SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh:
Arda Fatah Hasyim
0713010052/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
▸ Baca selengkapnya: tujuan usaha bakso
(2)dan Maha Penyayang tak pandang orang. Shalawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabat-sahabatnya, para pengikut-pengikutnya yang benar-benar
beriman. Berkat Taufiq dan Hidayah Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian mandiri untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan skripsi ini :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
6. Dosen, staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak, ibu, adik, nenekku dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan
dukungan material maupun spiritual serta do'a dan restunya yang telah
diberikan selama ini.
8. Teman-temanku yang selama ini selalu bersama dalam suka, duka, sedih
dan bahagia.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pengerjaan
skripsi ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca akan penulis terima
dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Fokus Penelitian ... 8
1.3 Permasalahan ... 8
1.4 Tujuan Penelitian ... .. 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 12
2.2 Landasan Teori ... 14
2.2.1 Kriteria UKM ... ... 14
2.2.2 Kewirausahaan ... ... 16
2.2.3 Waralaba ... ... 17
2.2.4 Sistem Informasi Akuntansi ... 22
2.2.4.1 Pengertian Sistem ... 22
2.2.4.2 Pengertian Informasi ... 22
2.2.6 Akuntansi sebagai Sistem Informasi... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian... 32
3.2 Alasan Ketertarikan... 34
3.3 Informan... 35
3.4 Lokasi Penelitian ... 36
3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.6 Teknik Analisis ... 38
3.7 Pengujian Kredibilitas Data ... 41
BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN... 44
4.1 Sejarah Waralaba di Dunia ... 44
4.2 Sejarah Waralaba di Indonesia... 46
4.3 Sejarah Warung Bakso Mandiri ... 47
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 50
5.1 Pemahaman Pengusaha Warung Bakso Mandiri Mengenai Pencatatan keuangan ... 50
5.2 Pencatatan Akuntansi Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan Perusahaan... 52
5.7 Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan ... 60
5.8 Pengelolaan Kembali Modal Usaha ... 61
5.9 Keterbatasan Penelitian ... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
6.1 Kesimpulan... 63
6.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.2 Pertanyaan Pendukung Masalah ... 11
Arda Fatah Hasyim
ABSTRAK
Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha berskala kecil dan menengah di Indonesia yang mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor non-migas
Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah ada dan telah berjalan. Saat ini banyak orang yang memulai usaha dengan cara membeli sistem bisnis atau yang dikenal dengan istilah franchise yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan waralaba. Waralaba bearasal dari kata Wara yang beararti lebih dan Laba yang berarti untung. Secara harafiah waralaba dapat diartikan bahwa waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan lebih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada usaha waralaba dan sampai sejauh mana pemahaman pengusaha waralaba terhadap pencatatan keuangan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil.
Berdasarkan observasi bahwa ditemukan pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor ini sudah memahami adanya laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP, namun dalam pencatatannya pengusaha melakukan pencatatan keuangan perusahaan sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya secara sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Pencatatan dalam usaha Warung Bakso Mandiri Bogor telah menggunakan sistem komputerisasi, namun dalam setiap transaksi masih menggunakan sistem manual.
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan dibidang perekonomian merupakan salah satu unsur
penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam
membangun ekonomi akan membawa dampak pembangunan
dibidang-bidang lainnya, karena keberhasilan pembangunan dibidang-bidang ekonomi akan
nampak dalam kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu cara untuk
meningkatan kesejahteraan masyarakat adalah dengan melakukan
wirausaha, karena dengan wirausaha akan membuat masyarakat menjadi
mandiri dan dengan wirausaha akan membuka peluang untuk dirinya
sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang diciptakan tersebut.
Selain itu wirausaha dapat berguna untuk menciptakan lapangan kerja bagi
orang lain yang berada disekitar usaha tersebut (Negara, 2008).
Wirausaha di Indonesia sangat berperan dalam pembangunan
ekonomi, hal ini terlihat dari jumlah usaha berskala kecil dan menengah di
Indonesia yang mampu menyerap 88% tenaga kerja, memberikan
kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar 40%, dan mempunyai
potensi sebagai salah satu sumber penting pertumbuhan ekspor, khususnya
Banyak cara untuk menjadi seorang wirausahawan, antara lain
dengan mendirikan bisnis baru ataupun membeli sistem bisnis yang telah
ada dan telah berjalan, yaitu dengan sistem bisnis waralaba. Bagi
masyarakat yang ingin menjadi pengusaha tetapi belum memiliki
pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis,waralaba/ franchise merupakan bisnis yang cocok bagi mereka karena tidak perlu membangun bisnis
mulai dari nol, sehingga potensi kegagalan dalam memulai usaha sangat
kecil, hal ini karena sistem tersebut telah teruji dan siap dijalankan oleh
pembeli sistem bisnis tersebut (Hapsari, 2008).
Waralaba berasal dari kata Wara yang berarti lebih dan Laba yang
berarti untung. Secara harfiah waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang
memberikan keuntungan lebih. Selain itu, menurut Asosiasi Franchise
Indonesia (AFI), yang dimaksud dengan waralaba adalah suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik
(Franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi
area tertentu. (id.wikipedia.org) diunduh tanggal 21/2/2011.
Dalam usaha pewaralabaan atau franchising terbagi dalam dua pihak yang melakukan perjanjian kerja sama yaitu Franchisor (pemberi waralaba) dan Franchisee (penerima waralaba), isi perjanjiannya adalah
manajemen dan kadangkalanya sampai masalah keuangan kepada
Franchisee (Sukandar, 2004), dalam Astuti (2005).
Fenomena yang menarik di beberapa tahun ini yaitu semakin
tumbuh suburnya bisnis Franchise atau waralaba lokal di Indonesia. Saat ini banyak sekali waralaba lokal yang kreatif menawarkan produk dan jasa
yang menarik kepada masyarakat di kota-kota. Beberapa diantaranya
membuka gerai-gerai di pusat perbelanjaan dan di jalan-jalan utama
perkotaan yang lokasinya sangat strategis.
Berdasarkan data Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), dalam enam bulan pertama (hingga Juni 2009), total tercatat 1.010 usaha waralaba,
dengan jumlah gerai mencapai 42.900 buah, serta mampu menyerap
819.200 tenaga kerja. Bandingkan dengan data 2008 yang mencatat 855
usaha waralaba, jumlah gerai 31.827 buah, dan menyerap 523.162 tenaga
kerja. Artinya, terjadi pertumbuhan bisnis Franchise yang luar biasa selama beberapa bulan. (www.depkominfo.go.id) diunduh tanggal
21/2/2011.
Lebih menggembirakan lagi, perusahaan lokal semakin merajai
pasar Franchise di tanah air. Selama enam bulan terakhir, data AFI mengungkap, jumlah waralaba lokal mencapai 750 unit atau naik 20%
dibanding tahun lalu yang tercatat sebanyak 600 unit. Adapun
pertumbuhan waralaba asing relatif sedikit, yakni dari 255 unit pada 2008
sekali lagi membuktikan bahwa waralaba lokal memiliki prospek bisnis
yang tidak kalah bagus dibanding waralaba asing
(www.depkominfo.go.id) diunduh tanggal 21/2/2011.
Promosi merupakan sarana penunjang semakin tumbuh pesatnya
usaha waralaba. Berbagai event pameran berskala nasional
diselenggarakan tidak hanya di Jakarta tetapi juga di berbagai kota-kota di
daerah. Puluhan ribu pengunjung yang datang merupakan representasi
atensi masyarakat akan pengetahuan waralaba. Hal ini disebabkan semakin
mudahnya rantai distribusi ke daerah dan potensi pasar yang menjanjikan
(Nugraha, 2009).
Keterkaitan indutri perbankan juga makin memperkokoh bisnis
waralaba di Indonesia, dengan menghadirkan program-program kemitraan,
sebagai contoh Bank Mandiri yang menghadirkan program Wirausaha
Mandiri sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) dibidang ekonomi, program tersebut yang telah berjalan mulai tahun 2007 hingga
sekarang, dimana Bank Mandiri memberikan penghargaan kepada para
pengusaha waralaba lokal yang sukses dalam mengembangkan usahanya.
Hal ini terlihat dari jumlah mitra usaha Bank Mandiri yang dari tahun ke
Tabel 1.1 : Jumlah Mitra Usaha Bank Mandiri
Tahun Jumlah Mitra Usaha Bank Mandiri
2007 8 mitra usaha
2008 34 mitra usaha
2009 81 mitra usaha
Sumber: www.wirausahamandiri.co.id diunduh tanggal 20/2/2011
Keberadaan usaha waralaba lokal bagi pemerintah sendiri sangat
membantu, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,
sehinggga angka pengangguran dapat dikurangi. Proyeksi tren waralaba
lokal di Indonesia akan tetap menjanjikan selama Franchisor maupun
Franchisee memegang teguh komitmen untuk terus menerus meningkatkan kualitas produk atau jasa yang mereka jual. Pemilik usaha
yang ingin mewaralabakan usahanya untuk publik harus benar-benar
membenahi sistem terlebih dahulu sebelum berani menjual konsep
bisnisnya ke publik.
Semakin menjamurnya bisnis waralaba lokal maka proses
persaingan diantara waralaba lokal makin berkembang juga, dimana jenis
dari waralaba lokal tersebut banyak sekali. Dengan kata lain waralaba
dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi dimana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang
Perkembangan usaha waralaba lokal saat ini di Indonesia yang
semakin pesat, semakin banyak pula pihak yang terkait/ berkepentingan
terhadap usaha tersebut. Dalam perkembangannya laporan keuangan
merupakan informasi yang peting bagi pihak-pihak yang terkait dalam
perkembangan usaha tersebut. Informasi akuntansi pada dasarnya
mempunyai peran penting untuk mecapai keberhasilan usaha termasuk
bagi usaha kecil dan menengah (Megginson et al., 2000), dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi telah berubah menjadi komoditi yang dapat
menjadi instrumen analisis laju perkembangan bisnis masa depan.
Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi dasar
yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan
usaha kecil dan menengah, antara lain keputusan pengembangan pasar,
penetapan harga, dan lain-lain. Dalam hubungan usaha kecil dan
menengah dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi
akuntansi juga diperlukan.
Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi
atas transaksi-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam
bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut
disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP 2009).
Kebanyakan pengusaha kecil dan menengah di Indonesia dalam
akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007). Salah seorang
manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Idrus (2000) dalam Pinasti (2007), menyatakan bahwa para pengusaha
kecil dan menengah tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak
diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan
pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil dan menengah
memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk
diterapkan.
Ketika menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa
kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi di
perusahaannya. Kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil
yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus dilakukan pengukuran
dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan
dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan
dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau
dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha, Seringkali dalam skala
usaha kecil dan menengah hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan
sekarang lebih tinggi dibanding dengan pendapatan sebelumnya. Padahal
indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja. Perlu
pengukuran atas transaksi/ kegiatan yang terjadi, perlu pengelompokan
setiap aktivitas yang berhubungan dengan usaha perusahaan dapat dicatat
dan dilaporkan dengan benar.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa pengusaha kecil dan
menengah masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami informasi
keuangan dengan baik. Semakin ketatnya persaingan bisnis pada saat ini,
hanya perusahaan yang memiliki berbagai keunggulan kompetitif yang
mampu bertahan. Oleh karena itu, penulis mengangkat tema tentang usaha
kecil dan menengah pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri yang
terletak di Bogor, karena pemilik usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri
juga merupakan salah satu pengusaha yang mendapatkan penghargaan
Wirausaha Mandiri dari Bank Mandiri pada tahun 2008. Penulis berharap
agar para pengusaha waralaba dapat menangani masalah yang berkaitan
dengan pencatatan keuangan yang sesuai ketentuan akuntansi sehingga
usaha mereka dapat bertahan dan terus berkembang yang akhirnya dapat
meningkatkan perekonomian rakyat Indonesia.
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, yaitu
mengenai waralaba lokal yang berkembang semakin pesat dan sistem
pancatatannya, maka hal-hal yang menjadi fokus penelitian sebagai
1. Pencatatan keuangan pada usaha Waralaba Warung Bakso
Mandiri Bogor
2. Jenis transaksi yang terdapat pada Waralaba Warung Bakso
Mandiri Bogor
1.3. Permasalahan
Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimana implementasi akuntansi pada usaha Waralaba Warung
Bakso Mandiri Bogor?
Untuk lebih detail memecahkan permasalahan peneliti diatas,
peneliti menampilkan dalam beberapa pertanyaan pendukung seperti yang
terlihat dalam tabel 1.2
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
implementasi pencatatan akutansi di waralaba lokal dan untuk mengetahui
sampai sejauh mana pemahaman pengusaha Waralaba Warung Bakso
1.5. Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka
hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
1. Manfaat Praktis
Implementasi akuntansi telah dilakukan dengan baik, maka akan
bermanfaat untuk menelusuri lebih detail lagi dari aktivitas yang
mendatangkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan laba usaha
tersebut, dengan kata lain peneliti berharap pengelola dapat mengelola unit
usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola akan mengalami
kemajuan yang signifikan. Dalam hal ini penulis berharap pengelola dapat
mengelola unit usahanya menjadi lebih profesional.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
ilmu akuntansi terutama pada aspek pencatatan transaksi di usaha waralaba
yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku, yaitu SAK ETAP
2009, serta meningkatkan semangat kewirausahaan di masyarakat.
2.1. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang waralaba/ franchise telah dilakukan juga oleh penelitian terdahulu. Masyarakat yang dahulu menganggap
bahwa karakteristik enterpreneurial tidak berpengaruh terhadap prestasi sebuah usaha waralaba, hal tersebut berubah setelah dilakukan penelitian
oleh Hapsari (2008). Pengaruh Kualitas Manajemen, Motivasi
Kewirausahaan, dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan
Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan. Dalam menjalankan usaha waralaba, peneliti berpandangan bahwa sebenarnya sifat
kewirausahaan (entrepreneurial) memberikan kontribusi terhadap kinerja penjualan sebuah waralaba. Sesudah itu juga dilakukan lagi penelitian
yang dilakukan oleh Pinasti (2007). Pengaruh Penyelenggaraan dan
Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas
Informasi Akuntansi. Penyelenggaraan dan penggunaan informasi terbukti
secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap
persepsi pengaruh usaha kecil atas informasi akuntansi.
Menurut peneliti yang lainnya, yaitu pendapat dari Widi (2010),
Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Evaluasi Kinerja Keuangan Pada
kemampuan atau manfaat dari sebuah perusahaan dalam menganalisis
laporan keuangan dimana kemampuan atau kepahaman atas analisis ini
berawal dari pemahaman pengusaha tentang akuntansi, selain itu
pentingnya akuntansi bagi sebuah perusahaan industri adalah sebagai salah
satu perencanaannya kedepan bagaimana harus bertindak serta bagaimana
juga penanggulangan masalah
Antara ketiga penelitian terdahulu yang telah diulas diatas,
semuanya memiliki kesamaan dalam bentuk metodologinya, yaitu
penelitian-penelitian tersebut memakai metode penelitian kuantitatif.
Peneliti merasa ada suatu hal yang menarik di balik permasalahan yang
telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu, apabila menggunakan sudut
pandang yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Sudut pandang yang
dipakai oleh peneliti untuk meneliti objek saat ini adalah metode penelitian
kualitatif.
Penelitian yang dilakukan sekarang ini berbeda dengan penelitian
yang terdahulu, yaitu terletak pada waktu, dan metode penelitian. Oleh
karena itu, penelitian sekarang bukan replikasi dari penelitian terdahulu,
tetapi merupakan penjabaran penelitian sebelumnya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pengelompokan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari
besarnya investasi, jumlah tenaga kerja dan besarnya jumlah penjualan.
Adapun pengelompokannya :
A. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. (www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011.
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.0000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah)
B. Sedangkan kriteria UKM menurut Badan Pusat Statistik (BPS):
(www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011
Memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja.
Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga
kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas
usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.
C. Kriteria UKM menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah (www.google.co.id) diunduh tanggal 23/3/2011 adalah :
a. Bahwa yang dimaksud dengan usaha kecil, termasuk usaha mikro,
Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000
b. Usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki kekayaan
bersih Rp. 200.000.000 sampai Rp. 10.000.000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
D. Departemen Keuangan : (www.google.co.id) diunduh 23/3/2011.
UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum
Rp 600.000.000 per tahun dan atau asset maksimum Rp 600.000.000
di luar tanah dan bangunan.
2.2.2. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)
Setiap perusahaan harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak
mati. Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa
yang siap dibeli orang. Tantangan yang dihadapi setiap organisai adalah
perubahan yang tidak pernah berakhir. Perubahan merupakan fenomena
kehidupan yang mengharuskan setiap organisasi bahkan setiap manusia
untuk mempunyai kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap
segala bentuk kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya
produk dan jasa sebagai pemenuhan manusia
Kao (1991:23) berpendapat perusahaan yang dalam pengembangan
usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut sebagai strategi
objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi
kebutuhan dan keinganan konsumen.
Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat
menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah
karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat
fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam
menjalankan usahanya.
2.2.3. Waralaba (Franchising)
Waralaba adalah persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu
perusahaan penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk
melaksanakan usaha (Suryana, 2007)
Menurut Black, yang dimuat dalam Black's Law Dict: (Widjaya, 2004:7)
“Franchise is a license from owner of a trademark or tradename permitting another to sell a product or service under the name or the mark.“
Sedangkan menurut pemerintah, waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian Waralaba (Undang-undang
Republik Indonesia No 31 tahun 2008 tentang Waralaba).
Terdapat dua belah pihak yang terlibat dalam perjanjian waralaba,
yaitu Franchisor dan Franchisee.
1. Franchisor atau Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima
waralaba.
2. Franchisee atau Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk
memanfaatkan dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki
pemberi waralaba (Undang-undang Republik Indonesia No 31
tahun 2008 tentang waralaba)
Kerja sama antara Franchisor dengan Franchisee yaitu Franchisor mengizinkan Franchisee untuk menggunakan nama, tempat/ daerah, bimbingan, latihan karyawan, periklanan dan pembekalan materi (Suryana,
2007:115). Dukungan awal dari Franchisor kepada Franchisee meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek, seperti pemilihan tempat,
rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan
usaha waralaba para Franchisor dan Franchisee melakukan perjanjian. Beberapa persetujuannya yaitu:
Tabel 2.1: Persetujuan antara Franchisor dan Franchisee Franchisor setuju untuk: Franchisee setuju untuk:
- Memberikan suatu wilayah - Menyelenggarakan perusahaan
sendiri kepada Franchisee dengan persyaratan yang - Menyediakan sejumlah latihan diajukan Franchisor
dan manajemen perusahaan - Menginvestasikan bantuan
- Memberikan barang dagangan jumlah minimum tertentu
dengan harga yang bersaing - Membayar kepada suatu
- Memberikan nasihat kepada jumlah tertentu
Franchisee tentang lokasi - Membangun atau bila tidak perusahaan dan desain menyediakan fasilitas
bangunan. perusahaan seperti yang telah
- Memberikan bantuan finansial disetujui oleh Franchisor
kepada Franchisee - Membeli persediaan material
standar lainnya dari franchisor
atau pemasok yang telah
disetujui
Menurut Zimmerer (1996) yang dikutip oleh Suryana (2007:116),
keuntungan dari kerja sama waralaba/ Franchising adalah:
1. Pelatihan, pengarahan dan pengawasan yang berlanjut dari Franchisor
2. Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi,
sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas.
3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek dan produk yang telah
dikenal
Disamping beberapa keuntungan diatas, kerja sama waralaba tidak
selalu menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha
dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi dari jenis
usaha waralaba/ Franchising menurut Zimmerer (1996) yang dikutip oleh Suryana (2007:117) adalah:
1. Program latihan tidak sesuai dengan yang diharapkan
2. Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha Franchisee
3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak Franchisor
dengan harga yang sama
Baik merintis usaha baru maupun waralaba, masing-masing
Tabel 2.2: Kelebihan dan kekurangan waralaba dibanding merintis usaha
BENTUK KELEBIHAN KELEMAHAN
Merintis - Gagasan murni - Pengakuan nama
Usaha - Bebas beroperasi Kurang
(starting) - Fleksibel dan mudah - Fasilitas inefisien
Pengaturan - Penuh ketidak pastian
- Persaingan kurang
Diketahui
Kerja sama - Mendapat pengalaman - Kreativitas tidak
Manajemen dalam nama, teknik berkembang
(Franchising) metode produksi, - Rentan terhadap
pelatihan, perubahan Franchisor
bantuan modal - Kurang Mandiri
- Penggunaan nama,
merek yang sudah
Dikenal
2.2.4. Sistem Informasi Akuntansi
2.2.4.1.Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2004:2), sistem adalah rangkaian
dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Mulyadi
(2001:2) suatu sistem pada dasarnya adalah “sekelompok unsur yang erat
berhubungan dengan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan
lainnya dengan maksud untuk mencapi tujuan.
2.2.4.2. Pengertian Informasi
Informasi pada dasarnya tidak sama dengan data. Menurut Cushing
(1996:11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter yang diterima
sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah.
Informasi diartikan sebagai output pengelolaan data yang terorganisir dan
berguna dagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurut Wilkinson
(1988:3) data adalah fakta, angka, bahkan simbol mentah. Secara
Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditansformasi adalah
pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.
Jadi informasi merupakan kumpulan dari data yang telah diolah
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum dapat
digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen. Sehingga dapat menghasilkan output yang berupa informasi
2.2.4.3. Karakteristik Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2004:12), karakteristik informasi
yang berguna meliputi hal-hal berikut:
1. Relevan
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki
kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi,
mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan
secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting
dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas
4. Tepat waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk
memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam
membuat keputusan.
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat
dipakai dan jelas.
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang
baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan
menghasilkan informasi yang sama.
2.2.4.4. Siklus Pengolahan Data
Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses
pengolahan data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi. Dalam
sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa
tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang diproses secara
Gambar 1 : Siklus Pengolahan Data
Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi,
Salemba Empat, Edisi Ketiga, hal 15
2.2.4.5. Akuntansi
Menurut Warren dan Reeve (2008:10) secara umum akuntansi
dapat diartikan sebagai sistem Informasi yang menghasilkan laporan
kepada pihak-pihak yang yang berkepentingan mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan.
Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (2007:4), menyatakan:
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,
mencatatat dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu
organisasi kepada pihak yang berkepentingan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang
Bukti
Transaksi Jurnal Buku
Besar
Laporan Keuangan
dihasilkan adalah informasi tentang perusahaan yang dibutuhkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.5. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Kecil dan Menengah
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil dimana
perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK
ETAP 2009 yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP 2009 dalam
penyajiannya setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut:
A. Neraca
Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada
suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal
mencakup pos-pos berikut:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya.
c. Persediaan
d. Properti investasi
e. Aset tetap
f. Aset tidak berwujud
g. Utang usaha dan utang lainnya.
i. Kewajiban diestimasi
j. Ekuitas
B. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban
yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK ETAP 2009 mensyaratkan
lain. SAK ETAP 2009 mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak
koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan
sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian
dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.
Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. Pendapatan
b. Beban keuangan
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode
ekuitas
d. Beban pajak
e. Laba atau rugi
Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada
laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja
keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos
pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba
C. Laporan Perubahan Ekuitas
Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode,
baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba
(jika memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan
laba atau rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui
secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung
pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah
investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama
periode tersebut.
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan ;
Laba atau rugi untuk periode
Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.
Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara
jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara
terpisah perubahan yang berasal dari:
ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam
ekuitas.
iii. Jumlah investasi dividen, dan distribusi lainnya ke
pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan dalam
entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian
D. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas
dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang
terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas :
Aktivitas operasi.
Aktivitas investasi.
Aktivitas pendanaan.
E. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
2.2.6. Akuntansi sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai
pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi.
Secara garis besar (Weygandt, et al, 2007:6) pihak-pihak tersebut
adalah:
1. Pengguna internal, para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis, antara lain : manajer
pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat
perusahaan.
2. Pengguna eksternal, yaitu:
a) Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat
keputusan untuk membeli, menahan atau menjual sahamnya.
b) Kreditor, seperti pemasok dan bankir menggunakan informasi
akuntansi guna mengevaluasi resiko pemberian kredit atau
pinjaman.
d) Badan-badan pembuat peraturan, seperti Securities and Exchange Commission (badan pengawas pasar modal Amerika Serikat) dan
Federal Trade Commission, ingin mengetahui apakah perusahaan telah beroperasi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.
e) Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap
terus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini
produknya.
f) Serikat pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar
kenaikan upah dan tunjangan.
g) Perencanaan ekonomi, menggunakan informasi akuntansi untuk
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu untuk mengetahui bagaimana
pencatatan keuangan pada usaha waralaba lokal (studi kasus pengusaha
waralaba Warung Bakso Mandiri Bogor) dan juga ingin mengetahui apa saja
jenis transaksi yang ada di waralaba tersebut, dengan unsur-unsur pokok yang
harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2000:3)
mendefinisikan metode metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan
Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut
metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Penelitian ini yang akan diamati adalah orang, yaitu pemilik,dan
tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan pada usaha waralaba dengan
berbagai latar belakangannya. Terkadang para pemilik juga merangkap
sebagai tenaga kerja/ karyawan bagian keuangan namun tidak sedikit pula
yang mempekerjakan orang lain untuk bagian ini, di dalam posisi tersebut
mempunyai suatu kegiatan yang berupa tugas-tugas yang yang harus
dikerjakan atau bahkan harus bisa menangani permasalahan yang terjadi di
dalam waralaba tersebut. Bagian keuangan adalah posisi yang rawan,
dikarenakan justru disinilah lalu lintas uang yang padat terjadi. Walaupun
terlihat mudah, namun apabila tidak teliti maka akan timbul kerugian. Oleh
karena itu untuk posisi ini minimal harus mengerti bagaimana pencatatan
pemasukan yang diperoleh, apalagi kalau sumber daya manusia yang berada di
dalam posisi ini mengerti sedikit tentang akuntansi. Interaksi antara pemilik
dan pegawai bagian keuangan dengan tempat atau lingkungan dimana unit
usaha tersebut berdiri (Place), kemudian berapa lama unit usaha tersebut telah lama beroperasi akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.
Dengan menggunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan
lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian
dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini
kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variabel
saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan
terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat
digali fakta-fakta yang bersifat empiris dan terukur.
3.2. Alasan Ketertarikan Peneliti (Acknowledge)
Alasan penulis untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat pada
saat ini semakin berkembangan unit usaha waralaba lokal di Indonesia. Pasar
waralaba di Indonesia sekarang tidak lagi dikuasai oleh merk-merk waralaba
asing melainkan telah dikusai oleh merk-merk waralaba lokal.
Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek
yang terlibat didalamnya, misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia,
keuangan dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek
keuangan, yaitu pencatatan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP 2009,
karena disadari atau tidak aspek keuangan sering tidak mendapat perhatian
yang serius, para pelaku usaha hanya memperhatikan bagaimana cara
mendapatkan untung dari kegiatan operasionalnya tanpa memperhatikan cara
mengelola uang hasil laba tersebut. Masalah pegelolaan keuangan dari pelaku
usaha terganjal pada sumber daya manusia perihal pengetahuan mereka
Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam penulis, yaitu
bagaimana jenis transaksi yang terjadi didalam usaha waralaba tersebut?
bagaimana pula cara perusahaan waralaba melakukan kegiatan pencatatan
akuntansinya ?
Dengan penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui apa saja
transaksi yang ada pada waralaba tersebut dan implementasiannya dari para
pengusaha waralaba akan akuntansi sebab pertanyaan yang ada didalam
benak peneliti yang ada diatas erat hubungannya dengan seni pencatatan bukti
transaksi.
3.3.Informan
Informan yang penulis gunakan untuk mendapatkan informasi adalah
pemilik, penjaga, serta orang yang berada di waralaba tersebut yang merangkap
sebagai karyawan atau memang mengkhususkan dirinya menjadi karyawan
bagian keuangan, dimana orang tersebut memiliki tugas khusus untuk mencatat
transaksi yang terjadi di dalam unit usaha tersebut. Peneliti memilih
orang-orang tersebut untuk dijadikan sebagai informan dalam penelitian dikarenakan
pekerjaan mereka berhubungan dengan hal mengklasifikasikan, mencatat,
mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha
tersebut sebab hal-hal peneliti sebutkan diatas adalah termasuk suatu informasi
yang berguna bagi usaha tersebut untuk bertindak demi kelangsungan usaha
3.4. Lokasi Penelitian
Tempat dimana penelitian nantinya akan berlangsung atau lokasi
penelitian berjumlah dua buah. Perincian sebagai berikut, yaitu sebanyak dua
buah pada usaha Waralaba Warung Bakso Mandiri, yaitu yang terletak di
Jl. Kebon Pedes 58 Bogor, Bogor Trade Mall, Giant Botani Square Bogor.
Alasan pemilihan tempat ini karena pemilik pernah mendapatkan berbagi
penghargaan waralaba di tingkat Nasional, dan merupakan mitra usaha Bank
Mandiri.
3.5. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam
perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan
usaha
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi
kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data
penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti yaitu :
a. Proses memasuki lokasi (getting in)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang
berhubungan dengan setting dan subyek peneitian dan mencari relasi
awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh
pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan dengan
informan.
b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)
Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan
pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian
(informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai
dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak
yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti
sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat respondden lebih
terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.
Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama
yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap
permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan
santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah
masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul
wacana detail. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan tidak
teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur
(mengarah menjawab permasalahan penelitian)
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
yang terkait dengan penelitian
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang
relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan
teori
3.6. Teknik Analisis
Pada penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman.
Miles dan Huberman (2007:16-21), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,
komplek dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
menampilkan data, dalam hal ini Miles dan Huberman
menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalang dengan teks yang bersifat
naratif.
3. Menarik Kesimpulan / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
namun mungkin juga tidak karena rumusan masalah dala
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Rencananya,
sehingga mencapai saran dari peneliti yang berasal dari fakta
dilapangan.
3.7. Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara:
(Sugiyono, 2005:122-125)
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamatan ini hubungan berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi
yang disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk rapport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian. Dalam perpanjangan pengamatan
untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan
pada pengujian terhadap data yang diperoleh, apakah data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak,
berubah atau tidak. Bila sudah benar berarti kredibel, maka waktu
2. Meningkatkan Ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan
dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian
dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan
kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan
maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan
cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/ dipercaya atau tidak
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara trianulasi teknik, sumber data dan
waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal
yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan
menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal
ini sumber datanya adalah pemilik dan pegawai penjualan dan bagian
keuangan . Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan
triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui
apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau
nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya
BAB IV
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1. Sejarah Waralaba di Dunia
Franchise dipopulerkan di negara Amerika Serikat, namun asal mula kata Franchise berawal dari Eropa, yaitu berasal dari Perancis dan Inggris. Kata Franchise sendiri bermakna “kebebasan” (Freedom). Di masa itu, bangsawan diberikan wewenang oleh raja untuk menjadi tuan tanah pada
daerah-daerah tertentu. Pada daerah tersebut, sang bangsawan dapat
memanfaatkan tanah yang dikuasainya dengan imbalan pajak/upeti yang
dikembalikan kepada kerajaan. Sistem tersebut menyerupai royalti, seperti
layaknya bentuk Franchise saat ini (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.
Waralaba diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh
Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika itu Singer ingin
meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya. Walaupun usahanya
tersebut gagal, namun dialah yang pertama kali memperkenalkan format
bisnis waralaba ini di Amerika Serikat. Kemudian, caranya ini diikuti oleh
pewaralaba lain yang lebih sukses, yaitu John S. Pemberton, pendiri Coca
kemudian bukanlah Coca Cola, melainkan sebuah industri otomotif AS,
General Motors Industry ditahun 1898.
Waralaba saat ini lebih didominasi oleh waralaba rumah makan siap
saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer
membuka restauran cepat sajinya di berbagai daerah di Amerika Serikat, dan
Mc Donalds ialah salah satu pewaralaba rumah makan siap saji terbesar di
dunia, dengan hampir membuka restaurant hampir di seluruh negara.
Howard Deering Johnson pada tahun 1935, bekerjasama dengan
Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan
mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan
nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain
sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya,
sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun
l950-an yang kemudian dikenal menjadi waralaba sebagai format bisnis
(business format) atau sering pula disebut sebagai waralaba generasi kedua. Perkembangan sistem waralaba yang demikian pesat terutama di negara
Amerika Serikat, menyebabkan waralaba digemari sebagai suatu sistem bisnis
diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel
yang ada di Amerika Serikat. Sedangkan di Inggris, berkembangnya waralaba
keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA (id.wikipedia.org) diunduh
pada 10/05/2011.
4.2. Sejarah Waralaba di Indonesia
Sistem waralaba di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu
dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pemberian lisensi.
Pada saat itu banyak produsen kendaraan motor dari luar negeri yang
memberikan hak untuk menjual produknya di Indonesia. Perkembangan
kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian
lisensi plus, yaitu Franchisee tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya. Agar waralaba dapat
berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu
teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi Franchisor maupun
Franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di
Amerika Serikat dan Jepang.
Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah
makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha
mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis
waralaba akan terus berekspansi (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.
Asosiasi pengusaha waralaba di Indonesia antara lain APWINDO
(Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT
Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran
Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai
daerah dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo Indonesia
(Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise Indonesia). (id.wikipedia.org) diunduh pada 10/05/2011.
4.3. Sejarah Warung Bakso Mandiri
Usaha kuliner merupakan salah satu usaha tahan krisis dan menjajikan
keuntungan yang menggiurkan. Usaha kuliner juga merupakan usaha
sepanjang masa dan tidak kenal mati, karena setiap orang sepanjang hidupnya
membutuhkan makanan, baik makanan yang mengenyangkan maupun sekedar
untuk camilan ataupun selingan. Sama halnya dengan jenis bisnis lainnya,
Salah satu usaha kuliner yang sangat mudah dalam memulainya adalah
membuka warung bakso. Mengapa harus bakso?? Karena bakso merupakan
salah satu makanan yang paling digemari oleh masyarakat dari kalangan
manapun, sehingga pangsa pasarnya sangat luas dan mempunyai peluang
sangat bagus untuk berkembang.
Anggara Kasih Nugraha Jati, pemilik bisnis Warung Bakso Mandiri,
memulai usahanya sejak 2007 lalu. Alasan pemberian nama Mandiri adalah
karena merupakan usaha yang mandiri, jadi tidak tergantung pada orang lain.
Sebelum mendirikan Warung Bakso Mandiri Si pemilik (Anggara) terlebih
dahulu mempunyai merek Bakso Kepala Sapi yang terletak di Surabaya,
setelah itu mendirikan Bakso Anggara dan juga mendirikan Bakso Mas
Karyo. Si pemilik sendiri pernah mendapatkan juara Wirausaha Muda dari
Bank Mandiri pada tahun 2008.
Saat memulai usaha, Anggara saat itu memang harus merogoh kocek
cukup dalam yaitu sekitar Rp 50 juta untuk merintis usahanya ini. Namun,
kerja kerasnya berbuah manis dan akhirnya Dia bisa meraup omzet miliaran
rupiah. Sebelum mendirikan usaha ini, Anggara yang waktu itu masih
mahasiswa memiliki bisnis yang seabrek, mulai dari menjual pernak-pernik
hingga kartu kredit. Semua bisnisnya ini dilakukan untuk mengumpulkan
pundi-pundi uang demi investasi untuk bisnis baru. Benar saja, uang hasil
kedai. "Modalnya hanya saya gunakan untuk keperluan dapur. Kalau
gedungnya kan sudah ada, milik keluarga" kata Anggara.
Akhirnya, bisnis bakso Anggara berkembang dengan pesat, saat ini
telah tersebar di Pulau Sumatra dan Jawa. Di kota Bogor sendiri telah ada 2
outlet dan 1 pabrik Warung Bakso Mandiri yaitu di Giant Botani Square,
Bogor Trade Mall, dan di Kebon Pedes Bogor sebagai pabrik pembuatan
bakso. Anggara juga memiliki beberapa merek dagang untuk usaha baksonya
yaitu Bakso Mas Karyo, Bakso Raden, Bakso Kepala Sapi dan Bakso Bakar
Barbeqeu (www.warungbaksomandiri.com) diunduh 2/05/2011.
Misi dan Visi dari Warung Bakso Mandiri, yaitu :
1. Misi
- Menjadi stimulan untuk menciptakan wirausahawan dan turut
mengembangkan iklim usaha yang mandiri dan berkesinambungan
- Mewadahi para pelaku usaha yang ingin mengembangkan produk dan
bisnisnya dengan mengkapitalisasi usahanya bersama dengan para
mitra
- Membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan
2. Visi
- Menjadi partner usaha profesional untuk meningkatkan nilai tambah
terhadap produk-produk makanan khas Indonesia, dan mengangkat
5.1. Pemahaman Pengusaha Warung Bakso Mandiri Bogor Mengenai
Pencatatan Keuangan
Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting
bagi pencapaian keberhasilan usaha (Megginson et al., 2000) dalam Pinasti (2007). Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi
pengambilan keputusan ekonomi dalam pengelolaan usaha kecil dan
menengah, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga,
mengajukan permohonan kredit ke bank, dan lain–lain. Penyediaan
informasi akuntansi bagi usaha kecil dan menengah juga diperlukan
khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi
usaha kecil dari kreditur (Bank).
Sub bab ini merupakan jawaban dari mini research pertama mengenai pemahaman dan pencatatan keuangan pada usaha Warung
Bakso Mandiri. Dalam penelitian ini pencatatan keuangan sangatlah
penting karena untuk mengetahui keluar masuknya barang maupun uang
dan mengetahui pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Berikut pemaparan yang dikemukakan oleh pemilik:
“...sangat penting ya, karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan berapa uang yang diterima pada setiap harinya...”
Demikian juga yang diungkapkan oleh karyawan usaha Warung
Bakso Mandiri Bogor tentang pentingnya pencatatan keuangan selama
menjalankan usaha karena untuk mengetahui keluar masuknya barang dan
pendapatan yang diperoleh setiap hari. Bahkan ketika ada pencatatan yang
dilakukan pegawai salah, maka Ia dipotong gajinya sebagai tanggung
jawab untuk menutup selisihnya. Jadi para pegawai dituntut untuk
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
“...sangat penting mas, jadi biar ngerti yang terjual sama uang yang diterima dan uang yang keluar pada hari itu, juga biar tahu ada selisih gak atau ada gak barang yang hilang...”
(Informan Irwan)
Pencatatan yang dilakukan oleh pengusaha Warung Bakso Mandiri
sebenarnya sudah mulai masuk ke tahap penerapan laporan keuangan
berstandar akuntansi, hal ini terbukti dengan pemaparan oleh pemilik :
“...pada awal buka dulu, ya masih sederhana, masih manual oret-oretan, tapi sekarang kita ya sudah pakai excel, cuman yang di masing – masing outlet itu masih manual, karena cuman laporan penjualan aja, tapi kalau di Saya sama mitra kami yang lain, sudah ada laba-ruginya...”
(Informan Anggara)
Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pencatatan keuangan dalam usaha tersebut adalah hal yang sangat penting
untuk dilakukan karena untuk mengetahui penjualan serta pemasukan dan
pencatatan yang dilakukan oleh usaha Warung Bakso Mandiri Bogor ini
dapat dikatakan terinci dan rapi karena dapat dibaca oleh pemilik dan
pihak yang berkepentingan laporan tersebut.
Melakukan pencatatan keuangan yang sesuai dengan standar
akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi adalah sebuah
informasi, informasi yang dapat menuntun pengusaha untuk mengambil
keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan laporan keuangan
usaha yang baik dan teratur dibutuhkan apabila usaha akan melakukan
peminjaman modal pada kreditur (bank).
Kegiatan pencatatan keuangan merupakan hal sangat penting bagi
para pelaku usaha, tetapi dalam analisis data yang dilakukan terhadap
dokumen hasil pencatatan yang dilakukan oleh pemilik usaha Warung
Bakso Mandiri Bogor mengindikasikan bahwa sudah adanya kesadaran
dalam menerapkan pencatatan keuangan berstandar akuntansi yang ada,
meskipun dalam penerapanya dapat dibilang masih sederhana.
5.2. Pencatatan Akuntansi Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan
Perusahaan
Dalam melakukan pencatatan pencatatan keuangan sebaiknya
sebuah perusahaan baik kecil maupun besar menggunakan akuntansi untuk
mengatur keuangan mereka sehingga perusahaan tersebut menciptakan
sebuah sistem akuntansi yang baik guna menunjang kegiatan perusahaan
sebagai dasar pengambilan keputusan maupun pihak-pihak yang
berkepentingan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa akuntansi
merupakan hal yang rumit dan hanya dibutuhkan oleh perusahaan besar,
dimana transaksi keuangan yang terjadi sudah sedemikian kompleknya
sehingga dibutuhkan sistem yang baik untuk mengaturnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Anggara berikut ini:
“...paling tidak dengan adanya catatannya itu bisa diketahui tentang kegiatan penjualan hari ini sama berapa keuntungan yang diperoleh...”
(Informan Anggara)
Dengan melakukan pencatatan keuangan maka para pemilik usaha
bisa mengetahui keluar masuknya barang dan uang yang terjadi setiap
harinya, meskipun penerapan pencatatannya masih sederhana. Hal tersebut
juga didukung oleh pemaparan informan Irwan selaku mitra Warung
Bakso Mandiri
“...kalau ada catatannya, barang yang keluar (terjual) sama uang yang masuk dapat dikontrol, jadi tahu, ada yang hilang apa enggak...”
(Informan Irwan)
Adanya pemisahan antara uang pribadi dan uang perusahaan
menunjukan bahwa pemilik sudah melakukan hal yang sesuai. Karena
terkadang banyak usaha yang masih saja mencampur adukan antara
membuat perusahaan tidak dapat mengetahui berapa besar laba yang
didapat tiap bulan. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:
“...kalau disini, ada pemisahan pengeluaran pribadi sama pengeluaran perusahaan, supaya tahu laba bersih setiap bulannya, kalau Saya pakai uang disini, itu namanya kasbon nanti juga Saya kembalikan...”
(Informan Anggara)
Pencatatan pengeluaran pribadi dalam usaha ini selain dianggap
sebagai pengeluaran kas, juga dianggap sebagai piutang karyawan. Ketika
pemilik maupun karyawan meminjam uang pada perusahaan, maka dicatat
sebagai piutang. Berikut penjelasannya:
“...oh, sering juga yang pinjam duit atau kasbon, nanti kalau akhir bulan biasanya potong gaji buat nglunasi...”
(Informan Arki)
“...ya kalau gak punya uang ya,, kasbon dulu mas, nanti juga dilunasi...”
(Informan Vera)
Berdasarkan kutipan-kutipan penjelasan diatas menggambarkan
bahwa ketika perusahan ingin menginginkan sesuatu yang diwujudkan
dalam sebuah tujuan perusahaan atau organisasi, jelaslah perusahaan atau
pemilik mempunyai sebuah media untuk patokan dan melihat perkiraan
sesungguhnya, apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum, sudah baik
diperlukan media yang dinamakan laporan laba rugi. Informasi yang
terdapat dalam laporan laba rugi yaitu pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian (Kieso, 2002)
Salah satu manfaat dengan adanya laporan laba rugi yaitu ketika
pemilik mengetahui ada biaya-biaya yang sekiranya tidak ada kaitannya
dengan perusahaan dan lebih mengarah ke pemborosan biaya, pemilik
dapat melihat tersebut melalui arus kas maupun laporan laba ruginya,
setelah pemilik mengetahui hal tersebut diharapkan segera mengambil
keputusan yang tepat untuk perusahaan dengan menghentikan perbuatan
yang dapat merugikan perusahaan. Inilah pentingnya laporan keuangan
sebagai fungsi kontrol perusahaan.
5.3. Penggunaan Pencatatan Keuangan Sebagai Alat untuk Mencapai
Tujuan Organisasi
Dalam setiap usaha perlu adanya perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan hal yang
sangat penting bagi perusahaan atau organisasi sebagi informasi untuk
mengambil keputusan atau kebijakan yang tepat dalam pengembangan
usaha. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik berikut ini:
(Informan Anggara)
Hal serupa juga diungkapkan oleh karyawan, berikut ini pemaparanya:
“...ya kita bisa tahulah kemajuan perusahaan, dengan melihat pencatatan keuangannya...”
(Informan Iwan)
Tidak sedikit usaha yang ketika ingin mengembangkan usahanya
dengan meminjam uang kepada pihak bank ditolak karena tidak memiliki
laporan keuangan yang baik. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali
kredit terseb