• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPENSASI, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEINGINAN UNTUK PINDAH KERJA PADA PT. PURNAMA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPENSASI, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEINGINAN UNTUK PINDAH KERJA PADA PT. PURNAMA INDONESIA."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

WINDRA EKA SUHARTANTO 0812010108 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

PT. PURNAMA INDONESIA

Disusun Oleh

WINDRA EKA SUHARTANTO 0812010107 /FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 19 Oktober 2012

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra.Ec.Sulastri Irbayuni.MM Dra.Ec.Luky Susilowati.MP

Sekretaris

Dra, Sulastri Irbayuni,MM

Anggota

Drs.Supriyono.SE.MM

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(3)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi

Terhadap Keinginan untuk Pindah Kerja Pada PT. Purnama Indonesia”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

4. Ibu Sulastri Irbayuni,SE.MM selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas

skripsinya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Jawa Timur.

6. Kepada kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik

moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, Oktober 2012

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

KATA PENGANTAR ... i 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pengertian Kompensasi ... 12

2.2.1.1. Macam-Macam Kompensasi ... 2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi... 14 15 2.2.1.3. Tujuan Kompensasi... 18

2.2.1.4. Azaz Dan Metode Kompensasi... 21

2.2.2 Pengertian Kepuasan Kerja ... 2.2.2.1. Akibat Dari Tidak Terpenuhinya Kepuasan 23 Kerja ... 25

2.2.2.2. Survey Kepuasan Kerja ... 2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 26 28 2.2.2.4. Teori-Teori Kepuasan Kerja ... 29

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

2.2.4. Keinginan Berhenti Bekerja ... 32

2.2.5. 2.2.6. Pengaruh Kompensasi Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja ... Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja ... 33 35 2.2.7 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Keinginan untuk Pindah Kerja ... 36

2.3 Kerangka Konseptual... 37

2.7. Hipotesis... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 39

3.1.1. Definisi Operasional... 39

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 41

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 41

3.3 Teknik Pengumpulan data... 42

3.3.1. Jenis data ... 42

3.3.2. Sumber Data ... 43

3.3.3. Pengumpulan Data ... 43

3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 43

3.4.1. Uji Validitas ... 43

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 44

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 44

3.5.1. Teknik Analisis ... 44

3.5.1.1. Cara Kerja PLS ... 45

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS ... 46

3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS ... 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan ... 61

4.1.3. Struktur organisasi ... 61

4.2. Analisis Karakteristik Responden ... 62

4.2.1. Deskripsi Variabel Kompensasi... 63

4.2.1.1. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ... 64

4.2.1.2. Deskripsi Variabel Komitmen ... 65

4.2.1.3. Deskripsi Variabel pindah Kerja... 67

4.3. Analisis Data ... 68

4.3.1. Evaluasi Atas Outlier ... 68

4.3.2. Intrepetasi Hasil PLS... 70

4.3.2.1. Pengujian Outter Model... 70

4.3.2.2. Analisis PLS ... 73

4.3.2.3. Evaluasi Pengujian Inner Model ... 74

4.4. Pembahasan ... 4.4.1. Pengaruh Kompensasi Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja ... 77 77 4.4.2. Pengaruh Kepuasn Kerja Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja ... 4.4.3. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja... 78 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 81

5.2. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

Tabel 1. Data Masuk Dan Keluar Karyawan PT.Purnama Indonesia ... 7

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 62

Tabel 4.3. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kompensasi ... 63

Tabel 4.4. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja... 64

Tabel 4.5. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Komitmen ... 65

Tabel 4.6. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Pindah Kerja ... 67

Tabel 4.7 Outlier Data ... 69

Tabel 4.8. Outer loading ... 70

Tabel 4.9. AVE ... 72

Tabel 4.10. Reliabilitas Data ... 73

Tabel 4.11. R-Square... 74

Tabel 4.12. Outter Weight... 75

Tabel 4.13. Inner weight... 76

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen ... 13

Gambar 3.2. Contoh Diagram PLS ... 49

Gambar 3.3. Struktur Organsisasi... 61

Gambar 4.1. Jalur PLS ... 73

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

Lampiran 1 : Kuesioner

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

Lampiran 5 : Hasil Uji PLS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

UNTUK PINDAH KERJA PADA

PT. PURNAMA INDONESIA

WINDRA EKA SUHARTANTO

Abstraksi

Turnover (berpindah kerja) biasanya merupakan salah satu pilihan terakhir

bagi seorang karyawan apabila dia mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang diharapkannya. Turnover bagi karyawan merupakan salah satu jalan keluar untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik, namun bagi perusahaan hal ini dapat menjadi suatu kerugian tersendiri, apalagi bila karyawan yang keluar tadi memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan. PT. Purnama Indonesia yang mempunyai kegiatan usaha kontraktor listrik yang merupakan sub kontraktor PLN di Surabaya. Turnover yang tinggi pada suatu departemen atau divisi organisasi, menunjukkan bahwa departemen yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi atau cara pembinaannya. Karyawan yang meninggalkan pekerjaan mungkin dimotivasi oleh harapan-harapan akibat positif yang menguntungkan dalam pekerjaannya yang baru, karena karyawan menginginkan penghasilan yang lebih besar, tantangan dalam pekerjaan, perkembangan karier, suasana organisasi yang mendukung atau yang lainnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyaan PT.Purnama Indonesi yang berjumlah 172 karyawan. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 55 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial Least

Square (PLS)

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan 1).Dalam memberikan kompensasi kepada karyawan, perusahaan tidak hanya sekedar memberikan uang atau materi tetapi ada hal lain selain finansial yaitu kebutuhan non finansial yang dapat dirasakan oleh karyawannya. 2).Adanya ketidakpuasan pada tempat bekerja dapat menyebabkan karyawan berkeinginan untuk pindah kerja, hal tersebut itu dapat beraneka ragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan berbagai faktor lainnya.3) Karyawan PT. Purnama Indonesia memang merasa kurang senang bekerja dan tidak ada kebanggaan tersendiri, sehingga mereka kurang mampu dengan bangga mempromosikan perusahaannya. Tapi terkadang mereka berfikir bahwa jika memang ada kesempatan kerja dengan feedback di luar perusahaan yang lebih baik, maka tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk meninggalkannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era kompetisi yang kian ketat saat ini, setiap organisasi bisnis

dituntut untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat memenangkan persaingan. Hal

itu dapat dilakukan dengan cara mengurangi pengeluaran, melakukan inovasi

proses dan produk, serta meningkatkan kualitas dan produktivitas. Keberhasilan

perusahaan tidak sepenuhnya bergantung pada manajer dan manajemen

perusahaan, tetapi juga pada tingkat keterlibatan karyawan terhadap aktivitas dan

pencapaian tujuan perusahaan. Sumber daya manusia yang potensial dan

berkualitas merupakan modal dasar organisasi yang akan mampu mengantarkan

organisasi dalam mencapai tujuannya dengan sukses.

Persoalan-persoalan sumber daya manusia yang seringkali muncul dan

menghambat kinerja perusahaan diantaranya adalah turnover. Keinginan untuk

pindah (Turnover Intention) merupakan sinyal awal terjadinya turnover karyawan

di dalam organisasi. Turnover Intention adalah derajat kecenderungan sikap yang

dimiliki oleh karyawan untuk mencari pekerjaan baru di tempat lain atau adanya

rencana untuk meninggalkan perusahaan dalam masa tiga bulan yang akan datang,

enam bulan yang akan datang, satu tahun yang akan datang dan dua tahun yang

akan datang (Low et al, 2001). Sikap lain yang secara simultan muncul dalam

individu ketika muncul turnover intention adalah berupa keinginan untuk mencari

lowongan pekerjaan lain, mengevaluasi kemungkinan untuk menemukan

pekerjaan yang lebih baik di tempat lain. Namun demikian apabila kesempatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

untuk pindah kerja tersebut tidak tersedia atau yang tersedia tidak lebih menarik

dari yang sekarang dimiliki, maka secara emosional dan mental karyawan akan

keluar dari perusahaan yaitu dengan sering datang terlambat, sering bolos, kurang

antusias atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak hanya

ditentukan oleh bentuk susunan atau struktur perusahaan yang lengkap, melainkan

juga dipengaruhi oleh faktor penempatan individu dalam posisi yang tepat sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya (the right man on the right

place), yang mana di antara semua individu tersebut merupakan suatu bentuk

mitra kerja yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu aktivitas dalam

perusahaan tersebut.

Agar suatu perusahaan dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan

maka kontinuitas kerja karyawan harus selalu dapat dipertahankan. Dalam hal ini

karyawan yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan semangat kerja

yang tinggi harus dipertahankan. Pada hakekatnya kegiatan perusahaan

merupakan upaya bersama antar pelaku dalam usaha tersebut yang diarahkan baik

untuk pertumbuhan perusahaan maupun kesejahteraan masyarakat termasuk

kesejahteraan karyawan. Segala usaha yang dilakukan manusia dalam hidupnya

adalah untuk memperoleh kesejahteraan dan diarahkan untuk perolehan

kebahagian atau disebut kepuasan hidup.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

kepuasan hidup, karena sebagian waktu manusia dihabiskan ditempat kerja.

(14)

seseorang, apabila waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan semakin banyak,

tingginya tingkat sosial, banyaknya kesempatan untuk dapat menunjukkan

kemampuan dirinya dan sebagainya.

Seorang yang tidak puas akan pekerjaannya atau yang kurang

berkomitmen pada organisasi akan terlihat menarik diri dari organisasi baik

melalui ketidakhadiran atau masuk keluar kerja. Komitmen organisasi juga

mempengaruhi tingkat perputaran pada karyawannya karena komitmen

organisasional memberi titik berat secara khusus terhadap kekontinuan faktor

komitmen yang menyarankan keputusan untuk tetap atau meninggalkan pekerjaan

atau organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan

keinginan untuk pindah kerja . (Rochman, 2008 : 503)

Turnover (berpindah kerja) biasanya merupakan salah satu pilihan terakhir

bagi seorang karyawan apabila dia mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai

lagi dengan apa yang diharapkannya. Turnover bagi karyawan merupakan salah

satu jalan keluar untuk mendapatkan keadaan yang lebih baik, namun bagi

perusahaan hal ini dapat menjadi suatu kerugian tersendiri, apalagi bila karyawan

yang keluar tadi memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain

itu hal ini dapat menambah cost (biaya) untuk perekrutan dan penempatan

kembali.

Saat ini tingginya tingkat turnover intentions telah menjadi masalah serius

bagi banyak perusahaan. Bahkan beberapa manajer personalia mengalami frustrasi

ketika mengetahui bahwa proses rekrutmen yang telah berhasil menjaring staf

(15)

karena staf yang baru direkrut tersebut telah memilih pekerjaan di perusahaan

lain. Menurut Maertz dan Campion dalam Mitchell dkk (2001 : 1102) terdapat

banyak faktor yang mempengaruhi Keinginan berpindah diantaranya: kepuasan

kerja, komitmen organisasi dan altematif kerja. Dalam suatu perusahaan

diperlukan komitmen timbal balik antara organisasi dengan karyawannya agar

secara bersama-sama dalam mewujudkan apa yang menjadi tujuan dan keinginan

perusahaan.

Turnover intention dapat berdampak pada penurunan kinerja karyawan

maka perlu diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap turnover intention

agar turnover intention karyawan dapat ditekan. Menurut Dessler (1992) dalam

Widodo,(2010), keberhasilan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kinerja

karyawannya. Berbagai cara bisa ditempuh untuk memperoleh kinerja karyawan

yang efektif dan efisien. Untuk meraihnya manajemen perlu mendapatkan

komitmen dari karyawan terhadap organisasinya karena komitmen karyawan pada

organisasi menunjuk pada pengidentifikasian dengan tujuan organisasi,

kemampuan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi, dan

ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi

Selain itu kompensasi adalah faktor penting yang mempengaruhi

bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan

pada organisasi lainnya. Pengusaha harus cukup kompetitif dengan beberapa jenis

kompensasi untuk mempekerjakan, mempertahankan dan memberi imbalan

terhadap kinerja di organisasi. Sistem kompensasi dalam organisasi harus

(16)

keseimbangan antara keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan dari para

pegawai. Kompensasi merupakan suatu bentuk yang diterima oleh karyawan

sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukan dalam bentuk uang atau

lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif, dan tunjangan lainnya.

Kompensasi merupakan salah satu unsur penting yang dapat digunakan

untuk meningkatkan motivasi kerja sebab kompensasi merupakan alat untuk

memenuhi berbagai kebutuhan karyawan. Motivasi kerja merupakan suatu

dorongan kebutuhan dalam diri karyawan yang perlu dipenuhi agar karyawan

tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Teori equity

rnenekankan bahwa kepuasan gaji disebabkan oleh perasaan yang berhubungan

dengan rasa keadilan atas gaji yang dibayarkan. Perasaan ini merupakan hasil dari

proses yang terus menerus dan setelah membandingkan dengan outcome yang

lain. Teori ini didasari bahwa seorang pekerja memformulasikan rasio outcome-

nya (termasuk gaji) dengan input. Rasio ini kemudian dibandingkan dengan rasio

outcome (input) dan beberapa sumber yang menjadi acuan Jika gaji yang diterima

pekerja kurang dari yang lainnya, akan menimbulkan adanya perasaan

diperlakukan tidak adil (inequitable) atas pembayaran yang diberikan. Sehingga

ketidakpuasan akan gaji tersebut, dalam jangka waktu yang tidak lama individu

tersebut memilih keluar dan mencari alternatif pekerjaan lain.

Selain kompensasi dan kepuasan kerja, salah satu variabel yang banyak

diteliti dalam hubungannya dengan intensi turnover adalah variabel komitmen

organisasi. Banyak alasan mengapa komitmen organisasi lebih banyak diteliti,

(17)

terus berlanjut sejak hal ini menunjukkan hubungan yang konsisten dengan 1)

tingkah laku pekerja seperti turnover, absenteeism, dan kinerja 2) konstruk

attitudinal, affective, dan cognitive seperti kepuasan kerja, job involvement, dan

ketegangan kerja 3) karakteristik kerja dan peran karyawan, dan task identity

dan 4) karakteristik personal dari karyawan seperti umur, gender, kebutuhan

untuk berprestasi, dan jabatan kerja.

Komitmen organisasi juga mempengaruhi tingkat perputaran pada

karyawannya karena komitmen organisasional memberi titik berat secara khusus

terhadap kekontinuan faktor komitmen yang menyarankan keputusan untuk tetap

atau meninggalkan pekerjaan atau organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam

statistik ketidakhadiran dan turnover intention.

Untuk itu perusahaan perlu menelaah lebih jauh tentang sebab-sebab

seorang karyawan mempunyai intensi untuk keluar, sehingga turnover dapat

ditekan seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatasi

kendala-kendala yang menyebabkan seorang karyawan mempunyai intensi untuk

keluar terutama yang disebabkan dari dalam perusahaan. Dengan demikian akan

tercipta kepuasan baik dari segi karyawan maupun perusahaan.

Begitu juga yang dialami oleh PT. Purnama Indonesia yang mempunyai

kegiatan usaha kontraktor listrik yang merupakan sub kontraktor PLN di

Surabaya. Berikut adalah data karyawan yang keluar dan masuk, pada PT.

(18)

Tabel.1: Data Masuk Dan Keluar Karyawan PT.Purnama Indonesia

2009 181 orang 67 orang 114 orang 7 orang 11 orang 2.2%

2010 177 orang 65 orang 112 orang 20 orang 25 orang 2.8%

2011 172 orang 55 orang 117 orang 42 orang 47 orang 2.9%

Sumber: PT. Purnama Indonesia, 2012.

Jika dilihat secara keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada tahun

2009 adalah sebesar 11 orang. Keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada

tahun 2010 adalah sebesar 25 orang, jadi karyawan yang keluar mengalami

kenaikan sebesar 14 orang. Keseluruhan jumlah karyawan yang keluar pada tahun

2011 adalah 47 orang, jadi karyawan yang keluar mengalami kenaikan 17 orang.

Apabila jumlah karyawan yang keluar mengalami peningkatan maka

mengindikasikan bahwa terjadi penurunan komitmen karyawan terhadap

perusahaan tersebut karena karyawan yang kurang berkomitmen pada organisasi

akan terlihat menarik diri dari organisasi baik melalui ketidakhadiran atau masuk

keluar.

Turnover yang tinggi pada suatu departemen atau divisi organisasi,

menunjukkan bahwa departemen yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi atau

cara pembinaannya. Karyawan yang meninggalkan pekerjaan mungkin dimotivasi

oleh harapan-harapan akibat positif yang menguntungkan dalam pekerjaannya

yang baru, karena karyawan menginginkan penghasilan yang lebih besar,

tantangan dalam pekerjaan, perkembangan karier, suasana organisasi yang

mendukung atau yang lainnya. jika kemudian karyawan tersebut memperoleh apa

yang diharapkan, maka hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri sendiri dan

(19)

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan

Komitmen Organisasi Terhadap Keinginan untuk Pindah Kerja Pada PT.

Purnama Indonesia”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah yang

akan diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kompensasi terhadap keinginan untuk pindah

kerja pada PT. Purnama Indonesia ?

2. Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap keinginan untuk

pindah kerja pada PT. Purnama Indonesia ?

3. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan

untuk pindah kerja pada PT. Purnama Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Untuk menganalisis pengaruh kompensasi terhadap keinginan untuk

pindah kerja pada PT. Purnama Indonesia

2. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap keinginan untuk

pindah kerja pada PT. Purnama Indonesia

3. Untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau sumber informasi

bagi perusahaan dalam upaya memperkecil keinginan karyawan untuk

pindah kerja.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memacu pihak

(21)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Bagian ini berisikan fakta atau temuan serta penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu yang berhubungan dan permasalahan dalam

penelitian ini.

a. Rohman (2009)

Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kepuasan Kerja Dan

Keinginan Berpindah (Studi Pada Karyawan Kantor Akuntan Publik Di

Jawa Tengah)

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Komitmen affective memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

kepuasan kerja dan Komitmen continuance memiliki pengaruh negatif yang

signifikan terhadap kepuasan kerja. Akuntan dengan tingkat komitmen

affective yang tinggi akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi terhadap

organisasi tempat dia bekerja..

b. Atmajawati (2008)

Pengaruh Variabel Kompensasi, Motivasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap

Keluar Masuk Pegawai (Labour Turnover) Pada PT.Jasaraharja Putera

Surabaya

Variabel-variabel kompensasi (X1), motivasi (X2) dan kepuasan kerja

(X3) berpengaruh secara parsial terhadap keluar masuk pegawai (Y) pada

(22)

dapat diterima atau terbukti kebenarannya. Secara parsial berpengaruh

signifikan menunjukkan bahwa secara sendiri-sendiri variabel-variabel

kompensasi, motivasi, dan kepuasan kerja sangat berpengaruh terhadap

keluar pegawai dilingkungan PT.Jasaraharja Putera Surabaya.

c. Yuliasia (2012)

Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Keinginan Berpindah (Turnover

Intention) Dengan Structural Equation Modeling (SEM)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel-variabel yang

mempengaruhi keinginan berpindah, yaitu kepuasan gaji, kepuasan kerja,

dan dukungan sosial. Hasil penelitian diperoleh bahwa kepuasan gaji dan

dukungan sosial berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan PT

Wonokoyo Jaya Corporindo, sedangkan kepuasan gaji, dukungan sosial

dan kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap keinginan berpindah

Berdasarkan penelitian Abdul Rohman dan Yayah Atmajawati

diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan,

perbedaannya terdapat pada waktu penelitian Abdul Rohman pada tahun 2009

dan Yayah Atmajawati pada tahun 2008 sedangkan penelitian sekarang

dilakukan pada tahun 2010 , tempat penelitian Abdul Rohman di Kantor

Akuntan Publik Di Jawa Tengah dan Yayah Atmajawati di PT. Jasaraharja

Putera, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan. Sedangkan

persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai Kompensasi,

(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Kompensasi

Menurut Ruky (2001), insentif merupakan bagian dari imbalan.

Secara umum imbalan dibagi menjadi dua kategori, yaitu imbalan langsung,

yang terdiri dari komponen imbalan yang diterima secara langsung, rutin

atau periodik oleh pekerja/karyawan dan tidak langsung, terdiri dari

komponen imbalan yang diterima nanti atau bila terjadi sesuatu pada

karyawan.

Menurut Handoko (2002 : 155) kompensasi yaitu segala sesuatu

yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.

Sedangkan menurut Panggabean (2004 : 84) menyatakan bahwa kompensasi

adalah semua jenis penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang

diberikan kepada pegawi secara layak dan adil atas jasa mereka dalam

mencapai tujuan perusahaan. Walaupun hakekat seseorang bekerja adalah

berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun uang dan barang

adalah imbalan yang pantas atas jasa yang telah mereka berikan kepada

perusahaan, karena uang dan barang adalah sarana untuk memenuhi

kebutuhan

Merupakan suatu kenyataan bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan

orang menjadi pegawai pada suatu organisasi adalah untuk mencari nafkah.

Apabila seseorang telah meyumbang sebagian waktu, tenaga dan

(24)

menerima imbalan yang sesuai dengan beban kerjanya. Jika kompensasi

yang diberikan sesuai tentunya presitasi kerja yang dicapai juga

memuaskan.

Berangkat dari pemikiran tersebut, dewasa ini masalah kompensasi

di pandang sebagai salah satu tantangan yan harus dihadapi oleh

manajemen suatu organisasi. Hal ini dikarenakan kompensasi tidak lagi di

pandang sebagai pemuas kebutuhan material tetapi sudah dikaitkan dengan

harkat dan martabat manusia.

Kompensasi yang mereka terima mencerminkan ukuran dari apa

yang telah mereka lakukan atau berikan kepa da perusahaan. sehingga hal

ini berhubungan dengan nilai kerja bagi perusahaan. pemberian kompensasi

yang dilaksanakan secara benar akan dapat memuaskan dan memotivasi

karyawan guna mencapai tujuan organisasi. Kompensasi yang mereka

terima mencerminkan ukuran dari apa yang telah mereka lakukan / berikan

kepada perusahaan sehingga hal ini berhubungan dengan nilai karya bagi

perusahaan Suhari dan Tjokromidjodjo (2002). Adanya system kompensasi

dapat memotivasi para karyawan untuk bisa meningkatkan atau

menurunkan partisipasi kerja para karyawan.

Masalah kompensasi bukanlah masalah yang sederhana, tetapi

cukup kompleks sehingga setiap perusahaan hendaknya mempunyai

pedoman atau prinsip yang khusus dalam pemberian kompensasi agar

kepentingan karyawan dalam perusahaan sama-sama terjamin, dalam arti

(25)

harus meningkatkan harkat dan martabat karyawan sebagai insan yang

terhormat dan kompensasi yang diberikan harus sesuai dengan prestasi kerja

karyawan.

2.2.1.1 Macam-Macam Kompensasi.

Menurut Hasibuan (2002:119) kompensasi dibedakan menjadi 2,

yaitu:

1) Kompensasi Langsung, merupakan hak pegawai dan menjadi

kewajiban organisasi untuk membayarnya. Kompensasi langsung

terdiri dari :

a) Gaji, yaitu balas jasa dibayar secara periodik kepada pegawai tetap

serta mempunyai jaminan yang pasti.

b) Insentif, yaitu balas jasa yang diberikan kepada pegawai tertentu

yang prestasinya diatas prestasi standar.

c) Tunjangan, merupakan jasa yang dibayar kepada pekerja harian

dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati.

2) Kompensasi Tidak Langsung, merupakan kompensasi tambahan

(finansial atau non finansial) yang diberikan berdasarkan kebijakan

organisasi terhadap semua pegawai dalam usaha meningkatkan

kesejahteraan.

Contoh dari kompensasi tidak langsung adalah : Tunjangan

(26)

Sedangkan Dharma (2002:122) membagi kompensasi dalam 3

komponen :

1. Pembayaran uang secara langsung, terdiri dari :

a. Gaji

b. Insentif

c. Tunjangan,

2. Pembayaran tidak langsung, terdiri dari :

a. Tunjangan (Asuransi),

b. Liburan atas dana organisasi.

3. Ganjaran non finansial, terdiri dari :

a. Pekerjaan yang lebih menantang

b. Jam kerja yang lebih luwes

c. Kantor yang lebih bergengsi.

2.2.1.2 Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Besarnya Kompensasi

Hasibuan (2002:120) berpendapat bahwa factor-faktor yang

mempengaruhi kompensasi antara lain :

1. Peraturan dan Permintaan Tenaga Kerja

Jika pencari tenaga kerja (penawar) lebih banyak dari pada

lowongan pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil.

Demikian pula sebaliknya jika penawaran lebih sedikit dari permintaan

(27)

2. Kemampuan dan Kesediaan Organisasi

Apabila kemampuan dan kesediaan perusaahan untuk

membayar semakin baik maka tingkat kompoensasi yang diberikan akan

semakin besar. Namun bila kemampuan dan kesediaan perushaan untuk

kurang maka tingkat kompensasi relatif kecil.

3. Serikat Buruh / Organisasi Pegawai

Jika serikat buruh kuat dan berpengaruh maka tinkat

kompensasi semakin besar dan sebaliknya bila serikat buruh tidak kuat

dan tidak berpengaruh maka tingkat kompensasi akan semakin kecil.

4. Produktivitas Kerja Pegawai

Jika produktivitas kerja pegawai baik dan banyak maka

kompensasi yang diberikan akan semakin besar. Namun kalau

produktivitas kerjanya buruk dan sedikit maka kompensasinya juga

kecil.

5. Pemerintah dengan UU dan Keppres

Pemerintah dengan UU dan Keppres menetapkan besarnya

batas upah / balas jasa minimum. PP ini sangat penting untuk

menghindari kesewenang-wenangan pihak pimpinan dalam menetapkan

besarnya balas jasa bagi pegawainya.

6. Biaya Hidup / Cost of Living

Apabila biaya hidup di suatu daerah tinggi maka tingkat

kompensasi juga semakin besar. Sebaliknya bila biaya hidup di suatu

(28)

7. Posisi Jabatan Pegawai

Pegawai yang menduduki jabatan yang lebih tinggi secara

otomatis akan menerima gaji / kompensasi yang lebih besar dari pada

pegawai yang jabatannya lebih rendah. Hal ini wajar karena seseorang

yang menduduki jabatan tinggi mempunyai tugas dan tanggung jawab

yang lebih besar dibandingkan pegawai yang jabatannya rendah.

8. Pendidikan dan Pengalaman Kerja

Jika seseorang pegawai mempunyai pendidikan tinggi dan

pengalaman kerja lebih lama atau lebih banyak maka kompensasi yang

diberikan akan semakin besar. Demikian pula sebaliknya jika pegawai

tersebut tingkat pendidikannya rendah dan mempunyai pengalaman kerja

yang memadai maka kompensasi yang diterima juga kecil.

9. Kondisi Perkonomian Indonesia

Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju tingkat

kompensasi akan makin besar karena akan kondisi full employment.

Namun jika perekonomian kurang maju akan mengakibatkan tingkat

upah yang rendah karena terdapat banyak penggauran (unemployment).

10.Jenis dan Sifat Pekerjaan

Kalau seorang pegawai mengemban suatu jenis dan sifat

pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko baik finansial maupun

keselamtan yang tinggi maka kompensasi yang diberikan akan semakin

besar karena memerlukan kecakapan dan ketelitian untuk

(29)

kecil maka kompensasi yang diterima juga rendah. (Hasibuan,

2002:120).

2.2.1.3 Tujuan – Tujuan Kompensasi

Organisasi memiliki beberapa tujuan dalam merancang sistem

kompensasi mereka. Spesialisasi SDM pasti memikirkan tujuan-tujuan

sistem dan apa kebutuhan-kebutuhan organisasi yang hendak dicapai agar

memperoleh tujuan-tujuan tersebut.

Tujuan kompensasi itu sendiri adalah :

1. Memikat Pegawai

Meskipun sebagian besar pelamar kerja tidak mengetahu gaji

sebenarnya yang ditawarkan oleh organisasi yang berbeda untuk

pekerjaan yang sama di pasar tenaga kerja local, mereka

membandingkan tawaran-tawaran pekerjaan dan skala gaji.

Pelamar-pelamar yang memperoleh lebih dari 1 tawaran kerja tentu saja

membandingkan tawaran-tawaran moneter. Para pegawai akan lebih

bersedian meninggalkan tawaran-tawaran yang memberikan

pembayaran lebih rendah dan mencari organisasi yang membayar lebih

tinggi.

Dengan adanya hal itu, sebagian besar organisasi tentunya

(30)

menawarkan gaji yang serupa atau mungkin lebih tinggi dari yang

ditawarkan oleh organisasi-organisasi pesaing.

2. Menahan Pegawai – Pegawai Yang Kompeten.

Setelah organisasi memikat dan mengangkat

pegawai-pegawai baru, sitem kompensasi seyogyanya tidak merintangi

upaya-upaya menahan pegawai-pegawai yang produktif. Meskipun banyak

factor yang memacu pegawai untuk meninggalkan organisasi, factor

kompensasi yang tidak memadai adalah penyebab yang paling sering

ditemui. Dalam upaya menahan pegawai-pegawai yang kompeten,

manajemen sumber daya manusia haruslah memastikan bahwa

terdapat kewajaran kompensasi di dalam organisasi.

3. Memotivasi Pegawai

Organisasi menggunakan kompensasi untuk memotivasi

pegawai-pegawai. Sebagai contoh, ekskutuf mungkin mendorong

individu-individu agar bekerja lembur dengn memberikan kompensasi

untuk upaya-upaya tambahan tersebut. Atau pimpinan memeberikan

bonus kepada individu –individu yang menjual lebih banyak

dibandingkan pegawai lain atau bagi mereka yang menemukan proyek

baru.

4. Keadilan External

Individu-individu termotivasi untuk bekerja manakala

mereka merasa bahwa imbalan didistribusikan secara adil. Keadilan

(31)

yang pantas dengan gaji yang berlaku bagi perkerjaan-perkerjaan yang

serupa di pasar tenaga kerja eksternal.

Keadilan eksternal senantiasa dipertahankan dalam jangka

panjang karena pegawai akan hengkang dari organisasi jika keadilan

itu lenyap. Dalam jangka pendek, ketidakadilan eksternal dapat

menyebabkan tekanan besar terhadap organisasi karena para pegawai

memutuskan apakah akan meninggalkan organisasi atau menunggu

situasinya berlalu.

5. Keadilan Internal

Pegawai-pegawai ingin diperlakukan secara wajar. Henry

Simamora menyatakan bahwa keadilan internal ialah tingkat gaji yang

pantas dengan nilai pekerjaan internal bagi organisasi. Keadilan

internal merupakan fungsi dari status relatif sebuah pekerjaan, nilai

ekonomi hasil pekerjaan atau status sosial sebuah pekerjaan seperti :

kekuasaan, pengaruh dan status dalam organisasi.

6. Keadilan Individu

Keadilan individu berarti individu merasa bahwa mereka

diperlakukan secara wajar dibandingkan rekan sekerja mereka.

Keadilan biasanya ada pada saat seseorang merasa bahwa rasio hasil

terhadap masukan adalah seimbang, baik yang secara internal

berkaitan dengan diri sendiri atau dalam hubungannya dengan orang

(32)

7. Meningkatkan Kinerja Pegawai

Para pegawai mendambakan bahwa kinerja mereka akan

berkorelasi dengan imbalan-imbalan yang diperoleh dari organisasi.

Para pegawai menentukan pengharapan-pengaharapan mengenai

imbalam dan kompensasi yang diterima jika tingkat kinerja tertentu

dicapai. Pengharapan-pengaharapan ini menentukan tujuan-tujuan dan

tingkar-tingkat kinerja di masa depan.

Jika pegawai melihat kerja keras dan kinerja yang unggul

diakui dan diberi imbalan oleh organisasi, mereka akan mengharapkan

hubungan seperti itu berlanjut terus di masa depan. Oleh karena itu

mereka akan menentukan tingkat kinerja yang lebih tinggi dan

mengharapkan kompensasi yang lebih tinggi pula.

2.2.1.4 Asas Dan Metode Kompensasi.

Kompensasi harus ditetapkan atas asas adil dan layak dengan

memperhatikan UU perburuhan yang berlaku. Hal ini dilakukan agar balas

jasa yang diberikan dapat merangsang gairah kerja dan kepuasan kerja

pegawai sehingga prestasi kerja yang dicapai dapat maksimal.

Asas dan Metode Kompensasi (Hasibuan, 2002:124) terdiri dari :

A. Asas kompensasi

1. Asas Adil

Adil bukan berari setiap pegawai menerima kompensasi

(33)

setiap pegawai harus disesuikan dengan prestasi kerja, jenis

perkerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, dan lain-lain.

Dengan asas adil akan tercipta suasana kerja yang baik,

disiplin, semangat kerja dan stabil pegawai akan lebih baik.

2. Asas Layak Dan Wajar.

Tolak ukur layak adalah relatif, penetapan besar kompensasi

didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan eksternal

konsistensi yang berlaku. Selain itu kompensasi yang diterima

pegawai juga harus dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat

normativ yang ideal.

B. Metode Kompensasi :

1. Metode Tunggal

Metode tunggal adalah suatu metode yang dalam penetapan

gaji pokok hanya didasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan

formal yang dimiliki pegawai.

2. Metode Jamak

Metode jamak ialah metode yang menentukan gaji pokok

berdasar atas beberapa pertimbangan. Seperti ijazah, sifat pekerjaan,

pendidikan informal, bahkan hubungan keluarga juga turut

menentukan besar gaji pokok seseorang. Dalam metode ini tidak ada

(34)

2.2.2. Pengertian Kepuasan Kerja.

Salah satu sasaran penting dalam rangkan manajemen sumber

daya manusia dalam situasi organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja

anggota organisasi yang bersangkutan yang lebih lanjut dan akan

meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja tersebut diharapkan

pencapaian tujuan organisasi akan lebih baik dan akurat. Salah satu faktot

yang memungkinkan tumbuhnya kepuasan kerja termaksud adalah

pengaturan yang tepat dan adil atas pemberian kompensasi kepada para

karyawan.

Menurut Davis & Iriana (2004) memberikan definisi kepuasan

kerja sebagai berikut : sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak

menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja dipandang

sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari

pemikiran objektif dan keinginan perilaku

Robbins (2003) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap

umum individu terhadap pekerjaannya. Penilaian karyawan atas seberapa

puas atau tidak puas dirinya dengan pekerjaannya adalah perhitungan

rumit dari sejumlah elemen pekerjaan yang sensitif.

Definisi-definisi tersebut meskipun berbeda namun pada

hakekatnya mampunyai ciri-ciri yang sama serta mengandung arti bahwa

kepuasan kerja itu merupakan suatu perasaan yang menyokong atau tidak

menyokong diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun

(35)

Apabila karyawan tergantung dalam suatu organisasi, ia membawa

serta seperangkat keinginan, kebutuhan , hasrat dan pengalaman masa lalu

yang menyatu membentuk harapan seseorang yang timbul dan imbalan

yang disediakan oleh pekerjaan. Jadi kepuasan kerja berkaitan dengan

motivasi. Kepuasan kerja memiliki banyak dimensi, ia dapat mewakili

sikap secara menyeluruh atau mengacu pada bagian-bagian seseorang.

Kepuasan bisa diperoleh dalam lingkungan kerja, yaitu rasa

bangga, puas dan keberhasilan melaksanakan tugas dan pekerjaan samapi

tuntas. Prestasi atau hasil kerja memberikan seseorang status sosial dan

pengakuan dari lingkungan masyarakat.

Variabel Kepuasan Kerja yaitu terpuaskannya berbagai

keinginan, kemauan dan kebutuhan karyawan akan dapat menentukan

sikap dan perilaku mereka dalam bekerja yang ditinjau dari indikator:

Pekerjaan itu sendiri, promosi, dan kondisi kerja. (Atmajayati, 1991:57)

Sementara pendapat mengatakan bahwa kepuasan kerja yang

tinggi itu timbul justru karena adanya prestasi kerja yang tinggi. Karena

dengan prestasi kerja yang tinggi mengakibatkan balas atau penghargaan

yang tinggi pula dan penghargaan yang tinggi kalau dirasakan adil dan

(36)

2.2.2.1. Akibat dar i Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja.

Akibat yang mungkin timbul dari perasaan tidak puas terhadap

pekerjaan adalah :

a. Pergantian Karyawan

Seorang karyawan yang merasa puas akan pekerjaannya akan bertahan

lebih lama dalam perusahaan. Sedangkan karyawan yang merasa tidak

puas akan meninggalkan perusahaan tempat kerjanya untuk mencari

perusahaan lain. Tinggi rendahnya tingkat pergantian karyawan dapat

digunakan sebagai indikator tentang kepuasan kerja disuatu

perusahaan.

b. Absensi

Karyawan tidak masuk kerja mempunyai berbagai macam alasan

misalnya sakit, izin, cuti dan sebagainya. Karyawan yang merasa tidak

puas akan lebih memanfaatkan kesempatan tidak masuk bekerja.

Banyak sedikitnya karyawan yang tidak masuk kerja memberikan

gambaran tentang kepuasan kerja dari karyawan tersbut. Dan untuk

meneliti sebab-sebab tidak masuknya karyawan dapat dengan

mengadakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung

kemudian menentukan langkah selanjutnya.

c. Meningkatkan Kerusakan

Apabila karyawan memunjukkan keengganan untuk melakukan

pekerjaan karena dihadapkan pada suatu ketimpangan antara harapan

(37)

hasil karyanya cenderung menurun. Salah satu akibatnya sering terjadi

kesalahan-kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Akibat lebih lanjut

yaitu timbulnya kerusakan yang melebihi batas normal.

2.2.2.2. Sur vei Kepuasan Kerja.

Survei kepuasan kerja adalah suatu prosedur dimana karyawan –

karyawan mengemukakan perasaan mengenai jabatan atau perkerjaannya

melalui laporan kerja. Survei kepuasan kerja untuk mengetahui moral

karyawan, pendapat, sikap, iklim dan kualitas kehidupan kerja karyawan.

Menurut Mangkunegara (2000: 124) survei kepuasan kerja dapat

bermanfaat dan menguntungkan apabila memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Manajer dan pimpinan melibatkan diri pada survei

2. Survei dirancang berdasarkan kebutuhan karyawan dan manajemen

secara objektif

3. Survei diadministrasikan secara wajar

4. Ada tindak lanjut atau follow up dari pemimpin dan adanya aksi untuk

mengkomunikasikan kegunaan hasilnya dari pimpinan.

Keuntungan dari survei kepuasan kerja antara lain kepuasan kerja

secara umum, komunikasi, meningkatkan sikap kerja dan untuk keperluan

(38)

• Kepuasan Kerja Secara Umum

Keuntungan survei kepuasan kerja dapat memberikan gambaran kepada

pemimpin mengenai tingkat kepuasan kerja karyawan di perusahaan.

Begitu pula untuk mengetahui ketidakpastian karyawan pada bagian

dan jabatan tertentu. Survei juga sangat bermanfaat dalam mendianosa

masalah-masalah karyawan yang berhubungan dengan peralatan kerja.

• Komunikasi

Survei kepuasan kerja sangat bermanfaat dalam mengkomunikasikan

keingingan karyawan dengan pikiran pemimpin. Karyawan yang

kurang berani berkomentar terhadap pekerjaannya, dengan melalui

survei dapat membantu mengkomunikasikan kepada pemimpin.

• Meningkatkan Sikap Kerja

Survei kepuasan kerja dapat bermanfaat dalam meningkatkan sikap

kerja karyawan. Hal ini karena karyawan merasa pelaksanaan kerja dan

fungsi jabatannya mendapat perhatian dari pihak pemimpin

• Kebutuhan Pelatihan

Survei kepuasan kerja sangat berguna dalam menentukan kebutuhan

pelatihan tertentu. Karyawan-karyawan biasanya diberikan kesempatan

untuk melaporkan apa yang mereka rasakan dari perilaku pemimpin

pada bagian jabatan tertentu. Dengan demikian kebutuhan pelatihan

(39)

2.2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Kepuasan Kerja.

Menurut Robbins (2003:152) menyatakan bahwa dari banyak literatu

mendikasikan faktor-faktor penting kepuasan kerja yaitu mentally challenging

work, equitable rewards, supportive working conditions, and sipportive

colleagues.

a. Pekerjaan yang menantang

Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan pekerjaan

mereka. Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental

menantang.

b. Pemberian gaji yang adil.

Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

dipresepsikan adil, tidak membingungkan dan sesuai dengan harapan.

c. Kondisi kerja yang mendukung.

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk keamanan pribadi

maupun untuk memudahkan mengerjakan tugasnya dengan baik.

Karyawan lebih menyukai kondisi fisik organisasi yang tidak

berbahaya.

d. Rekan kerja yang mendukung

Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan

(40)

2.2.2.4. Teori – Teori Kepuasan Kerja

a. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)

Kepuasan kerja karyawan bergantung pada terpenuhi atau tidaknya

pemenuhan karyawan. Karyawan akan merasa puas apabila ia

mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan

karyawan terpenuhi, makin puas pula karyawan tersebut. Begitu pula

sebaliknya apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, karyawan itu

akan tidak puas (Mangkunegara, 2000 : 120).

b. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)

Kepuasan kerja karyawan bukanlah bergantung pada pemenuhan saja,

tapi bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang aoleh

para karyawan dianggap kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut

dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi

karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat

dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

c. Teori Dua Faktor dari Herzberg

Teori dua faktor dikembangkan Frederik Herzberg. Penelitian Herzberg

diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subyek insinyur dan

akuntan. Masing-masing subyek diminta menceritakan kejadian yang

dialami mereka baik yang menyenangkan (memberi kepuasan) maupun

yang tidak menyenangkan. Kemudian dianalisis dengan analisis isi

(content analysis) untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan

(41)

d. Teori Pengharapan (Expeptancy Theory)

Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian

teori ini diperluas bahwa “Vroom explains that motivation is a product

of how much one wants something and ones estimates of the probability

that a certain will lead to it”.

Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan suatu produk dari

bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan penaksiran seseorang

memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya.

2.2.3. Komitmen Or ganisasi

Di dalam dunia kerja, akan sering kita jumpai orang yang

merasa sangat dekat dan mencintai pekerjaannya tetapi merasa tidak

cocok dengan organisasi atau perusahaan dimana ia bekerja. Sebaliknya,

banyak pula kenyataan bahwa seseorang yang merasa tidak cocok

terhadap pekerjaannya tetapi sangat loyal dan memiliki dedikasi yang

tinggi terhadap perusahaan atau organisasinya. Sikap-sikap seperti itu

berhubungan dengan komitmen organisasi yaitu sejauh mana seseorang

mengidentifikasikan dirinya dan melibatkan diri dengan organisasi serta

anggaran untuk meninggalkannya. Dengan demikian penting untuk

menciptakan komitmen karyawan pada organisasi karena merekalah

(42)

2.2.3.1. Pengertian Komitmen Or ganisasi

Luthans (2006) menjelaskan bahwa sebagai sikap, komitmen

organisasi paling sering didefinisikan sebagai 1) keinginan kuat untuk

tetap sebagai anggota organisasi tertentu, 2) keinginan untuk berusaha

keras sesuai keinginan organisasi, dan 3) keyakinan tertentu, penerimaan

nilai, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang

merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses

berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya

terhadap organisasi.

Menurut Mutiara (2004: 94) terdapat empat faktor yang

mempengaruhi komitmen pada organisasi yaitu Keyakinan, Keinginan

Berusaha dan Keinginan Tetap Tinggal

2.2.3.2.Indikator Komitmen Or ganisasi

Definisi komitmen organisasi adalah suatu keinginan karyawan

untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan

bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi.

Dengan indikator (Nugrahaini, 2008: 8):

1. Kemauan merupakan keinginan atau niat. Dalam hal ini keinginan

untuk bekerja secara maksimal dalam mencapai target perusahaan.

2. Kesetiaan adalah sebuah hubungan di suatu keadaan yang ditandai

dengan keloyalitasan sesesorang. Hal ini ditunjukkan karyawan dengan

(43)

3. Kebanggaan karyawan merupakan suatu perasaan puas dan lega saat

kita mencapai sesuatu yang kita inginkan. Dalam hal ini karyawan akan

merasa bangga bekerja sebagai karyawan di perusahaan tersebut.

2.2.4. Keinginan Berhenti Bekerja (Intent to Leave)

Intensi turnover menurut Cascio, 1987 dalam Ferry Novliadi

(2007:9) mendefinisikan turnover sebagai berhentinya hubungan kerja

secara permanent antara perusahaan dengan karyawannya.

Harnoto (2002:2) menyatakan: turnover intentions adalah kadar

atau intensitas dari keinginan untuk keluar dari perusahaan, banyak alasan

yang menyebabkan timbulnya turnover intentions ini dan diantaranya adalah

keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pendapat tersebut

juga relatif sama dengan pendapat yang telah diungkapkan sebelumnya,

bahwa turnover intention pada dasarnya adalah keinginan untuk

meninggalkan keluar dari perusahaan.

Berdasarkan pada teori tersebut penulis berpendapat bahwa

pengertian keinginan berpindah, adalah niat, kemauan atau kehendak

individu untuk keluar dengan sendirinya dari organisasi atau perusahaan

dengan harapan dapat pekerjaan yang lebih baik di tempat lain

Apabila seseorang ingin meninggalkan pekerjaan yang tidak

disenangi (tetapi terkendala oleh bebrapa sebab, misalnya: kurangnya

(44)

dan lain-lain), maka bentuk Keinginan Untuk Pindah Kerja dan

pengunduran diri dapar berupa kemangkiran, kelesuan dan sebagainya.

Variabel Keinginan Untuk Pindah Kerja karyawan yaitu sebagai niat

dari karyawan untuk menarik diri dari perusahaan. Keinginan Untuk Pindah

Kerja akan diukur dari ketidakpuasan kerja, ketidaksesuaian kompensasi,

Motivasi (Atmajaya 2009: 21)

2.2.4.1.1. Indikasi Turnover Intention

Indikasi turnover intention menurut Harnoto (2002:2): Turnover

intention ditandai oleh berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan,

antara lain(1) absensi yang meningkat,(2) mulai malas kerja, (3) naiknya

keberanian untuk melanggar tata tertib kerja, (4) keberanian untuk

menentang atau protes kepada atasan, (5) maupun keseriusan untuk

menyelesaikan semua tanggung jawab karyawan yang sangat berbeda dari

biasanya. Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk

memprediksikan keinginan berpindah karyawan dalam sebuah perusahaan.

1. Absensi yang meningkat Karyawan yang berkinginan untuk melakukan

pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat.

Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang

dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Mulai Malas Bekerja, Karyawan yang berkinginan untuk melakukan

pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini

adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu

(45)

3. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja, Berbagai pelanggaran

terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan

karyawan yang akan melakukan keinginan turnover. Karyawan lebih

sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung,

maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya.

4. Peningkatan protes terhadap atasan, Karyawan yang berkinginan untuk

melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap

kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang

ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain

yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan

2.2.5. Pengaruh Kompensasi Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja

Apabila seorang karyawan merasakan dan memiliki persepsi tentang

adanya kompensasi dalam organisasinya oleh pihak-pihak tertentu, sehingga dia

menjadi tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya, tertekan, takut, was-was,

tegang, terganggu privasinya maka ada kemungkinan akan timbul keinginan

dalam dirinya untuk keluar dari organisasi tempatnya bekerja. Rasa tidak nyaman

tersebut timbul karena kemungkinan upaya politik oleh pihak-pihak tertentu

tersebut terlalu berlebihan, sehingga karyawan yang bekerja di tempat itu menjadi

tidak nyaman dalam bekerja. Muafi dan Siswanti,(2008).

Siagian (2010:104) menyatakan bahwa jika dalam suatu organisasi dianut

kebijaksanaan bahwa dalam hal terjadinya lowongan, lowongan itu diisi oleh para

pekerja yang sudah menjadi karyawan organisasi, tentunya para pencari tenaga

(46)

Menurut Werther (2003), ada beberapa faktor penyebab keluar masuknya

karyawan, antara lain yaitu tidak adanya kesempatan untuk berkembang,

kurangnya penghargaan, rasa kurang puas dengan manajemen, kurangnya imbalan

materi dan jenuh dengan pekerjaannya. Dengan demikian dapat terlihat adanya

hubungan antara turnover dengan kompensasi yang di berikan kepada seorang

karyawan. Dengan demikian dapat terlihat adanya hubungan antara turnover

dengan kompenasi. Karyawan yang merasa kurang puas dengan imbalan yang

diterima dari perusahaan tempatnya bekerja dan tidak melihat peluang untuk

memperoleh perbaikan disana, kemungkinan akan termotivasi untuk mencari

kesempatan kerja di perusahaan lain.

2.2.6. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Keinginan Untuk Pindah Kerja

Menurut Robbins (2006) dalam bukunya Perilaku Organisasi, dampak

kepuasan kerja pada kinerja karyawan meliputi beberapa hal, diantaranya terhadap

produktivitas, keabsenan, dan pengunduran diri. Disebutkan pula bahwa kepuasan

juga berkorelasi negatif dengan pengunduran diri, namun hubungan tersebut lebih

kuat dari apa yang kita temukan untuk keabsenan. Namun kembali, faktor-faktor

lain seperti kondisi bursa kerja, harapan-harapan tentang peluang pekerjaan

alternatif, dan panjangnya masa kerja pada organisasi tertentu merupakan

rintangan-rintangan penting bagi keputusan aktual untuk meninggalkan pekerjaan

seseorang saat ini. Banyak bukti yang menyatakan bahwa dimensi penting

hubungan kepuasan kerja-pengunduran diri adalah level kinerja karyawan.

(47)

Untuk itu banyak perusahaan berupaya keras untuk mempertahankan

karyawannya terutama yang bikenerja tinggi bagi mereka, seperti kenaikan upah,

pujian, pengakuan, peningkatan peluang promosi, dan seterusnya. Sedangkan

sedikit upaya ditempuh organisasi untuk mempertahankan karyawan yang

berkinerja buruk. Bahkan mungkin tersapat sedikit tekanan untuk mendorong

mereka agar mengundurkan diri. Hal inipun diperkuat oleh pendapat Handoko

(2001) yang menyebutkan bahwa meskipun hanya merupakan salah satu faktor

dari banyak faktor pengaruh lainnya, kepuasan kerja mempengaruhi tingkat

perputaran karyawan dan absensi. Perusahaan bisa mengharapkan bahwa bila

kepuasan kerja meningkat, perputaran karyawan dan absensi menurun, atau

sebaliknya

2.2.7. Pengaruh Komitmen Organisasi Ter hadap Keinginan Untuk Pindah

Kerja

Turnover yang tinggi dikalangan pekerja sistem informasi mungkin

disebabkan karena rendahnya tingkat komitmen organisasional. Oleh karena itu,

kornitmen organisasional yang dimiliki profesional sistem informasi akan

memiliki pengaruh terhadap keinginan berpindah seseorang. Penelitian ini

mengemukakan bahwa semakin rendah komitmen organisasi, maka semakin

tinggi keinginan berpindah. Aprna,(2005).

Menurut Panggabean (2004) hal ini berarti bahwa komitmen organisasi

bukan hanya menunjukkan suatu tanggapan afektif atau kuatnya ikatan emosional

(48)

dinyatakan dalam kuatnya usaha dan keinginan karyawan untuk tetap tinggal

dalam organisasi.

Grant et al,. (2001) sebagai dukungan penelitian, menunjukkan bahwa

semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen organisasional diharapkan akan

menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk meninggalkan organisasi. Lebih

lanjut, karyawan yang tidak puas dengan aspek-aspek pekerjaannya dan tidak

memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih mencari pekerjaan di

organisasi yang lain. Dengan demikian, Grant et al., (2001) menemukan hubungan

yang negatif antara komitmen organisasi dan turnover intentions. Turnover

intentions adalah kecenderungan atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki

kemungkinan untuk meninggalkan organisasi.

Namun sebaliknya apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi maka

karyawan tidak akan memiliki rasa keterikatan terhadap tempatnya bekerja yang

pada akhirnya akan menyebabkan karyawan tersebut tidak memiliki keterlibatan

terhadap pekerjaan dan organisasi. Karyawan yang seperti ini dapat dikatakan

memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi. Karyawan yang memiliki

komitmen yang rendah akan memiliki semangat yang rendah dalam bekerja dan

berkarya, cepat lelah, bosan, emosi tidak stabil serta memiliki turnover yang

(49)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka konseptual diatas dapat disusun

suatu hipotesa yang mempunyai jawaban sementara terhadap masalah

penelitian dan masih harus diuji kebenarannya. Adapun hipotesanya adalah :

1. Kompensasi berpengaruh negatif terhadap keinginan untuk pindah kerja

pada PT. Purnama Indonesia.

2. Kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap keinginan untuk pindah kerja

pada PT. Purnama Indonesia.

3. Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap keinginan untuk

pindah kerja pada PT. Purnama Indonesia.

Keinginan Untuk Pindah

Kerja (Y) Kepuasan

Kerja (X2) Kompensasi

(X1)

(50)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu diketahui

beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan penulisan usulan

penelitian yaitu :

I. Kompensasi (X1)

Kompensasi adalah penghargaan yang diberikan dalam bentuk financial

kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada

organisasi. Dharma (2002:122)

1. Gaji adalah yang merupakan imbal balik perusahaan terhadap karyawan atas

kerja mereka.

2. Insentif adalah kompensasi diluar gaji dan upah yang diberikan organisasi

atas prestasi kerja mereka yang memenuhi target

3. Tunjangan adalah kebijakan perusahaan terhadap karyawan dasar loyalitas

karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan.

II. Kepuasan Kerja (X2)

Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan karyawan tentang

menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Robbins (2003:152)

1. Pekerjaan itu sendiri yaitu pembagian tugas yang jelas sesuai dengan posisi

(51)

2. Kondisi kerja merupakan segala sesuatu yang ada di lingkungan para pekerja

yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas

3. Promosi merupakan penghargaan berupa knaikan oangkat jika seseorang

tersebut berprestasi.

III. Komitmen Or ganisasi (X3)

Merupakan sikap atau loyalitas karyawan kepada organisasi dan ditandai

dengan partisipasi pada organisasi sebagai titik fokus dan berlanjut sampai

organisasi mencapai sukses. : (Nugrahaini, 2008: 8).

1. Kemauan merupakan keinginan atau niat. Dalam hal ini keinginan untuk

bekerja secara maksimal dalam mencapai target perusahaan.

2. Kesetiaan adalah sebuah hubungan di suatu keadaan yang ditandai dengan

keloyalitasan sesesorang. .

3. Kebanggaan karyawan merupakan suatu perasaan puas dan lega saat mencapai

seseuatu yang kita inginkan.

IV. Keinginan Untuk Pindah Kerja (Y)

Keinginan seseorang untuk keluar organisasi, yaitu evaluasi mengenai

posisi seseorang saat ini berkenaan dengan ketidakpuasan dapat memicu

keinginan seseorang untuk keluar. Adalah sebagai berikut: Yuliasia,(2012)

1. Sering berfikir keluar dari pekerjaan

2. Mungkin meninggalkan pekerjaan

3. Mungkin akan meninggalkan pekerjaan bila ada kesempatan yang lebih

baik

(52)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval. Menurut Sugiyono (2002 : 91), skala interval merupakan skala

pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat, dan jarak construct yang

diukur, sedangkan teknik pengukuran yang digunakan adalah likert scale.

Menurut Sugiyono (2002 : 91), menyatakan bahwa skala tersebut

berusaha untuk mengukur sikap dan karakteristik tertentu yang dimiliki

oleh seseorang.

Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau obyek pada

suatu skala yang mempunyai dua kata adjektif yang bertentangan, yaitu

rentang skala yang terdiri dari tujuh kriteria yang diwakili dengan angka,

dimana angka 1 menyatakan sangat tidak setuju sampai angka 5 yang

menyatakan sangat setuju, gambarannya sebagai berikut:

1 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada PT. Purnama

(53)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik

yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus

representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 1997 : 45).

Metode pengambilan sampel menggunakan probabilitas sampling dengan

teknik purposive sampling, yaitu menyeleksi obyek penelitian berdasarkan

pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel (Sumarsono,

2002: 52). Kriteria yang digunakan adalah : 1) Merupakan karyawan tetap

diperusahaan tersebut, 2). minimal bekerja lebih dari 2 tahun

Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas maka sampel dalam

penelitian ini adalah berjumlah 55 responden

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

3.3.1. J enis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

a. Data Primer.

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian dengan

cara kuesioner dan wawancara

b. Data Sekunder.

Yaitu data yang diperoleh dari perusahaan berupa dokumentasi perusahaan

yang berkaitan dengan masalah penelitian.

(54)

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari data primer berupa

kuesioner.

3.3.3. Pengumpulan Data

1). Studi Pustaka, yaitu studi pendahuluan yang diperoleh dari literatur

tentang variabel penelitian yang akan digunakan dan menentukan

teori-teori yang tepat sebagai landasan teori-teori.

2). Studi Lapangan, yaitu studi langsung pada tempat penelitian dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Interview, yaitu mengadakan wawancara pada pimpinan perusahaan

tentang masalah yang ada diperusahaan saat ini.

b. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara

membagikan lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden

guna melengkapi data

3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini

Gambar

Gambar 3.2 Contoh Diagram Jalur untuk PLS (sama dengan Gambar 1)
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kompensasi
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompensasi yang sesuai dengan kinerja karyawan dapat menjadi motivasi bagi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan hasil lebih baik bagi

Bentuk kompensasi yang diberikan oleh perusahaan sudah ada yang baik tetapi ada juga yang diberikan tetapi kurang sesuai harapan karyawan seperti pemberian bonus,

Tangible cost yang secara langsung diderita perusahaan akibat tingginya tingkat perpindahan karyawan ini antara lain berupa waktu yang terbuang untuk rekrutmen, seleksi,

Penelitian lain mendukung hal itu dengan menyatakan bahwa iklim etika perusahaan yang baik (dilihat dari persepsi karyawan mengenai praktek, prosedur, norma-norma

Bentuk kompensasi yang diberikan oleh perusahaan sudah ada yang baik tetapi ada juga yang diberikan tetapi kurang sesuai harapan karyawan seperti pemberian bonus,

Oleh karena itu kompensasi bagi karyawan sangat penting, karena dengan pemberian kompensasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kerja karyawan maka kepuasan dan kinerja

Asuransi Sinarmas Cabang Denpasar adalah karena terdapat masalah komitmen organisasi, dimana tingginya tingkat turnover karyawan didalam perusahaan diduga karena kompensasi

Kompensasi yang diterimakan kepada karyawan, cenderung untuk menentukan standar hidup serta kedudukan sosial di masyarakat. Pentingnya kompensasi bagi karyawan sangat