• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Ibu Hamil yang Menderita Anemia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Ibu Hamil yang Menderita Anemia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyebab anemia pada kehamilan dan frekuensinya tergantung pada beberapa faktor seperti geografi, etnis, status gizi, status zat besi, dan suplemen zat besi

prenatal. Faktor lainnya adalah sosial ekonomi, seperti anemia lebih umum di

kalangan perempuan miskin. Sekitar 25 persen dari 48.000 wanita hamil Israel

memiliki tingkat hemoglobin <10 g / dL. Ren dan kolega menemukan bahwa 22

persen dari 88.149 wanita Tionghoa anemia pada trimester pertama. 1000

perempuan India, setengahnya adalah anemia di beberapa titik, dan 40 persen

selama kehamilan. Pentingnya terapi besi prenatal diilustrasikan oleh studi dari

Taylor dan rekan, yang melaporkan bahwa kadar hemoglobin pada jangka

rata-rata 12,7 g / dL pada wanita yang mengambil suplemen zat besi dibandingkan

dengan 11,2 g / dL bagi mereka yang tidak. Bodnar dan rekan kerja mempelajari

kohort 59.248 kehamilan dan menemukan prevalensi anemia postpartum dari 27

persen yang berkorelasi baik dengan anemia prenatal dan perdarahan saat

persalinan. Penyebab spesifik dari anemia penting ketika mengevaluasi efek pada

hasil akhir kehamilan.10

Anemia merusak kesehatan dan kesejahteraan untuk wanita serta meningkatkan

risiko hasil yang merugikan bagi ibu dan bayi. Anemia mempengaruhi setengah

miliar wanita usia reproduksi di seluruh dunia. Pada tahun 2011, 29% (496 juta)

dari wanita yang tidak hamil dan 38% (32.400.000) dari ibu hamil usia 15-49

tahun menderita anemia. Prevalensi anemia tertinggi di Asia selatan dan tengah

dan Afrika barat. Sementara penyebab anemia adalah variabel, diperkirakan

bahwa separuh dari kasus disebabkan oleh kekurangan zat besi. Dalam beberapa

hal, pengurangan yang cukup besar dalam prevalensi anemia telah dicapai;

(2)

diperlukan untuk mencapai target WHO yaitu pengurangan 50% dari anemia pada

wanita usia reproduksi tahun 2025.4,5

Secara global, prevalensi anemia turun 12% antara tahun 1995 dan 2011 - dari

33% menjadi 29% pada wanita tidak hamil dan dari 43% ke 38% pada wanita

hamil, menunjukkan bahwa ada kemajuan, tapi sekarang tidak cukup untuk

memenuhi tujuan tersebut. Oleh karena itu WHO mendesak negara-negara

meninjau kebijakan nasional, infrastruktur dan sumber daya dan bertindak untuk

menerapkan strategi untuk pencegahan dan pengendalian anemia..7

Berdasarkan Riskesdas 2013, terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil

dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama

antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).6

Berdasarkan survei anemia yang dilaksanakan tahun 2005 di 4 kab/kota di Sumatera Utara, yaitu Kota Medan, Binjai, Kab.Deli Serdang dan Langkat, diketahui bahwa 40,50% pekerja wanita menderita anemia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara menunjukkan kenaikan yaitu 62,22% pada tahun 2010 menjadi 75,15% pada tahun 2011 dan 77,37% pada tahun 2012. Peningkatan ini belum mampu mencapai target nasional yaitu 80%. Salah satu tantangan yang menyebabkan pencapaian cakupan Fe3 tidak optimal adalah tidak semua kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk pengadaan tablet Fe, sehingga dropping tablet Fe dari tingkat Pusat dan Provinsi Sumatera Utara tidak

mampu memenuhi kebutuhan Fe di semua kabupaten/kota.2

Anemia saling terkait dengan lima sasaran gizi global yang lain (stunting, bayi berat lahir rendah, childhood overweight, pemberian ASI eksklusif dan sindrom wasting). Secara khusus, kontrol anemia pada wanita usia subur sangat penting untuk mencegah berat badan lahir rendah dan kematian perinatal dan ibu, serta prevalensi penyakit di kemudian hari.1

(3)

kesehatan anak di Indonesia merupakan masalah. 153.681 bayi meninggal setiap tahun. Itu berarti setiap harinya ada 412 orang bayi meninggal sama dengan dua orang bayi meninggal setiap menit. Lima puluh empat persen penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi.25

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa 51% ibu hamil yang menderita anemia mempunyai

kecenderungan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).15

Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir. Jika dilihat dari hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan menjadi tiga. Pertama yakni kelompok bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi (kehamilan) <37 minggu (<259 hari).Kedua, bayi cukup bulan, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari). Kelompok ke tiga adalah bayi lebih bulan, ialah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (>294 hari).9

Bayi berat lahir rendah didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai badan saat lahir kurang dari 2500 g (5,5 lb). Bayi berat lahir rendah terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global dan berhubungan dengan berbagai konsekuensi baik jangka pendek dan panjang. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% sampai 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah bayi berat lahir rendah, yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.8

Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi

(4)

Hasil Dinkes Sumatera Utara tahun 2012 menyatakan bahwa persentase BBLR di Sumatera Utara sebesar 0,45%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di

Kabupaten Nias (4,70%) dan terendah di Kota Gunung Sitoli (0,00%).2

Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, dan termoregulasi.9

Berdasarkan uraian diatas bahwa anemia pada kehamilan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Salah satu komplikasi anemia pada kehamilan adalah BBLR pada bayi yang dilahirkan, Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang menderita anemia dan tidak menderita anemia

1.2 Rumusan Masalah

Anemia pada kehamilan adalah permasalahan yang sangat sulit diatasi.

Anemia dalam kehamilan berdampak pada kesejahteraan ibu dan janin baik pada masa hamil, bersalin dan masa nifas serta perkembangan dan pertumbuhan bayi yang dilahirkan. Anemia pada kehamilan akan menambah risiko kelahiran bayi berat badan lahir rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang menderita anemia.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Utama

Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir bayi dengan ibu hamil yang

menderita anemia dan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang

(5)

2. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang tidak anemia.

3. Mengetahui hubungan kejadian berat badan lahir rendah pada ibu hamil yang

menderita anemia berdasarkan prevalensi kelahiran bayi dari ibu anemia di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen

kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa

antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini

mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan

terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bagian pediatri RSUP H.

Adam Malik Medan agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas

kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah

sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh

pasien preeklampsia atau pasien lainnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat

digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.

4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi institusi Pendidikan

Bisa dijadikan bahan bacaan, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal

(6)

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai evaluasi dan suatu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya

melakukan asuhan dan pengobatan yang komperhensif terhadap penderita

Referensi

Dokumen terkait

Salatiga merupakan Kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Sektor pariwisata merupakan faktor penting bagi pendapatan daerah dan negara, karena selain memberikan

potensi kecerdasan danf atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembeiajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada

Daftar Singkatan Yang Digunakan Dalam Lampiran XI Keputusan Menteri

In this process, we firstly use CloudCompare to generate the rectified images from CMVS files, then, stitching them into mosaic image using Microsoft ICE.. Figure 5 shows the

4.15.2.Menugaskan Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepatuhan Internal untuk memantau pelaksanaan tugas dan usulan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan

For teaching purposes in remote sensing and photogrammetry, especially for practical exercises, we need quite a lot of different dedicated equipment (e.g. terrestrial

4.17.4.Menerima kembali daftar calon penerima Satyalancana Karya Satya dan penghargaan lainnya beserta surat pengantar yang telah ditandatangani Kepala

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B6, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech