• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU DUA MADILAU DESA PULAU DUA DARAT KECAMATAN BUNGKU SELATAN KABUPATEN MOROWALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU DUA MADILAU DESA PULAU DUA DARAT KECAMATAN BUNGKU SELATAN KABUPATEN MOROWALI"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU DUA MADILAU DESA PULAU DUA

DARAT KECAMATAN BUNGKU SELATAN KABUPATEN MOROWALI

SKRIPSI

Oleh

YUMAN

STAMBUK. 45 12 042 018

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

(2)

STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PULAU DUA MADILAU DESA PULAU DUA DARAT KECAMATAN BUNGKU

SELATAN KABUPATEN MOROWALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Oleh YUMAN

STAMBUK. 45 12 042 018

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : YUMAN.

NIM : 45 12 042 018

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Maret 2018

Yang Menyatakan

Yuman.

(6)

vi

ABSTRAK

Yuman 2018 “Studi Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamata Bungku Selatan Kabupaten Morowali”. Di bimbing oleh Ir. Syafri M,Si dan Ilham Yahya ST, MSP.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap pengembangan Ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau dan dapat menjadi bahan masukan atau acuan bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam pembangunan, pihak swasta, lembaga sosial, atau masyarakat yang bertindak sebagai pelaksanaan pembangunan daerah terutama dalam pengembangan ekowisata bahari..

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode SPSS. Dan untuk menentukan strategi pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat dengan menggunakan analisis SWOT.

Berdasarakan hasil penelitian ini bahwa ketersediaan sarana dan prasarana adalah hal terpenting dalam pengembangan ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat. Minimnya ketersediaan sarana dan prasarana akan berdampak pada menurunnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan ekowisata baharai, bahkan akan menjadi penghambat dalam bentuk aktifitas/kegiatan masyarakat yang tidak semestinya dilakukan seperti adanya tindakan illegal fishing dan limbah masyarakat yang mencemari ekosistem bahari di di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamata Bungku Selatan Kabupaten Morowali

Kata Kunci: pengembangan, ekowisata bahari

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat−Nya, saya dapat meyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Perencanaan wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah su;i bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu , saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hamsina, ST, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Ir. Jufriadi, ST, MSP, selaku ketua jurusan perencanaan wilayah dan kota.

3. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar. Terutama Ibu Ros Jurusan maupun Ibu Ros Fakultas terima kasih atas pelayanan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

4. Bapak Dr. Ir. Syafri, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Ilham Yahya, ST, M.SP selaku pembimbing II yang telah membimbing dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, saran dan kritikannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(8)

viii 5. Secara khusus dan tulus penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Orang Tua, Ayahanda tercinta, ibunda tercinta besar khususnya untuk setiap detik yang dilalui dengan penuh cinta, terima kasih buat segalanya.

6. Sahabat-sahabat Afdaliah Kisman ST, Sitti Rukmana ST, Jefrianus ST, Latifa Haupea ,Faturahman M. ST, Eril Sanafat ST, Ulfian Tamher, Sir Muhammad Iqbal ST,Tiara andini ST, Irmawati ST, Atyka Marsaoly ST, chintya hasan ST dan Teman-teman seperjuanganku Planologi 2012, KKN MONCONGLOE Angkatan XI dan lainnya yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua puhak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Makassar, 2018

Penulis,

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI………. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR……….. vi

HALAMAN ABSTRAK………... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5

D. Ruang Lingkup ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pariwisata ... 9

1. Pengertian Pariwisata ... 9

2. Jenis-Jenis Pariwisata ... 10

3. Bentuk-Bentuk Pariwisata ... 13

B. Ekowisata ... 14

1. Pengertian Ekowisata ... 14

2. Aspek-Aspek Dalam Ekowisata ... 16

3. Unsur-Unsur Dalam Ekowisata ... 17

4. Jenis-Jenis Ekowisata ... 18

5. Konsep Ekowisata ... 19

C. Ekowisata Bahari ... 21

1. Pengertian Ekowisata Bahari ... 21

2. Aktifitas yang Dilakukan Dalam Ekowisata ... 23

(10)

x 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengembangan

Ekowisata Bahari ... 24

D. Terumbu Karang... 44

1. Pengertian Terumbu Karang ... 44

2. Fungsi Terumbu Karang ... 47

E. Kerangka Pikir……… 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Metode Penelitian ... 49

1. Metode Deskritif ... 51

2. Pendekatan Kuantitatif... 52

3. Studi Kepustakaan……… 53

B. Sumber Data ... 54

1. Data Primer ... 54

2. Data Sekunder... 54

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 54

1. Lokasi Penelitian ... 54

2. Waktu Penelitian ... 55

D. Populasi dan Sampel... 56

1. Populasi... 56

2. Sampel ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Variabel Penelitian ... 58

G. Alat analisis ... 60

1. Analisis Regresi ... 60

2. Analisis SWOT ... 62

H. Definisi Operasional ... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Tinjauan Umum Kabupaten Morowali ... 67

1. Landasan Hukum Kelembagaan Pengelola Kawasan Konsevasi Perairan Daerah ... 67

(11)

xi

B. Gambaran Umum Kabupaten Morowali ... 68

1. Letak Geografis dan Administrasi ... 68

2. Topografi ... 73

3. Klimatologi ... 74

4. Hidrologi dan Oceanografi ... 75

5. Pasut, Arus dan Gelombang ... 75

6. Kualitas Air ... 78

7. Terumbuh Karang ... 79

8. Penggunaan Lahan ... 80

C. Gambaran Umum Kecamatan Bungku Selatan ... 82

1. Letak Geografis dan Administrasi ... 82

2. Topografi ... 85

3. Morfologi /Kemiringan Lereng ... 85

4. Aspek Kependudukan ... 86

5. Penggunaan Lahan ... 88

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 90

1. Letak Geografis dan Administrasi ... 90

2. Topografi ... 94

3. Morfologi /Kemiringan Lereng ... 94

4. Aspek Kependudukan ... 94

5. Perkembangan Jumlah Pengunjung di Pulau Dua Madilau ... 95

6. Asesibilitas ... 96

7. Penggunaan Lahan Lahan ... 97

8. Ekosisitem Pesisir ... 102

9. Perikanan Tangkap ... 103

10. Kodisi Biologis Perairan ... 103

11. Kondisi Sosial Ekonomi ... 104

12. Kondisi Sosial Budaya ... 105

E. Permasalahan Umum di Pulau Dua Madilau ... 106

1. Penangkapan Ikan yang Merusak ... 108

(12)

xii

2. Pengambilan biota yang Berlebihan ... 109

3. Spesies Eksotis dan Sumber Daya yang Dilingdungi ... 109

4. Pencemaran ... 110

5. Obyek dan Potensi Wisata yang Belum Dimanfaatkan Secara Obtimal ... 110

6. Kerusakan Terumbu Karang dan Perubahanya ... 111

7. Kelembagaan ... 112

8. Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 113

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Berkembangnya Ekowisata Bahari di Pulau Dua madilau ... 113

1. Kegiatan Masyarakat ... 114

2. Ilegal Fishing ... 115

3. Pencemaran Limbah ... 116

4. Sarana Prasarana ... 117

G. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidak Berkembangnya Ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau... 122

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 122

2. Dasar-Dasar Pengambilan Keputisan Untuk Uji t Parsial Dalam Analisis Regresi Linear ... 124

3. Uji F ... 127

4. Koefisien Determinasi (R2) dan Korelasi ... 128

5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 130

H. Strategi Penanganan Penyebab Tidak Berkembangnya Ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau ... 131

BAB V PENUTUP ... 143

A. Kesimpulan... 143

B. Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ………. 146

LAMPIRAN……….. 147

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Schedule Pelaksanaan Penelitian/Skripsit .... ……….. 55 Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert………... 60 Tabel 3.3 Matriks Analisis swot ... ……….. 63 Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Morowalid di Rinci Perkecamatan

Tahun 2017 ... …. .. 69 Tabel 4.2 Luas dan Banyaknya Pulau Menurut Kecamatan

di Kabupaten Morowali ... ……….. 70 Tabel 4.3 Frekuensi Terjadinya Gelombang dan Arahnya………. 77 Tabel 4.4 Luas Terumbu Karang Menurut Kecamatan .. ………... 79 Tabel 4.5 Jenis Penggunaan Lahan di kabupaten Morowali .. ………… 80 Tabel 4.6 Luas Wilayah kecamatan Bungku Selatan di Rinci

Perkelurahan Tahun 2017 ... ………….. 83 Tabel 4.7 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bungku Selatan Tahun 2017 86 Tabel 4.8 Laju pertumbuhan Penduduk di kecamatan Bungku Selatan Tahun 2013-2107 ... ……….. 88 Tabel 4.9 Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Bungku Selatan …… 88 Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Penduduk di Desa Pulau Dua Darat tahun 2013-2017 ... ………... 95 Tabel 4.11 Perkembangan jumlah Pengunjung di Pulau Dua Madilau…… 96 Tabel 4.12 Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Desa Pulau Dua Darat…… 99 Tabel 4.13 Banyaknya Fasilitas Perdagangan di Desa Pulau Dua Darat.. 100 Tabel 4.14 Jenis Penggunaan Lahan di Pulau Dua Darat... …………. 100 Tabel 4.15 Jumlah Responden Terkait Tidak Berkembangnya

Ekowisata Bahari ... ……… 114 Tabel 4.16 TJumlah Responden Terkait Tidak Berkembangnya

Ekowisata Bahari ... ……… 115 Tabel 4.17 Jumlah Responden Terkait Tidak Berkembangnya

Ekowisata Bahari ... …..…………. 116 Tabel 4.18 Jumlah Responden Terkait Tidak Berkembangnya

(14)

xiv

Ekowisata Bahari ... ………. 122

Tabel 4.19 Variabel Entered / Removeda ... ……….. 123

Tabel 4.20 Unstandardized Coefficientsa ... ……… 123

Tabel 4.21 Uji Hipotesis Signifikansi Parsial Coefficients ... ……….. 125

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Uji – t Pada SPSS 22……….……….. 126

Tabel 4.23 Uji koefisien regresi simultan (uji F)ANOVA ... ……….. 127

Tabel 4.24 Hasil Uji Determinasi Model Summary ... …………. 129

Tabel 4.25 Ringkasan Faktor Analisis Internal (IFAS) Tahun 2018…….. 134

Tabel 4.26 Ringkasan Faktor Analisis Eksternal (EFAS) Tahun 2018.… 137 Tabel 4.27 Matriks Analisis SWOT Strategi Dan kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari Di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali……… 138

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian……… 55

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali………. 72

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Morowali……… 81

Gambar 4.3 Peta Administrasi Kecamatan Bungku Selatan……….. 84

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Bungku Selatan…….. 89

Gambar 4.5 Peta Administrasi Pulau Dua Darat………... 91

Gambar 4.6 Peta Lokasi Penelitian……….. 92

Gambar 4. 7 Foto Udara Pulau Dua Madilau ... ...………… 93

Gambar 4. 8 Kondisi Bangunan Pemukiman ... ...………… 98

Gambar 4.9 Kondisi Fasilitas Pendidikan ... ……….…… 98

Gambar 4.10 Kondisi Fasilitas Perdagangan ... ………….. 100

Gambar 4,11 Peta Penggunaan Lahan Desa Pulau Dua Darat………… 101

Gambar 4.12 Kondisi Terumbu Karang………...…… 102

Gambar 4.13 Dampak Dari Ilegal fishing ... ………….… 115

Gambar 4.14 Sampah Yang Berserakan dipinggir Pantai ... …………... 116

Gambar 4. 15 Tenda Pengunjung ... ……… 118

Gambar 4. 16 Kondisi Warung ... ……… 119

Gambar 4.17 Kondisi Sumur di Lokasi Penelitian ... ……….. 120

(16)

xvi

(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane,2004:14).

Salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah dengan mengembangkan pariwisata dengan konsep Ekowisata.

Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih tinggi terhadap perbedaan kultur atau budaya. Hal inilah yang mendasari perbedaan antara konsep ekowisata dengan model wisata konvensional yang telah ada sebelumnya. Secara sederhana, konsep ekowisata menghubungkan antara perjalanan wisata alam yang memiliki visi dan misi konservasi dan kecintaan lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena keuntungan finansial yang didapat dari biaya perjalanan wisata digunakan juga untuk

(18)

2 kebutuhan konservasi alam serta perbaikan kesejahteraan penduduk lokal. Di sisi lain, konsep ekowisata juga diarahkan untuk mempertahankan kebudayaan lokal serta tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan pergerakan demografi dan budaya penduduk lokal.

(Satria,2009)

Dalam perkembangan kepariwisataan secara umum, muncul pula istilah sustainable tourism atau “wisata berkelanjutan”. Wisata berkelanjutan dipandang sebagai suatu langkah untuk mengelola semua sumber daya yang secara sosial dan ekonomi dapat dipenuhi dengan memelihara integritas budaya, proses-proses ekologi yang mendasar, keragaman hayati, dan unsur-unsur pendukung kehidupan lainnya, (Satria, 2009).

Ekowisata menuntut persyaratan tambahan bagi pelestarian alam.

Dengan demikian ekowisata adalah wisata alam berdampak ringan yang menyebabkan terpeliharanya spesies dan habitatnya secara langsung dengan peranannya dalam pelestarian dan atau secara tidak langsung dengan memberikan pandangan kepada masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat setempat dapat menaruh nilai, dan melindungi wisata alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber pendapatan (Goodwin, 1997:124)

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 pulau dengan luas perairan laut Indonesia diperkirakan seluas 58 juta Km dan

(19)

3 panjang garis pantai 95.181 Km, keadaan yang demikian yang menyebabkan Indonesia banyak memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan, mulai dari prospek pasar baik dalam negeri maupun internasional (Sudirman dan Karim, 2008). Meskipun demikian sumberdaya kelautan juga tidak lepas dari masalah. Fakta empirik memperlihatkan bahwa keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat pesisir secara umum dapat di asumsikan bahwa tidak mampu mengembangkan usaha komersial sehingga hal ini yang menjadi pemicu belum optimalnya pengelolaan pemanfaatan di kawasan pesisir.

Kabupaten Morowali merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Sulawesi Tengah. Ibu kota kabupaten sekaligus pusat administrasi terletak di Kota Bungku. Kabupaten Morowali memiliki luas sebesar 3037,04 Ha dengan jumlah penduduk 113.132 Jiwa pada tahun 2016.

Dalam potensi wisata, Kabupaten Morowali adalah salah satu daerah kabupaten di Sulawesi Tengah yang terkenal memiliki banyak potensi wisata pulau, pantai, dan air terjun yang dapat dikembangkan sebagai wisata bahari sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, baik ekonomi wilayah kabupaten maupun ekonomi penduduk setempat.

Pulau Dua Madilau terletak di Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas kurang lebih 403,90 Km2. Pulau Dua Madilau memiliki jumlah penduduk 114 jiwa dengan Suku Etnis Bajo. Pulau Dua Madilau merupakan bagian dari kawasan konservasi perairan Kabupaten Morowali (Kawasan

(20)

4 Sombori). Pulau Dua Madilau memiliki Hamparan terumbu karang cukup luas dengan lebar yang bervriasi berkisar 100-1000 m dari garis pantai.

Memiliki kedalaman air laut dengan kisaran 2-7 m yang dapat dikategorikan perairan dangkal, yang dideskripsikan sebagai perairan tenang hingga berombak. Pulau ini dihuni oleh sekitar 30 keluarga nelayan yang dikelilingi oleh pasir putih yang menawan sehingga memiliki potensi wisata bahari (Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Morowali, Tahun 2016).

Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Morowali, bahwa pada Tahun 2016 terjadi penurunan kondisi terumbu karang di Pulau Madilau dengan presentase 20% kondisi baik, 50%

kondisi sedang dan 30% kondisi buruk hal ini disebabkan karena adanya pencemaran dari aktivitas kegiatan pertambangan, pengambilan ikan secara ilegal dengan menggunakan bom ikan dan pengambilan biota yang berkelanjutan. Selain itu banyaknya sampah dipinggir pantai juga menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka hal ini dapat menyebabkan semakin menurunnya kualitas objek wisata yang ada, penurunan kualitas objek wisata juga akan berdampak pada tidak berkembangnya sektor ekowisata bahari

Berdasarkan faktor penyebab dan akibat dari kerusakan terumbu karang dapat disimpulkan bahwa, kerusakan terumbu karang disebabkan oleh faktor yang kompleks, dimana faktor satu dan faktor

(21)

5 yang lainya saling berkaitan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengidentifikasi hal-hal yang menjadi penyebab turunnya kualitas ekowisata bahari di pulau dua madilau, sehingga penulis tertarik melakukan penenlitian sebagai tugas akhir dengan judul

“Studi Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Faktor apa yang mempengaruhi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali?

2. Bagamana strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan kabupaten Morowali?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

2. strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan kabupaten Morowali?

(22)

6 Manfaat dari penelitian ini adala ;

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap keilmuan Perencanaan Wilayah dan Kota dalam mengkaji strategi alam pengembangan sektor pariwisata terutama dalam pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

2. Penelitian ini, diharapkan dapat masukan kepada pemerintah Daerah setempat dalam mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali.

3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi maupun bahan pertimbangan bagi mereka yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai peranan obyek wisata dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dan dapat dijadikan sumber pembanding dalam penelitian dengan tema yang sama.

D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian kali ini adalah di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

2. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penelitian di difokuskan pada faktor apa yang mempengaruhi pengembangan ekowisata bahari dan bagaimana

(23)

7 strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Desa Pulau Dua Darat Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

E. Sistematikan Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini merupakan tahapan-tahapan dalam proses penyusunan laporan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah mengenal dan memahami substansi dalam penelitian ini.

Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini menguraikan apa yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang kajian terhadap literature yang berkaitan dengna tujuan dan sasaran penelitian yang selanjutnya digunakan dalam melakukakan analisa-analisa dan pembahasan guna mencapai tujuan dan sasaran tersebut.

Tinjauan pustaka ini juga berisis landasan teori, dan standarisasi-standarisasi yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode dalam melakukan penelitian berupa lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi

(24)

8 dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, metode analisis dalam menganalisis data, serta definisi operasional penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pembahasan terkait data yang ada dan bagaimana mengolah serta menganalisis data tersebut melalui beberapa pendekatan untuk mengetahui potensi dan arahan pengembangan ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi hasil dari penelitian yang dikemukakan dalam bentuk kesimpulan dan juga saran yang berisi bagaimana konsep-konsep serta arahan pengembangan yang dapat diterapkan dalam penegembangan potensi ekowisata bahari di Pulau Dua Madilau Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang kedaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari- harinya, kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya (Fandeli, 1995: 47). Pariwisata juga dapat di definisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasiaan dan kebahagiaan dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Kodhyat, 1998)

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, objek wisata atau disebut daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan

(26)

10 Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain dari luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergian adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, social, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tauhu,menambah pengalaman ataupun belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggalnya sementara diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi,keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya. (Suwantoro Gamal,SH,2004)

2. Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.

a. Wisata Budaya

Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan

(27)

11 mengadakan kunjungan atau peninjauan ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.

b. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih–lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah–

daerah atau negara–negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya.

c. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang–undang.

d. Wisata Konvensi

Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat bersidang bagi para

(28)

12 peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

e. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

f. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

g. Wisata Ziarah

Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau

(29)

13 gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

3. Bentuk-Bentuk Pariwisata

Secara umum bentuk pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang dapat disaksikan pengunjung menurut situasi tertentu dan waktu yang tepat, serta kemauan untuk mengunjungi objek tersebut. Adapun bentuk pariwisata (dalam Yoeti;1983 hal.111) dikelompokkan sebagai berikut:

a. Menurut Letak Geografi

1. Pariwisata Lokal (Local Toruism)

2. Pariwisata Regional (Regional Tourism) 3. Nasional Tourism (Domestic Tourism) 4. Regional International Tourism

5. International Tourism b. Menurut Tujuan

1. Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism) 2. Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

3. Pariwisata Olahraga (Sport Tourism) 4. Pariwisata Sosial (Social Tourism)

5. Pariwisata Kesehatan (Recuperational Tourism) 6. Pariwisata Politik (Political Tourism)

7. Pariwisata Keagamaan (Religion Tourism)

(30)

14 c. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran

1. Pariwisata Aktif (kegiatan pariwisata yang mendatangkan devisa dengan masuknya wisatawan asing ke dalam suatu negara tertentu).

2. Pariwisata Pasif (kegiatan pariwisata yang mengurangi cadangan devisa negara ditandai dengan keluarnya penduduk ke suatu negara lain ke negara lain untuk melakukan kegiatan kunjungan).

d. Menurut alasannya

1. Seasional Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu).

2. Occational Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan menurut kejadian atau event-event tertentu).

B. EKOWISATA

1. Pengertian Ekowisata

Menurut (Hakim, 2004) ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami ataupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.

Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu, keberlangsungan alam atau ekologi, memberi manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan social masyarakat. Ekowisata dapat di definisikan sebagai kegiatan

(31)

15 pariwisata yang dipergunakan oleh masyarakat dalam menikmati berbagai jenis keanekaragaman hayati tanpa merusaknya. Wisata ini identik dengan berbagai akrifitas pendidikan, seperti penelitian, dan lain sebaginya (Qomariah, 2009).

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia.

Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis. Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya. Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan

(32)

16 kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based) (Fandeli, 2000).

Istilah ekowisata menurut Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan, dan Pariwisata dan WWF- Indonesia (2009), dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmatidan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.

2. Aspek-Aspek dalam Ekowisata

Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah :

(33)

17 a. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism).

b. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi).

c. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata).

d. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi).

e. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).

3. Unsur-Unsur Dalam Ekowisata

Menurut Fandeli et.al (2000), ekowisata pada mulanya hanya bercirikan bergaul dengan alam untuk mengenali dan menikmati. Meningkatnya kesadaran manusia akan meningkatnya kerusakan/perusakan alam oleh ulah manusia sendiri, telah menimbulkan/menumbuhkan rasa cinta alam pada semua anggota masyarakat dan keinginan untuk sekedar menikmati telah berkembang menjadi memelihara dan menyayangi, yang berarti mengkonservasi secara lengkap. Ciri- ciri ekowisata sekarang mengandung unsur utama, yaitu :

a. Konservasi

b. Edukasi untuk berperan serta

c. Pemberdayaan masyarakat setempat

(34)

18 d. Melestarikan hutan dan kawasannya

e. Mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik itu pengunjung, karyawan perusahaan sendiri sampai masyarakat yang ada di dalam dan sekitarnya.

f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat agar dengan demikian tidak mengganggu hutan.

4. Jenis-Jenis Ekowisata

Ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009, adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

Jenis-jenis ekowisata di daerah antara lain:

a. Ekowisata Bahari

Merupakan kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan wisata bahari secara langsung berupa kegiatan diving, snorkling, berenang, berperahu dan lain sebagainya. Sedangkan wisata bahari secara tidak langsung seperti kegiatan olah raga pantai dan piknik menikmati atmosfir laut (Nurisyah 1998). Kegiatan wisata bahari pada dasarnya dilakukan berdasarkan keunikan alam, karakteristik ekosistem,

(35)

19 kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

b. Ekowisata Hutan

Merupakan kegiatan wisata yang mengandalkan daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata.

Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.

c. Ekowisata Karst (Goa)

Merupkan kegiatan wisata yang mengandalkan daya tarik batuan dan air juga ruang hidup sekitar dan dalam goa. Dalam ekowisata goa, harus membatasi antusias masyarakat berlebih, jika terlalu banyak pengunjung bisa merusak ekosistem dan ornamen goa.

5. Konsep Pengembangan Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan

(36)

20 budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan defenisi yang dibuat oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resource 1980 bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan yang akan datang (Chafid Fandeli, 2000). Lingkungan mempunyai peran penting dalam usaha mendorong semua lapisan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis sehingga diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah dan mampu mendorong keikutsertaan semua unsur secara bersama- sama untuk menanggulangi masalah lingkungan. Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market.

Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian

(37)

21 dan keberadaanya. Prinsip pengembangan ekowisata menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 yaitu:

a) Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata;

b) Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata;

c) Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan;

d) Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya;

e) Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung;

f) Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan;

g) Menampung kearifan lokal.

C. EKOWISATA BAHARI

1. Pengertian Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya Tarik wisata yang didominasi perairan dan

(38)

22 kelautan. Ekowisata Bahari merupakan kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang.

Kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam Bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang di lakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut (R.G Soekadijo, 1996:2).

Ekowisata Bahari merupakan kesan yang penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dimassa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung (R.S Damardjati, 2001).

Ekowisata Bahari merupakan wisata yang banyak di kaitkan dengan danau, pantai, atau laut. Ekowisata Bahari adalah suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan keindahan laut, menyelam dengan perlengkapan selam lengkap (Pandit, 1994: 19).

(39)

23 2. Aktifitas Yang Dilakukan Dalam Ekowisata Bahari

Dalam buku Nyoman S.Pendit menjelaskan bahwa Ekowisata bahari merupakan aktifitas wisata petualangan di Laut, memberikan informasi apa saja yang dapat di lakukan di laut. Adapun aktifitas yang dapat dilakukan dalam Ekowisata Bahari antara lain:

a. Sea Walker

Sea Walker merupakan aktifitas menjelajah alam bawah laut dalam kedalaman sampai 8 meter akan menjadi pengalaman baru bagi wisatawan . Wisatawan bias berjalan di dasar laut, bukan berenang, dikelilingi aneka jenis ikan yang eksotik dan keanekaragaaman kehidupan bawa laut.

b. Marine Walk

Marine Walk merupakan aktifitas menjelajahi alam bawa laut sambal jalan-jalan di pulau-pulau atau bahkan wisatawan bisa Snorkeling atau kayaking.

c. Ocean Walker

Ocean Walker merupakan aktifitas jalan-jalan di dasar laut yang menawarkan sejuta pesona lingkungan bawa laut untuk mendapatkan pengalaman baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

d. Odyseey Submarine

Odyseey Submarine merupakan aktifitas pertualangan bawa laut yang paling unik. Dengen mengikuti aktifitas ini dapat

(40)

24 menyaksikan keindahan panorama bawah laut tampa harus berenang ataupun menyelam. Dengan kapal selam Odyseey Submarine yang biasanya berkapasitas 38 penumpang, diajak untuk menyelam dengan kedalaman sampai 90 kaki dibawah laut untuk melihat keanekaragaman biota dan kehidupan yang ada di bawah laut selama 45 menit.

e. Diving

Diving merupakan aktivitas berenang karena terdapaat banyak sekali tempat-tempat yang indah untuk menyelam dan untuk melihat keanekaragaman kehidupan laut.

f. Dolphin Tour

Dolphin Toour merupakaan aktifitas wisata petualangan untuk melihat dan berinteraksi dengan lumba-lumba akan menjadi yang sangat menarik dan tidak terlupakan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengembangan Ekowisata Bahari

Dalam pengembangan potensi ekowisata bahari terdapat bebebrapa faktor yang mempengaruhi sehingga potensi ekowisata bahari tidak berkembang, faktor-faktor yang dimaksud yaitu:

a. Ilegal Fishing

Ilegal fishing merupakan kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat yang illegal, kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan tidak bertanggung jawab dan

(41)

25 bertentangan dengan kode etik penangkapan, Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum.

Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem perairan akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan-ikan karang yang banyak digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang berkarang (Hamid, 2007:1)

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan menyebutkan bahwa Penangkapan ikan adalah

(42)

26 kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan mengawetkannya.Penangkapan ikan secara ilegal berarti segala bentuk kegiatan penangkapan ikan yang melanggar Undang- Undang Nomor 45 Tahun 2009 dan peraturan perundangan lainnya yang masih berlaku.

Adapun dampak dari penangkapan Ikan dengan Menggunakan Alat yang Ilegal yaitu:

 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak.

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan tradisional di dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan.

Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada

(43)

27 di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang. Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat meninggalkan gunungan serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya, Selain memberi dampak yang buruk untuk karang, kegiatan penangkapan dengan menggunkan bahan peledak juga berakibat buruk untuk ikan-ikan yang ada. Ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan bahan meledak umumnya tidak memiliki kesegaran yang sama dengan ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.

Walaupun demikian adanya, nelayan masih tetap menggunakan bahan peledak di dalam melakukan kegiatan penangkapan karena hasil yang mereka peroleh cenderung lebih besar dan cara yang dilakukan untuk melakukan proses penangkapan tergolong mudah (Hamid, 2007:1).

 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan beracun

Selain penggunaan bahan peledak di dalam penangkapan ikan di daerah karang, kegiatan yang marak

(44)

28 dilakukan oleh nelayan adalah dengan menggunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun yang umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pembiusan seperti sodium atau potassium sianida. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap ikan hias dan hidup memicu nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan yang merusak dengan menggunakan racun sianida. Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup.

Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang masih hidup. Akan tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan dampak yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu penangkapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi mabuk dan mati. Di samping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan karang menjadi mati. Indikatornya adalah karang mati (Hamid, 2007:1).

(45)

29

 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl

Kegiatan lain yang termasuk ke dalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang. Kegiatan ini merupakan kegiatan penangkapan yang bersifat merusak dan tidak ramah lingkungan. Penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang dapat dilihat pada kasus yang terjadi di perairan Bagan Siapi-Api Provinsi Sumatera Utara dan di Selat Tiworo Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di Indonesia karena alat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap yang sangat tidak ramah lingkungan karena memiliki selektifitas alat tangkap yang sangat buruk. Nelayan di Sulawesi Utara cendrung tidak memperdulikan hukum yang ada. Mereka tetap melakukan proses penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Alat yang umumnya digunakan oleh nelayan berupa jaring dengan ukuran yang sangat besar, memilki lubang jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulai dari ikan berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besar dapat tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut.

(46)

30 Cara kerjanya alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke dasar perairan. Akibat penggunaan pukat harimau secara terus menerus menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan ikan-ikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memijah dan memperbanyak spesiesnya. Selain hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat tersangkut ataupun terbawa jaring. Jaring yang tersangkut akann menjadi patah dan akhirnya menghambat pertumbuhan dari karang itu sendiri. Apabila hal ini terus berlanjut maka ekosistem karang akan mengalami kerusakan secara besar-besaran dan berakibat pada punahnya ikan- ikan yang berhabitat pada daerah karang tersebut.

b. Pencemaran Limbah

Pencemaran limbah terutama tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian masyarakat luas, karena akibatnya sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Pencemaran minyak semakin banyak terjadi sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan minyak untuk dunia industri yang

(47)

31 harus diangkut dari sumbernya yang cukup jauh, meningkatnya jumlah anjungan – anjungan pengeboran minyak lepas pantai.

dan juga karena semakin meningkatnya transportasi laut.

Berdasarkan PP No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya/ dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya (Pramudianto, 1999). Sedangkan Konvensi Hukum Laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) mengartikan bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusak sumber daya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta manfaatnya (Siahaan, 1989 dalam Misran, 2002

 Sumber Pencemaran Minyak di Laut

Menurut Pertamina ( 2002), Pencemaran minyak di laut berasal dari :

 Ladang Minyak Bawah Laut;

 Operasi Kapal Tanker;

(48)

32

 Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal)

 Terminal Bongkar Muat Tengah Laut

 Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar

 crapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua)

 Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan);

 Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran dan industry )

 Tempat Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery)

 Dampak dari Pencemaran Minyak di Laut

Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam.

Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan- batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar (Fakhrudin, 2004). Sumadhiharga (1995) dalam Misran

(49)

33 (2002) memaparkan bahwa dampak-dampak yang disebabkan oleh pencemaran minyak di laut adalah akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang.

 Akibat jangka pendek.

Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membran sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya. Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.

 Akibat jangka panjang.

Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya, dan bahkan manusia.

(50)

34 Secara tidak langsung, pencemaran laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Menurut Fakhrudin (2004), lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.

Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi pertumbuhan rumput laut , lamun dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada phytoplankton akan terputus Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat, selain

(51)

35 akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi perbusukan akar pada tumbuhan laut yang ada.

Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.

Bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa minyak yang terperangkap di dalam habitat berlumpur tetap mempunyai pengaruh racun selama 20 tahun setelah pencemaran terjadi.

Komunitas dominan species Rhizophora mungkin bisa membutuhkan waktu sekitar 8 (delapan) tahun untuk mengembalikan kondisinya seperti semula (O'Sullivan dan Jacques, 2001).

Ekosistim terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak. Menurut O'Sullivan & Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara terumbu karang dengan

(52)

36 minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang meluas. Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen. Burung laut merupakan komponen kehidupan pantai yang langsung dapat dilihat dan sangat terpengaruh akibat tumpahan minyak . Akibat yang paling nyata pada burung laut adalah terjadinya penyakit fisik (Pertamina, 2002). Minyak yang mengapung terutama sekali amat berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang di atas permukaan air, seperti auk (sejenis burung laut yang hidup di daerah subtropik), burung camar dan guillemot ( jenis burung laut kutub).

Tubuh burung ini akan tertutup oleh minyak, kemudian dalam usahanya membersihkan tubuh mereka dari minyak, mereka biasanya akan menjilat bulu-bulunya, akibatnya mereka banyak minum minyak dan akhirnya meracuni diri sendiri. Disamping itu dengan minyak yang menempel pada bulu burung, maka burung akan kehilangan kemampuan untuk mengisolasi temperatur sekitar ( kehilangan daya sekat), sehingga menyebabkan hilangnya panas tubuh burung, yang jika terjadi secara terus- menerus akan menyebabkan burung tersebut kehilangan nafsu makan dan penggunaan cadangan makanan dalam tubuhnya.

Peristiwa yang sangat besar akibatnya terhadap kehidupan burung laut adalah peristiwa pecahnya kapal tanki

(53)

37 Torrey Canyon yang mengakibatkan matinya burung-burung laut sekitar 10.000 ekor di sepanjang pantai dan sekitar 30.000 ekor lagi didapati tertutupi oleh genangan minyak ( Farb, 1980 ).

Pembuangan air ballast di Alaska sekitar Pebruari-Maret 1970 telah pula mencemari seribu mil jalur pantai dan diperkirakan paling sedikit 100 ribu ekor burung musnah (Siahaan, 1989 dalam Misran 2002).

Menyadari akan besarnya bahaya pencemaran minyak di laut, maka timbullah upaya-upaya untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya tersebut oleh negara-negara di dunia.

Diakui bahwa prosedur penanggulangan seperti: pemberitahuan bencana, evaluasi strategi penanggulangan, partisipasi unsur terkait termasuk masyarakat, teknis penanggulangan, komunikasi, koordinasi dan kesungguhan untuk melindungi laut dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat menjadi poin utama dalam pencegahan dan penanggulangan pencemaran minyak. Untuk melakukan hal tersebut, tiga hal yang dapat dijadikan landasan yaitu aspek legalitas, aspek perlengkapan dan aspek koordinasi.

Sejak September 2003 Departemen Kelautan dan Perikanan memulai Gerakan Bersih pantai dan Laut (GBPL).

Gerakan ini bertujuan untuk mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan laut yang biru dan pantai yang

(54)

38 bersih pada lokasi yang telah mengalami pencemaran. Dengan gerakan ini diharapkan bukan hanya didukung oleh pemerintah dan masyarakat, namun juga didukung oleh para pengusaha minyak dan gas bumi yang beroperasi di Indonesia.

c. Sarana dan Prasarana

 Sarana

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud.

Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang

(55)

39 memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan diisediakannya (Suwantoro, 1997: 23). Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada tiga macam sarana, yakni:

 Sarana Pokok Kepariwisata

Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok kepariwisataan.

Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain:

 Receptive Tourist Plan

Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour, sightseeing bagi wisatawan.ontoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.

 Residential Tourist Plan

(56)

40 Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, Contoh : hotel, motel, dan jenis akomodasi lainnya.

 Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut mupun udara)

 Restoran/Tempat makan

 Sarana Pelengkap Kepariwisataan

Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yg menyediakan fasilitas yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu DTW.

(Suwantoro, 1997). Diantaranya yaitu:

 Sarana Ketangkasan

 Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.

 Sarana Penunjang Kepariwisataan

Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yamg menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang di daerah yang dikunjunginya seperti :

 Karaoke/ Entertaint

(57)

41

 Ruang Atraksi Wisata

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sarana wisata secara kuantitatif merujuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh pelayanan.

 Prasarana

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro, 1997: 21).

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di

(58)

42 samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya.

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlakukan koordinasi yang mantang antara instansi terkait bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkatan.

Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan periwisata.

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja. Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi

Referensi

Dokumen terkait

Terima kasih juga kepada Papa, Mama, Cece, Keke, Koko atas semua pengertian kalian selama saya menyelesaikan skripsi ini dan juga atas semua doa-doa yang kalian

menggunakan metode survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program STBM di Desa Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang

Kharismatik Masa Kini di Kalimantan Selatan”, dalam Al Banjari Jurnal Studi Islam Kalimantan Volume 11, Nomor 2, Juli 2012, h.. sebagai pusat Kajian Akhlak dan Spiritualitas

Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif type Jigsaw untuk pertemuan 1 (teori) karena model ini sangat cocok terkait

Kolom 3 : jumlah nama media lain yang dimanfaatkan masyarakat untuk penyebaran informasi di kabupaten/kota tersebut dan berpotensi untuk menjadi mitra dalam kegiatan promosi

Terna merupakan ide pusat dalam suatu cerita, atau merupakan pokok pikiran yang utama atau yang terpenting. Pokok pikiran utama dalam naskah Ma'rifatul Bayan ini,

Berdasarkan uraian teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini yang menjadi variable independen adalah Current Ratio, Debt to Equity

(1) Seksi Hubungan Industrial dan Syarat Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis dan pembinaan hubungan industrial serta