• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA PARA CALON GURU UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN MENGAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA PARA CALON GURU UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN MENGAJAR"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Imam Jahrudin Priyanto Universitas Langlangbuana

imamjepe@yahoo.com

Abstrak

Tantangan bidang pendidikan kini semakin kompleks karena berbagai dinamika terus terjadi. Dinamika itu menyangkut merebaknya pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, perubahan kurikulum yang harus terus disesuaikan dengan tantangan zaman, dan begitu pesatnya perkembangan teknologi, termasuk teknologi di bidang pendidikan, dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Pada zaman sekarang, guru tertantang untuk terus melakukan inovasi pendidikan. Salah satu unsur penting untuk meningkatkan kemampuan profesional ialah kemampuan berbahasa asing. Kemampuan berbahasa asing akan meningkatkan percepatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penelitian ini mendalami motivasi mahasiswa calon guru, dalam hal ini mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Langlangbuana, dalam mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Oleh karena itu, metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan dengan menelaah jawaban menyangkut motivasi responden dalam mempelajari bahasa asing untuk mendukung kemampuan mereka sebagai pengajar. Guru yang memiliki kemampuan berbahasa asing, setidaknya dalam memahami teks, memiliki peluang lebih besar untuk maju dan berkembang dibandingkan dengan guru yang tak memiliki kecakapan dalam bahasa asing. Penelitian ini menunjukkan motivasi para calon guru beragam. Terlihat dari jawaban responden pada sepuluh aspek motivasi yang diteliti, yakni rasa ingin tahu (curiousity), tantangan (challenge), tingkat kepentingan (importance), pelibatan diri (involvement), nilai akademik (grades), interaksi sosial (social reason), pengakuan (recognition), kompetisi (competition), penghindaran tugas (work avoidance), dan efikasi diri (efficacy). Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan tinjauan untuk pemberian motivasi terhadap para guru pada masa mendatang, terkait dengan dorongan untuk meningkatkan penguasaan bahasa asing.

Kata Kunci : pengembangan, motivasi, belajar, bahasa, asing Abstract

The challenges in the education sector are now increasingly complex because various dynamics continue to occur. This dynamic concerns the outbreak of the Covid-19 pandemic since March 2020, curriculum changes that must continue to be adapted to the challenges of the times, and the rapid development of technology, including technology in the field of education, from the lowest level to the highest level. Today, teachers are challenged to continue to innovate in education.

One of the important elements to improve professional skills is foreign language skills. Proficiency in foreign languages will increase the acceleration of mastery of science and technology. This research explores the motivation of prospective teacher students, in this case students of the Teaching and Education Faculty, Langlangbuana University, in learning foreign languages, especially English. Therefore, the method used in this research is descriptive qualitative. Data analysis was carried out by examining the answers regarding the respondents' motivation in learning foreign languages to support their abilities as teachers. Teachers who have foreign language skills, at least in understanding texts, have a greater chance to advance and develop compared to teachers who do not have proficiency in foreign languages. This research shows that the motivations of prospective teachers vary. It can be seen from the respondents' answers on the ten aspects of motivation studied, namely curiousity, challenge, level of importance, involvement, academic grades, social interaction, recognition, competition, work avoidance, and efficacy. The results of this study can be used as review material for motivating teachers in the future, related to encouragement to improve mastery of foreign languages.

Keywords: development, motivation, learning, language, foreign

(2)

A. PENDAHULUAN

Masalah yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini ialah masih rendahnya motivasi para mahasiswa calon guru untuk meningkatkan kemampuan menggunakan bahasa asing, baik dalam kemampuan memahami, menulis, maupun berbicara. Hal itu berakibat pada kurang maksimalnya kemampuan mengajar, terutama dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

Berdasarkan pengamatan, sebenarnya para mahasiswa calon guru itu memiliki kemampuan didaktik pedagogik yang baik. Namun, kemampuan tersebut masih perlu didukung oleh kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, agar kemampuan didaktik mereka meningkat. Kondisi itu sesuai dengan tuntutan pendidikan pada zaman yang serbamaju seperti sekarang ini.

Kemampuan berbahasa asing akan menjadikan mereka lebih paham apa yang mesti mereka kuasai sebagai seorang pendidik. Pendidik bekerja menyiapkan generasi bangsa yang mungkin akan menjadi pemimpin pada masa mendatang. Kurangnya kemampuan berbahasa asing hanya akan menjadikan mereka pendidik pada tingkat medioker atau biasa- biasa saja.

Kondisi tersebut harus menjadi perhatian semua pihak agar para calon guru itu memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk menghadapi tantangan masa depan yang makin berat dan nyata. Sebagai lembaga penghasil guru, perguruan tinggi dalam hal ini fakultas keguruan dan ilmu pendidikan memiliki tugas

dan beban moral untuk memberikan pengajaran terbaik dalam berbagai aspek agar guru yang dihasilkan memiliki banyak keunggulan, baik dari aspek didaktik maupun aspek pendukung lainnya, termasuk penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Untuk menanggulangi rendahnya motivasi para mahasiswa calon guru mendalami bahasa asing, perlu diadakan sosialisasi dan penyadaran bahwa peningkatan kemampuan untuk memahami dan menguasai bahasa asing adalah suatu keharusan.

Tanpa dorongan motivasi tersebut, semua harapan hanya tinggal angan- angan.

Kini, keinginan untuk maju itu makin tampak karena tantangan di bidang pendidikan makin berat sehingga hanya guru dengan kemampuan baik yang bisa bersaing dalam suasana kompetitif kini.

Sementara guru yang berada dalam kualifikasi medioker ke bawah akan sulit mendapat tempat untuk maju karena posisi tersebut pasti akan terisi oleh guru-guru dengan kemampuan di atas rata-rata. Salah satu cirinya ialah memiliki nilai yang baik dalam penguasaan bahasa asing.

Alat ukur motivasi membaca (dan belajar) awalnya disusun oleh Wigfield dan Guthrie (1997) dan diberi nama Motivation for Reading Questionnaire (MRQ) yang memiliki sebelas dimensi, yaitu rasa ingin tahu, keterlibatan, nilai akademik, kompetisi, pengakuan, kepatuhan, tantangan, kepentingan, penghindaran tugas, alasan sosial, dan efikasi. Kemudian, MRQ ditelaah lebih lanjut melalui analisis faktor sehingga menyisakan sembilan dimensi, yakni

(3)

rasa ingin tahu atau minat, preferensi untuk tantangan, keterlibatan, efikasi diri, kompetisi, pengakuan, nilai akademik, interaksi sosial, dan penghindaran tugas. Penelitian ini bertujuan mendalami motivasi belajar bahasa asing dalam kaitannya dengan kemampuan mengajar para mahasiswa calon guru.

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya motivasi para calon guru untuk menguasai bahasa asing.

Mereka rata-rata masih berkutat pada penguasaan aspek didaktik yang menjadi kajian utama mereka sebagai calon guru. Penelitian ini bertujuan mendalami tingkat motivasi di kalangan calon guru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Langlangbuana dikaitkan dengan keinginan mereka untuk menguasai bahasa asing sebagai salah satu unsur penting dalam peningkatan kemampuan mengajar.

Motivasi

Susanti (2019, hlm. 3) dengan mengutip pendapat Slavin (2009), menyatakan bahwa motivasi itu mencerminkan karakteristik perilaku peserta didik, tentang bagaimana mereka memiliki minat yang stabil ketika melaksanakan kegiatan belajar, kegiatan sosial, prakarya, olah raga, dan sebagainya.

Intinya, motivasi merupakan dorongan yang kuat dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan.

Sementara Schunk (2012), seperti dikutip Susanti (2019, hlm 3), mengemukakan bahwa motivasi berhubungan dengan tujuan, aktivitas, dan ketekunan. Peserta didik yang memiliki motivasi akan

berupaya menggunakan

kemampuannya untuk bekerja terus- menerus. Saat menghadapi tantangan, mereka akan bertahan, bahkan berjuang untuk memecahkan masalah.

Motivasi pun dapat memengaruhi peserta didik dalam beberapa hal, misalnya apa yang akan dipelajari, kapan mereka belajar, bagaimana mereka belajar, dan untuk apa mereka belajar.

Dengan demikian, bila mereka menemukan hambatan, masalah, atau tantangan, mereka akan mampu memecahkan masalah meskipun dengan meminta bantuan orang lain, melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang mampu memberikan solusi, memperhatikan pelajaran dengan saksama, mencatat informasi yang diperoleh, mencari informasi di internet, membaca buku, dan kegiatan lainnya.

Motivasi dapat menentukan seberapa banyak peserta didik akan belajar, seberapa banyak kegiatan yang akan mereka ikuti, seberapa cepat mencapai tujuan, atau seberapa banyak mereka mendapat informasi yang bisa diperoleh dan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk masuk ke dalam proses dan mampu mempertahankan tingkah lakunya sampai pada pencapaian tujuannya. Pada pembelajaran, adanya motivasi akan membedakan capaian peserta didik satu dengan yang lain dalam proses pencapaian tujuan, aktivitas, dan ketekunannya.

Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan atau daya

(4)

penggerak yang tidak tampak, tetapi ada dan dapat menjadi dorongan yang sangat kuat untuk peserta didik menggapai tujuan. Motivasi yang dimiliki peserta didik akan menjadi kondisi dasar pribadinya atau dorongan intrinsik yang dapat memberi energi dan dapat mengarahkan tindakan dalam mencapai tujuan.

Susanti (2019) mengemukakan, motivasi dapat dikelompokkan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang karena adanya keinginan atau kemauan untuk mencapai tujuan dan prestasi. Motivasi instrinsik tidak memerlukan rangsangan dari luar.

Sebaliknya, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang dan dapat muncul karena rangsangan atau stimulus dari luar, misalnya ada hadiah yang akan diberikan, lingkungan pembelajaran yang menyenangkan, topiknya menarik, gurunya menginspirasi, tantangan yang berhubungan dengan harga diri, adanya pujian, dan lain-lain.

Slavin (2009), seperti disampaikan Susanti (2019), menyebutkan, pekerjaan seorang guru bukanlah meningkatkan motivasi dirinya sendiri, melainkan menemukan motivasi peserta didik, kemudian mampu menyalakan

motivasinya dan

mempertahankannya sehingga mereka dapat terlibat dalam proses pembelajaran hingga bisa meraih prestasi.

Motivasi pembelajaran bahasa asing diteliti untuk mengetahui apa

yang menjadikan seseorang berkeinginan mempelajari bahasa asing dan apa yang membuat seseorang senantiasa termotivasi saat mempelajari bahasa asing. Hal itu pun akan terjadi pada seorang pembelajar yang mempunyai minat dan motivasi dalam pembelajaran bahasa Inggris.

McDonald (dalam Sardiman, 2018) mengatakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dengan pengertian yang dikemukakan McDonald itu berarti ada tiga elemen penting dalam motivasi. Pertama, motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu.

Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada manusia. Kedua, motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling) atau afeksi seseorang. Motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

Ketiga, motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.

Motivasi muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan itu juga akan menyangkut soal kebutuhan. Dari ketiga elemen tersebut, terlihat bahwa motivasi itu merupakan sesuatu yang kompleks. Motivasi

(5)

akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia. Semua itu terdorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.

Sardiman (2018, hlm 75) berpendapat, motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyiapkan kondisi tertentu sehingga seseorang mau melakukan sesuatu. Bila tak suka, maka dia akan berusaha meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendalami peningkatan motivasi mahasiswa calon guru, dalam hal ini mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Langlangbuana, dalam mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Oleh karena itu, metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Peneliti mengumpulkan data dari para responden, yakni 30 mahasiswa berbagai prodi di lingkungan FKIP Universitas Langlangbuana, Bandung. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebar secara daring menggunakan Google Forms pada November 2022.

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, dari Juni sampai Desember 2022. Tempat penelitian ialah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Langlangbuana, Jln Karapitan 116 Kota Bandung.

Peneliti menguji pentingnya meningkatkan motivasi mempelajari bahasa asing (bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya) dikaitkan dengan keinginan mereka untuk meningkatkan kemampuan profesional mereka sebagai pengajar. Hal yang didalami, antara lain, apakah para calon guru itu memiliki motivasi yang memadai untuk mempelajari bahkan menguasai bahasa asing selain mempelajari metode didaktik. Dalam konteks kemajuan ilmu pengetahuan kini, para calon guru harus terus meningkatkan motivasi untuk mempelajari dan menguasai bahasa asing.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Temuan Hasil Penelitian

Penelitian ini mengungkap tingkat motivasi para mahasiswa calon guru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Langlangbuana untuk mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Dari penelitian ini terungkap bahwa motivasi belajar bahasa asing mahasiswa calon guru berbeda- beda. Namun, secara umum tingkat motivasinya cukup tinggi yang bisa dilihat dari jawaban mereka atas pertanyaan mengenai sepuluh aspek motivasi yang diteliti, yakni rasa ingin tahu (curiousity), tantangan (challenge), tingkat kepentingan (importance), pelibatan diri (involvement), nilai akademik (grades), interaksi sosial (social reason), pengakuan (recognition), kompetisi (competition), penghindaran tugas (work avoidance), dan efikasi diri (efficacy).

(6)

Dari data yang terkumpul, terlihat pula ada beberapa mahasiswa yang memiliki motivasi sedang dan rendah. Motivasi yang rendah terlihat dari jawaban, misalnya, tidak terlalu berminat atau tidak ingin tahu lebih mendalam tentang pengajaran bahasa asing.

Responden merasa cukup dengan apa yang diketahuinya kini mengenai bahasa asing. Ada juga responden yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, tidak diperlukan oleh guru SD. Ada juga yang berpendapat bahwa pendalaman bahasa asing tidak terkait dengan daya saing seorang pengajar dengan alasan pengajar bukan untuk bersaing tetapi untuk mengubah generasi. Padahal sebenarnya peningkatan daya saing tetap diperlukan karena tantangan bagi para guru akan semakin berat pada masa mendatang.

Responden pada penelitian ini terdiri atas mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Ekonomi, dan Pendidikan Matematika di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Langlangbuana. Sebenarnya ada 57 mahasiswa yang mengisi kuesioner yang disebar secara elektronik pada November 2022, tetapi yang dianalisis hanya 30 kuesioner karena berbagai pertimbangan, terutama menyangkut keterbatasan waktu.

Selain itu, ada pula kuesioner yang diisi oleh mahasiswa yang baru lulus meskipun jumlahnya sedikit.

Berikut ini adalah visualisasi jumlah responden dan prodi tempat mereka berkuliah. Dari PGSD ada 19

mahasiswa, dari Pendidikan Matematika ada 6 mahasiswa, dan dari Pendidikan Ekonomi ada 5 mahasiswa.

Gambar 1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Program Studi

Dari grafik itu tampak mahasiswa Prodi PGSD paling banyak yang mengisi kuesioner karena jumlah mahasiswa di prodi tersebut memang lebih banyak dibandingkan dengan dua prodi lainnya. Namun, sebenarnya, kuesioner disebar secara merata ke semua prodi.

Kalau dilihat dari semester, ternyata mereka berasal dari semester 1, semester 3, dan semester 5. Namun, ternyata faktor semester ini tak banyak berpengaruh karena banyak juga mahasiswa semester 1 yang memiliki motivasi tinggi untuk mempelajari bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Beberapa responden dari mahasiswa semester 1 menunjukkan semangat, minat, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi untuk lebih mendalami bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Kata ”sangat” mereka tulis untuk menyatakan motivasi yang tinggi untuk terus mendalami bahasa asing karena mereka sangat yakin bahwa penguasaan bahasa asing akan sangat mendukung karier mereka pada masa mendatang, tanpa

(7)

melihat di mana mereka mengajar.

Penguasaan bahasa asing, mereka yakini, akan selalu bermanfaat bagi siapa pun yang mendalaminya.

Semangat serupa juga tecermin dari kuesioner yang diisi mahasiswa semester 3 dan semester 5, meskipun jumlahnya bervariasi.

Berikut ini adalah visualisasi melalui grafik yang menggambarkan para responden dari semester berapa mereka berasal pada saat penelitian ini dilaksanakan.

Gambar 1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Semester

Pada grafik tersebut tampak bahwa mahasiswa semester 1 dan semester 3 paling dominan, yakni masing-masing 11 orang. Sementara mahasiswa semester 5 hanya ada 8 orang. Sebagian besar dari mereka menunjukkan antusiasme untuk mengisi kuesioner. Namun, di tengah kondisi penuh semangat itu, ada pula mahasiswa yang mencerminkan rendahnya motivasi untuk memperdalam pemahaman bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya.

Ada responden yang berpendapat bahwa pendalaman pemahaman bahasa asing (bahasa Inggris) belum terlalu dibutuhkan

karena di SD materi tersebut belum diperlukan. Namun, mahasiswa itu tidak menyadari bahwa penguasaan bahasa asing akan sangat banyak manfaatnya, termasuk untuk memperluas wawasan sebagai bekal utama menjadi guru profesional.

Ada mahasiswa yang menyiratkan tidak ingin terlalu mendalam saat mempelajari bahasa asing karena bahasa asing itu sulit.

Lebih parah lagi, untuk kepentingan penerjemahan, dia lebih mengandalkan Google Translate ketimbang menerjemahkan sendiri.

Hal itu menunjukkan rendahnya motivasi mahasiswa tersebut untuk meningkatkan kapasitas dirinya dalam hal penguasaan bahasa asing.

Mahasiswa yang memilih Google Translate itu juga mengaku tidak terlalu berminat mempelajari bahasa asing, merasa cukup dengan skill bahasa Inggris yang ada sekarang. Dia juga tak terlalu berminat ke luar negeri, padahal sebenarnya belajar bahasa Inggris bukan untuk berangkat ke luar negeri saja, tetapi juga untuk kepentingan intelektualitas berupa perluasan wawasan keilmuan.

Mahasiswa tersebut juga menganggap bahwa mempelajari bahasa asing bukanlah tantangan menarik dengan alasan bahasa Inggris sangat susah. Hal itu berbeda dengan mahasiswa lain yang memiliki semangat tinggi untuk belajar bahasa asing dan menganggap kegiatan tersebut sebagai tantangan yang menarik.

Dalam aspek involvement (pelibatan diri) pun, mahasiswa yang tak berminat belajar bahasa asing itu hanya memilih main game untuk

(8)

belajar bahasa Inggris yang tentu saja tidak standar untuk mempelajari bahasa Inggris secara benar dan efektif. Dia juga tidak memberi jawaban untuk aspek pengakuan (recognition). Untuk aspek kompetisi, dia menulis, ”tidak terlalu berpengaruh, untuk PGSD tak terlalu perlu”. Yang lebih ekstrem, pada aspek efikasi diri (pandangan atas kemampuan diri), dia menulis

”merasa tak mampu” untuk meraih kemajuan dalam perjuangan menguasai bahasa asing (bahasa Inggris). Padahal, bisa disebut, efikasi diri ini adalah kunci dari motivasi. Kalau diri sendiri sudah merasa tak mampu, maka hal itu akan berefek terhadap faktor-faktor internal lainnya, misalnya menjadi malas, pesimistis, dan sebagainya.

Hal yang perlu digarisbawahi, motivasi rendah tersebut terjadi pada mahasiswa reguler semester 1 yang seharusnya penuh vitalitas ketimbang mahasiswa kelas nonreguler. Mahasiswa kelas karyawan justru memiliki sikap dan pandangan yang positif terhadap pentingnya belajar bahasa asing, dari semua aspek. Bahkan, beberapa di antaranya menggunakan kata

”sangat”, misalnya sangat setuju, sangat terinspirasi, dan sebagainya.

Terungkapnya kondisi tersebut diharapkan menjadi salah satu manfaat dari penelitian ini. Dengan demikian, dosen dapat membina mahasiswa-mahasiswa yang memiliki pandangan negatif terhadap kegiatan pendalaman bahasa Inggris sebagai (salah satu) bahasa paling berpengaruh di dunia.

Sementara itu, tentu ada pula mahasiswa semester 1 yang

berpikiran positif dan memandang penting belajar bahasa asing. Pada aspek curiousity, dia menulis sangat berminat dan sangat ingin tahu lebih mendalam tentang bahasa Inggris.

Dia juga menganggap hal itu sebagai tantangan menarik dan menjadi kegiatan yang sangat penting. Semua itu ternyata berpengaruh positif terhadap aspek efikasi dirinya. Dia merasa mampu untuk meraih kemajuan demi kemajuan dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa asing.

Dari data 30 responden yang sudah diolah, berikut ditampilkan 10 di antaranya.

Responden 1: RM (inisial), Prodi PGSD, Semester 1:

Curiousity (rasa ingin tahu): RM memiliki minat yang sangat tinggi untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, untuk mendukung kemampuan mengajar (data jawaban: Iya, saya sangat ingin belajar bahasa Inggris meskipun saya tidak tahu apa-apa tentang bahasa Inggris, tetapi sastra Inggris menjadi pilihan pertama sama saat ujian universitas).

Challenge (preferensi untuk tantangan): RM menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Iya, sangat menarik).

Importance (menganggap penting): RM menganggap mendalami bahasa asing itu sangat penting (data jawaban: Sangat penting, terutama saat kita berada di negara asing).

Involvement (melibatkan diri):

RM berusaha melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas

(9)

diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Mendengar lagu dalam bahasa asing, berlatih mendengar apa yang mereka katakan).

Grades (meraih nilai akademik):

RM menilai kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Iya).

Social Reason (interaksi sosial):

RM menilai bahwa mendalami bahasa asing juga berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Iya, karena dengan bisa berbahasa asing, interaksi sosial kita bukan hanya di Indonesia, tetapi bisa juga ke luar negeri).

Recognition (membutuhkan pengakuan): RM menganggap bahwa upaya mendalami bahasa asing tidak ada hubungannya dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Tidak).

Competition (kompetisi): RM menilai kemampuan berbahasa asing bukan untuk meningkatkan daya saing (data jawaban: Tidak, karena menjadi seorang guru bukan untuk bersaing, tetapi untuk mengubah generasi).

Work Avoidance (penghindaran tugas): RM mengaku tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Efficacy (efikasi diri): RM merasa mampu untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Mampu).

Responden 2: FYG, Prodi PGSD, Semester 1:

Curiousity: FYG tidak terlalu berminat atau memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing (data jawaban:

Tidak terlalu, karena merasa cukup dengan skill bahasa Inggris dan tidak terlalu berminat untuk ke luar negeri).

Challenge: FYG menganggap bahwa mendalami bahasa asing bukan merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Tidak, bagi saya mempelajari bahasa baru itu sangat susah).

Importance: FYG menganggap bahwa mendalami bahasa asing tidak terlalu penting (data jawaban:

Tidak terlalu, karena tidak terlalu berminat untuk berkarier di luar negeri, jadi skill bahasa Inggris diri sendiri dan keberadaan Google Translate masih menunjang kita).

Involvement: FYG berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Mungkin berinteraksi dengan sesama pemain game di Game Online saat butuh bantuan dalam game).

Grades: FYG memberi jawaban mengambang tentang pertanyaan apakah kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik (data jawaban: Menurut saya, tergantung tujuan orangnya juga).

Social Reason: FYG memberi jawaban yang tidak jelas tentang apakah mendalami bahasa asing juga berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Hanya dalam game dan terkadang dalam perbincangan komunitas hobi internasional).

(10)

Recognition: FYG tidak memberi jawaban atas pertanyaan apakah upaya mendalami bahasa asing juga berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain.

Competition: FYG menilai kemampuan berbahasa asing tidak terlalu berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Untuk PGSD mungkin tidak terlalu karena di SD pelajaran bahasa Inggris sudah tidak ada dan sekalipun ada, hanya menjadi pelajaran peminatan dan yang mengajar adalah guru bahasa Inggris).

Work Avoidance: FYG mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak, saya masih dapat menerima pelajaran bahasa asing, terutama jika cy: FYG merasa tidak mampu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Responden 3: DR (inisial), Prodi Pendidikan Matematika, Semester 5:

Curiousity: DR mengaku berminat dan memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Saya berminat karena akan membantu kemampuan di luar jurusan, dan banyak juga buku yang menerapkan bahasa Inggris. Itu salah satu peluang ketika kita tidak dapat mencapai sesuatu dengan jurusan yang kita mau).

Challenge: DR menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang sangat menarik (data jawaban: Sangat

menarik, karena kita akan mendapat banyak hal yang berbeda mencakup kata-kata bahasa asing, baik menyangkut cara mengucapkannya maupun pengertiannya).

Importance: DR menilai bahwa mendalami bahasa asing itu sangat penting (data jawaban: Sangat penting, agar kita bisa melakukan hal baru dengan bermodalkan bahasa asing).

Involvement: DR terus berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Terus belajar, termasuk untuk menguasai kosakata).

Grades: DR melihat adanya kemungkinan bahwa kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban:

Bisa jadi).

Social Reason: DR menilai bahwa mendalami bahasa asing tidak berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Untuk sekarang, "Tidak").

Recognition: DR berpendapat bahwa upaya mendalami bahasa asing tidak berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Tidak).

Competition: DR menilai kemampuan berbahasa asing tidak akan berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Tidak).

Work Avoidance: DR mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas

(11)

selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Efficacy: DR mengaku belum bisa memastikan bahwa dirinya mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Belum bisa dipastikan).

Responden 4: CPF, Prodi Pendidikan Matematika, Semester 5:

Curiousity: CPF memiliki minat atau rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Ya, karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional).

Challenge: CPF menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Ya, karena kosakata dan verb ing yang ada dalam bahasa Inggris cukup menantang).

Importance: CPF menganggap bahwa mendalami bahasa asing itu sangat penting (data jawaban:

Sangat Penting: Usulan).

Involvement: CPF terus berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Dengan terus belajar sampai menguasai).

Grades: CPF menilai kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik (data jawaban: Iya).

Social Reason: CPF menganggap bahwa mendalami bahasa asing tidak selalu berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Tidak selalu).

Recognition: CPF menilai bahwa upaya mendalami bahasa asing berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Iya).

Competition: CPF berpendapat bahwa kemampuan berbahasa asing akan berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Iya).

Work Avoidance: CPF mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Efficacy: CPF merasa dirinya cukup mampu untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Cukup mampu).

Aksi Responden 5: VN (inisial), Prodi Pendidikan Matematika, Semester 5:

Curiousity: VN sangat berminat dan memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris

(data jawaban:

Iya sangat minat, karena melihat kemajuan teknologi pun pembelajaran menggunakan bahasa asing akan dibutuhkan).

Challenge: VN menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Lumayan menarik karena dapat menguasai bahasa asing merupakan tantangan yang cukup sulit).

Importance: VN secara diplomatis menilai bahwa mendalami bahasa asing itu penting (data jawaban: Seperti yang saya belajar beberapa hal baru).

(12)

Involvement: VN berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Saya mengikuti alur dari kegiatan tersebut dan terus mencoba belajar).

Grades: VN menilai kemampuan berbahasa asing tidak berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Menurut saya tidak, karena mampu belajar bahasa asing itu adalah bonus untuk diri sendiri).

Social Reason: VN menilai bahwa mendalami bahasa asing tidak berkaitan langsung dengan interaksi sosial (data jawaban: Tidak juga karena untuk saat ini interaksi sosial saya masih menggunakan bahasa nasional).

Recognition: VN berpendapat bahwa upaya mendalami bahasa asing tidak berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Tidak, saya menguasai bahasa asing untuk diri saya karena suatu saat nanti pasti dibutuhkan).

Competition: VN menilai kemampuan berbahasa asing akan sangat berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Sangat berpengaruh).

Work Avoidance: VN mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak, karena jika ada tugas pembelajaran bahasa asing saya selalu mengikutinya dengan baik).

Efficacy: VN merasa cukup mampu untuk mencapai tujuan atau

hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Sepertinya cukup mampu).

Responden 6: SN (inisial), Prodi Pendidikan Matematika, Semester 5:

Curiousity: SN memiliki minat dan rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Minat, karena pada zaman yang penuh kemajuan ini banyak anak yang sedari kecil sudah diperkenalkan dengan bahasa Inggris. Oleh karena itu, sebagai calon guru saya haruslah memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, agar guru tidak kalah pintar dengan peserta didik atau dengan kata lain, guru bisa mengimbangi peserta didiknya).

Challenge: SN menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Ya, untuk mempelajari bahasa Inggris, saya harus benar-benar meluangkan waktu. Bagi saya, itu adalah tantangan menarik karena sebisa mungkin harus menyisihkan waktu di sela-sela kesibukan saya bekerja dan sebagai mahasiswa).

Importance: SN menilai penting mendalami bahasa asing (data jawaban: Penting, bahasa Inggris itu bahasa internasional dan ciri modernitas. Orang yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik tentunya bisa memiliki 1/3 akses dalam ranah tersebut dan bisa mengimbangi perkembanan zaman).

Involvement: SN berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang

(13)

berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Saya menyimak sekaligus belajar memahami berita, film, dan lagu Barat untuk meningkatkan penguasaan bahasa asing).

Grades: SN menilai bahwa kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Iya).

Social Reason: SN menganggap bahwa mendalami bahasa asing tidak berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Tidak).

Recognition: SN menilai bahwa upaya mendalami bahasa asing juga berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Ya, kita perlu pihak lain untuk menilai kemampuan kita dalam berbahasa asing, misalnya dari lawan bicara, tentang aksen yang benar).

Competition: SN menilai kemampuan berbahasa asing akan berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban:

Tentu).

Work Avoidance: SN mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Efficacy: SN merasa mampu mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban:

Mampu).

Responden 7: CAP (inisial), Prodi PGSD, Semester 1:

Curiousity: CAP memiliki minat dan rasa ingin tahu untuk

mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Iya, saya ingin mempelajarinya agar saya juga mengerti kalau nonton film berbahasa Inggris).

Challenge: CAP menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Iya).

Importance: CAP menganggap bahwa mendalami bahasa asing itu sangat penting (data jawaban:

Sangat penting, agar kita mengerti bahasa orang lain).

Involvement: CAP berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Dengan cara nonton film luar negeri dan mendengarkan lagu berbahasa asing).

Grades: CAP menilai kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Iya).

Social Reason: CAP setuju bahwa mendalami bahasa asing juga berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Iya bisa jadi).

Recognition: CAP berpendapat bahwa mendalami bahasa asing juga berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Iya).

Competition: CAP menilai bahwa kemampuan berbahasa asing akan berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Iya).

Work Avoidance: CAP mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar

(14)

bahasa asing (data jawaban:

Insyaallah tidak, jika belajarnya ditambah metode yang unik dan tidak membuat cepat jenuh).

Efficacy: CAP merasa mampu untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Insyaallah).

Responden 8: MAS (inisial), Prodi Pendidikan Ekonomi, Semester 1:

Curiousity: MAS memiliki minat atau rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Ya).

Challenge: MAS menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Ya).

Importance: MAS menganggap penting mendalami bahasa asing (data jawaban: Penting).

Involvement: MAS berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Ya).

Grades: MAS menilai bahwa kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Ya).

Social Reason: MAS berpendapat bahwa mendalami bahasa asing juga berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Ya).

Recognition: MAS menilai upaya mendalami bahasa asing juga berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Ya).

Competition: MAS berpendapat bahwa kemampuan berbahasa asing akan berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Ya).

Work Avoidance: MAS mengaku berkecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Ya).

Efficacy: MAS merasa mampu untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Ya).

Responden 9: MA (inisial), Prodi PGSD, Semester 1:

Curiousity: MA berminat dan memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Minat, ingin belajar lebih mendalam lagi).

Challenge: MA menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan yang menarik (data jawaban: Iya, karena mempelajari bahasa asing tidak mudah).

Importance: MA menilai bahwa mendalami bahasa asing itu penting (data jawaban: Penting, agar bisa memberikan ilmu lagi kepada siswa).

Involvement: MA berupaya melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Mempelajarinya).

Grades: MA menilai kemampuan berbahasa asing juga berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Iya).

(15)

Social Reason: MA berpendapat bahwa mendalami bahasa asing juga berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Iya).

Recognition: MA menilai bahwa upaya mendalami bahasa asing juga berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Iya).

Competition: MA menilai bahwa kemampuan berbahasa asing tidak berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Tidak).

Work Avoidance: MA mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

Efficacy: MA merasa memiliki sedikit kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Sedikit).

Responden 10: TK (inisial), Prodi Pendidikan Ekonomi, Semester 5:

Curiousity: TK sangat berminat dan memiliki rasa ingin tahu untuk mempelajari bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (data jawaban: Iya, saya sangat berminat karena mempelajari bahasa asing mampu meningkatkan dan menambah keterampilan kita).

Challenge: TK menganggap bahwa mendalami bahasa asing merupakan tantangan menarik (data jawaban: Iya, sangat menantang bagi saya karena saya suka hal-hal yang menarik).

Importance: TK berpendapat bahwa mendalami bahasa asing itu sangat penting (data jawaban:

Sangat penting).

Involvement: TK melibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kapasitas diri dalam penguasaan bahasa asing (data jawaban: Saya selalu mengikuti kegiatan untuk mempelajari bahasa asing, baik lewat webinar, free course, ataupun pelatihan).

Grades: TK menyebut kemungkinan besar kemampuan berbahasa asing berkaitan langsung dengan pencapaian nilai akademik yang tinggi (data jawaban: Bisa saja

mungkin jika di

sekolah/universitasnya terdapat mata kuliah/pelajaran yang harus ditempuh dengan kemampuan berbahasa asing tersebut).

Social Reason: TK menilai bahwa mendalami bahasa asing berkaitan dengan interaksi sosial (data jawaban: Tentu berkaitan, karena dengan memiliki kemampuan berbahasa asing kita dapat memiliki relasi yang luas, khususnya dengan teman antarnegara).

Recognition: TK membuka kemungkinan bahwa upaya mendalami bahasa asing berhubungan dengan pengakuan dari pihak lain (data jawaban: Bisa jadi).

Competition: TK menilai bahwa kemampuan berbahasa asing akan sangat berpengaruh terhadap daya saing sebagai pengajar (data jawaban: Tentu sangat berpengaruh).

Work Avoidance: TK mengaku tidak memiliki kecenderungan melakukan penghindaran tugas selama belajar bahasa asing (data jawaban: Tidak).

(16)

Efficacy: TK merasa mampu untuk mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan dalam upaya mendalami bahasa asing (data jawaban: Iya, saya rasa saya mampu, karena terus berlatih dalam memperdalam bahasa asing tersebut).

2. Interpretasi/Pembahasan Paparan tersebut dapat menggambarkan bahwa betapa beragamnya respons mahasiswa pengisi kuesioner menyangkut pandangan mereka atas pentingnya penguasaan bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris. Dari sepuluh aspek motivasi yang diteliti, respons para mahasiswa sangat variatif. Ada yang pada aspek tertentu mereka sangat antusias, tetapi pada aspek lain pandangan mereka sangat sederhana dan terkesan pasrah.

Berbagai respons tersebut memberikan suasana tersendiri di lingkungan kampus dan masyarakat.

Ada hal yang menarik juga dari fenomena itu, yakni menyangkut efikasi diri para responden. Ada yang merasa yakin, tidak yakin, dan sangat yakin bahwa mereka akan mampu mengatasi kesulitan, untuk meraih sukses soal penguasaan bahasa asing.

Rata-rata, mahasiswa yang sering menulis ”sangat setuju” atau

”sangat berminat” pada bagian- bagian awal kuesioner, akan atau ingin terus berkiprah secara lebih luas dengan apa yang mereka bisa lakukan. Mereka kembangkan cara atau teknik-teknik baru dalam pengembangan pembelajaran bahasa asing di universitas. Dengan cara itu, mereka akan semakin maju

dan berkembang pada masa mendatang.

Efikasi diri para mahasiswa tersebut harus terus dipelihara agar mereka senantiasa memiliki semangat untuk maju, dan merasa menjadi bagian dari masa depan yang akan mereka raih bersama pada waktunya nanti. Namun, sungguh sulit dipercaya ternyata ada beberapa mahasiswa yang tidak yakin akan kemampuan diri mereka untuk mengatasi persoalan- persoalan yang mereka hadapi.

Diperlukan motivasi dan semangat yang menggebu-gebu untuk meraih kesuksesan pada masa kini dan masa depan.

D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Dari jawaban-jawaban para mahasiswa pada penelitian ini, rupanya masih ada optimisme yang bisa diapungkan pada masa kini dan terus dijaga untuk kejayaan bangsa pada masa mendatang. Pada beberapa aspek motivasi yang diteliti, para responden menunjukkan semangat dan optimisme yang terus menyeruak.

Kondisi tersebut bisa terus dikembangkan untuk kemajuan pengajaran bahasa asing dari waktu ke waktu.

Namun, untuk pesimisme ataupun apatisme yang tertangkap pada penelitian ini, tentunya kita semua harus bahu-membahu untuk memperjuangkan kondisi tersebut agar menjadi lebih baik dan terus berkembang. Kiranya apatisme ataupun pesimisme itu hanya muncul sesaat dan setelah itu semuanya berkembang dengan baik,

(17)

termasuk optimisme yang diperlukan untuk memelihara semangat pada zaman yang penuh tantangan ini.

2. Saran

Penelitian ini sudah terlaksana dengan segala plus-minusnya. Ada banyak hal positif yang bisa kita petik manfaatnya. Namun, ada pula sisi-sisi negatif yang masih tertangkap dalam kondisi sekarang.

Hal-hal yang masih kurang tersebut kiranya perlu dibenahi agar tercipta kemajuan demi kemajuan yang dialami mahasiswa pada masa mendatang. Kemajuan-kemajuan tersebut tentu saja harus dimanfaatkan untuk pengembangan pengajaran bahasa asing di universitas pada masa-masa mendatang.

Untuk para peneliti berikutnya, kiranya beberapa aspek pada penelitian ini bisa terus dibenahi dan dikembangkan. Semoga responden (para mahasiswa) yang sudah mengikuti proses penelitian ini semakin sukses pada masa-masa mendatang. Semua itu hendaknya ditujukan untuk sebaik-baiknya pendidikan dan pengajaran (bahasa) di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Munawaroh, Siti. (2011). Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Scramble dengan Pemanfaatan Macromedia Flash. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta (Tesis).

Sardiman. (2018). Interaksi &

Motivasi Belajar Mengajar.

Depok: Rajawali Pers.

Sugono, Dendy. (2019). Analisis Fungsi Sintaktik Menuju Kalimat Efektif. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Susanti, Lidia. (2019). Strategi Pembelajaran Berbasis Motivasi. Jakarta: Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen informasi (yang berisi tentang asesmen medis, riwayat sakit dahulu), asesmen

Hal ini disebabkan antara lain nilai realisasi penjualan kekayaan Dana Pensiun berbeda dengan nilai wajar kekayaan Dana Pensiun per tanggal efektif pembubaran

Dalam kajian sistem kardiorespirasi, penyusunan model matematik yang mendasari pemanfaatan getaran sebagai variabel ukur fisiologis, interaksi antara jantung dan paru-paru

Tujuan dari kegiatan field work ini adalah untuk mengamati kehidupan masyarakat pesisir di Kota Makassar, Daerah Galesong di Kabupaten Gowa dan Takalar serta Bira, Tana Beru

Menurut Mathelumual (2007) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah di suatu wilayah karena adanya pengaruh dari material (tanah dan batuan) yang

Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya

KONTEKS ORGANISASI: STRUKTUR FORMAL LINGKUNGAN BUDAYA STRATEGI PENGHARGAAN, SISTEM- KONTROL KONTEKS ORGANISASI: STRUKTUR FORMAL LINGKUNGAN BUDAYA STRATEGI PENGHARGAAN, SISTEM-

Berdasarkan hasil PTK peningkatan kualitas pembelajaran IPS pada KD 2.2, 2.3 dan 2.4 melalui model TTWberbantuan media audio visual pada siswa kelas VB MI Al Iman Banaran