• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERASI BERAGAMA MEMPERKUAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam Dosen Pengampu: Dr.H.Dwi Surya Atmaja,MA Wahyu Nugroho, M.H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODERASI BERAGAMA MEMPERKUAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam Dosen Pengampu: Dr.H.Dwi Surya Atmaja,MA Wahyu Nugroho, M.H"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODERASI BERAGAMA MEMPERKUAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Akhir

Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam Dosen Pengampu: Dr.H.Dwi Surya Atmaja,MA

Wahyu Nugroho, M.H

DISUSUN OLEH :

LINA SAYYIDAH 5A PAI NIM 12001032

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2023

(2)

Moderasi Beragama Memperkuat Kerukunan Umat Beragama

Abstrak

Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang majemuk secara budaya dengan kemajemukan yang melekat. Diversity, yang meliputi berbagai perbedaan seperti budaya, ras, agama, suku, bahasa, tradisi dan lain- lain. Dengan banyaknya perbedaan, tidak menutup kemungkinan akan timbul konflik. Maka strategi menghadapi keberagaman ini adalah moderasi beragama menggunakan manfaat kehidupan beragama &

berbangsa yang rukun, hening & toleran bagi bangsa Indonesia yang maju. Moderasi beragama Sebagai negara multinilai dan multikultural, konflik yang berlatar belakang agama bisa saja muncul. Artinya, umat beragama tidak bisa harmonis dan konflik terus muncul. Karena adanya konflik tersebut, maka moderasi beragama dapat mempererat kerukunan antar umat beragama karena moderasi beragama tersebut diperlukan sebagai solusi karena menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan beragama yang serasi, rukun, damai dan seimbang. kehidupan pribadi dan keluarga, kehidupan bermasyarakat, bernegara dan beragama. Tujuan kajian ini adalah untuk memperkuat Perdamaian antar pemeluk agama dengan moderasi beragama. Karena Perdamaian antar pemeluk agama belum sepenuhnya harmonis, karena masih ada konflik antar umat beragama mungkin memerlukan moderasi beragama memperkuat Perdamaian antar pemeluk agama. Dalam Penelitian ini, memakai metode deskriptif kualitatif, menganalisis situasi sosial secara menyeluruh, luas dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.

Kata kunci: moderasi beragama, kerukunan beragama

Pendahuluan

Indonesia memiliki budaya dan masyarakat yang berbeda.

Kemajmukan tersebut mencangkup perbedaan budaya, ras, agama, tradisi suku, bahkan bahasa, serta masih banyak lagi. Dengan adanya jaminan konstitusional, masyarakat kini lebih terikat pada kemandirian kehidupan beragama. Unsur penting yang harus dijaga adalah kerukunan antar umat beragama karena terdapat perbedaan agama, suku, ras, dan aliran. Dengan demikian, adanya sifat toleransi yang baik dapat digunakan untuk bersikap terhadap perbedaan yang ada sedemikian rupa sehingga kerukunan antar umat beragama kini lebih terjaga dengan damai, hanya dapat menghargai perbedaan golongan lain. Islam bisa membenarkan hak agama lain serta bebas menerima

(3)

agama lain, melaksanakan ajaran agama masing-masing. Toleransi beragama memungkinkan kita menerima perbedaan. Dari segi agama, sebenarnya Islam tidak memiliki konsep paksaan dalam beragama.

Setiap orang memiliki kebebasan dan bahkan ukuran penuh untuk menerima agamanya sendiri. Sekarang orang dewasa dengan alasan sendiri, mereka dapat memutuskan sendiri apa yang mereka pilih.

Namun, kesatuan serta toleransi antar penganut agama mungkin menjadi salah satu perdebatan yang tidak akan pernah usai. Karena ini adalah masa depan bangsa yang sedikit banyak bergantung pada kerukunan dan hubungan antar umat beragama. Ketidakpahaman akan hal ini dapat menimbulkan trauma perpecahan bangsa. Oleh karena itu, toleransi adalah sebuah keniscayaan, yang menjelaskan ajaran agama untuk menekan toleransi. Dengan adanya ajaran toleransi beragama, kita bisa mendorong setiap orang yang menganut agamanya masing- masing. Meskipun Indonesia sendiri beragam secara ras, etnis, agama dan budaya, masalah konflik tetap ada. Meski ada aksi radikal dan teroris yang masih menjadi masalah besar bangsa ini hingga saat ini.

Hal ini menyebabkan kita mencoba moderasi dalam beragama. Karena memungkinkan kita untuk mencegah tindakan radikal, konflik agama dan ekstremisme, yang tidak dapat dihindari dalam lanskap keragaman.

Untuk itu perlu pelatihan yang intensif

Dalam mewujudkan moderasi beragama di tengah kompleksitas permasalahan masyarakat itu sendiri Moderasi beragama merupakan salah satu kunci terpenting untuk meminimalisir adanya kegiatan ekstrimisme dan radikal keagamaan di Indonesia saat ini.

Berdasarkan pemaparan di atas, dalam artikel ini peneliti memfokuskan pada bagaimana moderasi beragama dapat memperkuat kerukunan antar umat beragama. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa moderasi beragama merupakan urgensi agar memperkuat kerukunan antar pemeluk agama itu sendiri. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul: "Moderasi beragama memperkuat kerukunan dalam beragama"

Metode

Metode penelitian kualitatif dipakai dalam penelitian ini melalui kajian terhadap jurnal, artikel dan buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Kajian ini tentang kerukunan umat beragama yang memperkuat moderasi beragama. Kemudian teknik pengumpulan data memakai teknik dokumen seperti, teknik pengumpulan bukti dengan menganalisis dokumen catatan peristiwa masa lalu yang berkaitan dengan topik penelitian. Mengenai pengolahan data penelitian melalui beberapa metode yaitu pengumpulan data, kemudian reduksi data, kemudian display data, dan terakhir inferensi dan verifikasi.

(4)

Hasil dan Pembahasan A. Moderasi beragama

Sebelum kita mengetahui apa itu pantang beragama, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian pantang dan agama. Di sini penulis menjelaskan sedikit penjelasan tentang pertarakan dan agama.

1. Moderasi

Moderasi asalanya dari bahasa Latin yang memiliki arti moderatio, artinya wajar dimana tidak berlebihan dan tidak kurang, yaitu. harus wajar, jika berlebihan tidak bisa dikatakan wajar.

Moderatio mengandung arti pengendalian seorang dengan sikap yang sangat menonjol dan tidak menonjol. Termaktub didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata moderasi mempunyai dua arti yakni; Pertama, mengurangi kekerasan, kedua, hindari ekstrim, sedangkan kata moderat selalu berarti menjauhi sikap ekstrim yang berkehendak mengambil jalan tengah. Berdasarkan Lukman Hakim Saifuddin, seseorang dikatakan moderat ialah orang berlaku biasa , wajar juga bukan ekstrim. Selain itu, tambahnya, kata moderasi kerap dipakai dalam bahasa Inggris yang maknanya rata-rata serta inti, atau standar atau netral. Secara umum, moderasi mengacu pada keseimbangan keyakinan, akhlak, dan moral yang baik ketika bertatapan dengan individu lain, termasuk ketika berhadapan dengan lembaga negara (Saifuddin 2019). Moderasi dalam bahasa Arab disebut wasath atau wasathiyah, yang mempunyai arti yang mirip dengan tawassuth (tengah), i'tidal (adil), dan tawazun (seimbang). seseorang mengamalkan prinsip Wasathiyah dapat disebut cerai. Kata wasathiyah juga diterjemahkan sebagai “pilihan terbaik” dalam bahasa Arab.

Semua kata yang dipakai memiliki arti sama, yakni keadilan, yang maknanya menentukan jalan tengah antara ekstrem yang berbeda.

Bahkan kata wasith dimasukkan dalam kata bahasa Indonesia untuk

“hakim” yang mempunyai tiga arti, yaitu: 1) perantara, perantara (contohnya dalam bisnis, perdagangan); 2) arbiter (pemisah, mediator) antara para pihak yang bersengketa; dan 3) pengelola permainan (Saifuddin 2019).

2. Religius

Agama berarti kita menerima atau mengikuti agama pilihan kita, sedangkan agama mencakup makna, prinsip, sistem keimanan tentang Tuhan, ajaran agama terkait, dan komitmen (KBBI 2020).

Seperti yang kita ketahui, tidak ada satu agama di dunia, Namun banyak. Di Indonesia khususnya, agama yang diakui oleh Nagara ialah Islam, Hindu, Kristen, Khonghucu dan Budha.

Termaktub di buku The Middle Path of Moderation in Islam (Oxford University Press, 2015), Mohamad Hasyim Kamali

(5)

menekankan kunci keseimbangan dan keadilan. Menurut Mohammad Hashim Kamal, keseimbangan dan keadilan adalah salah satu prinsip dasar moderasi beragama. Seorang yang beragama tidak serta merta harus berpandangan radikal atau bahkan ekstrim hanya untuk melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, tetapi memang perlu melihat sisi lain atau mencari cara lain untuk lebih menyeimbangkan kedua perspektif tersebut antar umat beragama. hubungan yang indah dan harmonis. Moderasi bukanlah perilaku yang membahayakan prinsip dasar ibadah agama yang moderat, atau sikap yang tidak dipraktikkannya, melainkan sikap toleran terhadap pemeluk agama lain.

Agama dalam kaitannya dengan sebagian orang, maka Imam Shamsi Ali menyimpulkan bahwa moderasi ialah komitmen terhadap apa yang dimiliki seseorang tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan. Maka dia harus berada di tengah, dimana tidak ada arah yang mengarah pada harga diri, yaitu keegoisan.

Maka moderasi beragama ialah cara pandang seseorang terhadap agama yang moderat yaitu mengamalkan dan memahami ajaran agama tertentu, tidak ekstrim. ajaran agama tanpa ekstrem, baik eksternal maupun internal. Ekstrimisme, radikalisme, ujaran kebencian, putusnya hubungan antar umat beragama, inilah yang kini menjadi permasalahan bangsa, khususnya bangsa Indonesia saat ini. Sebagai perbandingan, moderasi diibaratkan sebagai gerakan yang selalu mendekati pusat atau sumbu dari samping (mesetal), sedangkan ekstrimisme sendiri adalah gerakan mundur, menjauhi sumbu atau pusat ke arah luar dan menuju ekstrim (mesetal). Dimana gerakan ini sebaiknya melewati jalur tengah.

3. Konsep Kehati-Hatian

Menurut Yusuf Al Qardaw, beliau adalah salah satu penganjur pemikiran al-Wasathiyah yang sebenarnya dimulai pada generasi Muhammad Abdh Jamaluddin al-Afghani dan Rashid Ridha. Kemudian mereka mencoba membebaskan orang-orang yang dirantai untuk berintegrasi dan menyeimbangkan antara yang moderat dan yang saleh.

Oleh karena itu diperlukan konsep moderasi, inilah konsep moderasi versi Yusuf Al Qardhawi:

a) Berkomitmen pada nilai-nilai moral. Moralitas harus memiliki nilai- nilai luhur seperti iman, kejujuran, rasa malu, penerimaan dan kerendahan hati, moral sosial yang ada seperti politik, keadilan, dalam kaitannya dengan pergaulan sosial yang ada.

b) Di antara dua jarak yang berlawanan, ada kerja sama gabungan, posisi moderat, yang menunjukkan bahwa kedua belah pihak dapat menikmati keuntungan dari konfrontasi ini dan memahami

(6)

kerugiannya. Jadi mengambil satu sisi dan menghindari yang lain dengan cara ekstrim tidak diperbolehkan.

c. Perlindungan hak-hak agama minoritas

Tugas mereka sama dengan yang lain, tetapi tidak boleh ada perbedaan dalam urusan ibadah agama. Bumi tidak bisa menyusut

4. Landasan Temperatur Religius

Moderasi beragama merupakan nilai yang paling sesuai dengan keunggulan Indonesia. Nilai-nilai karakter yang tepat, seimbang dan adil menjadi keseimbangan dalam mengelola kebhinekaan tunggal Ika.

Masyarakat memiliki kewajiban serta hak, untuk memajukan hidup berdampingan secara rukun dalam rangka pembangunan bangsa dan negara.

B. Kerukunan Umat Beragama 1. Memahami Harmoni

Harmoni adalah asal kata harmoni. Dalam KBBI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan edisi ketiga tahun 1990, ruku berarti kerukunan berdasarkan saling pengertian dan persaudaraan. Kata harmoni berasal dari akar bahasa Arab tiang, yaitu. ruknu atau jamak pilar, artinya dasar atau asas. Bentuk jamak dari pilar adalah misterius.

Kata arcane menunjukkan bahwa harmoni ialah sebuah kesatuan terdiri dari beberapa komponen yang berbeda, namun dapat saling menguatkan. Namun kesatuannya tidak dapat terwujud jika salah satu unsurnya tidak memiliki fungsi sama sekali. Sedangkan hidup beragama berarti menjalin hubungan baik antara pemeluk agama lain dengan masyarakat pemeluk lainnya, juga dalam kehidupan beragama, peduli sesama dan mampu menghindari segala sesuatu yang dapat menyakiti dan mempengaruhi perasaan.

Jadi keharmonisan ini adalah kondisi sosial adanya, keharmonisan, keharmonisan, bahkan tidak adanya perselisihan.

Berdasarkan Kepustakaan ilmu sosial, harmoni didefinisikan sebagai integrasi (versus disintegrasi), yang maknanya menciptakan dan mempertahankan pola interaksi tertentu antara entitas yang berbeda.

Harmoni adalah keadaan di mana pola interaksi yang berbeda antar entitas terjadi dan dipertahankan, seperti Otonomi. Adanya persatuan menggambarkan jalinan timbal balik yang bercirikan saling percaya, menghargai, menerima dan menghargai, yang mengandung makna kebersamaan.

Dari pengertian di atas, peneliti membuat kesimpulan bahwa keharmonisan ialah perilaku orang yang mempunyai kebebasan untuk mengerjakan apa yang mereka kerjakan, tetapi bukan berarti kebebasan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak dapat dikerjakan. Kebebasan

(7)

disini adalah kebebasan untuk memberikan kebenaran dengan perbedaan. Harmoni dapat diartikan sebagai perasaan kebersamaan dan persaudaraan antar manusia, meskipun mereka berbeda dalam beberapa hal. Kerukunan juga dapat berperan dalam proses hidup bersama, karena ada yang tidak akur dan kemampuan serta keinginan untuk hidup bersama dalam perdamaian serta ketenangan. Perdamaian penganut agama yang dimaksud hidup di tengah kedamaian dan suasana damai tanpa radikalisme dalam beragama. Maka bisa disimpulkan bahwa bahwa perdamaian antarumat beragama merupakan landasan atau keinginan yang diwujudkan untuk mewujudkan sikap damai, rukun dan tenteram di antara umat manusia, yaitu dengan adanya toleransi, saling menghargai, pengertian, menghargai dan persetaraan pengalaman yang berbeda. pengajaran agama dan adanya praktek tolong menolong dalam berkehidupan masyarakat.

2. Persatuan Antar Pemeluk Agama

Persatuan antarumat beragama ialah suatu keadaan sosial dimana seluruh pemeluk agama bisa hidup tanpa menggangu hak dasar masing-masing agara menunaikan kewajibannya di antara pemeluk agamanya. Setiap penganut agama yang baik harus hidup rukun juga dami. Oleh karena itu, persatuan antarumat beragama tidak dapat muncul dari fanatisme buta dan ketidakpedulian terhadap hak serta perasaan orang lain. Persatuan antar umat beragama bia memberikan tempat untuk menggabungkan beberapa komponen agama yang berbeda, karena hal itu merusak nilai-nilai agama.

Persatuan antarumat beragama bisa diartikan sebagai toleransi antar penganut agama. Melalui toleransi, masyarakat harus bisa menerima perbedaan di antara mereka sendiri, terutama perbedaan agama. Selain itu, kita juga bisa saling menghormati, misalnya dalam ibadah, sebagai umat beragama kita tidak boleh saling mengganggu.

Persatuan antarumat beragama ialah suatu bentuk hubungan yang harmonis yang di dalamnya terdapat dinamika antara kehidupan sosial masyarakat yang saling dikuatkan oleh sikap-sikap yang mengatur kehidupan kita;

1. Sesama harus saling menghormati kebebasan dalam beragama beragama sesuai ajaran masing-masing.

2. Saling menghargai serta bekerjasama dengan penganut agama, golongan dan pemeluk beragama dengan pemerintah, yang mempunyai tanggung jawab atas negara serta bangunan negara.

3. Toleran juga toleran, tidak memaksakan agama kepada kelompok lain.

(8)

Oleh karena itu, perdamaian antar penganut agama ialah sebuah pilar utama dengan menjaga suasana jalinan baik, damai, tentram, berjuang, gotong royong dan kehidupan yang rukun namun harmonis antar umat.

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 No. (1) Keputusan No. 9 dan 8 bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri yang dikeluarkan pada tahun 2006, Pedoman Pelaksanaan Tugas Pimpinan Daerah/Perwakilan Daerah dalam Pelestarian Agama kerukunan melalui penguatan forum Kerukunan Umat Beragama dan pembangunan tempat ibadah yang diterbitkan. Kerukunan antarumat beragama ialah jalinan antar penganut beragama yang didasarkan oleh toleransi, saling menghargai persamaan hidup menurut ajaran agamanya masing-masing, dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara menurut UUD NKRI.

Republik Indonesia tahun 1945 dan Pancasila.

3. Tujuan Kerukunan Antar Penganut Agama

Pengertian perdamaian antara penganut agama iala hubungan antar umat beragama yang didasarkan oleh toleransi, saling menghargai kesamaan dalam menghayati syariat agama serta kelancaran hidup berdampingan dalam masyarakat.

Dengan demikian pemerintah berusaha untuk memahami bahwa agama-agama yang selaras dengan kehidupan beragama dapat bekerja sama secara harmonis sehingga bangsa kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik.

Tujuan dari kerukunan hidup beragama adalah misalnya.

1. Memperkuat ketakwaan dan keimanan di antara umat beragama masing-masing pemeluk agamanya sendiri.

2. Terwujudnya keseimbangan nasional yang kokoh

3. Berhasil mendukung juga mempromosikan pembentukan 4. Menjaga serta memepihara tali persaudaraan.

4. Menjaga Kesatuan Antar Pemeluk Agama

Menjaga Kesatuan hidup Antar Pemeluk Agamabisa kita gunakan dengan berdialog Antar Pemeluk Agama. Adapun syarat agar bisa mewujudkan masyarakat modern serta Demokrat ialah jika suatu masyarakat telah bisa menganggap pluralitas masyarakat juga bangsa dengan hal itu maka bisa terwujudkan tidak hanya itu saja bisa juga mewujudkan di suatu keniscayaan. Dengan hal itu maka kita bisa melakukan dengan saling memeliharan persatuan antar penganut agama. Berdasarkan Sejarah sebenarnya kerap terjadi permasalahan antar pemeluk agama, contohnya dalam permasalahan di Poso antara penganut islam dengan penganut kristen.Agama tampak terlihat sebagai

(9)

sumber permasalahan. Seharusnya, permasalahan yang terjadi itu sangatlah ironis, pada dasarnya agama itu mengajarkan para penganut agamanya untuk saling menghormati, menghargai, dengan hidup yang selalu damai serta bisa melakukan tolong menolong sesama umat agama. Dari hal tersebut maka kita harus saling menjaga tali persaudaraan kita sesama penganut agama. Namun, permasalahan yang telah terjadi antara penganut agama dimana masyarakat multikultural kini termasuk tantangan besar akan dihadapi oleh masyarakat sekalipun pemerintah. Dengan terjadi hal tersebut tentu saja konflik itu menjadi ancaman yang serius terhadap persatuan bangsa kita, apabila tersebut tidak dijaga dengan benar. Agar agama dapat dijadikan alat untuk mempersatukan bangsa kita, maka perbedaan yang ada wajib kita kelola secara baik dan benar, maka dilakukan dialog antar umat beragama yang dilakukan secara efektif, untuk masalah-masalah yang masih menjanggal diantara tiap-tiap golongan antar penganut agama yang ada. Karena mungkin saja terjadi permasalahan yang telah terjadi selama ini antar umat beragama karena kurangnya atau putusan hubungan informasi antara pemeluk agama yang satuu dengan ke pihak lainnya sehingga bisa timbul prasangka-prasangka yang menjadi negatif, walaupun sebenarnya itu postif.

Kesimpulan

Sebagai negara yang multinilai dan multikultural, konflik dapat muncul dari latar belakang agama, dimana kerukunan antar umat beragama berubah menjadi konflik silih berganti. Oleh karena itu, moderasi beragama tampak meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Moderasi beragama ini adalah cara pandang seseorang terhadap agama moderat, yaitu pengamalan dan pemahaman dogma agama, khususnya agama non ekstrimis, dogma agama non ekstrim, ekstrim eksternal dan internal. Kerukunan antar penganut agam adalah hubungan yang diwujudkan oleh penganut agama lain dan dilandasi oleh toleransi, saling menghormati, menghargai persamaan hidup menurut ajaran agamanya sendiri dan kelancaran hidup berdampingan dalam masyarakat. Namun masih ada yang tidak bisa mencapai keharmonisan ini karena tidak bisa menerima perbedaan. Seperti masalah yang ada dalam agama, dengan konflik-konflik yang ada dalam umat beragama, andai saja setiap orang bisa mengakui dan menghargai perbedaan yang ada, sebenarnya tidak akan ada konflik agama. Namun, kini ada moderasi beragama, seperti yang dikatakan bahwa moderasi beragama bertujuan untuk mempererat kerukunan antar umat beragama

(10)

Daftar Pustaka

Chudzaifah, I., & Hikmah, A. N. (2022). Moderasi Beragama: Urgensi dan Kondisi Keberagamaan di Indonesia. Al-Fikr: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 49–56.

Dafit dkk. (2021). Moderasi Beragama (Multi Perspektif Pegiat dan Penstudi Rumah Moderasi Beragama Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya di Kalimantan Tengah). IAIN Palangka Raya.

https://doi.org/10.25078/kalangwan.v12i1.737

Darmansyah dkk, A. (2018). Model Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. www.kemenkopmk.go.id

Fajron, A., & Tarihoran, N. (2020). Moderasi Beragama (Perspektif Quraish Shihab dan Syeikh Nawawi Al-Batani: Kajian Analisis Ayat Tentang Wasatiyyah Di Wilayah Banten) (p. 118 hlm). Media Madani.

Farhani. (2019). Moderasi Beragama dan Kerukunan Umat Beragama.

Subbag Informasi & Humas Kantor Wilayah Kemenag Jawa Tengah.

Heriyanti, K. (2020). Moderasi Beragama Melalui Penerapan Teologi Kerukunan. Maha Widya Duta, 4(1), 61–70.

Hikmatullah, & Maulana, H. K. (2021). Praktik Moderasi Beragama Dalam Keberagaman Budaya Masyarakat Cinangka, Serang- Banten. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 10(2), 199–213.

Huda, M. T. (2021). Pengarusutamaan Moderasi Beragama; Strategi Tantangan dan Peluang FKUB Jawa Timur. Tribakti: Jurnal

Pemikiran Keislaman, 32(2), 283–300.

https://doi.org/10.33367/tribakti.v32i2.1745

Kemenag RI. (2020). Penguatan Moderasi Beragama 2020-2024.

Kementerian Agama RI 2020.

Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. In Kalangwan Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra (Vol. 12, Issue 1).

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

https://doi.org/10.25078/kalangwan.v12i1.737

Kustini. (2019). Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.

LITBANGDIKLAT PRESS.

(11)

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/upload/files/MONOGRAFI

%283%29.pdf

Nurdin, F. (2021). Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist.

Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah, 18(1), 59.

https://doi.org/10.22373/jim.v18i1.10525

Rusydi, I., & Zolehah, S. (2018). Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks Keislaman Dan Keindonesian. Journal

for Islamic Studies, 1(1), 170–181.

https://doi.org/10.5281/zenodo.1161580

Suryana, T. (2011). Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat beragama. Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 9(2), 127–136.

Ummah, I. I. (2021). Urgensi Syiar Moderasi dalam Bingkai Kerukunan Beragama melalui Media Sosial. Prosiding Nasional,

4, 147–168.

http://prosiding.iainkediri.ac.id/index.php/pascasarjana/article/vie w/69%0Ahttps://prosiding.iainkediri.ac.id/index.php/pascasarjana/

article/download/69/58

Yasin, T. H. (2013). Kerukunan Umat Beragam: Ragam Varian Umat Beragama di Indonesia. Ushuluddin Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, kelebihan kajian yang sedang dilakukan adalah untuk melihat bagaimana wujudnya titik kesinambungan diantara kedua-dua subjek dalam menentukan bagaimana

Dalam buku Antologi Syair Simbolik dalam Sastra Indonesia Lama, „Syair Bayan Budiman‟ „Syair Kumbang dan Melati‟, dan „Syair Nyamuk dan Lalat‟

Pemertahanan bahasa yang dimaksud penulis adalah upaya-upaya mempertahankan bahasa Jawa ngoko dan krama inggil sekelompok minoritas keluarga Pacitan yang ada di

Sebagian besar epidermis terdiri dari sel yang boleh dikatakan tak terspesialisasi.Sel yang lebih terspesialisasi tersebar didalamnya.Sel epidermis memiliki protoplas

Adapun pertanyaan yang diajukan mulai dari pendapat kepala sekolah, guru dan murid tentang bahayanya narkoba, kebijakan kepala sekolah dalam membuat aturan hingga

Barang persediaan atau disebut inventory adalah barang – barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat –

Dalam pengerjaan laporan ini difokuskan pada perancangan antarmuka, langkah yang dilakukan untuk merancang aplikasi ini adalah dengan menganalisis gedung dan sumber

Sport je danas vrlo respektabilna aktivnost zbog čega se istražuje i kao posebna djelatnost kroz razvoj specifičnog oblika turizma koji se naziva sportski