• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI Hubungan Pola Asuh Demokratis Dan Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Siswa Di Asrama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI Hubungan Pola Asuh Demokratis Dan Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Siswa Di Asrama."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS

DAN KEMANDIRIAN

DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI ASRAMA

Oleh :

SRI PURWANINGSIH NIM : S 300 110 016

PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KEMANDIRIAN

DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI ASRAMA

Telah disetujui oleh: Pembimbing

(3)

Hubungan Pola Asuh Demokratis dan Kemandirian

Dengan Penyesuaian Diri Siswa di Asrama

Sri Purwaningsih

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract.This study aims to determine the relationship between parenting style and independence with democratic adjustment of students in the dorm. Subjects were high school students of class X MTA Surakarta totaling 120 students. Measuring instrument is a questionnaire. Used method of data analysis using multiple regression analysis with SPSS version 17.0. The results showed significant relationship between parenting style and independence with democratic adjustment of students in the dorm. Also there is a significant positive relationship between democratic parenting with self-adjustment of students in the dorm, and there is a very significant positive relationship between students' independence with self adjustment in the dorm. Based on further analysis it was found that democratic parenting style and independence of women students is higher than the student's son but found no difference in adjustment in students who had previously lived in a dorm with students who have never lived in a dorm. Effective contribution of democratic parenting variables and self-reliance to the adjustment of students in the dorm for 63,9% indicated by the coefficient of determinant (R2) 0,639. This means there is 36,1% of other variables that affect students' self adjustment in the dorm.

Keywords: democratic parenting, independence, self adjustment

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama.Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan pada pola asuh demokratis, kemandirian dan penyesuaian diri berdasarkan jenis kelamin dan pernah atau belum pernah tinggal di asrama sebelumnya. Subjeknya adalah siswa SMA MTA kelas X yang tinggal di asrama yang berjumlah 120 siswa.Alat ukur yang digunakan adalah angket. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS, 17,0. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama dan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri siswa di asrama juga ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama. Berdasarkan analisis lebih lanjut ditemukan bahwa pola asuh demokratis dan kemandirian pada siswa putri lebih tinggi daripada siswa putra tetapi tidak ditemukan perbedaan penyesuaian diri pada siswa yang sebelumnya pernah tinggal di asrama dengan yang belum. Sumbangan efektif variabel pola asuh demokratis dan kemandirian terhadap penyesuaian diri siswa di asrama sebesar 63,9%.Berarti masih ada 36,1% variabel lain yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri siswa di asrama.

(4)

Pendahuluan

Modernitas ternyata membawa implikasi negatif dengan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. Alhasil, banyak terjadi kerusakan moral di masyarakat akibat kurangnya pendidikan keagamaan baik di rumah maupun di sekolah. Realita sosial yang terjadi saat ini seperti maraknya kriminalitas dengan kekerasan, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan lain-lain, membuat orang tua merasa khawatir, dan tidak mudah untuk mencarikan lingkungan yang baik untuk putra-putrinya.

Maka adanya program sekolah berasrama (Boarding School) dianggap sebagai solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Keberadaan Boarding School adalah suatu konsekuensi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat dengan adanya keinginan dari para orang tua untuk melahirkan generasi yang lebih agamis. Dari segi sosial, sistem boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen dan satu tujuan yaitu menimba ilmu untuk menggapai harapan hidup yang lebih berkualitas (Purwanto, 2011). Sekolah berasrama juga menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi, siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecenderungan dan kemampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas.

Kehidupan di asrama tentu berbeda dengan kehidupan sebelumnya ketika masih tinggal di rumah, sehingga untuk bisa

mencapai tujuan yang telah disebutkan diatas, setiap anak harus bisa melakukan penyesuaian diri agar bisa bertahan hingga menyelesaikan pendidikannya di sekolah berasrama tersebut. Masalah yang muncul adalah adanya siswa yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik untuk mengikuti sistem kehidupan di asrama, seperti anak yang terbiasa dimanja yang keperluannya selalu dilayani akan mengalami banyak kesulitan dalam penyesuaian diri. Anak yang terbiasa dituruti keinginan-keinginannya, biasanya sulit menerima situasi yang berbeda dengan keinginannya itu, seperti menu makanan yang tidak sama dengan seleranya, mandi harus antri, dan lain-lain. Selain itu anak yang terbiasa hidup bebas cenderung sulit untuk disiplin dan mentaati aturan yang ada di asrama, sehingga sering melakukan pelanggaran. Kesulitan dalam penyesuaian diri akan menimbulkan masalah-masalah baru, seperti anak merasa tertekan, stress, prestasi belajar menurun, melanggar peraturan asrama, membuat gaduh, berbuat onar, dan lain-lain (Hidayat, 2009).

Setiap tahun siswa yang melakukan mutasi atau pindah sekolah di sekolah berasrama atau pondok pesantren lebih besar dibanding siswa yang sekolahnya tidak berasrama. Hasil penelitian Yuniar, dkk (2005) di Pondok Pesantren Assalam, Sukoharjo menunjukkan setiap tahun 5% - 10% siswa baru disekolah tersebut mengalami mutasi. Hal ini mengindikasikan bahwa problem yang dihadapi siswa yang tinggal di asrama atau pondok pesantren lebih beragam dibandingkan dengan yang tidak tinggal di asrama yang berakibat lebih tingginya jumlah siswa yang mengalami mutasi.

(5)

tidak mampu mengikuti pelajaran, tidak mampu mengikuti tata tertib asrama, tidak bisa hidup mandiri, tidak kerasan di asrama , tidak bisa pisah dengan orang tua,sering melanggar peraturan sekolah dan asrama dan sebagainya, sehingga terpaksa pindah sekolah atau gagal dalam melanjutkan pendidikan di asrama. Hal ini disebabkan antara lain karena siswa tidak bisa melakukan penyesuaian diri dengan kehidupan asrama.

Menurut Kartono (2003) berhasil tidaknya penyesuaian diri ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut: a) Kondisi dan konstitusi fisiknya, yang terdiri dari sistem saraf, sistem kelenjar, sistem otot dan kesehatannya (dalam keadaan sakit atau sehat, dan lain-lain). b) Kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangannya, terutama faktor intelek, kematangan sosial dan moral, serta kematangan emosionalnya. c). Determinan psikologis, yaitu berupa pengalaman-pengalaman, trauma-trauma, situasi-situasi dan kesulitan belajar, kebiasaan-kebiasaan, penentuan diri (self determination), frustrasi- frustrasi, konflik-konflik dan saat-saat kritis. d).Kondisi lingkungan dan alam sekitar,seperti lingkungan keluarga, sekolah, lingkunan kerja, teman-teman dan lain-lain. e). Faktor adat istiadat, norma-norma sosial, religi dan kebudayaan.

Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Kristiyani (2001), bahwa faktor yang mempengaruhi terbentuknya penyesuaian diri yaitu: Keluarga, keadaan lingkungan, rasa aman, keadaan fisik, jenis kelamin, pendidikan, tingkat religiusitas dan kebudayaan, keadaan psikologis, kebiasaan dan ketrampilan serta komunikasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, penyesuaian diri secara implisit dipengaruhi oleh setidaknya dua faktor. Pertama, kondisi lingkungan keluarga yang mencakup orang tua. Peran orang tua salah satunya dapat berupa pola asuh orang tua. Kedua, kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangan terutama faktor intelektual, kematangan sosial, moral dan emosional, salah satunya adalah kemandirian.

Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan apakah ada hubungan antara pola asuh

demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama dan apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri siswa di asrama juga apakah ada hubungan antara kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama dan apakah ada perbedaan pola asuh demokratis, kemandirian dan penyesuaian diri siswa berdasarkan jenis kelamin

Penyesuaian diri adalah cara seseorang menghadapi dan memecahkan situasi yang mengandung masalah sampai hasil yang diharapkan, dengan menyingkirkan segala hambatan dan tidak menggunakan mekanisme yang keliru, seperti mekanisme pertahanan diri dan mekanisme pelarian diri ( Kartono, 2003). Menurut Schneiders (dalam Prihartanti, 2004) bahwa faktor-faktor penentu penyesuaian diri meliputi: a) fisik, b) Perkembangan serta kemasakan umum kepribadian, c) pengalaman yang diterima termasuk proses belajar, d) situasi dan lingkungannya sepeti rumah, keluarga dan sekolah dan e) kebudayaan termasuk di dalamnya keyakinan dan agama.

Pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Didalam keluarga, anak akan memperoleh bekal yang memungkinkan untuk menjadi anggota masyarakat yang baik kelak. (Langgulung, dalam Nurcahyani, 2012). Baumrind (dalam Santrock, 2012) mengemukakan empat macam pola asuh, yaitu pola asuh otoritarian (authoritarian parenting), pola asuh yang memanjakan (indulgent parenting), pola asuh otoritatif (authoritative parenting) dan pola asuh yang melalaikan (neglectful parenting). . Santrock (2012) mengatakan bahwa pola asuh otoritatif/demokratis adalah pola asuh yang mendorong anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas pengendalian atas tindakan mereka. Orang tua memperlihatkan kehangatan dan kasih sayang kepada anak. Menurut Hurlock (2000) pola asuh demokratis ditandai dengan ciri ciri: Bahwa anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

(6)

mampu mengatur diri sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban yang dimiliki, mampu menentukan nasib sendiri, tidak tergantung pada orang lain sampai batas kemampuannya, mampu bertanggung jawab atas keputusan, tindakan dan perasaannya sendiri, mampu membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.Hurlock (2000) menyatakan terdapat lima faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu keluarga, sekolah, media komunikasi massa,agama dan pekerjaan atau tugas yang menuntut sikap pribadi tertentu.

Penelitian terkait pola asuh yang dilakukan oleh Purwanto (2012), menunjukkan ada hubungan antara pola asuh demokratis pengasuh dengan kedisiplinan anak asuh. Seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik biasanya memiliki kedisiplinan yang baik pula.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan otoritatif menghasilkan sejumlah hasil perkembangan positif pada remaja. Gaya pengasuhan otoritatif yang mencakup pemantauan dan pengawasan orang tua, mempromosikan paparan remaja untuk kegiatan positif dan mengurangi kesempatan remaja untuk terlibat dalam perilaku beresiko (Wargo, 2007 ). Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis, dengan memberikan kehangatan, mengakui dan menghargai keberadaan anak, memberikan peraturan yang tegas, melatih kejujuran, menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya, berarti telah memberikan bekal yang baik dan mempersiapkan anak untuk memasuki kehidupan di asrama, sehingga anak dapat lebih mudah untuk melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan baru.

Penelitian tentang penyesuaian diri oleh “afura, dkk e ataka ah a: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penyesuaian diri anak disekolah dengan prestasi elajar .Berarti se aki aik penyesuaian diri seseorang, maka akan semakin mandiri dia dalam belajar sehingga prestasinya juga semakin meningkat. Menurut Erikson (dalam Widiana, dkk 2005) kemandirian akan mempengaruhi pembentukan identitas remaja. Pencapaian

identitas dimungkinkan hanya apabila pada diri remaja terdapat perasaan bahwa dia dapat dan mampu mengatur hidupnya sendiri. Monks, dkk (dalam Widiana 2005) menunjukkan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktivitasnya dan mampu menerima realitas. Siswa yang mandiri tentu akan lebih berhasil dalam melakukan penyesuaian diri di asrama.

Berdasarkan kajian teoritis diatas,hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah a) Ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama, b) Ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri siswa di asrama, c) Ada hubungan positif antara kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama. Metode

(7)

bergerak dari 0,332-0,720 dan nilai Alpha cronbach 0,906)

Metode sampling yang digunakan penelitian ini adalah cluster random sampling, yang diikuti oleh 120 siswa kelas X SMA MTA yang tinggal di asrama. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS for Windows

17,0. Untuk mengetahui perbedaan hubungan pola asuh dan kemandirian terhadap penyesuaian diri berdasarkan jenis kelamin, digunakan analisa Chow Test dan Crosstabs – demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama, dengan nilai korelasi R sebesar 0,800 dan Fregresi sebesar 103,694 dengan p=0,000 (p<0,01). Dan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri siswa di asrama dengan nilai rxly sebesar 0,539 dengan p=0,000( p<0,01). Juga ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama dengan nilai rxly sebesar 0,798 dengan p=0,000 (p<,0,01). Berarti ketiga hipotesis bisa diterima. Berdasarkan perhitungan tabel analisis koefisien determinasi didapat nilai R2=0,639 (63,9%).Berarti peranan pola asuh demokratis dan kemandirian terhadap penyesuaian diri adalah sebesar 63,9%.Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel pola asuh demokratis mempunyai nilai rerata empirik sebesar 128,26 dan rerata hipotetik sebesar 97,5 yang berarti pola asuh demokratis pada subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel kemandirian diketahui mempunyai rerata empirik sebesar 81,8 dan rerata hipotetik sebesar 67,5 yang berarti kemandirian pada subjek penelitian tergolong tinggi. Variabel penyesuaian diri mempunyai rerata empirik 138,91 dan rerata hipotetik 117,5 yang berarti penyesuaian diri pada

subjek penelitian tergolong tinggi. 2. Hasil Tambahan

Hasil Uji F Test diketahui F tabel (3,09) > F hitung (0,05), berarti hubungan pola asuh demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama antara siswa putra dan siswa putri tidak ada perbedaan. Pada pola asuh demokratis, Chi-Square Test menunjukkan bahwa nilai asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0,04 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan pola asuh demokratis , siswa putri menerima pola asuh demokratis yang lebih tinggi daripada siswa putra. Untuk kemandirian, Chi-Square Test menunjukkan bahwa nilai asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0,296 < 0,05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan kemandirian , siswa putri memiliki kemandirian yang lebih tinggi daripada siswa putra. Untuk penyesuaian diri siswa yang pernah dan belum pernah tinggal diasrama sebelumnya, Chi-Square Test menunjukkan bahwa nilai asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0,102 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan penyesuaian diri antara siswa yang sebelumnya pernah tinggal di asrama dengan siswa yang belum pernah tinggal di asrama.

Bahasan

(8)

batasan dan kendali atas tingkah laku mereka. Orang tua memberikan dialog secara verbal, bersifat hangat dan mengasuh. Orang tua memperlihatkan rasa senang dan dukungan sebgai respon terhadap tingkah laku konstruktif anak-anaknya, tetapi juga mengharapkan perilaku yang matang dan bertanggung jawab dengan memberikan aturan yang tegas dan konsisten. Anak-anak mereka seringkali terlihat gembira, memiliki kendali dan percaya diri serta berorientasi pada prestasi. Mereka cenderung mempertahankan relasi yang bersahabat dengan teman sebaya, kooperatif dengan orang dewasa dan mampu mengatasi stress dengan baik. Menurut Steinberg (2001), psikologi perkembangan sangat mendukung pola asuh otoritatif sebagai gaya pengasuhan yang optimal untuk meningkatkan kualitas remaja. Pengasuhan dikaitkan dengan perkembangan remaja yang memberikan keseimbangan antara kasih sayang dan dukungan yang sesuai dengan kontrol orang tua dalam mengelola perilaku remaja. Atmosfer ini memberikan peluang bagi remaja untuk menjadi mandiri dan mengembangkan otonomi yang sehat dalam batas-batas pedoman dan aturan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan otoritatif menghasilkan sejumlah perkembangan positif pada remaja. Gaya pengasuhan otoritatif yang mencakup pemantauan dan pengawasan orang tua, mempromosikan paparan remaja untuk kegiatan positif dan mengurangi kesempatan remaja untuk terlibat dalam perilaku beresiko (Wargo, 2007). Orang tua yang telah menerapkan pola asuh demokratis berarti telah memberikan bekal yang baik pada anak sehingga anak memiliki kejujuran, kedisipilinan, tanggung jawab, mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga anak merasa lebih siap dalam memasuki kehidupan di asrama dan lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.

Hasil analisis data kemandirian dan penyesuaian diri menunjukkan koefisien korelasi (rxly) sebesar 0,622 dengan p = 0,00 (p < 0,01) berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama. Semakin

(9)

terhadap potensi anak, pemberian hadiah dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian remaja. Demikian juga lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian pada remaja.

Dalam menjalani kehidupan diasrama, setiap anak harus bisa menyiapkan sendiri semua keperluannya seperti mandi, mencuci, menyeterika dan lain-lain. Juga pandai mengatur jadwal kegiatannya sendiri kapan harus tidur, main, istirahat, belajar, dan lain-lain, serta tidak tergantung pada orang tua seperti ketika dirumah. Siswa juga dituntut mampu menyesuaikan diri dengan jadwal yang padat dan kegiatan yang beragam, baik kegiatan disekolah maupun diasrama. Kalau ada permasalahan bisa menyelesaikan sendiri atau meminta bantuan orang-orang terdekat, juga bisa mengatur keuangan secara mandiri. Anak yang memiliki kemandirian yang baik ternyata sangat mendukung dalam menjalani proses kehidupan di asrama sehingga anak mampu menyesuaian diri dengan baik dengan lingkungan barunya.

Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel pola asuh demokratis pada subjek penelitian berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian yang besar subjek telah mendapat pola asuh demokratis yang optimal. Orang tua telah memberikan bimbingan yang baik dengan penuh pengertian, pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan perbuatan tidak baik agar ditinggalkan, dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga dan dapat menciptakan komunikasi yang efektif antara anak dan orang tua serta sesama anggota keluarga. Hal ini berakibat anak memiliki kedisiplinan yang baik, siap mengikuti peraturan- peraturan asrama bersikap terbuka dan komunikatif bila mengalami masalah, sehingga siswa lebih siap dalam menjalani kehidupan di asrama. Tingkat kemandirian pada subjek peneltian berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa telah memiliki kemandirian yang baik. Siswa telah terbiasa menyiapkan keperluan-keperluan pribadinya sendiri, mengatur waktunya sendiri, mampu

menyelesaikan masalah dengan baik, bisa mengelola keuangan dengan baik serta mampu menjalin komunikasi yang efektif baik dengan teman-temannya, pembina asrama maupun guru-gurunya di sekolah. Penyesuaian diri pada subjek penelitian berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek telah memiliki penyesuaian diri yang baik. Iindividu yang memiliki penyesuaian diri yang baik memiliki beberapa karakteristik yaitu: mampu mengatasi ketegangan emosi, mampu menilai kenyataan secara obyektif, memiliki kestabilan psikologis, memiliki pertimbangan rasional, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik (Sundari, 2003) Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memberi respon-respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Jadi orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi- situasi yang berbeda,dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang simtomatis seperti kecemasan, atau gangguan psikosomatis. Ia menciptakan dunia hubungan antar pribadi dan kepuasan yang ikut menyumbangkan kesinambungan pertumbuhan pribadi.

Hasil penelitian yang menunjukkan sumbangan efektif variabel pola asuh demokratis dan kemandirian terhadap penyesuaian diri siswa di asrama sebesar 63,9% yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (R2)=0,639. Hal ini berarti terdapat 36,1 % variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri siswa di asrama, seperti faktor motivasi, determinan psikologis, faktor keluarga, lingkungan, seperti adat istiadat, norma sosial, religi dan lain-lain.

(10)

diantaranya adalah karena faktor pola asuh orang tua.Kasus pola asuh orang tua yang bias jender merupakan presentasi dari kondisi budaya kita yang sangat patriarki yang mengimplikasikan pola asuh yang tidak demokratis. Dalam penelitian ini ternyata orang tua tidak membedakan jenis kelamin dalam menerapkan pola asuh malah siswa putri lebih banyak menerima pola asuh demokratis dibandingkan dengan siswa putra. Sudah banyak kemajuan dalam penerapan pola asuh yang demokratis dalam budaya kita.

Selanjutnya penelitian ini juga menunjukkan ada perbedaan antara kemandirian siswa putra dan siswa putri. Menurut Santrock (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah perbedaan jenis kelamin.Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi pemberian kebebasan pada masa remaja. Remaja laki-laki biasanya diberikan independensi yang lebih besar daripada anak perempuan, sehingga remaja laki-laki lebih cepat mandiri daripada remaja perempuan. Tapi dalam penelitian ini yang terjadi malah sebaliknya, kemandirian siswa putri justru lebih tinggi daripada siswa putra. Hal ini bisa dijelaskan bahwa kecenderungan orang tua sekarang memberikan kebebasan yang sama baik kepada anak laki-laki maupun anak perempuan, tidak ada lagi perbedaan gender dalam memperlakukan mereka, sehingga bisa berakibat kemandirian mereka bisa berkembang sama baik antar anak laki-laki maupun perempuan. Anak perempuan bisa lebih tinggi kemandiriannya dibandingkan anak laki- laki, dan dengan kemajuan emansipasi, mereka juga banyak yang bisa mengungguli anak laki- laki diberbagai bidang.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian diri antara siswa yang sebelumnya pernah tinggal di asrama dengan yang belum pernah tinggal di asrama.Jadi faktor lamanya tinggal di asrama tidak berpengaruh pada penyesuaian diri siswa.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan penyesuaian diri siswa di asrama. Hal ini berarti bahwa variabel pola asuh demokratis dan kemandirian dapat dijadikan preditor untuk

memprediksi penyesuaian diri siswa di asrama, namun generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.

Simpulan dan Saran

(11)

siswa kelak akan mudah dalam melakukan proses penyesuaian diri baik di asrama, di sekolah maupun di masyarakat.

Tidak terdapat perbedaan hubungan pola asuh demokratis, kemandirian dan penyesuaian diri antara siswa putra dan siswa putri. Tetapi pola asuh demokratis dan kemandirian siswa putri lebih tinggi daripada siswa putra. Juga tidak ditemukan adanya perbedaan penyesuaian diri antara siswa yang sebelumnya pernah tinggal di asrama/ pondok dengan siswa yang belum pernah tinggal di asrama/ pondok. Maka bagi yang berminat melanjutkan pendidikan ke sekolah berasrama/ pondok pesantren tidak perlu khawatir walaupun sebelumnya belum pernah tinggal di asrama atau belum pernah tinggal terpisah dengan orang tua, asal semua proses dijalani dengan baik, semua peraturan sekolah maupun asrama ditaati dengan baik, maka penyesuaian diri juga akan mudah dijalani.

Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan penyesuaian diri siswa di asrama sudah termasuk kategori tinggi , namun penyesuaian diri siswa yang tinggal di asrama bisa lebih baik dengan adanya intervensi psikologis dan dukungan sosial yang dapat meningkatkan penyesuaian diri mereka baik dari para pembina asrama, guru-guru di sekolah maupun pengurus yayasan.

(12)

Pustaka Acuan

Azwar,S.2001. Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar tentang Penyesuaian Diri dan Hubungan Kemanusiaan edisi ketiga. Alih bahasa oleh Satmoko.New York: Mc Graw-Hill. Nardi, D.A. 1999. Parenting Education as

Family Support for Low-income Families of Young Children , Journal of Psichologial Hoursing & Mental Heal Service, 37, 11-19.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua Balai Pustaka.

Depdiknas 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20003 tentang Sisitim Pendidikan Nasional.

Djamarah,S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Usaha Nasional.

Duffell, N. 2005. Surviving the Previlage of Boarding School . Draft Article for Mental Health. Australia. 2005

Eduardo, M da Bustillo,M.C. . “ hool Adjusment of Children in Res-idensial Care: a Multi Source Analysis , The

Spanish Journal of Psychology,12,462-470. Ghoroghi,S ; Hassan,AS & Baba,M. 2012. Fu tio of Fa il of origi E perie es and Mental Adjusment among Married Iranian students of Universiti Putra Mala sia . International Journal of Psychological Studies, 4, 94-103.

Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan anak, jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

---.2004. Psikologi Perkembangan Sepanjang rentang kehidupan. Alih bahasa Istiwidayanti dan Sudjarwo. Edisi kelima, Jakarta: Erlangga.

Hussain,A; Kumar, A dan Hussain,A. 2008. A ade i “tress a d Adjus e t A o g High“ hool “tude ts . Jurnal of the Indian Academy of Applied Psychology,34, 70-73. Hadi, S. 2002. Metodologi Research, Jilid 1 dan

2 Yogyakarta : Andi Offset.

Hairiyah. 2009. Pola Hubungan antara Kepercayaan diri dan Kemandirian dengan motivasi berprestasi pada penyandang tuna daksa. Surakarta, Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Halpern, R. 1988. Parent Support and Education. Historical and Current Persepctives. Children and Youth Services Review, 10, 283 – 303.

Iska dar, P. . Pe esuaia Diri Re aja yang Beralih dari Sekolah formal ke Ho es holli g .Jurnal Psikologi ,3, 1-13 . Istadi,I. 2006. Melipatgandakan Kecerdasan

Emosi Anak. Bekasi: Pustaka Inti.

Kartono, K. 2003 .Hygiene Mental, Bandung:

Kopko,K.2007. Parenting Styles and Adolescents .

http://www.parenting.Cit.Cornel.edu, diakses tanggal 1 Maret 2013

Kordi,A da Baharudi ,R. . Pare ti g Attitude and Style and Its Effect on Childre ’s “ hool A hie e e ts . International Journal of Psychological Studies, 2.

Lestari, “. . Pe gasuha Ora g Tua da Harga diri Re aja . Anima Indonesian Psychological Journal, 24, 17-25

Maharani, P.O dan Andayani, B. 2003. Hu u ga a tara duku ga sosial a ah dengan penyesuaian sosial pada remaja laki-laki . Jurnal Psikologi UGM, 1, 23-35 Mubarok, M. 2011 .Peran Locus of Control,

Kemandirian dan Konsep diri terhadap prokastinasi Akademik. Surakarta, Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mu’tadi ,) . . Pe esuaia diri re aja .

http.www.e.psikologi.com/remaja. Diakses tanggal 16 Maret 2013

Nizar. 2009. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak sejak dini. Jogjakarta: Diva Press.

(13)

(tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pamela C. & High, MD. 2011. School

Readiness . Technical Report. American Academy of Pediatrics

Papalia,D.E; Old,W.S & Feldman,R.D. 1993.

Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta: Salemba. Humanika. Prihantati, N. 2004. Kepribadian Sehat menurut

konsep Suryomentaram, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Purwanto, S. (2011). Boarding School

Alternatif Pendidikan masa Kini. Majalah Ibroh SMP MTA Gemolong Sragen, edisi Desember 2011.

Purwanto, S. 2012. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kedisiplinan anak asuh di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Ning Amriyah Soepardho, Kendal.Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Randi, P.A. 2010. Covepturalizing the Prospective Relationship Between Social Support, stress and Depressive Symptoms Among Adolescents , Journal Abnormal Child Psychology. dengan Prestasi Belajar .Psikologia, 2, 25-30.

Santrock ,J.W. 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).Edisi 13, jilid I ( Penerjemah Benedictine Widyasinta), Jakarta: Erlangga.

Sarwono,S.W. 2001. Psikologi Sosial, Psikologi kelompok dan Psikologi Terapan, Jakarta: Balai Pustaka

“ harf,M; Wise a ,H da Farah, F. . Parent-adolescent relationships and sosial adjusment: The Case of Collectivistic Culture . International Jurnal of Psychology, 46, 177-190.

Shochib,M.2000. Pola Asuh Orang Tua.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business A Skill Building Approach. Third Editio , U“A : Joh Wile a d “o ’s. I . Semiun, Y. 2008. Pandangan Umum mengenai

Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang terkait,Yogyakarta: Kanisius.

Suprawito. 2004. Boarding School dalam Nation and Character Building Praja .

Journal Penelitian Pendidikan, II.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Reneka Cipta

Steinberg, L .2001. Kita Tahu Beberapa hal, Remaja, Orang Tua, Hubungan dalam Restropeksi dan Prospek . Jurnal

Penelitian Remaja, 11,1-19

U u , Q. “ikap terhadap kesetaraa jender ditinjau dari pola asuh demokratis ora g tua . Jurnal Logika, 5, 64-76.

Wahyuning, W, Jash dan Rochmadiana, M. 2003. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Walgito, B. 1992. Pengantar Psikologis Umum.Yogyakarta: Andi Offset.

Wargo, E.2007. Remaja dan Resiko: Membantu kaum muda membuat pilihan a g le ih aik . Diakses 1 Maret 2013 dari

http://www.actforyouth.net/documents/ adolescentrisk.

Widianingsih,R dan Widyarini,N 2009. Dukungan Orang Tua dan Penyesuaian diri Remaja Mantan Pe ggu a Narko a . Jurnal Psikologi, 3, 10-15.

Yuniar, M; Zainul,A dan Tri, P.A. 2005. Pe esuaia Diri “a tri Putri terhadap Kehidupa Pesa tre . Jurnal Psikologi

Undip, 2 , 10-17.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar,S.2001. Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

--- 2002. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar --- 2002. Reliasbilitas dan Validitas, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Calhoun, J.F & Acocella, J.R. 2007.Psikologi tentang Penyesuaian Diri dan Hubungan Kemanusiaan,

edisi ketiga. Alih bahasa oleh Satmoko.New York: Mc Graw-Hill.

Nardi, D.A. 1999. Parenting Education as Family Support for Low-income Families of Young Children , Journal of Psichologial Hoursing & Mental Heal Service, 37,no.7, 11-19.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua Balai Pustaka.

Depdiknas 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20003 tentang Sisitim Pendidikan Nasional.

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Usaha Nasional.

Duffell, N. 2005. Surviving the Previlage of Boarding School . Draft Article for Mental Health.

Australia. 2005

Eduardo, M dan Bustillo, M.C. 2009. School Adjusment of Children in Res-idensial Care: a Multi Source Analysis , The Spanish Journal of Psychology,12 , 462-470.

Ghoroghi,S ; Hassan,AS & Ba a,M. . Fu tio of Fa il of origi E perie es a d Me tal Adjus e t a o g Married Ira ia stude ts of U i ersiti Putra Mala sia . International Journal of Psychological Studies, 4, 94-103.

Hurlock, E.B. 2000. Perkembangan anak, jilid 2. Jakarta: Erlangga.

---.2004. Psikologi Perkembangan Sepanjang rentang kehidupan. Alih bahasa Istiwidayanti dan Sudjarwo. Edisi kelima, Jakarta: Erlangga.

Hussain,A; Kumar, A dan Hussain,A. 2008. Academic Stress and Adjusment Among High School Students . Jurnal of the Indian Academy of Applied Psychology,34, 70-73.

Hadi, S. 2002. Metodologi Research, Jilid 1 dan 2 Yogyakarta : Andi Offset.

Hairiyah. 2009. Pola Hubungan antara Kepercayaan diri dan Kemandirian dengan motivasi berprestasi pada penyandang tuna daksa. Surakarta, Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Halpern, R. 1988. Parent Support and Education. Histsorical and Current Persepctives. Children and Youth Services Review, 10, 283 – 303.

(15)

Iskandar, P. . Pe esuaia Diri Re aja a g Beralih darsi Sekolah formal ke Homescholling .Jurnal Psikologi ,3, 1-13.

Istadi,I. 2006. Melipat gandakan Kecerdasan Emosi Anak. Bekasi: Pustaka Inti. .

Kartono, K. 2003 .Hygiene Mental, Bandung: Mandar Maju

Keshavarz, S dan Baharudin,R. 2009. Parenting Style in a Collectivist Culture of Malaysia .

European Journal of Social Sciences, ,10, 66-73.

Kopko,K.2007. Parenting Styles and Adolescents . http://www.parenting.Cit.Cornel.edu, diakses tanggal 1 Maret 2013

Kordi, A dan Baharudi ,R. . Pare ti g Attitude a d “t le a d Its Effe t o Childre ’s “ hool A hie e e ts . International Journal of Psychological Studies, 2.

Lestari, S. . Pe gasuha Ora g Tua da Harga diri Re aja . Anima Indonesian Psychological Journal, 24, 17-25

Maharani, P.O dan Andayani, B. 200 . Hu u ga a tara duku ga sosial ayah dengan penyesuaian sosial pada remaja laki-laki . Jurnal Psikologi UGM, 1, 23-35

Mubarok, M. 2011 .Peran Locus of Control, Kemandirian dan Konsep diri terhadap prokastinasi Akademik. Surakarta, Thesis ( tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mu’tadi ,Z .2005. Penyesuaian diri remaja . http.www.e.psikologi.com/remaja. Diakses tanggal 16 Maret 2013

Nizar. 2009. Membentuk dan Meningkatkan Disiplin Anak sejak dini. Jogjakarta: Diva Press.

Nurcahyani, I. 2012. Hubungan antara Kultur Sekolah dan Pola Asuh Demokratis dengan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK. Thesis (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pamela C. & High, MD. 2011. School Readiness . Technical Report. American Academy of Pediatrics

Papalia,D.E; Old,W.S & Feldman,R.D. 1993. Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta: Salemba. Humanika.

Prihantati, N. 2004. Kepribadian Sehat menurut konsep Suryomentaram, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(16)

Purwanto, S. 2012. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Kedisiplinan anak asuh di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Ning Amriyah Soepardho, Kendal.Thesis (tidak diterbitkan)

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Randi, P.A. 2010. Covepturalizing the Prospective Relationship Between Social Support, stress and Depressive Symptoms Among Adolescents , Journal Abnormal Child Psychology.

Ruben, G.F. 2009. What is an Elite Boarding School? Review of Educational Research, 79, 1090 – 1128.

Safura, L dan Supriyantini, S. 2006. Hubungan antara Penyesuaian Diri Anak di Sekolah dengan Prestasi Belajar .Psikologia, 2, 25-30.

Santrock ,J.W. 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).Edisi 13, jilid I ( Penerjemah Benedictine Widyasinta), Jakarta: Erlangga.

Sarwono,S.W. 2001. Psikologi Sosial, Psikologi kelompok dan Psikologi Terapan, Jakarta: Balai Pustaka

Scharf,M; Wiseman,H dan Farah, F. 2011. Parent-adolescent relationships and sosial adjusment: The Case of Collectivistic Culture . International Jurnal of Psychology, 46, 177-190.

Shochib,M.2000. Pola Asuh Orang Tua.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sekaran, U. 2000. Research Methods for Business A Skill Building Approach. Third Edition, USA : Joh Wile a d “o ’s. I .

Semiun, Y. 2008. Pandangan Umum mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang terkait,Yogyakarta: Kanisius.

Suprawito. 2004. Boarding School dalam Nation and Character Building Praja . Journal Penelitian Pendidikan, II.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Reneka Cipta

Steinberg, L .2001. Kita Tahu Beberapa hal, Remaja, Orang Tua, Hubungan dalam Restropeksi dan Prospek . Jurnal Penelitian Remaja,11, 1-19

.

Uyun, Q. Sikap terhadap kesetaraan jender ditinjau dari pola asuh demokratis orang tua .

Jurnal Logika, 5 ,64-76.

Wahyuning, W, Jash dan Rochmadiana, M. 2003. Mengkomunikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Walgito, B. 1992. Pengantar Psikologis Umum.Yogyakarta: Andi Offset.

(17)

Diakses 1 Maret 2013 dari

http://www.actforyouth.net/documents/adolescentrisk.

Widianingsih,R dan Widyarini, N. 2009. Dukungan Orang Tua dan Penyesuaian diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba . Jurnal Psikologi, 3, 10- 15.

Yuniar, M; Zainul,A dan Tri, P.A. 2005. Penyesuaian Diri Santri Putri terhadap Kehidupan Pesantren . Jurnal Psikologi Undip, 2 , 10-17.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun kaitan antara persepsi pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri pada remaja dapat digambarkan bahwa remaja yang memiliki persepsi pola asuh secara

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dan konsep diri dengan perilaku prososial siswa di kelas inklusi SMPN 12 Surakarta

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Tingkat keyakinan diri terhadap kemampuan dalam melakukan suatu tindakan atau efikasi diri yang tinggi dipersepsikan akan mampu memberikan motivasi pada santri baru

Hal ini dikarenakan pola asuh orangtua yang demokratis akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dan konsep diri dengan perilaku prososial siswa di kelas inklusi SMPN 12 Surakarta

Hasil penelitian menunjukkan peserta didik di SMP Negeri 7 Padang dilihat dari : 1 Pola asuh orang tua berada pada kategori cukup baik, 2 Penyesuaian diri peserta didik berada pada