perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Epilepsi merupakan salah satu masalah neurologi terbesar di dunia (Scott, 2001),
yang biasanya membutuhkan pengobatan obat antiepilepsi (OAE) jangka panjang
.(Petty dkk, 2007) Epilepsi adalah suatu gangguan kronik yang tidak hanya
ditandai oleh berulangnya kejang, tetapi juga oleh berbagai implikasi medis dan
psikososial (Passat, 1999), secara klinis epilepsi ditandai dengan kejang tanpa
provokasi 2 kali atau lebih dan kejang terjadi lebih dari 24 jam.(Johnston, 2007)
Insidensi epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100.000,
sementara di negara berkembang mencapai 100/100.000 dengan penderita 40%
anak-anak, 40% dewasa sedangkan sisanya adalah usia lanjut.(Fosgren, 2001;
WHO, 2001) Sekitar 2 juta orang di Amerika Serikat menderita epilepsi dan 3%
dari populasi mengalami epilepsi.(Annegers, 2001) Di Indonesia insiden epilepsi
adalah 0,7%-1,0%, dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 200 juta maka
jumlah penderita epilepsi 1,5-2 juta orang.(Gunawan dkk, 2001) Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, tercatat 85 penderita epilepsi yang berobat di poliklinik
rawat jalan anak dari bulan Juni sampai Juni 2008 dengan rerata usia antara 7
bulan sampai 14 tahun.(Riana S, 2009)
Penderita epilepsi harus meminum OAE jangka panjang sampai bebas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
2
OAE jangka panjang terhadap densitas tulang telah dilaporkan sejak tahun 1960.
(Cumming dkk, 1995) Pengobatan OAE jangka panjang berpengaruh terhadap
kesehatan tulang pada anak, remaja dan dewasa juga berefek kurang baik terhadap
tulang karena menyebabkan penurunan densitas tulang, terutama pada anak.
(Pack, 2004; Stephen dkk, 1999)
Obat Anti Epilepsi penginduksi sistem enzim sitokrom P450 (fenobarbital,
fenitoin dan karbamazepin) akan menyebabkan penurunan densitas tulang pada
pengunaan jangka panjang.(Sheth,1995; Valimaki, 1994; Verrotti, 2002)
Penurunan densitas tulang menyebabkan penurunan konsentrasi kalsium.
Penurunan serum kalsium mengakibatkan hipokalsemia. Kalsium merupakan
mikronutrien terbesar tubuh yang berperan penting dalam metabolisme,
diperlukan dalam metabolisme dari faktor pembekuan darah sampai kontraksi
otot jantung. Pentingnya peran kalsium dalam kontraksi otot jantung, maka
hipokalsemia akan menurunkan fungsi otot jantung.(Tomar dkk, 2009) dimana
hipokalsemia menyebabkan disfungsi hemodinamik yang reversibel.(Gurtoo dkk,
1994) Penelitian yang membahas hubungan antara fenobarbital terhadap
hipokalsemia, maupun hipokalsemia terhadap gangguan fungsi jantung belum
pernah dilakukan di Indonesia, sehingga penelitian ini dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh fenobarbital terhadap gangguan fungsi diastolik
dan sistolik?
C. Tujuan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Menganalisis pengaruh fenobarbital terhadap gangguan fungsi diastolik
dan sistolik.
2. Tujuan khusus
i. Mengidentifikasi fenobarbital sebagai penyebab hipokalsemia,
ii. Mengidentifikasi hipokalsemia sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap fungsi diastolik dan sistolik.
iii. Menganalisis nilai cut off point kalsium yang menimbulkan gangguan
fungsi diastolik dan sistolik pada pasien anak yang mendapat terapi
fenobarbital di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bidang akademik
Diharapkan dapat diketahui pengaruh fenobarbital terhadap gangguan
fungsi diastolik dan sistolik.
2. Manfaat bidang pelayanan
a. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya pengaruh
penggunaan fenobarbital terhadap hipokalsemia.
b. Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai kalsium yang
berpengaruh terhadap gangguan fungsi diastolik dan sistolik.
c. Diharapkan dapat dilakukan skrining sejak dini terhadap penderita yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
4
d. Diharapkan sebagai langkah preventif untuk mencegah pengaruh
fenobarbital terhadap gangguan fungsi diastolik dan sistolik pada