• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan Sanitasi dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pedagang Makanan Terhadap Jumlah Pengunjung di Malioboro Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pembinaan Sanitasi dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pedagang Makanan Terhadap Jumlah Pengunjung di Malioboro Yogyakarta"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pembinaan Sanitasi dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pedagang Makanan Terhadap Jumlah Pengunjung di Malioboro Yogyakarta

Sri Haryanti1*, Narto2, Hikmah Nurul Avida3 , Adhy Timur Hartanto4

1,2,3,4Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Indonesia

*Koresponden email: sri.haryanti@poltekkesjogja.ac.id

Diterima: 12 November 2022 Disetujui: 29 November 2022

Abstract

The role of traders in serving buyers or visitors who are hygienic and comply with food sanitation rules is very important. Food safety efforts through sanitation development and the use of personal protective equipment (PPE) for food vendors in Malioboro can increase the number of tourist visits to the city of Yogyakarta. The problem in the field was that during the pandemic, food vendors served visitors not using Personal Protective Equipment (PPE) and paying little attention to sanitation hygiene. The purpose of this study was to describe the use of PPE and the influence of food sanitation development for food vendors in Malioboro. The research method used an experiment with a research design One group pretest-post test design. The stages are by providing sanitation guidance and Personal Protective Equipment (PPE). The data on the number of visitors before and after the coaching was analyzed with the One Way Anova Test statistic.

Based on the results of the study, it was found that the level of knowledge was lacking as many as 6 traders (10.72%), moderate knowledge as many as 27 traders (48.21%). Then after being given guidance on sanitation hygiene sanitation 49 traders (87.5%) fulfilled the requirements. The results of the analysis found that the test results obtained a sig value (pvalue) of 0.000. This value is smaller than alpha, which is 0.05 / 0.01, which means that there is a significant difference in the treatment of using PPE on the number of visitors (H0 is rejected and Hα is accepted).

Keywords: food sanitation, personal protective equipment, number of visitors, personal hygiene

Abstrak

Peran pedagang dalam melayani pembeli atau pengunjung yang hhigienis dan memenuhi kaidah sanitasi makanan sangat penting. Upaya keamanan pangan melalui Pembinaan sanitasi dan penggunaan Alat Pelindung diri (APD) bagi pedagang makanan di Malioboro dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Kota Yogyakarta. Permasalahan di lapangan bahwa pada masa pandemi para pedagang makanan dalam melayani pengunjung tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan kurang memperhatikan higiene sanitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan APD dan pengaruh pembinaan Sanitasi makanan bagi pedagang makanan di Malioboro. Metode penelitian menggunakan eksperimen dengan desain penelitian One group Pretest-Post test design. Tahapannya dengan memberikan pembinaan sanitasi dan Alat Pelindung Diri (APD). Data jumlah pengunjung sebelum dan sesudah pembinaan dianalisis dengan statistik Uji One Way Anova. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 pedagang (10,72%), pengetahuan sedang sebanyak 27 pedagang (48,21%).

Kemudian setelah diberikan pembinaan sanitasi higiene sanitasi pedagang 49 (87,5%) memenuhi syarat.

Hasil analisa didapatkan bahwa hasil uji didapatkan nilai sig (pvalue) 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari alfa yaitu 0,05 / 0,01, dimana memiliki arti ada beda yang nyata pada perlakuan penggunaan APD terhadap jumlah pengunjung (H0 ditolak dan Hα diterima).

Kata Kunci: sanitasi makanan, alat pelindung diri, jumlah pengunjung, personal higiene

1. Pendahuluan

Kota Yogyakarta merupakan kota wisata yang banyak wisatawan datang dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta untuk berkunjung berwisataria. Selain itu Yogyakarta juga dikenal dengan kota kuliner yang banyak tamu wisata ingin mencoba untuk menikmatinya makanan yang ada di Malioboro. Pada masa pandemi seperti sekarang ini kegiatan masyarakat di Kota Yogyakarta tetap berjalan untuk mendukung pemulihan ekonomi masyarakat akibat pelaksanaan Peraturan Pemerintah khususnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang di perpanjang beberapa kali.

Masa pandemi mengharuskan masyarakat untuk hidup dengan tatanan hidup baru. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat untuk

(2)

melaksanakan pola hidup baru, dengan tujuan agar kita dapat beraktivitas dengan aman, sehat, dan produktif di era Pandemi Covid-19 [1].

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertugas dalam menangani kasus Covid-19 di Indonesia telah memberikan pengarahan dan merekomendasikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di lingkungan masyarakat umum adalah masker kain atau masker bedah 3 ply. Penularan Covid-19 ini bersifat droplet percikan lendir kecil-kecil dari dinding saluran pernapasan seseorang yang sakit yang keluar pada saat batuk dan bersin[2]. Masker memiliki mekanisme menangkap partikel atau aerosol dari udara dengan menyaring atau menyerap, sehingga udara yang melewati masker menjadi bersih dari partikulat [3].

Produksi makanan jajanan yang baik bermanfaat bagi industri pangan berskala kecil dan besar untuk menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan, dan Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (IRT) perlu diaplikasikan pada Industri berskala Rumah Tangga.

Hal ini tidak lepas dari peran pedagang dalam melayani pembeli atau pengunjung yang higienis dan memenuhi kaidah sanitasi makanan. Kebersihan makanan mengacu pada upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan sehingga orang tidak berisiko keracunan dan sakit.

Berdasarkan hasil penelitian Islamy menunjukkan pedagang cenderung tidak menggaruk dekat makanan dan pedagang memakai perlengkapan dalam menyajikan makanan, mengenakan pakaian yang bersih atau layak pakai, dan membawa peralatan pembersih keringat[4]. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman.

Keamanan makanan pada dasarnya adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi dan safety [5].

Keamanan pangan yang diterapkan di pedagang makanan di jalan Malioboro merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia khususnya pengunjung atau wisatawan.

Makanan memenuhi persyaratan konsumsi wajar dan aman bila tidak ditemukan bakteri E.coli atau jumlah bakteri 0/gram makanan. Dalam kondisi baik dan bersih, area pelayanan dan area penerimaan jajanan juga harus dalam kondisi baik. Hal tersebut penjual makanan dikatakan memiliki kebersihan yang cukup baik[6].

Upaya keamanan pangan melalui Pembinaan sanitasi dan menggunakan Alat Pelindung diri (APD) bagi pedagang makanan di jalan Malioboro ini juga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Kota Yogyakarta.

Permasalahan yang di temukan di lapangan bahwa pada masa pandemi seperti sekarang ini para pedagang makanan dalam melayani pengunjung kurang memperhatikan sanitasi dan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Untuk menjamin terwujudnya keadaan sanitasi makanan siap saji termasuk yang di siapkan oleh pedagang yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka perlu dilakukan pembinaan Sanitasi bagi pedagang yang menjual makanan di tempat-tempat umum termasuk di sepanjang Jalan Malioboro. Pedagang makanan/minuman yang ada di sepanjang Jalan Malioboro per tanggal 1 Februari di relokasi pada dua titik yaitu Teras Malioboro 1 dan 2. Permasalahan yang ditemukan pada pedagang tersebut di relokasi ke Teras Malioboro 1.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan eksperimen desain penelitian One group Pretest-Post test design.

Metode yang digunakan adalah dengan memberikan Pembinaan Sanitasi dan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada Pedagang makanan di Teras Malioboro 1. Pengolahan data secara deskriptif dan analitik. Analisis data dengan metode statistik Uji One Way Anova. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedagang di Teras Malioboro 1 sebanyak 56 pedagang yang sebelum diberi perlakuan sebagai pre test dan sesudah diberi perlakuan sebagai post test.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Penilaian Tingkat Pengetahuan Penjamah Makanan

Berdasarkan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 diketahui dari 56 pedagang makanan yang ada pada Teras Malioboro 1 sebagian besar tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 pedagang (10,72%), pengetahuan sedang sebanyak 27 pedagang (48,21%) dan pengetahuan baik berjumlah 23 pedagang (41,07%). Penilaian dan pengkategorian dengan skala ordinal menjadi tiga kelompok yaitu kurang apabila nilainya kurang dari 50%, sedang apabila 56-75%, dan baik apabila 76-100%.

(3)

Tabel 1. Hasil tingkat pengetahuan penjamah makanan

No. Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Pengetahuan Baik 23 41,07

2. Pengetahuan Sedang 27 48,21

3. Pengetahuan Kurang 6 10,72

Total 56 100

Sumber: Data primer, 2022

Pertanyaan no 3 yang berbunyi “Penjamah makanan wajib menggunakan celemek, penutup kepala dan masker (APD)” sebanyak 25 orang menjawab salah dikarenakan celemek, masker dan penutup kepala hanya menjadi pelengkap saja bukan menjadi keharusan bagi penjamah makanan untuk memakainya.

Kemudian pertanyaan no. 6 yang berbunyi “Tenaga pengolah makanan boleh menggunakan perhiasan (cincin, gelang) saat mengolah makanan” sebanyak 25 orang menjawab salah dikarenakan menurut beberapa penjamah makanan menggunakan perhiasan tidak mengganggu pada saat mengolah makanan dan merupakan daya tarik bagi pengunjung namun pada kenyataannya hal tersebut salah karena dengan menggunakan perhiasan dapat mengontaminasi makanan yang diolah.

Pertanyaan no. 10 yang berbunyi “Bercakap-cakap, makan, dan merokok tidak diperbolehkan pada proses pengolahan makanan” sebanyak 28 orang salah menjawab pertanyaan dikarenakan hal tersebut merupakan hal biasa yang sering mereka lakukan dan menganggap tidak mempengaruhi pada saat mengolah makanan. Namun, merokok dan bercakap cakap dapat menyebabkan makanan menjadi terkontaminasi. Kemudian pertanyaan no 15 yang berbunyi “Tidak mengeringkan tangan dengan celemek”

sebanyak 28 orang salah pada saat menjawab dikarenakan dari penjamah memikirkan praktisnya langsung dilap dengan kain yang ada yaitu celemek padahal celemek tersebut biasanya kotor pada saat tangan kita dilap pada celemek tersebut maka tangan kita akan kotor kembali.

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya, seperti mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan[7].

Hal ini kurang sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 tahun 2011 Tentang Hygiene Sanitasi Jasa Boga, bahwa penjamah makanan harus menggunakan APD seperti apron, hair net/rambut, alas kaki dan juga masker, hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya pencemaran terhadap makanan[8].

Penjamah makanan hendaknya berperilaku sehat dengan cara tidak menggunakan perhiasan (cincin, gelang, dan jam tangan), dan seluruh kegiatan masak-memasak memiliki perlindungan dengan cara tidak kontak langsung dengan makanan, dapat mencicipi makanan menggunakan sendok atau garpu dan tidak berulang.

Tidak merokok, tidak memakai perhiasan, selalu mencuci tangan sebelum mulai bekerja, memakai pakaian kerja yang bersih dan pakaian pelindung dengan benar merupakan cara menerapkan perilaku sehat pada karyawan/tenaga bekerja [9]. Penelitian lain juga menyatakan bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi kontaminasi E. coli adalah kebersihan diri penjamah makanan[10].

Penyajian dan pengambilan makanan dari pedagang cukup baik, karena keamanan makanan yang terjual dipengaruhi oleh penyajian makanan dan pengambilan makanan dari penjamah[11]. Kontaminasi E.

colli banyak ditemukan pada makanan yang disajikan tanpa tutup, diketahui bakteri E. colli pada makanan tersebut tinggi[12]. Kajian yang dilakukan oleh Nurtika di Yogyakarta pada tahun 2014 menemukan hasil pengetahuan keamanan pangan berkaitan dengan sikap penjamah makanan, sedangkan sikap menentukan praktik keamanan pangan penjamah makanan[13].

3.2. Penilaian Higiene Sanitasi Pedagang

Berdasarkan Tabel 2 diketahui dari 56 pedagang makanan yang ada di Teras Malioboro 1 sebagian besar higiene sanitasi pedagang 49 (87,5%) sudah memenuhi syarat sedangkan 7 (12,5%) pedagang tidak memenuhi syarat. Penilaian dan pengamatan dilakukan pada saat setelah diberikan pembinaan sanitasi dan pemberian Alat Pelindung Diri (APD) seperti celemek dan masker pada pedagang.

Tabel 2. Hasil penilaian hygiene sanitasi pedagang

No. Hygiene Sanitasi Jumlah Presentase (%)

1. Memenuhi Syarat 49 87,5

2. Tidak Memenuhi Syarat 7 12,5

Total 56 100

Sumber: Data primer, 2022

(4)

Higiene sanitasi pedagang makanan dan minuman di Teras Malioboro 1 sudah tergolong memenuhi syarat dikarenakan sebagian besar pedagang sudah memenuhi syarat. Hygiene sanitasi yang memenuhi syarat seperti penjamu/pedagang sudah menggunakan APD (celemek, masker, dan sarung tangan), tempat penyimpanan makanan sudah mulai tertutup, mencuci alat makan menggunakan air mengalir, pedagangnya sudah tidak merokok di area persiapan makanan, setiap akan mengelola makanan cuci tangan dengan air mengalir. Hal tersebut diperoleh karena sudah adanya pembinaan sanitasi dan pembagian Alat Pelindung Diri (APD) sehingga higiene sanitasi pedagang mengalami peningkatan dari sebelum dilakukan pembinaan dan sesudah dilakukan pembinaan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah pengunjung yang berkunjung di setiap warung makanan dan minuman di Teras Malioboro 1. Hygiene sanitasi yang buruk dapat mengakibatkan pencemaran makanan yang dapat menimbulkan penyakit akibat makanan. Makanan, air bersih, personal hygiene, lingkungan yang hygiene dan sanitasi serta pembasmian serangga dan nyamuk merupakan upaya kesehatan untuk mencegah penyakit infeksi [14].

Penyakit bawaan (food borne diseases) ditimbulkan oleh makanan yang terkontaminasi. Penyakit tersebut merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan paling membebani saat ini. Penyakit ini menimbulkan banyak korban dalam kehidupan manusia dan menyebabkan sejumlah besar penderitaan, khususnya dikalangan bayi, anak, lansia dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu.

Persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi: Persyaratan lokasi dan bangunan, Persyaratan fasilitas sanitasi, Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan, Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi, Persyaratan pengolahan makanan, Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi, Persyaratan penyajian makanan jadi, dan Persyaratan peralatan yang digunakan.

Tempat yang menjual berupa makanan atau minuman, harus menerapkan higiene sanitasi[15].

Pelayanan yang mengolah dan menyediakan makanan, maka penjual makanan memiliki potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bawaan makanan yang dihasilkan. Kualitas makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh penjual makanan harus memenuhi syarat kesehatan seperti faktor lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, peralatan, pengolahan makanan yang baik dan penjamah makanannya sendiri. Sanitasi makanan bertujuan menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan / pemborosan makanan [16].

3.3. Jumlah Pengunjung Sebelum dan Sesudah dilakukan Pembinaan

Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian jumlah pengunjung di Teras Malioboro 1 sebelum dan sesudah diberikan pembinaan terjadi peningkatan yang sangat signifikan dari 56 pedagang mengalami peningkatan seluruhnya (100%).

Tabel 3. Jumlah pengunjung di Teras Malioboro

No Responden Jenis

Dagangan/Kode Warung

Jumlah Pengunjung Persentase Peningkatan

Pre Post

1. A 6 35 43,7 80,2

2. B 17 30 58 51,7

3. C H 3 6 50,0

4. D JP/22 48,3 91,7 52,7

5. E 14 45 66,7 67,5

6. F 22 3 6 50,0

7. G 21 56,6 136,7 41,4

8. H 8 4,6 5,7 81,2

9. I 87 9 13,7 65,9

10. J BM 5,5 10,7 51,6

11. K 8 4,6 5,7 81,2

12. L BG 30 60 50,0

13. M 2 15 35 42,9

14. N N 13,3 18,3 72,5

15. O Ppms 4 5 80,0

16. P Ppms 56,6 136,7 41,4

17. Q ppms/029 73,3 73,7 99,5

18. R 63 15 35 42,9

19. S 6 36,6 41,7 87,8

(5)

No Responden Jenis Dagangan/Kode

Warung

Jumlah Pengunjung Persentase Peningkatan

Pre Post

22. V 90 48,3 91,7 52,7

23. W 95 45 66,7 67,5

24. Y 93 5 5,3 93,8

25. Z 94 5,5 10,7 51,6

26. A1 83 4,6 5,7 81,2

27. B1 84 4,6 5,7 81,2

28. C1 91 4 5,3 75,0

29. D1 41 25 61,7 40,5

30. E1 S/107 4 6 66,7

31. F1 P/097 26 27,7 94,0

32. G1 P/98 26 27,7 94,0

33. H1 67 15 35 42,9

34. I1 11 13,3 18,3 72,5

35. J1 79 4 6 66,7

36. K1 S 25 50 50,0

37. L1 41 7 14,7 47,7

38. M1 Ay 9,6 23,3 41,1

39. N1 13 35 43,7 80,2

40. O1 H 30 58 51,7

41. P1 JP 30 60 50,0

42. Q1 A 15 35 42,9

43. R1 AS/39 13,3 18,3 72,5

44. S1 AS 13,3 18,3 72,5

45. T1 14 66,6 90 74,0

46. U1 42 30 60 50,0

47. V1 16 15 35 42,9

48. W1 16 66,6 65 102,5

49. Y1 78 4 6 66,7

50. Z1 77 3 5,3 56,3

51. A2 44 9,6 23,3 41,1

52. B2 Ay 66,6 98,3 67,7

53. C2 15 45 66,7 67,5

54. D2 1004 3 6 50,0

55. E2 26 56,6 136,7 41,4

56. F2 AF 35 43,7 80,2

Sumber : Data primer, 2022

Gambar 1. Kenaikan jumlah pengunjung di Teras Malioboro 1 Sumber : Data primer, 2022

20

21

14 1

Kenaikan Jumlah Pengunjung

26 - 50% 51 - 75 % 76 - 100% > 100%

(6)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat untuk persentase kenaikan jumlah pengunjung dari 56 pedagang yaitu 26% - 50% sebanyak 20 pedagang, 51 – 57% sebanyak 21 pedagang, 76 – 100% sebanyak 14 pedagang dan >100% sebanyak 1 pedagang dengan rata-rata peningkatan dari keseluruhan yaitu 63,4%.% dengan rata-rata peningkatan dari keseluruhan yaitu 63,4%.

Uji Statistik One Way Anova

Berdasarkan Gambar 2 dari hasil uji anova maka dapat didapatkan nilai sig (pvalue) 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari alfa yaitu 0,05 / 0,01, yang memiliki arti ada beda yang nyata pada perlakuan penggunaan APD terhadap jumlah pengunjung (H0 ditolak dan Hα diterima).

Gambar 2. Hasil analisa statistik Uji One Way Anova

Pada hasil statistik yang telah dilakukan terdapat beda nyata yang signifikan pada perlakukan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pedagang. Dengan kata lain penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pedagang berpengaruh pada jumlah pengunjung yang mengunjungi pedagang di Teras Malioboro 1.

Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat pengunjung hendak membeli makanan dan minuman yang ada di Teras Malioboro 1 melihat penjamah makanannya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai pengunjung akan semakin yakin dengan higiene sanitasi pedagang tersebut.

Penjamah makanan harus menggunakan APD seperti apron, hair net/rambut, alas kaki dan juga masker, hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya pencemaran terhadap makanan[8]. Penjamah makanan hendaknya berperilaku sehat dengan cara tidak menggunakan perhiasan (cincin, gelang, dan jam tangan), dan seluruh kegiatan masak-memasak memiliki perlindungan dengan cara tidak kontak langsung dengan makanan, dapat mencicipi makanan menggunakan sendok atau garpu dan tidak berulang.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik dari 56 pedagang maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 pedagang (10,72%), pengetahuan sedang sebanyak 27 pedagang (48,21%) dan pengetahuan baik berjumlah 23 pedagang (41,07%). Setelah dilakukan pembinaan sanitasi hygiene sanitasi pedagang 49 (87,5%) sudah memenuhi syarat sedangkan 7 (12,5%) pedagang tidak memenuhi syarat. Jumlah pengunjung sebelum dan sesudah dilakukan mengalami peningkatan pengunjung pada 56 warung yang menjadi responden penelitian (100%) mengalami peningkatan. Pada hasil uji didapatkan nilai sig (pvalue) 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari alfa yaitu 0,05 / 0,01, dimana memiliki arti ada beda yang nyata pada perlakuan penggunaan APD terhadap jumlah pengunjung.

5. Saran

Perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkesinambungan terhadap pedagang di Teras Malioboro 1 oleh pihak pengelola Teras Malioboro 1.

6. Daftar Pustaka

[1] T. Irawati, “Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru,”. http://promkes.kemkes.go.id/menuju- adaptasikebiasaan-baru,2020.

[2] N. R. Yunus and A. Rezki, “Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-

(7)

[3] A. D. Pratiwi, “Gambaran Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat di Kabupaten Muna,” pp. 52–57, 2020.

[4] G. P. Islamy and S. Sumarmi, “Analisis Higiene Sanitasi dan Keamanan Makanan Jajanan di Pasar Besar Kota Malang Hygiene Sanitation and Food Safety Analysis of Snack Food in Pasar Besar Malang City,” pp. 29–36, doi: 10.20473/amnt.v2.i1.2018.29-36, 2018.

[5] E. Prasetya, “Hygiene Dan Fasilitas Sanitasi Rumah Makan Di Wilayah Kota Gorontalo,” J.

Sainstek, vol. 6, no. 5, pp. 31–39, [Online]. Available:

http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/ST/article/download/1138/924, 2012

[6] D. Rahmadhani and S. Sumarmi, “Gambaran Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Di PT Aerofood Indonesia, Tangerang, Banten,” Amerta Nutr., vol. 1, no. 4, p. 291, doi:

10.20473/amnt.v1i4.7141, 2017.

[7] Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, Keempat. Kencana, 2010.

[8] RI, “Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tangtang Higiene Sanitasi Jasaboga,” J. Chem.

Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2011.

[9] Sutrisna. Three Oihuwal, “Gambaran Higiene dan Sanitasi Kantin Kampus di Lingkungan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,” 2012.

[10] R. Pratiwi, L, “Hubungan Antara Personal Hygiene dan Sanitasi Makanan Dengan Kandungan E.

Coli Pada Sambal yang Disediakan Kantin Universitas Negeri Semarang Tahun 2012,” Unnes J.

Public Heal, vol. 3, no. 4, pp. 17–26, 2014.

[11] S. P. Yunus, U. O. Pinontoan, and M. Sc, “Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung Relationship Personal Hygiene and Sanitation Facilities with Escherichia Coli Contamination Food in Padang,” pp. 210–220, 2017.

[12] W. Java, D. Susanna, and Y. M. Indrawani, “Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Makanan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang Jalan Margonda Depok , Jawa Barat Escherichia coli Contamination in Street Vendor ’ s Food at Jalan Margonda”, 2018.

[13] Ema Nurtika, “Hubungan Karakteristik Individu dengan Perilaku Keamanan Pangan Penjamah Makanan di Kantin Universitas Gadjah Mada,” Dr. dissertion, Univ. Gadjah Mada, 2014.

[14] L. Bu and E. Fee, “Food hygiene and global health,” Am. J. Public Health, vol. 98, no. 4, pp. 634–

635, doi: 10.2105/AJPH.2007.124289, Apr 2010.

[15] Topowijono, “Penerapan Hygiene dan Sanitasi Dalam Upaya Peningkatan Mutu Kualitas Food and Baverage (Studi Pada Pantai Konang Desa Ngelebeng Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek.),” Adm. Bisnis, vol. 58.2, pp. 146–154, 2018.

[16] Yulia, “Higiene sanitasi makanan, minuman dan sarana sanitasi terhadap angka kuman peralatan makan dan minum pada kantin,” Vokasi Kesehat., pp. 55–61, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI.. PUSKESMAS PEGANDON

Catatan : Daftar Nominatif ini dapat berubah jika ada sanggahan, pengaduan, duplikasi dan sebab lainnya.. Instansi

Penelitian ini dilatarbelakangi dari hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia materi menyusun karangan siswa kelas IV SD Negeri 3 tangkil,

cakada yang telah mendafar di ;idak signifikan. Ini menja_ Partai Gerindra ini. Kita target di catatir bagi partai untuk rampung }ebruari.. a.

McLeod, Jr., (2001: 15) menyatakan bahwa data terdiri dari fakta- fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakai. Sebagai contoh, jumlah jam kerja pegawai,

Untuk melakukan penyeleksian objek, dilakukan dengan menggunakan Arrow Tool yang terdapat dalam Tools Box, kemudian tinggal di klik fill atau stroke dari objekyang akan

Apabila berakhirnya Masa Jabatan, maka kendaraan tersebut dikembalikan ke Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Kantor Pelayanan Perizinan dan selanjutnya akan

Satuan geomorfologi ini memiliki luas yang meliputi 40% keseluruhan daerah penelitian yang letaknya berada pada bagian tengah, Timur Laut, dan Tenggara daerah penelitian..