• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE

RANCANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

KELAS 1 SD DENGAN MEDIA KOKORU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Ratna Dewi Wulandari

NIM: 131134136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE

RANCANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

KELAS 1 SD DENGAN MEDIA KOKORU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Ratna Dewi Wulandari

NIM: 131134136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan.

3. Dosen-dosen PGSD yang selalu memberikan segenap ilmu yang sangat

berharga.

4. Teman-teman PGSD angkatan 2013.

(6)

MOTTO

➢ Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

(Mazmur 37:5)

➢ Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh.

(Muhammad Ali)

➢ Keindahan mutlak itu ada sejak dia ada, saling berbeda diantaranya, keindahan itu tidak pernah didudukkan sama dengan kehidupan.

Keindahan di bumi ini adalah keindahan yang merupakan imitasi tak

sempurna dari keindahan mutlak itu.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 Juni 2017

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ratna Dewi Wulandari

Nomor Mahasiswa : 131134136

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 SD dengan Media Kokoru beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 Juni 2017 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE

RANCANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

KELAS 1 SD DENGAN MEDIA KOKORU

Ratna Dewi Wulandari Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini berawal dari potensi dan masalah. Dari hasil kuesioner yang dibagikan peneliti kepada 20 siswa di kelas 1 SD Kanisius Gamping, 18 siswa (90%) senang dengan pelajaran SBdP. Dalam kuriulum 2013, SBdP di kelas 1 diintegrasikan dengan pembelajaran tematik pada Matematika, Bahasa Indonesia, PPKn, PJOK, dan SBdP. Dari hasil studi dokumentasi, peneliti mendapatkan data bahwa ada 9 siswa (45%) yang nilai Matematikanya untuk materi penjumlahan dan pengurangan belum mencapai KKM 75. Peneliti mencoba membantu siswa untuk meningkatkan nilai siswa tersebut dengan media Kokoru. Oleh sebab itu, peneliti terdorong melakukan penelitian pengembangan berupa “Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 SD dengan Media Kokoru”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan prototipe dan mengetahui kualitas prototipe tersebut.

Pengembangan prototipe dalam penelitian ini menggunakan 6 langkah pengembangan menurut Borg & Gall, meliputi: (1) Potensi dan masalah. (2) Pengumpulan data. (3) Desain produk. (4) Validasi desain. (5) Revisi desain. (6) Uji coba produk. Prototipe divalidasi oleh tiga validator yaitu ahli Matematika, ahli Seni, dan guru kelas 1 dengan rerata skor 3,35 dari total skor 4. Berdasarkan rerata skor tersebut menandakan bahwa produk termasuk kategori “Sangat Bagus” sehingga layak untuk diujicobakan dan dipublikasikan setelah direvisi.

Uji coba produk dilakukan peneliti di SD Kanisius Gamping. Uji coba dihadiri oleh 9 siswa yang belum mencapai nilai KKM 75. Melalui hasil uji coba, peneliti mendapatkan data dari hasil evaluasi sebanyak 100% siswa telah mencapai KKM 75 dan senang belajar penjumlahan dan pengurangan dengan media Kokoru.

(10)

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF DESIGN PROTOTYPE

OF MATHEMATICS LEARNING

F OR ADDITION AND REDUCTION MATERIALS

CLASS 1 OF ELEMENTARY SCHOOL WITH MEDIA KOKORU

Ratna Dewi Wulandari Sanata Dharma University

2017

This research started with potential and problem. The results of the questionnaire was shared to 20 students in class 1 Kanisius Gamping Elementary School, 18 students (90%) happy with a lesson SBdP. In 2013 curriculum, SBdP in class 1 integrated with learning Math, Indonesia language, PPKn, PJOK, and SBdP. The results of the study documentation, researches get a data that 9 students who value Math to the material for addition and reduction has not reached KKM 75. Researchers try to help students to improve the value of the students with the media Kokoru. Therefore, researchers are encouraged to research development of “Design Prototype of Mathematics Learning for Addition and Reduction Materials Class 1 of Elementary School with Media Kokoru”.

The development of prototype in this research used six developments step according Borg & Gall, include: 1) potency and problem; 2) data collection; 3) product design; 4) validate test of design; 5) design revision; and 6) product experiment. The prototype is validated by three validators is experts math, experts art, and teacher class 1 with an average of the scores 3,35 of the total score 4. Based on three score showed that category products is “Very Good” so as to be feasible to tried out and published after revised .

The product experiment in Kanisius Gamping Elementary School. Product experiment be attended by 9 students who has not reached KKM 75. The results of the product experiment, researchers get data from the evaluation as much as 100% students had reached KKM 75 and students happy in learning addition and reduction with media Kokoru.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 SD dengan Media Kokoru” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Skripsi ini selesai tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang sangat membantu dalam proses pembuatan karya ilmiah ini.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan saran yang membangun dalam pembuatan karya ilmiah ini. 6. R. Sutamta, S.Pd., Kepala Sekolah SD Kanisius Gamping yang telah

memberikan dukungan serta izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SD Kanisius Gamping.

7. Th. Yuniarsi, S.Pd., selaku wali kelas I SD Kanisius Gamping yang telah bekerjasama dan memberikan waktu untuk melakukan penelitian di kelas I.

8. Alm. Vivino Vitasari, S.Pd., selaku guru pamong PPL SD Kanisius Gamping.

(12)

10. Kedua orang tua: ayah Bernadus Harsaya Budi Nugraha dan ibu Sumaryatun, serta kakak Agustinus Andi Kurniawan yang selalu memberikan doa, kasih sayang, ide, dan bimbingan kepada peneliti.

11. Alm. Kakek Yohanes Babtista Sandiyo Purwo Atmojo yang selalu memberikan doa dan semangat.

12. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

13. Ignasius Budi Prasetya yang selalu memberi semangat dan dukungan. 14. Sahabat-sahabat (Zola Fitri Nuraini dan Sani Rangga) yang selalu

memberikan semangat, dukungan, dan ide-ide baru.

15. Sekretariat PGSD yang selalu membantu dalam hal administrasi dan keperluan terkait karya ilmiah ini.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat berguna untuk karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 14 Juni 2017 Peneliti

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR BAGAN... xvii

DAFTAR RUMUS... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat... 4

1.5 Definisi Operasional... 5

1.6 Spesifikasi Produk... 5

(14)

2.1.1 Kurikulum 2013... 7

2.1.1.1Hakikat Kurikulum... 7

2.1.1.2Tematik Integratif... 10

2.1.1.3Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013... 10

2.1.2 Pembelajaran Tematik Integratif di Kelas 1 Semester 2... 14

2.1.2.1Tema 7 Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku... 14

2.1.2.2Berhitung... 15

2.1.2.3SBDP (Seni Budaya dan Prakarya)... 18

2.1.3 Perkembangan Karakteristik Siswa SD... 27

2.1.4 Minat Belajar... 32

2.2 Penelitian yang Relevan... 34

2.3 Kerangka Berfikir... 37

2.4 Pertanyaan Peneliti... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 40

3.2 Setting Penelitian... 41

3.2.1 Lokasi Penelitian... 41

3.2.2 Subyek Penelitian... 41

3.2.3 Obyek Penelitian... 41

3.3 Prosedur Pengembangan... 42

3.4 Uji Validasi Produk... 47

3.5 Instrumen Penelitian... 47

3.5.1 Pedoman Wawancara... 47

3.5.2 Kuesioner... 49

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 51

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Non Tes... 51

3.6.1.1 Wawancara... 51

3.6.1.2Kuesioner... 51

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Tes... 52

(15)

3.7.1 Teknik Analisis Data Kuantiatif... 53

3.7.1.1Analisis Tes... 53

3.7.1.2Analisis Kuesioner... 54

3.7.2 Teknik Analisis Data Kualitatif... 56

3.7.2.1 Analisis Wawancara... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 57

4.1.1 Potensi Masalah... 57

4.1.1.1Potensi... 58

4.1.1.2Identifikasi Masalah... 59

4.1.2 Pengumpulan Data... 59

4.1.2.1Wawancara... 59

4.1.2.2Kuesioner Prapenelitian... 65

4.1.3 Desain Produk... 68

4.1.4 Validasi Desain... 71

4.1.5 Revisi Desain... 74

4.1.6 Uji Coba Produk... 75

4.1.6.1Perbandingan Hasil Rekap Nilai Siswa... 79

4.1.6.2Refleksi Siswa... 80

4.1.7 Produk Akhir... 81

4.1.8 Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 86

5.2 Keterbatasan Penelitian... 87

5.3 Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA... 89

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi wawancara kepala sekolah... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi wawancara guru kelas 1... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara guru SBK... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi wawancara siswa kelas 1... 49

Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner prapenelitian... 50

Tabel 3.6 Skala empat... 55

Tabel 4.1 Nilai siswa yang belum mencapai KKM 75... 58

Tabel 4.2 Hasil wawancara kepala sekolah... 60

Tabel 4.3 Hasil wawancara guru kelas 1... 61

Tabel 4.4 Hasil wawancara guru SBK... 62

Tabel 4.5 Hasil wawancara siswa kelas 1... 63

Tabel 4.6 Hasil validasi ahli bahasa... 65

Tabel 4.7 Hasil rekap kuesioner prapenelitian... 65

Tabel 4.8 Hasil rekap validasi... 71

Tabel 4.9 Komentar validator beserta revisinya... 74

Tabel 4.10 Gambar produk sebelum dan sesudah revisi... 75

Tabel 4.11 Perbandingan hasil rekap nilai siswa... 79

Tabel 4.12 Hasil refleksi siswa... 80

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Penerapan penjumlahan dan pengurangan pada

langkah-langkah pembuatan bentuk Kokoru... 17 Gambar 2.2 Jenis-jenis kertas Kokoru... 26 Gambar 2.3 Media miniatur pekarangan rumah... 27 Gambar 4.1 Peneliti memandu siswa untuk mengukur panjang kertas

Kokoru yang akan digunakan untuk membuat bentuk

kaktus... 76 Gambar 4.2 Kegiatan siswa yang sedang mengukur panjang kertas yang

akan digunakan... 77 Gambar 4.3 Kegiatan siswa yang sedang memotong kertas Kokoru... 78

(18)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Hasil penelitian yang relevan... 37 Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut

Sugiyono... 42 Bagan 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan

(19)

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus 3.1 Nilai siswa... 53

Rumus 3.2 Rerata nilai... 53

Rumus 3.3 Jarak interval pada klasifikasi... 54

Rumus 3.4 Perolehan nilai rerata kuesioner siswa... 56

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat izin penelitian... 94

Lampiran 2 Wawancara... 97

2a. Pedoman wawancara... 97

2b. Hasil wawancara... 99

Lampiran 3 Kuesioner... 104

3a. Kisi-kisi kuesioner (Prapenelitian)... 104

3b. Kisi-kisi validasi kuesioner (Prapenelitian)... 105

3c. Lembar hasil validasi kuesioner... 106

3d. Data rekap kuesioner prapenelitian siswa kelas 1 SD K Gamping... 108

3e. Lembar kuesioner siswa... 109

3g. Hasil perhitungan presentase ketidaktercapaian kuesioner Prapenelitian... 127

Lampiran 4 Validasi produk... 131

4a. Validasi ahli matematika... 131

4b. Validasi ahli seni... 133

4c. Validasi guru kelas 1... 135

Lampiran 5 Instrumen tes... 137

5a. Hasil rekap nilai dari guru kelas 1... 137

5b. Hasil rekap nilai siswa setelah uji coba produk... 139

5c. Pekerjaan siswa setelah uji coba produk... 140

5d. Refleksi siswa... 149

5e. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)... 158

5f. Foto-foto kegiatan siswa saat uji coba produk... 170

CURRICULUM VITAE... 172

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan pada bagian pendahuluan, akan diuraikan oleh peneliti antara lain: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan spesifikasi produk.

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang penting. Pentingnya kegiatan belajar mengajar tersebut membuat guru menginginkan pembelajaran yang menarik untuk siswanya. Pembelajaran tematik di kelas 1 mengintegrasikan pembelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, PPKn, PJOK, dan SBdP. Salah satu materi Matematika yang harus dikuasai siswa di kelas 1 adalah berhitung penjumlahan dan pengurangan bilangan.

(22)

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas 1 pada tanggal 23 November 2016 di SD Kanisius Gamping, hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menambah dan menghitung bilangan lebih dari 10. Siswa masih menghitung menggunakan jari tangan. Ketika bilangan lebih dari 10, siswa merasa bingung karena mereka hanya mempunyai 10 jari sedangkan bilangan yang akan dihitung lebih dari 10 jari mereka. Sedangkan dari hasil studi dokumentasi nilai siswa terhadap materi penjumlahan dan pengurangan bilangan, sebanyak 45% siswa belum mencapai KKM 75.

Berdasarkan hasil kuesioner prapenelitian, ternyata 90% siswa menyukai pelajaran SBdP terutama pada seni keterampilan. Dari hasil wawancara kepada guru SBK, peneliti mendapatkan data bahwa setiap guru yang mengajarkan SBK khususnya seni keterampilan, selalu ada kegiatan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan. Hasil wawancara kepada guru kelas 1 menunjukkan bahwa guru membutuhkan suatu pembelajaran yang mengajarkan Matematika menggunakan seni khususnya seni keterampilan. Sedangkan dari hasil wawancara kepada 3 siswa di kelas 1, peneliti mendapatkan data bahwa siswa pernah membuat seni keterampilan Kokoru.

(23)

konstruktif melalui kertas Kokoru dengan membentuk hewan melalui kegiatan menggunting, menggulung, dan menempel. Pada kegiatan menggunting, terdapat konsep pengurangan sedangkan pada kegiatan menggulung dan menempel senantiasa terdapat konsep penjumlahan. Hal tersebut menjadikan inspirasi bagi penelitian ini untuk mengembangkan pembelajaran Matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan media Kokoru.

Oleh sebab itu, judul pada penelitian ini adalah Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 SD dengan Media Kokoru. Penelitian yang akan dilakukan berupa penelitian dan pengembangan (R&D).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana pengembangan prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru?

1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru?

1.3 Tujuan

(24)

1.3.2 Mengetahui kualitas prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis:

1.4.1.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Memadukan pembelajaran Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan pembelajaran SBdP berupa seni keterampilan Kokorudi kelas 1.

1.4.2 Manfaat Praktis: 1.4.2.1 Bagi peneliti

1. Peneliti dapat belajar langsung bagaimana melakukan penelitian mengenai R&D.

2. Peneliti memperoleh pengetahuan baru mengenai penerapan pembelajaran Matematika melalui seni keterampilan Kokoru.

3. Peneliti dapat mengembangkan kreativitas dengan menciptakan media Kokoru untuk menumbuhkan minat belajar Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan.

1.4.2.2 Bagi guru

(25)

1.4.2.3 Bagi siswa

Siswa dapat belajar Matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan melalui seni keterampilan Kokoru.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Prototipe adalah sebuah karya tulis yang berupa buku yang belum dipublikasikan secara luas dan belum didaftarkan secara resmi sehingga penulis belum memiliki hak cipta atas karya tulisnya.

1.5.2 Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang logika/logis dengan konsep yang kuat dan jelas.

1.5.3 Bilangan adalah kumpulan suatu angka.

1.5.4 Penjumlahan adalah penggabungan dua himpunan bilangan menjadi satu.

1.5.5 Pengurangan adalah pemisahan himpunan bilangan.

1.5.6 Media adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan.

1.5.7 Kokoru (Color Corrugated Paper) adalah seni menggulung kertas yang menghasilkan sebuah bentuk / karya seni.

1.6 Spesifikasi Produk

1.6.1 Produk berupa prototipe rancangan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media Kokoru.

1.6.2 Produk ini berisi konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan. 1.6.3 Produk memuat foto tentang langkah-langkah pembuaan media

(26)

1.6.4 Produk prototipe berisi contoh RPP yang menerapkan media Kokoru dalam proses pembelajaran.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan tentang landasan teori yang terdiri dari beberapa bagian yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan pertanyaan peneliti.

2.1Kajian Teori

Pada kajian teori ini akan diuraikan mengenai teori yang mendukung penelitian seperti: kurikulum 2013, pembelajaran tematik integratif kelas 1 semester 2, perkembangan karakteristik siswa SD, dan minat belajar.

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1 Hakikat Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan kompetensi inti dalam pendidikan, selain berisi tentang rumusan tujuan yang menentukan arah peserta didik, kurikulum juga berisi rumusan tentang isi dan kegiatan belajar yang akan membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai yang diperlukan dalam menjalani tugas kehidupan di masa yang akan datang (Widyastono, 2014:9).

(28)

dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Widyastono, 2014:117). Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills berupa keterampilan sikap dan pengetahuan. Kurikulum ini berusaha untuk menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat setara atau berimbang dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pembelajaran di sekolah (Fadillah, 2014:16). Jadi, pada kurikulum 2013 siswa akan lebih dikembangkan pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Berlin (2014:131) terdapat tiga konsep tentang Kurikulum 2013 diantaranya: 1) Kurikulum sebagai suatu substansi.

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana dan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh peserta didik. Kurikulum 2013 juga dipandang sebagai suatu dokumen yang berisi rumusan tentang komponen pembelajaran.

2) Kurikulum 2013 sebagai suatu sistem.

(29)

3) Kurikulum sebagai suatu bidang studi.

Bidang studi kurikulum yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan serta pengajaran.

Kurikulum 2013 menekankan pada pengembangan kognitif, afektif, dan psiomotorik peserta didik. Pemberlakuan kurikulum 2013 ini guna untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif, dan berkarakter (Abidin, 2014:12). Menurut Mulyasa (2013:7) pendidikan berkarakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Kurikulum 2013 memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan pencapaian pendidikan yang dilakukan dengan dua strategi utama diantaranya peningkatan efektivitas pembelajaran pada satuan pendidikan dan penambahan waktu pembelajaran di sekolah. Efektivitas pembelajaran dicapai dalam tiga tahapan diantaranya (Sholeh, 2013:116):

1. Efektivitas interaksi: pada hal ini akan tercipta dengan adanya harmonisasi iklim akademik dan budaya sekolah.

(30)

3. Efektivitas penyerapan: dapat tercipta ketika adanya kesinambungan pembelajaran secara horizontal dan vertikal.

2.1.1.2Tematik Integratif

Tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai komponen dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Prastowo, 2013:223). Pembelajaran tematik memiliki karakteristik diantaranya: 1) pembelajaran berpusat pada siswa; 2) menanamkan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan; 3) belajar melalui pengalaman; 4) lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata; 5) syarat dengan muatan keterikatan (Prastowo, 2013:149). Jadi, dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa mata pelajaran yang saling terintegrasi. Mata pelajaran tersebut diantaranya PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, SBdP, dan PJOK.

2.1.1.3Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014:34). Pendekatan saintifik

(31)

1. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Keunggulan dari metode ini adalah menyajikan media obyek secara nyata, siswa akan merasa senang dan tertantang, serta mudah pelaksanaannya. Dalam kegiatan mengamati, guru memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk membaca, mendengar, menyimak, melihat, merasa, dan meraba. Kegiatan yang dapat siswa lakukan seperti membaca sumber dari buku siswa, mendengarkan pembacaan atau narasi dari radio, melihat tayangan video, maupun melihat demonstrasi.

2. Menanya

(32)

dalam kelompok, maupun sumber belajar lainnya; 3) melakukan tanya jawab; 4) melakukan diskusi tentang pembelajaran yang belum diketahui; 5) menanyakan informasi tambahan yang ingin diketahui; dan 6) menanyakan informasi yang sudah diketahui sebagai klarifikasi.

3. Mencoba

(33)

4. Menalar

Proses menalar ini untuk mengembangkan guru dan siswa sebagai pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Siswa dapat mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dan menganalisis data dalam bentuk kategori. Selanjutnya, siswa akan menghubungkan fenomena/ informasi untuk menemukan keterkaitan antara informasi satu dengan yang lainnya serta mengambil kesimpulan. 5. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan sebagai sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Siswa dapat mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan baik secara kelompok maupun individu. Pada hal ini, guru dapat menilai hasil belajar siswa tersebut.

(34)

2.1.2 Pembelajaran Tematik Integratif di Kelas 1 Semester 2

Pembelajaran yang akan dibahas adalah di semester 2 yang terdiri dari 4 tema. Peneliti hanya berfokus pada satu tema yaitu tema 7 “Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku”.

2.1.2.1 Tema 7 “Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku”, Subtema 3

“Tanaman di Sekitarku”.

Pada tema 7 ini terdapat 4 sub tema. Peneliti menggunakan sub tema 3 Tanaman di Sekitarku pada pembelajaran ke 1 dan pembelajaran ke 3. Pembelajaran 1 memuat tiga mata pelajaran yaitu PPKn, SBdP, dan Bahasa Indonesia tentang aturan merawat tanaman. Sedangkan pembelajaran 3 memuat tiga mata pelajaran yaitu PPKn, Matematika, dan Bahasa Indonesia tentang beberapa jenis tanaman beserta hasilnya.

(35)

meskipun pada pembelajaran 1 tidak terdapat pelajaran Matematika, namun pada kegiatan SBdP siswa akan menemukan materi Matematika tentang hitungan, begitu juga sebaliknya pada pembelajaran 3 tidak terdapat SBdP namun dalam kegiatan belajar akan terdapat materi SBdP mengenai cara pembuatan karya dua dimensi dan tiga dimensi. 2.1.2.2Berhitung

2.1.2.2.1 Penjelasan Berhitung

Berhitung adalah makna untuk menunjukkan suatu kegiatan menghitung baik menjumlahkan maupun mengurangi. Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Suryanto, 2003:73). Nyimas (2007: 6-5) berpendapat bahwa “kemampuan menghitung merupakan salah satu

kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari”. Siswa akan menemukan hitungan dalam kehidupannya, baik dalam bentuk penjumlahan maupun pengurangan bilangan.

2.1.2.2.2 Penjumlahan dan Pengurangan bilangan.

Penjumlahan adalah operasi hitung dengan menggabungkan beberapa bilangan menjadi satu untuk memperoleh bilangan baru. Lambang untuk penjumlahan adalah “+” seperti jumlah dua dan tiga

sama dengan 5 ditulis menggunakan simbol atau model Matematika adalah “2+3=5”. Pengurangan adalah operasi hitung untuk

(36)

Bilangan adalah suatu ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu kumpulan benda (Suhendra, 2005:13). Sedangkan menurut Alexander dalam Sitorus (2008:22) bilangan adalah sebuah angka yang diunakan untuk melambangkan bilangan pada suatu identitas abstrak dalam ilmu Matematika. Jadi, bilangan merupakan ide atau rancangan pengetahuan dalam memahami kumpulan angka dan menyatakan banyaknya suatu benda dalam Matematika.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan di kelas 1 pada semester genap Tema 7 “Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku” Sub Tema 3 “Tanaman di Sekitarku” dengan menggunakan 4 Kompetensi Inti. Empat Kompetensi Inti tersebut diantaranya:

1. Spiritual: berupa ucapan rasa syukur atas keindahan dalam pembuatan seni keterampilan Kokoru.

2. Sikap: percaya diri dan teliti dalam mengerjakan tugas. 3. Pengetahuan: penjumlahan dan pengurangan bilangan.

4. Keterampilan: menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan melalui kertas Kokoru.

Kompetensi Dasar yang digunakan pada penelitian ini khususnya untuk penjumlahan dan pengurangan bilangan yaitu 1. Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan

(37)

dalam kehidupan sehari-hari serta mengkaitkan penjumlahan dan pengurangan bilangan.

2. Menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan bilangan yang melibatkan bilangan cacah sampai 99.

Materi penjumlahan diuraikan dalam indikator dengan memecahkan soal penjumlahan bilangan sampai bilangan 99 menggunakan kertas Kokoru. Materi pengurangan diuraikan dalam indikator menghitung pengurangan bilangan menggunakan kertas Kokoru. Penerapan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan, peneliti tuangkan ke dalam langkah-langkah pembuatan bentuk Kokoru. Salah satu contohnya sebagai berikut:

Gambar 2.1 Penerapan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada langkah pembuatan bentuk Kokoru.

(38)

pembelajaran Bahasa Indonesia. Melalui media Kokoru, siswa akan belajar materi penjumlahan dan pengurangan bilangan pada Matematika sekaligus belajar mengenai teks petunjuk langkah-langkah pembuatan Kokoru pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada pembuatan bentuk Kokoru tersebut siswa dapat belajar PPKn tentang jenis-jenis tanaman dan aturan perawatannya.

Pembelajaran Matematika mempunyai hubungan erat dengan seni. Menurut Dienes, Matematika adalah ilmu seni kreatif (Ruseffendi, 1993:160). Oleh karena itu, Matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Peneliti akan menggunakan seni sebagai media untuk mengajarkan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan.

2.1.2.3SBdP (Seni Budaya dan Prakarya). 2.1.2.3.1 Pengertian Seni

Menurut Eugene Veron, seni adalah ekspresi emosional dari kepribadian manusia. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Herawati, 1998:2).

(39)

Menurut beberapa definisi tersebut, seni merupakan semua kegiatan manusia untuk mengkomunikasikan pengalamannya kepada orang lain dengan cara yang indah dan menarik sehingga dapat ditangkap oleh indera raba menjadi Seni Rupa, indera mata menjadi Seni Tari dan Seni Sastra, dan indera dengar menjadi Seni Musik dan Seni Drama.

Secara visual, seni rupa dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu 1) seni rupa dua dimensi seperti gambar, lukisan, seni grafis, fotografi, mozaik, tenun, sulam, dan kolase; dan 2) seni rupa tiga dimensi seperti patung, bagunan, monumen, keramik, dan hasil kriya lainnya. Seni rupa dibedakan menjadi 3 bagian kategori yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu pada karya-karya untuk tujuan pemuasan ekspresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan ke fungsi dan kemudahan produksi (Soedarso, 2006:97).

(40)

Pendidikan seni di SD memiliki beberapa konsep sebagai berikut (Herawati, 1998:6-8) :

1. Konsep pendidikan seni untuk apresiasi

Dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange dengan pemikiran mengenai “persepsi” anak-anak terhadap seni

dan keindahan perlu dikembangkan melalui penghayatan langsung baik melalui kegiatan menggambar maupun observasi secara langsung. Tujuannya adalah untuk mengembangkan kepekaan apresiasi pada anak-anak terhadap karya seni agar cita rasa anak terpengaruh oleh unsur-unsur isi dari karya tersebut dan menyenangi hasil seni.

2. Konsep pendidikan seni untuk pembentukan konsepsi

Gambar adalah bahasa atau suatu cara untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide. Menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentuk konsep terkait dengan kemampuan kognitifnya. Konsep ini dicetuskan oleh Walter Sargeni.

(41)

4. Konsep seni sebagai keindahan.

Seni adalah indah dan yang indah adalah yang seni. Seni dikatakan sebagai identik dengan keindahan. Konsep ini berasal dari Yunani yang bersumber dari filsafat antropomorfis, yaitu filsafat hidup yang memuja segala macam nilai-nilai kemanusiaan.

5. Konsep seni sebagai hiburan yang menyenangkan.

Hasil seni harus dapat menghibur/menyenangkan pengamat. Pengamat dapat menangkap pesan atau ide penciptanya.

Dari ke 5 konsep di atas, pendidikan seni mempunyai manfaat dan dampak yang penting bagi siswa. Melalui seni, siswa dapat mengapresiasikan bakat dan kemampuannya, membentuk konsepsi/ide-ide baru, dan sebagai hiburan yang menyenangkan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan seni untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Matematika.

Selain konsep pendidikan seni, seni juga memiliki fungsi di Sekolah Dasar diantaranya (Herawati, 1998:14-24):

1. Sebagai media ekspresi.

(42)

2. Sebagai media komunikasi.

Dapat diaplikasikan pada: gambar ekspresi, kolase, montase, mozaik, gambar bentuk, gambar ilustrasi dengan tema realis. 3. Sebagai media bermain.

Dapat diterapkan pada pelajaran kerajinan tangan dan kesenian. 4. Sebagai media pengembangan bakat seni.

Misalnya pada kegiatan: menganyam, membentuk, makrame, membuat model, dan relief.

5. Sebagai media kemampuan berpikir.

Misalnya pada pokok bahasan lipatan, kolase, montase, mozaik, cetak, melengkapi gambar, sablon, bangunan dan penataan, serta aplikasi dengan teknik menjahit/menyulam.

6. Fungsi seni sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetis.

Diantara ke 6 fungsi tersebut, ternyata seni dapat digunakan sebagai media berpikir. Maka peneliti akan menggunakan seni keterampilan Kokoru sebagai kegiatan berpikir pada langkah-langkah pembuatan Kokoru.

Menurut Herbert Read dalam Pamadhi (2012:31), seni sebagai media pendidikan “Education Through Art” sebagai

berikut:

(43)

c. Seni sebagai alat mendidikan dan melatih keterampilan serta kecakapan hidup (life skill).

d. Seni sebagai karya yang dapat dipelajari dan digunakan untuk menyatakan/mengekspresikan gagasan, ide, dan melatih kemampuan berimajinasi.

Berdasarkan konsep dan fungsi seni di Sekolah Dasar, ternyata seni mempunyai banyak manfaat untuk siswa dan guru terutama dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui seni, siswa dapat mengembangkan bakat serta tertarik dalam belajar. Selain itu, seni juga dapat guru manfaatkan sebagai media untuk mengajar secara integratif.

2.1.2.3.2 Seni Keterampilan

Sebagian besar siswa memiliki 3 hal yang sangat melimpah diantaranya adalah energi, keingintahuan, dan kreativitas. Itulah sebabnya banyak di antara mereka menyukai seni dan keterampilan (Kuffner, 2006:1). Siswa dapat belajar melalui indera mereka melalui kegiatan seni dan keterampilan sebagai media pembelajaran.

(44)

sangat penting untuk membentuk watak siswa agar dapat memenuhi keperluannya akan kehidupan fantasi (Cock & Lodewijks, 1975:3).

Seni keterampilan memiliki 3 prinsip yaitu 3H (Hand, Head, dan Heart). Hand yang dimaksudkan adalah keterampilan tangan, Head adalah pengembangan fungsi pikir melalui pembelajaran, dan Heart adalah hati yang mempunyai perasaan dalam konteks feeling, sense, dan taste siswa yang perlu dikembangkan (Pamadhi, 2012:24).

Pada Tema 7 “Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku”

Subtema 3 “Tanaman di Sekitarku” pada pembelajaran pertama

terdapat mata pelajaran SBdP dengan Kompetensi Dasar sebagai berikut:

1. Mengenal karya ekspresi dua dan tiga dimensi. 2. Membuat karya ekspresi dua dan tiga dimensi.

(45)

Bahasa Indonesia. Materi pembelajaran PPKn tentang aturan merawat tanaman dan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang ucapan pujian. Melalui media Kokoru ini siswa akan belajar membuat bentuk-bentuk tanaman untuk mempelajari ketiga mata pelajaran tersebut.

(46)

papyrus yang merupakan tanaman yang digunakan untuk membuat bahan kertas (Soemarjadi, 1993:96).

Pada tanggal 20 Desember 1871, Albert L Jones dari New York memperoleh paten Corrugated Paper yang digunakan sebagai pembungkus bahan pecah belah seperi botol, lampu yang dibuat dari kaca dll (Suryani, 2014:10). Nama Kokoru sebenarnya berasal dari perusahaan kertas ternama yaitu PT Indah Kiat. Sejak 2011, perusahaan tersebut memproduksi dan memasarkan Colour Corrugated Paper yang dibuat dengan merek “Kokoru”.

Kertas Kokoru terdiri dari 2 macam ukuran. Untuk ukuran besar bernama Hachi dan untuk ukuran kecil bernama Ichi. Kertas ini memiliki beberapa variasi warna diantaranya sebagai berikut (Firyani, 2012:1) :

Gambar 2.2 Jenis-jenis kertas Kokoru.

Peneliti membuat media berupa “Miniatur Pekarangan

Rumah” yang disesuaikan dengan Subtema 3 yaitu “Tanaman di

Sekitarku”. Media ini dibuat dengan suasana lingkungan di sekitar Ichiro

Ichigo Ichi

Hachi

(47)

PPKn dengan materi aturan merawat tanaman, maka peneliti terdorong untuk membuat media ini yang terdiri dari beberapa jenis tanaman baik berupa karya dua dimensi maupun karya tiga dimensi dengan menggunakan kertas Kokoru. Berikut gambar media “Miniatur Pekarangan Rumah”.

Gambar 2.3 Media “Miniatur Pekarangan Rumah”. 2.1.3 Perkembangan Karakteristik Siswa SD

Perkembangan intelegensi manusia oleh Piaget dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut (Matt, 2007:148-150):

1. Tahap sensorimotor: pada umur 0 – 2 tahun;

(48)

2. Tahap praoperasional: pada umur 2 – 7 tahun;

Usia ini pemikirannya lebih didasarkan pada pemikiran lambang yang menggunakan bahasa daripada sensasi fisik dan belum banyak yang mengerti tentang aturan logika.

3. Tahap operasional konkrit: pada umur 7 – 11 tahun;

Pada tahap ini, pemikiran logika atau operasi sudah cukup matang tetapi hanya untuk obyek fisik yang ada saat ini.

4. Tahap operasional formal: pada umur lebih dari 11 tahun.

Tahap ini sudah mampu memahami bentuk argumen dan sudah memasuki tahap baru dalam logika manusia dewasa yaitu mampu melakukan penalaran abstrak.

(49)

mereka sehari-hari maka siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan Matematika (Sundayana, 2013: 24). Maka dari itu, Matematika akan lebih mudah untuk diajarkan dan diingat oleh siswa sesuai pengalaman mereka sehari-harinya.

Setiap siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dalam perkembangannya atau Multiple Intelligences. Multiple Intelligences adalah cara seseorang untuk berpikir dan bertindak dalam memecahkan masalah menggunakan kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya (Akbar, 2016:14). Multiple Intelligences ini dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. Aktivitas belajar siswa yang berorientasi Multiple Intelligences akan berkembang optimal dengan kurikulum tematik. Pembelajaran tematik yang menghubungkan subjek-subjek pembelajaran dan keterampilan-keterampilan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan Multiple Intelligences secara praktis (Akbar, 2016:13). Dengan demikian, Multiple Intelligences dapat dikembangkan melalui pembelajaran tematik.

Menurut Gardner dalam bukunya “Multiple Intelligences”

(50)

dan kecerdasan kinestetik. Berikut pemaparan dari ketiga jenis kecerdasan tersebut:

1. Kecerdasan Matematis-logis.

Kecerdasan matematis-logis melibatkan banyak komponen diantaranya: perhitungan secara matematis, berfikir logis, nalar, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif, dan ketajaman hubungan antara pola-pola numerik (Chatib, 2012:82). Menurut Hoer (2007:199) kecerdasan logika , hal yang dapat dilakukan adalah meminta siswa untuk mendemonstrasikan melalui benda-benda nyata dan mengajak siswa untuk melakukan sebuah percobaan serta melakukan beberapa permainan yang memerlukan logika berfikir. Hal tersebut sependapat dengan Amstrong (2002:20) bahwa kecerdasan logika dapat diberikan kepada siswa melalui materi konkrit yang bisa dijadikan bahan percobaan. Melalui bantuan media Kokoru siswa dapat menemukan konsep dasar hitungan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan logika berpikir.

2. Kecerdasan Ruang Visual.

(51)

gambar/bentuk. Misalnya penjumlahan 2 + 3 maka guru akan membuat 2 buah apel dan di tambah dengan 3 buah apel menggunakan kertas Kokoru.

3. Kecerdasan Kinestetik.

Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh sehingga memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan (Chatib, 2012:82). Menurut Hoer (2007:119) melalui kecerdasan kinestetik hal yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan menyediakan kegiatan untuk tangan dan bergerak selama bekerja. Kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan dengan melakukan gerakan kreatif (Campbell, 2006:79).

(52)

lingkaran dapat terus ditingkatkan (Santrock, 2007:216). Jika keterampilan motorik kasar melibatkan aktivitas otot besar, maka keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus.

2.1.4 Minat Belajar

Dalam kegiatan belajar, minat merupakan salah satu faktor yang penting. Minat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam belajar. Menurut Slameto (2013:57) minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Ketika seseorang memiliki minat terhadap sesuatu, maka ia akan menunjukkan rasa tertarik dengan cara memperhatikan terus-menerus dengan disertai perasaan senang. Sedangkan menurut Muhhibin (2013:133) minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dengan demikian, jelas bahwa minat sangat penting dalam proses belajar karena dengan siswa mempunyai minat maka akan membuat siswa terdorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

(53)

b. Faktor ekstern (dari luar diri siswa), kondisi lingkungan sekitar siswa baik lingkungan sosial maupun non sosial. Lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah seperti guru, teman-teman, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan lingkungan non sosial meliputi keadaan sekolah dll (Rohmah, 2015:195-196).

Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh bagi siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, kondisi dari luar maupun dalam diri siswa harus diperhatikan supaya minat siswa dalam belajar tidak berkurang. Dalam hal ini minat belajar terdiri dari beberapa unsur diantaranya:

a. Perasaan

Perasaan sebagai salah satu fungsi psikis yang diartikan sebagai suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar. Perasaan senang akan menimbulkan minat tersendiri yang diperkuat dengan nilai positif, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam belajar karena tidak adanya sikap positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar. Perasaan senang membuat siswa menjadi bersemangat dalam pembelajaran (Baharuddin, 2010:135).

b. Perhatian

(54)

sendiri (Basyiruddin, 2002:9). Perhatian terdiri dari beberapa komponen seperti: ketertarikan, memperhatikan, mengenang atau mengingat, dll.

Apabila perasaan dan perhatian siswa dapat diolah secara baik, maka siswa akan lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian, berikut akan disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Berikut penelitian-penelitian tersebut:

Penelitian pertama dilakukan oleh Wardani (2015) yang berjudul Pengembangan Alat Peraga SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori, hasil penelitiannya sebagai berikut: berdasarkan hasil kuesioner, siswa kelas 1 mengalami kesulitan alam melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan karena minimnya alat peraga yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik dalam belajar . Alat peraga yang telah peneliti buat divalidasi oleh ahli Matematika, ahli pembelajaran montessori, dan guru kelas mendapatkan skor rata-rata 3,5 dengan kategori “sangat baik”. Hasil pretest menunjukkan nilai rata-rata sebesar 58,50 dan

posttest dengan nilai rata-rata 83,67 mendukung kualitas papan penjumlahan dan pengurangan.

Penelitian kedua dilakukan oleh Santosa (2011) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Dua Angka Bilangan Bulat

(55)

Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil penelitiannya sebagai berikut:

tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan cara pendek diperoleh rata-rata kelas 66,08 dengan presentase siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,08%), sedangkan kemampuan menjumlahkan cara panjang diperoleh rata-rata kelas 61,52 dengan presentase siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52). Untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang diperoleh rata-rata kelas 66,08 dengan presentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,21%). Untuk materi penjumlahan cara panjang diulang pada siklus ke II menunjukkan adanya peningkatan yang cukup. Pada akhir siklus II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan presentase siswa mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 20 siswa (86,95). Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Matematika materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Rahmawati (2015) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Konstruktif

(56)

siswa. Pada siklus II, terdapat 19 siswa atau 82,60% yang sudah mencapai nilai diatas KKM 75.bermain konstruktif melalui kertas Kokoru dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa. Selain itu, siswa juga akan lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran karena melalui bermain konstruktif menggunakan kertas Kokoru. Pembelajaran menjadi lebih menarik dengan menggunakan media yang kreatif sehingga lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

(57)

Bagan 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan 2.3 Kerangka Berfikir

Sekolah Dasar memasuki usia 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget, siswa pada usia tersebut memasuki tahap operasional konkrit. Pada tahap ini siswa sudah mampu untuk berfikir secara logis dalam pengetahuannya namun terbatas pada benda yang konkrit. Tidak semua pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan benda-benda yang konkrit. Melalui kegiatan belajar mengajar yang kurang bervariasi atau tanpa media, membuat siswa menjadi kurang tertarik dengan pembelajaran Matematika. Mereka akan cenderung

Matematika Penjumlahan dan Pengurangan

Seni Keterampilan Kokoru

Nur Wulan Rahmawati (2015) “Peningkatan Kemampuan

Motorik Halus Melalui Bermain Konstruktif Menggunakan Kertas Kokoru.” Oktapianis Rindi Wardani (2015)

“Pengembangan Alat Peraga Penjumlahan dan Pengurangan

dengan Metode Montessori”

Untoro Wahyu Santosa (2011) “Kemampuan Menjumlahkan Dua

Angka Bilangan Bulat Melalui Media Realita.”

Ratna Dewi Wulandari (2017) “Pengembangan Prototipe Rancangan

Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

(58)

merasa jenuh dan bosan ketika proses pembelajaran berlangsung. Padahal kurikulum yang mulai berlaku saat ini adalah kurikulum 2013 dengan sistem tematik integratif yang memadukan antara mata pelajaran satu dengan yang lain. Pada kurikulum 2013 ini, guru harus kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memerlukan media yang dapat mengajarkan materi pada setiap mata pelajaran yang diintegrasikan. Media tersebut tentunya harus menarik minat siswa untuk belajar Matematika dan mempermudah siswa untuk memahami materi yang akan diberikan. Salah satu hal yang dapat menarik minat siswa untuk belajar adalah menggunakan seni. Melalui media seni keterampilan Kokoru siswa akan belajar secara langsung bentuk-bentuk konkrit benda-benda atau kegiatan yang pernah mereka jumpai seperti kegiatan merawat tanaman, jenis-jenis tanaman, dan hasil dari tanaman tersebut. Selain itu, siswa juga dapat belajar hitungan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada langkah-langkah pembuatan bentuk Kokoru. Media Kokoru ini menciptakan kondisi yang menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang cenderung masih menyukai permainan dan kreasi. Melalui media ini, siswa akan belajar melalui pengalaman dan pengamatan yang pernah mereka lakukan sebelumnya.

(59)

siswa untuk belajar penjumlahan dan pengurangan bilangan melalui langkah-langkah pembuatan media Kokoru.

2.4 Pertanyaan Peneliti

Peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana hasil penelitian ini selanjutnya, sehingga peneliti memiliki beberapa pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana prosedur penyusunan prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru?

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu: jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk mengasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan menguji keefektifan produk (Sugiyono, 2015:407). Penelitian dan perkembangan ini dapat diperoleh sebuah produk akhir dengan menciptakan produk yang baru maupun menyempurnakan produk yang sudah ada dan dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011:164). Subyek penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas 1 SD Kanisius Gamping untuk membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan.

(61)

Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan kelas 1 SD dengan media Kokoru.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian pengembangan Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 dengan Media Kokoru ini akan menguraikan tentang (1) lokasi penelitian, (2) subjek penelitian, (3) obyek penelitian.

3.2.1 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Kanisius Gamping yang beralamat di Gamping Tengah, Ambarketawang, Gamping, Sleman, 55294 Yogyakarta.

3.2.2 Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah subyek 20 siswa kelas I SD Kanisius Gamping yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Subyek penelitian terdiri dari siswa kelas 1 semester II yang memiliki nilai Matematika di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. 3.2.3 Obyek Penelitian

(62)

3.3 Prosedur Pengembangan

Metode penelitian pengembangan prototipe modul pada penelitian ini mengadaptasi dari model langkah-langkah penelitian dan pengembangan milik Borg dan Gall yang terdiri dari 10 langkah sistematis dalam pengembangan sebuah produk. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penelitian R&D (Sugiyono, 2015:408-426):

Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono. Penjelasan mengenai tahap dalam langkah-langkah pengembangan menurut Sugiyono sebagai berikut:

Langkah 1 Potensi dan Masalah.

Potensi adalah pendayagunaan sesuatu yang akan memiliki nilai tambah setelah mengalami pengembangan. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Peneliti akan menggunakan masalah ini untuk penelitian pengembangan tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang terjadi. Potensi dan masalah yang akan dikemukakan ini harus ditunjukkan dengan data yang empirik.

Potensi dan

(63)

Langkah 2 Pengumpulan Data.

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, maka perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Langkah 3 Desain Produk.

Desain produk ini diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Pada desain produk yang akan dikembangkan harus memperhatikan beberapa aspek seperti berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, ringan, dan bermanfaat ganda.

Langkah 4 Validasi Desain.

Produk yang telah diciptakan kemudian divalidasi oleh pakar yang memahami tentang produk yang dikembangkan. Setelah divalidasi oleh pakar, maka akan dapat diketahui kelemahan dan kekuatan produk tersebut melalui saran dan penilaian.

Langkah 5 Revisi Desain.

Melalui validasi desain, akan diketahui kelemahan suatu produk yang selanjutnya peneliti akan memperbaiki lagi desain produknya.

Langkah 6 Uji Coba Produk.

(64)

adalah untuk melihat kekurangan-kekurangan dari produk yang dikembangkan.

Langkah 7 Revisi Produk.

Setelah revisi produk yang kedua kalinya, produk dapat diujicobakan secara massal.

Langkah 8 Uji Coba Pemakaian.

Setelah pengujian produk berhasil, produk diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luasdan tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

Langkah 9 Revisi Produk.

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan.

Langkah 10 Pembuatan Produk Masal.

Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicobakan dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.

(65)

dengan media Kokoru. Prosedur penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut.

Bagan 3.2 Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti. Berikut akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian dan pengembangan ini:

Langkah 1: Potensi dan Masalah.

Penelitian ini bermula dari adanya potensi dan masalah. Potensi yang peneliti jumpai adalah adanya pembelajaran Matematika di kelas 1 pada materi penjumlahan dan pengurangan. Sedangkan masalahnya, peneliti menjumpai beberapa siswa yang belum bisa menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan dan mereka kurang tertarik dengan pembelajaran Matematika.

Langkah 2: Pengumpulan Data.

Pada pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data non-test berupa kuesioner dan wawancara serta data test berupa hasil nilai UTS siswa. Penyebaran kuesioner dilakukan di SD Kanisius Gamping kelas 1 yang terdiri dari 20 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Data awal yang diperoleh melalui kuesioner akan dijadikan sebagai acuan dalam

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Revisi Desain Uji Coba

Produk

(66)

mempertimbangkan desain produk yang akan dikembangkan oleh peneliti sehingga produk dapat berguna dan membantu para guru dalam menyiapkan kegiatan belajar mengajar kepada siswa kelas 1.

Langkah 3: Desain Produk.

Desain produk berupa Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 dengan Media Kokoru, yang akan mendeskripsikan mengenai Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Media Seni Keterampilan Kokoru.

Langkah 4: Validasi Desain.

Pada validasi desain ini akan dilakukan dengan menghadirkan beberapa ahli yang berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi dilakukan kepada 3 ahli yaitu ahli Matematika, ahli Seni, dan guru kelas 1.

Langkah 5: Revisi Desain.

Pada tahap ini, desain produk yang telah divalidasi kemudian direvisi oleh peneliti. Melalui kritikan dan saran yang diberikan oleh validator dijadikan sebagai acuan dalam merevisi desain produk berupa Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Kelas 1 dengan Media Kokoru.

Langkah 6: Uji Coba Produk.

(67)

Melalui uji coba produk yang dilakukan peneliti, peneliti dapat mengetahui kualitas produk yang dikembangkan.

3.4 Uji Validasi Produk

Validasi yang digunakan peneliti adalah validasi konstruk yang mengacu pada sejauh mana suatu instrumen dapat mengukur konsep dari teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Validasi dilakukan oleh 3 ahli yaitu ahli Matematika, ahli seni, dan guru kelas 1 SD. Hasil desain prototipe yang telah dicetak akan diberikan kepada tiga ahli tersebut untuk divalidasi guna mengetahui tingkat kelayakan produk yang dikembangkan. Hasil dari ketiga validator tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk berdasarkan kritik dan saran yang diberikan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Berikut penjelasan mengenai pedoman wawancara dan kuesioner yang digunakan peneliti.

3.5.1 Pedoman Wawancara

(68)

guru kelas 1, guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), dan siswa kelas 1 di SD Kanisius Gamping. Berikut kisi-kisi wawancara yang kemudian disusun menjadi pertanyaan wawancara:

Tabel 3.1 Kisi-kisi wawancara Kepala Sekolah

No Topik Pertanyaan

1. Pembelajaran Matematika di SD secara umum. 2. Pembelajaran Matematika di SD kelas 1, antara lain:

a. Penjumlahan dan pengurangan Matematika di kelas 1.

b. Media atau modul pembelajaran yang digunakan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi wawancara guru kelas 1

No Topik Pertanyaan

1. Pembelajaran Matematika di SD secara umum. 2. Pembelajaran Matematika di SD kelas 1, antara lain:

c. Materi pembelajaran Matematika di kelas 1.

d. Cara mengajar Matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan.

3. Kesulitan yang dihadapi siswa terkait pembelajaran Matematika di kelas 1.

4. Media/modul yang digunakan saat pembelajaran.

(69)

Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara guru SBK

No Topik Pertanyaan

1. Pembelajaran SBK di SD secara umum.

2. Pembelajaran SBK dikolaborasikan dengan pembelajaran Matematika.

3. Seni Keterampilan Kokoru sebagai media untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan.

Tabel 3.4 Kisi-kisi wawancara siswa kelas 1

No Topik Pertanyaan

1. Pembelajaran Matematika di SD kelas 1, antara lain: a. Tanggapan siswa terhadap pelajaran Matematika. b. Materi pembelajaran Matematika di kelas 1.

c. Cara belajar dan menghitung Matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan. 2. Kesulitan yang dihadapi siswa terkait pembelajaran

Matematika di kelas 1.

3. Pembelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) di kelas 1.

a. Tanggapan siswa terhadap pelajaran SBK. b. Materi pembelajaran SBK.

c. Kesulitan yang dialami siswa terkait pelajaran SBK. d. Tanggapan siswa terhadap seni keterampilan.

3.5.2 Kuesioner

(70)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Prapenelitian.

Penjelasan Guru 11,22,23 Mengenang

(mengingat) 15,17,24

Mempelajari kembali 14,16,18,

Ketertarikan 9,10,13

Aktif 21

Pemecahan Masalah 19,20

3.

(71)

3.6 Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik data tes dan teknik data non tes. Teknik pengumpulan data jenis non tes ini berupa wawancara dan kuesioner sedangkan teknik pengumpulan data tes berupa data rekap nilai dari guru kelas 1 dan data nilai siswa setelah dilakukan uji coba produk.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Non Tes. 3.6.1.1 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data ketika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti (Sugiyono, 2015:194). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2015:197). Tahapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan wawancara yaitu merumuskan tujuan dan membuat kisi-kisi pertanyaan. Pertanyaan akan bertambah saat kegiatan wawancara berlangsung guna untuk mencari tahu informasi secara mendalam dari responden.

3.6.1.3 Kuesioner

(72)

responden untuk dijawabnya. Bentuk kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner berstruktur dengan jawaban tertutup. Kuesioner berstruktur dengan jawaban tertutup adalah kuesioner yang setiap pertanyaan/pernyataannya telah disediakan alternatif jawaban sehingga dapat membantu responden untuk menjawab dengan cepat (Sugiyono, 2015:199-201). Pada kuesioner ini peneliti menggunakan bentuk pernyataan yang terdiri dari pernyataan dengan kalimat positif dan kalimat negatif. Tujuan dari pemilihan bentuk kuesioner pernyataan dengan jawaban tertutup tersebut supaya jawaban yang diberikan oleh responden mudah untuk dianalisis secara statistik sehingga hasilnya merupakan pandangan umum untuk mengetahui analisis kebutuhan.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data Tes.

(73)

3.7 Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis data kuantitatif pada analisis tes dan analisis kuesioner. Sedangkan analisis data kualitatif berupa data non-tes dari hasil wawancara.

3.7.1 Teknik analisis data kuantitatif. 3.7.1.1 Analisis tes.

Analisis data tes berupa soal uraian yang terdapat dalam LKS pototipe. Soal tersebut peneliti gunakan untuk melihat kemampuan siswa setelah mengikuti uji coba. Soal ini dikerjakan oleh siswa kelas 1 SD Kanisius Gamping yang belum mencapai nilai KKM 75 serta mengikuti uji coba produk. Hasil nilai dari tes ini akan peneliti gunakan untuk melihat perkembangan nilai semula dan nilai setelah uji coba produk. Dalam menghitung nilai tersebut, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut.

Rumus 3.1 Nilai Siswa.

Rumus 3.2 Rerata Nilai Siswa Keseluruhan.

Pada rumus 3.1 di atas, hasil dari siswa mengerjakan 10 soal uraian akan dihitung menggunakan rumus tersebut. Sedangkan pada rumus 3.2 untuk menghitung nilai rerata siswa keseluruhan dan untuk melihat rerata nilai sebelum dilakukan uji coba dan setelah dilakukan uji coba.

Rerata Nilai = � �ℎ � � �ℎ ��

(74)

3.7.1.2 Analisis Kuesioner

Kuesioner yang dilakukan oleh peneliti adalah kuesioner analisis kebutuhan siswa dengan mengadaptasi dari skala Likert yang disusun berupa pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kuesioner ini divalidasi oleh ahli bahasa dengan pedoman penskoran 1 – 4 atau pedoman penskoran skala empat (Widoyoko, 2014:144).

1. Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian × jumlah pilihan (gradasi skor dalam rubrik)

2. Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) × jumlah kelas interval.

3. Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya jika penilaian menggunakan skala 4 maka hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 4 kelas interval.

4. Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus:

Rumus 3.3 Jarak Interval pada Klasifikasi. Keterangan:

1. Skor tertinggi ideal = 4 2. Skor terendah ideal = 1

3. Jarak interval = (4 – 1)/4 = 0,75 4. Klasifikasi hasil penilaian =

Gambar

Gambar 2.1 Penerapan penjumlahan dan pengurangan bilangan
Gambar adalah bahasa atau suatu cara untuk melahirkan
Gambar 2.2 Jenis-jenis kertas Kokoru.
Gambar 2.3 Media “Miniatur Pekarangan Rumah”.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siswa belum dapat mendefinisikan unsur bangun ruang (sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal) sesuai definisi sebenarnya, namun demikian

Namun demikian, yang membedakan standar lulusan mahasiswa dalam studi keilmuan sains dan teknologi di UIN Sunan Ampel Surabaya dari lembaga pendidikan tinggi

[r]

Subjek mendefinisika n diagonal sisi sebagai Garis yang ditarik antar sisi tetapi dari arah berlawanan pada sisi bangun ruang Subjek dapat menentukan jumlah diagonal sisi

[r]

Bandung Design Gallery yaitu agar mengikutsertakan para praktikan lainnya untuk dapat ikut survey di lapangan ataupun juga ikut melihat dalam proses presentasi

Naat didalam ilmu nahwu adalah (sifat) yaitu pengikut dalam hal I robnya yang memberi sifat pada isim sebelumnya atau menyempurnakan makna lafadz yang diikutinya dengan

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas