• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

“HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Kajian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan ketika siswa memiliki banyak cerita dengan karakter kejujuran dalam diri siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Perbendaharaan cerita adalah kekayaan yang diperoleh ketika anak membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter tokoh, alur dan isi cerita. Karakter kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, Ho: Perbendaharaan cerita tidak memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Perbendaharaan cerita memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas IV-VI SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta sebanyak 65 responden.Instrumen yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangakan dalam 17 pernyataan mengenai perbendaharan cerita dan 9 karakter kejujuran siswa.Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 65 siswa terdapat 26 item valid.Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0.821 yang berarti reliabilitas instrumen baik.

(2)

ABSTRACT

"STORY TREASURY RELATIONS WITH HONESTY CHARACTER OF STUDENTS IN CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS IV-VI IN SD

CANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA".

Thesis title was selected based on the author's curiosity will contribute treasury stories with characters honesty of students in Catholic Religious Education. This study was made to determine whether there is a relationship when students have many stories with the character of honesty in the students of class IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

Treasury of riches story is obtained when the children to read, listen to and understand the events that occurred that illustrate the wide range of meanings implicit or explicit in the story like characters, plot and story. Character honesty is the behavior that is based on an attempt to make himself as the person who always believed in the words and actions both to themselves and others.

Based on the above reasoning can be formulated hypothesis, namely research, Ho: Treasury story has no connection with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Treasury story has a relationship with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

This research is a quantitative research. The population of this research is the students class IV-VI Notoyudan SD Canisius Yogyakarta as many as 65 respondents. The instrument used was a Likert scale is developed in 17 treasury statement about the story and characters honesty 9 students. Validity of test results on a significance level of 5%, N 65 students there are 26 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha of 0821, which means better reliability of the instrument.

(3)

HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Stefanie Bui Moron NIM: 111124030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bunda Maria, Orang Tuaku Tercinta (Ibu Monica Mei dan Bapak Bernardus

Samaraya Moron), Adik dan Kakakku, Anastasia Resi, Yustinus Dasilva Moron,

Yuli, Kartika Putri Dinanti, Frederikus Fiskar Ocin, Juli Sunarti, Margaretha Ayu

Panca, Mb Aii, Maria Vinsensia Asriyati, Saudara-Saudaraku angkatan 2011 dan

(7)

v MOTTO

“Rendahkanlah dirimu dibawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya dan serahkanlah segala kekuatiranmu

kepada-Nya sebab Ia yang memelihara kamu.”

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

“HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS

IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Judul skripsi ini dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik. Kajian ini dibuat untuk mengetahui apakah ada hubungan ketika siswa memiliki banyak cerita dengan karakter kejujuran dalam diri siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Perbendaharaan cerita adalah kekayaan yang diperoleh ketika anak membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter tokoh, alur dan isi cerita. Karakter kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakannya baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, Ho: Perbendaharaan cerita tidak memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Perbendaharaan cerita memiliki hubungan dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas IV-VI SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta sebanyak 65 responden. Instrumen yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangakan dalam 17 pernyataan mengenai perbendaharan cerita dan 9 karakter kejujuran siswa. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, N 65 siswa terdapat 26 item valid. Sedangkan dari hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0.821 yang berarti reliabilitas instrumen baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean perbendaharaan cerita adalah 56,800 tergolong sangat baik dan karakter kejujuran 34,5846 tergolong sedang. Dari hasil analisis korelasi NonParametrik diperoleh nilai koefisien sebesar 0,442 dengan signifikansi 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa perbendaharaan cerita berkorelasi terlihat di karakter kejujuran siswa.

(11)

ix ABSTRACT

"STORY TREASURY RELATIONS WITH HONESTY CHARACTER OF STUDENTS IN CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS IV-VI IN SD

CANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA".

Thesis title was selected based on the author's curiosity will contribute treasury stories with characters honesty of students in Catholic Religious Education. This study was made to determine whether there is a relationship when students have many stories with the character of honesty in the students of class IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

Treasury of riches story is obtained when the children to read, listen to and understand the events that occurred that illustrate the wide range of meanings implicit or explicit in the story like characters, plot and story. Character honesty is the behavior that is based on an attempt to make himself as the person who always believed in the words and actions both to themselves and others.

Based on the above reasoning can be formulated hypothesis, namely research, Ho: Treasury story has no connection with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta. Ha: Treasury story has a relationship with the character of honesty of students in Catholic Religious Education classes IV-VI in SD Canisius Notoyudan Yogyakarta.

This research is a quantitative research. The population of this research is the students class IV-VI Notoyudan SD Canisius Yogyakarta as many as 65 respondents. The instrument used was a Likert scale is developed in 17 treasury statement about the story and characters honesty 9 students. Validity of test results on a significance level of 5%, N 65 students there are 26 valid items. While the results of test reliability coefficient alpha of 0821, which means better reliability of the instrument.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERBENDAHARAAN

CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS

NOTOYUDAN YOGYAKARTA”.

Skripsi ini ditulis atas dasar keingintahuan dan keprihatian penulis

terhadap cerita yang dimiliki oleh siswa. Apakah dengan memiliki banyak cerita

siswa juga mampu mengembangakan karakter kejujuran di dalam dirinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari

banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan

terima kasih kepada:

1. F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama, yang telah

memberikan motivasi, setia membimbing penulis dalam menulis skripsi

,bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan kesabaran,

dan ketelitian beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. B.Agus Rukiyanto SJ selaku dosen pembimbing akademik dan selaku

dosen penguji II, yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di

PAK

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji III, yang berkenan

(13)

xi

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ selaku Kaprodi dan Bapak

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku Wakaprodi, yang telah bersedia

memberikan perhatian, dukungan, serta semangat kepada penulis selama

berproses di Prodi PAK.

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi PAK-JIP-FKIP-USD, Yogyakarta

yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh studi.

6. Kepala sekolah berserta Guru-guru SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta

yang telah mengijinkan dan bersedia memberikan tempat bagi penulis untuk

melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta yang telah

bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data dengan mengisi

kuisoner

8. Orang Tuaku Tercinta yang selalu memberikan cinta, arahan, motivasi,

kekuatan dan selalu mendoakanku.

9. Saudara-saudaraku angkatan 2011 yang telah memberikan dukungan,

perhatian, dan semangat penulis selama menempuh studi di PAK.

10. Sahabatku (Maria Vinsensia Asriyati, Maria dan Agnes, Lilis suryani, Kartika

Putri Dinanti, Margaretha Ayu Panca, Juli Sunarti dan Dede Marianus) yang

selalu mengingatkan, setia menemani dan memberikan semangat kepada

penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selama ini

(14)
(15)

xiii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ... 14

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ... 16

3. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara dan Gereja .. 17

(16)

xiv

b. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Gereja ... 17

B. Perbendaharaan Cerita ... 18

1. Pengertian Cerita ... 18

2. Jenis-Jenis Cerita ... 19

3. Manfaat Membaca Sebuah Cerita ... 25

a. Membantu Pembentukan Pribadi dan Moral ... 25

b. Menyalurkan Kebutuhan Imajinasi ... 25

c. Memacu Kemampuan Verbal ... 26

d. Merangsang Minat Baca ... 26

e. Membuka Cakrawala Pengetahuan ... 26

4. Pengertian Perbendaharaan Cerita ... 27

C. Karakter Kejujuran... 28

1. Pengertian Karakter ... 28

2. Pembentukan Karakter ... 29

3. Pengertian Karakter Kejujuran ... 34

4. Ciri-ciri Orang yang memiliki Karakter Kejujuran ... 35

5. Indikator Karakter Kejujuran ... 36

(17)

xv

2. Definisi Konseptual ... 43

3. Definisi Operasional ... 44

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 44

1. Teknik Pengumpulan Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

1) Banyaknya buku yang dibaca,didengar dan dilihat ... 58

2) Memahami Alur Cerita ... 60

3) Memahami Tokoh-Tokoh ... 63

(18)

xvi

b. Karakter Kejujuran Siswa ... 67

5) Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang ... 69

6) Perkataan dan Perbuatan yang Sesuai dengan Kejadian yang Sebenarnya ... 72

3. Analisis Korelasi ... 74

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

C. Relevansi Perndaharaan Cerita dengan PAK... 79

D. Keterbatasan Penelitian... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

1. Bagi Sekolah SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta ... 82

2. Bagi Guru Agama Katolik... 83

3. Bagi Orang Tua... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Instrumen Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Hasil Analisis Variabel, X : Perbendaharaan Cerita ... (5)

Lampiran 4 : Hasil Analisis Variabel, Y : Karakter Kejujuran ... (9)

Lampiran 5 : Hasil Analisis SPSS ... (13)

(19)

xvii

Tabel 11 : Deskripsi Statistik Perbendaharaan Cerita secara Keseluruhan ... 56

Tabel 12 : Deskripsi Frekuentif Perbendaharaan Cerita secara Keseluruhan ... 57

Tabel 13 : Deskripsi Statistik Banyaknya buku yang dibaca, didengar dan dilihat ... 58

Tabel 14 : Deskripsi Frekuentif Banyaknya buku yang dibaca, didengar dan dilihat ... 59

Tabel 15 : Deskripsi Statistik Memahami Alur Cerita ... 60

Tabel 16 : Deskripsi Frekuentif Memahami Alur Cerita ... 61

Tabel 17 : Deskripsi Statistik Memahami Tokoh-Tokoh ... 63

Tabel 18 : Deskripsi Frekuentif Memahami Tokoh-Tokoh ... 64

Tabel 19 : Deskripsi Statistik Memahami Isi Cerita ... 65

Tabel 20 : Deskripsi Frekuentif Memahami Isi Cerita ... 66

Tabel 21 : Deskripsi Statistik Karakter Kejujuran Siswa ... 67

Tabel 22 : Deskripsi Frekuentif Karakter kejujuran Siswa secara Keseluruhan ... 68

Tabel 23 : Deskripsi Statistik Kebiasaan Baik dalam Hidup Seseorang .... 69

(20)

xviii

Tabel 26 : Deskripsi Frekuentif Perkataan dan Perbuatan yang

Sesuai dengan Kejadian yang Sebenarnya ... 73

Tabel 27 : Non Parametrik Correlations ... 74

(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan dalam Penelitian

Anova : Analisys Of Variance

Ho : Hipotesis Nol

Ha : Hipotesis Alternatif

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Std : Standard

Dev : Deviasi

Sig : Significant

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Catechesis Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohenes Paulus II

kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang

Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979

C. Singakatan Lain

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

PUK : Petunjuk Umum Katekese

No : Nomor

Dll : Dan Lain-lain

HP : Handphone

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan banyak bahan yang bisa digunakan untuk

menanamkan nilai-nilai positif pada siswa yang berperan dalam pembentukan

karakter. Salah satu caranya adalah dengan cerita. Cerita memiliki pengaruh yang

sangat besar dalam perkembangan karakter.

Dalam menempuh pendidikan seorang siswa mendengar atau bahkan

melakonkan berbagai macam cerita, entah itu diceritakan guru di depan kelas, dari

teman, maupun dari buku cerita yang ada di perpustakaan. Semua cerita-cerita itu

menjadi perbendaharaan siswa.

Anak-anak sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar,

mereka biasanya mengeksplorasi apa yang mereka lihat dan dengar melalui cerita,

video, cergam, darama dan lain sebagainya. Metode yang digunakan membantu

anak dalam memperkembangkan karakter serta membentuk karakter mereka.

Pengalaman yang penulis alami selama melaksanakan tugas PPL di SD

Kanisius Notoyudan Yogyakarta, sekolah ini biasanya menggunakan cerita

sebagai bahan dalam proses pembelajaran, karena keterbatasan dalam penggunaan

sarana viewer sehingga para guru biasanya mengajar dengan menggunakan cerita,

agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru. Kebiasaan lain

yaitu ketika istirahat berlangsung, para siswa sering kali bercerita dengan

(23)

Berbagai macam cerita yang mereka ceritakan, entah itu pengalaman yang

menyedihkan ataupun yang menggembirakan hati mereka. Di sekolah ini juga

menyedikan perpustakaan bagi para siswanya untuk mengisi waktu luang dengan

membaca buku cerita, hanya saja waktu saya melakukan PPL di SD tersebut

hanya ada beberapa anak yang berminat masuk ke perpustakaan karena ruangan

yang terlalu sempit, dan tidak nyaman digunakan untuk membaca.

Cerita tidak hanya didapatkan siswa pada saat di sekolah, tetapi cerita juga

bisa kita jumpai di dalam keluarga kita masing-masing. Berbeda halnya dengan

siswa-siswi yang sekolah di SD Kanisius Notoyudan ini, ada beberapa siswa yang

hampir tidak pernah merasakan bagaimana bercerita di dalam keluarga mereka,

apalagi mendapat perhatian setiap malam untuk dibacakan cerita oleh orang

tuanya sebelum mereka tidur. Penyebab semua itu adalah karena orang tua lebih

suka mengurusi kesibukannya sehingga melupakan kebutuhan anaknya, ada pula

orang tua yang telah berpisah sehingga anak mereka harus hidup dan menumpang

di rumah temannya.

Ada beberapa siswa yang mengatakan pada saya bahwa mereka hidup dalam

keluarga yang tidak menawarkan cerita yang dapat membentuk karakter mereka,

melainkan sebaliknya mereka sering menyaksikan di mana kekerasan yang

mereka alami di dalam keluarga, sehingga cerita yang mereka sampaikan kepada

saya pada saat mengajar ialah yang bersisi kekerasan dan kebenciaan akan

karakter ayah yang seringkali memukuli ia dan ibunya. Begitu menyedihkan, di

mana anak-anak seusianya harus merasakan kehangatan dalam keluarga, namun

(24)

bisa belajar bagaimana nantinya ia akan berkembang. Keluarga merupakan wadah

yang paling utama dalam kehidupan anak, kini merusak karakter anak dengan

menawarkan cerita-cerita yang tidak bisa diambil sebagai contoh hidup.

Anak-anak memiliki daya ingat yang sangat kuat, apa yang mereka dengar dan lihat

akan mudah direkam dalam ingatan sehingga mereka mudah sekali untuk meniru

apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Saya mulai menyadari bahwa sebenarnya

orang tua dan lingkungan di mana anak itu tinggal, sangat berpengaruh pada

karakter mereka. Sebagai seorang guru, tentu sepintas melihat siswa-siswa yang

nakal dan sulit diberitahu, tetapi saya menyadari bahwa setiap kenakalan yang

dimiliki oleh siswa mempunyai alasan mendasar yang mereka bawa dari dalam

keluarga.

Guru di sekolah ini banyak sekali menawarkan cerita-cerita yang menarik

bagi para siswanya, hanya saja agar siswa lebih mendalami nilai dari cerita

tersebut, guru harus terlebih dahulu menguasai cerita, dengan menggunakan alat

peraga, agar siswa lebih tertarik karena ketika cerita tersebut sudah menyentuh

hati, maka cerita tidak hanya diingat tetapi dilakonkan dalam kehidupan. Sebagai

guru kita tentu mampu menyederhanakan cerita, agar siswa mengerti cerita apa

yang kita sampaikan didepan kelas. Karena ada kalanya orang menganggap cerita

merupakan sesuatu hal yang sepele, habis diceritakan ya habis. Tetapi bagi siswa,

cerita itu memiliki pengaruh yang sangat besar apalagi menemukan cerita yang

mereka anggap menyenangkan hati mereka. Hal ini akan diingat sampai mereka

beranjak dewasa, bahkan lanjut usia.

Gereja Katolik juga menawarkan cerita kepada anak-anak, salah satu

(25)

tanah Mesir melalui Laut Merah, dan masih banyak cerita-cerita lainnya. Melalui

cerita bergambar, film, lagu-lagu yang memuat kisah-kisah dalam Kitab Suci serta

melalui kotbah yang dibawakan oleh romo mau mengajak anak-anak untuk

terlibat aktif dalam mendengarkan dan mengembangkan prilaku yang baik dalam

kehidupan mereka. Di dalam Gereja Katolik juga dikenal dengan sebutan

Pendidikan iman anak dimana anak-anak diajak untuk mengenal Tuhan, bagimana

ajaran Gereja Katolik dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan untuk membantu

anak mengenal bahwa hidupnya tidak hanya sendirian tetapi Tuhan selalu

membimbing dan menyertai mereka melalui sesamanya. Selain itu juga

pendidikan iman anak membantu orang tua dalam mengembangkan iman

anak-anak mereka dalam hal kerohanian. Gereja melihat bahwa anak-anak-anak-anak adalah

penerus Gereja dimasa yang akan datang, oleh karena itu gereja sungguh

menyayangkan jika anak-anak katolik tidak bisa terlibat aktif di dalam kegiatan

tersebut. Dalam pendidikan iman anak, anak-anak diajak untuk mengenal berbagai

macam jenis cerita dari Kitab Suci baik itu dari kitab perjanjian lama maupun

baru. Pengenalan akan isi Kitab Suci membatu anak-anak agar dapat memahami

dan meneladani tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut.

Ketidakjujuran biasanya meresahkan diri sendiri maupun orang lain. Saat

duduk di bangku sekolah, tidak jarang ada beberapa siswa yang tidak jujur dalam

mengerjakan tugas sekolahnya dan menyontek di saat ujian berlangsung. Bahkan

semua itu dianggapnya sebagai suatu hal yang biasa terjadi. Dari hal-hal yang

kecil semacam itu ketika seorang siswa tidak mampu menyadari apa yang ia

lakukan adalah perbuatan yang tidak jujur maka akan berdampak pada

kelangsungan hidupnya dalam menempuh pendidikan selanjutnya. Dengan prilaku

(26)

yang dikerjakannya. Ingin mendapatkan nilai yang bagus tetapi dengan cara yang

tidak mendidik, tentu ada rasa bersalah dan tidak puas dengan apa yang

dikerjakannya, kalau tidak ketahun kemungkinan besar mereka akan lolos, tetapi

ketika ketahuan mereka akan merasa malu dengan perbuatan yang mereka

lakukan.

Kejujuranpun tidak hanya terjadi pada saat kita masih duduk di bangku

sekolah dasar, tetapi baiklah kita melihat Akhir-akhir ini kita sering mendengar di

media masa, radio maupun televisi. Seperti yang diliput oleh news.okezone.com

Senin,18 Mei 2015- 04:58 wib, ada beberapa mahasiswa yang lulus dengan

menggunakan ijazah palsu, sementara mahasiswa tersebut tidak pernah mengikuti

kuliah aktif selayaknya mahasiswa biasanya. Beberapa universitaspun diduga

meluluskan mahasiswanya dengan ijazah palsu. Melihat situasi semacam ini

sungguh sangat memperhatinkan karena sekarang kejujuran dalam diri manusia

semakin melemah. Dengan begitu orang bisa dengan mudahnya mendapatkan

gelar yang diinginkan, tanpa susah payah melalui proses belajar. Yang menjadi

keperihatinan sekarang ini bahwa mutu pendidikan akan semakin menurun dan

kualitas lulusan yang tidak berkopeten dibidangnya membuat generasi selanjutnya

akan mengalami hal yang sama yaitu kerugian serta kebodohan yang diakibatkan

dari ketidakjujuran yang ada.

Anak-anak di zaman sekarang hidup dengan berbagai macam kecanggihan

teknologi. Tetapi disayangkan masih ada yang menyalah gunakannya misalnya

untuk membuat tugas dengan mudahnya copy paste dari internet, tidak lagi

mengembangkan pemikiran yang mereka miliki. Memang tidak ada salahnya

(27)

kita memilah-milah mana yang bisa dijadikan sumber untuk belajar dan mana

yang tidak. Itulah sebabnya banyak sekali plagiat yang terjadi mulai dari

mengerjakan pekerjaan rumah hingga dalam menulis karya ilmiah sekalipun.

Diberlakukan hukuman bagi yang diduga pagiat tetapi masih ada saja yang

melakukannya, mencari sesuatu yang cepat jadi dengan jalan pintas. Sepertinya

akalbudi yang diberikan Tuhan dengan cuma-cuma disalah gunakan untuk

membuat sesuatu yang mudah bagi keuntungan diri sendiri.

Cerita memiliki hubungan yang erta dengan karakter siswa. Banyak cerita,

video, cergam dan televisi semua ini memiliki pengaruh yang positif dan negatif

pada siswa. pada usia kanak-kanak biasanya anak suka menonton film kartun

yang berisikan tentang perkelahian antar tokoh, sehabis memonton terkadang anak

akan memperaktikan apa yang mereka tonton. Yang pernah saya alami saat

observasi didalam kelas, ada dua orang siswa yang bertengakar hingga keluar ke

halaman sekolah saya membantu untuk melerai mereka, malah saya yang kena

pukul. Emosi yang sangat tinggi membuat anak-anak ini tidak tahu lagi siapa yang

mereka hadapi. Tetapi syukurlah ketika satpam sekolah datang mereka bisa diam,

dan saya melihat guru kelas mereka tidak hanya diam tetapi memberikan

pemahaman kepada kedua siswa tersebuat bahwa tidak ada untungnya berkelahi

dan merekapun berdamai. Usut demi usut penyebab perkelahian disebabkan saling

mengejek nama orang tua.

Kita bisa melihat pengaruh positif bagi anak-anak, kalau anak dihadapkan

pada cerita, cergam, video yang mereka lihat mampu memberi motivasi,

semangat, serta menanamkan nilai-nilai yang positif maka anak-anak akan

(28)

kesalahan yang ia perbuat dan masih banyak hal mampu membangun serta

menanamkan karakter pada anak.

Setelah melihat kenyataan dan yang seharusnya terjadi ialah agar para siswa

dapat memahami apa yang ada dalam isi cerita yang telah mereka baca, mereka

dengar dan lihat selama ini. Serta mampu menemukan nilai-nilai yang sama dari

berbagai cerita yang mereka baca, dengar, dan lihat sehingga dari nilai-nilai yang

ada mampu menumbuhkan karakter kejujuran siswa menjadi seseorang yang

menghidupi nilai-nilai yang mereka sukai dalam kehidupan mereka.

Karakter tersebut akan menjadi hal yang mampu mengembangkan

kepribadian mereka, baik itu melalui perkataan, pengetahuan maupun tindakan

mereka. Karena karakter bukan suatu prilaku lahiriah saja, di mana seseorang

melihat, mendengar, dan membaca setelah itu menirukan apa yang telah mereka

ketahui. Tetapi karakter lebih mendalam dari itu, di mana orang bisa membentuk

karakternya dengan melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu yang

cukup lama, sehingga apa yang mereka dengar, baca maupun lihat dapat menjadi

milik yang bisa dihidupi dalam kehidupan mereka di manapun mereka berada.

Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:

HUBUNGAN PERBENDAHARAAN CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS NOTOYUDAN YOGYAKARTA.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

(29)

2. Apakah semua cerita yang ada mampu membantu dalam mengembangkan

karakter siswa ?

3. Sejauh mana guru menggunakan cerita sebagai bahan dalam mengajar para

siswanya ?

4. Bagaimana perhatian orang tua terhadap perkembangan karakter anak ?

5. Apa saja yang dipersiapkan oleh guru sebelum membawakan cerita di depan

kelas bagi para siswa ?

6. Sejauh mana peran gereja dalam Pendidikan Agama Katolik ?

7. Sejauh mana para siswa mampu menyadari karakter ketidakjujuran dalam diri

mereka ?

8. Sejauh mana guru memberikan perhatian pada karakter siswa ?

9. Sejauh mana siswa mampu mendengar dan menyukai cerita dalam pelajaran

agama katolik ?

10. Mengapa Pelajaran Agama Katolik menawarkan berbagai cerita bagi para

siswa?

11. Apakah dengan cerita mampu memperkembangakan serta membentuk

karakter kejujuran siswa ?

12. Bagaimana cerita berperan dalam pembentukan karakter siswa ?

13. Seberapa banyak para siswa mengoleksi buku-buku cerita ?

C.Pembatasan Masalah

Setelah melihat permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas,

penulis memilih dua aspek yang akan dikaji yaitu cerita dan karakter kejujuran.

(30)

membatasi penulisannya pada perbendaharaan cerita dan karakter kejujuran siswa

di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta. Dengan tujuan agar penulisan dapat lebih

fokus dalam menulis dan mendalami.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan perbendaharaan cerita siswa ?

2. Apakah yang dimaksud dengan karakter kejujuran ?

3. Bagaimana hubungan perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa

dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan

Yogyakarta ?

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perbendaharaan cerita siswa kelas IV-VI di SD Kanisius

Notoyudan Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan karakter kejujuran siswa kelas IV-IV di SD Kanisius

Notoyudan Yogyakarta.

3. Mampu mengetahui bagaimana hubungan perbendaharaan cerita dengan

karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama Katolik kelas IV-VI di SD

(31)

F. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan mengenai hubungan

perbendaharaan cerita dengan karakter kejujuran siswa dalam Pendidikan Agama

Katolik kelas IV-VI di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta adalah sebagai

berikut:

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini untuk menjawab bagaimana hubungan

cerita dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Katolik untuk penerapan nilai.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi para guru Pendidikan Agama Katolik

Agar para guru mampu menggambarkan karakter siswa dengan

menggunakan cerita dalam Pendidikan Agama Katolik bagi para siswa. Selain itu

pula dengan bercerita serta membawakan cerita yang penuh dengan penghayatan

agar mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan

cerita yang monoton.

b. Bagi Para Siswa

Agar peserta Pendidikan Agama Katolik mampu menerapkan nilai-nilai

cerita dalam Pendidikan Agama Katolik, selain itu memambah wawasan siswa

(32)

untuk belajar mengembangkan pemikiran dan imajinasinya dalam memahami

sebuah cerita, karena siswa biasanya lebih suka langsung mengalami dengan

menggunakan psikomotoriknya dibandingkan dengan mendengarkan cerita dan

membaca buku cerita.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis sebagai calon guru

bagaimana cara mengunakan cerita yang menarik bagi siswa. Apa yang

disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran, terutama dalam pelajaran

PAK yang banyak menggunakan cerita. Cerita juga bisa berfariasi dengan

menggunakan alat peraga dan menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan judul

pembelajaran yang disampaikan, sehingga siswa dapat memetik niai-nilai yang

bermanfaat bagi kehidupannya terutama bagi perkembangan karakter.

d. Bagi Lembaga

Kekurangan sarana seperti buku-buku, alat peraga di sekolah membantu

lembaga agar mampu menyediakan sarana-sarana yang mendukung bagi proses

pembelajaran siswa, karena ketika semua sarana bisa terpenuhi, maka sumber

daya manusia bisa berkembang dengan pesat. Perkembangan sebuah lembaga juga

(33)

G. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis berdasarkan

penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang

menggunakan kuantifikasi angka mulai dari pengumpulan data, pengolahan data

yang diperoleh, sampai pada penyajian data, yaitu untuk menunjukkan hubungan

antara variabel x (Perbendaharaan Cerita) dengan variabel y ( Karakter kejujuran

Siswa) dalam Pendidikan Agama Katolik di SD Kanisius Notoyudan Yogyakarta.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini mengambil judul HUBUNGAN PERBENDAHARAAN

CERITA DENGAN KARAKTER KEJUJURAN SISWA DALAM

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK KELAS IV-VI DI SD KANISIUS

NOTOYUDAN YOGYAKARTA. Judul tersebut akan diuraikan menjadi lima

bab sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II berisi kajian pustaka dan hipotesis yang meliputi uraian tentang

materi dari berbagai sumber pustaka tentang perbendaharaan cerita dan karakter

kejujuran siswa. penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis.

BAB III berisi metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, desain

(34)

variabel penelitian, identifikasi variabel, definisi konseptual dan oprasional, teknik

dan instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, kisi-kisi penelitian.

Pengembangan instrumen yang terdiri dari uji coba terpakai, uji validitas, uji

reliabilitas. Uji persyaratan analisis, uji normalitas data, uji linearitas. Analisis

deskripsi, analisis korelasi dan uji hipotesis.

BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan yang membahas tentang

hasil penelitian berdasarkan uji persyaratan analisi, deskripsi analisis dan analisis

korelasi, pembahsan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

(35)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini menguraikan tentang perbendaharaan cerita dan karakter kejujuran

siswa. Perbendaharaan cerita terdiri dari pengertian cerita, jenis-jenis cerita,

manfaat membaca sebuah cerita, perbendaharaan cerita. Dan karakter kejujuran

terdiri dari pengertian karakter, pembentukan karakter. Pengertian karakter

kejujuran, ciri-ciri orang yang memiliki karakter kejujuran, indikator karakter

kejujuran, dan beberapa latihan untuk membantu siswa berkarakter jujur di

sekolah.

A.Pendidikan Agama Katolik

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Menurut Heryatno (2003:21) Pendidikan Agama Katolik di sekolah,

dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan untuk

membuat para nara didik agar semakin beriman.

Menurut Setyakarjana (1997) Pendidikan Agama Katolik Merupakan Proses

yang terarah dan terpadu dalam suatu jemaat beragama sebagai paguyupan umat

beriman untuk membantu seseorang atau kelompok agar lebih memahami,

menghayati dan mengamalkan imannya kepada Tuhan guna menjawab

pawahyu-Nya.

Catechesi Tradendae art.69 mengatakan bahwa semua siswa Katolik

mendapat peluang untuk berkembang dalam pembinaan rohani mereka berkat

(36)

pelbagai negara dapat ditawarkan oleh pihak sekolah, serta mampu mengatur

jadwal sekolah sedemikian rupa, sehingga para siswa Katolik dapat memperdalam

iman maupun pengalaman religius mereka, dalam asuhan pengajar- pengajar yang

cakap entah iman atau awam.

Lokakarya mengenai tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik di

sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino sebagaimana dikutip oleh

Dapiyanta (2011:4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Katolik

merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat

menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani”. Katekese merupakan

pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda yang

dilakukan melalui siswa menemukan jati dirinya serta beriman kepada Kristus.

Siswa yang beriman kepada Kristus, akan senantiasa melayani sesama dengan

sepenuh hati.

Pendidikan Kristen dalam keluarga, katekese dan pelajaran agama di

sekolah-sekolah, dengan caranya masing-masing, erat berhubungan dengan

pelayanan Pendidikan Kristiani bagi anak-anak, orang dewasa dan kaum muda.

Akan tetapi, dalam praksis harus di perhutungkan faktor yang berbeda-beda.

Sehubungan dengan atau tidak adanya inisiasi Kristen bagi anak-anak dalam

konteks keluarga, dan sehubungan dengan kewajiban-kewajiban mendidik secara

tradisional dijalankan oleh paroki dan sekolah (Petunjuk Umum Katekese, art.76).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Agama Katolik

merupakan suatu proses dimana para siswa mampu mengenal dan

memperkembangkan imannya secara terus-menerus, baik itu melalui keluarga

(37)

keluarga dan jemaat membantu siswa untuk semakin mendewasakan iman yang

nantinya sebagi pegangan hidup siswa.

2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Heryatno (2003:22) mengungkapkan bahwa “Tujuan Pendidikan Agama

Katolik bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik,

tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi

dan praktis”. Segi kognitif (pikiran), afektif (perasaan), dan praksis( tindakan)

tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dalam perkembangan siswa,

sehingga ketiganya diberikan secara integral oleh guru Pendidikan Agama Katolik

kepada masing-masing siswa.

Tujuan pendidikan menurut Dokumen Konsili Vatikan II dalam artikel 1

adalah “mencapai pembinaan pribadi manusia dalam prespektif tujuan terakhirnya

demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia

termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas

kewajibannya”.

Dari kutipan di atas dapat digambarkan, bahwa pendidikan yang baik itu

mengarah kepada pembinaan kepribadian dan secara umum akan berpengaruh

juga pada perkembangan dan kepentingan masyarakat. Begitu pula Konsili Suci

menyatakan bahwa “anak-anak dan kaum remaja berhak didukung, untuk belajar

menghargai dengan suara hati yang lurus nilai-nilai moral, serta dengan tulus

menghayatinya secara pribadi pun juga untuk makin sempurna mengenal serta

(38)

Berdasarkan pemaparan yang sampaikan diatas tujuan Pendidikan Agama

Katolik demi terwujudnya Kerajaan Allah ditengah dunia. Terwujudnya Kerajaan

Allah di dunia ini bisa kita lihat melalui bagaimana setiap pribadi mampu

membina diri sendiri dan memperhatikan kepentingan gereja. Jadi manusia tidak

berkembang hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi mampu membawa

dirinya keluar untuk maju dan berkembang dengan masyarakat disekitarnya,

sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik dalam mengembangkan segi

kognitif, afektif dan praktis.

3. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara dan Gereja

a. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Negara

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok

masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya

dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

b. Fungsi Pendidikan Agama Katolik menurut Gereja

Gereja Katolik mempunyai peranan tersendiri di dalam kemajuan dan

perkembangan pendidikan. Peranan itu bersumber dari perintah pendiri Gereja,

untuk mewartakan misteri keselamatan kepada semua orang dan untuk

memperbaharui segala sesuatu di dalam Kristus. Sekolah-sekolah merupakan

(39)

Gereja. Orang tua adalah orang yang pertama dan utama memberi pendidikan bagi

anak-anaknya, termasuk menentukan sekolah bagi anak-anak mereka. Sekolah

Katolik menjadi pewarta kabar baik bagi sekolah-sekolah yang benar-benar

bersifat Katolik.

Berdasarkan dua fungsi yang terdapat di atas yaitu dari Negara dan Gereja

maka dapat dikatakan bahwa agama diselenggarakan sesuai dengan agama

masing-masing agar para siswa mampu memahani dan mengamalkan nilai-nilai

keagamaannya. Selain itu sekolah-sekolah juga menjadi sarana yang baik bagi

pendidikan siswa, dibantu dengan pendidikan yang sudah didapat dari dalam

keluarga.

B. Perbendaharaan Cerita 1. Pengertian Cerita

Muhammad Nur Mustakhim (2005:12) mengemukakan cerita adalah

gambaran tentang kejadian suatu tempat, kehidupan binatang sebagai perlambang

kehidupan manusia, kehidupan manusia dalam masyarakat, dan cerita tentang

mite yang hidup dalam masyarakat kapan dan dimana cerita itu terjadi.

Menurut Kieran (2009:3) cerita merupakan salah satu alat kognisi paling

ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif

dengan ilmu pengetahuan. Cerita membentuk pemahaman emosional kita terhadap

isi. Cerita dapat membentuk isi dunia nyata dan juga materi fiksional.

Pembentukan cerita dunia nyata inilah yang menjanjikan nilai paling besar dari

(40)

Cerita adalah kisahan nyata atau rekaan beragam prosa atau puisi, yang

tujuannya menghibur atau memberi informasi kepada pendengar atau pembacanya

(Panuti Sudjiman, 1992:103).

Berdasarkan beberapa pendapat tentang cerita dapat disimpulkan, bahwa

cerita adalah sebuah sarana yang dikemas semenarik mungkin agar siswa mampu

memahami isi cerita. Selain itu cerita juga menggambarkan kejadian suatu tempat,

kehidupan, dan lain-lain. Cerita tidak hanya disampaikan secara tertulis tetapi

melalui lisan yang biasanya dilakukan oleh para guru di sekolah guna membantu

siswa memahami isi dari cerita yang ada. Kekayaan yang diperoleh ketika anak

membaca, menyimak dan memahami peristiwa yang terjadi yang menggambarkan

berbagai macam makna yang tersirat maupun tersurat dalam cerita seperti karakter

tokoh, alur dan isi cerita.

2. Jenis-Jenis Cerita

ThariiWahyu.http://brainly.co.id/tugas/2760335/25.05.2015.Wib:17.30

menyampaikan bahwa terdapat empat jenis cerita, yakni fabel, legenda, sage dan

mite/mitos.

 Fabel

Cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang perilakunya menyerupai

(41)

maksudnya khayalan belaka (fantasi). Kadang fabel memasukan karakter

minoritas berupa manusia. Contoh judul-judul cerita fabel kelinci dan kura-kura.

 Legenda

Cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang ceritanya digabungkan

dengan tokoh sejarah, telah dibumbuhi dengan keajaiban, kesaktian, dan

keistimewaan tokohnya. Contohnya : Candi Prambanan

 Sage

Cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan kesaktian

dan keajaiban seseorang. Beberapa contoh sage adalah : Calon Arang, Ciung

Wanara, Airlangga, Panji.

 Mite/Mitos

Cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa yang terjadi di dunia lain

(kayangan) dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau

penganutnya.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 171-208) jenis-jenis cerita dibagi

menjadi tiga yaitu:

a. Cerita Tradisional

 Mitos

Salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa atau

kekuatan-kekuatan supranatural yang lain, yang melebihi batas-batas kemampuan

manusia. Mitos juga sering dikaitkan dengan cerita tentang berbagai peristiwa dan

kekuatan, asal-usul tempat, dan tingkah laku manusia. Misalnya : Sunan Lawu di

(42)

 Legenda

Cerita magis yang sering dikaitkan dengan tokoh, peristiwa, dan

tempat-tempat yang nyata. Legenda juga sebagai cerita yang bersifat historis walau fakta,

yang dianggap sebagai fakta itu kadar kesejarahannya masih sering dipertanyakan.

Berbagai cerita yang diangkat menjadi legenda adalah tokoh dan peristiwa yang

memang nyata, ada dan terjadi didalam sejarah. Misalnya: asal-usul terjadinya

Gunung Tangkuban Perahu, dan Kisah Jaka Tingkir.

 Cerita Binatang (fabel)

Salah satu bentuk cerita yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita.

Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya konunikasi

manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Misalnya : putri

duyung, sang kodok dan pengeran angsa.

 Dongeng

Salah satu cerita rakyat yang mencakup beragam cakupan. Dongeng berasal

dari berbagai kelompok etnis masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan

dunia baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semuala diciptakan

secara tertulis. Misalnya : Bawang merah bawang putih, Timun mas, dan

cinderela.

 Cerita Wayang

Warisan budaya nenek moyang yang telah bereksistensi sejak zaman

prasejarah. Wayang yang telah melewati berbagai peristiwa sejarah, dari generasi

ke generasi, menunjukan bahwa budaya perwayangan telah melekat dan menjadi

(43)

kenyataan bahwa hingga dewasa ini masih banyak orang yang menggemarinya

menunjukan betapa tinggi nilai dan berartinya wayang bagi kehidupan

masyarakat. Misalnya : Ramayana dan Mahabrata

b. Cerita Fiksi

 Cerpen dan Novel

Cerpen dan novel memilik persamaan dan perbedaan. Persamaan keduanya

yang utama adalah bahwa mereka sama-sama dibangun oleh unsur intristik yang

sama seperti unsur penokohan, alur, tema, sudaut pandang, dan moral. Sedangkan

perbedaan keduanya adalah cerpen tidak mungkin berbicara sepanjang lebar

tentang bebagai peristiwa, tokoh, dan latar karena dibatasi oleh jumlah halaman,

bercerita mengenai hal-hal yang penting tidak sampai detil, dan sedikit melibatkan

tokoh, tema, dan latar. Sedangkan novel ceritanya lebih panjang, menghadirkan

banyak tokoh, mampu memberikan sebuah gambaran yang lebih utuh tentang

kehidupan.

 Fiksi Realistik

Cerita yang berkisah tentang isu-isu pengalaman kehidupan anak secara

nyata, berkisah tentang realitas kehidupan. Berhadapan dengan cerita fiksi

realistik pada hakikatnya berhadapan dengan sebuah kehidupan nyata sehingga

melaluinya anak dapat memaknai dan mengambilnya sebagi filter bagi

kehidupannya sendiri. Misalnya : pengalaman beada dalam situasi tertentu yang

(44)

 Fiksi Fantasi

Cerita yang dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima

sehingga sebagai suatu cerita dapat diterima oleh pembaca. Cerita fantasi juga

menampilkan tokoh, alur, latar, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan,

baik menyangkut seluruh maupun sebagian cerita. Misalnya: mengisahkan Putri,

Merpati Putih, Bulan dan Bintang.

 Fiksi Historis

Sebuah cerita yang mengambil bahan dari suatu preode yang lebih awal

dengan penekanan pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa atau

gambaran-gambaran yang bersifat historis, atau sekedar fambaran tentang kehidupan masa

lalu. Misalnya : Buku cerita para wali. (Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan

Kudus dll).

c. Cerita Nonfiksi

 Buku informasi

Buku bacaan yang mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan fakta.

Dengan membaca buku informasi berarti anak dapat memperoleh berbagai macam

informasi mengenai berbagai fakta yang dihadirkan dalam bacaan yang

bersangkutan. Misalnya: Sains dan Lingkungan Hidup.

 Biografi

Salah satu bacaan yang banyak digemari oleh pembaca anak. Dengan

membaca riwayat hidup seseorang, apalagi tokoh kalibar dunia,walaupun belum

pernah bertemu secara fisikpun seolah-olah telah mengenalnya. Dengan membaca

riwayat hidup seorang tokoh, kita mengetahui banyak hal tentang dirinya misalnya

(45)

membaca biografi, anak akan memperoleh pengetahuan, pengalaman hidup, dan

keteladanan.

Hardjana HP (2006:32-33) menyampaikan pendapat Mario Van Horne

bahwa jenis-jenis cerita dapat dikelompokan sebagai berikut :

 Fantasi atau Karangan khayal

Di dalam kelompok ini termasuk dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam

cerita ini semuanya benar-benar dongeng khayal yang tidak berdasar kenyataan.

Realistic fiction

Fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan, hampir mirip

science ficton, misalnya Flasch Gordon.

 Biografi atau riwayat hidup

Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk

diperkenalkan kepada anak-anak, dengan bahasa sederhana dan isinya gamblang

sebagaimana adanya, mudah dimengerti, sebagai suri tauladan.

Folk tales atau cerita rakyat

Hampir setiap suku bangsa memiliki cerita rakyat yang hidup di masyarakat

kita, seperti Joko Kendil, Panji Laras, dan lainnya.

 Religius atau cerita-cerita agama

Banyak cerita tentang nabi, orang-orang suci, atau ajaran keagamaan yang

digubah dalam bentuk cerita yang menarik, motivasinya untuk membentuk anak

berbudi luhur.

Dari berbagai pendapat tentang macam-macam jenis cerita diatas memiliki

keunikannya sendiri-sendiri, ada yang melihat cerita melalui jenis-jenisnya secara

(46)

lebih diperjelas. Penulis menyadari bahwa jenis-jenis cerita mengalami

perkembangan dari cerita lama dan berkembang menjadi cerita baru yang

menawarkan cerita sesuai dengan situasi kehidupan dan perkembangan zaman.

3. Manfaat Membaca Sebuah Cerita

Tadkiroatun Musfiroh (2005: 95-115), mengemukakan manfaat sebuah

cerita yang dipandang dari berbagai aspek sebagai berikut :

a. Membantu Pembentukan Pribadi dan Moral

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku

anak. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam jiwa mereka akan

tumbuh pribadi yang hangat serta memiliki kecerdasan interpersonal. Selain itu

cerita juga dapat mendorong perkembangan moral mereka. Sebuah cerita biasanya

mengandung contoh perilaku buruk maupun contoh perilaku baik. Contoh

perilaku buruk dimaksudkan agar dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh perilaku baik dimaksudkan agar dapat ditiru untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Menyalurkan Kebutuhan Imajinasi

Anak membutuhkan penyaluran imajinasi tentang berbagai hal yang selalu

muncul dalam pikiran mereka. Pada saat menyimak cerita, imajinasi mereka mulai

dirangsang. Mereka membayangkan apa yang terjadi dan tokoh yang terlibat

dalam cerita tersebut. Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita

memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan mereka menyelesaikan

(47)

c. Memacu Kemampuan Verbal

Selama menyimak cerita, anak dapat belajar bagaimana bunyi-bunyi yang

bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata itu disusun secara logis

dan mudah dipahami. Cerita dapat juga mendorong anak untuk senang bercerita

atau berbicara. Mereka dapat berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk

menuangkan kembali gagasan yang disimaknya.

d. Merangsang Minat Baca

Memperdengarkan cerita dapat menjadi contoh yang efektif untuk

menstimulus anak untuk gemar membaca. Seorang anak biasanya suka

meniru-niru perilaku orang dewasa. Dari kegiatan bercerita, anak secara tidak langsung

memperoleh contoh orang yang gemar dan pintar membaca dari apa yang

dilihatnya.

e. Membuka Cakrawala Pengetahuan

Manfaat cerita sebagai pengembang cakrawala pengetahuan tampak pada

cerita-cerita yang memiliki karakteristik budaya, seperti mengenal nama-nama

tempat cerita, bahasa-bahasa yang digunakan dalam cerita atau

ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam cerita tersebut. Hal itu tentu akan menambah

pengetahuan mereka tentang hal yang belum pernah mereka ketahui.

Berdasarkan uraian yang ada cerita memiliki berbagai manfaat yang baik

bagi siswa, dari pembentukan pribadi hingga pengetahuan mereka akan

berkembang. Anak yang sudah terbiasa menyimak cerita, dalam jiwa mereka akan

tumbuh menjadi pribadi yang hangat, serta memiliki kecerdasan interpersonal.

Pada saat menyimak cerita, imajinasi merekapun mulai dirangsang. Mereka

(48)

Cerita dapat juga mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara.

Mereka dapat berlatih berdialog, berdiskusi antar teman untuk menuangkan

kembali gagasan yang disimaknya. Efektif untuk menstimulus anak untuk gemar

membaca. Seperti mengenal nama-nama tempat cerita, bahasa-bahasa yang

digunakan dalam cerita atau ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam cerita

tersebut. Hal itu tentu akan menambah pengetahuan mereka.

4. Pengertian Perbendaharaan Cerita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perbedaharaan merupakan kata

benda yaitu kekayaan. Sedangkan cerita adalah rangkaian peristiwa yang

disampaikan secara tertulis dan lisan yang berasal dari kejadian tidak nyata atau

nyata (Hanna, 2011: 14).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perbendaharaan

cerita adalah kekayaan mengenai rangkaian peristiwa baik itu secara tertulis

maupun secara lisan yang berasal dari dua kejadian yaitu tidak nyata atau nyata.

Kekayaan cerita dapat diperoleh dengan membaca dan memahami isi cerita.

Memahami isi cerita bisa dilihat dari tokoh dan alur yang ada di dalam cerita.

Yang dimaksud dengan tokoh ialah individu yang mengalami peristiwa atau

berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman,1991:16). Selain tokoh

cerita juga alur/peristiwa yang mempermudah anak untuk memahami isi cerita.

Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentukan cerita. Peristiwa yang

dialami tokoh cerita dapat tersusun urutan waktu terjadinya. Tidak berarti bahwa

semua kejadian di dalam hidup tokoh ditampilkan secara beraturan, lengkap sejak

(49)

kepentingannya di dalam membangun cerita (Sudjiman,1991:29-3). Dengan

menguasai tokoh dan alur cerita anak dapat berimajenasi dan menangkap pesan

yang ingin disampaikan oleh cerita, bahkan menerapkan isi bacaan yang

didapatnya ke dalam kehidupan sehari-hari.

C. Karakter Kejujuran 1. Pengertian Karakter

Setiap kali kita berbicara tentang karakter yang kita bicarakan adalah

tentang usaha-usaha manusiawi dalam mengatasi keterbatasan dirinya melalui

praksis nilai yang dihayatinya. Usaha ini tampil dalam setiap perilaku dan

keputusan yang diambilnya secara bebas. Keputusan ini pada giliranya semakin

mengukuhkan identitas dirinya sebagai manusia. Istilah karakter sendiri

sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara etimologis berasal dari

bahasa Yunani karasso, berarti cetak biru seperti misalnya dalam sidik jari.

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Paul Suparno (2015:28) karakter sama

dengan watak. Karakter atau watak adalah paduan daripada segala tabiat manusia

yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan

orang yang satu dengan yang lain.

Menurut Suyanto dalam Daryanto (2013:9) karakter adalah cara berpikir

dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama,

baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

(50)

Menurut Driyakara dalam Paul Suparno (2015:28-29) menyamakan karakter

dengan budi pekerti. Seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila

ia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya.

Atau secara positif, orang mempunyai kebiasaan menjalankan kebiasaan yang

baik.

Menurut Aristoteles dalam Thomas Lickona (2012:81) karakter yang baik

sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan

dengan diri seseorang dan orang lain.

Berdasarkan pendapat yang terdapat diatas menyatakan bahwa karakter

dimiliki oleh setiap orang, dan setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda.

Itulah sebabnya untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Yang

mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik menjadi kebiasaan

yang baik. Dari perbedaan yang ada manusia belajar untuk saling memahami satu

sama lain terutama yang berkaitan dengan karakter yang dimilikinya.

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Karakter

Menurut Paul Suparno (2015:65-71) yang mempengaruhi pembentukan

karakter anak yaitu:

a. Orang Tua

Orang tua adalah pendidik karakter utama pada anak-anak. Sejak lahir anak

belajar bersikap dan belajar karakter tertentu dari orang tua mereka. Bahkan,

secara psikologis ada yang mengatakan bahwa sejak dalam kandungan, anak

sudah belajar bersikap dari orang tua-nya, terutama dari ibu yang

(51)

bekerja, dan menghargai perbedaan yang ada, bergaul baik dengan tetangga yang

berbeda, terbantu juga untuk berkarakter tekun, jujur dan mudah menerima

perbedaan waktu di sekolah dan di masyarakat.

b. Guru

Guru di sekolah mempunyai andil besar dalam pendidikan karakter anak.

Guru lewat pengajarannya dan juga lewat sikapnya, dapat mengajarkan yang baik

dan tidak baik. Mengajarkan perhatian pada orang kecil hanya mungkin bila guru

memang memperhatikan orang kecil, termasuk anak-anak yang kecil dan lemah.

Contoh kehidupan dan sikap guru seperti hormat kepada orang lain, jujur, dan

terbuka dalam mengoreksi pekerjaan siswa, dekat dengan anak-anak dan sikap

mencintai anak-anak, membantu anak-anak belajar dan mengembangkannya.

c. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah dengan suasananya yang khas mempunyai pengaruh

pada pendidikan dan pengembangan karakter anak. Suasana sekolah yang tidak

sesuai dengan nilai yang mau dibangunkan pada siswa, jelas tidak akan membantu

perkembangan karakter siswa. sementara suasana sekolah yang sungguh ditata

dan diatur sesuai dengan nilai yang ingin ditekankan pada siswa, akan membantu

siswa cepat berkembang. Misalnya, jika sekolah ingin menanamkan karekter jujur

dan disiplin pada siswa, sangat penting suasana sekolah dan aturan sekolah

didasari pada kejujuran dan kedisiplinan.

d. Masyarakat

Pendidikan dan pembentukan karakter anak-anak dipengaruhi oleh keadaan,

situasi, dan karakter masyarakat atau lingkungan sekitar anak-anak itu. Misalnya,

(52)

menerima orang dari kelompok lain maka anak-anak dengan mudah meniru.

Kalau lingkungannya suka kekerasan, maka anak-anak juga akan mudah meniru

menjadi keras. Sementara bila lingkungan sekitar jujur, suka membantu orang

asing, bekerja giat maka anak-anak juga akan lebih mudah terpengaruh menjadi

baik.

e. Buku Bacaan

Banyak orang mengatakan bahwa karakter mereka menjadi seperti sekarang

karena pengaruh buku yang mereka baca sejak sekolah. Banyak anak memang

berkembang karakternya karena isi buku yang dibacanya memberikan inspirasi

bagi kehidupannya. Misalnya, beberapa anak menjadi berkarakter pemberani,

tidak takut keluar malam, berani mencoba tantangan yang berat karena membaca

kisah-kisah petualangan dari buku-buku novel dan kisah petualangan. Bebrapa

anak menjadi berkarakter jelek, suka berpikiran porno, melakukan pelecehan,

mencari pemuasan seks, karena buku yang dibaca adalah buku yang porno. Maka

banyak sekolah, selalu disediakan banyak buku kepahlawanan, kisah tokoh

penemu bidang pengetahuan dan seni yang dapat memberi inspirasi pada anak

sekolah untuk mengembangkan karakter yang sesuai.

f. Media, Televisi, Video, Internet, Gadget

Di zaman media elektronik dan teknologi informasi sekarang ini, media

seperti televisi, video, internet, HP, gadget, dan lain-lain sangat mempengaruhi

karakter anak. Banyak anak yang mudah meniru apa yang terjadi di media, seperti

televisi, internet, facebook, HP. Teknologi informasi jelas banyak manfaatnya

untuk meningkatkan kemampuan kita belajar dan berkomunikasi dengan siapa

(53)

disisi lain teknologi informasi dapat memberikan informasi dan juga pengaruh

yang tidak baik yang dapat merusak karakter anak.

g. Agama

Agama yang dianut anak dan pendidikan agama yang terkait mempunyai

pengaruh yang kuat pada perkembangan karakter anak. Kalau pendidikan agama

anak itu sungguh baik dan mengajarkan tindakan-tindakan bermoral, maka

anak-anak juga akan berkembang menjadi orang yang bermoral dan karakternya

menjadi lebih kuat. Kalau agama dan pendidikan yang dianutnya mengajarkan

sikap yang kurang baik, maka anak-anak itu akan menjadi kurang baik. Misalnya,

jika anak-anak sejak kecil diajari untuk bersikap ekstrem dan disktiminatif

terhadap orang lain, maka mereka akan menjadi penghambat semangat kerukunan

dan penghargaan pada pribadi orang lain. Disinilah pentingnya guru agama yang

sungguh baik, sehingga yang diajarkan pada anak-anak adalah nilai baik.

Pemahaman ajaran agama yang tidak mendalam dan hanya melihat kata,

jika tidak hati-hati dapat menyebabkan anak menjadi salah pengertian dan

akhirnya melakukan tindakan yang tidak benar menurut agama mereka sendiri.

Menurut Locke dalam Heru kurniawan (2013:42-45) pembentukan karakter

dipengaruhi oleh lingkungan:

a. Proses asosiasi, yaitu kesadaran bahwa dua gagasan dalam diri anak itu selalu

akan muncul bersama-sama secara teratur, sehingga anak tidak dapat

memikirkan yang satu tanpa serentak memikirkan yang lain. Proses asosiasi ini

berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengidentifikasi

(54)

b. Imitasi, yaitu proses belajar anak yang dilakukan dengan meniru. Anak adalah

makhluk peniru paling jitu yang tidak ada bandingnya di dunia ini. Artinya,

sekalipun dengan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, tetapi proses

peniruan anak ini dilakukan dengan sempurna. Tidak mengherankan bila

kebiasaan oleh orangtua, nantinya akan ditiru oleh anak.

c. Repetisi, yaitu tingkah laku yang dilakukan oleh anak yang terjadi karena

dilakukan berkali-kali. Ini adalah tindak lanjut dari imitasi, jadi setelah anak

mendapatkan suatu pelajaran yang akan dipraktikan dalam kehidupan

hari, perbuatan itu akan dilakukannya sendiri dengan rutin, jika diulang

sehari-hari.

d. Penghargaan dan Penghukuman, yaitu konsep yang mengacu pada cara yang

dilakukan oleh orangtua pada anaknya. Penghargaan yang paling baik

diberikan oleh orangtua pada anaknya, ketika anak-anaknya sukses melakukan

perbuatan-perbuatan yang baik adalah sanjungan atau pujian. Sedangkan

hukumannya adalah kata-kata yang mengekspresikan ketidaksetujuan.

Menurut Doni Koesoema (2012:156) berbagai macam komponen yang

relevan bagi pembentukan karakter individu. Komponen-komponen itu sebagai

berikut :

 Unsur pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang baik, benar, adil dan

indah,

 Unsur motivasi individu dalam melaksanakan sebuah tindakan sebagai bentuk

nyata kegiatan dari proses penanaman nilai pribadi,

 Kehadiran orang lain yang menjadi rekan dalam rangka menjernihkan

(55)

 Menjadi teman untuk memperkaya wawasan sekaligus membantu individu

mengukuhkan identitasnya,

 Saran-saran yang paling efektif.

 Pendekatan praktis yang relevan bagi pembentukan diri menjadi pribadi

berkarakter.

Menurut pendapat diatas bahwa pembentukan karakter pada anak tidak

dijalankan dengan sekali jadi melainkan butuh proses untuk sampai pada

pelakasanaan. Dan anak-anak bisa belajar dari nilai-nilai agama dan moral yang

akan membantu pembentukan karakter siswa dan selain itu juga anak belajar dari

dari lingkungan sekitarnya di mana ia berada.

3. Pengertian Karakter Kejujuran

Jujur adalah ungkapan sepenuh hati tanpa menutupi sesuatu sedikit pun.

Ungkapan yang menandakan kejernihan hati seseorang dalam berinteraksi dengan

orang lain. Jujur juga berarti meredam berbohong. Ungkapan sederhana yang

menuntut konitmen tinggi dalam kehidupan dan jujur juga merupakan ungkapan

yang mudah diucapkan, tetapi sulit direalisasikan (Budi Susilo, 2014:119).

Kejujuran adalah sikap dan perilaku tidak berbohong, tidak bersikap curang,

berkata apa adanya, berani mengakui kesalahan, dan rela berkorban demi

kebenaran. Selain itu Kejujuran merupakan sikap batin yang harus berkembang

dalam diri setiap orang, sebab dengan kejujuran itulah setiap orang dapat

menghargai sesamanya (Ivonna Indah, 2003:80-81).

Jujur ialah mengatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang

dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya dan

Gambar

Tabel 27  :  Non Parametrik Correlations ...................................................
Tabel 1. Jumlah populasi
Tabel 2. Sekor Jawaban Variabel x dan y
Tabel 4.Variabel Y Karakter Kejujuran Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Media sosial membuat anak menjadi mementingkan diri sendiri.. • Lahan subur untuk melakukan

Dengan bentuk busana cenderung sederhana, loose, tidak kebesaran ( oversize) tetapi juga tidak membentuk tubuh atau memperlihatkan lekukan-lekukan tubuh. Busana

Dari data ini terjadi peningkatan laju disolusi pada campuran fisik dibandingkan dengan acyclovir, dalam hal ini terjadi pencampuran fisik antara acyclovir dengan

Pemasaran internet ( Internet Marketing ) adalah proses membangun dan menjaga hubungan dengan pelanggan melalui aktifitas secara online untuk memfasilitasi

(2) Petugas Pengawas pupuk an-organik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) melakukan pengawasan terhadap penerapan standar mutu dan pengawasan teknis minimal pupuk

16 Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi secara langsung antara peneliti dengan. subyek atau

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Desain penelitian

Untuk program student exchange wajib mendaftar via ITS GE (namun ada beberapa kasus mendaftar via Dept), kesempatan short program sebagian besar via ITS GE khususnya