• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA AGRESI VERBAL DENGAN CELEBRITY WORSHIP PADA K-POPERS DI INDONESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA AGRESI VERBAL DENGAN CELEBRITY WORSHIP PADA K-POPERS DI INDONESI"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh:

ST.ZADA AL-MIRAH NUR INDARSYAH 4516091064

SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2020

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA AGRESI VERBAL DENGAN CELEBRITY WORSHIP PADA K-POPERS

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar Sebagai Syarat Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

St.Zada Al-Mirah Nur Indarsyah 4516091064

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2020

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara Agresi Verbal dengan Celebrity Worship Pada K-Popers Di Indonesia” beserta seluruh isinya merupakan hasil karya saya. Adapun referensi yang digunakan pada skripsi ini dikutip dari sumbernya berdasarkan dengan kaidah ilmiah, bukan hasil plagiat dan data pada penelitian ini bukan manipulasi melainkan data asli dari responden. Demikian pernyataan ini dan saya siap bertanggung jawab secara moril sebagai insan akademik atas skripsi ini.

Makassar, September 2020 Peneliti,

St.Zada Al-Mirah Nur Indarsyah

(7)

vii MOTTO

“The most important thing, in anything you do, is always trying your hardest, because even if you try your hardest and it's not as good as you would hoped,

you still have that sense of not letting yourself down”

Tom Holland

“The good life is a process, not a state of being. It is a direction, not a destination.”

Carl Rogers

“올해 내 모토가 가볍게, 즐겁게, 많이다”

“My life motto is to live a light, happy life and experience a lot”

아이유- IU

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas Rahmat dan Hidayah-Nya peneliti mampu menyelesaikan proses perkuliahan hingga penyusunan skripsi. Tidak lupa pula Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW Keluargannya, para Sahabatnya, Pengikutnya, dan kepada kita sekalian. Adapun judul penelitian yang diajukan yaitu Hubungan antara Agresi Verbal dengan Celebrity Worship pada K-Popers Di Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Selain itu, tentu saja peneliti tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari orang-orang sekitar.

Maka dari itu, peneliti ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada peneliti berupa kesehatan, kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaiakan skripsi.

2. Kedua orang tua peneliti yaitu Indar dan Sitti Aisyah yang sangat berjasa dalam hidup peneliti yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a yang tiada henti-hentinya serta rasa cinta dan kasih sayang kepada peneliti. Tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada Etta dan Mama yang senantiasa mendengarkan keluh kesah peneliti.

3. H.Muh.Djaffar kakek peneliti yang menjadi orang tua kedua dalam memberikan kasih sayang dan dukungan kepada peneliti.

4. Saudara-saudara peneliti yaitu kakak peneliti Muh.Amirulhaq Nur Indarsyah (Andy) dan Adik tercinta St.Amaliyatul Ikhlas Nur Indarsyah (Aini). Terima kasih buat kakak peneliti yang turut membantu dan adik peneliti yang

(9)

ix

senantiasa menghibur dikala peneliti merasa stress selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Sri Hayati, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan ilmu, bimbingan, masukan serta arahannya kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Sulasmi Sudirman, S.Psi., M.A selaku pembimbing II yang telah membimbing, memberikan arahan, saran serta masukan kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi

7. Bapak Syahrul Alim, S.Psi., M.A selaku dewan penguji sekaligus expert judgement yang telah memberikan saran dalam penelitian ini.

8. Ibu Minarni, S.Psi., M.A selaku dewan penguji yang telah memberikan masukan, saran serta komentar terkait penelitian ini.

9. Ibu Hasniar A.Radde., S.Psi., M.Si selaku dosen statistik Universitas Bosowa Makassar yang telah membantu peneliti dengan arahan dan masukan dalam pengolahan data penelitian selama penyusunan skripsi.

10. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar yang telah memberikan ilmu serta pembelajaran yang tentunya sangat berharga selama peneliti menjadi mahasiswi Psikologi.

11. Seluruh staf tata usaha Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar yang telah membantu pengurusan administrasi peneliti selama proses penyusunan skripsi.

12. Sahabat-sahabat peneliti di Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar, Medelin, Fatmawaty, Christine, Nuraeni, Zafirah dan Dewi Bogo yang telah memberikan semangat, dukungan, motivasi, ilmu, saran serta

(10)

x

menjadi pendengar yang baik selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

13. Teman peneliti Rachmi Utari yang selama penyusunan skripsi selalu mendengar keluh kesah peneliti.

14. Teman-teman #TeamSantet yang sangat menghibur dikala peneliti sedang berada pada titik jenuh dan tertekan selama mengerjakan skripsi ini.

15. Teman-teman Fakultas Psikologi yaitu teman-teman kelas B, Psysixtion angkatan 2016 dan kakak-kakak yang ikut pada skripsi camp Ibu Hasniar A.Radde., S.Psi., M.Si, khususnya pada Kak Zainab dan telah menjadi teman diskusi dan turut membantu peneliti dalam penyusunan skripsi.

16. Akun instagram K-Popers @i_icaruswalkss, @iu_indonesia, @bts4fun dan

@comingsoon_ofc yang dengan ikhlas membantu peneliti menyebarkan skala online melalui story instagram.

17. Teman-teman K-Popers seluruh Indonesia yang telah berpartisipasi dalam penelitian dan peneliti berharap penelitian ini menyadarkan kita akan pentingnya menghargai sesama K-Popers.

18. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, peneliti sangat berterima kasih karena sangat membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

Peneliti,

St.Zada Al-Mirah Nur Indarsyah

(11)

xi ABSTRAK

HUBUNGAN AGRESI VERBAL DENGAN CELEBRITY WORSHIP PADA K-POPERS DI INDONESIA

St.Zada Al-Mirah Nur Indarsyah 4516091064

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar zadaalmirah@yahoo.com

Pemujaan terhadap selebriti cenderung menunjukkan perilaku agresi secara verbal seperti menghujat/berkomentar kasar kepada fans dari selebriti lain maupun selebriti selain idolanya. Apabila terdapat suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya maka K-Popers akan melontarkan kata-kata kasar.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara agresi verbal dengan celebrity worship pada K-Popers di Indonesia. Celebrity Worship merupakan rasa suka yang berlebih cenderung obsesi pada sosok selebriti. Agresi Verbal merupakan perilaku menyakiti seseorang dengan menggunakan kata-kata yang tidak pantas. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala agresi verbal yang telah dibuat oleh Eliani (2018) berlandaskan teori Buss dan Perry (1992) sedangkan skala celebrity worship, Caneca (2019) melakukan adaptasi skala berlandaskan teori Maltby et.al (2006). Penelitian ini dilakukan pada 545 K-Popers di Indonesia. Teknik penentuan sampel menggunakan non-probability sampling dengan metode insidental sampling. Reliabilitas skala agresi verbal sebesar 0,962 dan skala celebrity worship sebesar 0,773. Uji asumsi pada penelitian ini tidak menggunakan uji nomalitas karena hasil yang diperoleh tidak terdistribusi normal dengan nilai <0,05 sehingga analisis pada penelitian ini menggunakan uji bootstrap dengan nilai korelasi sebesar 0,506 dengan signifikansi nilai lower 0,447 dan upper 0,564. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada hubungan positif antara agresi verbal dengan celebrity worship pada K-Popers di Indonesia.

Kata kunci: Agresi Verbal, Celebrity Worship, dan K-Popers

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Celebrity Worship ... 11

1. Definisi Celebrity Worship ... 11

2. Aspek Celebrity Worship ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Celebrity Worship ... 16

4. Dampak Celebrity Worship ... 17

(13)

xiii

B. Agresi Verbal ... 19

1. Definisi Agresi Verbal ... 19

2. Aspek Agresi Verbal ... 22

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresi Verbal ... 24

4. Dampak Agresi Verbal ... 26

C. K-Popers ... 28

D. Dewasa Awal ... 29

1. Definisi Dewasa Awal... 29

2. Karakteristik Dewasa Awal ... 30

3. Tugas Perkembangan ... 31

E. Hubungan antara Celebrty Worship dengan Agresi Verbal pada K-Popers Di Indonesia ... 31

F. Kerangka Berpikir ... 33

G. Bagan Kerangka Berpikir ... 36

H. Hipotesis ... 37

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Variabel Penelitian ... 38

C. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 39

1. Definisi Konseptual ... 39

2. Definisi Operasional ... 40

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel dan Teknik Sampling... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

(14)

xiv

1. Skala Agresi Verbal ... 42

2. Skala Celebrity Worship ... 43

F. Uji Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 46

G. Teknik Analisis Data ... 47

1. Analisis Data Deskriptif ... 47

2. Uji Linearitas ... 48

3. Uji Hipotesis ... 48

H. Prosedur Penelitian ... 49

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 49

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 50

3. Tahap Pengolahn dan Analisis Data ... 50

I. Jadwal Penelitian ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Demografi ... 53

1. Deskriptif Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

2. Deskriptif Berdasarkan Usia ... 53

3. Desktriptif Berdasarkan Tempat Tinggal ... 52

4. Deskriptif Berdasarkan Lama Menjadi K-Popers... 54

B. Deskriptif Variabel ... 55

1. Deskriptif Agresi Verbal Pada K-Popers ... 55

2. Deskriptif Celebrity Worship Pada K-Popers ... 57

C. Deskriptif Variabel Berdasarkan Demografi ... 59

1. Deskriptif Agresi Verbal Berdasarkan Demografi ... 59

(15)

xv

2. Deskriptif Celebrity Worship Berdasarkan Demografi ... 66

D. Uji Linearitas ... 72

E. Hasil Uji Hipotesis ... 73

F. Pembahasan ... 76

1. Gambaran Umum Agresi Verbal pada K-Popers Di Indonesia ... 76

2. Gambaran Umum Celebrity Worship Pada K-Popers Di Indonesia ... 79

3. Gambaran Umum Agresi Verbal dengan Celebrity Worship Pada K-Popers Di Indonesia... 82

G. Limitasi ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Blue Print Skala Agresi Verbal ... 43

Tabel 3.2 : Blue Print Skala Celebrity Worship ... 43

Tabel 3.3 : Hasil Uji Reliabilitas Skala Agresi Verbal Dan Celebrity Worship .... 47

Tabel 3.4 : Batas Kategori ... 48

Tabel 4.1 : Hasil Analisis Variabel Data Empirik Variabel Agresi Verbal ... 56

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Skor Agresi Verbal ... 56

Tabel 4.3 : Hasil Analisis Data Empirik Variabel Celebrity Worship ... 57

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Skor Celebrity Worship... 58

Tabel 4.5 : Hasil Uji Linearitas ... 73

Tabel 4.6 : Hasil Uji Bootstrap... 74

Tabel 4.7 : Interpretasi Koefisien Korelasi ... 75

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir ... 36

Gambar 3.1 : Hubungan antara Perilaku Agresi Dengan Celebrity Worship pada K-Popers Di Indonesia ... 39

Gambar 4.1 : Diagram Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Gambar 4.2 : Diagram Subjek Berdasarkan Usia ... 54

Gambar 4.3 : Diagram Subjek Berdasarkan Tempat Tinggal ... 54

Gambar 4.4 : Diagram Subjek Berdasarkan Lama Menjadi K-Popers ... 55

Gambar 4.5 : Diagram Agresi Verbal ... 57

Gambar 4.6 : Diagram Celebrity Worship ... 59

Gambar 4.7 : Dagram Agresi Verbal Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Gambar 4.8 : Dagram Agresi Verbal Berdasarkan Usia ... 61

Gambar 4.9 : Dagram Agresi Verbal Berdasarkan Tempat Tinggal... 63

Gambar 4.10 : Dagram Agresi Verbal Berdasarkan Lama Menjadi K-Popers ... 65

Gambar 4.11 : Dagram Celebrity Worship Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Gambar 4.12 : Dagram Celebrity Worship Berdasarkan Usia ... 68

Gambar 4.13 : Dagram Celebrity Worship Berdasarkan Tempat Tinggal ... 69

Gambar 4.14 : Dagram Celebrity Worship Berdasarkan Lama Menjadi K-Popers ... 71

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Uji Face Validity ... 97

Hasi Uji Validitas Logis ... 102

Hasil Uji Reliabilitas ... 110

Hasil Uji Linearitas ... 113

Hasil Uji Hipotesis ... 116

Skala Penelitian ... 119

Tabulasi Data ... 123

Demografi Responden ... 126

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada awal tahun 2000-an kebudayaan Korea perlahan masuk ke Indonesia, dimana pada awalnya masyarakat dipertontonkan tayangan serial TV Korea Selatan sehingga menarik minat masyarakat Indonesia untuk mengetahui lebih banyak hal-hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.

Kemudian trend dunia hiburan dunia saat ini yang berasal dari Korea Selatan atau disebut dengan Hallyu Wave sangat populer di Indonesia melalui Pop Culture asal Negeri Ginseng tersebut. Adanya Hallyu Wave ini membuat masyarakat Indonesia mengenal lebih dalam tentang kebudayaan Korea melalui film, drama televisi, musik, fashion, makanan dan banyak lagi trend yang populer.

Pada tahun 2005 grup musik Korea Selatan dengan nama Super Junior perlahan dikenal karena musik yang dipadukan dengan tarian modern atau dance. Musik Korea Selatan menjadi salah satu kebudayaan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, khususnya para remaja dan dewasa awal baik itu wanita maupun pria. Para remaja di Indonesia lebih menyukai musik Korea atau disebut Korean Pop/Kpop dibandingkan musik Indonesia karena dari hal tersebut masyarakat Indonesia dapat mengetahui bahasa Korea meskipun tidak secara keseluruhannya. Dari situlah remaja mulai mencari jati dirinya melalui apa yang diminatinya (Kompasiana.com).

Pop Culture Korea Selatan sangat identik dengan grup musik atau lebih dikenal dengan Boyband dan Girlband. Grup musik Korea Selatan tidak hanya terkenal di Negaranya sendiri, melainkan beberapa Negara di Dunia

1

(20)

termasuk Indonesia. Remaja dan Dewasa Awal sangat menggemari grup musik tersebut selain karena memiliki suara indah, individu menyukai paras tampan yang dimiliki selebriti Korea Selatan. Kegemaran individu terhadap Pop Culture Korea dapat memunculkan adanya Celebrity Worship. Perilaku tersebut dimulai dengan individu ingin lebih mengetahui segala informasi mengenai selebriti (Suara.com, 2019).

Masuknya Pop Culture Korea Selatan memunculkan penggemar yang biasa disebut sebagai K-popers. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggemar merupakan individu yang gemar terhadap suatu kesenian, permainan dan lain-lain. Penggemar yang menyukai sosok publik figur termasuk dalam pengidolaan yang merupakan bagian dari pemujaan.

Penelitian yang dilakukan Raviv et.al (1996) menemukan hasil bahwa pemujaan (worship) merupakan kecintaan yang diluar batas normal individu terhadap sosok idola.

Maltby et.al (2006) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Celebrity worship merupakan pemujaan yang akan mengarah tidak normal apabila individu mulai terobsesi dengan publik figur. Aspek dari Celebrity Worship ada tiga yaitu Entertainment Social, Intense Personal Feeling dan Borderline Pathological. Entertainment Social merupakan kegiatan yang dilakukan penggemar dengan mencari tahu informasi-informasi mengenai selebriti dan senang membicarakan selebriti yang disukai. Intense Personal Feeling merupakan perasaan yang memiliki penggemar kepada selebriti idolanya, dimana para penggemar merasakan apa yang dirasakan selebriti tersebut.

Borderline-Pathological merupakan tingkat pemujaan paling tinggi, dimana

(21)

para penggemar akan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak terkontrol.

Salah satu fenomena yang ditemukan peneliti yang terkait dengan Celebrity Worship pada aspek Entertainment Social yaitu ketika menyukai selebriti, individu akan mencari tahu informasi yang berhubungan dengan idolanya. Hal ini serupa dengan hasil wawancara pada beberapa subjek yang menemukan bahwa para Kpopers melakukan searching mulai dari biodata, lagu-lagu dan video keseharian selebriti tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunarni (2015) ditemukan bahwa individu memiliki pemujaan pada tahap hiburan sosial sebagai pencarian identitas diri.

Sains Kompas (2019) memberikan Celebrity Worship pada aspek Intense Personal Feeling ketika para penggemar mengetahui kabar perceraian pasang selebriti Korea Song Joong Ki dan Song Hye Kyo, dimana para penggemar ikut merasakan kesedihan dan patah hati karena hal tersebut.

Fenomena tersebut menjadi salah satu fakta adanya interaksi parasosial antar individu dengan sosok selebriti.

Idn Times (2019) memberitakan tentang teror ekstrem yang diterima selebriti korea dari penggemar fanatik atau sasaeng fans yang perbuatannya melanggar privasi selebriti tersebut. Selebriti korea JYJ Jaejoong pernah memiliki pengalaman buruk dengan sasaeng fans yang menerobos masuk ke dalam kamar tempat Jaejoong tertidur di sauna dengan mengambil gambarnya dan menciumnya. Selain itu, salah satu anggota Super Junior Kim Heechul pernah mengalami kecelakaan mobil karena para sasaeng fans terus menerus mengikuti mobilnya. Korban dari sasaeng fans ini juga

(22)

merupakan boy group EXO dimana kamar hotel yang digunakan EXO telah dipasangi CCTV dan perekam suara.

Celebrity Worship merupakan obsesi penggemar pada selebriti idola, dimana ketika selebriti idolanya merasa terpuruk atau sedih maka para penggemarnya juga akan turut merasakan yang dirasakan idolanya tersebut.

Penggemar juga akan berusaha mencari tahu informasi yang lebih banyak terkait idolanya. Sebuah studi pada 700 subjek dengan rentang usia 18 sampai 60 tahun terdapat tiga tingkatan Celebrity Worship Syndrom antara lain kategori ringan, sedang dan berat. Pada kategori ringan, penggemar akan bersemangat ketika membahas hal-hal mengenai selebriti idolanya.

Kategori sedang yaitu penggemar sangat kuat interaksinya dengan selebriti idola. Kategori berat ini sangatah parah karena penggemar merasa dekat dengan selebriti dan menganggap bahwa idolanya mengenal dirinya. Selain itu, penggemar dengan kategori berat menjadi pribadi yang kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga seringkali merepotkan sekelilingnya (Health.detik.com, 2015).

Fenomena Celebrity Worship lainnya dapat dilihat pada penggemar tidak menyukai apabila artis idolanya menjalin hubungan asmara dengan seseorang, seperti EXO Byun Baekhyun dan SNSD Kim Taeyeon yang tidak direstui oleh kedua penggemar masing-masing meski keduanya telah menjalin interaksi selama 1 tahun. Kim Taeyeon menerima banyak hujatan dari para EXO-L melalui akun Instagram pribadinya (penggemar EXO). Hal ini dikarenakan Kim Taeyeon terlihat menghadiri konser EXO PLANET #2 - The EXO'luXion. EXO-L tidak menyukai kehadiran Kim Taeyeon di konser yang diadakan EXO meskipun tidak terdapat bukti bahwa Kim Taeyeon hadir

(23)

pada konser tersebut. Kim Taeyeon mendapatkan komentar pedas di akun Instagram pribadinya, EXO-L menuliskan bahwa Kim Taeyeon tidak tahu malu karena menghadiri konser tersebut (Instagram.com, 2014). Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa fans yang melakukan pemujaan tidak menyukai idolanya menjalin hubungan asmara.

EXO-L merasa kecewa dengan terungkapnya hubungan asmara kedua idol tersebut sebab Kim Taeyeon sering mengunggah foto yang dianggap berkaitan dengan Byun Baekhyun. Para penggemar menganggap bahwa postingan Kim Taeyeon seakan mengolok-olok. Hal tersebutlah yang membuat Kim Taeyeon meminta maaf di akun Instagram pribadinya dan mengungkapkan bahwa postingan tersebut tidak seperti yang penggemar pikirkan. EXO-L yang melihat postingan permintaan maaf Kim Taeyeon di akun Instagram pribadinya menilai bahwa hal tersebut lebih baik tidak dilakukan karena sudah terlambat. EXO-L mengungkapkan bahwa seharusnya dari awal jika ingin menjalin hubungan asmara tidak perlu memamerkannya di media sosialnya. EXO-L merasa bahwa dengan Kim Taeyeon mengunggah foto tersebut seakan-akan mengolok penggemar.

Komentar pedas yang diterima Kim Taeyeon membuatnya berhenti mengikuti akun Instagram kekasihnya Byun Baekhyun. Selain itu, EXO-L merasa kecewa dengan terungkapnya hubungan asmara kedua selebriti tersebut karena EXO Byun Baekhyun pernah mengatakan bahwa akan lebih fokus pada karirnya dan menyampingkan urusan asmara (Celebrity.okezone.com). ARMY yang merupakan penggemar BTS pernah memberikan komentar hujatan pada artis Indonesia Luna Maya hanya karena

(24)

mengikuti akun instagram BTS.Celebrity Worship merupakan fenomena yang sudah ada sejak dahulu (Manado.tribunnews.com, 2019).

Fenomena mengenai celebrity worship ini terjadi pada penggemar BTS yang saat ini sedang naik daun. Peneliti telah melakukan wawancara kepada penggemar BTS guna mencari tahu tingkat pemujaan yang dilakukan para penggemar selebriti. Adapun hasil wawancara dengan salah satu penggemar BTS atau biasa disebut dengan ARMY mengungkapkan bahwa ia pernah memaki tatto artist yang dikabarkan berpacaran dengan salah satu anggota BTS Jeon Jungkook. Hal tersebut dikarenakan pada bulan September 2019 lalu, salah satu anggota Jeon Jungkook tertangkap kamera memeluk dari belakang wanita yang bekerja sebagai tatto artist, dimana beberapa hari setelah berita tersebut heboh, Jeon Jungkook terlihat di Bandara Incheon memiliki tatto di jari tangannya.

Individu yang melakukan pemujaan secara berlebihan akan membuat fans berperilaku secara agresif. Fans yang begitu antusias dengan kedatangan selebriti idola membuat mereka berperilaku agresif dengan saling mendorong agar bisa lebih berdekatan dengan idola. Antusias fans yang begitu menyukai selebriti membuatnya berperilaku secara berlebih, sehingga hal ini sering kali disebut sebagai fanatisme. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hapsari dan Wibowo (2015) bahwa terdapat hubungan antara fanatisme dengan agresi.

Kecintaan penggemar yang cenderung fanatik terhadap sosok idola dengan berlebihan dapat membuat penggemar melakukan apa saja demi idolanya yang dapat memunculkan perilaku agresif. Agresi merupakan tindakan diiringi dengan arti ingin menyakiti secara verbal dan non verbal

(25)

(Myers, 2010). Salah satu fenomena agresi yang ada di Indonesia yaitu perilaku agresif verbal dengan arti perilaku agresif menggunakan kata-kata yang mencakup hinaan, celaan, dan komentar negatif. Hal ini didukung dari melihat unggahan di media sosial dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa subjek yang merupakan penggemar korea.

Berdasarkan pengamatan peneliti di media sosial, kebanyakan subjek yang melakukan pemujaan pada selebriti Korea Selatan menunjukkan perilaku agresif secara verbal. Perilaku tersebut dilihat dari unggahan di media sosial. Subjek tersebut memaki para penggemar lain yang menghina selebriti idolanya tersebut.

Narasumber berkata bahwa ia pernah meninggalkan komentar “tidak pantas” di akun Instagram tatto artist yang dirumorkan menjalin hubungan asmara dengan Jeon Jungkook. Narasumber juga berkata bahwa ia pernah memaki penyanyi solo Suran karena sempat dikabarkan berkencan dengan salah satu anggota BTS Suga. Narasumber lainnya berkata bahwa pernah menuliskan komentar kebencian kepada salah satu anggota girl group Blackpink Kim Jennie karena telah tertangkap paparazzi Dispatch berkencan dengan salah satu anggota boy group EXO Kim Jong In atau Kai pada awal tahun 2019.

Subjek yang menjadi narasumber pada penelitian ini merupakan dewasa awal. Meskipun penelitian yang dilakukan Sunarni (2015) menyatakan bahwa individu yang melakukan pemujaan merupakan anak usia remaja. Sedangkan penelitian yang dilakukan Widjaja dan Ali (2016) menyatakan bahwa individu pada masa dewasa awal masih melakukan pemujaan pada selebriti. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti.

(26)

Berdasarkan fenomena dan hasil wawancara dengan subjek yang merupakan penggemar korea, dimana para penggemar tersebut berperilaku agresif secara verbal yaitu dengan memaki orang lain. Eliani, Yuniardi, dan Masturah (2018) menemukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara kecintaan pada suatu objek dengan agresi pada penggemar Korea. Para penggemar dengan tingkat kecintaan pada idola akan mengutamakan kepentingannya sendiri seperti emosi negatif yang mengarah pada agresif verbal yang berawal dari pertengkaran. Biasanya pertengkaran terjadi karena meyakini apa yang dianggap benar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Appel et.al (2014) menyatakan bahwa individu yang berperilaku agresif secara verbal merupakan sebagai bentuk ketidaksetujuan atau ingin berdebat dengan individu lain. Perilaku agresif secara verbal ini dapat juga dikatakan sebagai bentuk penghinaan yang ditujukan pada individu lain. Selain itu, perilaku agresi secara verbal dapat diperkirakan dari berasal dari tontonan di televisi. Martin dan Anderson (1997) melakukan penelitian bahwa tontonan di televisi yang menampilkan kekerasan secara verbal dapat membuat individu berperilaku agresif secara verbal.

Adapun hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan di beberapa social media seperti facebook, instagram, tiktok, twitter dimana para penggemar Korea tidak menyukai apabila idol A dipasangkan dengan idol B dalam suatu drama. Penggemar tersebut menuliskan komentar kebencian seperti tidak akan menonton drama tersebut karena idol tersebut kurang menarik. Bahkan penggemar korea tidak suka apabila idolanya berkencan dengan seseorang yang tidak mereka inginkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

(27)

oleh Lalitya dan Tedjasaputra (2019) yang mendapatkan hasil bahwa individu berperilaku agresi secara verbal apabila terjadi sesuatu diluar keinginannya.

Fenomena dari celebrity worship dengan agresi verbal yang dipaparkan di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara celebrity worship dengan agresi verbal pada k-popers di Indonesia, sebab belum ada yang meneliti hubungan celebrity worship dengan agresi verbal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah “apakah terdapat hubungan antara agresi verbal dengan celebrity worship pada Kpopers Di Indonesia?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara agresi verbal dengan celebrity worship pada K-Popers Di Indonesia

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis, yaitu:

a. Menambah referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai celebrity worship dan agresi verbal.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai celebrity worship, seperti tingkatan pemujaan, dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta kaitannya dengan perilaku agresif secara verbal pada penggemar Kpop.

(28)

2. Manfaat praktis a. Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti ialah menambah wawasan dan informasi mengenai celebrity worship dan agresi verbal

b. Kpopers

Manfaat penelitian ini bagi Kpopers memberikan informasi bagi fans Kpop mengenai hubungan celebrity worship dengan agresi verbal, sehingga dapat menghindarkan fans Kpop dari perilaku agresi akibat adanya celebrity worship.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Celebrity Worship

1. Definisi Celebrity Worship

Maltby et.al (2003) menjelaskan bahwa celebrity worship merupkan suatu kondisi dimana individu merasa memiliki hubungan yang nyata dengan sosok idola atau biasa disebut hubungan parasosial. Individu dengan indikasi celebrity worship akan menunjukkan rasa suka pada sosok selebriti atau idola yang membuat para penggemarnya cenderung obsesi pada hal tersebut. Maltby dan Day (2011) mengemukakan bahwa celebrity worship merupakan hubungan parasosial yang bersifat satu arah sehingga hanya individu satu mengenal individu lainnya, sedangkan individu lainnya tidak mengetahui keberadaan individu satu.

Hal tersebut seringkali diibaratkan pada sosok publik figur atau selebriti yang tidak mengenal penggemarnya, melainkan hanya penggemar yang mengenal selebriti tersebut. Horton dan Wohl (1965) menyatakan bahwa hubungan parasosial merupakan hubungan satu arah antara selebriti dengan penggemar melalui media, dimana penggemar merasa bahwa hubungan tersebut adalah hubungan yang nyata bukan hanya sekedar melalui media saja.

Ballantine dan Martin (2005) mengungkapkan bahwa hubungan parasosial merupakan hubungan satu arah antara penggemar dengan sosok selebriti sehingga penggemar merasa bahwa memiliki hubungan yang begitu dekat dengan sosok idola. Giles dan Maltby (2004) menyatakan bahwa hubungan antara penggemar dengan sosok selebriti

11

(30)

tersebut merupakan hubungan yang bersifat khayalan, akan tetapi penggemar tersebut merasa bahwa hubungan tersebut bersifat nyata.

Maltby et.al (2006) menyatakan bahwa individu dengan celebrity worship masih batas wajar dalam menjadikan sosok selebriti sebagai panutan apabila masih anak-anak dan remaja karena masih dalam pencarian identitas. Akan tetapi, akan berubah menjadi sesuatu yang tidak wajar (abnormal) jika sangat terobsesi dengan beberapa selebriti.

McCutcheon, Lange & Houran (2002) menyatakan bahwa celebrity worship adalah suatu peristiwa dimana cenderung terobsesi atau tergila- gila dengan sosok selebriti idola sebagai salah satu untuk memenuhi identitasnya. Selain itu, teori celebrity worship ini dapat dijelaskan lebih dalam melalui teori absorption-addiction. Absorption merupakan keadaan individu yang kerap menganggap bahwa dirinya sebagai sosok yang akrab dengan selebriti idolanya secara nyata. Sedangkan addiction merupakan keadaan individu yang menganggap bahwa hubungannya dengan sosok selebriti menjadi salah satu hal yang mampu memperkuat segala keinginannya.

Raviv (1996) menyebutkan bahwa terdapat 2 unsur pokok dalam pengidolaan yang dilakukan individu terhadap sosok idola yaitu, pemujaan dan modeling. Worship yang diartikan pemujaan seringkali dianggap sebagai perasaan kagum yang tidak dalam batas wajar kepada sosok yang dikagumi sebagai idola. Perasaan kagum yang berlebihan tersebut terlihat dari cara individu mengumpulkan barang- barang yang digunakan idola serta sangat ingin bertemu langsung dengan sosok yang diidolakan.

(31)

Boon dan Lonore (2001) menjelaskan bahwa individu kerap membicarakan informasi penting mengenai dirinya dengan sosok selebriti idolanya. Individu dengan celebrity worship pada awalnya memiliki ketertarikan yang cukup kuat dengan sosok selebriti dan sering kali terlihat para penggemar akan merelakan waktu, pikiran dan uangnya. Ketertarikan yang begitu kuat terhadap sosok idola membuat penggemar berperilaku yang berlebihan seperti delusi sehingga penggemar akan tetap pada pendirian yang menyukai hubungan parasosial atau hubungan satu arah pada sosok idola.

Lee, Scott dan Kim (2008) menyatakan bahwa perilaku yang ditunjukkan individu dengan berlebihan akan segala hal yang erat kaitannya dengan selebriti disebut celebrity worship atau pemujaan/penghormatan pada sosok selebriti. Tingkat pemujaan yang dilakukan individu pada sosok selebriti akan semakin tinggi seiring dengan keterlibatannya pada sosok idolanya. Keterlibatan sosok selebriti mempengaruhi citra diri penggemar terhadap selebriti idolanya.

Keterlibatan selebriti tersebut membuat penggemar memiliki keinginan untuk berkunjung ketempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh selebriti idolanya. Hollander (2010) mengemukakan pendapat bahwa individu yang melakukan pemujaan terhadap selebriti akan memiliki emosional yang tidak terkontrol seperti menangis ketika bertemu dengan idola.

Dr. Lynn McCutcheon dan rekan-rekan penelitiannya menggunakan skala pengukuran Celebrity Attitude Scale yang hanya menggunakan satu aspek yaitu “Celebrity Worship” dan dilakukan pada sampel kecil saja. Kemudian Dr. Maltby dan rekan-rekannya mengidentifikasikan tiga

(32)

aspek bebas dari celebrity worship yang diberi label (i) entertainment- social, (ii) intense-personal dan (iii) borderline-pathological (Maltby et.al.,2003).

Berdasarkan definisi celebrity worship yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa individu yang melakukan pemujaan pada selebriti akan terobsesi dengan segala hal yang berhubungan dengan selebriti idolanya sehingga mampu melakukan hal-hal secara tidak wajar.

2. Aspek Celebrity Worship

Maltby et.al (2004) menyebutkan bahwa celebrity worship memiliki 3 aspek yaitu entertainment-social, intense-personal feeling dan borderline-pathological. Penjelasan ketiga aspek akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Entertainment-social

Aspek entertainment-social merupakan tingkatan terendah dari celebrity worship yang dapat terlihat dari sikap dan perilaku penggemar senang membicarakan hal-hal yang telah dilakukan idolanya dan mencari informasi mengenai idolanya. Para penggemar senang mencari tahu kehidupan pribadi sosok selebriti yang disukainya. Pada aspek ini menggambarkan aspek sosial mengenai pemujaan terhadap selebriti berdasarkan pengamatan Stever (1991) bahwa penggemar tertarik dengan sosok selebriti yang mampu menghibur dan menarik perhatian para penggemar.

Maltby et.al (2003) mengarakteristikkan perilaku penggemar dengan sosok selebriti yaitu fans merasa senang dengan mencari

(33)

informasi yang berhubungan dengan selebriti idolanya melalui media sosial maupun majalah terkadang fans senang apabila saling bertukar informasi mengenai selebriti yang diidolakan. Kemudian fans akan senang berkomunikasi dengan sesama fans dari selebriti yang diidolakan bahkan sampai tergabung dalam sekelompok penggemar. Terakhir, para fans sangat bersemangat untuk melihat kembali pertunjukkan yang diadakan idolanya.

b. Intense-personal feelings

Aspek intense-personal feelings ini merupakan tingkatan menengah dari celebrity worship yang ditandai dengan adanya perasaan lebih kuat, dimana penggemar merasa bahwa selebriti idolanya merupakan belahan jiwanya dan sering memikirkan selebriti idolanya. Pada tingkatan ini pula penggemar diperkirakan memiliki perasaan yang obsesif pada selebriti.

Maltby et.al (2003) mengarakteristikkan perilaku penggemar dengan sosok selebriti pada aspek ini, yaitu empati yang membuat penggemar turut merasakan yang sedang dirasakan selebriti idolanya dan fans merasa senang serta menganggap bahwa apabila idolanya mampu mencapai keberhasilan maka fans merasa keberhasilan tersebut juga dicapainya. Selanjutnya imitasi, dimana fans akan menjadikan selebriti idolanya sebagai panutan dalam berperilaku serta berpenampilan. Pada tahap ini fans akan membeli barang yang digunakan sosok idolanya.

c. Borderline-pathological

Aspek borderline-pathological ini merupakan tingkatan paling ekstrim dari celebrity worship dilihat dari cara penggemar yang

(34)

bersedia melakukan apa saja demi selebriti idolanya meskipun hal tersebut ilegal. Penggemar pada tingkatan ini juga akan membeli benda-benda yang telah digunakan idolanya seperti barang pribadi yaitu serbet atau piring kertas meskipun dengan harga yang fantastis demi kesenangannya.

Maltby et.al (2003) mengarakteristikkan perilaku penggemar dengan sosok selebriti pada aspek ini, yaitu fansakan membayangkan secara tidak terkontrol seperti sosok idolanya adalah kekasih dan suami. Selanjutnya, fans yang terobsesi dengan selebriti tidak terima jika idolanya dikabarkan dekat dengan seseorang sehingga fans akan marah dan menyerang orang yang dikabarkan dekat tersebut. Terakhir, fans akan menjerit apabila seseorang menyebut nama idolanya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Celebrity Worship Celebrity worship dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Umur

Raviv et.al (1996) menyatakan bahwa individu yang melakukan pemujaan dipengaruhi oleh faktor usia, dimana rentang usia antara 11 tahun sampai 17 tahun. Biasanya tingkat pemujaan individu akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia dan akan berhenti melakukan pemujaan ketika memasuki dewasa awal. Individu yang termasuk dalam kategori dewasa awal diyakini telah mampu menentukan identitas dirinya, termasuk hal-hal yang disukai.

(35)

b. Jenis kelamin

Raviv et.al (1996) menyatakan dalam penelitiannya bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi pemujaan individu pada sosok selebriti. Tingkat pemujaan perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan lebih mudah terpengaruh pada kelompok tertentu dari pada laki-laki. Brown (dalam Raviv et.al., 1996) menyebutkan bahwa laki-laki lebih tertarik dengan hal-hal yang cenderung dalam bidang olahraga. Sedangkan Bryson (dalam Raviv et.al., 1996) menyatakan bahwa perempuan cenderung menghayalkan hubungan romantis yang sempurna melalui sosok selebriti.

c. Keterampilan Sosial

McCutcheon, Lange dan Houran (2002) menyatakan dalam penelitiannya bahwa individu dengan keterampilan sosial yang tidak baik akan memandang bahwa celebrity worship merupakan kegiatan yang hanya dilakukan karena tidak melakukan suatu pekerjaan yang sesungguhnya. Stever (1995) melalui penelitiannya menyatakan bahwa individu akan menjadi introvert karena pemujaan pada selebriti yang masih dalam batas wajar. Szymanski (dalam McCutcheon, Lange & Houran, 2002) melakukan penelitian yang menemukan bahwa individu akan cenderung menjalin hubungan yang lebih erat ketika belum menjadi penggemar dari sosok selebriti.

4. Dampak Celebrity Worship

Celebrity worship memiliki dampak yang positif dan negatif, berikut penjelasannya antara lain:

(36)

a. Dampak Positif

Maltby et.al (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa 58,7% dari jumlah subjek meyakini bahwa selebriti idolanya dapat menginspirasi fans untuk menjalankan aktivitas-aktivitas tertentu.

Fans menjadikan selebriti idolanya sebagai panutan karena dianggap memiliki suatu keahlian. Boon dan Lomore (2001) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa salah satu dampak positif dari celebrity worship yaitu memotivasi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Maltby et.al (2003) melalui penelitiannya bahwa fans mejadikan selebriti idolanya sebagai inspirasi, dimana fans bertindak dan melakukan hal-hal yang menunjukkan kreativitasnya setelah memperhatikan idolanya. Dampak positif dari celebrity worship yaitu fans mengikuti sikap disiplin yang dimiliki selebriti idolanya dalam bertindak atau menjalankan segala aktivitas.

b. Dampak Negatif

Maltby et.al (2004) melakukan penelitian dengan 307 subjek yang menemukan bahwa dampak negatif dari celebrity worship yaitu akan mengakibatkan individu tidak mampu untuk menjalankan perannya secara sosial dan munculnya rasa khawatir yang akan berakibat depresi. Selain itu, celebrity worship ini memberikan dampak negatif pada individu karena mengakibatkan kurang mampu mengekspresikan perasaannya yang bermula ketika individu tidak mampu berbaur dengan lingkungan sekitarnya.

Cheung dan Yue (2003) melakukan penelitian pada 833 remaja di Cina yang melakukan pemujaan terhadap selebriti bahwa individu

(37)

akan memiliki kemampuan belajar yang tidak begitu baik, memandang diri sendiri rendah, dan kurang mampu menentukan identitasnya. Namun, individu yang memiliki rasa kagum pada keluarga, guru dan bukan sosok selebriti akan memiliki harga diri yang tinggi.

Sheridan et.al (2007) dalam penelitiannya menemukan celebrity worship memang memiliki unsur kecanduan dikaitkan dengan kriminalitas. Kecanduan ini berhubungan dengan perilaku meniru yang tidak baik, seperti contoh “If my favourite celebrity endorsed a legal but possibly unsafe drug designed to make someone feel good, I would try it” dan “If I were lucky enough to meet my favourite celebrity, and he/she asked me to do something illegal as a favour, I would probably do it”. Terlihat jelas bahwa celebrity worship dapat membuat individu melakukan hal-hal ilegal.

B. Agresi Verbal

1. Definisi Agresi Verbal

Buss dan Perry mengartikan agresi sebagai perilaku yang mengarah pada niat individu yang ingin melukai individu lain baik itu secara fisik maupun mental dengan meluapkan perasaan negatifnya. Agresi adalah perilaku dengan niat ingin melukai orang lain secara fisik dan verbal (Myers, 2010). Agresif merupakan tindakan membabi buta yang mengarah pada perilaku kejahatan yang bermula dari perasaan marah secara terus-menerus (Coccoro, 2003). Iskandar (2016) mengartikan

(38)

agresi sebagai tindakan yang dilakukan pada orang lain dengan maksud ingin menyakiti, ada yang bersifat verbal maupun non-verbal.

Perilaku agresi merupakan segala perilaku dengan niat ingin menyakiti orang lain. Sebagai contoh individu menodongkan pistolnya pada individu lain dengan niat ingin menembakinya, akan tetapi saat menarik pelatuknya ternyata didalam pistol tersebut pelurunya tidak ada sehingga tidak melukai individu lain. Meskipun begitu, perilaku agresif ini dapat terlihat dari niat individu yang ingin menyakiti (Taylor, Peplau &

Sears, 2018).

Murray dan Fine (dalam Sarwono, 1991) mengartikan perilaku agresif sebagai tindakan dalam bentuk kekerasan terhadap suatu objek atau barang, baik itu secara fisik maupun verbal. Buss (dalam Morgan, 1987) dalam teorinya menjelaskan bahwa agresi merupakan segala bentuk perilaku yang ingin menyakiti, mengancam dan membuat individu dalam bahaya secara fisik maupun verbal. Kemudian Aktinson (2008) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang ingin mencelakai orang lain atau sebuah barang.

Perilaku agresi merupakan perilaku yang dilakukan dengan menggunakan kekerasan kepada orang lain. Perilaku agresi ini dibagi menjadi agresi fisik dan verbal. Agresi fisik yaitu perilaku yang menggunakan kekerasan fisik berupa memukul, menampar, mendorong dan sebagainya. Sedangkan agresi verbal yaitu perilaku menyakiti seseorang tetapi menggunakan kata-kata yang tidak pantas seperti idiot (Moore & Fine dalam Koeswara, 2008).

(39)

Buss dan Perry (1992) menjelaskan bahwa agresi verbal merupakan perilaku yang tindakannya menggunakan kata-kata, misalnya mengejek, mengatakan kata yang kasar, ungkapan kebencian dan sarkasme.

Anderson dan Huesmann (2007) menjelaskan bahwa agresi fisik merupakan perilaku yang dilakukan dengan memakai kata-kata yang tidak pantas, seperti mengejek, menghina, menghardik, berteriak, dan menipu orang lain agar mendapatkan kesulitan.

Berkowitz (2003) menjelaskan bahwa agresi verbal merupakan suatu tingkah laku yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain. Tingkah laku tersebut dapat berupa kata-kata kasar. Buss (dalam Dayakisni &

Hudaniah, 2009) menjelaskan bahwa agresi verbal memiliki empat jenis yaitu agresi verbal aktif langsung merupakan perbuatan memaki, menghina secara bertemu muka antara individu satu dengan lain dan terjadi kontak verbal. Selanjutnya agresi verbal pasif langsung merupakan perbuatan agresi verbal yang terjadi dengan bertemu muka tetapi tidak terjadi kontak verbal seperti memilih untuk diam.

Agresi verbal aktif tidak langsung merupakan perbuatan agresi dengan cara menyebarkan hal-hal yang belum tentu benar meski tidak bertemu muka antar individu. Lalu agresi verbal pasif tidak langsung merupakan perbuatan agresi antar individu dimana tidak bertemu muka secara langsung dan tidak terjadi kontak verbal seperti tidak memberi masukan.

Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa agresi merupakan perilaku dengan niat ingin menyakiti orang lain.

Biasanya individu yang berperilaku agresif secara verbal akan menggunakan kata-kata yang tidak baik

(40)

2. Aspek Agresi Verbal

Buss dan Perry (1992) mengelompokkan empat aspek agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan. Pada agresi verbal tersebut memiliki tiga indikator. Adapun tiga indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Berdebat Menunjukkan Ketidaksukaan atau Ketidaksetujuan

Berdasarkan KBBI, berdebat merupakan proses bertukar pendapat antar orang lain dengan mempertahankan pendapat maupun argumen masing-masing. Hendrikus (1991) menyatakan bahwa berdebat merupakan aktivitas yang dilakukan antar individu dalam berpendapat yang bertujuan memenangkan adu pendapat tersebut. Selain itu, individu yang berhasil memenangkan dalam adu pendapat biasanya menyerang dengan cara menghina lawan bicara.

Tarigan (1984) menjelaskan bahwa berdebat merupakan aktivitas yang dilakukan antar individu maupun kelompok dalam beradu pendapat masing-masing untuk mencapai kemenangan. Sedangkan menurut Kamdhi (1995) menjelaskan berdebat merupakan kegiatan membahas suatu masalah kemudian saling bertukar pendapat.

b. Menyebar gossip

Gosip biasanya dilakukan untuk menipu individu lain dengan menyajikan informasi yang belum tentu benar terkait individu tertentu. Informasi yang disajikan biasanya bersifat negatif yang akan berpengaruh pada eksistensi seseorang di lingkungannya (McAndrew, Bell & Garcia, 2007). Levin dan Arluke menyebutkan bahwa menyebar gosip pula dapat menghancurkan nama baik

(41)

seseorang. Sebutan untuk seseorang yang terlalu sering menyebar gosip negatif tentang individu yaitu berlidah panjang (Kurland &

Pelled, 2000).

Foster (2004) menjelaskan lebih lanjut bahwa individu yang yang menjadi sasaran gossip negatif akan memiliki rasa sakit hati apabila mengetahui dirinya dipandang buruk. Selain itu individu akan memiliki pemikiran yang tidak baik terhadap seseorang yang menjadikannya bahan gossip (Shallcross, Ramsay, & Rener, 2011).

c. Bersikap sarkastis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarkartis merupakan perilaku yang ditunjukkan individu dengan niat ingin menghina atau mengejek individu lain. Waluyo (1995) memaparkan penejelasannya mengenai sarkasme yaitu merupakan perkataan yang tidak baik atau verbal yang kasar yang bertujuan untuk menyindir maupun mengomentari sesuatu atau seseorang.

Keraf (2007) menyebutkan bahwa sarkasme berupa serangan berupa hinaan yang menyakitkan. Purwadinata (dalam Tarigan, 2009) menyebutkan bahwa sarkasme itu sendiri merupakan kata- kata yang berisikan sindiran atau penghinaan yang sangat menohok.

Sarkasme ini juga dapat berarti sindiran yang langsung ditujukan pada seseorang dengan kasar. Individu yang bersikap sarkastis akan menghina individu lain dengan kata-kata yang pedas. Terkadang perkataan individu yang bersikap sarkartis merupakan bentuk ungkapan perasaan yang tidak dalam keadaan senang sehingga perkataannya akan menjadi sangat kasar.

(42)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresi Verbal

Baron dan Byrne (2005) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu berperilaku agresif secara verbal yaitu:

a. Faktor Eksternal

Perilaku yang ditunjukkan individu dalam bentuk kata-kata dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial yang saling berkaitan.

Terdapat beberapa faktor agresi secara sosial yaitu frustasi dimana apabila tujuan yang gagal dicapai atau tidak sesuai keinginan akan menyebabkan frustasi pada individu. Dollard et.al (dalam Baron &

Barscombe, 2012) menyebutkan bahwa frustasi sering mengarah agresi dan agresi terjadi karena diawali dengan frustasi. Akan tetapi, terkadang ketika individu frustasi tidak selalu diikuti dengan menunjukkan perilaku agresif. Frustasi ini menjadi salah satu dari sekian banyak yang menyebabkan individu berperilaku agresif.

Faktor sosial selanjutnya yaitu provokasi secara langsung Harris (dalam Baron & Branscombe, 2012) mengungkapkan bahwa provokasi secara langsung berupa sikap arogan dan merendahkan orang lain. Kowalski (dalam Baron & Branscombe, 2012) menjelaskan bahwa provokasi langsung merupakan kritik tidak sopan yang ditunjukkan pada individu. Kemudian kekerasan dalam media yang memunculkan agresi dapat terjadi melalui menonton film dan bermain video games. Agresi pada anak-anak akan semakin meningkat apabila beranjak dewasa karena menonton film dan bermain video games yang menampilkan kekerasan dan berakibat melakukan hal tersebut juga.

(43)

b. Faktor Internal

Perilaku agresif yang dilakukan oleh individu biasanya dipengaruhi oleh kepribadian (personality), narsis (narcissism) dan perbedaan jenis kelamin (gender differences). Individu agresif memiliki kepribadian yang selalu ingin bersaing, mengerjakan segala sesuatunya dengan tergesa-gesa dan mudah terpancing amarahnya.

Kemudian individu dengan pribadi yang narsis memiliki tingkat agresi yang tinggi, hal ini didukung oleh penelitian yang didapatkan bahwa individu setuju dengan pernyataan “Jika saya mengatur dunia, maka dunia akan menjadi lebih baik” dan “Saya lebih bisa melakukan apapun dibanding orang lain” (Bushman et.al dalam Baron &

Barscombe, 2012).

Bogard et.al.dan Bjorkqvist et.al (dalam Baron & Branscombe, 2012) melakukan penelitian mengenai faktor agresi yaitu perbedaan jenis kelamin, dimana laki-laki memiliki tingkat agresi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Perilaku agresif yang ditunjukkan laki-laki akan lebih jelas seperti melakukan penyerangan secara fisik dengan cara melempar benda, menaikkan nada suara dan menghardik.

c. Faktor Situasional

Anderson et.al.(2006) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa individu yang melakukan perilaku agresif dipengaruhi oleh suhu (temperature). Suhu panas akan memicu terjadinya agresi. Taylor, Peplau dan Sears (2018) menjelaskan bahwa alkohol (alcohol) dapat mempengaruhi agresi individu. Individu yang berada dibawah

(44)

pengaruh alkohol akan melakukan agresi tanpa mampu menahan diri. Lisak dan Roth (dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa sekitar 60 persen melakukan kejahatan seperti pembunuhan yang dilakukan oleh individu yang berada dalam pengaruh alkohol.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi agresi verbal pada individu yaitu kontrol diri. Cuyunda dkk (2020) menemukan hasil bahwa perlaku agresi verbal yang dilakukan individu akan mempengaruhi tindakan yang akan diambil dimana individu yang tidak mampu mengatur atau mengelola emosi serta perilakunya cenderung akan bertindak sesuka hati. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kemampuannya dalam menjalani hidup.

4. Dampak Agresi Verbal

Dampak agresi pada korban menurut Anantasari (2006) yaitu:

a. Korban akan merasa dirinya sebagai orang yang lemah dan tidak mampu melawan

b. Timbulnya emosi negatif seperti marah karena telah menjadi korban perilaku agresif

c. Korban merasa bahwa dirinya sudah hancur selamanya

d. Rasa percaya pada orang lain sudah tidak ada lagi sehingga korban tidak akan mampu menjalin hubungan dengan orang lain.

e. Pusat pikiran akan terus berada pada tindakan mencelakai f. Korban merasa bahwa dunia sudah tidak dapat adil padanya

Anantasari (2006) kemudian menjelaskan dampak agresi terhadap pelaku, yaitu:

(45)

a. Ketergantungan pada perilaku

Individu yang telah menjadi pelaku agresif akan membiarkan perilaku tersebut dalam hidupnya hingga seterusnya

b. Menjadi perilaku fondasi

Individu akan cenderung berperilaku agresif ketika dewasa karena pada masa anak-anak sering melakukan perilaku agresif yang menjadi dasar dalam membentuk perilaku anak hingga dewasa.

c. Menjadi model yang buruk

Individu yang melakukan agresi akan dengan mudahnya diikuti oleh orang lain.

Hawadi (dalam Maryati & Suryawati, 2012) menjelaskan bahwa individu yang melakukan agresi cenderung tidak mampu dalam menunjukkan amarahnya ketika mendapatkan perlakuan dari sekitarnya.

Individu yang berperilaku agresif akan memberikan dampak negatif.

Dampak negatif tersebut akan berdampak pada diri sendiri dan lingkungan. Berikut penjelasan mengenai dampak negatif, antara lain:

a. Bagi diri sendiri

Individu yang berperilaku agresif memungkinkan tidak memiliki teman karena dianggap sebagai anak yang berperilaku nakal sehingga memiliki konsep diri yang buruk yang nantinya membuat individu merasa tidak bahagia.

b. Bagi lingkungan

Ketika individu berperilaku agresif akan mengakibatkan orang lain tidak ingin mendekat atau berhubungan dengannya sehingga tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Selain itu, individu dengan perilaku

(46)

agresif akan menimbulkan keresahan pada lingkungan karena cenderung memukul, menendang dan membanting barang-barang yang ada disekitarnya.

Yun, Shim dan Jeon (2019) menyebutkan bahwa dampak dari perilaku yang menyakiti orang lain menggunakan kata-kata yaitu dapat berisiko menyebabkan gangguan mood, kecemasan, kemarahan-permusuhan, bunuh diri, disosiasi, atau penggunaan narkoba di masa dewasa muda.

Serangan secara verbal ini sering kali dikaitkan dengan perubahan pola pematangan pola pikir, termasuk berkurangnya integritas struktural dari saluran saraf utama dalam sistem saraf pusat, gangguan konektivitas, dan menurunnya kemampuan dalam mengambil keputusan maupun membuat rencana. Hal tersebut yang bertanggung jawab untuk pemrosesan sensorik, regulasi emosional dan fungsi kognitif terkait interaksi sosial seperti bahasa dan memori.

C. K-Popers

Kpop adalah kepanjangan Korean Pop atau sering diartikan dengan Musik Pop Korea yang berarti tipe musik yang terkenal dari Korea Selatan.

K-popers itu sendiri merupakan sekelompok individu yang senang dengan musik Korea. Perempuan yang menyukai Kpop disebut fangirls dan pria disebut fanboy. K-popers tergabung dalam suatu fandom berdasarkan grup dari idola yang mereka sukai. Fandom ini merupakan nama penggemar dari idol yang disukai atau biasa disebut komunitas. Beberapa fandom dari grup idol yang terkenal yaitu Cassiopeia yang merupakan fans dari grup idol paling terbesar dan ternama yakni TVXQ atau DBSK, ELF fans dari grup

(47)

Super Junior, SONE fans dari SNSD atau Girls Generation, ARMY fans dari BTS dan masih banyak lagi fandom dari berbagai grup idol Korea Selatan.

K-popers sangat senang mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan idolanya seperti, mencari tahu berita terbaru, grup idol mana yang akan comeback dan dengan siapa idol tersebut berkencan. K-popers ini dikenal karena kesetiaannya dengan idol yang disukai, karena mereka rela menghabiskan waktu dan uangnya demi memenuhi kesenangannya. K- popers menghabiskan waktu dan uang untuk menonton konser yang diadakan oleh idol kesukaanya

Ada banyak hal yang dilakukan K-popers untuk menunjukkan kecintaanya dengan idola, seperti memasang papan iklan idolanya yang segera berulang tahun, membuat trending ketika idolanya berulang tahun, melakukan streaming ketika idolanya merilis music video terbarunya.

Dilansir dari Kumparan.com (2018), adapula K-popers asal Indonesia yang melakukan aksi penggalangan dana untuk Palestina atas nama idola yang disukai setelah beberapa hari selebriti Korea Selatan Jonghyun SHINee melakukan bunuh diri di Apartemennya dan para fans mengumpulkan dana sebanyak Rp. 466.481.947.

D. Dewasa Awal 1. Definisi

Individu yang termasuk kedalam kategori dewasa awal biasanya berusia 18 sampai 25 tahun, dimana perkembangan dan performa fisik mencapai puncaknya (Santrock, 2012).

(48)

2. Karakteristik Dewasa awal

Hurlock (1996), menyebutkan bahwa karakteristik dewasa awal sebagai berikut:

a. Masa pengaturan, dimana masa ini, individu akan bertanggung jawab pada apa yang akan diberikan dan terimanya

b. Reproduktif, dimana masa ini individu akan berperan sebagai orang tua ketika waktunya tiba seperti menikah

c. Masa bermasalah, dimana pada masa ini individu akan bertemu berbagai macam masalah yang harus dihadapi

d. Masa ketegangan emosional, dimana pada masa ini individu telah mampu menyelesaikan permasalahannya dengan lebih terarah e. Masa keterasingan sosial, merupakan keinginan individu dalam

bersaing untuk menjadikan dirinya kuat dan lebih maju

f. Masa komitmen, dimana individu banyak mengalami berbagai macam perubahan. Individu akan memiliki tanggung jawab serta komitmennya sendiri

g. Masa ketergantungan, individu pada masa ini masih tergantung dengan figur tertentu.

h. Masa perubahan nilai, dimana individu akan memiliki pengalaman dengan menjalin interaksi sosial dengan dunia sekitar. Perubahan yang dilihat ketika individu ingin diterima pada suatu kelompok tertentu.

i. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dimana individu akan mencoba berbaur dan mengubah apa yang sesuai dengan lingkungan sekitar.

(49)

j. Masa kreatif, dimana individu akan bebas menentukan apa yang ingin diperbuat sesuai dengan bakat maupun minatnya.

3. Tugas Perkembangan

Individu yang termasuk kedalam kategori dewasa awal biasanya berusia 18 sampai 25 tahun, dimana perkembangan dan performa fisik mencapai puncaknya. Selain mencapai puncak performa fisik pada dewasa awal juga terjadi penurunan, dimana pada masa ini individu akan merasakan persaan berdebar dengan pasangan yang terjadi pada awal memulai hubungan percintaan. Individu pada masa ini akan merasakan emosi yang seperti, marah, keinginan, bahagia, cemburu dalam satu waktu sekaligus (Santrock, 2012).

E. Hubungan antara Perilaku Agresi dengan Celebrty Worship Verbal pada Kpopers Di Indonesia

K-popers merupakan sebutan untuk orang yang menggemari musik Korea Selatan. Individu yang melakukan celebrity worship biasanya individu yang tergolong remaja dengan rentang usia 14-17 tahun. Namun, subjek dalam penelitian ini merupakan individu yang tergolong dalam dewasa awal.

Hal ini dikarenakan peneliti menemukan fakta melalui pengamatan di media sosial dan melakukan wawancara pada individu yang melakukan celebrity worship.

Maltby, Houran dan McCutcheon (2003) menjelaskan bahwa celebrity worship merupakan suatu kondisi dimana individu merasa memiliki hubungan yang nyata dengan sosok idola atau biasa disebut hubungan parasosial. Individu dengan indikasi celebrity worship akan menunjukkan

(50)

rasa suka pada sosok selebriti atau idola yang membuat para penggemarnya cenderung obsesi pada hal tersebut.

Individu yang melakukan pemujaan terhadap sosok selebriti menunjukkan perilaku agresif baik itu fisik maupun verbal. Agresi verbal yang ditunjukkan individu sering dilakukan di media sosial dengan menunjukkan ungkapan kebencian, ketidaksukaan, serta saling menyerang komentar jahat antar penggemar. Para penggemar yang melakukan perilaku agresif biasanya dipicu dari kecintaan berlebih kepada sosok idola yang menyebabkan keributan dan perkelahian antar penggemar (Eliani, Yuniardi,

& Masturah, 2018). Kecintaan yang berlebih pada sosok idola menimbulkan perilaku agresif pada penggemar (Ancok & Suroso, 2011).

Adapun hasil wawancara pada beberapa penggemar korea yang mengatakan bahwa ia pernah menuliskan komentar pedas di media sosial selebriti yang dikonfirmasi berkencan dengan idolanya. Selain itu, peneliti melakukan wawancara pada subjek yang melakukan agresi secara verbal melalui media sosialnya seperti berdebat dengan penggemar lain yang menjelekkan idolanya.

Berdasarkan fenomena yang dijelaskan diatas, dapat diketahui bahwa individu yang melakukan pemujaan secara berlebihan akan membuat fans berperilaku secara agresif. Fans yang begitu antusias dengan kedatangan selebriti idola membuat mereka berperilaku agresif dengan saling mendorong agar bisa lebih berdekatan dengan idola. Antusias fans yang begitu menyukai selebriti membuatnya berperilaku secara berlebih, sehingga hal ini sering kali disebut sebagai fanatisme. Hal ini sesuai dengan penelitian

(51)

yang dilakukan oleh Hapsari dan Wibowo (2015) bahwa terdapat hubungan antara fanatisme dengan agresi.

Agresi verbal yang dilakukan K-popers di media sosial sering kali terjadi ketika idola favoritnya ketahuan berkencan dan dikalahkan oleh grup lain yang menyebabkan fanwar antar penggemar. Eliani, Yuniardi, dan Masturah (2018) menemukan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara kecintaan pada suatu objek dengan agresi pada penggemar Korea. Para penggemar dengan tingkat kecintaan pada idola akan mengutamakan kepentingannya sendiri seperti emosi negatif yang mengarah pada agresif verbal yang berawal dari pertengkaran. Biasanya pertengkaran terjadi karena meyakini apa yang dianggap benar.

Apple (2014) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa agresi yang dilakukan secara verbal ini biasanya dalam bentuk perdebatan dan ungkapan ketidaksetujuan terhadap individu lain. Agresi secara verbal biasanya dipicu oleh tontonan di televisi atau layar kaca. Kemudian Martin dan Anderson (1997) melakukan penelitian bahwa individu akan berperilaku agresif secara verbal diakibatkan oleh tontonan di televisi yang menampilkan kekerasan secara verbal.

F. Kerangka Berpikir

Maltby, Houran dan McCutcheon (2003) menjelaskan bahwa celebrity worship merupakan suatu kondisi dimana individu merasa memiliki hubungan yang nyata dengan sosok idola atau biasa disebut hubungan parasosial. Individu dengan indikasi celebrity worship akan menunjukkan

(52)

rasa suka pada sosok selebriti atau idola yang membuat para penggemarnya cenderung obsesi pada hal tersebut.

Celebrity worship ini memiliki dampak positif maupun negatif, dimana dampak positif dari pemujaan terhadap selebriti akan membangkitkan kreativitas individu seperti akan mempelajari bahasa yang digunakan idola mereka, sedangkan dampak negatif yaitu membuat individu mengalami disfungsi sosial. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maltby et.al (2004) dengan 307 subjek yang menemukan bahwa dampak negatif dari celebrity worship yaitu akan mengakibatkan individu tidak mampu untuk menjalankan perannya secara sosial dan munculnya rasa khawatir yang akan berakibat depresi. Selain itu, celebrity worship ini memberikan dampak negatif pada individu karena mengakibatkan kurang mampu mengekspresikan perasaannya yang bermula ketika individu tidak mampu berbaur dengan lingkungan sekitarnya.

Maltby et.al (2004) menyebutkan bahwa celebrity worship memiliki 3 aspek yaitu entertainment-social, intense-personal feeling dan borderline- pathological. Aspek entertainment-social merupakan tingkatan terendah dari celebrity worship yang dapat terlihat dari sikap dan perilaku penggemar senang membicarakan hal-hal yang telah dilakukan idolanya dan mencari informasi mengenai idolanya. Para penggemar senang mencari tahu kehidupan pribadi sosok selebriti yang disukainya.

Aspek intense-personal feelings ini merupakan tingkatan menengah dari celebrity worship yang ditandai dengan adanya perasaan lebih kuat, dimana penggemar merasa bahwa selebriti idolanya merupakan belahan jiwanya dan sering memikirkan selebriti idolanya. Pada tingkatan ini pula penggemar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership pada fans K-Pop, khususnya fans Super Junior di

keterkaitannya dengan faktor kepribadian, usia, kognitif, dll. Melakukan penelitian kolerasi antara kepribadian neuroticism dengan dimensi.. Penelitian mengenai celebrity

Therefore, the research model by Singh &amp; Banarjee (2019) was then developed in this study with the objectives of; 1) to find out the relationship between celebrity worship and

Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa pada variabel celebrity worship memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000, maka dapat dikatakan bahwa Ho

Sejalan dengan beberapa fenomena sosial yang telah dipaparkan sebelumnya, tren penelitian mengenai celebrity worship menunjukkan adanya kecenderungan korelasi antara variabel

Tidak adanya hubungan antara celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada remaja dapat disebabkan karena perilaku imitasi terjadi apabila model imitasi

This shows that the respondents studied are included in the criteria needed by researchers to determine the effect of the Rintik Sedu podcast on the behavior of Celebrity Worship

Penelitian oleh Arief 2021 ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara celebrity worship dengan kepuasan hidup, afek positif dan afek negatif, bisa dikatakan bahwa