SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr am Studi Ak untansi
Diajukan oleh : Rizka Alifya Wir amihar dja
0813010103/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan oleh : Rizka Alifya Wir amihar dja
0813010103/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
(Studi Kasus pada PT. J awa Mentar i Pr ess )
yang diajukan Rizka Alifya Wir amihar dja
0813010103/FE/EA telah disetujui untuk lisan oleh :
Pembimbing Utama
Rina Mustika, SE, MMA Tanggal:...
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
berjudul “PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJ AWABAN DALAM PENILAIAN KINERJ A PUSAT PENDAPATAN DI PT. J AWA MENTARI PRESS” dapat diselesaikan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur”.
5. Ibu Rina Moestika, SE, MMA., selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran, ketelatenan dan kerelaan telah membimbing dan memberikan petunjuk sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Pimpinan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
8. Keluargaku yang tercinta terutama Papa Achmad Kamil W dan Mama iyan serta kakak saya Norilsya Yala Dika, yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Almh. Mama tercinta Sri Dina Rachman yang selalu memberikan doa dan kasih sayang tiada hentinya.
10.Keluarga besar di Surabaya, bandung dan manado,terimakasi atas doa dan dukungannya.
11. Sahabatku tercinta, Dinda, Dilla, Drajat, Meck, Desy, Yuni, Ana, Rizal, Josua, Ganda, Ina yang senantiasa memberikan bantuan, smangat dan dukungan dalam menyelesaikan kuliah hingga akhir penyusunan skripsi. 12.Dimas dan keluarga, terimakasih telah memberikan doa, nasehat dan
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, April 2012
RizkaAlifyaWir amihar dja Abstr aksi
Akuntansipertanggungjawabanmerupakansistemakuntansi yang
mengakuiadanyapusat-pusatpertanggungjawabanpadasebuahperusahaan.Akuntansipertanggungjawaba
ntimbulsebagaiakibatadanyawewenang yang
diberikandanbagaimanamempertanggungjawabkannyadalambentuktertulis.Lap orantersebutberupalaporanpertanggungjawaban yang dapatdigunakansebagaidasaranalisapengukuranprestasikinerjamanajeruntukseti appusatpertanggungjawaban.Pusatpendapatandalamsistemakuntansipertanggun
gjawabandihubungkandenganmanajer yang
memilikiwewenangdalammengaturkeuanganperusahaan.
Tujuan yang
ingindicapaidalampenelitianiniadalahuntukmengetahuibagaimanapenerapanaku ntansipertanggungjawabandalampenilaiankinerjapusatpendapatanmelaluipende katanstudikasauspada PT. JawaMentari Press Surabaya.
Berdasarkanpembahasandananalisi data, dapatdisimpulkanbahwa PT.
JawaMentari Press
telahmenerapkanakuntansipertanggungjawabandenganbaikterlihatpadapenyusu nananggaranpendapatan,
Penerapanakuntansipertanggungjawabandapatdilihatberdasarkan anggaran dan realisasi penjualan PT. Jawa Mentari Press, secara kumulatif kinerja manajer pusat pendapatan dikatakan baik karena hal ini dapat terlihat dari peningkatan realisasi penjualan dan pendapatan.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 6
2.2 Landasan Teori ... 10
2.2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ... 10
2.2.2 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban ... 13
2.2.3 Informasi Akuntansi pertanggungjawaban ... 15
2.2.4 Tujuan dan keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17
2.3.1.1 Sistem Anggaran dalam Akuntansi
Pertanggungjawaban ... 23
2.3.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban ... 26
2.3.2.1 Anggaran Penjualan Pusat Pendapatan... 29
2.3.2.2 Biaya Realisasi ………. 30
2.3.2.3 Pusat Pendapatan ………. 31
2.4 Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan ... 32
2.4.1 Definisi Kinerja………. 32
2.4.2 Aspek Kinerja ………... 34
2.4.3 Faktor-faktor Kinerja ... 34
2.4.3.1 Evaluasi Kinerja ... 35
2.4.3.1 Pelaporan Kinerja Pusat Pendapatan ... 37
2.5 Hubung Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Pengkuran Kinerja ………. ... 38
2.6 Proses Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban………. ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis Penelitian ... 40
3.2 Lokasi Penelitian ... 44
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 44
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 47
4.2 Struktur Organisasi ... 55
4.3 Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 58
4.4 Pusat Pert6anggungjawaban ... 63
4.5 Anggaran Penjualan Pusat Pendapatan ... 66
4.5.1 Penyusunan Anggaran Penjualan Pusat Pendapatan Perusahaan ... 68
4.6 Pusat Pendapatan ... 71
4.7 Penilian Kinerja Pusat Pendapatan ... 72
4.8 Pelaporan Kinerja Pusat Pendapatan ... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. . 79
5.3 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA
1.1. Latar Belakang
Perusahaan adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut, sebuah perusahaan memerlukan sebuah manajemen yang
baik. Sebuah perusahaan tidak akan berjalan mulus tanpa adanya manajemen.
Kegiatan-kegiatan yang berjalan dengan lancar dicapai oleh orang-orang yang
aktivitasnya direncanakan secara cermat. oleh karena itu, dalam suatu
perusahaan pihak manajemen memiliki peranan yang sangat penting.
Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari, perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan merupakan
suatu tahap yang dilakukan oleh manajemen berupa penyusunan anggaran.
Penyusunan anggaran ini bertujuan untuk menentukan peran setiap manajer
dalam melaksanakan program atau bagian program(Supriyono,2000:40).
Selain fungsi perencanaan fungsi manajemen lainnya adalah pengendalian
atau control yang meliputi kegiatan penerapan (action) dan evaluasi kinerja
(performance evaluation). Fungsi manajemen ini harus dilaksanakan dan
dikuasai oleh setiap tingkat manajeman yang ada pada perusahaan
Salah satu bagian dari akuntansi manajemen adalah akuntansi
pertanggungjawaban, Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu
sisitem akuntansi yang ditujukan mengukur prestasi kerja tiap bagian yang
berfokus pada pengendalian biaya (Christina,2004). pengelompokan dan
pelaporan biaya dilakukan tiap tingkatan manajemen yang hanya dibebani
dengan biaya yang berada dibawah tanggungjawabnya. menurut sistem ini,
tiap bagian yang ada dalam bagian organisasi dibagi menjadi pusat
pertanggungjawaban. Keselurahan pusat pertanggungjawaban ini membentuk
jenjang hierarki dalam organisasi (rambe,2004). Horngren(2003) menegaskan
akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi bagian organisasi yang
mempunyai tanggungjawab untuk setiap tujuan, mengembangkan ukuran dan
target untuk dicapai, dan menciptakan laporan ukuran oleh bagian kecil
organisasi pusat pertanggungjawaban (jurnal riset ekonomi dan bisnis vol 9
no. 2,September 2009).
Dengan ditetapkan akuntansi pertanggungjawaban maka dapat
diketahui siapa saja orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas
kinerja yang hubungannya dengan wewenang yang dimiliki tiap-tiap manager.
Untuk evaluasi keuangan, pusat pertanggungjawaban diklasifikasikan menjadi
empat bagian,yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat
investasi. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai pusat
Pusat Pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi tanggung jawab untuk meningkatkan pendapatan pusat
pertanggungjawaban tersebut. Manajer yang bertanggungjawab pada suatu
pusat pendapatan diharuskan untuk membuat suatu laporan
pertanggungjawaban yang berisi target pendapatan serta realisasinya,
sehingga melalui laporan tersebut akan dapat diketahui selisih (Variance) dari
target pendapatan yang telah ditetapkan, baik yang bersifat menguntungkan
maupun yang merugikan. Untuk mengetahui seberapa baik manajer pusat
pendapatan melaksanakan tanggung jawabnya tersebut, maka perusahaan
memerlukan suatu alat pengukuran kinerja yaitu salah satunya dengan
menggunakan sistem akuntansi pertanggungjawaban.
PT. Jawa Mentari Press merupakan perusahaan penerbitan majalah
“Mentari” yang kini sedang menghadapi persaingan-persaingan yang begitu
banyak dari perusahaan penerbit lainnya yang begitu gencar menerbitkan
majalah yang sejenis dengan segmen pasar yang sama. Sehingga
menimbulkan turunnya omset penjualan pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat data penjualan PT.
Target Penjualan dan Realisasi
PT. Jawa Mentari Press
Tahun 2007-2011
Tahun Target
(EKS)
Realisasi
(EKS)
Selisih
(EKS)
2007 2.500.000 2.352.000 148.000
2008 2.600.000 2.653.000 53.000
2009 2.650.000 2.544.000 106.000
2010 2.650.000 2.735.000 85.000
2011 2.650.000 2.752.000 102.000
Sumber : PT. Jawa Mentari Press
Setelah mengetahui masalah yang dihadapi, evaluasi kinerja manajer
pusat pendapatan dilakukan secara berkala. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan antara anggaran penjualan dengan realisasinya.
Berdasarkan perbandingan laporan tersebut akan dapat diketahui besarnya
penyimpangan yang terjadi apakah bersifat menguntungkan atau
merugikan,dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut maka
penilaian terhadap manajer dapat dilakukan. Dari latar belakang masalah
tersebut maka penelitian ini mengambil judul : “Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban Dalam Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan Pada
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
“ Bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian
kinerja pusat pendapatan pada PT. Jawa Mentari Press”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini oleh peneliti ialah :
Untuk mengetahui gambaran akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai
kinerja pusat pendapatan pada PT. Jawa Mentari Press.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai informasi
dan sarana perbaikan yang diperlukan sehubungan dengan penerapan
akuntansi pertanggungjawaban.
2. bagi penulis, dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi oleh
perusahaan serta mengetahui sampai sejauh mana akuntansi
pertanggungjawaban dapat digunakan untuk pengendalian biaya dan
3. Bagi dunia akademisi, dapat memotivasi penelitian-penelitian selanjutnya
terutama didalam bidang akuntansi pertanggungjawaban dengan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini antara lain :
1. Bayu Haryanto (2010)
Judul :
“Peran Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Hubungannya Dengan
Penilaian kinerja Manajer “
Permasalahan :
1. Apakah struktur organisasi perusahaan telah mencerminkan sistem
akuntansi pertanggungjawaban?
2. Bagaimana pembuatan rekening pada sistem pelaporan?
3. Bagaimana penyusunan anggaran perusahaan terhadap efektifitas dan
efesiensi biaya pemasaran?
4. Bagaimana sistem pelaporan perusahaan berkenaan dengan laporan
pertanggungjawaban?
5. Apakah akuntansi pertanggungjawaban manager PT.Pakerin Surabaya
Kesimpulan
a. Perusahaan belum menerapkan akuntansi pertanggungjawaban. Hal ini
dapat dilihat dari penyusunan anggaran dan laporan
pertanggungjawaban yang belum mencerminkan tanggungjawab
masing-masing pusat pertanggungjawaban.
b. Struktur organisasi sudah disusun berdasarkan desentralisasi namun
belum dibuat suatu kode pusat-pusat pertanggungjawaban.
c. Dengan menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban, maka
manajemen dapat dimintai pertanggungjawaban atas kinerja, para
manajer pusat pertanggungjawaban khususnya pusat biaya, karena
dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban proses penyusunan
anggaran dan penilaian kinerja disusun berdasarkan biaya terkendali.
d. berdasarkan evaluasi kinerja manajer dapat disimpulkan bahwa
beberapa pusat pertanggungjawaban seperti kepala bagian pemasaran
divisi duplex terlihat perlu meningkatkan efisiensi kinerja.
2. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol.9 No. 2
Judul:
“Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian
Hasil Penelitian
a. Akuntansi pertanggungjawaban hanya dibatasi pada biaya produksi
tahun 2008 pada bagian produksi dengan divisi kapal perang sebagai
pusat biaya
b. Analisis laporan pertanggungjawaban sebagai alat penilaian kinerja
diukur melalui struktur organisasi, penyusunan anggaran produksi,
pemisahan biaya produksi dan pengkodean rekening serta pelaporan
biaya produksi
Kesimpulan:
a. Struktur organisasi pada divisi kapal perang PT.PAL perlu
didesain kembali untuk memungkinkan diterapkannya akuntansi
pertanggungjawaban
b. Dalam menyusun anggaran biaya produksi, manajemen belum
memenuhi syarat akuntansi pertanggungjawaban karena belum
mengikutsertakan bagian-bagian yang ada dibawah departemen
produksi.
c. Penyebab terjadinya penyimpangan biaya produksi disebabkan
karena kurangnya pengendalian biaya produksi, dimana biaya
produksi belum dipisahkan antara biaya terkendali dan tidak
d. Dalam sistem akuntansi biaya dank ode rekening, perusahaan telah
melakukan sesuai sistem akuntansi pertanggungjawaban. Namun,
masih perlu dilakukan pembenahan dengan menambahkan kode
untuk membedakan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.
e. Sistem pelaporan belum sesuai dengan struktur organisasi. Perlu
disusun kembali untuk memperjelas garis wewenang dan
tanggungjawab.
3. Iswahyudi (2006)
Judul :
“Pengaruh penganggaran partisipatif dan motivasi terhadap kinerja
manajerial”
Permasalahan
Apakah penganggaran partisipatif dan motivasi mempunyai pengaruh
terhadap kinerja manajerial PT.Wangta Agung Surabaya
Hipotesis :
Diduga penganggran partisipatif dan motivasi berpengaruh terhadap
kinerja manajerial pada PT. Wangta Agung Surabaya.
Kesimpulan :
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,596 atau sebesar
59,6%, sedangkan sisanya sebesar 40,6% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak ikut diteliti dalam model regresi ini. Sehingga hipotesis yang
terhadap kinerja manajerial pada PT.Wangta Agung Surabaya bahwa telah
dapat dibuktikan kinerjanya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Seorang pimpinan diharapkan mampu memantau seluruh kegiatan
operasi perusahaan secara langsung. Namun, semakin kompleksnya kegiatan
suatu perusahaan menyebabkan pimpinan tak lagi mampu memantau seluruh
kegiatan perusahaan secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pendelegasian wewenang dan tanggungjawab melalui penerapan akuntansi
pertanggungjawaban. Dengan akuntansi pertanggungjawaban, pimpinan dapat
mengendalikan tanggung jawab tiap unit kerja atau pusat
pertanggungjawaban.
Akuntansi Pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang mengukur
berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut
informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoprasikan pusat
pertanggungjawaban mereka. (Hansen dan Mowen, 2000: 63)
Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para
manajer akan meningkat. Hal didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu
tujuan atau standart yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka
karyawan juga memiliki rasa tanggungjawab pribadi untuk mencapainya
karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani, 1975) dalam
Ratnawati kurnia, semakin tinggi tingkat keterlibatan manajer dalam proses
penyusunan anggaran, akan semakin meningkat kinerja (Indriantoro, 2000)
Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi
pertanggungjawaban, antara lain dikemukakan oleh Hansen dan Mowen
(2000: 63) adalah sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang
mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban
menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan
pusat pertanggungjawaban.
Menurut Mulyadi (1981 : 379) bahwa :
“Akuntansi pertanggungjawaban adalah satu system akuntansi yang disusun
sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan
dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan
tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang
bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan atau pendapatan yang
Menurut Samryn (2000 : 258) didefinisikan sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang
digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai
dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoprasikan pusat
pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian
manajemen”.
Sedangkan menurut Matz dan Usry (dikutip oleh Bayu
Haryanto,2010) adalah sebagai berikut :
“Akuntansi pertanggungjawaban sebagai suatu program yang meliputi
semua manajemen operasi dengan dibantu oleh devisi akuntansi biaya
atau anggaran yang menyediakan laporan dalam bentuk harian,
mingguan, atau bulanan.”
Dari definisi-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang
disesuaikan dengan struktur organisasi perusahaan, dimana pada
masing-masing tingkatan manajemen yang lebih rendah diberi berbagai macam
tugas, wewenang dan tanggung jawab. Selain itu juga memberikan
informasi tentang prestasi yang dicapai oleh masing-masing pusat
pertanggungjawaban. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, dengan
manajer pusat pertanggungjawaban lebih termotivasi untuk bekerja lebih
baik lagi dan lebih berprestasi.
Tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah untuk
mengadakan evaluasi hasil kerja dan memberikan atau menghasilkan arus
balik sehingga operasi-operasi diwaktu yang akan datang dapat
ditingkatkan.
2.2.2. Karakteristik akuntansi pertanggungjawaban
Menurut Mulyadi (dikutip oleh Athena,2010) yaitu :
1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat
pertanggungjawaban sebagai unit organisasi departemen, keluarga
produk, tim kerja, atau individu. Apa pun satuan pusat
pertanggungjawaban yang dibentuk, system akuntansi
pertanggungjawaban membebankan tanggungjawab kepada individu yang
diberi wewenang. Tanggung jawab dibatasi dalam satuan keuangan
(seperti biaya).
2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang
bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Setelah pusat pertanggungjawaban diidentifikasi dan ditetapkan, system
sebagai dasar untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar
yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya
standard anggaran merupakan ukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam
anggaran.
3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran
Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer
pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan
dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi
akuntansi pertanggungjawaban, yang mencerminkan ukuran kinerja
manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran.
Dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban, secara prinsip individu
hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya yang dimiliki dan individu
tersebut memiliki wewenang untuk mempengaruhinya secara signifikan.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan biaya
sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan kepada setiap
manajer yang bertanggung jawab, untuk memungkinkan setiap manajer
mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran mereka dan
4. Manajer secara individu diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan
kebijakan manajemen yang lebih tinggi.
Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para
manajer dalam mengelola biaya untuk mencapai target standar biaya
yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab
terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang
dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau
hukuman menurut system penghargaan dan hukuman yang ditetapkan.
2.2.3. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
Manajemen dari berbagai jenjang organisasi suatu perusahaan
memerlukan informasi keuangan untuk mengambil keputusan mengenai
perusahaan itu sendiri atau bagiannya. Informasi keuangan ini merupakan
masukan yang penting bagi para manajer dalam mengelola perusahaan atau
bagiannya. Berbeda dengan pihak luar yang memerlukan informasi keuangan
guna mengambil keputusan untuk menentukan hubungan mereka dengan
suatu perusahaan, para manajer memerlukan informasi keuangan sebagai
dasar untuk mengambil keputusan mengenai perusahaan atau bagian yang
dipimpin oleh manajer yang bersangkutan. Informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh para manajer tersebut diolah dan disajikan oleh tipe
Oleh karena karakteristik keputusan yang dibuat oleh pihak luar
berbeda dengan karakteristik keputusan yang dibuat oleh para manajer, maka
hal ini mempunyai dampak terhadap karakteristik system pengelolahan
informasi akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan tersebut.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi biaya,
pendapatan, dan aktiva yang dihubungkan dengan manajer yang
bertanggungjawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Dalam
penyusunan anggaran, tiap manajer dalam organisasi merencanakan biaya dan
pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya dibawah koordinasi manajemen
puncak. Pelaksanaan anggaran tersebut memerlukan informasi akuntansi guna
memantau sampai seberapa jauh tiap manajer tersebut melaksanakan
rencananya. Informasi akuntansi pertanggungjawaban dengan demikian
merupakan dasar untuk menganalisis prestasi manajer dan sekaligus untuk
memotivasi para manajer dalam melaksanakan rencana mereka yang
dituangkan dalam anggaran mereka masing-masing
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan asset,
pendapatan dan atau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang
bertanggung jawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi ini
dapat berupa informasi historis yang berupa asset, pendapatan dan atau biaya
masa lalu, dan dapat pula informasi masa yang akan datang. Informasi
bermanfaat untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi
pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai
penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasi manajer
(Mulyadi,1997). (dikutip oleh Athena, 2010)
2.2.4. Tujuan Dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban
Didalam penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada suatu
perusahaan, terlebih dahulu harus diketahui apa yang menjadi tujuan dari
akuntansi pertanggungjawaban itu sendiri.
Menurut Robert N.Anthony dan Roger H. Hermanson (2001)
dikemukakan bahwa :
“Tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah meningkatkan operasi-operasi
perusahaan diwaktu yang akan datang”.
Adapun keuntungan dari Akuntansi Pertanggungjawaban adalah
individu dalam organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran
perusahaan secara efektif dan efisien.
Manfaat dari Akuntansi pertanggungjawaban adalah :
1. Dasar penyusunan anggaran
3. Pemotivasi manajer
4. Alat untuk memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas
2.2.5. Responsibility Reporting
Sejalan dengan perkembangan usaha dan peningkatan volume
aktivitas serta ruang lingkup usaha yang semakin kompleks kemampuan
untuk mengendalikan organisasi oleh seorang pimpinan akan semakin
sulit, maka pimpinan membuat suatu sistem dan metode serta alat-alat
pengendalian yang dapat membantu didalam pelaksanaan tugasnya. Agar
hal tersebut terpenuhi dibutuhkan suatu informasi berupa informasi
akuntansi manajemen yang berguna sebagai alat untuk komunikasi,
motivasi, penarikan perhatian dan penilai.
Informasi akuntansi manajemen yang dimaksud adalah suatu
laporan yang berisikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan oprasional
tugas dan pekerjaan yang dibebankan selama periode tertentu atau
disebut dengan Responsibility Reporting. Pelaksanaan berkewajiban untuk
membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak pimpinan. Laporan
tersebut akan digunakan oleh pimpinan untuk berbagai keperluan, antara
lain untuk mengevaluasi keberhasilan, penilaian prestasi dan lain
Laporan pertanggungjawaban membuat informasi anggaran
pendapatan dan atau biaya yang dapat dikendalikan serta selisih antara
anggaran dan realisasinya, sehingga laporan pertanggungjawaban dapat
digunakan sebagai sarana mengefektifkan pengendalian biaya sebab
informasi yang disajikan lebih lengkap dan lebih rinci. Laporan ini
berfokus pada prestasi keuangan dari setiap pusat pertanggungjawaban,
system pelaporan ini sangat dipengaruhi oleh lini pertanggungjawaban
dan wewenangnya ditetapkan didalam struktur organisasial. Sebagai
suatu elemen dalam proses pengendalian manajemen perusahaan, setiap
laporan pertanggungjawaban berisikan standar prestasi. Sistem pelaporan
pertanggungjawaban dapat digambarkan sebagai suatu sistem
pengendalian anggaran yang mengikuti struktur organisasional
perusahaan, memuat penyimpangan-penyimpangan biaya antara anggaran
dan realisasinya sehingga bisa diketahui ketidakefesienan dan masalahnya
dalam perusahaan. Laporan ini berguna bagi tiap pusat
pertanggungjawaban untuk mengetahui kelemahan atau kekeliruan yang
dilakukan, sehingga memotivasi mereka untuk memperbaiki.
2.2.6. Hubungan Responsibility Reporting dengan Responsibility Accounting
Dari uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
diperoleh gambaran mengenai Responsibility Reporting dan Responsibility
hakekatnya sistem pelaporan pertanggungjawaban, yang juga dikenal
sebagai sistem akuntansi pertanggungjawaban, terdiri dari seperangkat
laporan yang berhubungan yang disiapkan bagi para manajer diberbagai
pusat pertanggungjawaban didalam suatu perusahaan.
Laporan pertanggungjawaban mencakup pelaporan dalam
akuntansi pertanggungjawaban, bahkan umumnya istilah Responsibility
Reporting, dan Responsibility Accounting, dianggap sama maknanya.
Responsibility Reporting merupakan inti dari penerapan Responsibility
Accounting. Responsibility Reporting dapat digunakan sebagai alat
pengendali biaya yang telah dikeluarkan oleh suatu pusat
pertanggungjawaban dan mampu memotivasi manajer untuk bertindak
langsung apabila dipandang perlu untuk dapat memperbaiki prestasi
kerja.
Menurut Mulyadi (dikutip oleh Diana Putri, 2005) Terdapat 5 syarat
yang dapat diterapkan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban yaitu
:
1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan
tanggungjawab dari tiap tingkatan manajemen.
3. Penggolongan biaya yang sesuai dapat dikendalikan atau tidak
oleh manajemen tertentu dalam organisasi.
4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur
organisasi.
5. sistem pelaporan biaya kepada manajer yang dapat bertanggung
jawab penuh.
Akuntansi pertanggungjawaban dapat menarik perhatian bagi
kebanyakan pimpinan tertinggi karena hal itu memudahkan pelimpahan
(delegasi) pengambilan kekuasaan, jadi setiap pimpinan diberikan
kekuasaan atas sesuatu bagian yang lebih kecil (sub unit) bersama-sama
dengan suatu wewenang. Dilain pihak, akuntansi pertanggungjawaban
memberikan sarana-sarana dasar untuk mengadakan evaluasi atas
kemampuan setiap manajer. Akibatnya pimpinan tertinggi selalu
mendapatkan informasi, Akuntansi pertanggungjawaban membantu untuk
memotivasi bagi setiap manajer melalui laporan prestasi kerja atau
laporan pertanggungjawaban yang dirancang untuk mengukur prestasi
manajer yang dinyatakan melalui biaya dan atau pendapatan yang dapat
2.3. Pusat pertanggungjawaban
2.3.1. Definisi Pusat Akuntansi Pertanggungjawaban
Pusat Pertanggungjawaban adalah setiap unit kerja dalam organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas
yang dilakukan, atau unit organisasi yang dipimpinnya. Dalam kaitan ini suatu
organisasi terdiri dari kumpulan beberapa pusat pertanggungjawaban.
Keseluruhan pusat pertanggungjawaban ini membentuk jenjang hirarki dalam
organisasi tersebut. Pada tingkatan yang terendah bentuk dan pusat
pertanggungjawaban ini kita dapatkan sebagai seksi,regular bergilir, serta
unit-unit kerja lainnya, pada tingkatan yang lebih tinggi pusat
pertanggungjawaban dibentuk dalam departemen-departemen ataupun
divisi-divisi. Biasanya istilahpusat pertanggungjawaban hanya kita terapkan untuk
unit-unit kerja yang terletak pada tingkat bawah dalam suatu lingkup
organisasi.
Dalam struktur organisasi perusahaan, organisasi perusahaan dibentuk
untuk menentukan posisi, wewenang, kewajiban, tanggungjawab, serta
hubungan antara manajer di dalam perusahaan. (Supriyono 1999 : 8)
Definisi pusat pertanggungjawaban menurut Hansen,Mowen
“Pusat pertanggungjawaban (Responsibility Center) merupakan suatu segmen
bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap serangkaian
kegiatan-kegiatan tertentu”.
Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan (2002 : 12) Pusat
pertanggungjawaban adalah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer
yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan”.
Sedangkan Menurut Moriarty and Allen (1991) mengartikan pusat
pertanggungjawaban sebagai berikut :
“A Responsibility centuries an activity on collection of activities
supervised by a single individual.”
Dengan demikian dari berbagai pendapat diatas, penulis mengambil
suatu kesimpulan bahwa pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit
organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang mempunyai wewenang
dan tanggungjawab atas aktivitas unit yang dipimpinnya. Pusat
pertanggungjawaban dapat berupa unit organisasi seperti seksi, segmen,
departemen, divisi atas sebuah perusahaan.
2.3.2.1. Sistem Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban
Salah satu syarat utama dari sistem akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan tingkat pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan. Untuk
menghasilkan laporan yang efektif, maka penyusunan anggaran harus dibuat
disetiap pusat pertanggungjawaban yang ada. Oleh karena itu pada proses
penyusunan anggaran, masing-masing bagian akan terlibat secara aktif untuk
menyusun anggaran di masing-masing bagian tersebut.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses
penetapan pesan (role setting) dalam tujuan pencapaian tujuan perusahaan,
dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan
dalam melaksanakan sebagian kegiatan pencapaian tujuan perusahaan dan
ditetapkan pula sumber ekonomi yang disediakan untuk memungkinkan
manajer berperan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan tersebut diukur
dalam satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena
itu penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi
akuntansi pertanggungjawaban.
Penyusunan anggaran perusahaan secara keseluruhan harus didukung
oleh anggaran-anggaran dari seluruh unit aktivitas. Antara unit aktivitas satu
dengan aktivitas unit lainnya harus saling menunjang dan melengkapi.
Keikutsertaan setiap tingkat manajemen dalam menyusun anggaran akan
memberikan motivasi bagi tiap manajer pusat pertanggungjawaban untuk
Dalam akuntansi pertanggungjawaban anggaran dapat digunakan
sebagai tolak ukur pengendalian biaya (Mulyadi,1981 : 382). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa untuk tujuan pengendalian biaya, organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap manajer
jelas. Anggaran menghendaki adanya organisasi yang baik, tiap-tiap
manajernya mengetahui wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Dengan demikian, jika terjadi sesuatu dengan yang direncanakan dalam
anggaran akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggungjawab.
Untuk pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun sesuai
dengan tingkat manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajer harus
mengajukan rancangan anggaran biaya-biaya yang ada dibawah
tanggungjawab masing-masing. Rancangan anggaran ini kemudian
dikombinasikan di selaraskan satu sama lain oleh komite anggaran. Setiap
perubahan yang dilakukan terhadap rancangan anggaran tersebut harus
dirundingkan dengan dan diberitahukan kepada manajer penyusunan anggaran
biaya, sehingga menciptakan peran serta dan komitmen mereka dalam
mencapai target yang ditetapkan. Dengan demikian, masing-masing manajer
akan merasa bahwa anggaran biaya untuk pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya adalah anggarannya dan dia akan bersedia dinilai atas tolak ukur
Menurut Mulyadi (1981 : 384) Bahwa dalam sistem penyusunan
anggaran dalam laporan pertanggungjawaban, setiap manajer berpartisipasi
dalam penyusunan anggaran bagiannya masing-masing dan oleh karna itu,
masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban mengenai realisasi
anggaran tersebut, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian
dapat dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban, maka hanya
biaya-biaya terkendalikan saja yang harus dipertanggungjawabkan.
2.3.2. J enis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban
dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan
pusat-pusat pertanggungjawaban dan tolak ukur kinerjanya. Suatu pusat-pusat
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu system yang mengolah
masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang
dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan.
Hubungan antara masukan dan keluaran suatu pusat
pertanggungjawaban mempunyai karakteristik tertentu. Hampir semua
masukan pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara kuantitatif, namun
tidak semua keluaran pusat pertanggungjawaban dapat diukur secara
Ada empat jenis pusat pertanggungjawaban, digolongkan menurut
sifat input Sdan output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian
(Anthony dan Govidaraja,2002 :115-117,168) :
a. Pusat pendapatan
Dipusat pendapatan, suatu output (yaitu,pendapatan) diukur secara moneter,
akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk mengkaitkan input
(yaitu, beban atau biaya) dengan output. Pada umumnya, pusat pendapatan
merupakan unit pemasaran/penjualan yang tidak memiliki wewenang untuk
menetapkan harga jual dan tidak bertanggungjawab atas harga pokok
penjualan dari barang-barang yang mereka pasarkan. Penjualan atau pesanan
actual diukur terhadap anggaran dan kuota, dan manajer dianggap
bertanggung jawab atas biaya yang terjadi secara langsung di dalam unitnya,
akan tetapi ukuran utamanya adalah pendapatan.
b. Pusat Biaya
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang inputnya diukur secara
moneter, namun outputnya tidak. Pusat biaya (cost center), manajer
departemen atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya
yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang
mempengaruhi biaya tersebut. Pusat biaya merupakan jenis pusat
pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Hal ini karena
yang dapat diidentifikasi dengan cepat pada sebagian besar perusahaan. Besar
atau kecilnya pusat biaya tergantung pada aktivitas-aktivitasnya.
Manajer pusat biaya perlu memastikan bahwa tugas-tugas yang
diembannya dituntaskan dalam batasan yang diperkenankan oleh anggaran
atau biaya standar. Manajer pusat biaya memakai biaya standard an anggaran
yang fleksibel untuk mengendalikan biaya. Apabila selisih dari standar
bersifat signifikan, manajemen haruslah menginvestigasi aktivitas-aktivitas
pusat biaya dalam upaya menentukan apakah biaya diluar kendali, atau
sebaliknya, standar biayanya yang memang perlu direvisi. Manajer pusat
biaya tidak membuat keputusan menyangkut penjualan ataupun jumlah asset
tetap yang diinvestasikan pada pusat biaya tersebut.
c. Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban dimana baik masukan
(biaya yang dikonsumsi) maupun keluaran (pendapatan yang berhasil dicapai)
dapat diukur dengan satuan moneter. Selisih antara pendapatan dan biaya
adalah laba yang diperoleh atau rugi yang diderita. Pembentukan pusat laba
memerlukan perincian tugas, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab
serta dukungan informasi agar manajer yang bersangkutan dapat
merencanakan kegiatan-kegiatan pada unit dengan baik.
d. Pusat Investasi
biayanya, baik biaya operasi maupun biaya yangtimbul sehubungan dengan
usaha memperoleh sumber daya dan menentukan barang modal yang akan
dibeli.
Masalah utama dalam sebuah pusat investasi adalah laba yang
dihasilkan dan harta yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut, yaitu
apakah yang dihasilkan telah sebanding dengan modal yang diinvestasikan.
Manajemen pusat investasi diharapkan memperoleh laba sebesar jumlah yang
ditetapkan untuk setiap nilai rupiah yang diinvestasikan. Prestasi pusat
investasi ini diukur dengan menilai tingkat Residual, Income maupun tingkat
Return On Investment.
2.3.2.1. Anggaran Penjualan Pusat Pendapatan
Anggaran Penjualan merupakan anggaran yang sangat penting dalam
penentuan proyeksi penjualan dan penghasilan yang realistis dan pendukung
utama dalam menyusun rencana anggaran komprehensip perusahaan, Sebab
jika anggaran penjualan bersifat tidak realistis atau terlalu percaya diri maka
sebagian besar rencana laba secara keseluruhan juga akan ikut tidak realistis.
Selain itu, anggaran penjualan juga dapat dijadikan sebagai pedoman dan
motivasi bagi setiap individu dalam perusahaan untuk berusaha mengerahkan
sedluruh sumber daya dan kemampuan yang dimiliki dalam mencapai tujuan
Menurut Mulyadi (2001 : 488) Anggaran merupakan suatu rencan
kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter
standard an satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Sedangkan menurut (Hansen dan Mowen, 2004 :714) yaitu :
Anggaran mendesak manajemen untuk merencanakan kegiatan di masa yang
akan datang untuk mengembangkan arah keseluruhan organisasi, melihat
kemungkinan timbulnya masalah, dan untuk mengembangkan kebijakan masa
yang akan datang. (dalam Jihan azizah,2006)
2.3.2.2. Biaya Realisasi
Didalam akuntansi pertanggungjawaban, tiap manajer berprestasi
dalam penyusunan anggaran masing-masing mereka akan disertai
pertanggungjwaban mengenai realisasi anggaran, pertanggungjawaban
manajer tersebut hanya pada biaya dapat dikendalikan saja. Oleh karena
itu perlu dilakukan pemisahan antara biaya yang tidak dapt dikendalikan
dengan yang dapat dikendalikan untik setiap tingkatan manajemen.
Menurut Mulyadi dan Supriyanto (2000 : 169) biaya terkendali adalah:
“Biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer
pusat pertanggungjawaban dalam jangka waktu tertentu.” Pengertian
merupakan biaya yang secara langsung dapat dikendalikan oleh manajer
pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan. (dikutip oleh ernawati,2010)
Pemisahan biaya kedalam biaya terkendali dan biaya tidak
terkendali berhubungan dengan :
1. Tingkat manajemen
2. Jangka waktu
Untuk memisahkan suatu biaya kedalam biaya terkendalikan dan
biaya tak terkendalikan pada kenyataannya mengalami kesulitan.
Biasanya dalam organisasi hanya ada seorang yang menjadi
penanggungjawab utama dalam pengendaliannya, yaitu pimpinan yang
dapat mengawasi secara dekat kegiatan sehari-hari. Semua biaya yang
terkendalikan oleh tingkat manajemen bahwa, dipandang juga
terkendalikan oleh tingkat manajemen yang membawahinya.
2.3.2.3. Pusat Pendapatan
Dipusat pendapatan, suatu output (yaitu,pendapatan) diukur secara
moneter, akan tetapi tidak ada upaya formal yang dilakukan untuk
mengkaitkan input (yaitu, beban atau biaya) dengan output. Pada umumnya,
pusat pendapatan merupakan unit pemasaran/penjualan yang tidak memiliki
wewenang untuk menetapkan harga jual dan tidak bertanggungjawab atas
atau pesanan actual diukur terhadap anggaran dan kuota, dan manajer
dianggap bertanggung jawab atas biaya yang terjadi secara langsung di dalam
unitnya, akan tetapi ukuran utamanya adalah pendapatan.
Menurut Supriyono (2000:331) Pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai
atas dasar pendapatan pusat pertanggungjawabantersebut.
Prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar satuan moneter
pendapatannya. Dalam pusat pendapatan, keluaran (output), yaitu pendapatan,
diukur dalam ukuran satuan moneter. pusat pendapatan terkadang diserahi
tanggungjawab terhadap biaya yang dapat dikendalikan, yang dikeluarkan
dalam rangka memperoleh pendapatan tersebut, tetapi ukuran prestasi pusat
pertanggungjawaban tersebut yang terpenting adalah pendapatan.
2.4. Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
2.4.1. Definisi Kinerja
Pada umumnya kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja juga dapat dikatakan sebagai
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
Menurut Cormick Tiffin 1980 (sutrisno, 2010) kinerja adalah
kuantitas, kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas.
Kuantitas adalah hasil yang dapat dihitung sejauh mana seseorang dapat
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kualitas adalah bagaimana
seseorang dalam menjalankan tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan
yang dibuat, kedisiplinan dan ketepatan.
Menurut Hansen Mowen (2001:909) Penilaian kinerja dinilai dengan
membandingkan hasil actual dengan hasil-hasil yang dianggarkan. Kinerja
biaya sangat dibutuhkan dalam skema kontenporer, waktu, kualitas dan
efisiensi merupakan semua dimensi kritikel dalam kinerja.
Prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang
dicapai oleh unit organisasi yang dipimpinnya. Penilaian prestasi manajer
tersebut dilakukan dengan cara membandingkan anggaran pendapatan dengan
realisasinya. Selisih antara anggaran dengan realisasinya dapat dibagi kedalam
selisih yang menguntungkan atau favorable variance dan selisih tidak
menguntungkan atau unfavorable variance. Selisih antara anggaran dan
realisasi untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut. Penilaian
kinerja ini juga dilakukan untuk menyediakan umpan balik bagi karyawan
dengan memberikan penghargaan khusus (reward) terhadap hasil kerja yang
2.4.2. Aspek Kinerja
Menurut Miner (1990) mengemukakan secara umum dapat dinyatakan
empat aspek kinerja, yaitu sebagai berikut :
1. kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu,
dan ketepatan dalam melakukan tugas.
2. kuantitas yang dihasilkan, berkenan dengan berapa jumlah produk atau
jasa yang dapat dihasilkan.
3. Waktu kerja, menerangkan tentang jumlah absent, keterlambatan, serta
masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.
4. Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau
menghambat dari teman kerjanya.
2.4.3. Faktor-Faktor Kinerja
Menurut Prawirosentono (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas dan efisiensi
Dalam hubungannya dalam organisasi,maka ukuran baik buruknya kinerja
diukur oleh efektivitas dan efisiensi. dikatakan efektif bila mencapai
tujuan, dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong
2. Otoritas dan tanggungjawab
Wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan
mendukung kinerja manajer atau karyawan tersebut. kinerja manajer atau
karyawan dapat terwujud apabila mereka memiliki komitmen dengan
organisasinya dan ditunjang dengan disiplin kerja yang tinggi.
3. Disiplin
Secara umum disiplin menunjukan suatu kondisi atau sikap hormat yang
ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketepatan perusahaan.
Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dib uat
antara perusahaan dan karyawan.
4. Inisiatif
Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk
ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari
atasan.
2.4.3.1.Evaluasi Kinerja
Kinerja dievaluasi pada berbagai tingkatan yang berbeda-beda di
dalam perusahaan. Menurut Blocher, Chen, Cokins, Lin (2007 : 453) evaluasi
kinerja adalah proses dimana para manajer pada seluruh tingkatan
mendapatkan informasi mengenai kinerja tugas-tugas yang diberikan dalam
yang telah dibuat sebagaimana yang tercantum dalam anggaran, rencana dan
tujuan.
Penilaian kinerja adalah bagian penting dari pekerjaan manajer dan
supervisor, penilaian kinerja dapat membantu member makna dalam
mempertemukan tujuan departemen-departemen dengan tujuan perusahaan.
(Bina Widya Vol 17 No.03, Oktober 2006)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematik untuk mengetahui
hasil pengerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu juga untuk
menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat memberikan
tanggungjawab yang sesuai kepada karyawan sehingga melaksanakan
pekerjaan yang lebih baik dimasa mendatang dan sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005 :10) tujuan evaluasi
kinerja, yaitu :
a. meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang
persyaratan kinerja
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga
mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau
c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan
keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap
karir atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.
d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,
sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan
potensinya.
e. Memberikan rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai
dengan kebutuhan pelatihan.
2.4.3.2. Pelaporan Kinerja Pusat Pendapatan
selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasinya dilaporkan kepada
manajemen melalui sistem pelaporan pertanggungjawaban atau sistem
pelaporan kinerja. Menurut Supriyono (2001:124) sistem pelaporan yang baik
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Laporan menyajikan selisih antara anggaran dan realisasinya, faktor-faktor
penyebab selisih, dan manajer yang bertanggungjawab.
b. Laporan mencakup ramalan tahunan
c. Laporan mencakup penjelasan mengenai penyebab selisih, tindakan koreksi
atas selisih dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan
koreksi secara efektif.
Laporan kinerja keuangan untuk pusat pendapatan pada umumnya
disajikan dalam bentuk perbandingan antara penghasilan sesungguhnya dan
dianggap sebagai penyimpangan. Laporan ini dijadikan sebagai sarana
pertanggungjawaban atas hasil yang telah dicapai kepada manajer yang lebih
tinggi.
2.5. Hubungan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Pengukur an Kinerja
Akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur rencana
dan kegiatan setiap pusat pertanggungjawaban. Pengukuran kinerja setiap
pusat pertanggungjawaban memberikan dasar dalam melakukan penilaian
kinerja bagian yang ada dalam perusahaan.
Alat pengukur kinerja para manajer adalah biaya standar anggaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila hasil yang dicapai seorang manajer
pusat biaya sama dengan standar atau anggaran maka dinilai baik. Sebaliknya
jika hasil jauh lebih kecil dari anggaran, maka manajer pusat biaya dinilai
bekerja efisien.
Sistem anggaran akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar
pengukuran kinerja dibuat dengan pengecualian faktor-faktor diluar kendali
manajer. Setiap manajer menyusun anggaran yang menunjukan biaya-biaya
2.6. Proses Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Sesuai dengan tinjauan teoristis diatas, maka kerangka konseptual dari
penelitian ini adalah :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Informasi biaya
produksi
Informasi biaya pemasaran
Akuntansi pertanggungjawaban
Informasi laporan pendapatan
3.1. J enis Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada penilaian kinerja pusat pendapatan di PT.Jawa
Mentari Press, dengan unsure-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai
dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka
digunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Studi kasus adalah studi untuk mengeksplorasi suatu (atau beberapa)
struktur sistem atau studi kasus secara detail. (Ashar, dkk,2006:238). Dengan
pendekatan ini penelitian berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek
penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek
penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.
Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut
metode naturalistic karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang
alamiah (Natural setting). Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data secara
triangulasi (gabungan), analisis dan data bersifat induktif, dan hasil penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara
kuantifikasi lainnya (Strauss dan Corbin dalam Yuhertiana, 2009).
Adapun karakteristik penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif adalah :
(Yuhertiana, 2009)
a. Menekankan pada pola pikir induktif
Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati
secara subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial,
menghubungkan berbagai tema yang muncul sehingga akan
menjadi sebuah pertanyaan teori.
Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji
kebenarannya secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan
dilapangan.
b. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, secara
holistik (utuh).
Penelitian kualitatif memandang sebuah realita sosial secara
holistik, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola pikir
gabungan antara dimensi-dimensi spiritual (moral, etika, tujuan
hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal
(eksekusi, implementasi, menerima feedbacks). Kecerdasan pada
dimensi-dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ
(emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). Berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada pola pikir reduktif,
melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem social yang
sebenarnya amatlah kompleks.
c. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka
sendiri-verstehen.
Hal ini dilakukan dengan cara melakukan empati pada orang yang
diteliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat
berbagai hal dalam kehidupan. Pemahaman mengandung makna
pemahaman dari dalam (Verstehen) yang mempunyai arti bahwa
penelitian dalam melakukan penelitian hendaknya memahami
permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh
karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang
diteliti.
Bukan pemahaman yang dicari melainkan pemahaman mendalam
tentang kehidupan sosial. Proses awal, getting in, mendekati
informan berpendapat atau berperilaku demikian. Terlebih lagi
pada proses getting along, berealisasi untuk dapat menjaga
kepercayaan sehingga memahami benar-benar obyek yang diteliti
adalah lebih penting dari pada hasil penelitian itu sendiri.
e. Bersifat humanities.
Peneliti mencoba memahami secara pribadi orang yang diteliti dan
ikut mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam
kehidupan sehari-hari.
Dari ciri-ciri penelitian kualitatif tersebut dalam penelitian ini subyek
yang akan diteliti adalah orang-orang yang berada dibagian pemasaran
(marketing). Karena dalam penelitian ini orang yang dianggap sebagai subjek
penelitian adalah pihak-pihak yang melakukan aktivitas langsung dengan
bagian pemasaran. Orang yang menjadi subjek penelitian ini adalah ketua
pemasaran, manajer pemasaran, pengurus/karyawan, pengawas dan anggota.
Ketua pemasaran (marketing) sebagai pimpinan dalam struktur
organisasi memiliki peran untuk mengatur dan mengarahkan jalannya
aktivitas pemasaran. Selain itu ketua pemasaran (marketing) juga sebagai
pihak yang berwenang dalam pengambilan keputusan terkait
kedua peneliti menggunakan manager sebagai informan. Dilihat dari tugas dan
tanggungjawab manager hampir sama dengan ketua pemasaran. Karena pada
dasarnya manager dan ketua pemasaran (marketing) adalah orang yang
diangkat oleh pengurus untuk mengelola usaha majalah tersebut.
Pengurus adalah orang yang menjalankan tugas-tugas yang ada dalam
perusahaan. Dari pencatatan keuangan, pencatatan penyediaan barang,
pembuatan laporan keuangan perusahaan. Informan yang lain yaitu pengawas
adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mengawasi jalannya
aktifitas pemasaran, baik dalam pengorganisasian maupun dalam pengelolaan
usaha majalah. Terkait unsur pemasaran pengawas adalah pihak yang
berwenang melakukan pemantauan proses penilaian kualitas kinerja
pemasaran sepanjang waktu.
Penggunaan metode kualitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh
data yang lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan
penelitian dapat dicapai. Jika dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti
beberapa variabel saja dan hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiric
dan terukur sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan
terjawab. Maka dengan metode kualitatif dapat ditemukan jawaban yang lebih
mendalam dan fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera dapat diungkapkan
3.2. Fokus Penelitian
Setelah melakukan observasi secara umum pada perusahaan
percetakan majalah anak-anak selama lima bulan, maka objek yang ditetapkan
sebagai tempat penelitian ini ialah PT.Jawa Mentari Press.
Fokus penelitian diarahkan pada :
1. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada penilaian kinerja
pusat pendapatan.
3.3. Lokasi Penelitian
Tempat yang menjadi lokasi dalam penelitian ini adalah PT. Jawa
Mentari Press Surabaya, dimana perusahaan ini adalah perusahaan industri
yang bergerak dalam pembuatan majalah anak-anak yang berkantor pusat di
komplek ruko di jalan Sumatera no 31 H Surabaya.
3.4. Infor man
Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah
bapak Soedarman selaku dewan penasehat PT.Jawa Mentari Press, Saudara
Deni dan Bagus yaitu karyawan bagian pemasaran dari perusahaan majalah
mentari. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan informan
dalam penelitian dikarenakan orang tersebut memiliki andil sebagai bagian
tombak berkembangnya usaha yang dikelola. Pentingnya penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada perusahaan sangat berguna atau bermanfaat bagi
kelangsungan dan perkembangan usaha yang akan datang.
3.4.1. Deskr ipsi Infor man
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah 3 pihak, yaitu :
a. Ketua Dewan Penasehat.
Ketua dewan penasehat PT.Jawa Mentari Press ini ialah bapak
Soedarman, beliau dikenal sebagai sosok pria yang sangat ramah dan tegas
terhadap setiap orang entah itu rekan kerja maupun tamu yang datang
berkunjung.
b. Karyawan PT.Jawa Mentari Press
Karyawan majalah mentari ini tergolong cukup lama bekerja menjadi
karyawan disbanding karyawan lainnya. Pria yang memiliki nama Deni ini
bekerja dibagian pemasaran, pria ini sangat senang bisa bergabung
menjadi karyawan di perusahaan ini terutama pada bagian pemasaran.
c. Karyawan PT.Jawa Mentari Press
Informan yang terakhir ini bernama Bagus, pria ini tergolong baru
bergabung pada perusahaan majalah mentari ini. Sebelumnya pria ini
3.5. J enis Data dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam
perusahaan, seperti bukti penyusunan struktur organisasi, bukti transaksi
yang terjadi diperusahaan, dan bentuk pelaporan keuangan pada
perusahaan.
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber
lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan,
dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada perusahaan tersebut untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Daengumpulan data
penelitian survey pendahulu ini ada dua proses kegiatan yang dilakukan
oleh peneliti yaitu :
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti
terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik
kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan
dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam
memasuki lokasi penelitian,peneliti menempuh pendekatan formal dan
informal serta menjalin hubungan dengan informasi.
b. Ketika berada dilokasi peneliti (getting along)
Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan
pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek peneliti (informan).
Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan
memperoleh akurasi dan kompenhensivitas dan penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung
yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara formal maupun informal dengan pihak-pihak yang
terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai
instrument dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan
leluasa dalam memberikan informasi atau data.
Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama
spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah
dan peneliti sebagai timbulnya permasalahan agar muncul wacana
detail. Wawancara diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara
apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab
permasalahan penelitian).
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
yang terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literature yang
relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan
teori.
d. Observasi, dilakukan oleh penelitian dengan cara observasi partisipan
untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengolahan dari bisnis
majalah.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan mengikuti cirri-ciri yang diungkapkan Hutomo
(1992:58-59) yaitu penelitian kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya
mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta
dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan atau memo, dan lain-lain). dan penelitian harus
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman
dan Spardley.
Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secar interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, dan display,
dan conclusion d