• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Interior Bioskop Dengan Konsep Romantic Dating.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Interior Bioskop Dengan Konsep Romantic Dating."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAKSI

(2)

iii

ABSTRACT

In this scientific paper, the writer explains the details of interior design of a cinema. The objective is to create an appropriate design for a romantic dating concepted cinema. The writer looks for data’s sources with direct observation and literature study at books and internet browsing. By using descriptive analysis and explanations methods to the conclusion that the writer gets is to be an interior designer is an exciting job that requires hard work even in the process.

(3)

iv

1.3 Identifikasi Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penulisan ... 5

1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN LITERATUR BIOSKOP DAN KONSEP ROMANTIS .. 7

2.1 Bioskop ... 7

2.1.1 Pengertian Bioskop ... 7

2.1.2 Sejarah Bioskop ... 8

(4)

v

2.1.3.2.4 Konponen dan Perlengkapan ... 20

2.1.3.2.5 Fenomena Penting dalam Studio ... 22

2.1.3.2.6 Penempatan Speaker ... 23

2.1.3.2.7 Treatment Ruang ... 25

2.1.3.2.8 Bahan Akustik ... 27

2.2 Konsep Romantis ... 42

BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS PROYEK BIOSKOP ... 44

3.1 Deskripsi Proyek Bioskop ... 44

3.2 Site Analysis ... 48

3.3 Analisis Fungsional dan Programming ... 54

3.3.1 Analisis Fungsional ... 54

3.3.2 Bubble Diagram dan Matriks Kedekatan Ruang ... 58

3.3.3 Zoning dan Blocking ... 59

BAB IV KONSEP ROMANTIC DATING ... 61

4.1 Konsep Romantic Dating ... 61

(5)

vi

4.1.2 Konsep Warna ... 63

4.1.3 Konsep Material ... 64

4.1.4 Konsep Pencahayaan ... 65

4.1.5 Konsep Furniture ... 65

4.2 Studi Images ... 66

BAB V PERANCANGAN ROMANTIC DATING CINEMA ... 71

5.1 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi ... 71

5.2 Penerapan Konsep pada Perancangan ... 74

5.2.1 Lay-out ... 74

5.2.2 Pola Lantai... 84

5.2.3 Rencana Plafon ... 86

5.2.4 Furnitur ... 88

5.2.5 Pencahayaan ... 90

BAB VI SIMPULAN ... 92

6.1 Simpulan ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... xviii

CURRICULUM VITAE ... xix

(6)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jarak Tempat Duduk terhadap Layar ...12

Gambar 2.2 Tempat Duduk Berundak / Pandangan Satu Baris ...14

Gambar 2.3 Tempat Duduk Berundak / Pandangan Dua Baris ...14

Gambar 2.4 Tempat Duduk Berundak ...15

Gambar 2.5 Lebar Maksimum Tempat Duduk berdasarkan Pergerakan Kepala ...16

Gambar 2.6 Desain Tempat Duduk berdasarkan Pergerakan Kepala ...16

Gambar 2.7 Jenis-jenis Ukuran Layar ...18

Gambar 2.8 Jenis-jenis Ukuran Layar untun Film...18

Gambar 2.9 Rasio Lebar Layar Terhadap Jarak Pandang ...19

Gambar 2.10 Ketentuan Jarak Pandang ...20

Gambar 2.11 Jarak Minimal dan Maksimal Layar Hingga Tempat Duduk ...20

Gambar 2.12 Pantulan Suara ...23

Gambar 2.13 Penempatan Speaker General ...23

Gambar 2.14 Penempatan Speaker Utama ...24

Gambar 2.15 Ketinggian Speaker Utama...24

Gambar 2.16 Penempatan Speaker pada Dinding Belakang ...25

Gambar 2.17 Posisi Speaker pada Dinding Belakang ... 25

Gambar 2.18 Material Penyalur (kiri) dan Penyerap Suara (kanan)... 26

Gambar 2.19 Penempatan Material Penyalur dan Penyerap Suara ...26

Gambar 2.20 Penyerap Bunyi yang Baik dan Penyerap yang Tidak Baik ...27

Gambar 2.21 Ukuran dan Sambungan Unit Akustik Siap Pakai ...28

(7)

viii

Gambar 2.23 Pemasangan Resonator Panel Berlubang ...34

Gambar 2.24 Bungkus Baja Akustik ...34

Gambar 2.25 Resonator Panel Berlubang ...35

Gambar 2.26 Deretan Rusuk Kayu pada Rongga-rongga Penyerap Resonator Celah ....36

Gambar 2.27 Lapisan Akustik Irisan Kayu sebagai Resonator Penyerap Celah ...37

Gambar 2.28 Penyerap Resonator Celah ...37

Gambar 2.29 Penyerap Ruang ...38

Gambar 2.30 Penyerap Ruang ...39

Gambar 2.31 Jenis Pemasangan Standar untuk Instalasi Bahan-Bahan Akustik ...41

Gambar 3.1 Gambaran Site ...51

Gambar 3.2 Dallas Theater ...52

Gambar 3.3 Sekitar Dallas Theater ...52

Gambar 3.4 Plaza Parahyangan ...53

Gambar 3.5 Buccheri dan Milano ...53

Gambar 3.6 Ramayana ...53

Gambar 3.7 Mesjid Raya Agung ...54

Gambar 3.8 Zoning Blocking Lantai Tiga ...59

Gambar 3.9 Zoning Blocking Lantai Empat ...60

Gambar 4.1 Bentuk Organik 1...62

Gambar 4.2 Bentuk Organik 2...63

Gambar 4.3 Warna-warna Hangat ...63

(8)

ix

Gambar 4.5 Material Akustik ...64

Gambar 4.6 Konsep Pencahayaan ...65

Gambar 4.7 Konsep Furnitur ...66

Gambar 4.8 Study Images 1 ...66

Gambar 4.9 Study Images 2 ...66

Gambar 4.10 Study Images 3 ...67

Gambar 4.11 Study Images 4 ...67

Gambar 4.12 Study Images 5 ...67

Gambar 4.13 Study Images 6 ...68

Gambar 4.14 Study Images 7 ...68

Gambar 4.15 Study Images 8 ...68

Gambar 4.16 Study Images 9 ...69

Gambar 4.17 Study Images 10 ...69

Gambar 4.18 Study Images 11 ...69

Gambar 4.19 Study Images 12 ...70

Gambar 4.20 Study Images 13 ...70

Gambar 4.21 Study Images 14 ...70

Gambar 4.22 Study Images 15 ...70

Gambar 5.1.1 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Lantai 3 ... 73

Gambar 5.1.2 Organisasi Ruang dan Pola Sirkulasi Lantai 4 ... 74

Gambar 5.2.1.1 Denah Lantai 3 ... 75

Gambar 5.2.1.2 Denah Lantai 4 ... 75

(9)

x

Gambar 5.2.1.4 Potongan Area Reception ... 76

Gambar 5.2.1.5 Area Reception ... 77

Gambar 5.2.1.6 Denah Area Lobby ... 77

Gambar 5.2.1.7 Potongan Area Lobby ... 78

Gambar 5.2.1.8 Area Lobby ... 78

Gambar 5.2.1.9 Denah Area Permainan... 79

Gambar 5.2.1.10 Potongan Area Permainan ... 79

Gambar 5.2.1.11 Denah Area Café ... 80

Gambar 5.2.1.12 Potongan Area Café ... 80

Gambar 5.2.1.13 Perspetif Area Café ... 80

Gambar 5.2.1.14 Denah Studio 1... 81

Gambar 5.2.1.15 Denah Studio 2... 81

Gambar 5.2.1.16 Denah Studio 3... 82

Gambar 5.2.1.17 Tampak Depan Studio ... 82

Gambar 5.2.1.18 Potongan Studio 3 ... 83

Gambar 5.2.1.19 Perspektif Luar Studio ... 83

Gambar 5.2.1.20 Detail Dinding Akustik ... 83

Gambar 5.2.2.1 Pola Lantai 3 ... 84

Gambar 5.2.2.2 Pola Lantai 4 ... 85

Gambar 5.2.2.3 Pola Lantai Studio 1 ... 85

Gambar 5.2.2.4 Pola Lantai Studio2 ... 86

Gambar 5.2.2.5 Pola Lantai Studio 3 ... 86

Gambar 5.2.3.1 Rencana Plafon Lantai 3 ... 87

(10)

xi

Gambar 5.2.4.1 Perspektif Studio 1 ... 89

Gambar 5.2.4.2 Perspektif Studio 2 ... 89

Gambar 5.2.4.3 Perspektif Studio 3 ... 89

Gambar 5.2.5.1 Lampu Gantung pada Kolom ... 90

Gambar 5.2.5.2 Lampu Gantung pada Area Makan ... 91

(11)

xii

DAFTAR TABEL

(12)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(14)

Saat ini, terutama di kota-kota besar, keadaan ekonomi yang sulit memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Kini sudah lazim istri bekerja untuk membantu suaminya mencari uang dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Hal ini menyebabkan kuantitas interaksi hubungan mereka berkurang. Bahkan bila kualitas hubungannya pun kurang baik, sering kali suami dan istri terbenam dalam kesibukannya masing-masing dan hubungannya menjadi renggang. Keadaan seperti itu sudah membuat orang stres. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang macet, akan membuat orang semakin stres. Situasi yang seperti ini berpotensi menimbulkan rasa jenuh atas aktivitas pekerjaan yang rutin dan melelahkan.

Untuk mengurangi tingkat stress dan menghilangkan kejenuhan, orang-orang di kota besar mencari sesuatu hal yang bersifat hiburan dan relaksasi untuk membuat tubuh dan pikiran kembali segar. Karena itu, mereka menyempatkan waktu untuk beristirahat dan melakukan aktivitas bersama keluar rumah dengan keluarga ataupun pasangan masing-masing disela-sela waktu yang padat. Dengan demikian, kualitas hubungan akan membaik atau dapat dipertahankan.

(15)

relatif hampir sama, sistem pergantian film secara berkala di bioskop dapat mengurangi tingkat kejenuhan masyarakat.

Bioskop saat ini maknanya telah bergeser sesuai dengan perubahan gaya hidup di kota besar. Awalnya bioskop hanya menyediakan sarana menonton dengan layar lebar. Namun, bioskop-bioskop sekarang sudah menambahkan sarana-sarana lain seperti studio kelas ekslusif, digital games, cafe and lounge, billiard, music store, dan lain-lain. Karena itu, animo masyarakat, khususnya anak muda terhadap bioskop meningkat drastis. Hal ini didukung dengan anggapan menonton di bioskop merupakan sebuah gaya hidup kota besar.

Kini telah banyak orang yang mempunyai home theater. Home theater muncul karena orang ingin menonton film dengan nyaman di rumah dilengkapi dengan perlengkapan sound system dan layar lebar sama seperti di bioskop. Home theater memberikan privasi lebih banyak dibanding bioskop, yang mana bioskop menyediakan ruangan menonton dengan kapasitas besar. Namun tidak semua orang mampu memiliki home theater. Selain itu, home theater juga memiliki kekurangan, yakni lokasinya di rumah. Pada umumnya, orang mencari hiburan keluar rumah karena sudah jenuh dengan suasana rumah. Pergi ke luar rumah memberikan kesempatan untuk bertemu banyak orang, bersosialisasi dan merasakan suasana yang berbeda.

Dengan fenomena seperti terpapar di atas dan bertambahnya kompleksitas fasilitas pada sebuah bioskop, timbul sebuah kebutuhan untuk mengordinasikan fasilitas-fasilitas tersebut sehingga tercapai tata ruang yang sistematis.

(16)

akan merancang sebuah perancangan interior bioskop dengan konsep romantic dating. Bioskop ini memiliki fasilitas utama studio privat – seperti home theater- yang disewakan per studio dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti lobby, snack counter, cafe, movie store and library, dan games area. Fasilitas-fasilitas tersebut dirancang untuk memfasilitasi kegiatan pasangan-pasangan yang sedang berkencan. Target user bioskop ini adalah pasangan kekasih atau suami istri usia 20-35 tahun. Perancangan interior bioskop ini dibuat dengan mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan pasangan yang sedang berkencan, sehingga programming, sirkulasi, pencahayaan, kenyamanan visual, kenyamanan audial, kenyamanan termal, keamanan, konstruksi dan sistem furniturnya sesuai untuk kebutuhan pasangan kekasih secara umum.

1.2 Gagasan

Merancang sebuah bioskop dengan konsep romantic dating dapat diwujudnyatakan dengan gagasan awal seperti berikut.

1. Ruang bioskop dibuat dalam ruang-ruang untuk kapasitas kecil (2-6 orang) dan dapat disewa per ruang.

2. Pada beberapa ruang studio terdapat fasilitas untuk candle light dinner. 3. Setiap penyewa ruang bioskop dapat memilih film yang akan diputar sesuai

keinginan.

4. Tempat duduk dalam studio bioskop menggunakan relaxing sofa dan sistem lesehan sehingga user pasangan dapat menonton dengan lebih leluasa.

(17)

6. Penggunaan spot light lebih dominan daripada general light untuk membuat kesan lebih intim.

7. Bentukan counter-counter dibuat saling merespon sebagai ilustrasi dari suatu hubungan yang romantis.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, sebuah bioskop yang banyak dikunjungi adalah bioskop yang dirancang secara baik sehingga memiliki sesuatu yang berbeda dan menarik. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan perancangan yang matang. Oleh karena itu, muncul rumusan masalah dalam perancangan bioskop sebagai berikut.

1. Bagaimana perancangan sebuah interior bioskop dengan target user pasangan kekasih atau suami istri?

2. Bagaimana penanggulangan masalah akustik pada studio bioskop?

3. Bagaimana perancangan sebuah bioskop yang mempunyai konsep romantic dating?

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Merancang sebuah fasilitas umum yakni bioskop untuk pasangan kekasih atau suami istri dengan mempertimbangkan kebiasaan-kebiasaan sepasang kekasih pada saat berkencan.

(18)

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam Bab I yaitu Pendahuluan, penulis menguraikan latar belakang perancangan, identifikasi masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II yaitu Kajian Literatur Bioskop dan Konsep Romantis, penulis memaparkan tentang konsep dasar dari topik yang dibahas, literatur, standar fungsi, studi ergonomi, serta analisa dan pembahasan konsep dasar.

Dalam Bab III yaitu Deskripsi dan Analisis Proyek Bioskop, penulis menjelaskan deskripsi objek studi, target user, site analysis, analisis fungsional dan programming, serta image study.

Dalam Bab IV yaitu Konsep Romantic Dating, penulis membahas tentang konsep yang digunakan termasuk konsep bentuk, konsep warna, konsep material, konsep furniture, dan konsep pencahayaan.

Dalam Bab V yaitu Perancangan Romantic Dating Cinema, penulis menjelaskan tentang perancangan sebuah bioskop dengan konsep romantic dating.

(19)
(20)

92

BAB VI

SIMPULAN

6.1 Simpulan

Perasaan romantis belum tentu sudah timbul saat memasuki bioskop ini. Karena itu, penulis membuat desain interior sebuah bioskop yang mendukung suasana romantis muali dari awal pengunjung datang hingga puncaknya saat menonton. Untuk membangun suasana yang romantis itu, penulis menyimpulkan bahwa:

- perasaan romantis bisa tercapai dengan menyediakan fasilitas untuk pasangan dapat saling berbagi, seperti misalnya furnitur yang dapat dipakai berdua (sharing),

(21)

93

permainan yang dapat dilihat dari area sirkulasi atau area makan pada teras yang dapat dilihat dari area sirkulasi,

- untuk membuat sebuah ruang akustik menonton yang baik, diperlukan pengetahuan tentang proses pemantulan suara, teknik aplikasi lantai, dinding, dan plafon kedap suara, serta material pemantul, penyerap, dan penyebar suara,

(22)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

de Ohiara, Joseph; Panero, Julius; Zelnix, Martin. Time Saver Standards for Interior Design and Space Planing. Second edition.

L. Doelle, Leslie. 1972. Akustik Lingkungan, Jakarta: PT Erlangga, 1985.

http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/merancang-sendiri-bioskop-pribadi-di-rumah.html ; diambil pada tanggal 18 Agustus 2009, pkl. 20.09.

http://en.wikipedia.org/wiki/Movie_theater; diambil pada tanggal 18 Agustus 2009, pkl. 21.03.

http://www.cinemasource.com/articles.html

Chiarella, Anthony; Polk, Matthew. 2006. Home Theater Handbook. Baltimore.

Referensi

Dokumen terkait

Karsinoma Nasofaring Dalam :Buku Ajar Telinga Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6,

Diklat Pengadaan Barang/Jasa bagi Unit Layanan Pengadaan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para pegawai dalam pelaksanaan pengadaan

Sesuai hasil evaluasi Pokja Konstruksi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kolaka Timur Tahun Anggaran 2016 Pekerjaan Pengadaan konstruksi pembangunan pagar instalasi farmasi

Tujuan penelitian ini membahas bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen pada Holyshoes. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

Pasar tradisional selama ini lebih diidentikan sebagai tempat kumuh, kotor, semrawut, becek, bau, sumpek, sumber kemacatan, sarang preman dan seterusnya. Singkat kata

[r]

• Wajib pajak orang pribadi yang sedang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan

Teori kesantunan berbahasa Brown dan Levinson berdasar pada konsep muka ( face ). Muka atau citra diri seseorang dapat jatuh. Oleh karena itu, muka perlu dijaga atau