STUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN
BERDASARKAN TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN
LOKASI STRATEGIS DENGAN ADJ ACENT MATRIX
TUGAS AKHIR
OLEH :
MOHAMAD ZAKIYUL FUAD
NPM : 0753010056
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang
berjudul STUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN
TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN LOKASI STRATEGIS DENGAN
ADJACENT MATRIX.
Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil. Pada kesempatan ini penulis ingin megucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. NANIEK RATNI JAR ., M.Kes selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan UPN “VETERAN” Jawa Timur.
2. Bapak Ibnu Solichin, ST., MT. selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil dan
Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberi wawasan.
3. Bapak Nugroho Utomo, ST. selaku Dosen Pembimbing Pendamping dan Dosen
Wali yang telah membimbing dan memberi wawasan
6. Bapak Febru Djoko H (Alm), selaku dosen yang selalu setia membantu kami
dalam segala hal.
Surabaya, 28 November 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Batasan Masalah ... 4
1.5 Lokasi Studi ... 5
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Ketentuan Umum ... 6
2.2 Metode Adjacent Matrix ... 6
2.3 Metode Travel Demand ... 9
2.3.1 Teknik Sampling ... 10
2.3.2 Kuisioner ... 10
2.3.3 Pengolahan Data ... 11
2.4 Klasifikasi Terminal ... 11
2.4.1 Klasifikasi Terminal Menurut Jenis Angkutannya ... 11
2.4.3 Klasifikasi Terminal Menurut Peranannya ... 12
2.5 Fungsi Terminal ... 13
2.6 Penentuan Lokasi Terminal ... 14
2.7 Kriteria Pembangunan Terminal ... 14
2.8 Kriteria Perencanaan Terminal ... 15
2.9 Pembagian Daerah dan Fasilitas Terminal Penumpang ... 19
2.10 Persyaratan Teknik Terminal ... 21
2.11 Pengelolaan Terminal ... 25
2.11.1 Perencanaan Terminal Baru ... 25
2.11.2 Pelaksanaan Operasional Terminal ... 25
2.11.3 Pengawasan Operasional Terminal ... 26
2.12 Tugas Dinas LLAJ di Terminal ... 26
2.13 Jenis Kendaraan dan Interaksi Antar Moda ... 28
2.14 Peramalan ... 29
2.15 Kapasitas Tingkat Pelayanan ... 30
2.15.1 Distribusi Yang Terjadi di Terminal ... 32
2.15.2 Teori Antrian ... 34
2.15.3 Time Table dan Lay Over Time ... 39
2.16 Analisa Antrian Pemberangkatan Bus Antar Kota ... 40
2.17 Standar Ruang ... 41
2.18 Garasi / Pool Bus ... 42
BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN ... 43
3.1 Permasalahan ... 43
3.2.1 Data Primer ... 43
3.2.2 Data Sekunder ... 44
3.3 Metode Analisa Hitungan ... 44
3.31 Metode Adjacent Matrix ... 44
3.3.2 Metode Travel Demand ... 47
3.3.3 Peramalan Penumpang dan Kendaraan ... 48
3.3.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang Antar Bus Kota ... 49
3.3.5 Perhitungan Ruang Fasilitas Penumpang ... 51
3.3.6 Garage/Pool Bus ... 52
3.4 Metode Perencanaan ... 53
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 54
4.1.1 Data Primer ... 54
4.1.2 Data Sekunder ... 54
4.2 Menentukan Lokasi Tempat Strategis dengan Metode Adjacent Matrix ... 55
4.3 Metode Travel Demand ... 64
4.3.1 Perhitungan Jumlah Sampel ... 65
4.3.2 Pemaparan hasil Survey ... 66
4.4 Uji Korelasi Brivate ... 85
4.5 Peramalan Jumlah Kendaraan ... 86
4.5.1 Peramalan Jumlah Bus Antar Kota ... 86
4.5.2 Peramalan Jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 90
4.6.1 Peramalan Jumlah Penumpang Bus Antar Kota ... 94
4.6.2 Peramalan Jumlah Penumpang Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 98
4.7 Perhitungan Kebutuhan Ruang ... 103
4.7.1 Analisa Antrian Pemberangkatan Bus Antar Kota ... 103
4.7.2 Analisa Antrian Pemberangkatan Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 108
4.8 Kebutuhan Ruang ... 113
4.8.1 Kebutuhan Ruang Parkir untuk Bus Antar Kota ... 113
4.8.2 Kebutuhan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 114
4.9 Perhitungan Kebutuhan Tempat Pemberangkatan ... 115
4.9.1 Perhitungan Kebutuhan Tempat Pemberangkatan Bus Antar Kota ... 116
4.9.2 Perhitungan Kebutuhan Tempat Pemberangkatan Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 118
4.10Perhitungan Fasilitas Penumpang ... 120
4.10.1 Perhitungan Ruangan Fasilitas Penumpang Bus Antar Kota ... 120
4.10.2 Perhitungan Luasan Shelter Pemberangkatan Bus Antar Kota ... 121
4.10.3 Perhitungan Luasan Shelter Penurunan Bus Antar Kota ... 124
4.11Perrhitungan Luasan Shelter Pemberangkatan Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota ... 125
4.12.1 Perhitungan Kebutuhan Ruang Penurunan Bus Antar Kota ... 130
4.12.2 Perhitungan Kebutuhan Ruang Penurunan MPU dan Angkutan Kota ... 132
4.13Perhitungan Fasilitas Lain ... 134
4.13.1 Areal Parkir ... 134
4.13.2 Areal Tunggu Penumpang ... 135
4.13.3 Kamar Mandi/WC ... 136
4.13.4 Loket Penjualan Karcis/Tiket ... 138
4.13.5 Pos Retribusi ... 138
4.13.6 Ruang Informasi dan Penerangan ... 138
4.13.7 Kios/Kantin ... 139
4.13.8 Parkir Mobil Pribadi ... 139
4.13.9 Parkir Sepeda Motor ... 140
4.13.10 Kantor Terminal ... 140
4.13.11 Musholla/Tempat Ibadah ... 141
4.13.12 Ruang P3K ... 142
4.13.13 Fasilitas untuk Parkir ... 142
4.13.14 Storage/Garage ... 143
4.13.15 Pengaturan Tata Letak Fasilitas Terminal ... 147
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 149
5.1 Kesimpulan ... 149
5.2 Saran ... 151
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Terminal (M2) ... ... 24
Tabel 2.2 Ukuran Bus di Indonesia ... 28
Tabel 4.1 Pemetaan Titik Simpul ... 57
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Potongan ... 62
Tabel 4.3 Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67
Tabel 4.4 Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Usia ... 69
Tabel 4.5 Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Pekerjaan .. 71
Tabel 4.6 Karakteristik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Maksud Tujuan Perjalanan ... 73
Tabel 4.7 Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Lokasi Tujuan Perjalanan ... 75
Tabel 4.8 Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jenis Moda ... 77
Tabel 4.9 Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jarak Tujuan ... 79
Tabel 4.10 Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jam Berangkat ... 81
Tabel 4.11 Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jam Pulang ... 83
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi Pearson ... 85
Tabel 4.13 Jumlah Bus Antar Kota yang Masuk di Terminal Lamongan ... 86
Tabel 4.14 Perhitungan Regresi Linier ... 86
Tabel 4.15 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Bus Antar Kota yang Masuk Terminal Lamongan ... 87
Tabel 4.17 Perhitungan Regresi Linier ... 88
Tabel 4.18 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Bus Antar Kota yang Keluar
Terminal Lamongan ... 89
Tabel 4.19 Jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota yang
Masuk di Terminal Lamongan ... 90
Tabel 4.20 Perhitungan Regresi ... 90
Tabel 4.21 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Mobil Penumpang Umum
(MPU) dan angkutan kota yang Masuk Terminal Lamongan ... 91
Tabel 4.22 Jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) dan angkutan kota yang Keluar
di Terminal Lamongan ... 92
Tabel 4.23 Perhitungan Regresi Linier ... 92
Tabel 4.24 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Mobil Penumpang Umum
(MPU) dan angkutan kota yang Keluar Terminal Lamongan ... 23
Tabel 4.25 Jumlah Penumpang yang Masuk dengan Bus Antar Kota ... 24
Tabel 4.26 Perhitungan Regresi Linier ... 24
Tabel 4.27 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Penumpang Bus Antar Kota
yang Masuk Terminal Lamongan ... 95
Tabel 4.28 Jumlah Penumpang Bus Antar Kota yang Keluar Terminal Lamongan ... 96
Tabel 4.29 Perhitungan Regresi Linier ... 96
Tabel 4.30 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Angkutan Kota yang Keluar
Terminal Lamongan ... 97
Tabel 4.31 Jumlah Penumpang dengan Mobil Penumpang Umum (MPU) dan
Angkutan Kota yang Datang di Terminal Lamongan ... 98
Tabel 4.33 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Penumpang Mobil
Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota yang Datang di Terminal
Lamongan ... 99
Tabel 4.34 Jumlah Penumpang dengan Mobil Penumpang Umum (MPU) dan
Angkutan Kota yang Berangkat di Terminal Lamongan ... 100
Tabel 4.35 Perhitungan Regresi Linier ... 100
Tabel 4.36 Perhitungan Derajat Korelasi Purtumbuhan Penumpang Mobil
Penumpang Umum (MPU) dan Angkutan Kota yang Berangkat di
Terminal Lamongan ... 101
Tabel 4.37 Data Survey Kedatangan dan keberangkatan Bus Pada Jam-Jam Sibuk
Menurut Jurusan Pada Terminal Bus Kabupaten Lamongan ... 103
Tabel 4.38 Data Survey Keberangkatan MPU dan angkutan kota Pada Jam-Jam
Sibuk Menurut Jurusan Pada Terminal Lamongan ... 108
Tabel 4.39 Jumlah Bus dan Penumpang Keluar Masuk Terminal Tahun 2010 ... 120
Tabel 4.40 Jumlah MPU dan Angkutan Kota dan Penumpang Keluar Masuk
Terminal Tahun 2010 ... 125
Tabel 4.41 Kebutuhan Ruang Fasilitas Penumpang Terminal Angkutan Penumpang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Studi Penelitian ... 5
Gambar 1.2 Detail Lokasi Studi Penilitian ... 5
Gambar 2.1 Contoh Graph Adjacent Matrix ... 7
Gambar 2.2 Contoh Graph Adjacent Matrix ... 7
Gambar 2.3. Jenis-jenis parkir kendaraan pada terminal ... 17
Gambar 2.4 Ukuran Bus Standart ... 18
Gambar 2.5 Ukuran Bus Parkir ... 18
Gambar 2.6 Parkir Sejajar ... 19
Gambar 2.7 Parkir Bersudut ... 19
Gambar 2.8 Bagan Model Pelayanan Tahap Tunggal, Fasilitas Saluran Tunggal ... 33
Gambar 2.9 Bagan Model Pelayanan Tahap Tunggal, Fasilitas Saluran Jamak ... 33
Gambar 2.10 Skema Bus dalam Terminal ... 40
Gambar 3.1 Contoh Graph Adjacent Matrix ... 44
Gambar 3.2 Contoh Graph Adjacent Matrix ... 45
Gambar 4.1 Peta Titik Simpul Kabupaten Lamongan ... 56
Gambar 4.2 Lokasi Terminal Lamongan ... 63
Gambar 4.3 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Jenis Kelamin ... 68
Gambar 4.4 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Usia ... 70
Gambar 4.5 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 72
Gambar 4.7 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Lokasi Tujuan
Perjalanan ... 76
Gambar 4.8 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jenis Moda ... 78
Gambar 4.9 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jarak Tujuan ... 80
Gambar 4.10 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jam Berangkat 82
Gambar 4.11 Grafik Lokasi Tempat Tinggal Responden Berdasarkan Jam Pulang ... 84
ABSTRAK
PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN TRAVEL DEMAND
DAN PENENTUAN LOKASI STRTEGIS DENGAN ADJ ACENT MATRIX
Oleh :
MOHAMMAD ZAKIYUL FUAD 0753010056
Kondisi terminal Lamongan sampai sejauh ini masih jauh dari harapan. Hal ini dapat dilihat dari kurang optimalnya operasi terminal dan kurang memenuhi syarat kebutuhan ruang dan fasilitas terminal dan menurunnya jumlah pengunjung terminal. Terminal sekarang yang tidak berjalan optimal dan kurang memenuhi syarat kebutuhan ruang dan fasilitas terminal. Karena kurang berjalan optimal dan kurang memenuhi syarat kebutuhan ruang dan fasilitas terminal yang sekarang. Maka perlu dilakukan pemindahan lokasi strategis dan perencanaan ulang terminal.
Dalam Tugas Akhir ini dilakukan survey langsung ke lokasi dan pengambilan data ke instansi terkait. Serta merencanakan lokasi strategis terminal baru dengan menggunakan Metode Adjacent Matrix. Dan melakukan perencanaan terminal ulang dengan Metode Travel Demand, serta meramalkan jumlah penumpang dan kendaraan pada tahun rencana 5 tahun yang akan datang dengan menggunakan teori antrian Single Channel dan teori antrian Multiple Channel berdasarkan pengantar teknik dan perencanaan transportasi, sedangkan dalam desain Lay out digunakan metode perencanaan yang mengacu pada standart Direktorat Jendral Perhubungan Darat.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan metode Adjacent Matrix menunjukkan bahwa lokasi strategis bertempat di Kecamatan Sukodadi. Sedangkan berdasarkan metode Travel Demand banyak permintaan perjalanan yang berprosentase besar di Kecamatan Sukodadi. Hasil yang diperoleh dari perhitungan menunjukkan bahwa areal terminal pada umur rencana 5 tahun yang akan datang seluas 2706,915 m2. Berdasarkan dari hasil perhitungan peramalan jumlah kendaraan bus antar kota yang masuk pada tahun 2016 sebanyak 131.098 kendaraan, dan keluar sebanyak 13.100 kendaraan, jumlah MPU/Angkutan Kota yang masuk sebanyak 50.149 kendaraan, dan yang keluar sebanyak 50.145 kendaraan. Jumlah penumpang bus datang pada tahun rencana 2016 sebanyak 4.261 penumpang dan yang berangkat sebanyak 4.232 penumpang. Jumlah penumpang yang datang MPU/Angkutan Kota sebanyak 1.081 penumpang, dan yang berangkat sebanyak 1.236 penumpang dan untuk jumlah keberangkatan dan kedatangan bus antar kota pada tahun rencana 2016 adalah 10 kendaraan/jam. Sedangkan jumlah keberangkatan dan kedatangan MPU/Angkutan Kota pada tahun rencana 2016 adalah 45 kendaraan/jam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan suatu daerah perlu ditunjang dengan infrastruktur yang
memadai sesuai dengan situasi dan kondisi daerah ataupun kota tersebut, sehingga
memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses segala
kebutuhan yang diperlukan. Propinsi dan Kabupaten yang pembangunannya pesat
ditunjukkan dengan meningkatnya taraf hidup maupun pendidikan didaerah tersebut.
Seiring dengan kemajuan ekonomi yang cukup pesat di Jawa Timur maka
sektor transportasi ikut mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan mobilitas dari
manusia maupun barang menjadi lebih luas jangkauanya, dan secara kuantitas
semakin besar jumlahnya, oleh karena itu diperlukan penambahan maupun
pengembangan sarana dan prasarana transportasi. Untuk mengimbangi pertumbuhan
dalam bidang transportasi tersebut salah satu moda transportasi yang digunakan
untuk mobilitas penumpang dan barang adalah moda transportasi darat ataupun jalan
raya. Dan salah satu prasarana yang penting dalam sistem transportasi jalan raya
adalah terminal angkutan umum.
Dalam upaya mendukung kelancaran dari pergerakan serta aktivitas terminal
mempunyai peranan peting. Peranan penting terkait dengan masalah pelayanan
penumpang dengan menggunakan jasa angkutan umum.
Kendaraan umum kusunya bus antar kota sebagai salah satu alat transportasi
yang mempunyai kapasitas mengangkut penumpang yang cukup besar merupakan
Dengan meningkatkan pertumbuhan penduduk membawa dampak timbulnya
peningkatan transportasi terutama penumpang yang memerlukan kendaraan umum.
Kabupaten Lamongan yang mempunyai luas wilayah seluruhnya kurang
lebih 1.812,80 Km². Yang terbagi menjadi 27 kecamatan yang penduduknya
mencapai 1.179.770 jiwa. Disamping itu lamongan merupakan jalur transit untuk
jalan utara.
Terminal Lamongan tergolong terminal tipe B yang mempunyai luas lahan
12.000 m2. Yang melayani 2 rute yaitu antar kota dan antar pedesaan. Untuk rute
antar kota melayani Tuban, Bojonegoro, Cepu, Semarang, dan Surabaya. Dan untuk
rute angkutan pedesaan Babat-Lamongan dan Lamongan-Sugio. Setiap harinya bus
yang masuk terminal mencapai 20 unit. Sedangankan untuk angkuatan pedesaan
hanya 3 unit.
Besarnya tuntutan pemenuhan akan kebutuhan sarana dan prasarana
transportasi bagi para penumpang yang menggunakan jasa terminal, baik yang masuk
atau yang keluar terminal Lamongan hendaknya dapat menciptakan mobilitas
penumpang yang lebih aman, nyaman, lancar dan tertib serta bernilai ekonomis bagi
para penumpang. Sedangkan melihat kondisi Terminal Lamongan saat ini dapat
dikatakan kurang layak. Hal ini dapat ditinjau dari penempatan terminal yang kurang
strategis, yang sekarang ini kurang optimal dalam beroperasi, melihat jam operasi
terminal hanya mulai 06.00-16.00 WIB. fungsi pelayanan dan kebutuhan ruang
terminal masih banyak kekurangan dalam pengaturan tataguna lahan yang tidak
sesuai dengan cara penempatannya, maupun dari sistem pengaturan lalu lintas dalam
Dengan adanya kenyataan tersebut, dan untuk mengantisipasi masalah yang
lebih besar pada segi lalu lintas dalam terminal pada 5 tahun yang akan datang, maka
perlu diperkirakan upaya untuk perencanaan lokasi terminal baru yang ada pada saat
ini. Hal ini dimaksudkan agar lokasi baru dapat diminimalkan, sehingga dapat
mengatasi masalah yang terjadi pada terminal.
1.2. Per masalahan
Permasalahan yang timbul sehubungan dengan studi ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana merencanakan lokasi baru terminal yang strategis dengan metode
adjacent matrix ?
2. Bagaimana menentukan permintaan pejalanan dengan metode travel demand?
3. Bagaimana jumlah penumpang dan kendaraan pada terminal dalam periode
tertentu (5 tahun)
4. Bagaimana menentukan Komponen-komponen dan kebutuhan ruang pada
terminal?
1.3. Mak sud dan Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memecahkan
masalah-masalah yang telah disebutkan di atas, yaitu :
1. Merencanakan lokasi baru terminal yang strategis dengan menggunakan metode
adjacent matrix.
3. Merencanakan jumlah penumpang dan kendaraan pada terminal dalam periode
tertentu (5 tahun).
4. Untuk menentukan komponen-komponen dan kebutuhan ruang pada terminal
1.4. Batasan Masa lah
Mengingat kemampuan yang ada pada penulis sangat terbatas, maka dirasa
perlu untuk melakukan pembatasan studi. Adapun pembatasan pada studi ini
meliputi :
1. Merencanakan lokasi baru yang strategis dengan menggunakan metode adjacent
matrix. Untuk menentukan jarak terpendek yang paling dominan untuk dijadikan
lokasi terminal.
2. Menentukan permintaan perjalanan dengan metode travel demand.
3. Merencanakan jumlah penumpang dan kendaraan pada terminal dengan metode
dalam periode tertentu (5 tahun).
4. Dampak lalu lintas tudaan yang terjadi di terminal tidak dihitung.
5. Terminal sekarang yang ada tidak dikaji.
6. Perhitungan struktural serta analisa biaya pada terminal tidak ditinjau.
7. Keadaan tanah dan kebutuhan tebal perkerasan akibat beban tidak ditinjau.
8. Konstruksi bangunan beserta dimensi struktur tidak ditinjau.
1.5 Lokasi Studi
Lokasi studi dalam analisa dan
perencanaan terminal berdasarkan travel demand dan menentukan lokasi strategis
dengan metode adjacent matrix untuk tugas akhir yaitu di Kabupaten Lamongan.
Gambar 1.1. Loka si Studi Penelitian
Gambar 1.2 Detail Lokasi Studi Penilitian
U
Lokasi Ter minal
Lokasi Ter minal
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Ketentuan Umum
Yang dimaksud dengan ketentuan umum disini adalah beberapa
pengertian mengenai terminal, yaitu antara lain :
1. Tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang dan barang.
2. Tempat dimana terjadinya pergantian atau perpindahan moda dari suatu sistem
transportasi.
3. Sebagai salah satu unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi
efisiensi kehidupan.
2.2 Metode adjacent matr ix
Dalam matematika dan ilmu komputer sebuah adjacent matrix merupakan
sarana yang mewakili simpul (atau node) dari grafik yang berdekatan dengan simpul
yang lain.
Secara khusus adjacent matrix dari terbatas graf G dan n simpul adalah n x n
matrix dimana entri non-diagonal suatuij adalah jumlah vertex tepi dari/ke simpul j,
dan entri diagonal suatu diagonal ii tergantung pada konvensi, adalah baik sekali atau
dua kali jumlah tepi (loop)dari simpul/ke dirinya sendiri.
Adjacent matrix biasanya digunakan untuk mempresentasikan graph yang
a. Jika G adalah graph yang mempunyai n vertex v1 sampai vn , maka diperlukan
matrix dengan orde n x n.
b. Komponen adjacent matrix :
aij = jika ada edge antara vi dan vj
aij = 0 lainnya
Gambar 2.1 Contoh Graph Adjacent Matr ix
Dari gambar di atas adjacent matrix untuk di arahkan grafik (undirectes graph)
adalah :
a. Bersifat simetri atau diagonal
b. Disimpan sebagai susunan segitiga
c. Degree vertex i = jumlah komponen
Komponen pada matrix i
Jumlah baris 1 = 3
Berarti jumlah degree verteks 1 = 3
Gambar 2.2 Contoh Graph Adjacent Matr ix 0 1 3 2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
V2 V3 V4 V5 V1V1 V2 V3 V4 V5
V1 0 1 0 1 1
V2 0 0 0 1 0
V3 0 0 0 0 1
V4 0 0 0 0 0
Penjelasan :
• Jumlah komponen pada 1 baris adalah jumlah edge berasal dari verteks baris
tersebut/out-degree (Σ baris V1 = 3)
• Jumlah komponen pada 1 kolom adalah jumlah edge yang yang menuju ke verteks
kolom tersebut /in-degree (Σ kolom V4 = 2).
Dalam hal ini metode adjacent matrix digunakan untuk menentukan lokasi
strategis. Agar tercapainya hubungan yang terdekat antara titik simpul satu dengan
yang lain. Maka dalam penentuan lokasi strategis dengan menggunakan metode
adjacent matrix di ambil hasil terkecil/jarak terpendek untuk dijadikan tempat lokasi.
Elemen-elemen yang dimasukkan kedalam metode adjacent matrix yang untuk
menentukan lokasi strategis adalah jarak dari titik simpul ke titik simpul lain, dengan
keterangan :
• Di isi 9999 bila tidak ada hubungan antara simpul satu ke simpul lain.
Keterangan : 9999 diambil dari jumlah digit dari angka perhitungan.
• Di isi jarak bila ada hubungan antara simpul satu ke simpul lain.
Langkah-langkah membuat adjacent matrix :
a. Buat matrix dengan dimensi jumlah simpul n dan masukkan setiap simpulnya,
b. Masukkan angka jarak jika dua simpul mempunyai hubungan, jika tidak
masukkan angka 9999.
c. Hitung sampai didapat hasi terkecil.
d. Buat tabel pemetaanya yang berisi simpul dan edge (tepi) yang dituju.
2.3 Metode Tr avel Demand
Travel demand adalah gerakan perjalanan berbasis aktifitas-pola atau
kegiatan-penjadwalan. Menyebabkan munculnya elemen terkait dalam tur. Sebuah
tur didefinisikan sebagai perjalanan yang mengambil traveler dari rumah untuk
serangkaian kegiatan dan kembali kerumah.
Dalam suatu perkotaan cakupan penerapan travel demand busa pada
pusat-pusat aktifitas atau koridor-koridor tertentu. Penyebaran pusat-pusat-pusat-pusat aktifitas dan
bentuk koridor yang ada berkaitan erat dengan struktur jaringan transportasi yang
tersedia. Metode travel demand dalam kaitan ini busa dikelompokkan ke dalam sisi
penyediaan yang menyangkut karakteristik aktivitas perkotaan yang ada.
Dari sisi penyediaan travel demand terutama dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas dari sistem transportasi. Melalui peningkatan efisiensi dan
efektifitas pemanfaatannya. Dari sisi kebuuhan travel demand dimaksudkan untuk
mengurangi kebutuhan akan kendaraan atau luas jalan dengan cara meningkatkan
okupansi kendaraan atau mengurangi jumlah perjalanan. Yang dimaksud dengan
mengurangi jumlah perjalanan disini bisa berupa memperkecil jarak perjalanan
2.3.1 Teknik Sampling
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan purposive sampling,
yaitu metode pengambilan sampel dimana peneliti mempunyai pertimbangan
tertentu dalam menetapkan contoh sesuai dengan tujuan penelitiannya. Besarnya
contoh yang diambil dari populasi sangat tergantung pada tujuan penelitian, jenis
instrument yang digunakan, permintaan perjalanan. Pada waktu pengambilan sampel
penilitian memberikan batasan terhadap responden yang berstatus melakukan
perjalanan atau yang melakukan serangkaian kegiatan aktifitas, berumur 18 (delapan
belas) tahun, diharapkan sudah mampu membuat keputusan dengan logika yang
sehat.
2.3.2 Kuisioner
Metode ini menggunakan metode survey dengan membagikan kuisioner.
Kuisioner yang dipersiapkan dalam penilitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan
berstruktur yang terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :
• Bagian A berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden
• Bagian B berisi pertanyaan mengenai presepsi pengunjung tentang pemilihan
moda.
• Bagian C berisi tentang presepsi pengunjung tentang permintaan perjalanan dan
waktu perjalanan.
Teknik pengisian kuisioner oleh responden adalah peniliti memandu responden
untuk mengisi tahapan kuisioner atau mewancarai responden berdasarkan tahapan
2.3.4 Pengolahan Data
Data tersebut yang kemudian dipakai untuk membuat estimasi kurva
permintaan hipotesis perjalanan. Daerah kurva terbesar itulah nilai besarnya
permintaan perjalanan. Dan untuk menentukan efisiensi sistem transport yang akan
memberikan berbagai kemungkinan pilihan aksesibilitas yang dapat meminimalkan
dampak negatif perjalanan, merubah pola perjalanan yang ada untuk mencapai
sasaran efisiensi dan efektifitas, perencanaan untuk memaksimalkan kapabilitas
pergerakan pada sistem transportasi dengan menaikkan jumlah orang dalam
kendaraan atau dengan mempengaruhi waktu perjalanan, dan suatu alat berupa
kebijakan, program dan tindakan yang diimplementasikan untuk menaikkan
pengguna kendaraan berkapsitas tinggi dan/atau penyebaran waktu perjalanan
sepanjang hari, dan suatu intervensi untuk modifikasi pengambilan keputusan untuk
melakukan perjalanan sehingga dapat tercapai tujuan yang berupa pilihan perjalanan
dan pengguna jenis alat transportasi tertentu menimbulkan dampak positif dari segi
sosial, ekonomi dan lingkungan serta mengurangi dampak negatif dari perjalanan.
2.4. Klasifikasi Ter minal
2.4.1 Klasifikasi Ter minal Menur ut J enis Angkutannya
Berdasarkan jenis angkutannya, terminal dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Terminal Penumpang
Adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan
penumpang, perpidahan intra dan atau antar moda transportasi serta pengaturan
2. Terminal Barang
Adalah prasarana transporatasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat
barang serta perpindahan intra dan atau antar moda transportasi.
2.4.2 Klasifikasi Ter minal Menur ut Fungsi Pelayanannya
Berdasarkan fungsi pelayanannya , terminal penumpang dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Termina Tipe A
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk antar kota antar propinsi, dan atau
angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota
dalam pedesaan.
2. Terminal Tipe B
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi,
angkutan kota dan angkutan pedesaan.
3. Terminal Tipe C
Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
2.4.3 Klasifikasi Ter minal Menur ut Per anannya
Menurut peranannya, terminal dapat diklasifikasikan dalam 2(dua) jenis, yaitu
:
1. Terminal Primer
Adalah terminal untuk melayani arus penumpang dan barang dengan jangkauan
2. Terminal Sekunder
Adalah terminal untuk melayani arus penumpang dan barang yang bersifat lokal
dan atau melengkapi kegiatan terminal primer.
2.5 Fungsi Ter minal
Fungsi Terminal Transportasi Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur :
1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu,
kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan
lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah segi dari perencanaan dan manajemen
lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari
kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan
umum.
3. Fungsi terminal bagi operator / pengusaha, adalah untuk pengaturan operasi bus,
penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas
2.6 Penentuan Lokasi Ter minal
Penentuan lokasi terminal harus memperhatikan :
1. Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum
jaringan transportasi jalan.
2. Rencana umum tata ruang.
3. Kedatangan lalu lintas dan kapasitas jalan sekitar terminal.
4. Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.
5. Kelestarian lingkungan.
2.7 Kr iter ia Pembangunan Ter minal
Pembangunan terminal dilengkapi dengan :
1. Rencana bangun terminal.
2. Analisa dampak lalu lintas.
3. Analisa mengenai dampak lingkungan.
Dalam rencana bangun terminal penumpang harus memperhatikan :
1. Fasilitas penumpang yang disyaratkan.
2. Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukan
lainnya, misalnya pertokoaan, perkantoran sekolah dan sebagainya.
3. Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal.
4. Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan
antar kota dalam propinsi, angkutan kota dalam pedesaan.
2.8 Kr iter ia Per encanaan Ter minal
1. Sistem sirkulasi lalu lintas dalam perencanaan terminal bus harus diperhatikan :
a. jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan
mudah.
b. jalan masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah
dengan keluar masuk kendaraan.
c. kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak
perlu.
Sistem sirkulasi kendaraan didalam ditentukan berdasarkan :
a. Jumlah arah perjalanan.
b. Frekuensi perjalanan.
c. Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang.
Sistem sirkulasi ini juga harus di tata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan
dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.
2. Pemungutan retribusi terminal harus tidak menimbulkan kemacetan atau
menghalangi sirkulasi lalu lintas.
3. Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran
sirkulasi bus dengan memperhatikan keamanan penumpang.
4. Luas bangunan, ditentukan menurut kebutuhan jam puncak berdasarkan jam
puncak adalah :
a. Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan
pengelola terminal.
b. Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang
5. Tata ruang dalam dan luar terminal harus memberi kesan nyaman dan akrab.
6. Luas pelataran terminal ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam puncak, yang
meliputi :
a. Frekuensi keluar masuk kendaraan.
b. Kecepatan waktu naik / turun penumpang.
c. Kecepatan waktu bongkar / muat barang.
d. Banyaknya jurusan yang perlu ditampung dalm sistem jalur.
7. Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus di atas sedemikian rupa sehingga
rasa nyaman, mudah dicapai, lancar dan tertib, ada beberapa jenis sistem tipe
dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah :
a. Sejajar, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang
satu dan berangkat pada ujung yang lain.
b. Tegak lurus, tegak lurus bus – bus diparkir dengan muka menghadap ke
platform maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk
tegaklurus terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform.
Untuk masing – masing jenis parkir kendaraan ini dapat diliahat pada gambar di
Gambar 2.3. J enis-jenis par kir kendar aan pada ter minal
Sumber : Menuju lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib, (Departemen perhubungan, hal 99)
Berdasarkan penempatan fasilitas parkir dibagi atas :
1. Parkir dibadan jalan (on street parking)
a. Pada tepi jalan tanpa pengendalian parkir.
b. Pada kawasan parkir dengan pengendalian parkir.
2. Parkir diluar badan jalan (off street parking)
a. Fasilitas parkir untuk umum adalah tempat yang berupa gedung parkir atau
taman parkir untuk umum yang diusahakan sebagai kegiatan tersendiri.
b. Fasilitas parkir sebagai fasilitas penunjang adalah tempat yang berupa gedung
parkir atau taman parkir yang disediakan untuk penunjang kegiatan pada
bangunan utama.
[image:30.612.165.465.85.353.2]Ukuran bus juga mempengaruhi dalam merencanakan parkir di terminal,
untuk ukuran bus dapat dilihat pada tabel 2.2. dan dari ukuran bus standar
ditambahkan 0.5 m pada samping kiri-kanan dan muka-belakang. Agar terlihat
teratur maka kendaraan parkir ditempatkan pada kotak-kotak yang telah ditentukan.
Seperti gambar di bawah ini untuk bus standar yaitu angkutan umum dengan badan
tunggal menggunakan dua garden, enam buah roda yang mempunyai kapasitas antara
50 atau 80 orang dengan jumlah maksimum tempat duduk 53 kursi.
W = 2.5 m
12 m
Gambar 2.4 Uk uran Bus Standar t
Maka berdasarkan ukuran bus standar didapatkan ukuran kotak parkir
dengan menambahkan masing-masing sebesar 0.5 m pada samping kiri-kanan dan
muka-belakang. Sehingga ukuran kotak parkir menjadi :
W
L
Gambar 2.5 Ukuran Bus Par kir
Maka L = (12 + 2) x 0.5 = 13 m.
[image:31.612.154.423.305.414.2]Pada terminal digunakan dua macam kedudukan kotak parkir yaitu kotak
parkir bersudut dan kotak parkir berjajar. Kotak parkir sejajar digunakan pada tempat
penurunan penumpang bus antar kota, sedangkan kotak parkir bersudut digunakan
untuk parkir bus.
13 m 2 m 13 m 2 m 13 m
Gambar 2.6 Par kir Sejajar
Untuk kedudukan kotak parkir dengan sudut 450
Gambar 2.7 Parkir Ber sudut
2.9 Pembagian Daer ah dan Fasilitas Ter minal Penumpang
Daerah terminal pada dasarnya dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Daerah manfaat terminal adalah daerah yang diperuntukkan bagi kegiatan utama
terminal yaitu bongkar muat barang dengan naik turun penumpang serta parkir
kendaraan (umum) dan diamankan dari penggunaan lainnya yang mengganggu
Daerah manfaat terminal dari emplasemen yaitu seluas lahan yang diberikan
knstruksi perkerasan dengan pengguanaan hanya untuk kegiatan bongkar muat
barang maupun naik turunnya penumpang dan parkir kendaraan (penumpang
umum).
b. Daerah milik terminal adalah daerah diluar manfaat terminal, secara setatus
dimiliki oleh terminal, diperuntukan bagiaan yang menunjang kegiatan terminal,
dibatasi dengan pagar untuk menunjukan wilayah terminal.
Peruntukan daerah milik terminal, terdiri atas :
- Bangunan / ruang tunggu terminal.
- Pergudangan (untuk terminal angkutan barang).
- Bangunan kantor terminal.
- Bangunan lainnya yang diizinkan sesuai dengan kepentingan (kios, toilet).
c. Daerah pengawasan terminal adalah daerah/areal diluar daerah milik terminal
lahannya secara setatus tidak dimiliki oleh terminal, tetapi pengguanaan dan
peruntukannya diawasi agar tidak mengganggu kegiatan terminal dan sisitem lalu
lintas secara keseluruhan. Hal-hal yang mengganggu misalnya mobil umum yang
mengganggu penumpang terminal, bongkar muat dan parkir kendaraan diluar
terminal sehingga mengganggu lalu lintas dijaringan jalan yang menghubungkan
terminal.
Fasilitas terminal penumpang terdiri dari fasilitas utama dan penunjang.
Fasilitas utama terminal penumpang terdiri atas :
a. Jalur pemberangkatan kendaraan umum.
c. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk
didalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum.
d. Bangunan kantor terminal.
e. Tempat tunggu penumpang dan atau pengantar.
f. Menara pengawas.
g. Loket penjualan karcis.
h. Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk
jurusan, tarif dan jadwal perjalanan.
i. Peralatan parkir kendaraan pengantar dan atau taksi.
Fasilitas penujang terminal adalah :
a. Kamar kecil.
b. Mushola.
c. Kios/kantin.
d. Ruang pengobatan.
e. Ruang informasi dan pengaduan .
f. Telepon umum.
g. Tempat penitipan barang.
h. Taman.
2.10 Per syar atan Teknik Ter minal
a. Terminal Penumpang Tipe A
- Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek antar kota
anatr provinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara.
- Jarak antara dua terminal penumpang terminal tipe A sekurang-kurangnya 20
km di Pulau Jawa, 30 km di pulau Sumatra dan 50 km di pulau lainnya.
- Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya di Pulau Jawa dan Sumatra
seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas 3 Ha.
- Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
sekurang-kurangnya berjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya.
- Volume kendaraan sekitar 50 – 100 kendaraan/jam.
b. Terminal Penumpang Tipe B
- Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan
kota dalam provinsi.
- Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya
kelas III B.
- Jarak antara dua terminal penumpang terminal tipe B atau dengan terminal tipe
A, sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.
- Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya di Pulau Jawa dan Sumatra
seluas 3 Ha, dan di pulau lainnya seluas 2 Ha.
- Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
- Volume kendaraan sekitar 25 – 50 kendaraan/jam.
c. Terminal Penumpang Tipe C
- Terletak dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan
trayek angkutan pedesaan.
- Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi III A.
- Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sesuai
kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas disekitar terminal.
- Volume kendaraan sekitar 25 kendaraan/jam.
Kebutuhan luas terminal penumpang berdasarkan tipe dan fungsinya secara rinci
Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Ter minal (m2)
A. Kendar aan Tipe A Tipe B Tipe C
Ruang Parkir AKAP 1.120 - -
AKPP 540 540 -
AK 800 800 800
APES 900 900 900
Pribadi 600 500 200
Ruang Service 500 500 -
Pompah Bersih 500 - -
Sirkulasi Kendaraan 3.960 2.740 1.100
Bengkel 150 100 -
Ruang Istirahat 50 40 30
Gudang 25 20 -
Ruang parkir Cadangan 1.980 1.370 550
B. Pemakai J asa
Ruang Tunggu 2.625 2.250 480
Sirkulasi Orang 1.050 900 192
Kamar Mandi 72 60 40
Kios 1.575 1.350 288
Musholla 72 60 40
C. Oper asional
Ruang Adminitrasi 78 59 39
Ruang Pengawas 23 23 16
Loket 3 3 3
Peron 4 4 3
Retribusi 6 6 6
Ruang Informasi 12 10 8
Ruang P3K 45 30 15
Ruang Perkantoran 150 100 -
D. Ruang Lok et (tidak efektif) 6.653 4.890 1.554
Luas Total 23.494 17.255 1.463
Cud Pengembangan 23.494 17.255 5.463
Kebutuhan Lahan 46.988 34.510 10.296
kebutuhan Lahan Untuk Desain (Ha) 4,7 3,5 1,1
2.11 Pengelolaan Ter minal
Pengelolaan terminal penumpang yang harus dilakukan adalah
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengoperasian
terminal.
2.11.1 Per encanaan Ter minal Bar u
Kegiatan perencanaan terminal meliputi :
a. Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan.
b. Penataan fasilitas penumpang.
c. Penataan fasilitas penunjang terminal.
d. Perjanjian daftar rute dan tarif angkutan.
e. Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan.
f. Pengaturan jadwal petugas di terminal.
g. Evaluasi sistem pengoperasian terminal.
2.11.2 Pelaksanaan Oper asional Ter minal
Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal penumpang meliputi :
a. Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan umum didalam terminal.
b. Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut jadwal yang
telah ditetapkan.
c. Pemungutan jasa pelayanan terminal penumpang.
d. Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum kepada
penumpang.
2.11.3 Pengawasan Oper asional Ter minal
Pengawasan operasional terminal penumpang meliputi :
a. Pemantauan pelaksanaan tarif.
b. Pemeriksaan kartu pengwasan dan jadwal perjalanan.
c. Pemeriksaan kendaraan yang secara jelas tidak memenuhi kelayakan jalan.
d. Pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diijnkan.
e. Pemeriksaan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa angkutan.
f. Pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi.
g. Pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
h. Pemantauan pemanfaatan terminal sesuai dengan penentuannya.
i. Pencatatan jumlah kendaraan dan penumpang yang datang dan berangkat.
2.12 Tugas Dinas LLAJ di Ter minal
Dinas LLAJ mempunyai peranan penting dalam terminal, yaitu :
a. Dinas LLAJ Dati II meliputi UPT terminal melakukan penyelenggaraan terminal.
b. Kepala UPT terminal melakukan evaluasi dan optimasi terminal melalui :
- Pengaturan jalur-jalur pemberangkatan dan kedatangan bus, termasuk
pengaturan jumlah jalur untuk masing-masing trayek serta membuatkan daftar
kedatangan dan pemberangkatan bus tiap jalur.
- Pengaturan jalur lalu lintas bus, yaitu untuk bus yang bukan sebagai asal yang
akan melanjutkan perjalanan sesuai tujuan trayeknya.
- Pemisahan jalur bus untuk antar kota antar propinsi dengan bus antar kota
- Penataan jam keberangkatan pada masing-masing jalur untuk mengetahui
jumlah bus yang berada pada suatu terminal yang dikaitkan dengan persiapan
pemberangkatan.
- Penataan lay out terminal sedimikian rupa, sehingga penggunaan daerah
manfaat terminal dapat dilakukan seoptimal mungkin.
c. Mengatur jalur dan peralatan menurut rute/jurusan dengan cara melakukan
inventarisasi luas pelataran terminal dan penataan pelataran terminal dengan
memperhatikan :
- Tempat parkir bus menunggu memasuki jalur pemberangkatan.
- Jalur-jalur pemberangkatan menurut masing-masing jurusan.
- Masing-masing jalur perkerasan diberi tanda dengan huruf dan angka.
- Pada masing-masing jalur dipasang papan petunjuk jurusan yang ditempatkan
sedemikian agar mudah dilihat pengguna jasa.
- Mengatur bus ekonomi dan non ekonomi secara terpisah.
d. Mengatur pemberangkatan menurut jadwal pemberangkatan.
e. Melakukan pencatatan jumlah penumpang dan kendaraan yang keluar masuk
dengan mengisi buku pencatatan yang berisi nomor urut, nomor kendaraan, nama
perusahaan, jam keberangkatan dan kedatangan serta jumlah penumpang.
f. Menyajikan daftar trayek dan tarif.
g. Memantau pelaksanaan tarif angkutan.
2.13 J enis Kendaraan dan Inter ak si Antar Moda
Ukuran bus akan menentukan tempat pemberhentian dan luas areal
perputaran bus. Ukuran bus sangat menentukan pola dalam perencanaan terminal
karena banyak pengaruh terhadap luas terminal dan efisiensi operasional terminal.
Ukuran bus yang secara umum terdapat di Indonesia dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Ukur an Bus Di Indonesia
No J enis Kendaraan Ukuran (mm)
Panjang Lebar Tinnggi
1 Bus Kecil 4000-6000 1500-1750 1700-1800
2 Bus Sedang 6000-8000 1750-2000 2600-2800
3 Bus Besar Lantai Tunggal 9000-12000 2225-2500 3000-3300
4 Bus Besar Lantai Ganda 9800 2400 4250
Sumber Ditjen Hubdat, 1985
Salah satu hal penting dalam suatu sistem transportasi adalah
penempatan lokasi terminal yang tepat. Dampak kesalahan lokasi akan berpengaruh
kepada kualitas pelayanan transportasi. Oleh karena pada persimpangan (junction)
antar moda angkutan akan lebih baik untuk dialokasikan terminal.
Untuk mencapai sistem transportasi perkotaan yang efektif dan
efisien, keterpaduan pelayanan antar moda perlu ditingkatkan. Pengembangan dan
keterpaduan jaringan dan pelayanan moda jalan raya, kereta api, laut dan udara yang
terintegrasi pada titik simpul sebagai titik aksebilitas terhadap berbagai moda dalam
berbagai tingkat pelayanan, sehingga tercipta keterpaduan jaringan pelayanan dan
Pada terminal Lamongan, interaksi antar moda yang terjadi adalah
interaksi dalam perpindahan antar moda satu dengan moda lainnya yang berbentuk
dari suatu jenis kendaraaan ke jenis kendaraan lain yang kesemuanya dilakukan
dalam satu moda jalan raya/darat. Perpindahan ini berupa perpindahan rute/jurusan
baik yang datang dari dalam kota maupun luar kota sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
2.14 Per amalan
Untuk menentukan analisa kebutuhan ruang, maka jumlah kendaraan
dan penumpang pada umur rencana perlu diketahui. Untuk mengetahui jumlah
penumpang dan kendaraan tersebut dilakukan peramalan berdasarkan data-data yang
ada, yang menunjukan perkembangan kendaraan dan penumpang bus antar kota.
Pada peramalan ini digunakan cara regresi linier, cara ini diambil karena mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan cara lain :
- Mudah untuk meramal data-data yang kurang teratur pertumbuhannya.
- Baik untuk data yang kurang jelas kecenderungan (linier atau non linier).
- Mudah dilakukan pengecekan dengan angka korelasi.
Perumusan regresi linier yaitu :
y = a + b . x ………...…
(2.1)
dimana :
y = nilai tren metode tertentu.
a = pertambahan tren tambahan.
b = nilai tren periode dasar.
Nilai a dan b dapat dicari :
x = .
y = .
b = . . – . .
. .
a = y – b.x
2.15 Kapasitas Tingkat Pelayanan
Morlok (1987) menjelaskan bahwa kapasitas terminal merupakan
ukuran dari volume lalu lintas yang ditampung terminal. Salah satu dari karakteristik
yang menonjol pada terminal penumpang dan barang adalah kedatangan
satuan-satuan lalu lintas dengan headway (selang waktu) yang bervariasi. Pada banyak
kegiatan di terminal, pelayanan mempunyai kapasitas yang sangat terbatas, dan
apabila kendaraan akan menggunakannya pada periode waktu dimana pelayanan ini
tidak dapat menampungnya maka kendaraan tersebut harus menunggu. Waktu
menunggu ini harus ditambahkan dengan waktu pelayanan sebenarnya untuk dapat
menunjukan waktu sebenarnya yang digunakan oleh suatu kegiatan. Menunggu atau
antrian ini sangat umum terdapat pada terminal transportasi.
Kapasitas pada dasarnya merupakan ukuran dari volume yang melalui
terminal. Ada dua konsep kapasitas terminal, yaitu untuk konsep pertama,
harus terdapat kendaraan yang menunggu untuk memasuki tempat pelayanan segera
mungkin sesudah tempat pelayanan segera mungkin sesudah tempat ini tersedia.
Selain itu, tertahannya arus yang besar tadi akan mengakibatkan berbagai kelambatan
yang sangat mengganggu lalu lintas yang keterlambatannya tidak dapat diterima.
Sedang untuk konsep kedua, yaitu volume maksimum yang masi dapat ditampung
dengan waktu menunggu/kelambatan masih dapat diterima.
Tingkat pelayanan angkutan umum biasanya dinyatakan dalam
parameter, antara lain : kehandalan (reability), waktu perjalanan dan kualitas
perjalanan. Parameter-parameter di atas mengisyaratkan pentingnya dua faktor
utama, yaitu waktu dan ketepatan waktu, serta jenis kendaraan dan pelayanannya.
Tempat pelayanan di terminal bus kota dalam melayani penumpang
mempunyai kapasitas sangat terbatas dan waktu proses yang berada. Apalagi satuan
lalu lintas datang dan menggunakannya pada waktu pelayanan tidak dapat
menampungnya, maka satuan lalu lintas tadi harus menunggu. Hal ini terjadi pada
arus lalu lintas puncak yaitu pada saat pagi hari dan sore hari ataupun pada kondisi
khusus yaitu pada saat liburan dan hari raya, dimana kebutuhan penumpang bus akan
meningkat.
Dari rata-rata kedatangan dan waktu rata-rata dalam sistem (waktu tunggu
rata-rata dan waktu pelayanan rata-rata), jumlah tempat mengantri bus yang datang
dapat diketahui, jadi daya tampung terminal tersebut dan fungsinya melayani lalu
2.15.1 Distr ibusi yang Ter jadi di Ter minal
Dalam melaksanakan evaluasi yang biasa terjadi di terminal yang
diperlukan, yaitu :
A.Distribusi Kedatangan.
Salah satu pola kedatangan yang paling sering bila kedatangan di
distribusikan secara acak adalah probablitas poisson, dimana distribusi ini
menggambarkan jumlah kedatangan per unit waktu.
Di terminal pada umumnya mempunyai pola kunjungan angkutan
yang random (acak), yaitu tidak adanya ketergantungan antara satu kendaraan
dengan kendaraan lainnya. Jadi distribusi kedatangan kendaraan digambarkan
dengan fungsi probabilitas poisson.
B.Model Pelayanan.
Tahap tunggal merupakan model penanganan sistem yang paling
sederhana, dimana kendaraan dalam sistem melewati satu jenis pelayanan saja.
Model pelayanan tahap tunggal dapat dibedakan berdasarkan jumlah
1. pelayanan tahap tunggal dengan fasilitas saluran tunggal.
(A single stage, single chanel model)
Gambar 2.8 Bagan Model Pelayanan Tahap Tunggal, Fasilitas Salur an Tunggal
sumber : morlok, 1978
untuk pelayanan fasilitas saluran tunggal, berarti fasilitas pelayanan mempunyai satu
stasiun.
2. pelayanan tahap tunggal, fasilitas saluran jamak.
(A single stage, multi chanel model)
Gambar 2.9 Bagan Model Pelayanan Tahap Tunggal, Fasilitas Salur an J amak
sumber : morlok, 1978
Kendaraan Antrian Fasilitas
Pelayanan
Kendaraan telah terlayani
Kendaraan Antrian
Fasilitas Pelayanan
Kendaraan telah terlayani
C.Model Antrian
Untuk terminal bus Lamongan menggunakan model pelayanan tahap
tunggal dengan fasilitas saluran jamak/ganda (n = 2). Alasan mempergunakan model
ini karena di terminal Lamongan kendaraan yang masuk terbagi atas dua saluran
pelayanan, yaitu pelayanan pada terminal dalam kota 1 dan dalam kota 2. Dan
masing-masing kendaraan tidak dapat pindah dari satu jalur kelajur lainnya sesuai
yang telah ditentukan dan pelayanannya dilakukan dengan sistem yang pertama
masuk, pertama dilayani terlebih dahulu.
2.15.2 Teor i Antr ian
Teori antrian memberikan suatu informasi yang berguna dalam mendesain
dan menganalisa dari suatu pelayanan. Ada beberapa contoh mengenahi situasi
antrian, baik yang bersifat individu maupun ganda dan beberapa kombinasi yang
memberikan suatu dasar untuk menganalisa beberapa masalah lalu lintas, antara lain:
a. Pada jalur masuk terminal bus terdapat antrian kendaraan yang akan masuk ke
dalam terminal.
b. Pada halte bus, dimana bus-bus berhenti sejenak untuk menaikan dan menurunkan
penumpang.
c. Pada persimpangan lalu lintas, pada saat persimpangan jalan mendapatkan lampu
d. Pada gerbang-gerbang tol bebas hambatan
Secara umum antrian terjadi karena adanya kedatangan arus yang
membutuhkan pelayanan pada suatu fasilitas pelayanan, dimana pada waktu
kedatangan ada kemungkinan langsung dilayani atau harus menunggu jasa pelayanan
dibandingkan dengan kebutuhan.
Sistem antrian mempunyai sifat khas yang mempengaruhi hasil dari antrian
tersebut, yaitu :
A.Pola Kedatangan
Cara dimana kendaraan-kendaraan memasuki sistem antrian merupakan
pola kedatangan, dimana kedatangannya mungkin konstan atau tidak beraturan.
B.Pelayanan
Waktu yang digunakan untuk melayani kendaraan dalam satu sistem
antrian disebut waktu pelayanan. Waktu ini dapat pola konstan, tetapi sering tidak
beraturan sedangkan saluran pelayanan menunjukan jumlah jalur antrian untuk
mendapatkan pelayanan pada satu tahap pelayanan.
C.Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan pada suatu sistem diperlukan untuk megetahui
bagaimana perioritas pelayanan yang dipilih pada suatu sistem antrian. Dalam sistem
transportasi biasanya dilakukan dengan cara yang pertama datang akan pula yang
dilayani, tetapi dalam sistem lain kemungkinan yang datang pertama akan paling
akhir dilayaninya. Dalam istilah teori antrian (Morlok, 1978) yang pertama disebut
“pertama masuk, pertama keluar” (First in - First out/FIFO), sedang kedua disebut
Untuk khusus antrian pada tempat pelayanan tunggal dengan kedatangan
poisson, waktu pelayanan eksponetial negatif dan diisplin FIFO, berbagi ukuran dari
prestasi antrian ini terlihat, karena distribusi poisson hanya mempunyai satu
parameter yaitu nilai rata-rata dan tingkat pelayanan rata-rata. Keduanya dinyatakan
dalam satuan lalu lintas persatuan waktu. Misalnya kendaraan per jam headway.
Kendaraan rata-rata ialah dan waktu pelayanan rata-rata ialah
.
Harus diketahuibahwa rata-rata lebih besar dari pada waktu pelayanan rata-rata
.
oleh karenaitu tempat pelayanan tidak selalu dipakai. Headway keberangkatan rata-rata harus
sama dengan kedatangan rata-rata
.
Maka tidak ada satuan-satuan lagi yangdapat berangkat kecuali satuan-satuan yang tiba. Dimana ρ sama dengan
menyederhanakan persoalan, ρ disebut intensitas lalu lintas dan harus lebih kec il dari
1,0 kalu tidak maka antrian akan makin panjang dengan bertambahnya waktu dan
sauatu keadaan tetap.
Rumusan teori antrian single adalah sebagai berikut :
a. Kemungkinan terdapat n kendaraan dalam sistem jumlah kendaraan dalam
sistem meliputi kendaraan yang antri dan kendaraan yang akan dilayani.
P (n) =
1
−
=
(ρ) n (1 - ρ)………... (2.2)b. Jumlah rata-rata kendaraan didalam sistem (n)
c. Var (n) jumlah kendaraan didalam sistem
Var (n) = .
( ) = ( ) ………...…………... (2.4)
d. Panjang antrian rata-rata (q)
q =
( ) = ( ) ………...………...
(2.5)
e. Kemungkinan untuk memakai waktu didalam sistem
f (d) = (μ - )e( - μ )d ………...……...
(2.6)
f. Waktu rata-rata yang digunakan dalam sistem
d = ………...……...
(2.7)
g. Waktu tunggu rata-rata didalam antrian
w =
( ) = d - ………...…... (2.8)
dimana :
= jumah rata-rata kendaraan yang tiba per satuan waktu.
μ = tingakat pelayanan rata-rata, jumlah kendaraan kendaraan persatuan waktu
ρ = intensitas lalu lintas atau faktor pemakaian =
Untuk kasus antrian pada tempat pelayanan jamak dengan kedatangan
poisson, waktu pelayanan eksponential negatif dan disiplin FIFO, maka dipakai
a. Kemungkinan terdapatnya tepat n kendaraan didalam sistem untuk 0 ≤ n ≤ k
P(n) =
!
p(0)
………... (2.9) b. Jumlah rata-rata didalam sistemn =
( )!( )
(0) +
…..………... (2.10)c. Panjang antrian rata-rata
q =
( )!( )
(0)
…..………... (2.11)d. Waktu rata-rata yang digunakan didalam sistem
d =
( )!( )
(0) +
…..………... (2.12)e. Waktu menunggu rata-rata yang digunakan dalam sistem
w =
( )!( )
(0)
…...………... (2.13)dimana :
k = jumlah stasiun pelayanan atau saluran pelayanan, masing-masing mempunyai
tingkat pelayanan μ .
k = tingkat kedatangan rata-rata per stasiun.
= k. k
ρ = .
D.Disiplin Antrian
Jumlah kendaraan yang masuk pada suatu sistem antrian dibagi menjadi
Batas panjang antrian sendiri tergantung kemampuannya melayani arus
yang datang, yaitu terbatas dan tidak terbatas.
2.15.3 Time Table dan Lay Over Time
Time table adalah waktu yang telah ditentukan lamanya kendaraan/bus berada didalam terminal. Time table ini diharapkan tidak terjadi penumpukan
kendaraan didalam terminal sehingga membuat kondisi terminal penuh. Waktu yang
ditentukan biasanya berkisar 1 – 15 menit. Apabila ini terlewati maka pihak yang
bertugas di terminal segera mengusir bus keluar terminal.
Sedangkan pengertian lay over time secara umum adalah :
- Waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk menaikan ataupun menurunkan
penumpang di terminal.
- Waktu untuk memberikan pengemudi istirahat.
- Waktu untuk menyesuaikan jadwal.
Namun pada kenyataan waktu lay out time ini terkadang akan menghambat
sirkulasi didalam terminal yang mengakibatkan terjadinya penumpukan jalur
pemberangkatan. Hal ini dikarenakan sikap para pengemudi yang sengaja
2.16 Analisa Antr ian Pember angkatan Bus Antar Kota
Pada terminal Lamongan pola kedatangan bus antar kota dapat dilihat pada
skema di bawah ini.
Ga mbar 2.10 Skema Bus dalam Terminal
Pada skema tersebut, ada dua alternatif yaitu bus datang menurunkan
penumpang lalu ke pool/garasi. Ada juga bus datang menurunkan penumpang lalu
lansung keluar terminal.
Untuk menentukan pelayanan masing-masing tempat pemberangkatan maka
digunakan rumus :
ρ =
dimana : ρ < 1, akan tercapainya keamanan dan antrian yang terbatas.
(Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, 1991) Bus Datang
Menurunkan Penumpang
Parkir Bus
Pemberangkatan Penumpang Garasi
2.17 Standar Ruang
Adapun kebutuhan ruang berbagi aktifitas didalam pengoperasian suatu
terminal adalah :
a. Ruang untuk lintas manusia
- Orang berjalan cepat agak berdesakan 0.75 m2/orang
- Orang dalam posisi normal tanpa berdesakan 1.875 m2/orang
b. Ruang istirahat 1.5 m2/orang
c. Tempat duduk tunggu diperkirkan ¼ jumlah penunggu standart kebutuhan ruang
0.65 m2/orang.
d. Toilet dan wastafel
- 1 toilet membutuhkan 1.275 m2.
- 1 wastafel 1 m2.
Berdasarkan survey dilapangan, maka :
- Menurunkan penumpang waktu ± 3 menit.
- Menaikan penumpang waktu ± 5 menit.
- Istirahat bus (kecil) = 1 jam
Stadart ruang untuk kantor :
- Petugas loket = 3 m2/orang.
- Keuangan dan adminitrasi = 5 m2/orang.
- Ruang kepala = 3 m2/orang.
- Ruang keamanan = 3 m2/orang.
- Parkir mobil.
- Parkir sepeda motor.
- Kios
Direncanakan untuk pengguna fasilitas umum yang ada
- 1 telepon umum untuk melayani = 100 orang.
- 1 toilet untuk melayanai wanita = 40 orang.
- 1 toilet untuk melayani pria = 60 orang.
- 1 wastafel melayani = 60 orang.
- 1 toilet umum melayani umum.
2.18 Garasi / Pool Bus
Salah satu dari fasilitas utama yaitu garasi/pool bus, dimana jumlah
kapasitas dari garasi/pool bus untuk terminal cukup besar ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya, jaringan kerja, besarnya armada angkutan, metode perawatan,
luas tanah yang tersedia. Seluruh garasi besar selalu mempunyai fasilitas pencucian,
BAB III
METODOLOGI PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam penulisan mengenai analisa kapasitas dan
tingakat pelayanan pada terminal Lamongan didasarkan pada empat tahapan
penelitian secara garis besar, yaitu :
1. Permasalahan
2. Inventaris data
3. Metode analisa dan perhitungan
4. Kesimpulan dan saran
1.1. Per masalahan
Penulis tugas akhir ini merencanakan lokasi terminal Lamongan dengan
menggunakan metode adjacent matrix. Dan merencanakan terminal Lamongan
dengan mengguanakan metode travel demand untuk mengetahui permintaan
perjalanan masyrakat disekitar Lamongan.
1.2. Inventar is Data
1.2.1. Data Pr imer
Dalam memperoleh data primer dilakukan dengan membuat rencana survei
lapangan yaitu melakukan pendataan langsung dilokasi atau lapangan. Data yang
diperlukan antara lain jumlah bus, MPU dan angkutan kota yang masuk terminal
1.2.2. Data Sekunder
Data-data instusi terkait yang telah melakukan survei pada lokasi tersebut,
sehingga data yang didapat merupakan data sekunder. Data-data tersebut diperoleh
dari sumber :
1. Ditjen Perhubungan Kota Lamongan.
2. Bagian Arsip Terminal Lamongan
1.3. Metode Analisa Hitungan
3.3.1 Metode adjacent matr ix
Adjacent matrix biasanya digunakan untuk mempresentasikan graph yang
berukuran besar. Dan graph adjacent matrix adalah sebagai berikut :
a. Jika G adalah graph yang mempunyai n vertex v1 sampai vn , maka diperlukan
matrix dengan orde n x n.
b. Komponen adjacent matrix :
aij = jika ada edge antara vi dan vj
aij = 0 lainnya
Gambar 3.1 Contoh Graph Adjacent Matr ix 0
1
3
2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
Dari gambar di atas adjacent matrix untuk di arahkan grafik (undirectes graph)
adalah :
a. Bersifat simetri atau diagonal
b. Disimpan sebagai susunan segitiga
c. Degre vertex i = jumlah komponen
Komponen pada matrix i
Jumlah baris 1 = 3
Berarti jumlah degree verteks 1 = 3
Gambar 3.2 Contoh Graph Adjacent Matr ix
Penjelasan :
Jumlah komponen pada 1 baris adalah jumlah edge berasal dari verteks baris
tersebut/out-degree (Σ baris V1 = 3)
Jumlah komponen pada 1 kolom adalah jumlah edge yang yang menuju ke verteks
kolom tersebut /in-degree (Σ kolom V4 = 2). V2
V3
V4 V5
V1 V1 V2 V3 V4 V5
V1 0 1 0 1 1
V2 0 0 0 1 0
V3 0 0 0 0 1
V4 0 0 0 0 0
Dalam hal ini metode adjacent matrix digunakan untuk menentukan lokasi
strategis. Agar tercapainya hubungan yang terdekat antara titik simpul satu dengan
yang lain. Maka dalam penentuan lokasi strategis dengan menggunakan metode
adjacent matrix di ambil hasil terkecil untuk dijadikan tempat lokasi.
Elemen-elemen yang dimasukkan kedalam metode adjacent matrix yang untuk
menentukan lokasi strategis adalah jarak dari titik simpul ke titik simpul lain, dengan
keterangan :
- Di isi 9999 bila tidak ada hubungan antara simpul satu ke simpul lain.
Keterangan : 9999 diambil dari jumlah digit dari angka perhitungan.
- Di isi jarak bila ada hubungan antara simpul satu ke simpul lain.
Langkah-langkah membuat adjacent matrix :
1. Buat matrix dengan dimensi jumlah simpul n dan masukkan setiap simpulnya,
2. Masukkan angka jarak jika dua simpul mempunyai hubungan, jika tidak
masukkan angka 9999.
3. Hitung sampai didapat hasi terkecil.
4. Buat tabel pemetaanya yang berisi simpul dan edge (tepi) yang dituju.
3.3.2 Metode Travel Demand
Metode ini menggunakan metode survey dengan membagikan kuisioner.
Kuisioner yang dipersiapkan dalam penilitian ini berisi pertanyaan-pertanyaan
berstruktur yang terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :
• Bagian A berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden
• Bagian B berisi pertanyaan mengenai presepsi pengunjung tentang pemilihan
moda.
• Bagian C berisi tentang presepsi pengunjung tentang permintaan perjalanan dan
waktu perjalanan.
Teknik pengisian kuisioner oleh responden adalah peniliti memandu responden
untuk mengisi tahapan kuisioner atau mewancarai responden berdasarkan tahapan
bagaian kuisioner. Pertanyaan.
Data tersebut yang kemudian dipakai untuk membuat estimasi kurva
permintaan hipotesis perjalanan. Daerah kurva terbesar itulah nilai besarnya
permintaan perjalanan. Dan untuk menentukan efisiensi sistem transport yang akan
memberikan pelbagai kemungkinan pilihan aksesibilitas yang dapat meminimalkan
dampak negatif perjalanan, merubah pola perjalanan yang ada untuk mencapai
sasaran efisiensi dan efektifitas, perencanaan untuk memaksimalkan kapabilitas
pergerakan pada sistem transportasi dengan menaikkan jumlah orang dalam
kendaraan atau dengan mempengaruhi waktu perjalanan, dan suatu alat berupa
kebijakan, program dan tindakan yang diimplementasikan untuk menaikkan
pengguna kendaraan berkapsitas tinggi dan/atau penyebaran waktu perjalanan
sepanjang hari, dan sutu intervensi untuk modifikasi pengambilan keputusan untuk