• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na Cum-Magza Sahiron Syamsuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na Cum-Magza Sahiron Syamsuddin"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI MAKNA QS. AL-NISA<’ [4]: 1 DALAM PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

(Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Lisa Tartila NIM: 18210999

Pembimbing:

Dr. Ahmad Hawasi, S.S.I, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H / 2022 M

(2)

REKONSTRUKSI MAKNA QS. AL-NISA<’ [4]: 1 DALAM PROSES PENCIPTAAN MANUSIA

(Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin)

Skrispi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Lisa Tartila NIM: 18210999

Pembimbing:

Dr. Ahmad Hawasi, S.S.I, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKUKTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1442 H/2022 M

(3)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin” yang disusun oleh Lisa Tartila Nomor Induk Mahasiswa: 18210999 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 08 Agustus 2022 Pembimbing,

Dr. Ahmad Hawasi, S.S.I, M.Ag

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin” oleh Lisa Tartila dengan NIM 18210999 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal Juli 2022. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA.

Ketua Sidang

2 Mamluatun Nafisah, MA. Sekretaris Sidang

3 Dr. Ahmad Syukron, M.A. Penguji I

4 Iffaty Zamimah, M.Ag Penguji II 5 Dr. Ahmad Hawasi, S.S.I,

M.Ag

Pembimbing

Jakarta, 25 Agustus 2022 Mengetahui,

Dekan Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA.

(5)

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lisa Tartila

NIM : 18210999

Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 25 Mei 2000

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Rekonstruksi Makna QS. Al- Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin”

adalah benar-benar asli karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 08 Agustus 2022

Lisa Tartila

(6)

vi MOTTO

Kesalahan terbesar bukanlah kegagalan, tetapi berhenti dan menyerah sebelum merasakan pahitnya perjuangan, serta manisnya keberhasilan.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia, serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Rekonstruksi Makna QS. Al- Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin” tepat pada waktunya. S}alawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat, tabi’tabi’in dan umat muslimin.

Skripsi ini penulis ajukan sebagai terpenuhinya salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program S1 (Strata satu) Program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta. Dalam penelitian ini sepenuhnya penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam diri penulis, serta mengingat adanya keterbatasan waktu dan kondisi pandemi seperti sekarang ini. Meskipun demikian, tetapi tidak memadamkan semangat penulis serta tidak menjadi hambatan bagi penulis untuk tetap berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Selain itu, skripsi ini juga dapat terselesaikan berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Dan penulis ingin mengucapka terima kasih banyak kepada:

1. Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H., M. Hum., selaku PJS Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

(8)

viii

2. Dr. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA., selaku Warek II Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Dr. Romlah Widayati, M. Ag., selaku Warek III Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

4. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah sabar mengajarkan kami sewaktu pembelajaran di IIQ Jakarta.

5. Ibu Mamluatun Nafisah, M.A., selaku Kaprodi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

6. Dr. Muhammad Hawasi, S.S.I., M.Ag., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar, ikhlas dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis. Tidak hanya itu, beliau juga selalu memberikan support, dukungan, doa serta meyakinkan kami untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A., selaku penggagas teori pendekatan Ma’na>-Cum-Magza>, yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Terima kasih saya ucapkan kepada beliau yang telah bersedia dan meluangkan waktu disesal-sela kesibukannya untuk diwawancarai oleh penulis, dalam melengkapi data dan informasi penelitian.

8. Bapak Ali Mursyid, M.Ag., selaku dosen mata kuliah tafsir kontemporer, yang senantiasa ikut membantu serta sebagai fasilitator dalam pelaksanaan wawancara dengan Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.

9. Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc. M.A., Ibu Istiqamah, M.A., Ibu Sami’ah, Ibu Rifdah Farnidah, M.Ag, Ibu Ayuna FF, dan Ibu Amelia, selaku Intruktur dan pembimbing Tahfiz, yang dengan sabar membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis agar senantiasa menghafal dan selalu istiqama menjaga hafalan Al-Qur’an.

(9)

ix

10. Ibu Ruaeda, M.A., selaku dosen pembimbing akademik Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.

11. Kepada segenap ibu dan bapak dosen yang telah memberikan ilmunya selama di IIQ Jakarta, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mngurangi rasa hormat serta ta’zim saya kepada beliau semua. Serta seluruh civitas akademika Institut IlmuAl-Qur’an (IIQ) Jakarta.

12. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Aah Priatna dan Ibu Rosanah, terimah kasih atas setiap doa yang bapak dan mamah panjatkan dalam setiap waktu. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan serta pengorbanan dalam mendidik serta membesarkan saya selaku putri kecilnya. Terima kasih juga kepada Lian Iskandar Priatna dan Ilham Amasyika selaku kakak kandung yang telah banyak berkorban demi mewujudkan cita-cita adik perempuannya ini.

13. Terima kasih kepada Indra Wijaya, S.T., yang selalu ada untuk memberikan dukungan, doa serta motivasinya kepada penulis.

14. Kepada teman sekaligus sahabat yang telah menemani perjalanan selama 4 tahun mengemban ilmu di IIQ Jakarta, yaitu Lia Apriliani, Hanna Nurlatifah, Kasma Fitriani, Irtiqa Nisa Ali, Farikha, Fahmi Islami, Yuniarti, Usmayanti Nurhaliza, Nurul Faizah, Kurnia Sri Utami, Yuanita, Nadia Shofa, Ines Della Maharani, Harfany Ramadhani, Lailatussyifa, Hasna Maulida, dan teman-teman IAT B yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa syukur serta ucapan terima kasih atas dukungan, serta doanya. Terkhusus untuk Hanna Nur Latifah, Lia Apriliani, Fahmi Islami, Ines Della Maharani, dan Lailatussifa, yang mau direpotkan dan banyak berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(10)

x

15. Kepada teman-teman Dema IIQ Jakarta periode 2021/2022, khususnya teman-teman BPH Dema IIQ Jakarta, dan teman-teman BKKBM 2021/2022.

16. Kepada teman-teman seperjuangan tahun ajaran 2018-2022, serta teman- teman sepembimbingan.

17. Kepada kakak dan adik kelas yang ikut serta mendoakan dalam kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

18. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri yang dengan hebat dan senantiasa kuat untuk tetap tegak dan berjuang hingga sampai pada titik ini.

(11)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Nama

ا Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث S|a s| es (dengan titik

di atas)

ج Jim J Je

ح H{a h} ha (dengan titik

di bawah)

خ Kha Kh Ka dan ha

د Dal D De

(12)

xii

ذ Z|al z| zet (dengan titik

di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin Sy Es dan ye

ص S{ad s} es (dengan titik

di bawah)

ض D{ad d} de (dengan titik

di bawah)

ط T{a t} te (dengan titik

di bawah)

ظ Z{a z} zet (dengan titik

di bawah)

ع ‘ain ‘ Koma terbalik

(di atas)

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Ki

ك Kaf K Ka

(13)

xiii

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N En

و Wau W We

ه Ha H Ha

ء Hamzah ‘ Apostrof

ي Ya Y Ye

2. Konsonan Rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap:

ةَدِّدَعَ تُم Ditulis muta’addidah ةَّدِع Ditulis ‘iddah

3. Ta>’ marbu>tah di akhir kata a. Bila dimatikan, ditulis h:

ةَمْكِح Ditulis h}ikmah ةَيْزِج Ditulis jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat, dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

(14)

xiv

b. Bila Ta>’ marbu>tah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءاَيِلْوَْلْا ةَماَرَك Ditulis Kara>mah al- auliya>’

c. Bila Ta marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t.

رطفلا ةاكز Ditulis zaka>t al-fit}r

4. Vokal Pendek

َ Fathah Ditulis A

َ Kasrah Ditulis I

َ D{hammah Ditulis U

5. Vokal Panjang

1. Fath}ah + alif Ditulis A<

ةيلهاج Ditulis Ja>hiliyyah

2. Fath}ah + ya’ mati Ditulis A<

َىسنت Ditulis Tansa>

3. Kasrah + ya’ mati Ditulis I>

ميرك Ditulis Kari>m

(15)

xv 4. d}ammah + wawu

mati

Ditulis U<

ضورف Ditulis Furu>d

6. Vokal Rangkap

1. Fath}ah + ya’ mati Ditulis Ai

مكنيب Ditulis Bainakum

2. Fath}ah + wawu mati

Ditulis Au

لوق Ditulis Qaul

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

متنأأ Ditulis a’antum

تدعا Ditulis u’iddat

متركشَنئل Ditulis La’in syakartum

8. Kata Sanding Alif + La>m

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

نارقلا Ditulis al-Qur’a>n

(16)

xvi

سايقلا Ditulis al-Qiya>s

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah

ءامسلا Ditulis al-sama>’

سمشلا Ditulis al-syams

9. Penulisan kata-kata dalam rangkaian ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

ضورفلاَيوذ Ditulis z|awi al-furu>d

ةنسلاَلهأ Ditulis ahl al-sunnah

(17)

xvii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ...v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

ABSTRAK ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Metodologi Penelitian ... 18

1. Jenis Penelitian ... 18

2. Sumber Data ... 18

3. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4. Teknik Analisa Data ... 19

5. Pendekatan Penelitian ... 20

(18)

xviii

G. Teknik dan Sistemtaika Penulisan... 21

BAB II TINJAUAN UMUM HERMENEUTIKA ... 23

A. Ruang Lingkup Hermeneutika ... 23

1. Definisi dan Sejarah Singkat Perkembangan Hermeneutika... 23

2. Aliran-aliran Hermeneutika Umum/Modern dan Tipologi Tafsir Al- Qur’an di Masa Kontemporer ... 32

BAB III PROFIL SAHIRON SYAMSUDDIN SERTA PEMIKIRANNYA TENTANG HERMENEUTIKA MA’NA<-CUM-MAGZA< ... 47

A. Biografi Singkat Sahiron Syamsuddin ... 47

1. Kondisi Sosio-Historis dan Perjalanan Intelektual... 47

2. Karya-karya ... 49

B. Pemikiran Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin dalam Penafsiran Al-Qur’an... 50

1. Identifikasi Fisiologis ... 50

2. Identifikasi Metodologis Penafsiran Berdasarkan Ma’na-cum- Magza ... 51

3. Identifikasi Ideologis ... 54

BAB IV ANALISIS KONSEP HERMENEUTIKA MA’NA<-CUM-MAGZA< SAHIRON SYAMSUDDIN ATAS QS. AL-NISA<’ [4]: 1 ... 56

A. Penafsiran QS. Al-Nisa’ [4]: 1 dalam Literatur Kitab Tafsir... 56

1. Mufasir Klasik Terhadap QS. An-Nisa>’ [4]: 1 ... 57

2. Penafsiran Mufasir Kontemporer Terhadap QS. An-Nisa’ [4]: 1 .. 60

B. Implementasi Hermeneutika Ma’na-Cum-Magza terhadap QS. An- Nisa’ [4]: 1 ... 63

1. Makna dan Pesan Utama Historis QS. An-Nisa’ ayat 1 ... 63

2. Signifikansi dan Dinamisasi Makna QS. An-Nisa’ ayat 1 ... 88

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(19)

xix

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 107 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 108

(20)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Frasa “Ya ayyuha al-Nas” di dalam Al-Qur’an ... 68

Tabel 4. 2 Derivasi kata سانلا / Manusia ... 69

Tabel 4. 3 Derivasi kata س-ف-ن ... 72

Tabel 4. 4 Kata Nafs wahidah ... 74

Tabel 4. 5 Dervasi kata ج-و-ز ... 74

Tabel 4. 6 Derivasi Kata ثَب / ث-ث-ب ... 77

Tabel 4. 7 Derivasi Kata ب-ق-ر... 78

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Wawancara Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.

... 107

(22)

xxii ABSTRAK

Lisa Tartila. NIM 18210999. Mahasiwa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Judul Skripsi “Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]:1 (Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin)”.

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan dengan bentuk yang sempurna dan seimbang dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.

Manusia diciptakan tentu atas kehendak Allah swt. dengan tujuan untuk beribadah kepada-Nya serta menjalankan amanat-Nya. Secara umum, telah diceritakan dalam berbagai literatur ilmu tafsir dan sejarah-sejarah Nabi, bahwa orang pertama yang diciptakan oleh Allah swt. adalah Nabi Adam a.s.

sebagaimana tertulis dalam firman QS. Al-Nisa>’ [4]: 1. Namun, di dalam ayat tersebut terdapat perbedaan pemahaman di antara para mufasir terkait redaksi nafs wa>hidah. Hal ini justru akan menimbulkan pemahaman yang bebas dan dapat mempengaruhi pada redaksi berikutnya. Oleh karena itu, tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peresepsi makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 menurut mufasir klasik dan kontemporer sebelum dan sesudah direkonstruksikan dengan pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum- Magza> Sahiron Syamsuddin, serta untuk menyingkap makna utama yang relevan pada QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 ini.

Penelitian awal dilakukan oleh beberapa penulis, salah satunya dilakukan oleh Agus Khoeruman dalam penelitiannya yang berjudul “Bias Awal Penciptaan Perempuan dalam Tafsir Al-Qur’an (Perspektif Pendekatan Tekstual dan Kontekstual)”. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada konteks ayat yang ditafsirkan. Sementara, perbedaannya terdapat pada pendekatan penelitian yang digunakan. Fokus kajian sebelumnya berupaya menyajikan penafsirannya tersebut berdasarkan perspektif tekstual dan kontekstual ayat. Sedangkan, pada penelitian ini, penulis berusaha mengkontruksi penafsiran QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan menggunakan teori hermeneutika ma’na>-cum-magza> Sahiron Syamsuddin.

Kategori penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan kajian pustaka (library research). Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data adalah metode dokumentasi serta analisis yang digunakan adalah deskriptif-analitis. Sementara pendekatan yang digunakan adalah teori Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin. Adapun sumber data primernya menggunakan buku berjudul “Pendekatan Ma’na>-Cum-Magza> atas Al-Qur’an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era

(23)

xxiii

Kontemporer”, cetakan pertama tahun 2020 yang diterbitkan atas kerjasama Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dengan Lembaga Ladang Kata, Bantul, Yogyakarta.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat 3 pesan utama yang disampaikan dalam QS. Al-Nisa>’ [4]: 1. Pertama, Perintah untuk bertakwa kepada Allah swt. Kedua, Kisah penciptaan manusia. Ketiga, Adanya bukti kekuasaan Allah swt. sebagai Tuhan yang maha mengawasi dan menjaga semua makhluknya. Ayat ini diturunkan sebagai bentuk petunjuk serta peringatan kepada manusia yang telah diciptakan-Nya dari jenis yang sama (manusia), dengan tujuan agar mereka semua bertakwa kepada-Nya dengan menjaga ikatan persaudaraan yang saling mengasihi dan menyayangi satu sama lai.

Kata Kunci: Manusia, QS. Al-Nisa>’ [4]: 1, Ma’na-Cum-Magza, Sahiron Syamsuddin

(24)

xxiv ABSTRACT

Lisa Tartila. NIM 18210999. Student of the Faculty of Ushuluddin and Da'wah Institute of Al-Qur'an Science (IIQ) Jakarta. Thesis title “The Reconstruction of the Meaning of QS. Al-Nisa> '[4]:1 (Application Analysis of the Ma'na>-Cum-Magza Hermeneutic Approach Sahiron Syamsuddin)".

Humans are social creatures created with a perfect and balanced form compared to other living creatures. Humans were created by the will of Allah swt. with the aim of worshiping Him and carrying out His mandate. In general, it has been told in various literatures on the science of commentary and the histories of the Prophet, that the first person created by Allah swt. is Prophet Adam a.s. as written in the word QS. Al-Nisa>' [4]: 1. However, in that verse there is a difference of understanding among the commentators regarding the editorial of nafs wa>hidah. This will actually lead to a free understanding and can affect the next editor. Therefore, the purpose of this research is to find out how the perception of the meaning of QS. Al-Nisa>' [4]: 1 according to classical and contemporary commentators before and after being reconstructed into the Ma'na>-Cum-Magza> Hermeneutics approach Sahiron Syamsuddin, as well as to reveal the main meanings relevant to the QS. An-Nisa>' [4]: 1.

Initial research was carried out by several authors, one of which was conducted by Agus Khoeruman in his research entitled "Initial Bias of the Creation of Women in Tafsir Al-Qur'an (Textual and Contextual Approach Perspectives)". The similarity in this study lies in the context of the verse being interpreted. Meanwhile, the difference lies in the research approach used. The focus of the previous study seeks to present its interpretation based on the textual and contextual perspectives of the verse. Meanwhile, in this study, the author tries to construct the interpretation of QS. Al-Nisa>' [4]: 1 by using the theory of ma'na>-cum-magza> hermeneutics Sahiron Syamsuddin.

This research category is qualitative research with library research.

The method that the author uses in data collection is the method of documentation and the analysis used is descriptive-analytical. While the approach used is the theory of Ma'na>-Cum-Magza> Hermeneutics Sahiron Syamsuddin. The primary data source uses a book entitled "The Ma'na>-Cum- Magza> Approach to the Qur'an and Hadith: Answering Religious Social Problems in the Contemporary Era", the first edition of 2020 published in collaboration with the Association of Al-Qur'an and Tafsir Sciences.

throughout Indonesia with the Word Field Institute, Bantul, Yogyakarta.

(25)

xxv

This research concludes that there are 3 main messages conveyed in QS. An-Nisa>' [4]: 1. First, the command to fear Allah swt. Second, the story of the creation of man. Third, there is evidence of the power of Allah swt. as God who is omniscient and watches over all his creatures. This verse was revealed as a form of guidance and warning to humans who He has created from the same type (humans), with the aim that they all fear Him by maintaining the bonds of brotherhood that love and care for one another.

Keywords: Human, QS. Al-Nisa>' [4]: 1, Ma'na>-Cum-Magza>, Sahiron Syamsuddin

(26)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara faktual, manusia diciptakan tentu atas kehendak Allah swt. dan untuk menjalankan amanat Tuhan yang telah menciptakannya. Secara umum, telah diceritakan pula dalam berbagai literatur kitab tafsir dan sejarah-sejarah Nabi, bahwa orang pertama yang diciptakan oleh Allah swt. adalah Nabi Adam As. Hal ini telah disebutkan pula di dalam Al- Qur’an tentang kisah penciptaannya. Salah satu dalil yang menjadi kisah penciptaannya adalah QS. An-Nisā [4]: 1

َا م هْن مََث ب وَا ه ج ْو زَا هْن مََ قل خ وََ ة د حا وََ سْ

ف نََْن مََْمكقل خََْي ذلاََ مك ب رَا ْوق تاََ سا نلاَا هُّيآٰي اًبْي ق رََْمكْيل عََناكََ ٰ

للّاََن اَ َََ ما ح ْراْ

لا وََ ه بََن ْول ءۤا ستََْي ذلاََ ٰ

للّاَاوق تا وَ ًَََءۤا س ن وَاًرْي ثكَاً لا ج ر

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah Menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) Menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah Memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu Menjaga dan Mengawasimu”. (QS. An-Nisā [4]: 1)

Sebagai salah satu ayat yang mengisahkan tentang prosesi penciptaan manusia pertama, yaitu Adam dan juga pasangannya Hawa, bahwasanya nama Adam dan Hawa tidak disebutkan secara eksplisit. Dalam terjemahan ayat nama Adam disebutkan pada ungkapkan kata nafs

(27)

2

wa>hidah dan kata zaujaha>/Hawa yang terungkap dalam kata minha>.1 Secara historis, Hawa merupakan perempuan pertama yang menjadi pasangan Adam. Hawa dalam pandangan sebagian mufasir, diciptakan dari bagian tubuh Adam dari kata al-d}al’i. Kata tersebut juga menjadi perbincangan para ulama-ulama tafsir yang mengatakan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam yang terdapat pada kalimat nafs wa>hidah.

Justru bukan kata al-d}al’I yang menjadi perdebatan para ulama klasik dengan ulama kontemporer, melainkan kata nafs wa>hidah-nya sendiri.

Mayoritas ulama memang mengartikan Hawa tercipta dari bagian tubuh Adam berdasarkan hadis al-Bukhari dan Muslim:

َ:َ مل س وَ هْيل عَ للّاَىل صَ للّاَلو س رَلاقَ ة رْي ر هَي بأَ ْن عَة ز عَىل ْو مَنا مْ

ل سَ ْم زا جَي بأَ ْن ع

َن إفَ هال ْعأَ عل ضلاَي فَا مَ ج وْعأَن إ وََ عل ضَ ْن مَ ْت ق ل خَ ةأ ْر مْ

لاَن إفَا ًرْي خَ ءا س نلا بَا ْو صْو ت ْسا

َ

َ تْب ه ذ

َ ه ت ْر سكَ ه مْي ق ت (

ىراخبلاَهاور )

“Dari Abi Hazim Salman Maula ‘Uzzah Abi Hurairah Rasulullah Saw bersabda: Saling pesan memesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena ia diciptakan dari tulang rusuk. Dan jika kamu ingin meluruskannya, maka itu berarti kamu harus mematahkannya, dan mematahkannya berarti menceraikannya”.2 (HR. Al-Bukhari)

Imam At-Thabari dalam kitab tafsirnya yang berjudul Ja>mi’ al-Bayan fi> Tafsi>r Al-Qur’a>n, menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan nafs

1 Muhammad Khalil, “Asal Usul Penciptaan Perempuan Menurut Muhammad Abduh”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2018), h. 3.

2 Al-Bukhari, “Shahih al-Bukhari”, Jilid 4, (Beirut: Da>r al Kutub al-‘Ilmiyah, t.t.), h.

3153.

(28)

3

wa>hidah adalah Adam; kata ganti (d}amir), dan kata minha> ditafsirkan sebagai Hawa istri Adam yang tercipta dari tulang rusuknya.

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Fakhruddin Al-Razi dalam kitab tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Kabir atau lebih dikenal dengan Mafatihul Ghaib, bahwasanya ulama Islam telah bersepakat bahwa Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam. Pendapat ini sepadan dengan At-Thabari, hanya saja Ar-Razi dan mufassir lain (Al-Alusi) menambahkan keterangan bahwa tulang rusuk yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah tulang rusuk Adam yang sebelah kiri.3

Begitupun dengan Ibnu Kas|i>r, Jalaludin al-S{uyut}i, Imam Al-Qurtuby dan ulama klasik lainnya, mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari salah satu bagian tubuh Adam, yaitu tulang rusuk Adam.4

Argumen-argmen di atas menunjukkan bahwa interpestasi penciptaan perempuan dari bagian tubuh laki-laki bertahan sangat lama, mulai dari abad pertama hingga abad pertengahan Hijriah. Meskipun Al- Razi telah berusaha memberikan penjelasan yang lebih rasional dibandingkan dengan mufassir lainnya, namun karya Al-Razi sendiri banyak mendapat kritikan dari berbagai kalangan, bahkan dianggap bukan karya tafsir.5 Artinya pemikiran Fakhruddin Al- Razi ini menjadi tersisihkan. Karena ia dianggap belum bisa beralih dari pola pikir lama.

Adapun ulama kontemporer yang mengatakan bahwa Hawa tercipta bukan dari tulang rusuk Nabi Adam a.s., seperti Muhammad Abduh,

3 Rizem Aizid, Sejarah Terlengkap 25 Nabi, (Yogyakarta: Noktah, 2018), h. 33.

4 Mina Mudrikah Zein, et al., eds., “Siti Hawa Dalam Perspektif Muhammad Asad Dan Christoph Barth”, Al-Bayan 3, no. 2 (2018): h. 160.

5 Faizin, “Diskursus Penafsiran Ayat Penciptaan Perempuan dalam Jurnal Ilmiah di Indonesia,” Ulunnuha 7, no.1, (2018): h. 3.

(29)

4

Wahbah Al-Zuhaili, Quraish Shihab, Allamah Kamal Faqih, Sayyid Qutb dan yang lainnya.

Muhammad Abduh adalah salah satu penggagas gerakan modernisme Islam asal Mesir. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nafs wa>hidah yang terdapat dalam QS. Al-Nisā [4]: 1 ini, baik secara tekstual atau makna lahirnya, bawha kata tersebut bukan diartikan sebagai Adam. Menurutnya, apabila telah disepakati oleh para ahli tafsir bahwa setiap panggilan yang menggunakan kalimat “Ya> ayyuha al-Na>s”

sebagai panggilan khusus bagi penduduk Makkah atau suku Qurasy, boleh juga yang dimaksud dengan nafs wa>hidah disini adalah penduduk Qurasy atau suku ‘Adnan. Apabila yang dikehendaki dengan ayat tersebut adalah masyarakat Arab pada umumnya, berarti yang dimaksud nafs wa>hidah tersebut adalah semua bangsa Arab atau Qahtan.6

Jadi, menurut Muhammad Abduh yang dimaksud dengan nafs wa>hidah dalam ayat ini bukan diartikan sebagai Adam. Kata tersebut bisa saja diartikan sebagai penduduk Makkah atau Qurais atau suku ‘Adnan, dan bisa juga disebut dengan bangsa Arab atau Qahtan. Hal ini karena beliau melihat adanya penggunaan kata nida atau panggilan yang terdapat pada awal ayat tersebut.

Berbeda dengan pandangan Muhammad Abduh, Wahbah Al-Zuhaili justru mengatakan bahwa yang dimaksud Nafs wa>hidah (jiwa yang satu) adalah Adam, bapak seluruh umat manusia. Dan Nafs disini maksudnya adalah jasad dan ruh. Jasad atau fisik memiliki tugas dan fungsi keanggotaan yang bersifat materi, sedangkan ruh atau jiwa memiliki fungsi ruhiyah dan maknawiyah, di samping itu juga memberikan sesuatu

6 Muhammad Khalil, “Asal Usul Penciptaan Perempuan Menurut Muhammad Abduh”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2018), h. 40.

(30)

5

yang bisa dirasakan, seperti kemampuan berpikir, menghafal dan mengingat.7

Sementara menurut mufasir kontemporer asal Indonesia yang masyhur di abad 20-21, yakni Prof. M. Quraish Shihab. Beliau memaknai kata nafs wa>hidah adalah Adam, akan tetapi mengenai kata zaujaha> yang terdapat dalam ayat tersebut adalah Hawa yang diciptakan dari jenis yang sama seperti Adam, yaitu sama-sama berasal dari Tanah.8 Pendapat Quraish Shihab ini sepadan dengan pendapat Allamah Kamal Faqih yang menegaskan bahwa maksud dari kalimat min nafsin wahidah dalam konteks ayat ini ialah “Dia menciptakan istri Adam dari asalnya,” bukan dari salah satu bagian tubuh Adam. Menurutnya, hadis yang dijadikan dalil oleh ulama klasik sepenuhnya tertolak dan telah ditetapkan bahwa Hawa diciptakan dari tanah sisa penciptaan Adam. Kemudian menurut pandangan Sayyid Qutb, bahwa hadis yang menyebutkan Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam adalah hadis yang telah terkontaminasi oleh cerita Israiliyya>t, dimana umat muslim tidak dapat berpegang padanya.9

Menurut beberapa penafsiran yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya terdapat ragam penafsiran mengenai lafaz nafs wa>hidah dalam QS. Al-Nisā [4]: 1. Pertama, menurut para ulama klasik menyatakan bahwa lafaz nafs wa>hidah dalam surat tersebut diartikan sebagai Adam, dan kata selanjutnya zaujaha> diartikan sebagai Hawa, yang kemudian berasal dari Adam lah Hawa diciptakan dengan tulang

7 Wahbah Al-ZuhailĪ, Tafsir Al-Munir, terj. Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h.

563.

8 Bobi Suhendra, “Penciptaan Hawa Dalam Al-Qur’an Q.S. An-Nisa’ ayat 1: Studi Komparatif Terhadap Tafsir Klasik dan Kontemporer”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah, Palembang, 2019), h. 65.

9 Mina Mudrikah Zein, et al., eds., “Siti Hawa Dalam Perspektif Muhammad Asad Dan Christoph Barth”, Al-Bayan 3, no. 2 (2018): h. 161.

(31)

6

rusuknya. Sedangkan, menurut sebagian ulama kontemporer ada yang mengatakan bahwa nafs wa>hidah ini adalah Adam. Ada pula ulama kontemporer yang mengatakan hal yang serupa, yaitu seperti Wahbah Al- Zuhaili, Muhammad Quraish Shihab dan Allamah Kamal Faqih. Berbeda dengan pandangan Muhammad Abduh. Ia mengatakan bahwa kata nafs wa>hidah disini bukan diartikan sebagai Adam, melainkan sebagai penduduk Makkah atau suku ‘Adnan. Hal ini karena ia melihat adanya kata nida atau panggilan yang terdapat pada awal ayat.

Adanya ragam pandangan inilah yang kemudian akan mengakibatkan atau mempengaruhi pemahaman redaksi berikutnya, serta dapat memungkinkan adanya penyisihan pemahaman terkait pesan utama yang ingin disampaikan oleh surah Al-Nisa>’ ayat 1 ini. Karena awamnya, mereka terlihat hanya fokus pada persoalan nafs wa>hidah saja bukan pada inti kandungan ayatnya yang justru menjadi poin terpenting dalam memperoleh hikmah di setiap isi kandungan ayat Al-Qur’an.

Demikian, agaknya penulis perlu melakukan rekonstruksi atau menafsirkan ulang makna QS. Al-Nisa>’ ayat 1 ini dengan menggunakan pendekatan hermeneutik ma‘nā-cum-magzā yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin, seorang mufasir kontemporer asal Indonesia. Mengapa harus dengan pendekatan heremeneutik ma‘nā-cum-magzā? Hal ini dikarenakan ma’na-cum-magza merupakan salah satu metode penafsiran yang dapat menggali atau merekonstruksi makna untuk mencari pesan utama yang terdapat dalam suatu ayat Al-Qur’an. Adapun langkah- langkahnya yaitu, dengan mencari makna historis (al-ma’na> al-tarikhi) dan signifikansi fenomenal historisnya (al-magza> al-tarikihi) terlebih dahulu, kemudian mengkontruksi signifikansi fenomenal dinamis untuk mendapatkan maqsud atau magza> al-a>yah yang dikontekstualisasikan ke

(32)

7

dalam konteks kekinian yang relevan sesuai zamannya. Sehingga surah Al-Nisa>’ayat 1 ini dapat dipahami dan dikonsumsi oleh audiens historis.10

Oleh karena itu, dengan adanya kegelisahan akademik yang muncul dan perlu dicarikan jawaban ilmiahnya adalah; Bagaimana ragam pandangan mufasir, baik mufasir klasik maupun kontemporer mengenai makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1? Apakah interpretasi mufasir klasik terhadap QS. An-Nisa>’[4]: 1 ini telah terpengaruh oleh kisah-kisah israiliyya>t?

Bagaimana rekonstruksi makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan pendekatan ma‘nā-cum-maghzā Sahiron Syamsuddin? Dan bagaimana efek sosial dari pemahaman makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dikalangan masyarakat setelah ayat ini ditafsirkan oleh para mufasir?

Pertanyaan-pertanyaan di atas tentu harus dijawab secara akademik- ilmiah. Karena itu, tulisan ini juga berusaha untuk mengisi kajian hermeneutika, khususnya pendekatan ma‘nā-cum-maghzā Sahiron Syamsuddin, terkait makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam proses penciptaan manusia.

B. Permasalahan

Setelah penulis memaparkan beberapa hal pada latar belakang, supaya penelitian ini lebih terarah, maka dari itu penulis perlu membuat identifikasi masalah, pembatasan masalah, serta rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, muncullah beberapa permasalahan. Di antara permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh penulis adalah:

10 Sahiron Syamsuddin, Pendekatan Ma‘nā-Cum-Magza atas Al-Qur’an dan Hadis:

Menjawab Problematika Sosial Keagamaan Di Era Kontemporer, (Bantul: Asosiasi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir Se-Indonesia, 2020), h. 8.

(33)

8

a. Adanya ragam pemikiran para mufassir yang mayoritas ulamanya memang masih menggunakan pendekatan bil-ma’tsur.

b. Adanya penafsiran ulama klasik yang masih terkontaminasi oleh kisah-kisah israiliyya>t.

c. Adanya penafsiran ulama yang dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan/aliran yang dianut oleh mufasirnya sendiri, serta dipengaruhi oleh berbagai corak keilmuan.

d. Adanya ragam penafsiran yang akan mempengaruhi pada pemahaman redaksi selanjutnya.

e. Adanya penyisihan pemahaman terkait signifikansi/pesan utama yang tersingkap di dalam QS. Al-Nisa>’ [4]: 1.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada signifikansi/pesan utama QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan merekonstruksikannya ke dalam pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin. Alasan adanya pembatasan masalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami signifikansi ayat/pesan utama yang terkandung dalam QS. Al-Nisa>’ [4]: 1, serta dinamisasi makna ayat tersebut. Karena, sejauh ini penulis juga belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini dan masih jarang ditemukan di dalam dunia akademik, khususnya dalam kajian hermeneutika ma‘nā-cum-magzā yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana konstruksi penafsiran mufasir klasik dan mufasir kontemporer terhadap QS. Al-Nisa>’ [4]: 1?

(34)

9

b. Bagaimana rekonstruksi penafsiran makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ragam pandangan mufasir klasik dan mufasir kontemporer terhadap penafsiran QS. Al-Nisa>’ [4]: 1.

2. Menganalisis makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan merekonstruksikan ayat tersebut ke dalam pendekatan Hermeneutika Ma’na>-Cum- Magza> Sahiron Syamsuddin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoritis, agar dapat berkontribusi dalam:

1. Mengisi kekosongan studi interdisipliner terhadap kajian hermeneutik ma’na> cum-magza> Sahiron Syamsuddin pada QS. Al- Nisa>’ [4]: 1.

2. Memberikan gambaran tentang perkembangan pemikiran dan keragaman interpretasi para mufasir mengenai penafsiran QS. Al- Nisa>’ [4]: 1.

3. Menyuguhkan hasil analitik yang signifikan terhadap makna pada QS. Al-Nisa>’ [4]:1.

Sementara secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk:

1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada publik, terkhusus untuk para akademisi terhadap kajian Hermeneutika Ma’na>-Cum- Magza> Sahiron Syamsuddin sebagai metode penafsiran.

(35)

10

2. Menegaskan bahwa pentingnya mengkaji makna-makna di dalam Al- Qur’an dengan menggunakan pendekatan hermeneutik Ma’na>-Cum- Magza> Sahiron Syamsudin.

3. Menjadi inspirasi serta alternatif bagi para pengkaji, terkhusus dalam bidang Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsudin.

E. Kajian Pustaka

Rasionalitas asal mula penciptaan manusia terutama penciptaan Adam dan Hawa merupakan isu yang sangat menarik serta menaruh perhatian para peneliti. Secara umum, Adam dan Hawa merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt. hanya saja fokus kajian mereka hampir semuanya terkait konsep penciptaan manusia secara historis saja dan hanya berlandasan pada pendapat para mufassir. Padahal mengkaji kebahasaan di dalam Al-Qur’an pun tidak kalah menarik dengan kajian historis, khususnya kajian tafsir, baik tafsir klasik maupun kontemporer. Dalam kajian ini peneliti akan menelik dari aspek makna historis dan magza al-a>yah. Yakni dengan menggunakan pendekatan Hermeneutika Ma’nā-Cum-Magzā Sahiron Syamsuddin. Dengan menggunakan pendekatan ini, kita tidak hanya mengetahui makna secara leksikal saja, justru kita dapat mengetahui makna utama yang terdapat dalam suatu ayat yang didapatkan secara signifikan dan relevan sesuai dengan zamannya. Maka dari itu, penelitian ini sesungguhnya hendak mengisi kekosongan penelitian dalam bidang hermeneutika Al-Qur’an.

Adapun di antara kajian-kajian tentang konseptualisasi penciptaan manusia yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah: Pertama, Asal Usul Penciptaan Perempuan Menurut Muhammad Abduh karya

(36)

11

Muhammad Khalil.11 Ada dua tema besar yang dibahas dalam skripsi ini:

pertama, tentang asal usul penciptaan perempuan dalam Al-Qur’an.

kedua, penafsiran Muhammad Abduh tentang asal-usul penciptaan perempuan dalam Al-Qur’an. Khalil berhasil menyuguhkan hasil penelitiannya dengan menggunakan metode maud{u’i, yaitu dengan cara menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep penciptaan perempuan. Setelah itu, dikaji secara mendalam dan tuntas dari semua aspek yang berkaitan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mufasir menyatakan penciptaan perempuan, khususnya Hawa, ialah dari Adam, dengan menafsirkan kata nafs wa>hidah sebagai bagian dari Adam as. Akan tetapi, Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya menolak dengan tegas penafsiran kata Nafs wa>hidah dengan Adam, alasan yang dikemukakan Muhammad Abduh adalah sebagai berikut: QS.

Al-Nisa>’ ayat 1 diawali kalimat “wahai sekalian manusia” (Ya> ayyuha al- na>s), berarti ditujukan kepada seluruh manusia tanpa membedakan agama, suku, bangsa, warna kulit, dan jenis kelamin. Menurutnya, bagaimana mungkin dikatakan Adam, sementara Adam sendiri tidak populer dan tidak diakui keberadaannya oleh semua umat manusia sebagai manusia pertama. Dengan demikian, yang dapat diakui secara universal oleh seluruh umat manusia, tidak hanya umat-umat tertentu saja.

Persamaan dari penilitian pertama ini adalah dari segi objek penelitiannya, yaitu meneliti tentang makna QS. Al-Nisa>’ ayat 1.

Disamping itu, terdapat beberapa perbedaan juga antara penelitian Muhammad Khalil dengan penelitian yang akan penulis kaji, yakni; 1) Perbedaan dari aspek judul penelitian. 2) Perbedaan pendekatan penelitian. Dalam kajiannya, Muhammad Khalil menggunakan

11 Muhammad Khalil, “Asal Usul Penciptaan Perempuan Menurut Muhammad Abduh”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, 2018)

(37)

12

pendekatan studi analisis tafsir Muhammad Abduh serta menggunakan metode maud{u’i. Sedangakna dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dengan menggunakan pendekatan hermeneutika ma’na>-cum-magza> Sahiron Syamsuddin.

Kedua, Diskursus Penafsiran Ayat Penciptaan Perempuan dalam Jurnal Ilmiah di Indonesia karya Faizin.12 Ada tiga tema besar yang dibahas dalam jurnal ini, yakni; pertama, seputar perkembangan diskursus penafsiran ayat penciptaan perempuan dari klasik hingga kontemporer. Kedua, tentang tatanan diskursus gender dalam penafsiran ayat penciptaan perempuan diproduksi dalam jurnal ilmiah di Indonesia dan relasi kuasa dalam tatanan diskursus tersebut membentuk kebenaran pengetahuan. Ketiga, tentang diskursus penafsiran ayat penciptaan dapat memberi efek bagi cara berfikir dan bertindak dalam kehidupan sosial praktis. Faizin berhasil menganalisis terhadap beberapa jurnal ilmiah di Indonesia yang membahas tentang penafsiran penciptaan perempuan dalam surat Al- Nisa>’ayat 1, dengan memperlihatkan adanya relasi kuasa dan pengetahuan dalam menghasilkan kebenaran. Ini dapat dilihat dari beberapa aspek simpulan dari penggunaan teori eksklusi Michel Foucault, yakni: pertama: secara eksternal, diskursus yang dibangun telah mampu menopang fungsi kekuatan wacana gender dalam menghasilkan kuasa pengetahuan. Dari sisi prosedur division and rejection, struktur wacana penafsiran berupaya merekonstruksi pengetahuan baru dengan memisahkan pendapat-pendapat yang bias gender dan menempatkan pendapat yang egaliter sebagai suatu kebenaran pengetahuan. Pada prosedur kedua oppotition between true and false juga memproduksi wacana baru, yakni upaya meninggalkan wacana lama yang dipandang

12 Faizin, “Diskursus Penafsiran Ayat Penciptaan Perempuan dalam Jurnal Ilmiah di Indonesia,” Ulunnuha 7, no.1, (2018)

(38)

13

bias (false) dan memperkuat argumentasi pada wacana yang dipandang benar (true). Ia berupaya untuk membuat kategori-kategori tertentu dan memisahkan katagori tersebut. Kedua, Prosedur internal yang berfungsi mengontrol dan membatasi wacana juga bekerja dengan baik. Pada prosedur commentary, penulis berupaya menghadirkan dominasi wacana melalui proposisi-proposisi yang secara tidak langsung mengajak pembaca untuk membenarkan adanya implikasi atas penafsiran yang bias dengan penafsiran yang berkeadilan gender sehingga pembaca digiring ke arah perspektif kebenaran pengetahuan yang tengah didiskusikan.

Sementara pada prosedur author, ia berusaha memperlihatkan keberpihakan pada penafsiran yang dipandangnya bermuatan positif untuk proyek kesetaraan gender. Terakhir, prosedur disiplin yang memungkinkan lahirnya rumusan baru yang kemudian dapat dijadikan prinsip kebenaran dan instrumen bagi pembaca untuk menerapkan kebenaran itu dalam kehidupan praktis. Refleksi atas dua kesimpulan di atas menguatkan argumentasi bahwa wacana penafsiran nafs wa>hidah sebagai bagian tubuh laki-laki adalah wacana yang terpinggirkan.

Sementara penafsiran yang berkeadilan gender merupakan wacana dominan yang dapat mempengaruhi cara berfikir dan bersikap dan memberi dampak tersendiri bagi sosial kognisi. Sosial kognisi inilah yang kemudian diharapkan mampu menghilangkan budaya patriarki dan menggantinya dengan budaya egaliter melalui internalisasi nilai-nilai keadilan dalam sosial praktis.

Pada penelitian yang kedua ini memiliki kesamaan dalam objek penelitian, yakni mengkaji makna surah Al-Nisa>’ayat 1. Selain objek penelitian, kesamaan lainnya yaitu yang terdapat pada term pertama, yakni membahas seputar penafsiran ayat penciptaan perempuan dari berbagai literatur kitab tafsir, baik tafsir klasik maupun tafsir

(39)

14

kontemporer. Serta tujuan akhir penelitian ini juga hampir sama yaitu mengulik wacana penafsiran nafs wa>hidah yang konon dipahami sebagai bagian tubuh laki-laki. Akan tetapi, dari segi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan wacana penelitian yang akan penulis bahas. Faizin menukil makna nafs wahidah dengan menggunakan teori eksklusi Michel Foucault dengan mengusung diskursus gender dalam penciptaan perempuan. Dengan teorinya ini berupaya meninggalkan wacana lama yang dipandang bias (false) dan memperkuat argumentasi pada wacana yang dipandang benar (true).

Berbeda dengan penelitian yang akan penulis kaji, penulis akan mengkaji makna QS. Al-Nisa>’ ayat 1 dengan menggunakan pendekatan hermeneutika ma’na>-cum-magza>. Yang dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat menjawab dan mendapatkan hasil analitik makna secara signifikan.

Ketiga, Bias Awal Penciptaan Perempuan dalam Tafsir Alquran (Perspektif Pendekatan Tekstual dan Kontekstual) karya Agus Imam Kharomen.13 Terdapat dua tema besar yang dibahas dalam jurnal ini:

pertama, tentang sejauh mana sang mufassir hanya mengacu pada aspek kebahasaan dalam upaya memahami teks. Kedua, meneliti konteks diturunkannya Al-Qur’an serta konteks pada masa kontemporer sekarang ini. Dalam penelitiannya ini Agus berhasil menyajikan hasil penelitiannya dengan membuktikan bahwa bentuk penafsiran tekstual dan kontekstual bukanlah disebabkan periode/waktu (klasik, modern, kontemporer), melainkan disebabkan oleh metode dan pendekatan yang digunakan mufasir. Selain itu juga, ia membantah pendapat banyak pihak terutama

13 Agus Imam Kharomen, “Bias Awal Penciptaan Perempuan Dalam Tafsir Alquran:

Perspektif Pendekatan Tekstual dan Kontekstual,” Al-Quds Jurnal Studi Alquran dan Hadis 2, no. 2, (2018): h.

(40)

15

orientalis yang selalu menilai mufassir masa klasik menghasilkan penafsiran yang tekstual. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa menurutnya perbedaan penafsiran tersebut bukan disebabkan karena kurun waktu masa hidup sang mufasir, tetapi disebabkan metode dan pendekatan yang mereka gunakan.

Pada penelitian yang ketiga ini cukup berbeda dengan penelitian yang akan penulis kaji. Term-term yang diusut dalam kajian Agus ini mengacu pada kemampuan para mufassir dari segi kebahasaannya dalam upaya memahami teks. Serta meneliti konteks diturunkannya Al-Qur’an dan konteks pada masa kontemporer. Ia berhasil menyajikan hasil penelitiannya dengan membuktikan bahwa bentuk penafsiran tekstual dan kontekstual bukanlah disebabkan periode/waktu (klasik, modern, kontemporer), melainkan disebabkan oleh metode dan pendekatan yang digunakan mufasir. Akan tetapi, dalam penelitiannya ini justru masih terdapat beberapa permasalahan yang tidak cukup hanya dengan melihat makna secara tekstual dan kontekstual saja. Oleh karena itu, penelitian ini akan menyajikan pembahasan dengna menggunakan pendekatan hermeneutika ma’na>-cum-magza>, yang di dalamnya tidak hanya mengkaji persoalan tekstual dan kontekstual makna saja, tetapi menyuguhkan beberapa pendapat para mufassir, baik klasik sampai dengan kontemporer. Serta mengkaji seputar historis ayat. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui makna utama dari ayat tersebut.

Keempat, Asal Penciptaan Perempuan dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Pemikiran Nasaruddin Umar) karya Nur Mahmudah.14 Ada dua tema besar yang dibahas dalam skripsi ini: pertama menyajikan

14 Nur Mahmudah, “Asal Penciptaan Perempuan dalam Al-Qur’an: Studi Analisis Pemikiran Nasaruddin Umar”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN, Ponorogo, 2018), h.

(41)

16

penafsiran ulama tentang ayat penciptaan perempuan. Kedua mengupas penafsiran Nasaruddin Umar tentang ayat penciptaan perempuan.

Mahmudah berhasil menganalisis pemikiran Nasaruddin Umar yang berbeda pandangan dengan mayoritas mufassir terhadap konsep penciptaan perempuan. Menurutnya, perempuan pertama (Hawa) tidak tercipta dari (bagian) Adam atau tulang rusuknya, tetapi dari sejenis Adam. Adapun hadis yang menuturkan bahwa perempuan (Hawa) tercipta dari tulang rusuk Adam, beliau pahami secara metaphor, dalam arti perempuan itu seperti tulang rusuk yang cenderung bengkok. Hal yang melatar belakangi pemikira Nasaruddin Umar adalah dilihat dari kesetaraan gender. Artinya beliau tidak rela perempuan tidak sama asal muasal penciptaannya dengan laki-laki. Mungkin perempuan merasa terhina lantaran ia (berasal) dari bagian laki-laki. Padahal, mulia tidaknya seseorang bukan dari asal muasal ciptaannya, melainkan ketaqwaannya.

Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah objek penelitiannya yakni ayat yang berbicara tentang awal mula penciptaan manusia (nafs wa>hidah). Sedangkan perbedaannya adalah dalam segi pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Tema pertama yang dibahas dalam poin ini sama dengan tema yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini, yaitu menyajikan penafsiran ulama tentang ayat penciptaan manusia. Bedanya Nur Mahmudah meneliti ayat ini hanya mengulik pada bias awal penciptaan perempuan saja dengan menggunakan teori Nasaruddin Umar.

Kelima, Penciptaan Hawa Dalam QS An-Nisa’: 1 (Studi Komparatif Terhadap Tafsir Klasik dan Kontemporer) karya Boby Suhendra.15

15 Bobi Suhendra, “Penciptaan Hawa Dalam Al-Qur’an Q.S. An-Nisa’ ayat 1: Studi Komparatif Terhadap Tafsir Klasik dan Kontemporer”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah, Palembang, 2019), h.

(42)

17

Terdapat dua tema besar yang dibahas dalam skripsi ini; pertama, penyuguhan seputar penafsiran ulama klasik terhadap penciptaan Hawa.

Kedua, penyuguhan seputar penafsiran ulama kontemporer terhadap penciptaan Hawa. Bobi Suhendra berhasil mengeksplorisasi konseptual penciptaan Hawa dengan menggunakan metode muqaran, yakni membandingkan penafsiran ulama klasik dengan ulama kontemporer.

Penelitian terhadap interpretasi mufassir klasik dan kontemporer, menunjukan bahwa terdapat perbedaan penafsiran antara mufassir klasik dan mufassir kontemporer. Dari kalangan mufassir klasik salah satunya Ibnu Katsir, ia memaknai kata nafs wahidah dalam surat Al-Nisa>’ : 1 yang dimaksud adalah Adam, dan zaujaha> adalah istrinya (Hawa) yang tercipta dari tulang rusuk Adam yang bengkok, terkait dengan penafsirannya menggunakan tafsir bi al-ma’tsur karena terdapat suatu riwayat hadits yang menyatakan wanita tercipta dari tulang rusuk. Sementara perwakilan dari kalangan mufassir kontemporer, yaitu Quraish Shihab, menurutnya kata nafs wa>hidah ialah Adam namun terkait zaujaha> yang merupakan Hawa tercipta dari jenis yang sama seperti Adam as yaitu sama-sama berasal dari Tanah.

Pada penelitian yang terakhir ini, persamaannya sama dengan penelitian-penelitian yang telah diuraikan di atas, yakni meneliti makna QS. Al-Nisa>’ ayat 1. Sedangkan perbedaannya terdapat pada pendekatannya. Boby Suhendra, meneliti dengan membandingkan dua kitab tafsir, yakni tafsir klasik dan tafsir kontemporer. Sedangkan peneliti akan mengkaji lafaz tersebut dengan menggunakan pendekatan hermeneutika ma’na>-cum-magza>.

Dari penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa persamaan dari kelima penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang konsepsi

(43)

18

penciptaan manusia yang terdapat dalam QS. Al-Nisa>’ayat 1. Adapun perbedaan dari kelima peneliti sebelumnya, di antara mereka belum ada satupun yang meneliti dengan menggunakan pendekatan hermeneutika ma’na>-cum-magza> yang diusung oleh Sahiron Syamsuddin.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif.16 Karena data yang digunakan berupa dokumentasi kepustakaan dengan kajian library research (Penelitian Kepustakaan), yaitu data-data yang digunakan bersumber dari buku, skripsi, tesis, serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sekunder.

Adapun sumber primer penelitian ini adalah buku yang berjudul

“Pendekatan Ma’na>-Cum-Magza> atas Al-Qur’an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era Kontemporer” karya Sahiron Syamsuddin. Serta berbagai literature-literatur kitab tafsir, seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Thabari, Tafsir Al-Munir, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Manar, Tafsir Al-Misbah, dan Tafsir Al-Azhar, serta kamus-kamus bahasa Arab seperti kamus Lisan al-‘Arab, Mu’jam al-Mufahros li al-Faz Al-Qur’an al-Karim.17

16 Menurut beberapa ahli mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik penngumpulannya dengan cara menggabungkan / trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Lihat Albi Anggito &

Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV Jejak, 2018), h. 8

17 Muhammad Fuad ‘Abd Al-Baqi’, Mu’jam al-Mufahros li al-Faz Al-Qur’an al- Karim, (Kairo: Dar al-Hadis, 2007)

(44)

19

Sementara sumber data sekundernya yaitu buku-buku atau karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti hadis, skripsi, jurnal, tesis dan referensi-referensi lainnya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan metode dokumentataif, yaitu dengan mengumpulkan data- data penafsiran para mufassir klasik dan mufassir kontemporer terkait QS.

Al-Nisa>’[4]: 1. Kemudian dalam mencari makna historis ayat, penulis perlu mencari makna bahasa dengan bantuan kamus Lisa>n al-‘Arab sebagai pencarian makna kata, melakukan intratekstualitas (membandingkan dan menganalisa kata yang sedang ditafsirkan tersebut dengan penggunaannya di ayat-ayat lain) dibantu dengan kamus mu’jam al-mufahras, melakukan analisa intertekstualitas (menghubungkan dan membandingkan antara ayat-ayat Al-Qur’an denga teks-teks diluar Al- Qur’an seperti hadis, syair dan lain-lain), mencari historis pewahyuan ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara mikro ataupun makro, kemudian menggali pesan utama ayat yang sedang ditafsirkan, lalu mengkontruksikannya dengan cara menentukkan kategori ayat, mengembangkan definisi magza> al-tarikhi>, menangkap simbolik makna serta mengembangkan penafsiran dengan menggunakan perspektif lain, seperti ilmu sosial, ilmu hayat, ilmu psikologi dan lain-lain.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis dengan menelaah data-data penafsiran atas QS. Al- Nisa>’[4]: 1, serta beberapa kosa kata yang akan diteliti dalam ayat ini.

Kemudian data-data tersebut dianalisis secara komparatif (comparative abalysis), yaitu dengan membandingkan ayat-ayat yang memiliki makna

(45)

20

serta kosa kata yang sama di dalam Al-Qur’an. Hal ini bertujuan agar tersusun gambaran yang komprehensif serta mendalam mengenai makna utama yang terkandung di dalam QS. Al-Nisa>’ [4]: 1.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, penulis akan menghimpun data dan meneyeleksinya, khusunya literature-literatur kitab tafsir, baik klasik maupun kontemporer terhadap penafsiran QS. Al-Nisa>’ [4]: 1, serta teori yang berkenaan dengan Hermeneutika Al-Qur’an. Kedua, penulis dengan cermat akan mengkaji data tersebut secara komprehensif dan kemudian mengabstrasikan pemikiran para mufasir klasik dengan mufasir kontemporer. Ketiga, penulis akan mengkorelasi serta merekonstruksi makna QS. Al-Nisa>’[4]:

1 yang telah dikaji tersebut dengan menggunakan pendekatan ma’na>- cum magza> Sahiron Syamsuddin.

5. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan untuk menangkap makna rasional terhadap kajian makna QS. Al-Nisa>’[4]: 1 ini dengan cara merekonstruksikannya ke dalam pendekatan hermeneutika ma’na>-cum magza> Sahiron Syamsuddin.

Adapun menurut Sahiron Syamsuddin ada tiga hal penting yang seyogyanya dicari oleh seorang mufassir, yakni (1) makna historis (al- ma‘nā al-tārīkhī), (2) signifikansi fenomenal historis (al-maghzā al- tārikhī), dan (3) signifikansi fenomenal dinamis (al-maghzā al- mutaḥarrik) untuk konteks ketika teks Al-Qur’an ditafsirkan.18

Melihat dari ketiga suguhan yang telah diuraikan oleh Sahiron Syamsuddin dalam menafsirkan suatu ayat Al-Qur’an, maka dari itu

18 Sahiron Syamsuddin, Pendekatan Ma‘nā-Cum-Maghza Atas Al-Qur’an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan Di Era Kontemporer, h. 8.

(46)

21

penulis akan mencari makna historis lafazh nafsu wahidah-nya terlebih dahulu. Kemudian, mencari atau mengkaji pesan utama secara historis dan dinamisnya.

G. Teknik dan Sistemtaika Penulisan

Teknik penulisan merujuk kepada pedoman yang diberlakukan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2021. Adapun sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari lima bab, setiap babnya memuat beberapa sub bahasan sebagai berikut.

Bab pertama adalah pendahuluan yang bersisi tentang latar belakang masalah, permasalahan yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah. Setelah itu membahas tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan pendekatan penelitian. Dan yang terakhir teknik dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas tentang gambaran umum Hermeneutika yang meliputi: Pengertian hermeneutika, sejarah dan perkembangan hermeneutika, pembagian aliran hermeneutika dan implikasinya terhadap kajian tafsir Al-Qur’an era kontemporer.

Bab ketiga, mengulas biografi Sahiron Syamsuddin, serta mengupas pemikirannya tentang Hermeneutika Ma’na>-cum-magza>.

Bab keempat, memaparkan penafsiran mufasir klasik dan kontemporer terkait QS. Al-Nisa>’ [4]: 1. Serta menyajika hasil Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia dengan Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na>- cum-magza> Sahiron Syamsuddin, yang terdiri dari: (1) makna historis QS.

Al-Nisa>’ [4]: 1 (al-ma‘nā al-tārīkhī), (2) signifikansi fenomenal historis

(47)

22

QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 (al-maghzā al-tārikhī), dan (3) signifikansi fenomenal dinamis QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 (al-maghzā al-mutaḥarrik).

Bab kelima adalah penutup. Pada bab terakhir ini, penulis mencoba memberikan kesimpulan serta saran dari penelitian ini.

(48)

100 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian kesimpulan, penulis menjawab hasil analisis berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab pertama.

Kajian analisis intrerpretasi makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 ini mengacu pada konsep penafsiran yang diusung oleh Sahiron Syamsuddin, yakni dengan teori pendekatan Hermeneutika Ma’na>-cum-magza>, maka dari itu dapat dianalisis serta ditemukan makna utama yang terkandung di dalam QS.

Al-Nisa>’[4]: 1. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut:

1. Penafsiran QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 menurut penafsiran klasik dan kontemporer keduanya relatif sama, namun ada sedikit perbedaan dalam memaknai kata nafs wahidah. Sebagian besar dari mereka sepakat bahwa kata nafs wahidah dalam ayat ini diartikan sebagai Adam. Namun disisi lain, Mustafa Al-Maragi justru tidak sepakat dengan pendapat tersebut, sama halnya dengan Muhammad Abduh.

Menurutnya, kata nafs wahidah disini bukan diartikan sebagai Adam, melainkan ditujukkan kepada Qushay, salah satu kaum Quraisy yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad saw. Selain itu, sebagian besar penafsiran klasik juga mengartikan bahwasanya Hawa diciptakan dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam. Berbeda dengan mufasir kontemporer yang mengartikan Hawa diciptakan bukan dari tulang rusuk Adam, tetapi dari jenis yang sama dengan Adam, yakitu sama-sama berakal, sama-sama memiliki perasaan dan keterkaitan satu sama lain.

(49)

101

2. Hasil dari analisis makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 sebagai dalil terhadap proses penciptaan manusia yang di aplikasikan dengan metode hermeneutika ma’na>-cum-magza> Sahiron Syamsuddin, yakni;

Petama, bahwasanya Allah menciptakan manusia melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama Allah menciptakan Adam (jenis laki-laki) dari tanah, kemudian Hawa sebagai pasanganya. Dari keduanya lahirlah anak dan cucunya sebagai keturunan bani Adam a.s. yang diciptakan dari saripati tanah melalui pertemuan spermatozoa dan ovum daripada Adam dan Hawa. Kedua, bukan hanya berisi tentang kisah penciptaan manusia, melainkan terdapat beberapa pesan utama yang terkandung di dalamnya, seperti perintah untuk bertakwa kepada Allah swt. kisah awal mula penciptaan manusia, serta adanya bukti kekuasaan Allah swt. sebagai Tuhan yang maha mengawasi dan menjaga semua makhluknya. Allah swt. menurunkan ayat ini yaitu sebagai bentuk petunjuk serta peringatan kepada manusia yang telah diciptakan-Nya dari satu jenis/jenis yang sama (manusia), dengan tujuan agar mereka senantiasa bertakwa kepadanya dengan selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, serta senantiasa memelihara ikatan persaudaraan dengan saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain. Maka dari itu bertakwalah kepada-Nya, karena Allah swt. sebaik-baik penjaga dan pengawas dari segala perbuatan yang dilakukan manusia.

B. Saran

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbaik yang Allah berikan kepada umat Islam. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam sepatutnya mampu mewarisi serta mengembangkan disiplin keilmuan yang dimiliki Al- Qur’an dan dapat merealisasikan nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang telah penulis sampaikan, bahwasanya

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengamatan dan observasi, siswa dapat menemukan contoh perilaku yang yang menunjukkan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari- hari dengan penuh kepedulian2.

Vhasiti a swi endleke swi ta tiviwa hi vavasati va tiko hinkwaro; kutani va ta langutela vanuna va vona ehansi, hikuva va ta ku: ‘Hosi Ahasawerusi ú vitanile nkosikazi Vhasiti, kambe

t &gt; tp, t = Waktu infiltrasi, tp = Waktu ponding (waktu genangan ), Dari hasil percobaan infiltrasi, hubungan laju infiltrasi terhadap waktu adalah: Bila waktu

Kecombrang (Etlingera elatior) yang merupakan hasil alam dengan kandungan saponin yang memiliki sifat menghasilkan busa adalah tumbuhan yang digunakan masyarakat Baduy untuk mandi

[r]

kenyataannya saat ini menunjukan masih banyaknya kesenjangan dalam hal pengembangan dan atau pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain, daerah atau kawasan

tidak sehat, cemburu, krisis akhlak, kawin paksa, ekonomi, tidak ada tanggung jawab, kawin di bawah umur, dihukum, cacat biologis, politis, perselingkuhan, tidak

(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau Kelompok Tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten