG

(2)

Nama : Esen Pramudya Utama NPM : 1422030055

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “KETERAMPILAN HUMAN RELATION KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MTs NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG” adalah benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bandar Lampung, 28 Januari 2016 Yang menyatakan,

meterai Rp.6.000

(3)

kepemimpinan, seorang pemimpin dituntut memiliki keterampilan manajerial, diantaranya ialah technical skill, human relation skill dan conceptual skill. Bentuk keterampilan human relation ialah komunikasi kepala madrasah, yaitu proses menyampaikan informasi (pesan) kepada guru dan dapat melaksanakan informasi tersebut kepada dirinya dan anak didik. Seorang kepala madrasah memang memiliki tuntutan tinggi terkait dengan keterampilan (skill) komunikasi yang dimiliki dalam melaksanakan tugasnya memimpin madrasah dan sekaligus menjadi tonggak keberhasilan dalam membina dan mengontrol kinerja guru dan pegawai untuk kemajuan madrasah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan human relation skill yang dilaksanakan kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru di MTs Negeri 2 Bandar Lampung.

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana Keterampilan Human Relation Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru di MTs Negeri 2 Bandar Lampung?".

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah berjumlah 4 orang, guru berjumlah 11 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian menggunakan sampel purposive dan snow ball sampling, artinya sampel penelitian tidak ditetapkan secara tegas, yang penting di sini informasi dapat diperoleh sebanyak-banyaknya dari responden dalam rangka untuk memenuhi data yang diperlukan. Sedangkan analisa data terdiri dari empat langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dengan melakukan interpretasi data, verifikasi data dan kemudian menarik kesimpulan.

(4)

MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MTs NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa : Esen Pramudya Utama

No. Pokok Mahasiswa : 1422030055

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Tertutup pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Bandar Lampung, 28 Januari 2016

MENYETUJUI Pembimbing I,

Dr. H. Achmad Asrori, MA. NIP.19640828 198803 2 002

Pembimbing II,

Dr. Hasan Mukmin, M.Ag. NIP.19610421 199403 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

(5)

Tesis yang berjudul KETERAMPILAN HUMAN RELATION KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MTs NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG ditulis oleh : Esen Pramudya Utama, NPM. 1422030055 telah diujikan dalam Ujian Tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag ……….

Sekretaris : Dr. Jamal Fakhri, M.Ag ……….

Penguji I : Dr. Yetri, M.Pd ……….

Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, M.A ……….

(6)

BANDAR LAMPUNG ditulis oleh : Esen Pramudya Utama, NPM. 1422030055 telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Sulthon Syahrir, MA : ………...

Sekretaris : Dr. Djayusman, M.Ag : ..……….

Penguji I : Dr. Yetri, M.Pd : ..……….

Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, M.A : ….………..

Direktur Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag NIP. 19601020 1988031005

(7)

tidak dilambangkan T

B Z

t „

S G

j F

H Q

Kh K

d L

Z M

R N

Z W

S H

sy `

s Y

(8)

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan

beriman kepada Allah. (QS. Ali Imron: 110)

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah melimpahkan nikmat-Nya yang tidak terbilang. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Tesis yang penulis susun ini dalam rangka memenuhi tugas akhir dari rangkaian proses perkuliahan pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung dalam program studi Manajemen Pendidikan Islam. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung

2. Dr. H. Achmad Asrori, MA, selaku Pembimbing I yang dengan sabar dan tekun membimbing penulis dalam penulisan tesis ini.

(10)

5. Bapak H. Nurhadi, M. Pd.I, selaku Kepala MTs Negeri 2 Bandar Lampung yang telah banyak memberikan waktu, fasilitas dan data yang bermanfaat dalam penulisan ini.

6. Yang terhormat Bapak, Ibu Dosen dan staf perpustakaan Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesisi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas amal kebaikannya. Amin

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT, kemudian dilimpahkan pahala yang tak pernah terputus, sebagaimana pahala amal jariah āmīn

Akhimya penulis hanya dapat berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pengembangan manajemen komunikasi kepala madrasah pada umumnya. Amin

.

Bandar Lampung, 28 Januari 2016 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... v

PENGESAHAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Batasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 15

F. Kerangka Pikir ... 16

BAB II LANDASAN TEORI ... 24

(12)

E. Pengertian Komunikasi ... 49

F. Jenis-Jenis Komunikasi ... 51

G. Efektivitas Komunikasi ... 58

H. Kinerja Guru ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 81

A. Jenis Penelitian ... 81

B. Sumber Data ... 83

C. Teknik Pengumpulan Data ... 85

D. Metode Analisis Data ... 87

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 91

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 91

1. Sejarah singkat MTs Negeri 2 Bandar Lampung ... 91

2. Visi, Misi dan Tujuan MTs Negeri 2 Bandar Lampung ... 92

3. Struktur Organisasi Madrasah ... 93

4. Keadaan Guru dan Siswa ... 98

5. Sarana dan Prasarana Madrasah ... 104

6. Program Kelas Unggul ... 108

B. Penyajian Data ... 111

1. Keterampilan Komunikasi Kepala Madrasah ... 111

2. Efektivitas Komunikasi ... 127

3. Kinerja Guru ... 130

C. Analisis Data ... 138

1. Keterampilan Komunikasi Kepala Madrasah ... 138

2. Efektivitas Komunikasi ... 140

(13)

DAFTAR PUSTAKA

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

(15)

Manajemen dalam konteks pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan lain sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Manajemen pendidikan merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di madrasah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi kelulusan.

Kinerja seorang pegawai dalam suatu organisasi akan ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor peran kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan gejala sosial dan hasil kegiatan memimpin suatu unit kerja (organisasi) untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sesuai definisi kepemimpinan yang menjelaskan, seperti usaha untuk masa depan dalam rangka mengarahkan orang terhadap visi misi dan memberikan inspirasi agar tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik.1 Definisi lain yaitu yang dikemukakan oleh Gary Yuki yaitu: Leadership a process of giving purpose (meaningfull direction) to collective effort and cousing willing effort to be expended to achive pupose.2 (Kepemimpinan adalah suatu pemberian makna terhadap suatu kegiatan yang menimbulkan kesediaan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan). Dalam pengertian ini menekankan bahwa kepemimpinan/pemimpin memberikan pengaruh kepada orang lain, agar mereka dapat melakukan sesuatu kegiatan sesuai yang dinginkannya. Menurut Schernerhom and Chappell menjelaskan: Leadership is

1 Stuart Slatter, David Lovett and Laura Barlow, 2006, Leading Corporate Turnaround,

(England: John Welly & Sons Ltd.), h. 8.

2

(16)

the process of inspiring others to work hard to accomplish important tasks.3 (Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberikan inspirasi pada seseorang/orang lain untuk bekerja keras sebagai upaya menyelesaikan tugas-tugas penting). Lebih lanjut Gareth R. Jone and George menjelaskan: Leadership: the proses by which an individual exerts influence over other people and inspires, motivates, and directs their activities to help achieve group or organizational goal.4 (kepemimpinan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain dalam memberikan inspirasi dan motivasi terhadap aktivitas mereka guna untuk mencapai tujuan organisasi).

Oleh karena itu sangat dibutuhkan para pemimpin madrasah memotivasi kerja karyawan untuk pencapaian produktivitas kerja sesuai dengan tujuan pengelolaan bidang pendidikan yang ditekuninya. Senada dengan hal itu, Peter F. Druker mengatakan keberhasilan pemimpin adalah mampu memilih strategi untuk dapat membuat organisasi sukses mendorong pegawai/karyawannya memiliki prestasi kerja, dan dapat tumbuh berkembang dalam menghadapi persaingan.5

Kepala madrasah merupakan salah satu komponen manajemen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Menurut Mulyasa, seorang kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi madrasah, pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan lainnya, dan

3 Schermerhorn and Chappell, 2000, Introduction Management, (New York: John Weley &

Sons, Inc.), h. 171.

4 Gareth R. Jones and Jennifer M. George, 2003, Contemporery Management, (New York:

Mc Graw Hill), h. 443.

5 Peter F. Druker, 1996, The Leader of The Future, (San Fransisco: First Edition, Jossey-Bass

(17)

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.6 Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala madrasah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien.

Pada dasarnya kepala madrasah melakukan tiga fungsi sebagai berikut, yaitu: membantu para guru memahami, memilih dan merumuskan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, menciptakan madrasah sebagai lingkungan kerja yang harmonis, sehat, dinamis, nyaman sehingga segenap anggota dapat bekerja dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi.7

Sebagai seorang pendidik, kepala madrasah harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan nilai mental, moral fisik, dan artistik kepada para guru atau tenaga fungsional yang lainnya, tenaga administrasi (staf) dan kelompok para siswa siswa atau peserta didik. Untuk menanamkan kompetensinya nya ini kepala madrasah harus menunjukkan sikap persuasif dan keteladanan.8

Peran kepala madrasah sebagai edukator, supervisor, motivator yang harus melaksanakan pembinaan kepada para karyawan, dan para guru di madrasah yang dipimpinnya karena faktor manusia faktor sentral yang menentukan seluruh gerak aktivitas suatu organisasi, walau secangggih apapun teknologi yang dipergunakan tetap faktor manusia yang menentukannya.

6

Mulyasa. E, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya,) h.25

7 Kusmintarjo dan Burhanuddin, 1997, Kepemimpinan Pendidiakn Bagi Kepala Madrasah,

(Jakarta : Depdikbud) h .5.

8 Wahjosumidjo, 1999, Kepemimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(18)

Setiap kepala madrasah juga dituntut untuk memiliki keterampilan manajerial. Keterampilan manajerial adalah kemampuan seseorang dalam mengelola sumber daya organisasi yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keterampilan manajerial ini diperlukan untuk melaksanakan tugas sebagai manajer dalam pendidikan secara efektif.

Menurut Tracey, seperti yang dikutip oleh Wahjosumidjo menjelaskan keahlian atau kemampuan dasar sebagai kelompok kemampuan yang harus dimiliki oleh tingkat pemimpin yang mencakup: technical, human and conceptual skill (the basic and developable skills).

1. Technical skill yaitu kecakapan spesifik tentang proses, prosedur, atau teknik-teknik yang merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal yang khusus.

2. Human skills menunjukkan keterampilan dengan orang atau manusia. Human skills yaitu kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif dengan anggota kelompok yang dipimpinnya.

3. Conceptual skill yaitu kemampuan pemimpin melihat organisasi sebagai satu keseluruhan.9

Sedangkan menurut Robert L. Katz, Kepala Madrasah sebagai pemimpin pendidikan sebagai administator, sebagai manajer pendidikan harus memiliki kompetensi yang didalamnya temasuk keterampilan dalam melaksanakan tugasnya,

9

(19)

keterampilan yang harus dimiliki tersebut adalah keterampilan teknis (Tehnical skill). Keterampilan teknis merupakan keterampilan teoritis kedalam tindakan-tindakan praktis, keterampilan dalam menggunakan metode, teknis, prosedur atau prakarsa melalui Skill. Keterampilan hubungan manusia (Human Relation Skill) dan keterampilan konseptual skill (conceptual skill), keterampilan taktik yang baik dan menyelesaikan tugas nya secara sistimatis.10

Lebih lanjut menurut Willian R. Tracy, keterampilan teknis merupakan keahlian yang memerlukan pengetahuan, metode, proses prosedur dan teknis khusus yang berkaitan dengan tugas, diantaranya yang termasuk keterampilan teknis adalah kemampuan menyusun laporan dan program pembelajaran. Keterampilan hubungan manusia dalam organisasi pendidikan adalah kemampuan kepala madrasah untuk mendirikan sistem komunikasi dua arah yang terbuka dengan personal madrasah dan anggota lainya untuk meningkatkan kinerja guru. Menurut Willian R.Tracy yang termasuk dalam kompetensi adalah kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama secara efektif dalam satu kelompok. Menciptakan kerjasama yang baik dalam usaha bersama untuk menciptakan situasi lingkungan yang aman sehingga terciptanya iklim yang saling mempercayai terbuka dan saling menghormati.11

Sehubungan dengan itu, fungsi komunikasi dapat membentuk iklim organisasi yang menggambarkan suasana kerja antara pimpinan, guru dan karyawan yang mampu menciptakan hubungan yang harmonis di antara mereka. Pimpinan

10 Sudarman Danim, 2011, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas dan Kelompok, (Jakarta :

Prenada Media). h. 111

11

(20)

harus peka dan tanggap terhadap gejolak dan fenomena yang terjadi di lingkungan organisasi. Selain itu juga di antara individu pimpinan dan karyawan mampu berkomunikasi secara efektif dan terbuka, yang pada akhirnya dapat mengatasi segala masalah yang ada pada instansi atau organisasi. Kondisi seperti itu dapat meningkatkan kemampuan dan produktivitas kerja individu guru atau pegawai dalam menjalankan tugas dan perintah, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat semaksimal mungkin.

Nanang Fattah mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah keterampilan berkomunikasi, selain keterampilan atau kecakapan yang lain.12 Secara konsisten pemimpin yang dapat melakukan kegiatan dengan memperhatikan pola berkomunikasi, ia menunjukkan pemimpin yang sukses dalam memberikan motivasi para karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Komunikasi dalam suatu organisasi madrasah hubungannya dengan individu masing-masing guru dan pegawai adalah sangat penting untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja. Tanpa produktivitas kerja yang baik suatu organisasi menjadi sangat sulit untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Komunikasi akan selalu menekankan pada penyampaian pesan dari seorang komunikator kepada seseorang sebagai penerima pesan. Namun tidak semua orang dapat secara terampil berkomunikasi secara efektif, oleh karena itu perlu dikenali berbagai cara penyampaian informasi.

12

(21)

Apabila antara individu pimpinan dan guru mampu berkomunikasi secara efektif dan terbuka, yang pada akhirnya dapat mengatasi segala permasalahan yang dialami. Kondisi yang demikian dapat menciptakan kreatifitas, inovasi dan efektifitas guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja guru.

Hasil prasurvey penulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung bahwa peran kepala madrasah tergolong cukup baik, dimana kepala madrasah memiliki motivasi yang tinggi untuk memajukan madrasah yang dipimpinya. Hasil tersebut ditunjukkan dengan penambahan fasilitas dan media pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan lebih efektif.

Lebih lanjut dapat dilihat adanya kemampuan kepala madrasah dalam menjalin komunikasi yang baik terhadap para karyawan. Ketika ada salah satu guru dan pegawai melakukan kelalaian dalam pekerjannya, ia mampu mengingatkan guru dan pegawai tersebut dengan teguran yang baik sehingga tidak menyinggung perasaannya. Melalui pengetahuannya yang cukup luas selalu memberikan bimbingan kepada para guru dan pegawai yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sementara itu apabila sedang marah mampu menjaga perkataannya dari yang kurang baik, memberikan perhatian khusus terhadap kinerja para guru dan pegawai, dan selalu memberikan motivasi kepada mereka untuk meningkatkan prestasi kerjanya.13

13

(22)

Dalam proses mencapai tujuan pendidikan, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung membuat kebijakan-kebijakan yang membuat semua kegiatan madrasah dapat terlaksana dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung adalah sebagai berikut: "Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan aturan yang dibuat dan disetujui bersama sesuai peraturan pemerintah, tidak bertindak secara otoriter dan lebih bersifat terbuka dengan banyak mendelegasikan wewenang kepada orang lain atau "bawahan" sebatas yang mampu dikerjakan”.14

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa kepala madrasah selalu melakukan komunikasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diharapkan proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, walaupun terkadang ada hal-hal yang berbeda dalam pemahaman namun tidak menghambat secara kritikal dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Tenaga guru merupakan salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan tujuan pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang akan menghasilkan tamatan yang diharapkan.

14 H. Nurhadi, M.Pd.I, Kepala Madrasah, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar Lampung,

(23)

Dari hasil wawancara, tidak dipungkiri bahwa guru yang melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendidik cenderung hanya sekedar menjalankan tugas semata, artinya sekedar hanya menjalankan tugas sebagai pengajar bukan sebagai seorang pendidik. Hal ini terbukti dengan pertama, guru hanya membuat RPP ketika akan ada pemeriksaan saja. Kedua, masih saja ada guru belum mampu membuat rencana pembelajaran dengan segala komponennya, artinya guru hanya meng "copy paste" RPP yang sudah ada saja tanpa ada upaya pengembangan dan penyesuaian dengan kondisi siswa.15 Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya masih rendah. Bagi madrasah, kinerja guru yang baik akan sangat membantu bagi pencapaian tujuan pendidikan di madrasah sesuai visi dan misi madrasah tersebut yang pada akhirnya adalah dapat meningkatkan mutu dari madrasah tersebut.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah beliau menyatakan bahwa: "kepala madrasah mewajibkan, semua guru wajib membuat dan mengumpulkan RPP sebelum memulai pembelajaran. Dan tidak membeda-bedakan bahwa semua guru harus mengumpulkan RPP. Meskipun dia mewajibkan, namun masih ada guru mengumpul ketika akan ada pemeriksaan saja. Selain itu, guru masih belum memahami sepenuhnya tentang penyusunan RPP karena kurangnya informasi tentang pembuatan program pengajaran yang sering mengalami perubahan".16

15 H. Lukman Hakim, S.Pd. M.M, Waka Kurikulum, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar

Lampung, tanggal 11 Februari 2016.

16 H. Nurhadi, M.Pd, Kepala Madrasah, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar Lampung,

(24)

Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah beliau menyatakan bahwa: “daftar hadir guru yang menunjukkan tingkat kehadiran belum 100% tepat waktu namun cukup baik dan tidak dipungkiri bahwa ada guru terlambat kurang lebih 15 menit dari bel tanda masuk kelas khususnya pada jam awal dan setelah istirahat”.17

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya. Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi yang baik adalah yang diharapkan ada pada setiap anak didik. Dengan sabar dan bijaksana seorang guru memberikan nasehat mengenai bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain. Mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu hal yang dinilai mudah, tetapi untuk membentuk jiwa serta sikap perilaku yang baik anak didik merupakan tantangan tersendiri bagi seorang guru. Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah beliau menyatakan bahwa: “masih banyak guru yang hanya menjalankan tugas sebagai pengajar, sebatas mentransfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didik”.18

17 H. Nurhadi, M.Pd, Kepala Madrasah, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar Lampung,

tanggal 11 Februari 2016.

18 H. Nurhadi, M.Pd, Kepala Madrasah, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar Lampung,

(25)

Kerjasama antar guru ialah kerjasama yang dilakukan oleh para guru untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dalam hal ini khususnya dalam hal pengajaran. Hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah beliau menyatakan bahwa: “masih sulit menciptakan kondisi kerjasama antar guru yang baik. Hal ini dikarenakan beban kerja yang banyak, masih sulit para guru untuk menyisihkan waktu untuk berdiskusi bersama-sama, dan ada yang keberatan jika diobservasi oleh guru lain ketika sedang mengajar di kelas”.19

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala madrasah, peneliti mengetahui bahwa kinerja guru di MTs 2 Bandar Lampung secara umum belum baik. Hal ini terbukti dengan masih ada beberapa guru yang mempunyai produktivitas kerja yang rendah dan dapat penulis gambarkan dalam tabel sebagai berikut :

19 H. Nurhadi, M.Pd, Kepala Madrasah, Wawancara, MTs Negeri 2 Bandar Lampung,

(26)

Tabel. I

Hasil Pra Survey Tentang Kinerja Guru

No Kinerja Guru

Penilaian

Baik Cukup Rendah Sangat Rendah

1 Kemampuan membuat RPP √

2 Kemampuan melaksanakan RPP √

3 Kemampuan melaksanakan evaluasi √

Dari beberapa uraian di atas muncul permasalahan yaitu walaupun pimpinan Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung sudah cukup baik dalam melaksanakan keterampilan manajer dengan melakukan aktif berkomunikasi, namun masih ada beberapa karyawan yang menunjukkan kinerjanya masih rendah. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan kepada: KETERAMPILAN HUMAN RELATION KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

KINERJA GURU PADA MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) NEGERI 2

(27)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pokok yang ada pada latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut, yaitu:

a. Kepala madrasah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung belum maksimal melakukan interaksi komunikasi dengan para guru, namun para guru dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

b. Kepala madrasah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung sering memberikan motivasi dan bimbingan kepada para guru, namun masih ada beberapa guru masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

c. Kepala madrasah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 2 Bandar Lampung memiliki pengetahuan yang luas terutama berhubungan dengan alat-alat teknologi perkantoran, namun masih ada beberapa guru yang kurang terampil dalam menggunakan alat-alat teknologi (seperti: komputer, mengakses informasi melalui internet, dan lainnya).

d. Keterampilan berkomunikasi kepala madrasah dalam pemerataan tugas dan tanggung jawab serta memotivasi bawahan telah dijalankan dengan baik, akan tetapi belum memberikan peran yang positif dalam meningkatkan kinerja guru.

C.Batasan Masalah

(28)

manajerial human skill kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung”.

D.Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Bagaimana keterampilan human relation kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru pada Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Bandar Lampung”.

E.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk mengetahui keterampilan human relation kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru pada MTs N 2 Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Secara Teoritis

a) Turut serta memberikan sumbangan wawasan tentang keterampilan human relation kepala madrasah dalam meningkatan kinerja guru. b) Turut memberikan sumbangan wawasan tentang komunikasi dalam

membina administrasi organisasi pendidikan

(29)

b. Kegunaan Secara Praktis

a) Hasil penelitian ini dapat menjadi inspirator dan berkontribusi positif bagi para kepala madrasah untuk memaksimalkan peran, fungsi dan kemampuannya dalam melakukan komunikasi guna peningkatan kinerja guru.

b) Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam melaksanakan keterampilan human relation kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru.

F. Kerangka Pikir

Keberadaan seorang pemimpin sangat penting dalam suatu organisasi untuk mengelola, mengatur, mengurus, dan menggunakan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya secara produktif, efektif, dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam organisasi sumber daya manusia (SDM) merupakan kekayaan atau asset utama, sehingga harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu seorang pemimpin harus dapat menemukan cara terbaik dalam menggunakan orang-orang yang ada dalam lingkungan organisasi agar tujuan-tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

(30)

erat dengan penggunaan alat-alat, prosedur, metode dan teknik dalam suatu aktivitas manajemen secara benar (working with things). Sedangkan kemampuan hubungan kemanusiaan merupakan kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan baik, memahami dan mendorong orang lain sehingga mereka bekerja secara suka rela, tiada paksaan dan lebih produktif (working with people).

Menurut Wiles bahwa ada sejumlah keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan yaitu keterampilan dalam memimpin, menjalin hubungan kerja dengan sesama, menguasai kelompok, mengelola administrasi personalia, dan keterampilan dalam penilaian. Selain itu, seorang kepala madrasah dalam melaksanakan tugasnya hendaknya mempunyai tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan personal, kecerdasan profesional, dan kecerdasan manajerial. Kecerdasan personal adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan hubungan sosial dalam konteks tata hubungan profesional maupun sosial. Sedangkan, kecerdasan professional merupakan kecerdasan yang diperoleh melalui pendidikan yang berupa keahlian tertentu di bidangnya. Adapun kecerdasan manajerial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan kerja sama dengan mengerjakan sesuatu melalui orang lain, baik kemampuan mencipta, membuat perencanaan, pengorganisasian, komunikasi, memberikan motivasi, maupun melakukan evaluasi.20

Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan melakukan kerjasama dengan manusia adalah komunikasi. Seiring dengan perkembangan teknologi

20 Kusnantiharjo dan Burhanuddin, Kepemimpinan Pendidikan Bagi Kepala Madrasah, Jakarta:

(31)

informasi, praktek komunikasi mengalami perkembangan yang pesat dan memudahkan proses komunikasi antar sesama. Namun, tidak sedikit pula yang mengalami hambatan berkomunikasi karena kurang menguasai teknologi tersebut.

Sering kali dalam berkomunikasi menemui hambatan yang dapat mengurangi isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan penyampaian isi pesan diperlukan adanya keefektifan dalam berkomunikasi. Efektivitas merupakan wujud dari kemampuan untuk mendayagunakan sesuatu secara tepat sesuai dengan standar yang jelas dan dapat diterima secara universal. Sedangkan komunikasi adalah sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang mampu mencapai tujuan dari isi pesan tersebut dan memberikan umpan balik (feed back) atau reaksi sehingga pesan pun berhasil tersampaikan dan menimbulkan sebuah komunikasi yang efektif.

Bagaimana cara mengukur keefektifan komunikasi? Beberapa hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Steward L Tubbs mengemukakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif apabila ada lima indikasi berikut:

(32)

2. Kesenangan, komunikasi ini juga disebut dengan komunikasi fasis (phatic communication) yang dimaksud untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi menjadikan hubungan antar individu menjadi hangat, akrab dan menyenangkan. 3. Pengaruh pada sikap, komunikasi juga sering dilakukan untuk mempengaruhi

orang lain, seperti seorang khotib yang ingin membangkitkan sikap keagamaan dan mendorong jama’ah dapat beribadah dengan baik, atau seorang politisi yang ingin menciptakan citra yang baik kepada publik pemilihnya, dan lain-lain.

4. Hubungan sosial yang makin baik, komunikasi juga ditunjukkan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri, untuk itu manusia selalu berkeinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara positif.

5. Tindakan, tindakan persuasi dalam komunikasi digunakan untuk mempengaruhi sikap persuasif, juga diperlukan untuk memperoleh tindakan yang dikehendaki komunikator. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata oleh komunikan.21

Mengkomunikasikan arah strategi madrasah kepada setiap guru dan pegawai untuk mencapai suatu tujuan umum adalah suatu pekerjaan yang sangat penting. Strategi memberikan wewenang kepada karyawan dan membentuk dasar budaya yang direncanakan. Adanya kebijakan yang fleksibilitas memberikan kebebasan bagi pegawai untuk memulai dan mengakhiri aktivitas kerja sesuai jangka waktu kerja

21 Wahyu Ilaihi, M.A., Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.

(33)

tertentu. Kondisi akan memberi motivasi pegawai untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas. Pegawai yang demikian itu adalah pegawai yang peka dan tanggap terhadap gejolak dan fenomena yang terjadi di lingkungan organisasi. Hal itu dapat menciptakan kemampuan dan meningkatkan kinerja individu guru dan pegawai untuk menjalankan perintah, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat semaksimal mungkin. Ini berarti setiap individu pegawai dapat melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Produktivitas kerja adalah mengemukakan masalah prestasi kerja, yang salah satu faktor pengaruhnya adalah etos kerja. Etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta praktek-praktek yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan dalam kehidupan kelembagaan dan anggota suatu organisasi. Etos kerja itu akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kerja yaitu: peningkatan mutu hasil pekerjaan, pemberdayaan sumber daya manusia dan perbaikan terus menerus lingkungan kerja.22

Untuk meningkatkan kinerja yang baik dan hasil kerja yang meningkat di suatu organisasi kerja, pegawai harus memenuhi persyaratan atau memiliki : (1) keahlian dan kemampuan dasar, (2) kualitas pribadi yang meliputi mental, fisik, emosi, watak sosial, sikap, komitmen, integritas, kesadaran, serta perilaku yang baik,

22 Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Reinika Cipta),

(34)

(3) kemampuan administrasi meliputi kemampuan menganalisis persoalan, memberi pertimbangan, pendapat, keputusan, mengatur sumberdaya, lapang dada, sabar, berpartisipasi aktif dalam berbagai aktifitas, dan memiliki motivasi yang tinggi.

Selanjutnya, kinerja pegawai yang baik merupakan suatu langkah menuju tercapainya tujuan organisasi. Sehubungan dengan tingkat kinerja guru dalam kegiatan madrasah, setiap guru berada pada tingkat unjuk kerja yang berbeda-beda. Tingkat unjuk kerja akan berdampak pada tingkat partisipasi guru yang digambarkan dalam suatu kontinum dengan rentangan tingkat rendah sampai tinggi. Guru yang mempunyai kinerja tinggi ditunjukkan dengan :

a. Kemampuan menyusun atau merencanakan program; b. Kemampuan melaksanakan program; dan

c. Kemampuan mengevaluasi pelaksanaan program.23

Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja guru menurut Siswanto adalah sebagai berikut :

a. Kesetiaan. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab.

b. Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

c. Tanggung Jawab. Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja

23 Direktorat Jenderal peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Penilaian

(35)

dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya. Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:

1) Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja. 2) Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.

3) Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.

d. Disiplin. Disiplin adalah kesanggupan seseorang untuk mematuhi segala ketetapan, peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang berwenang.

e. Kejujuran. Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

f. Kerja Sama. Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:

1) Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan maupun bawahan. 2) Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas.

(36)

4) Tindakan seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.24 Berdasarkan dari konsep di atas, maka dibuatlah suatu kerangka pikir yang bertujuan memudahkan pemahaman tentang konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yakni dapat digambarkan sebagai berikut :

24 Lamatenggo, 2001, Kinerja Guru: Korelasi antara Persepsi Guru terhadap Perilaku

Kepemimpinan Kepala Madrasah, Motivasi Kerja dan Kinerja Guru SD di Gorontalo, (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta), h.34

KETERAMPILAN HUMAN RELATION KEPALA MADRASAH

1. Bentuk komunikasi Kepala Madrasah 2. Efektivitas Komunikasi

KINERJA GURU

1. Kemampuan merencanakan program pembelajaran, 2. Kemampuan melaksanakan program pembelajaran,

(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Kepemimpinan

Para pakar manajemen telah banyak memberikan tentang pengertian dan teori kepemimpinan dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, hal itu disebabkan organisasi tidak dapat dipisahkan dengan kepemimpinan. Keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan yang memimpin organisasi, bahkan maju atau mundurnya suatu organisasi sering diidentikkan dengan perilaku kepemimpinan dari pimpinannya. Dengan demikian, pemimpin bertanggung jawab terhadap pelaksanaan organisasi yang dipimpin, hal ini menempatkan posisi pemimpin yang sangat penting dalam suatu organisasi.

Masalah kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik, sebab suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan berorganisasi yang merupakan posisi kunci. Hal ini dikarenakan bahwa kepemimpinan seorang pemimpin berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya. Kepemimpinan seorang pemimpin akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan organisasi lainnya.

(38)

berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan.1 Kepemimpinan dapat pula didefinisikan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama.2 Sedangkan menurut Stephen P. Robbins “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan”.3

Soehardjono memaparkan istilah kepemimpinan (leadership) secara etimologis, leadership berasal dari kata “to lead” (bahasa: Inggris) yang artinya memimpin. Selanjutnya timbullah kata “leader” artinya pemimpin yang akhirnya lahir istilah leadership yang diterjemahkan menjadi kepemimpinan.4

Anoraga mengartikan “Kepemimpinan sebagai hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pimpinan tersebut”.5

Selanjutnya menurut Amirullah dan Budiyono (2004 : 245) kepemimpinan merupakan orang yang memiliki kewenangan untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain (bawahan) melalui pola

1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta:

PN Balai Pustaka), h. 684

2

Rivai, 2003, Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: Cahaya Ilmu), h. 3

3Stephen P. Robbins, 1983, Essentials of Organizational Behavior, (Prentice-Hall), h. 112 4

Soehardjono, 1998, Kepemimpinan: Suatu tinjauan singkat tentang Pemimpin dan Kepemimpinan serta Usaha -usaha Pengemba nga nnya, (Malang: APDN Malang), h. 127

5Anoraga, 1990, Pendekatan Kepemimpinan Lembaga Pendidikan, (Surabaya: Usaha

(39)

hubungan yang baik guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.6

Dari definisi-definisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut diatas, pada dasarnya kepemimpinan mengandung kesamaan pemahaman bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama yang positif, juga adanya unsur-unsur orang yang memimpin, yang dipimpin, adanya organisasi dan adanya tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kepemimpinan dalam Islam adalah perilaku interaktif yang mampu mempengaruhi individu-individu untuk melaksanakan tugasnya dalam rangka memberikan arahan, petunjuk yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mengembangkan, memegang teguh, dan menjaga kepercayaan yang dipercayakan kepadanya. Begitu juga dengan peran kepala madrasah sebagai pemimpin harus mampu untuk meningkatkan peran strategis dan teknis dalam meningkatkan kualitas lembaga yang dipimpinnya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah kepemimpinan kepala madrasah sebagai agen perubahan dalam meningkatkan kualitas keagamaan sangat penting. Karena dengan dasar agama seluruh warga madrasah dapat menjalankan aktifitas pembelajaran dan pergaulan di lingkungan masyarakat dengan didasari oleh nilai-nilai keislaman.

Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas

6 Amirullah, dan Haris, Budiyono. 2004, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu),

(40)

tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.7 Pendapat lain menjelaskan pemimpin adalah seorang yang memimpin dan mengarahkan orang lain sehingga orang yang dipimpin itu mematuhinya dengan sukarela. Setiap orang yang berfungsi memimpin, membimbing, dan mengarahkan orang lain adalah seorang pemimpin.8

Menurut Siagian terdapat lima peran pemimpin, yaitu :

1. Penentu arah, yaitu pemimpin menentukan arah tujuan organisasi dalam pengambilan keputusan dan pemimpin merupakan salah satu faktor yaang mendorong untuk dapat mewujudkan visi dan misi yang dilakukan secara terencana dan bertahap.

2. Wakil dan juru bicara organisasi, yaitu pemimpin berperan sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam menjalin komunikasi dengan pihak atau instansi lain. 3. Komunikator, yaitu kemampuan seorang pemimpin untuk mengkomunikasikan

berbagai sasaran, strategi, tindakan atau keputusan yang diambil baik secara lisan maupun tertulis untuk disampaikan kepada para pelaksana kegiatan operasional atau bawahan melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi

4. Mediator, yaitu kemampuan seorang pemimpin dalam menyelesaikan situasi konflik yang mungkin timbul dalam suatu organisasi, maupun lingkungannya tanpa mengurangi pentingnya situasi konflik yang mungkin timbul dalam hubungan keluar yang dihadapi maupun yang diatasi.

7

Kartini. Kartono, 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 181

8 Effendy. Mochtar, 1986, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,

(41)

5. Integrator, yaitu pemimpin yang berfungsi sebagai penyatu dari berbagai individu dan kelompok yang berbeda pola pikir menuju pada tujuan bersama.9

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa sebagai seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Dengan kemampuannya seorang pemimpin diharapkan mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan. Kemudian juga seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan ilmu pengetahunan pada rekan-rekannya. Selanjutnya seorang pemimpin dapat memberikan saran dan nasehat pada orang lain dari permasalahan yang ada, dan memberikan keteladanan dalam berdisiplin pada setiap aktivitasnya.

Untuk mencapai tujuan organisasi para pemimpin dapat mengolah dan mengembangkan karyawan/bawahan untuk dapat memberikan andil atas strategi organisasi secara menyeluruh. Karena alasan ini para pemimpin memainkan peran yang semakin penting dalam bekerjasama, untuk mengarahkan dalam aspek: penyesuaian diri dengan organisasi/perusahaan, memiliki keterampilan, keahlian, pengetahuan, bekerja sebaik mungkin, dan berdedikasi terhadap perusahaan yang luas pada pekerjaannya.10 Biasanya dengan membentuk kinerja seperti itu maka kalangan bawahan akan memiliki tanggung jawab penuh atas pekerjaannya. Sejalan dengan itu maka akan dapat dicapai tujuan akhir yang ingin dicapai yang ditandai dengan:

9 Siagian, Sondang P. 2010. Teori & Praktek Kepemimpinan. (Jakarta: Rineka Cipta), h.

48-70

10 Rivai. Veithzal, 2009, Menejemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori

(42)

peningkatan efisiensi, peningkatan efektivitas, peningkatan produktivitas, rendahnya tingkat absensi, tingginya kepuasan kerja karyawan, tingginya kualitas pelayanan, rendahnya komplain, dan meningkatnya kepercayaan dari orang lain.11

Hubungan yang erat antara pemimpin dengan yang dipimpin merupakan prasyarat penting guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Seorang pemimpin dengan bawahannya harus menciptakan hubungan yang baik untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan yang maksimal dalam kepemimpinannya. Dalam hal ini seorang pemimpin harus dapat menunjukkan reputasi yang baik, memiliki kinerja yang baik, dan dapat mengatasi problem-problem yang dihadapi oleh bawahannya. Dalam formula ini seorang pemimpin juga menunjukkan keteladanan kepribadiannya. Mengedepankan keteladanan bagi seorang pemimpin merupakan kriteria pokok menjadi pemimpin yang memiliki kompetensi, integritas, dan komitmen yang kuat untuk mewujudkan tujuan bersama menuju kepentingan bersama dalam kehidupan yang lebih baik.

Fungsi kepemimpinan dapat disimak sebagaimana yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi yaitu:

1. Fungsi Instruktif adalah fungsi kepemimpinan yang bersifat komunikasi satu arah, kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakkan dan memotivasi orang lain agar tergantung pada pemimpin.

2. Fungsi Konsultatif yakni fungsi ini berlangsung dan bersifat dua arah meskipun pelaksanaan sangat tergantung pada pemimpin.

11

(43)

3. Fungsi Partisipatif yakni fungsi ini tidak sekedar berlangsung atau bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia efektif, antara pemimpin dengan orang yang sesama dipimpin.

4. Fungsi Pengendalian yaitu fungsi yang cenderung komunikasi satu arah meskipun komunikasi tidak dilakukan dengan dengan dua arah.12

Selanjutnya Hadari Nawawi pada buku yang lainnya menambahkan tentang fungsi kepemimpinan yang dihubungkan dengan pendidikan yaitu:

1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, baik secara perorangan maupun kelompok sebagai usaha mengumpulkan data/bahan dari anggota kelompok dalam menetapkan keputusan yang mampu memnuhi aspirasi di dalam kelompoknya.

2. Mengembangkan suasana kerja sama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan pada dirinya sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan kelompok dan tumbuh perasaan tanggung jawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan.

(44)

4. Membantu menyelesaikan masalah-masalah, baik yang dihadapi secara perorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mengatasinya sehingga berkembang kesediaan untuk memecahkannya dengan kemampuan sendiri.13

Di dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, setiap pemimpin akan mempunyai caranya masing-masing yang dianggapnya paling sesuai dengan tipe kelompok yang dipimpinnya. Hal demikian akan tercermin dari perilakunya.

Perilaku pemimpin dapat dibedakan ke dalam dua jenis perilaku, yakni pemimpin yang member-oriented dengan yang task-oriented. Seorang pemimpin yang member-oriented menitikberatkan kepemimpinannya pada usaha-usaha memotivasi kelompok untuk menerima apa yang telah digariskan sebagai tujuan kelompok dan memotivasi mereka guna bekerja untuk mencapai tujuan. Pemimpin seperti ini memandang penting adanya keselarasan antara anggota kelompok, disertai rasa puas pada diri masing-masing anggota tersebut. Berbeda dengan pemimpin yang member-oriented, pemimpin yang task-oriented menitikberatkan pada cara dan sarana pencapaian tujuan tertentu; ia juga selalu akan berusaha keras mengkoordinasikan sebaik mungkin para anggota kelompok.

B.Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan itu dapat dipelajari dengan menganalisa berbagai

13 Hadari. 1988, Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Bisnis yang Kompetitif,

(45)

kemungkinan dari pendekatan yang dilakukan oleh para pemimpin. Mempelajari tipe kepemimpinan berarti mengetahui dan menyelidiki kemampuan diri sendiri kemudian menyusun kekuatan-kekuatan dalam rangka melakukan sesuatu kegiatan.

Tipe kepemimpinan dalam literatur terdapat beberapa macam teori dan masing-masing literatur saling melengkapi. Di antara literatur yang membahas tipe kepemimpinan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam kepemimpinannya adalah sebagai berikut:

1. Menurut Sondang P. Siagian, ada lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya yaitu: (a) Tipe Otokratis, (b) Tipe Paternalistik, (c) Tipe Kharismatik, (d) Tipe Laisser Faizer, (e) Tipe Demokratis.14

2. Menurut M. Ngalim Purwanto, ada tiga tipe kepemimpinan yaitu: (a) Kepemimpinan Otoriter, (b) Kepemimpinan Laisser Faizer, (c) Kepemimpinan Demokratis.15

Dari berbagai macam pembagian tipe kepemimpinan di atas dapat dipahami uraiannya sebagai berikut:

1. Tipe Kepemimpinan Otokratis.

Tipe kepemimpinan yang mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.16 Pemimpin semacam ini ingin berkuasa penuh dalam berbagai situasi dan dalam menjalankan roda pemerintahannya tanpa konsultasi

14

Sondang P. Siagian. 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rinekacipta), h.13

15 M. Ngalim Purwanto. 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja

Karya), h. 48

16 Kartini, Kartono. 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

(46)

dengan bawahannya. Kepemimpinan otokratis itu berdasarkan kekuasaan dan paksaan yang mutlak dan biasanya yang dikembangkan dalam kegiatannya hanya melaksanakan perintah atasan, sementara bawahan tidak diberi kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapat-pendapat.17 Dalam kepemimpinan otokratis seorang pemimpin sangat egois, menentukan kebijakan, dan mengambil keputusan menurut kehendaknya sendiri, dan juga dapat disebut pemimpin diktator. Tipe kepemimpinan semacam ini memiliki keuntungan yaitu kedisiplinan sangat tinggi dan dapat mengontrol pekerjaan bawahannya dengan mudah. Adapun kekurangannya yaitu bawahan tidak memiliki kreatifitas, dikarenakan tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan pengambilan keputusan untuk perkembangan organisasi. 2. Tipe Kepemimpinan Paternalistik.

Menurut Kartini Kartono, tipe kepemimpinan paternalistik yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat antara lain:

a. Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

b. Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective).

c. Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan sendiri.

d. Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif.

17 Nawawi, Hadari. 2003, “Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi”, (Yogyakarta: Gajah

(47)

e. Dia tidak pernah memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikutnya dan bawahanya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatfitas untuk mereka sendiri.

f. Selalu bersikap maha tau dan maha benar. 18

Selain itu juga, dalam kesempatan ini dibahas mengenai tipe kepemimpinan maternalistik. Tipe Kepemimpinan Maternalistik adalah adanya sikap over protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, diertai kasih sayang yang berlebih-lebihan.19

Demikianlah pembahasan tipe kepemimpinan paternalistik dan beberapa sifat atau karakteristiknya, serta tipe kepemimpinan maternalistik, untuk dapat dimengerti dan dipahami bagi kita yang konsen terhadap masalah kepemimpinan. 3. Tipe Kepemimpinan Demokratis.

Tipe kepemimpinan ini sangat berbeda dengan tipe kepemimpinan otokrasi yang mendasarkan pada kekuasaan, sedangkan tipe kepemimpinan demokratis melibatkan bawahan yang harus melaksanakan keputusan. Hal ini sesuai penjelasan Kartini Kartono bahwa tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.20 Juga dapat dipahami definisi yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto bahwa kepemimpinan demokratis yaitu pemimpin yang partisipatif

18 Kartini, Kartono. 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

h. 81

19 Ibid, h. 82 20

(48)

berkonsultasi dengan bawahan tentang tindakan dan keputusan yang diusulkan serta mendorong adanya keikutsertaan bawahan.21 Jalannya kepemimpinan demokratis menurut Veithzal Rivai ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif.22 Di bawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. Dalam kepemimpinannya demokratis seorang pemimpin lebih mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan individu dan golongan. Dasar utama dalam kepemimpinannya melakukan musyawarah dan kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah dan terciptalah iklim kerja yang sehat, saling membantu, dan saling pengertian di antara mereka.

Selanjutnya M. Ngalim Purwanto menjelaskan tentang sifat-sifat kepemimpinan demokratis, yaitu:

a. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat manusia itu makhluk yang termulia di dunia.

b. Selalu berusaha untuk mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.

c. Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan. d. Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

21 M. Ngalim Purwanto. 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja

Karya), h. 49

22 Rivai, Veithzal. 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori

(49)

e. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya. f. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya.

g. Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.23

Itulah beberapa sifat kepemimpinan demokratis yang mengedepankan kemanusiaan dan melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan. Pemimpin demokratis mengutamakan rasa kekeluargaan, persatuan, bertanggung jawab, menerima kritik dan saran, membangun semangat, dan mengembangkan potensi bawahannya.

4. Tipe Kepemimpinan Laizzes Faire.

Tipe kepemimpinan ini dipersepsi bahwa roda pekerjaan organisasi diserahkan pada bawahannya. Seorang pemimpin memberikan keleluasaan pada bawahan dan menganggap bawahannya orang yang dewasa, sehingga pemimpin tidak perlu intervensi terhadap perjalanan organisasi. Di sini sang pemimpin percaya penuh pada bawahan atas keberhasilan, tujuan, dan sasaran yang hendak dicapai organisasi.

Tipe kepemimpinan semacam ini dikatakan oleh Sondang P. Siagian bahwa seorang pemimpin dalam perannya memiliki pandangan pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya, karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui segala sesuatu tujuan organisasi, sasaran organisasi, tugas para anggotanya, dan pemimpin tidak perlu melakukan

23 M. Ngalim Purwanto. 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja

(50)

intervensi kehidupan organisasi.24 Sejalan dengan itu Kartini Kartono menjelaskan bahwa kepemimpinan laizzes faire ditampilkan oleh seorang tokoh ketua dewan yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya.25 Selanjutnya Hadari Nawawi mengatakan bahwa tipe kepemimpinan Laissez Faire yaitu pemimpin berkedudukan sebagai simbol karena dalam realita kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Puncak pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasehat dengan memberikan kesempatan bertanya manakala merasa perlu.26

Dari ketiga penjelasan tentang tipe kepemimpinan laissez faire di atas dapat dipahami bahwa:

a. Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya.

b. Bawahan dianggap sudah paham tugasnya masing-masing.

c. Pemimpin tidak perlu intervensi bawahan, tidak ada kontrol dari pimpinan, tidak ada koreksi atasan, dan membiarkan bawahan untuk berbuat menurut kehendaknya.

d. Tanggung jawab atas pekerjaan tidak jelas dan simpang siur, serta struktur organisasinya juga tidak jelas.

24

Sondang P. Siagian. 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rinekacipta), h.38

25 Kartini, Kartono. 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

h. 76

26 Nawawi, Hadari.2003, “Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi”, (Yogyakarta: Gajah

(51)

5. Tipe Kepemimpinan Kharismatik.

Sondang P. Siagian menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan kharismatik adalah suatu tipe kepemimpinan yang memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara kongkret mengapa orang tertentu itu dikagumi.27

Melihat penjelasan itu pemimpin kharismatik memiliki kekuatan yang sangat baik dalam menarik dan memengaruhi bawahan atau orang lain. Melalui kekuatan itu sangat mungkin menggaet orang/pengikut yang sangat besar jumlahnya. Selaras dengan ungkapan Kartini Kartono tipe kepemimpinan kharismatik adalah tipe kepemimpinan yang memiliki kekuatan energi, daya tarik, dan pembawa yang luar biasa untuk memengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.28

C.Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah

Melakukan manajemen secara efektif dapat dimungkinkan jika seorang manajer memiliki keterampilan manajemen dengan baik. Keterampilan itu dimaksudkan agar dapat mengelola sumber daya yang dimiliki organisasi baik

27 Sondang P. Siagian. 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rinekacipta), h.37 28 Kartini, Kartono. 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),

(52)

sumber daya manusia maupun sumber daya lain secara efisien dan efektif. Selain itu, sumber-sumber tersebut tidak selalu tersedia dalam organisasi sehinga harus ada usaha-usaha manajer untuk mengadakannya atau mencari alternatif pemecahan masalah berkenaan dengan sumber daya itu.

Kepala madrasah memiliki dan memegang peran dalam melaksanakan tugasnya bekerja bersama-sama, memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan non guru, membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memberi contoh mengajar.

Kepala madrasah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat menjadi kepala madrasah harus ditentukan melalui prosedur serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas”.29

Sedangkan menurut Wahjosumidjo, “Kepala madrasah adalah seorang

tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.30

Kepala Sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh oleh seseorang guru setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Dalam rangka melakukan peran dan

29 Soetjipto, Raflis Kosasi, 2007, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta), h. 68 30

(53)

fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk mendayagunakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau koperatif, memberi kesempatan untuk meningkatkan profesi dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Dalam mencapai suatu tujuan organisasi bahwa seorang manajer harus memiliki keterampilan manajerial agar dapat menjalankan fungsi-fungsi daripada manajemen.

Peran kepala madrasah dalam menjalankan kepemimpinannya antara lain : a. Kepala madrasah sebagai educator (pendidik)

b. Kepala madrasah sebagai manajer c. Kepala madrasah sebagai administrator d. Kepala madrasah sebagai supervisor

e. Kepala madrasah sebagai leader (pemimpin) f. Kepala madrasah sebagai inovator

g. Kepala madrasah sebagai motivator31

Jadi, dengan demikian jelas bahwa kepala madrasah sebagai pemimpin agar berhasil harus menjalankan sekurang-kurangya tujuh fungsi di atas selain juga memiliki kriteria lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Kepala madrasah selain mampu untuk memimpin, mengelola madrasah juga dituntut mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat memotivasi guru dalam bekerja dan dapat mencegah timbulnya disintegrasi atau perpecahan dalam organisasi.

31

(54)

Menurut Robert L. Katz bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh administrator dan manajer pendidikan yang efektif adalah keterampilan teknis (technical skill), keterampilan hubungan manusia (human relation skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill).32

a. Keterampilan Teknis (Technical Skill)

Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan-tindakan praktis, keterampilan dalam menggunakan metode, teknik, prosedur atau prakarsa melalui taktik yang baik, atau menyelesaikan tugas-tugas secara sistematis.

Keterampilan teknikal yaitu kemampuan kepala madrasah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan metode-metode termasuk yang bukan pengajaran, yaitu pengetahuan keuangan, pelaporan, penjadwalan dan pemeliharaan. Keterampilan-keterampilan teknis antara lain adalah:

1) Kemampuan menyusun laporan

2) Kemampuan menyusun program pembelajaran 3) kemampuan menyusun data statistik madrasah

4) Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya 5) Keterampilan menata ruang

6) Keterampilan membuat surat, dan lain-lain.33

32 Sudarman Danim, 2011, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas dan Kelompok, (Jakarta

: Prenada Media), h. 111

33 Wahyudi, 2009, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Organisasi Pembelajaran

(55)

b. Keterampilan Berkomunikasi (Human Relations Skill)

Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kedua belah pihak. Dalam berkomunikasi akan melahirkan suasana kooperatif yang menciptakan kontak manusiawi antar-pihak yang terlibat. Keterampilan berkomunikasi ini antara lain adalah :

1) Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok 2) Keterampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan 3) Sikap terbuka terhadap kelompok kerja

4) Penghargaan terhadap nilai-nilai etis 5) Kemampuan memotivasi bawahan 6) Pemerataan tugas dan tanggung jawab

7) Itikad baik,adil,menghormati dan menghargai orang lain.34 c. Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)

Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan teoritis dan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Kepala madrasah atau para pengelola satuan pendidikan dituntut dapat memahami konsep dan teori yang erat hubunganya dengan pekerjaan. Keterampilari-keterampilan konseptual diantaranya:

1) Melihat madrasah sebagai suatu keseluruhan

34

Gambar

Tabel. I
Tabel 1
Tabel 2 Data Siswa MTs Negeri 2 Bandar Lampung
Tabel 3 Dara Sarana Prasarana Pembelajaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Ummayatun Vauza , yang berjudul “ Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Iman Pulung Kencana

59 Komunikasi jenis ini akan dapat berjalan secara efektif, apabila dilakukan oleh orang yang bergerak dalam bidang atau. bagian yang sama atau profesi yang sama dalam

Data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari.. subyek penelitan dengan menggunakan alat pengukuran

Hasil penelitian ini adalah: Keterlaksanaan Fungsi Kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sekota Bandar Lampung Tahun 2016 1) Fungsi Instruksi telah berjalan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dilakukan melalui

Dari hasil penelitian tentang Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepala Madrasah dalam Pengelolaan Kinerja Guru di MTs A-Hikmah Bandar Lampung, secara keseluruhan yang

penelitian ilmiah di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dengan judul “ Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru di MTs Negeri Bandar Lampung

Hasil penelitian menunjukkaan bahwa kompetensi manajerial kepala perpustakaan SMA Negeri 12 Bandar Lampung telah dijalankan dengan terpenuhinya sub kompetensi manajerial