• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KONFLIK PADA PASANGAN SAMA-SAMA BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik Keuangan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KONFLIK PADA PASANGAN SAMA-SAMA BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik Keuangan)."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan penyelesaian konflik, pada pasangan yang sama-sama bekerja dalam hal keuangan dengan menggunakan strategi manajemen konflik.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal, pola komunikasi suami dan istri serta strategi manajemen konflik Joseph A. De Vito.

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam ( Indepth interview ).

Disini metode kualitatif menggunakan teori Rachmat Kriyantono. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pertanyaan yang diajukan kepada infroman berdasarkan interview guide. Peneliti mengambil 5 pasangan informan sama-sama bekerja. Pasangan informan ini memiliki konflik keuangan di dalam rumah tangga mereka.

Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang di dapat dari hasil wawancara, secara garis besar adalah pada pasangan informan 1, 2, dan 5 menggunakan pola komunikasi monopoli sedangkan pada pasangan informan 3 dan 4 menggunakan pola komunikasi pemisah tidak seimbang. Dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik keuangan yang terjadi, pasangan informan 1, 3, 4, dan 5 menggunakan strategi Avoidance and active fighting

strategies (menghindari konflik dengan meninggalkan tempat konflik). Sedangkan

pasangan informan 2 menggunakan strategi Argumentativeness (memendam perasaan ketika konflik terjadi).

(2)

Management Finance)

This study aims to determine patterns of communication and conflict resolution, among couples who both worked in financial terms using strategy of conflict management.

Theoretical basis used in this study were interpersonal communication, communication patterns husband and wife as well as conflict management strategies Joseph A.Devito.

The method used was qualitative research using in-depth interview technique. Here the qualitative method using the Rachmat Kriyantono. Collecting data in this study using a question posed to informan based on the interview guide.

Researches took five pairs of informants are both working. This informant couples have financial conflict in their household.

The result of this study based on analysis of data obtained from interviews, an outline is on the couple informants 1, 2, and 5 using the communication patterns in couples monopoly while informants 3 and 4 using the communication patterns of the separator is not balanced. In the face of financial conflict occur, the couple informants 1, 3, 4, and 5 using a strateg of Avoidance and active fighting

strategies ( avoiding conflict by leaving the place of conflict ). Meanwhile, two

pairs of informants using strategies Argumentativeness ( harbored feelings when conflicts occur)

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan yang lain saling membutuhkan untuk tetap melaksanakan kehidupannya.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Dedy Mulyana, 2002:41).

Komunikasi merupakan kunci utama apabila kita ingin berhubungan dengan orang lain. Bila dua orang terlibat dalam komunikasi, melalui percakapan maka komunikasi akan berjalan selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diucapkan. Kesamaan kata yang digunakan dalam percakapan belum tentu dapat dimengerti, sehingga kita perlu tahu apa makna dari kata-kata tersebut.

(4)

sayang, pemenuhan kebutuhan seksual, dan kesempatan untuk berkembang secara emosional. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut sepasang suami istri harus bekerja sama menjalankan peran dan tanggung jawabnya yang mengikat pernikahan itu sendiri (Papalia, 2001).

Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, dan kebiasaan yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap pernikahan selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Orang menikah bukan hanya mempersatukan diri tetapi juga seluruh keluarga besar. Pernikahan adalah ungkapan iman, terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang terdapat makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Norwan, 2007;195)

Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.

(5)

Pembagian peran pekerjaan dan tugas keluarga dimasa lalu sangatlah jelas. Peran suami adalah pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri merawat keluarga dan anak-anak. Sejalan dengan perkembangan bisnis dan dunia usaha, kesempatan menempuh pendidikan dan bekerja terbuka tidak hanya bagi lelaki namun juga perempuan. Saat ini makin banyak perempuan yang bekerja di berbagai bidang dan memiliki karir tersendiri. Dulu, tugas laki-laki adalah bekerja mencari nafkah dan tugas perempuan adalah mengurus rumah tangga. Dengan adanya pembagian peran ini diharapkan suami istri dapat bekerja sama untuk membina rumah tangga dan saling memenuhi kebutuhan anggotanya.

Batasan antara peran laki-laki dan perempuan semakin samar. Perubahan tersebut diantaranya terjadi pada pembagian peran dan tanggung jawab suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Pada era modernisasi semakin banyak wanita yang memasuki dunia kerja dan memiliki karir yang sederajat dengan para laki-laki atau bahkan dengan suami mereka sendiri. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan statistik, pada tahun 2006 terdapat 75% perusahaan di negara yang sedang berkembang memiliki pekerja wanita lebih dominan dibandingkan pekerja pria ( Wallstreet, 2006).

(6)

dipandang sebelah mata oleh kaum pria. Namun sekarang, wanita mulai menyadari bahwa kodrat seorang wanita tidak hanya “melahirkan, merawat anak, memasak, menemani” lagi. Mereka juga melakukan hal yang dahulu dianggap hanya bisa dilakukan oleh seorang pria. Seorang wanita ingin menunjukkan eksistensi diri dengan mengubah cara pandang pria , bahwa sekarang wanita juga dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri, bahkan tidak menutup kemungkinan wanita menduduki jabatan yang lebih tinggi dibanding kaum pria. Banyaknya jumlah wanita yang bekerja di pabrik, perusahaan-perusahaan, dan kantor-kantor telah menghancurkan faham kuno tentang “laki-laki harus dilapangan dan wanita tempatnya di dapur” (Khairuddin, 1997:78).

Kecenderungan pasangan suami istri yang berada di kota-kota besar saat ini adalah keduanya bekerja (dual career). Ini dilakukan tidak hanya karena tuntutan kebutuhan ekonomi rumah tangga semata, namun juga karena baik bapak (suami) maupun ibu (istri) memiliki keinginan untuk aktualisasi diri di masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh di bangku pendidikan.

“Dualcareer individuals are defined as those in managerial or

professional jobs, with children, and spouse also in a managerial or

professional job” (Dua karir individu didefinisikan sebagai orang-orang

(7)

the situation where both spouses or partners have career responsibilities

andaspiration” (Dua karir adalah situasi kedua pasangan atau mitra memiliki

tanggung jawab karir dan aspirasi).

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dualcareer merupakan mereka yang demikian pula pasangannya, memiliki aspirasi serta tanggung jawab karir dengan bekerja baik di bidang manajerial maupun pekerjaan profesional lainnya. Dual-career memunculkan masalah baru apabila pasangan tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara masalah pekerjaan dan masalah keluarga.

Pola keluarga seperti ini mengakibatkan sulitnya pembagian waktu antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Dalam kehidupan kerja mereka sering mengalami konflik pekerjaan, seperti pekerjaan yang beresiko, peralatan kerja yang tidak memadai, berbagai tuntutan kerja dari atasan atau rekan, dan lain sebagainya. Selain itu mereka juga sering mengalami konflik keluarga, seperti terjadinya perdebatan mengenai keuangan, anak-anak, rekreasi, atau urusan keluarga lainnya. Sulitnya menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga dapat menimbulkan konflik sehingga mengganggu kehidupan keluarga atau urusan keluarga mengganggu kehidupan pekerjaan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja baik suami ataupun istri yang bekerja.

(8)

perceraian. Faktor pertama sebanyak 193 perkara perceraian dipicu masalah cemburu. Faktor kedua, sebanyak 383 perkara perceraian dipicu masalah ekonomi (seperti masalah keuangan dalam keluarga). Sedangkan masalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga mencapai 1.021 perkara. Tingkat perceraian ini akan semakin bertambah sampai tahun 2011. Terhitung dari Januari – Juni 2011 sebanyak 1.152 kasus perceraian. Dengan faktor ketidakharmonisan mencapai 520 perkara, lalu faktor ekonomi dengan 323 perkara dan terakhir faktor cemburu sebanyak 309 perkara. Diperkirakan akan terus meningkat sampai akhir tahun 2011.

Sebagian besar permohonan gugatan cerai dilakukan istri, masih sama dengan tahun 2010, 70% yang mengajukan gugatan cerai adalah pihak perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 ini, sampai Juni , mencapai 55% pihak yang menggugat cerai adalah pihak istri. “Banyak faktor yang menyebabkan pihak istri menggugat cerai, yaitu diantaranya gangguan pihak ketiga, istri punya penghasilan sendiri, hingga kesabaran yang masih kurang. “Istri yang punya penghasilan itu bisa menjadi pemicu. Tidak cocok sedikit minta cerai karena merasa mampu mencari nafkah sendiri. Kalau pasangan itu sabar sebenarnya perceraian tidak perlu terjadi, ” kata Humas PA Surabaya Sulaiman. Sebab itu diimbau agar pernikahan tidak hanya dilandasi untuk memenuhi kebutuhan biologis saja.“Menikah itu ibadah. Itu harus selalu diingat,”tegasnya. (http://pa.go.id /17/11/00.58).

(9)

dihabiskan istri maupun suami di luar rumah akan dapat berdampak pada pola komunikasi suami istri yang dapat mengakibatkan hubungan pernikahan bermasalah. Masalah selanjutnya, gaji istri lebih besar maupun gaji suami dan istri sama-sama besar yang dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga. Dikarenakan konflik ini akan mendorong kecemburuan pihak suami maupun istri dari sisi ekonomi.

Memiliki penghasilan lebih dari satu tentu lebih menyenangkan daripada hanya bergantung dari satu penghasilan saja. Sebuah keluarga juga akan merasa lebih aman dari sisi finansial jika penghasilan keluarga tidak bergantung pada satu sumber penghasilan saja. Namun, pada kenyataannya pasangan suami istri yang bekerja tidak selalu bisa menjawab permasalahan keuangan keluarga yang muncul.

Masalah siapa yang bertanggung jawab pada apa, siapa yang harus menbayar apa, siapa yang bertanggung jawab untuk tabungan dan investasi keluarga, apakah penghasilan suami adalah penghasilan istri namun penghasilan istri tetap jadi penghasilan istri, haruskah hutang salah satu pasangan juga menjadi tanggung jawab pasangannya, bagaimana jika salah satu pasangan harus kehilangan pekerjaan, bagaimana jika salah satu pasangan tiba-tiba mendapat rejeki nomplok, dan lain sebagainya.( http://www.perencanakeuangan.com/files/JgnBertengkarKrnUang.html//21/1

2/1.12)

(10)

Menurut De Vito, konflik yang terjadi dapat dibedakan menjadi konflik isi dan konflik hubungan. Konflik isi berpusat pada objek, peristiwa dan orang yang terlibat dalam konflik. Sedangkan konflik hubungan adalah konflik yang terjadi antara individu yang memliki hubungan ,seperti konflik dalam hubungan perkawinan(De Vito, 1994:374). Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.

Konflik di satu sisi bisa berakibat buruk, tetapi di sisi lain konflik juga bermanfaat. Sisi buruk dari konflik akan muncul seiring dengan ketidak mampuan mengendalikan dan menyelesaikan sebuah konflik. Sebuah rumah tangga bisa dibangun dan bertumbuh sehat dengan adanya konflik, konflik juga dapat merubah pasangan suami istri ke arah kedewasaan. Tanpa kedewasaan,dapat dipastikan suami istri sulit menyelesaikan konflik rumah tangganya dengan bijak.

Hal-hal yang sering terjadi dan menjadi pemicu konflik pada pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, adalah masalah keuangan dalam hal ini masalah penghasilan. Akibat masalah keuangan dalam status pernikahan juga dapat memicu adanya tindakan perselingkuhan. Hal ini seperti disebutkan Safron dan Hill,dari 10 besar alasan individu meninggalkan hubungan pernikahan dan memilih untuk berselingkuh, persoalan keuangan menjadi salah satu penyebabnya ( Safron, 1979 dan Hill et al., 1976 dalam Guerero dan Andersen dan Afifi, 2007:333).

(11)

masalah uang merupakan topik utama sebagai penyebab konflik diantara pasangan suami istri. Bluimstein dan Schwarts dalam De Vito mengembangkan persamaan umum yakni ketidakpuasan dengan uang = ketidakcocokan dalam hubungan. Uang begitu penting dalam sebuah hubungan sebab memliki hubungan erat dengan kekuasaan di dalam hubungan itu sendiri yang dapat memicu terjadinya konflik (De Vito, 1994:380). Konflik bisa terjadi jika masing-masing individu memiliki kebiasaan yang berbeda dalam mengatur keuangannya. Apalagi jika ada kesenjangan antara gaji istri yang lebih besar daripada suami, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan salah satu pihak. Jika tidak diatasi, konflik tersebut dapat menyebabkan perceraian.

Salah satu pasangan suami istri atau bahkan keduanya melakukan perselingkuhan dari akibat tidak adanya kesepahaman dalam mengambil sikap untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, terutama jika sudah menyangkut masalah perekonomian. Mereka akan mencari kepuasan lain untuk menghibur diri ketika ada konflik.

(12)

Untuk menjaga dan memperbaiki hubungan yang sudah tampak akan timbul konflik, maka sebuah komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara menjadikan hubungan yang sedang dijalani sebagai suatu bentuk hubungan yang menyenangkan. Pasangan suami istri tersebut mempunyai cara dalam mengkomunikasikannya dengan baik agar hubungan mereka bisa bervariasi dan tidak monoton, sehingga akan tampak lebih menyenangkan, terlebih tidak mudah bagi pasangan tersebut untuk mengabaikan mengenai masalah keuangan pada tiap pasangan.

Komunikasi yang baik menjadi hal sangat penting yang harus dilakukan dalam sebuah hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman antara kedua belah pihak. Sedikit terjadinya kesalah pahaman yang dilalui, akan mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam suatu hubungan tersebut. Untuk itu, pada suami istri yang sama-sama bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, dapat dicari jalan keluarnya dengan cara berkomunikasi yang efektif dan mencari jalan keluar dalam pembagian tugas dalam mengurus rumah tangga. Untuk itu dalam sebuah hubungan juga diperlukan adanya saling keterbukaan.

(13)

Dalam menyelesaikan konflik, selain komunikasi yang efektif, pasangan yang bekerja juga membutuhkan sebuah sikap mental tertentu untuk membantunya menyelesaikan konflik yang terjadi. Sangat penting bagi pasangan bekerja untuk memiliki manajemen konflik yang baik sehingga pasangan dapat mempertahankan pernikahannya, dan ini memerlukam cara khusus dalam mengelola konflik.

Untuk itu agar kedekatan tetap terjaga, berusaha menyenangkan pasangan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Terlihat menarik di depan pasangan menjadikan hubungan semakin romantis dan menyenangkan. Perbedaan pekerjaan maupun penghasilan tidak mengganggu untuk pasangan tersebut mengekspresikan dirinya dalam memberikan sesuatu yang menarik bagi pasangannya (De Vito, 2007:263-264).

Melihat kenyataan di atas, masih banyak juga suami istri yang sama-sama bekerja, memiliki masalah dalam hal keuangan, tetapi kehidupan rumah tangga mereka masih harmonis dan baik-baik saja.

(14)

1.2Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan dari penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi pasangan yang sama-sama bekerja dalam menyelesaikan konflik keuangan ?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan penyelesaian konflik pada pasangan yang sama-sama bekerja dalam hal keuangan keluarga dengan menggunakan strategi manajemen konflik.

1.4Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Berbagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi berkaitan dengan pola komunikasi suami dengan istri. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum tentang pola komunikasi diantara suami istri dalam menyelesaikan konflik dalam rumah tangga.

b. Secara praktis

(15)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik

Penelitian yang membahas tentang pola komunikasi dan manajemen konflik telah dilakukan oleh Bayu Putera, mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, angkatan 2005. Bayu mengambil penelitian tentang pola komunikasi dan manajemen konflik keluarga penghuni kamar kost di wilayah Semolowaru Surabaya. Penelitian ini meneliti tentang pola komunikasi yang terbentuk pada keluarga, serta manajemen konflik yang digunakan ketika keluarga tersebut menghadapi konflik.

(16)

keahlian untuk menyelesaikan konflik. Yang terakhir, pada pola komunikasi keseimbangan, manajemen konflik yang dilakukan lebih saling mendengarkan dan memberikan kesempatan kepada anggota keluarga untuk berbicara. Dikarenakan dalam pola komunikasi ini, anggota keluarga sama-sama menghormati

2.1.2 Komunikasi Inter per sonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, yaitu pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula (Hardjana, 2003:85)

Dalam komunikasi interpersonal, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur. Demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan relatif setara (Vardiansah, 2004:30-31).

Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. DeVito dalam bukunya “The Inter-Personal Communication Book” (DeVito, 1999:5) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau

(17)

Berdasarkan definisi DeVito itu, komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara dua orang yang sedang berduaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan,misalnya antar penyaji makalah dengan salah seorang peserta seminar dan ketika seorang ayah memberi nasehat kepada anaknya yang nakal, seorang instruktur yang memberikan petunjuk tentang cara mengoperasikan sebuah mesin, dan sebagainya.

Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi (interpersonal) dikarenakan prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan adanya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati.

Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka komunikasi antarpribad (interpersonal) seringkali digunakan untuk melontarkan komunikasi persuasif, yaitu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi, sifatnya halus, bujukan dan rayuan.

2.1.3 Penger tian Keluar ga (Suami dan Istr i)

(18)

membahu dalam suatu keluarga. “Apakah peranan masing-masing” menurut (Dagun, 1990:46)

a. Peranan Suami :

1. Sumber kekuasaan dasar identifikasi 2. Penghubung dengan dunia luar 3. Pelindung terhadap ancaman dari luar 4. Pendidik segi rasional

b. Peranan Istri :

1. Pemberi aman dan sumber kasih sayang 2. Tempat mencurahkan isi hati

3. Pengatur kehidupan rumah tangga 4. Pembimbing kehidupan rumah tangga 5. Pendidik segi emosional

6. Penyimpan tradisi

2.1.4 Fungsi Keluar ga

Menurut Yusuf (2001:39-42), dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diklarifikasikan ke dalam fungsi-fungsi berikut :

1. Fungsi Biologis

(19)

a. Sandang , pangan, papan b. Hubungan suami istri

c. Reproduksi atau pengembangan keturunan 2. Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar sebagian masyarakat primitif. Para anggota keluarga bekerjasama sebagai tim untuk menghasilkan sesuatu.

3. Fungsi Edukatif (pendidikan)

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai transmitter budaya atau mediator sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalan menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. 4. Fungsi Sosialisasi

Lingkungan keluarga merupakan faktor (determinant factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilai-nilai atau peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh para anggotanya.

5. Fungsi Protektif (perlindungan)

(20)

6. Fungsi Rekreatif

Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan,keceriaan, kehangatan, dan penuh semangat bagi anggotanya. Maka dari itu,keluarga harus ditata sedemikian rupa, seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang tidak kaku, makan bersama , bercengkrama.

2.1.5 Komunikasi Keluar ga ( Suami Istr i)

Komunikasi keluarga adalah salah satu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan suami istri dalam berkeluarga. Tanpa komunikasi keharmoniasan akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara suami istri, orang tua dan anak perlu dibangun dengan baik dan harmonis dalam rangka membangun hubungan baik dalam keluarga (Djamarah, 2004:38)

Komunikasi interpersonal sering dilakukan dalam keluarga, kapan atau dimanapun , komunikasi interpersonal merupakan komunikasi keluarga yang berlangsung silih berganti dan timbal balik, baik itu antara suami dan istri maupun orang tua dan anak.

(21)

Menurut Galvin (1991:218), komunikasi yang efektif dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, menghargai kebebasan dan privasi antar anggota keluarga. Tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering suami istri melakukan komunikasi interpersonal, maka makin baik hubungan mereka. Persoalannya bukan berapa sering komunikasi dilakukan, tapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi, melainkan kualitas dari komunikasi yang dilakukan suami istri. (Rakhmat, 2002:129).

Masalah pasangan yang sama-sama bekerja, menjadi problem dari salah satu masalah yang timbul di dalam rumah tangga. Dikarenakan masalah keuangan merupakan salah satu penyebab konflik yang terjadi di dalam pernikahan. Dengan demikian, tujuan dari komunikasi keluarga bukanlah sekedar menyampaikan informasi melainkan membentuk hubungan dengan orang lain. Sebab itu, kualitas dari hubungan tersebut tergantung kepada kesanggupan seseorang untuk menyatakan diri kepada orang lain. Mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur, dan terbuka, akan tetapi menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam suatu keluarga. Dengan kata lain, kecakapan komunikasi dalam rumah tangga memegang peranan penting dalam menentukan kebahagiaan rumah tangga (Kuntaraf, 1999:1-2).

(22)

tidak harmonis misalnya ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola asuhan., pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta pertentangan dalam keluarga maka akan terjadi hubuungan yang tegang. Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001:205). Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Maka tak dapat dipungkiri , hubungan yang menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah hubungan dalam keluarga. Keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus (Moss, Tubbs, 2000:214)

2.1.6 Pola Komunikasi

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006:1)

(23)

mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs, Moss, 2006:26). Di sini kita melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem. Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang mereka miliki.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.

Terdapat empat pola komunikasi antar suami dan istri menurut Joseph A. Devito (2007:277-278) diantaranya :

1. Pola keseimbangan

Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya, tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Komunikasi yang terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin ataupun yang dipimpin, karena semua anggota kedudukannya sama.

2. Pola keseimbangan terbalik

(24)

berbeda. Masing-masing suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami atau istri karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.

Dalam pola ini, suami dan istri memiliki keahlian masing-masing, sehingga antara suami istri yang sedang mengalami masalah, tidak akan saling meminta bantuan kepada pasangannya karena mereka mengerti akan kemampuan dan keahlian pasangannya dalam menyelesaikan konflik.

3. Pola pemisah tidak seimbang

Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat antara kedua belah pihak (si suami atau istri). Sedangkan anggota keluarga (si suami atau istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.

Antara suami dan istri, ada salah satu pihak yang mendominasi, akan tetapi antara suami dan istri tidak memonopoli proses komunikasi yang terjadi. Mendominasi akan tetapi tetap memberikan kesempatan bagi pasangannya untuk membuat keputusan. Dalam pola ini, kesenjangan antara suami dan istri masih bisa diatasi, karena pasangan suami istri masih menghormati dan menghargai pasangannya.

(25)

Pola komunikasi keluarga monopoli ini, salah satu anggota keluarga (bisa istri ataupun suami) tampak sebagai pemilik otoritas. Dalam keluarga, hanya akan muncul sedikit argumen atau opini, karena semua anggota keluarga tahu siapa yang memimpin dan siapa yang akan menang argumennya. Konflik akan semakin pahit karena anggota keluarga tidak terlatih untuk membuat sebuah penyelesaian konflik.

2.1.7 Pernikahan

Pernikahan menurut Nowan, adalah ungkapan iman, yaitu terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang menaruh makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya (Nowan, 2007:105).

Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.

(26)

panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Tiap pasangan harus belajar mengenai kehidupan bersama dan harus menyiapkan mental untuk menerima kelebihan sekaligus kekeurangan pasangannya dengan kontrol diri yang baik.

Suami istri adalah dua insan yang berbeda dalam hampir segala sifatnya. Sifat-sifat berbeda diantar keduanya sulit dipersatukan kecuali ada kesadaran diri untuk saling memahami satu sama lain. Salah satu ketidakcocokan dalam keluarga khususnya suami istri disebabkan karena adanya perbedaan pendapat yang memicu timbulnya konflik.

2.1.8 Peranan Laki-laki (suami) dalam Rumah Tangga

(27)

Sebagai pemimpin rumah tangga dan kedudukan yang lebih tinggi dari perempuan, seorang suami mempunyai kewajiban-kewajiban, diantaranya:

1) Kewajiban memberi nafkah bagi keluarga (istri dan anak-anaknya)

Seorang suami berkewajiban memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi keluarganya. Seorang suami wajib menafkahi istri dan anak-anaknya, menyediakan tempat tinggal serta mengadakan pakaian untuk mereka sesuai kemampuannya. Hal ini tidak boleh dilalaikan oleh seorang suami. Dia dijadikan sebagai pemimpin terhadap istri dan anak-anaknya diantaranya karena telah menafkahi mereka.

2) Kewajiban membina dan mendidik mereka

(28)

dan putra-putrinya, serta yang lainnya yang dibawah kewenangan dan pengaturannya.(HR. Al-Imam As-Sa’)

3) Kewajiban bergaul dengan mereka (istri dan anak) secara baik

Seorang suami hendaknya dalam membina keluarganya dengan cara yang baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan.

Masalah muncul ketika istri dan suami sama-sama bekerja. Suami dan istri sama-sama memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Melihat dalil dan juga kewajiban suami, maka tetap kewajiban memberi nafkah merupakan tugas seorang suami sekalipun istrinya juga bekerja. Suami berkewajiban memberi nafkah kepada istrinya walaupun penghasilan istri lebih besar dari suami.

2.1.9 Peranan Per empuan (istr i) dalam Rumah Tangga

Peran ibu dalam keluarga sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu. Jika ibu adalah seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi keluarga. Sebaliknnya, apabila ibu adalah wanita yang bersikap buruk,hancurlah keluarga (Karim, 2006).

(29)

perempuan dan laki-laki. Akibatnya, lahir pembagian kerja secara seksual. Laki-laki mendapat porsi yang lebih menguntungkan daripada perempuan (Arief Budiman,1981).

Dalam agama Islam, tidak mengajarkan perempuan lebih rendah kedudukannya di bidang agama maupun politik. Laki-laki merupakan pelindung dan pemneri nafkah utama bagi keluarga. Asumsi ini tidak membenarkan jika perempuan adalah makhluk lemah yang tidak mampu menyongkong dirinya sendiri. Islam justru mengangkat derajat perempuan dengan membebaskan mereka dari perbudakan yang menurut Tuhan terutama disebabkan oleh laki-laki.

Bagi wanita yang sejak awal sebelum menikah sudah bekerja karena dilandasi oleh kebutuhan aktualisaasi diri yang tinggi. Maka ia cenderung akan melanjutkan kembali bekerja setelah menikah dan pekerjaan merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk pemenuhan aktualisasi diri, dan kebanggan diri selain mendapatkan kemandirian secara financial.

(30)

mendidik anak karena kurang pengetahuan sehingga bingung dan tidak mengerti dengan apa yang harus dilakukan.

Dukungan suami amat dibutuhkan bagi istri dalam menjalani peran ganda tersebut. Sesungguhnya memberi peluang bagi tumbuhnya suatu formulasi baru bagi keseimbangan hubungan suami istri demi rumah tangga. Namun apabila keseimbangan itu tidak dapat terbina dengan baik, hasilnya akan sangat mengecewakan.

2.1.10 Konflik Inter per sonal

Dalam berkomunikasi, terutama komunikasi interpersonal (antar pribadi) antara suami dan istri munculnya konflik tidak dapat terelakkan lagi. Konflik antar suami dan istri ini bisa terjadi karena dalam hubungan itu muncul sebuah permasalahan. Berkaitan dengan hal ini Gamble dan Gamble (2005 : 284) menjelaskan bahwa:

Conflict is likely to occur wherever human differences meet. As we have

seen, conflict is a clash of opposing beliefs, opinions, values, needs,

assumption, and goals. It can result from honnest, differences, from

misunderstandings, from anger, or from expecting either too much or too

litle from people or situations.” (Konflik seringkali terjadi ketika sejumlah

(31)

adanya harapan-harapan yang tidak terpenuhi dari seseorang / pasangan atau situasi yang ada).

Konflik antar pribadi menurut Beebe (1996:296) adalah “conflict is a

struggle that occure when two people cannot agree upon a way to meet

their needs.” Hal ini dapat diartikan bahwa sebuah konflik itu akan terjadi

ketika dua orang yang terlibat tidak menyetujui cara-cara yang dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak sekali faktor yang memicu konflik dalam hubungan suami dan istri. Dalam bukunya yang berjudul “Sudah Siapkah Menikah”, Surbakti (2008 : 263) menggambarkan

terjadinya konflik suami istri dalam rumah tangga dengan gambar berikut,

Gbr .1 Konflik dalam r umah tangga

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam sebuah pernikahan, konflik itu mempunyai potensi yang besar untuk muncul setiap saat. Konflik tersebut dipicu

Tercipta Timbul

Pengelolaan

Karakter Tata Nilai Pandangan Kepribadian Temperamen

Baik Buruk

Per nikahan

(32)

oleh adanya perbedaan antara suami dan istri, meliputi perbedaan karakter, tata nilai, pandangan, kepribadian, dan temperamen. Ketika perbedaan-perbedaan antara suami dan istri dapat dikelola dengan baik maka akan tercipta pernikahan yang harmonis, tapi jika perbedaan-perbedaan tersebut tidak dapat dikelola dengan baik maka akan timbul konflik dalam pernikahan tersebut.

Selain perbedaan-perbedaan antara suami dan istri, terdapat banyak faktor yang memicu munculnya konflik. Menurut Nancy (Liwidjaja, 2003:6) terdapat 10 penyebab utama konflik dalam sebuah rumah tangga adalah:

1. Rusaknya komunikasi keluarga

2. Hilangnya tujuan dan perhatian bersama 3. Ketidakcocokan dalam seksualitas 4. Ketidaksetiaan

5. Hilangnya kegairahan dan kesenangan dalam hubungan suami istri 6. Keuangan

7. Pertentangan masalah anak-anak

8. Penggunaan alkohol dan obat bius lainnya 9. Masalah hak-hak wanita

10. Ipar atau Mertua

2.1.11 Konflik masalah k euangan pada pasangan sama-sama beker ja

(33)

masalah pengharapan pasangan, masalah seksual, masalah keuangan, dan yang terakhir masalah anak (Devito, 2004:220-222). Konflik keuangan yang terjadi berdasarkan besar jumlah pendapatan yang diperoleh dan bagaimana cara menggunakan uang. Bluimstein dan Schwarts dalam De Vito mengembangkan persamaan umum yaitu ketidakpuasan dengan uang = ketidakcocokan hubungan . Uang begitu penting dalam suatu hubungan sebab memiliki kaitan erat dengan kekuasaan di dalam hubungan itu sendiri, yang dapat memicu terjadinya konflik. (devito, 1994:252).

Faktor yang paling penting dalam mengatasi konflik keuangan adalah adanya kejujuran tentang pendapatan dan pengeluaran. Berbagai pandangan tentang konflik mempengaruhi cara penyelesaian konflik. Pada kenyataannya, walaupun konflik merupakan hal yang wajar, banyak orang tidak tahu cara mengatasi konflik (Parrot, 1998:121). Pada masa awal pernikahan, pasangan memiliki tugas berat yaitu proses pembentukan landasan dasar keluarga dalam mencpai tujuan bersama. Konflik akan mucul ketika salah satu atau kedua pihak tidak terbuka mengenai masalah pemasukan dan pengeluaran dan kalau salah satu pihak tidak bijaksana dalam membelanjakan uang (Hadisubrata, 1990:32). Perbedaan pengalaman, pekerjaan, perbedaan standar kehidupan ekonomi antara suami istri dapat menyebabkan terjadinya konflik keuangan.

(34)

Strategi manajemen konflik dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan panjang atau pendeknya tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan mempengaruhi strategi yang tepat. Pemilihan strategi manajemen konflik yang tepat akan berpengaruh terhadap masa depan hubungan perkawinan tersebut. Di samping itu jika ingin membuat hubungan jangka panjang, harus menganalisis secara keseluruhan penyebab masalah dan mencari “win-win strategies”. Strategi manajemen konflik yang digunakan dapat berebda-beda pada setiap pasangan. Menurut De vito (2007:296-302) dalam bukunya Interpersonal Communication, strategi manajemen konflik ada 5 yaitu : win-lose and win-win strategies, avoidance and active fighting strategies, force and talk strategies, detracting and face-enhancing strategies, and verbal aggressiveness and argumentativeness strategies.

a. Win-Lose and Win-win Str ategies

Pada strategi ini pihak yang berkonflik dapat mencari solusi salah satu pihak menang dan salah satu pihak yang lainnya kalah atau bersama-sama mencari solusi yaitu kedua pihak bersama-sama-bersama-sama menang. Win-lose

strategies menjelaskan salah satu pihak memenangkan konflik dan

(35)

keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.

Win-lose strategies juga dapat diartikan salah satu pihak berada dalam

posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan lain. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan kibat konflik atau menciptakan perdamaian yang diinginkan oleh semua pihak. Mengalah bukan berarti kalah, tetapi menciptakan suasana damai untuk memungkinkan penyelesaian konflik yang timbul antara kedua pihak.

(36)

b. Avoidance and active fighting str ategies

Pada strategi ini, penghindaran konflik yang dilakukan meliputi pelarian secara fisik, seperti meninggalkan lokasi terjadinya konflik, tidur, menyalakan radio dan lain-lain untuk menghilangkan pembicaraan dengan pihak lain.pelarian secara fisik merupakan bentuk penghindaraan emosional atau intelektual, dengan cara meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menyetujui atau tidak mengakui isu yang muncul. Jika hal ini dilakukan maka penghindaran akan meningkat dan kepuasan hubungan berkurang.

Nonnegotiation adalah tipe spesial dari penghindaran. Di sini salah

(37)

c. For ce and talk str ategies

Ketika terjadi konflik, salah satu pihak ingin memaksakan posisinya pada pihak lain. Paksaan itu bisa secara emosional maupun fisik, pihak yang menang adalah satu-satunya yang menggunakan kekuatan atau paksaan yang paling banyak. Cara alternatif untuk melawan adalah dengan berbicara. Berikut adalah saran untuk berbicara dan mendnegarkan lebih efektif pada situasi konflik :

1. Berperan sebagai listener

Harus berfikir sebagai seorang listener. Pusatkan semua perhatian pada apa yang dikatakan oleh pihak lain. Yakinkan bahwa salah satu pihak mengerti apa yang dikatakan dan dirasakan oleh pihak lain. Salah satu cara untuk menyakinkan adalah dengan bertanya. Cara lain memahami dan mengartikan apa yang dikatakan orang lain.

2. Ekspresikan dukungan dan empati pada apa yang dikatakan dan dirasakan pihak lain.

3. Pusatkan pikiran dan perasaan konflik seobjektif mungkin.

d. Face Detr acting and face Enhancing Strategis.

Strategi face detracting and face enhancing pada konflik interpersonal

(38)

sedang sampai menghancurkan ego atau reputasinya. Berhati-hatilah pada fighting words karena kata-kata dapat memperluas konflik daripada membantu memecahkannya.

Face detracting strategies adalah ketika individu memperlakukan

orang lain tidak kompeten dan meremehkan orang lain serta menganggap dirinya “lebih “ dari orang lain. Strategi ini cenderung menganggap remeh alasan-alasan yang diberikan orang lain.

Face enhancing strategies merupakan strategi ketika individu

membantu pihak lain untuk mendapatkan image positif dari orang lain atau pihak luar konflik sekaligus. Strategi ini berlawanan dengan

Face detracting , yaitu individu yang membantu orang lain agar tidak

putus asa serta mendapatkan kepercayaanya.

e. Ver bal agr essiveness and ar gumentativeness str ategies

Verbal agressivenesss strategies adalah strategi yang dipergunakan

jika salah satu pihak ingin memenangkan argumennya dengan menyerang konsep diri orang lain. Cara lain termasuk menyerang kemampuan seseorang, latar belakangnya, penampilan fisik, mengutuk, mengejek, menyindir, menertawakan mengancam, dan menggunakan lambang-lambang non verbal lainnya. Penggunaan

verbal agressiveness adalah sebuah permusuhan terpendam dalam

(39)

membantu memcahkan maslaah , hasilnya adalah kehilangan kredibilitas bagi pihak yang menggunakannya dan meningkatkan kredibilitas dari agressiveness.

Argumentativeness terkait pada strategi yang dipergunakan oleh

seseorang yang cenderung untuk pasrah dalam memendam perasaan dan apapun yang ada di pikirannya. Keinginan untuk memperdebatkan pandangan, kecenderungan untuk membicarakan keinginan pada isu.

2.2 Ker angka Ber fikir

Satu hal yang sering dilupakan dalam mencari rahasia rahasia kebahagiaan rumah tangga ialah peranan komunikasi dalam rumah tangga. Tanpa komunikasi ,maka kebekuan dan bahkan kematian proses kehidupan umat manusia tidak mungkin dapat dihindarkan (Drs. Mu’tamar, Analisa 19 Juli 1993). Demikian juga halnya dalam rumah tangga. Komunikasi sangat penting untuk hubungan dalam keluarga, sebab tanpa komunikasi hubungan-hubungan yang akrab tidak dapat dijalin atau tetap hidup.

(40)

jika istri mampu dengan cerdas mengelola waktu bekerja di luar rumah dan bekerja di rumah tangganya.

Kecenderungan yang terjadi, keluarga menjadi pecah dan tidak jelas keberadaannya. Ketika suami dan istri sudah tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena kesibukannya masing-masing atau karena egonya, maka mereka memilih untuk bercerai. Oleh karena itu, keduanya tidak punya waktu untuk berdialog, berdiskusi atau bahkan hanya untuk saling bertegur sapa.

Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan opini dan perilaku komunikan. Karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka. Komunikasi yang efektif dibutuhkan untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan, otoritas, menghargai kebebasan dan privasi antar anggota keluarga. Tidak benar anggapan orang bahwa semakin sering suami istri melakukan komunikasi interpersonal, maka makin baik hubungan mereka. Persoalannya bukan berapa sering komunikasi dilakukan, tapi bagaimana komunikasi itu dilakukan (Rakhmat, 2002:129).

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang tidak menggunakan satistik atau angka-angka tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk memperoleh jawaban dari narasumber. Teknik wawancara mendalam digunakan karena dengan wawancara langsung antara peneliti dan informan, jawaban yang didapat akan lebih murni, tidak dapat dimanipulasi, sebab dalam wawancara langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa verbal namun bahasa non verbal pun akan tampak. (Kriyantono, 2005:98).

Dengan berpedoman pada interview guide yang dibuat berdasarkan adanya kenyataan dalam sebuah rumah tangga, yang terkadang terdapat pihak mendominasi, maupun kenyataan setiap pasangan suami istri akan membuat satu komitmen bersama dalam pernikahannya dengan latar belakang berbeda. Dari beberapa kenyataan yang ditemui, peneliti menyusun interview guide yang terdiri dari beberapa pertanyaan untuk mencari dan menggali informasi dari para responden.

(43)

hakekat hubungan antara penulis dengan informan, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahaya bias peneliti. (Kriyantono, 2005:98).

3.2 Konsep Oper a sional

Pengertian pola komunikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk hubungan yang terjadi pada pasangan yang sama-sama bekerja dalam proses pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara suami istri sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan dimengerti.

Pola komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 4 pola komunikasi terjadi antara suami dan istri. Menurut Joseph A. Devito, pola komunikasi suami istri yang terjadi,antara lain :

1. Pola keseimbangan

Komunikasi yang terjalin pada pola ini sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin ataupun yang dipimpin, karena semua anggota kedudukannya sama.

2. Pola keseimbangan terbalik

(44)

3. Pola pemisah tidak seimbang

Pada pola ini antara suami dan istri, ada salah satu pihak yang mendominasi. Mendominasi akan tetapi tetap memberikan kesempatan bagi pasangannya untuk membuat keputusan. Masih saling menghormati satu sama lain.

4. Pola monopoli

Untuk pola monopoli ini, salah satu pihak (suami atau istri) tampak sebagai pemilik otoritas. Sedangkan anggota keluarga, membiarkan argumennya berjalan karena tahu pasti siapa yang menang.

Selain pola komunikasi yang efektif, diperlukan juga sebuah manajemen konflik yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi pada pasangan yang sama-sama bekerja dengan masalah keuangan. Pemilihan strategi manajemen konflik yang tepat akan berpengaruh terhadap masa depan hubungan perkawinan tersebut. Di samping itu jika ingin membuat hubungan jangka panjang, harus menganalisis secara keseluruhan penyebab masalah dan mencari “win-win strategies” . Strategi manajemen konflik yang digunakan dapat berebda-beda pada setiap pasangan. Menurut DeVito dalam bukunya Interpersonal Communication, strategi manajemen konflik ada 5 yaitu :

1. Win-Lose and Win-win Strategies

Win-lose strategies menjelaskan salah satu pihak berkonflik, bisa suami

(45)

strategies, suami dan istri mau menghadapi konflik secara langsung dan

berusaha menyelesaikannya.

2. Avoidance and active fighting strategies

Pada strategi ini, penghindaran konflik yang dilakukan oleh pasangan berkonflik meliputi pelarian secara fisik, seperti meninggalkan lokasi terjadinya konflik, tidur, menyalakan radio dan lain-lain.

Jika ingin meyelesaikan konflik, masing-masing pihak perlu menghadapinya dengan aktif yaitu dengan cara saling berkomunikasi. 3. Force and talk strategies

Ketika terjadi konflik, salah satu pihak istri maupun suami memaksakan posisinya pada pihak lain. Cara alternatif untuk melawan adalah dengan berbicara.

4. Face Detracting and face Enhancing Strategis.

Face detracting strategies adalah ketika istri ataupun suami meremehkan

alasan pasangannya ketika berkonflik.

Face enhancing strategies merupakan strategi ketika suami atau istri

membantu pasangannya untuk mendapatkan image positif dari orang lain atau pihak luar konflik sekaligus.

5. Verbal agressiveness and argumentativeness strategies

Verbal agressivenesss strategies adalah strategi yang dipergunakan jika

(46)

Argumentativeness terkait pada strategi yang dipergunakan oleh suami

atau istri cenderung pasrah dalam memendam perasaan dan apapun yang ada di pikirannya.

3.3 Infor man

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih kontekstual dan kaustik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan.karena itu, pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek penelitian (Kriyantono, 2007:161).

Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu pasangan suami istri yang sama-sama bekerja.

3.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah narasi yang diperoleh dari

indepth interview (wawancara secara mendalam). Narasi yang dimaksud

(47)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah melalui wawancara mendalam (indepth interview) yang merupakan suatu cara mengumpulkan data informan secara tatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2005:98). Pada wawancara mendalam ini, peneliti relatif tidak mempunyai kontrol atas respons informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Peneliti berusaha membuat informan merasa nyaman ketika diwawancarai, sehingga proses wawancara yang dilakukan bersifat informal seperti orang sedang mengobrol.

Berikut teknik wawancara mendalam yang dilakukan peneliti :

1. Proses wawancara diawali dengan menemukan informan yang dianggap memenuhi kriteria sebagai sasaran penelitian ini.

2. Tahap selanjutnya, melakukan perjanjian termasuk mengatur waktu dan tempat dilakukannya wawancara.

3. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan informan secara tatap muka.

(48)

3.6 Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dimulai dari pengolahan hasil rekaman sebagai data primer dan penelusuran dokumen sebagai data sekunder. Data yang diperoleh di sini berupa transkrip wawancara yang kemudian dibuat menjadi narasi kualitatif agar dikelompokkan ke dalam kategori agar lebih mudah dalam proses analisis data. Pada penelitian ini,dipilih klasifikasi berdasarkan individu untuk memudahkan dalam menganalisis narasi.

3.7 Teknik Analisis Data

(49)

4.1 Gambar an Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data

4.1.1 Gambar an Umum Objek Penelitian

Lokasi penelitian berada di wilayah Surabaya, karena Surabaya memiliki lima wilayah, yaitu terdiri dari Surabaya Pusat, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, Surabaya Utara, dan Surabaya Barat. Secara astronomis, Surabaya terletak diantara 07 21 lintang selatan dan 112 36 sampai dengan 112 54ʹ bujur timur. Jumlah kecamatan di Surabaya sekitar 31 kecamatan. Sedangkan jumlah desa / kelurahan sebanyak 163 kelurahan.

Surabaya juga merupakan kota dengan kasus perceraian paling tinggi. Terhitung dari Januari – Juni 2011 sebanyak 1.152 kasus perceraian. Dengan faktor ketidakharmonisan mencapai 520 perkara, lalu faktor ekonomi dengan 323 perkara dan terakhir faktor cemburu sebanyak 309 perkara. Diperkirakan akan terus meningkat sampai akhir tahun 2011.

(50)

Namun, tidak semua pasangan suami istri memutuskan bercerai untuk mengatasi permasalahan dalam rumah tangga, khususnya masalah keuangan. Dari fenomena itu, peneliti ingin menggambarkan bagaimana pola komunikasi suami istri yang sama-sama bekerja, dan strategi manajemen konflik yang mereka lakukan ketika menghadapi konflik keuangan dalam rumah tangga.

Di dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mencari pola komunikasi pada pasangan sama-sama bekerja serta strategi manajemen konflik ketika mengalami konflik keuangan di dalam rumah tangga. Karena setiap informan memiliki latar belakang yang berbeda, diharapkan peneliti menemukan pola komunikasi serta strategi manajemen konflik yang bervariatif dari 5 informan.

4.1.2 Penyajian Data

A. Infor man 1

(51)

usaha jual beli udang instan. Dengan melihat pendidikan sang istri dan pekerjaannya, sang istri memiliki penghasilan lebih banyak dari suami.. Konflik yang dialami keduanya lebih didasarkan kepada komunikasi yang terjadi di rumah tangga. Konflik keuangan juga terjadi, dikarenakan istri mengutamakan kebutuhan sekunder.

B. Infor man 2

Seorang suami yang berinisial ST (50 tahun) , bekerja di salah satu perusahaan swasta menikah dengan NK (40 tahun), bekerja sebagai guru SMP di Surabaya Barat. Pendidikan ST dan NK adalah Sarjana. Pernikahan suami istri ini masih berjalan selama 5 tahun, dikarenakan NK merupakan istri kedua dari ST. Dari pernikahannya, mereka belum dikaruniai anak. Mereka bertempat tinggal di perumahan di kawasan Surabaya Timur. Sedangkan anak dari istri terdahulu tinggal bersama ibunya. Pendidikan ST dan NK, adalah Sarjana. Konflik keuangan yang dialami keduanya lebih didasarkan kepada penggunaan uang untuk keperluan sehari-hari, untuk membiayai anak dari pernikahan sebelumnya.

C.Infor man 3

(52)

dengan SI ( 50 tahun), memiliki usaha caterring yang sudah mempunyai nama di masyarakat. Pendidikan DT adalah Sarjana Teknik, sedangkan sang istri lulusan D3 perhotelan. Pernikahan suami istri ini berjalan selama 24 tahun. Dalam pernikahan, mereka telah mendapatkan 3 orang putra. DT hidup sendiri di Surabaya, dikarenakan beliau asli orang Jawa Barat. Mereka bertempat tinggal di kawasan Jambangan. Sang istri memiliki penghasilan sendiri dan bahkan cenderung lebih banyak dari suami. Konflik keuangan yang dialami keduanya lebih didasarkan kepada keluarga sang istri yang meminta uang.

D. Infor man 4

(53)

E. Infor man 5

Seorang suami berinisial HD (32 tahun), bekerja sebagai pegawai swasta menikah dengan NH (37 tahun), bekerja sebagai penjaga toko pakaian muslim di kawasan Surabaya Utara. Pendidikan HD lulusan SMA, sedangkan sang istri adalah Sarjana Ekonomi. Pernikahan suami istri ini berjalan selama 8 tahun. Dalam pernikahan, mereka belum mendapatkan anak. Mereka bertempat tinggal di kawasan Gunungsari. Sebelum bekerja, HD menganggur selama 2 tahun dikarenakan adanya pengurangan karyawan di perusahaan. Selama dua tahun itu, kebutuhan sehari-hari ditanggung oleh istri. HD seorang perokok aktif dan cenderung berat. Konflik keuangan yang terjadi lebih didasarkan penggunaan pada penghasilan masing-masing. Keegoisan HD dalam mengelola keuangan, membuat hubungan mereka pernah bermasalah.

4.2 Analisis Data

A. Pasangan Infor man 1

(54)

Istri

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 10.00)

Saya jarang mbak, sms ataupun menelefon suami saya. Walaupun santai atau sedang tidak ada kerjaan, saya bahkan tidak pernah menghubungi suami. Paling kalau ada yang penting, baru menelefon.

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

“Kita berdua bukan termasuk orang yang suka mengobral perhatian,mbak. Kalau ada perlunya, saya telfon, atau dia yang menelfon dulu. Kadang pernah saya perhatian, malah dia marah-marah.”

Dominasi istri terlihat ketika istri membeli sebuah apartemen tanpa sepengetahuan suami. Pihak istri merupakan yang paling dominan dalam mengatur segala keperluan rumah tangga, mulai kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.

Istri

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 10.00)

“Waktu itu saya membeli apartemen tanpa ijin dia, mbak. Pikiran saya, dia kan biasanya tidak peduli saya mau beli apapun. Lagian, apartemen itu dibeli dengan uang tabungan saya. Dia mau suka atau gak, pendapat dia gak penting, mbak.”

(55)

Istri

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 10.00)

“Kebetulan dari awal menikah sampai sekarang, saya tidak pernah tahu penghasilan suami. Suami juga tidak bertanya, penghasilan saya. Jadi saya juga tidak mau bertanya, karena menurut saya itu tidak penting, mau penghasilannya ada yang disisain untuk yang lain, saya tidak peduli, mbak. Yang penting, kebutuhan rumah tangga cukup. Kalaupun gak cukup, masih ada gaji saya.”

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

“Kebetulan dari awal menikah sampai sekarang, kami berdua tidak tahu penghasilan masing-masing, mbak. Istri juga tidak bertanya, penghasilan saya. Jadi saya tidak memberitahu, karena menurut saya dia sepertinya tidak mau tahu.”

Komunikasi yang tampak pada pasangan ini, mirip suasana kerja, ada atasan dan bawahan. YT, yaitu pihak istri merupakan atasan dalam keluarga ini. Apa yang keluar dari mulut sang istri, keputusannya tidak dapat diganggu gugat. Dominasi jelas terlihat dilakukan istri terhadap suami, dikarenakan tingkat pendidikan istri lebih tinggi, dan istri lebih mengetahui segala kebutuhan rumah tangga. Suami cenderung mengiyakan perkataan istrinya, apalagi komunikasi mengenai keuangan.

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

(56)

tidak tahu jumlah penghasilan saya, mbak. Kalau gajian, saya serahkan ke istri. “

Hal mendominasi istri juga jelas terlihat, ketika pembagian penghasilan berlangsung diantara mereka berdua. Suami mengiyakan setiap istri membagi penghasilan untuk keperluan rumah tangga. Suami juga tidak mengontrol, apakah uang yang diberikannya setelah gajian, cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dikarenakan, tidak ada komunikasi tentang pembagian penghasilan secara lebih lanjut.

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

“Penghasilan saya untuk kebutuhan rumah tangga,sedangkan penghasilan istri untuk kebutuhan anak,mbak. Kalau kebutuhan rumah tangga kurang, istri gak pernah bilang ke saya, jadi saya tidak tahu, apakah uang yang saya beri cukup atau tidak?”

Dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka, pasangan ini, terutama pihak suami cenderung menghindari konflik. Pihak istri tidak ada keinginan yang besar untuk menyelesaikan konflik dengan cara mencoba berkomunikasi dengan suami dan menjelaskan yang sebenarnya maksud istri membeli apartemen tersebut.

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

(57)

Istri

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 10.00)

“Ketika saya membicarakan masalah apartemen itu, dia diam saja, bahkan cenderung tidak menghiraukan, ya akhirnya saya biarkan saja mbak. Mau dia tidak suka, kan apartemen itu sudah saya beli.”

Suami cenderung memilih menghindar, ketika mereka berdua membicarakan masalah apartemen yang menjadi konflik. Suami memilih menghindari perdebatan , dikarenakan suami tahu jika berkonflik secara aktif dan melakukan perdebatan, hasilnya akan sama saja. Istri tetap tidak mau mengalah dan disalahkan, apalagi apartemen tersebut juga sudah terbeli.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, pasangan ini menggunakan pola komunikasi monopoli, yaitu pihak istri memiliki otoritas penuh dalam mengurus segala hal di dalam rumah. Sedangkan suami cenderung membiarkan, karena suami tahu pasti istrinya yang menang dalam setiap argumentasi, dan suami tidak pernah diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Berikut kutipannya

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

(58)

Istri

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 10.00)

“....Lagian, apartemen itu dibeli dengan uang tabungan saya. Dia mau suka atau gak, pendapat dia gak penting, mbak.”

Sedangkan dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik, pasangan ini menggunakan strategi manajemen konflik Avoidance and active fighting

strategies,yaitu, suami menghindari konflik dengan berbagai macam

kesibukan. Berikut kutipannya

Suami

(Minggu, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

“...biasanya saya tinggal tidur mbak atau menonton Tv kalau kita sedang membahas masalah itu.”

B. Pasangan Infor man 2

Pada pasangan ini, suami lebih dominan dalam mengatur hubungan komunikasi maupun pengelolaan keuangan. Istri lebih banyak mengiyakan kehendak suami, dan cenderung menutup perasaan jika keputusan suami tidak berkenan di hatinya.

(59)

Istri

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 10.00)

“Kalau masalah komunikasi, suami saya lebih royal mbak. Ketika dia sedang santai, dia selalu menelfon ataupun sms saya. Dia selalu perhatian kepada saya, dan terkadang tidak peduli apakah saya sedang sibuk atau santai, dia tetap menelefon ataupun sms. Terkadang itu membuat saya jengkel, mbak.”

Suami

(Senin, 25 Desember 2011 pukul 15.00)

“Sekarang kan sudah banyak bermacam-macam tekhnologi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi mbak,. Jadi saya lebih menggunakan itu. “Buat saya, komunikasi itu penting mbak, apalagi kita sama-sama sibuk bekerja. Saya tidak bisa mengalihkan perhatian saya , walaupun saya dan istri saya sibuk bekerja. Terlepas dia suka atau tidak, yang jelas saya selalu memberi perhatian kepadanya.”

Kutipan di atas, menunjukkan suami tidak peduli apa yang dirasakan istrinya. Suami terus memberikan perhatian yang lebih kepada istri, karena menurut suami, perhatian itu penting dan dia tidak mau kehilangan istri lagi seperti waktu pernikahan yang pertama.

(60)

cenderung menerima,walaupun sebenarnya dia tidak rela dan setuju dengan pembagian tersebut.

Istri

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 10.00)

“Pembagian khusus yang dibuat olah suami, mbak. Gaji suami untuk biaya kebutuhan rumah tangga, sedangkan gaji saya untuk biaya anak bawaan dari suami. Masalah saya ingin beli baju, tas, atau apapun, memakai uang dia.”

Apakah anda setuju dengan pembagian tersebut?”Sebenernya mbak, saya gak rela kalau uang saya untuk membiayai anaknya. Karena itu kan tanggung jawab suami saya kepada anak dari mantan istrinya. Kalau uang saya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari gak masalah mbak. Tapi untuk biaya anak bawaan suami,saya tidak rela.”

Kutipan di atas menunjukkan, istri merasa tidak setuju dengan pembagian penghasilan yang dilakukan oleh suami. Istri merasa, jika biaya anak dari istri pertamanya, seharusnya dilakukan oleh suami. Karena Nk merasa penghasilan dia lebih pantas untuk biaya kebutuhan sehari-hari.

Suami

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 15.00)

“Selama 5 tahun ini, dia tidak ada masalah mbak. Saya juga berpikir, pasti dia setuju dengan pembagian itu. Lagian, dia kan seharusnya belajar mencintai anak-anak saya,mbak.”

(61)

Kutipan di atas menunjukkan jika suami memaksakan kehendak kepada istri. Suami berharap dan mengharuskan istri mencintai anak-anak dari istri pertamanya. Sehingga suami membuat pembagian penghasilan tersebut, dan suami merasa istri tidak pernah mengeluh dengan penghasilan yang dibuat. Ketika ditanya jika suatu saat istri mengeluh dengan pembagian tersebut, suami bersikap akan cenderung marah dengan istri yang tidak berbicara dari awal, jika tidak setuju dengan pembagian tersebut.

Dalam menghadapi konflik tentang pembagian penghasilan tersebut, istri cenderung memendam perasaan yang ada di dalam dirinya, tanpa berusaha mengutarakan pendapat kepada suami. Karena istri memahami posisi suami sebagai kepala rumah tangga, yang mengatur segala aspek rumah tangga. Istri tidak mau nanti dianggap tidak patuh.

Istri

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 10.00)

Apakah anda pernah membicarakan hal pembagian kepada suami? “Gak pernah ngomong, mbak. karena saya gak mau ribut dan dibilang gak sayang ma anak-anaknya. Lagian kan, suami saya kepala rumah tangga di sini, dan saya cuma seorang ibu rumah tangga. Keputusan kan ada di kepala rumah tangga,mbak.”

Lalu, tindakan anda terhadap masalah tersebut? Apakah tidak ada penyelesaian? “Saya pendam saja mbak, perasaan gak rela saya ini. Saya gak mau nantinya malah ribut, karena keegoisan saya.”

(62)

mengurus segala hal di dalam rumah. Sedangkan istri cenderung membiarkan, karena suami tahu pasti suaminya yang menang dalam setiap argumentasi, dikarenakan suami adalah kepala rumah tangga. Berikut kutipannya

Istri

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 10.00)

“...Lagian kan, suami saya kepala rumah tangga di sini, dan saya cuma seorang ibu rumah tangga. Keputusan kan ada di kepala rumah tangga,mbak.”

Suami

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 15.00)

“...Terlepas dia suka atau tidak, yang jelas saya selalu memberi perhatian kepadanya.”

Dalam menghadapi konflik tentang pembagian penghasilan tersebut, istri cenderung menggunakan strategi Argumentativeness, yaitu memendam perasaan yang ada di dalam dirinya, tanpa berusaha mengutarakan pendapat kepada suami. Karena istri memahami posisi suami sebagai kepala rumah tangga, yang mengatur segala aspek rumah tangga. Istri tidak mau nanti dianggap tidak patuh.

Istri

(Senin, 26 Desember 2011 pukul 10.00)

(63)

C. Pasangan Infor man 3

Pasangan ini merupakan pasangan yang menikah karena kesamaan hobi, yaitu memasak. Suami istri ini juga memiliki perbedaan latar budaya. Istri merupakan asli orang Surabaya, sehingga memiliki watak keras,sedangkan suami merupakan orang Jawa Barat dengan agama yang kuat, sehingga memiliki sifat sabar dan pendiam.

Di dalam hubungan, istri memiliki porsi lebih, sehingga terlihat mendominasi, terkadang istri tidak memerlukan opini dari suami ketika memutuskan sesuatu.

Istri

(Selasa, 27 Desember 2011 pukul 10.00)

Bagaimana komunikasi ibu dan suami bila sama-sama sibuk bekerja? “Saya yang sering menghubungi dia mbak, ketika kita sama-sama sedang sibuk bekerja. Karena dia kan lebih sibuk, sedangkan saya sebagai owner di cattering ini, jadi punya banyak waktu luang. “

Suami

(Selasa, 27 Desember 2011 pukul 15.00)

“Istri saya yang biasanya menghubungi dulu, mbak.Sekedar telfon atau sms,untuk mengingatkan makan. Karena saya mengidap penyakit darah tinggi,jadi makan tidak boleh sembarangan. Sebenernya sih, perhatiannya terlalu berlebihan,mbak. Tapi saya jarang protes, karena gak diberi kesempatan itu”

(64)

terkadang merasa risih dengan perhatian yang berlebihan dari istri, tetapi dia tidak mengungkapkan kepada istri.

Istri tidak hanya mendominasi perhatian saja, tetapi juga dalam memutuskan sesuatu. Istri merasa tidak perlu meminta pendapat suami, mengenai masalah yang terjadi di dalam keluarga besarnya, terutama saudara kandung. Ini terbukti ketika istri mengirim sejumlah uang untuk saudaranya, dan suami tidak tahu akan hal itu. Hal ini menjadi pemicu konflik yang terjadi di antara mereka.

Istri

(Selasa, 27 Desember 2011 pukul 10.00)

“Saya dan suami pernah ribut gara-gara saya mengirim uang ke saudara kan

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan hukum/skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1), Program Studi Ilmu Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta8. Adapun

005.01.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Mahkamah Agung 01 Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana dalam mendukung pelayanan peradilan Hasil

mengamati aktivitas peserta didik dan guru pada proses pembelajaran.. Melalui lembar observasi ini diharapkan dapat

SIKAP WARGA KAMPUNG HERBAL GENTENG CANDIREJO SURABAYA MENGENAI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) “KAMPUNG UKM DIGITAL” PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA DIVISI

[r]

Masa sanggah selama 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkannya pengumuman ini. Sanggahan ditujukan kepada Kelompok Kerja I Unit

kelembagaan dan program pembangunan masyarakat; saat ini pemerintah sudah banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan melakukan pemberdayaan supaya para orang

“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak- hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut